Rabu, 25 November 2020

Sedikit Menganal Sejarah Kuno Di Batang


Apa nan ada dalam pikiran Anda jika mendengar kata batang ? Niscaya Anda akan mengira itu ialah batang pohon. Tidak sepenuhnya salah, namun tahukah Anda jika ada nama sebuah wilayah nan dinamakan dengan Batang? Ya Batang merupakan salah satu kabupaten nan ada di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.

Mengapa kabupaten Batang dinamakan dengan Batang? Apakah di sana banyak ditumbuhi oleh batang pohon nan rindang? Tidak juga, nan niscaya Kabupaten Batang merupakan kota loka masakan Serabi Kalibeluk berasal.

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten nan dimiliki oleh Provinsi Jawa Tengah nan terletak di Pantai Utara Jawa tengah. Letaknya nan berada di bagian utara dari Jawa Tengah membuat Kabupaten Batang menjadi kabupaten nan memiliki batas langsung dengan Bahari Jawa. Dapat dikatakan Kabupaten Batang juga merupakan daerah pesisir nan ada di Pulau Jawa, selain Cilacap, Cirebon, dan Jepara.‎

Batang – Kabupaten Pesisir Utara di Jawa Tengah
Setiap daerah memiliki kekayaan alamnya masing-masing dan menjadi daya tariknya tersendiri, tak terkecuali dengan Kabupaten Batang. Indonesia nan kaya akan keanekaragaman budaya, tak akan terlihat sebagai bangsa nan kaya tanpa didukung dengan pembangunan nan merata di seluruh wilayahnya, dan Kabupaten Batang ikut menyumbangkan keanekaragaman tersebut sehingga menambah kekayaan alam Indonesia.

Kabupaten Batang ikut mengembangkan pertumbuhan perekonomian buat wilayah Jawa bagian utara. Letaknya nan cukup strategis nan menghubungkan Jakarta-Surabaya membuat Kabupaten Batang menjadi jalur ekonomi. Hal tersebut juga ditunjang dengan arus transportasi dan gerak nan sangat tinggi sehingga membuat Kabupaten Batang berkembang sangat prospektif dari waktu ke waktu.

Kabupaten Batang memiliki luas wilayah 78.864,16 Ha, dengan berbatasan pada Bahari Jawa di sebelah utara, Kabupaten Wonosobo di sebelah selatan, Kabupaten Kendal di sebelah timur, dan Kota Pekalongan di sebelah barat.

Letaknya nan berbatasan dengan Bahari Jawa di bagian utara, membuat Kabupaten Batang merupakan wilayah kombinasi antara daerah pesisir, dataran rendah serta pegunungan. Perpaduan kombinasi wilayah tersebut membuat Kabupaten Batang memiliki potensi sebagai wilayah nan memiliki aspek agroindustri, agrobisnis sekaligus agrowisata nan sangat potensial. Kabupaten Batang dapat dijangkau dari beberapa wilayah di pulau Jawa, seperti Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Kendal, Semarang, Surabaya dan Jakarta.

Kabupaten Batang nan jika dilihat di peta tidaklah begitu luas, namun ternyata menyimpan kekayaan alam berupan pegunungan. Tidak mau kalah dengan wilayah lain di Pulau Jawa nan memiliki gunung nan megah, Kabupaten Batang juga memiliki gunung-gunung nan juga tidak kalah indahnya.

Kabupaten Batang memiliki lima gunung nan menyanggah wilayahnya, nan terdiri dari Gunung Prau setingga 2565 dpal, Gunung Sipandu setinggi 2241 dpal, Gunung Gajah Mungkur setinggi 2101 dpal, Gunung Alang setinggi 2239 dpal, dan Gunung Butak nan memiliki ketinggian 2222 dpal. Bagi Anda nan suka naik gunung, Kabupaten Batang dapat menjadi salah satu tujuan Anda.‎

Pariwisata Kabupaten Batang
Apa nan kepar menjadi pusat perhatian ketik kita mengunjungi suatu daerah? Sudah niscaya loka wisatanya. Nah, Kabupaten Batang juga menyediakan berbagai lokasi wisata nan menarik buat Anda. Hal itu menunjukkan betapa uniknya Indonesia, nan memiliki berbagai kekayaan alamnya nan tidak ternilai, termasuk dengan potensi nan ada di Kabupaten Batang. Kabupaten Batang tak hanya memiliki kekayaan berupa potensi alam, tetapi juga kaya akan situs sejarah. Mau tahu apa saja kekayaan alam dan sejarah nan menjadi prospek pariwisata Kabupaten Batang?‎

1. Agrowisata Salak Sodong di Kabupaten Batang
Kabupaten Batang merupakan penghasil salak Sodong nan cukup dikenal di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Anda dapat menikmati manisnya salak Sodong nan pusatnya terletak di Desa Sodong, Kecamatan Wonotunggal. Desa Sodong hanya berjarak 17 km dari Kabupaten Batang. Desa ini terletak pada ketinggian 600 – 800 m dari permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut Desa Sodong juga memiliki potensi alam berupa curug atau air terjun.
2. Wisata Curug Genting di Kabupaten Batang
Tidak hanya di Desa Sodong saja nan memiliki curug atau air terjun, tetapi Kecamatan Blado juga terdapat curug nan dinamakan dengan Curug Genting. Curug Genting ini terletak di sebelah selatan dari Kota Batang sejauh 38 km. Air terjun ini memiliki ketinggian 40 m, dikelilingi oleh gugusan pohon pinus. Anda dapat bayangkan betapa hijaunya lokasi Curug Genting tersebut, sehingga sangat tepat Anda jadikan sebagai lokasi rekreasi alam nan menyenangkan.
3. Wisata Curug Gombong di Kabupaten Batang
Masih ada lagi air terjun nan membentang di wilayah Kabupaten Batang ini selain Curug Genting, yaitu Curug Gombong. Uniknya curug ini hanya memiliki ketinggian 13 m saja, tetapi mengeluarkan air terjun nan deras membelah bebatuan di bawahnya. Curug Gombong ini letaknya di Kecamatan Subah, tepatnya di bagian selatan Subah.‎

4. Wisata Laut di Kabupaten Batang
Sebagai kabupaten nan letaknya berbatasan dengan Bahari Jawa, membuat kabupaten Batang memiliki wisata laut nan tak kalah menariknya dengan daerah pesisir lainnya di Indonesia. Wisata laut nan dimaksud di sini ialah wisata pantai, nan terdiri dari:

Pantai Sigandu. Pantai ini menawarkan panorama alam tang sangat menawan di Kabupaten Batang, khususnya bila memasuki waktu sore hari. Sembari menikmati panorama pantai, kita dapat melihat aktivitas nelayan nan mendarat sehabis melaut.
Pantai Ujungnegoro. Pantai ini terletak di sebelah utara Kabupaten Batang dengan jeda 14 km dari arah timur bahari Kota Batang. Karakteristik khas dari Pantai Ujungnegoro ini ialah memiliki bagian tepi pantai dengan ketinggian 14 m dari permukaan laut, dan sangat sporadis ada di pantai-pantai lain sepanjang pantai utara Jawa. Lalu di dataran tinggi pantai ini terdapat Gua Aswotomo.
Pantai Pelabuhan. Satu lagi pantai nan ada di Kabupaten Batang, yaitu Pantai Pelabuhan. Pantai ini terletak di Desa Ketanggan Kecamatan Gringsing, dengan jeda 50 Km dari pusat Kota Batang. Pantai ini lebih serng digunakan sebagai loka memancing, sebab memiliki sumber air tawar di bagian tepi pantainya.
Wisata Sejarah di Kabupaten Batang
Kabupaten Batang juga memiliki wisata sejarah peninggalan zaman kerajaan di Jawa Tengah. Bagi Anda nan menyukai wisata sejarah, terutama situs kerajaan, Anda dapat memilih Kabupaten Batang. Situs sejarah nan tertuang dalam beberapa prasasti apa saja nan dapat kita temui di Kabupaten Batang? Berikut beberapa prasasti peninggalan sejarah nan ada di kabupaten Batang di antaranya:

Prasasti Sojomerto. Prasasti ini adanya di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini dibuat sekitar abad ke-7 pada masa pemerintahan Kerajaan Syailendra. Prasasti itu memiliki 11 baris tulisan Jawa Antik nan telah terkikis dimakan usia. Prasasti tersebut berbunyi ”Sembah kepada Dhewa Syiwa Bathara Paramecwara dan semua Dhewa-Dhewa. Saya hormat kepada ”hiya Mih” ialah nan mulia Dhapunta Syailendra, Santanu ialah nama ayahnya Badharawati ialah nama ibunya, Sampura ialah nama istrinda dari nan mulia Syailendra”.
Prasasti Ganesya. Prasasti ini terletak di Desa Silurah Kecamatan Wonotunggal KabupatenBatang. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Mahasin nan dipimpin oleh Raja Senna, nan terdapat dalam Situs Silurah. Prasasti Ganesya dalam Situs Silurah ini mengisahkan perjuangan Raja Senna nan berperang melawan Kerajaan Sriwijaya. Situs Silurah nan memiliki prasasti Ganesya ini berbau mistis, sehingga orang lain tak boleh sembarangan mendekatinya. Namun, Anda dapat melihat peninggalan Situs Silurah lainnya berupa Lingga dan Yoni bekas reruntuhan candi di Silurah.
Pengenalan Cagar Budaya Batang:
Makam Syeh Tholabudin di Masin Warungasem Batang

Syeikh Tholabuddin adalah keturunan dari Sunan Giri ke - 8, yang merupakan garis keturunan Rosulullah.Syeikh Tholabuddin merupakan keturunan Rosulullah yang ke - 32.
Syeikh Tholabuddin memiliki nama lain Raden Wirokusumo sebagai laskar prajurit Mataram Islam. Raden Resokusumo sebagai orang yang mempertahankan dan menjaga Agama Islam.Raden Jayokusumo sebagai pejuang yang berhasil memperjuangkan Islam dari penindasan Kolonial Belanda.
Syeikh Tholabuddin memiliki nama asli Kanjeng Kyai Syeikh Sayid Abdullah bin Sayyid Husein bin Yahya Ba'alawy.‎
Beliau wafat pada tahun 1212 Hijriyah atau sekitar tahun 1795 - 1796 Masehi.
Beliau dimakamkan di desa Masin kecamatan Warungasem.
Menurut Prof Wasino dalam bukunya yang berjudul Penulisan Upacara Tradisional Di Kabupaten Batang, upacara khol ini sudah sejak Tahun 1960 berlangsung.Khol untuk mbah Tholabudin tokoh yamg menurut cerita tutur berasal dari salah satu prajurit Mataram yang bertugas menyerang Kompeni di Batavia.Ia tidak dapat meneruskan perjalanannya karena kehabisan perbekalan. Akhirnya memutuskan tinggal di desa Masin.Di desa inilah tokoh ini mencari sunber kehidupan baru sembari menyebarkan agama Islam.Setelah wafat dimakamkan di Pekuncen desa Masin.Makam berlokasi di dalam kubah permanen berukuran 12 x 5 x 5 m di lokasi ini setiap malam jumat kliwon banyak dikunjungi masyarakat dengan maksud tertentu.
Peringatan meninggalnya suatu tokoh  sering disebut khol.Salah satunya Khol Mbah Tholabudin dari Masin Warungasem ini. Pelaksanaan khol biasanya terjadi pada Tanggal 20 Syakban tiap tahunnya dengan acara pembacaan Al Quran malam sebelumnya dan paginya di lokasi makam diadakan acara lain pembacaan salawat badar,sambutan panitia penyelenggara pembacaan ayat suci Al Quran,sambutan pejabat tingkat MUSPIKA, hikmah dan riwayat singkat mbah Tholabudin,dan acara lain lain berupa pemberian nasi besek.Acara ditutup dengan doa oleh ulama setempat.

Prasasti Sojomerto di Reban

Prasasti Sojomerto adalah prasasti yang ditemukan di sebuah kebun kopi di Desa Sojomerto,Kecamatan Reban, Kabupaten Batang pada tahun 1940 dapat memberikan keterangan - keterangan baru bagi sejarawan Indonesia mengenai Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti Sojomerto menyebutkan seorang tokoh yang bernama Dapunta Sailendra dari kerajaan Mataram kuno yang berdiri sejak awal abad ke-8 dengan raja pertamanya yaitu raja Sanjaya.

Pada umumnya masyarakat belum mengetahui mengenai keberadaan prasasti ini bahkan oleh masyarakat di daerah Batang sendiri.Prasasti ini diperkirakan usianya lebih tua dari Prasasti Canggal yaitu sebuah prasasti yang menjelaskan mengenai keberadaan Mataram Kuno yang juga dianggap sebagai prasasti paling tua di Jawa Tengah.

Prasasti Sojomerto terbuat dari batu andesit berukuran panjang43 cm,tebal7 cm dantinggi 78 cm menggunakan aksara Jawa Kuno (Kawi) dan ditulis dalam dialek Bahasa Melayu Kuno dan berasal dari abad 7 M dan berisi mengenai persembahan kepada Dewa Siwa dan Parameswara serta silsilah Dinasti Syailendra.

Prasasti Sojomerto dapat memperkuat dugaan Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka yang mengatakan bahwa di Jawa tengah hanya ada satu dinasti yaitu dinasti Syailendra saja bukan dinasti Sanjaya dan Syaelendra.Dinasti ini beragama siwa.

Isi dari Prasasti Sojomerto ini bersifat keagamaan (Siwais). Adapun isi dari Prasasti Sojomerto memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula.

Tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.

Salinan dalam Bahasa Aslinya :
1. … – ryayon çrî sata …
2. … _ â kotî
3. … namah ççîvaya
4. bhatâra parameçva
5. ra sarvva daiva ku samvah hiya
6. – mih inan –is-ânda dapû
7. nta selendra namah santanû
8. namânda bâpanda bhadravati
9. namanda ayanda sampûla
10. namanda vininda selendra namah
11. mamâgappâsar lempewângih

Terjemahan :
Karena beberapa aksaranya rusak terkikis usia, maka yang disampaikan disini adalah penfsirannya.
Sembah kepada Siwa Bhatara Paramecwara dan semua dewa-dewa
… dari yang mulia Dapunta Selendra
Santanu adalah nama bapaknya, Bhadrawati adalah nama ibunya, Sampula adalah nama istri dari yang mulia Selendra.

Situs Balekambang Gringsing
Di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, di sebuah tempat dekat perkebunan karet dan persawahan yang tak jauh dari jalur kereta api (koordinat -6.936476,110.010335) yang dinamakan dengan Balekambang terdapat bekas pesanggrahan.

Balekambang terdiri dari kata bale dan kambang yang artinya tempat terapung. Balekambang adalah sumber mata air yang besar yang airnya muncul dari bawah pohon beringin yang tumbuh diatas sekitas Balekambang. Airnya digunakan oleh petani sekitar untuk mengairi sawah, sesaat pada siang hari untuk mencuci karet bagi orang yang mencari sisa karet dari perkebunan karet sebelah barat Balekambang.

Konon tempat ini adalah pesanggrahan peninggalan Sultan Mataram yang dulu pernah membendung kekuatan untuk melakukan penyerangan ke Batavia setelah Ki Bahurekso berhasil membuka Alas Roban. Di sinilah logistik disimpan.

Kawasan  ini juga dinamakan Tunggorono. Oleh warga sekitar Tunggorono dipercaya sosok yang memiliki daerah tersebut namun di kisah pewayangan Tunggorono adalah sebuah tempat. Kawasan ini dilindungi sosok ular besar berkepala Kala yang sampai sekarang ditandai dengan Arca Ular yang berada di bawah pohon beringin.

Jika dilihat, ada bekas DAM penampungan air yang rencananya akan dialirkan ke rumah warga di daerah Sidorejo, akan tetapi petani sekitar tidak menyetujui karena pasokan air untuk pengairan akan berkurang. Kemudian DAM tersebut dijebol. Pada saat pembangunannya pada jaman NIPON dan Jepang mulai memasuki wilayah ini terdapat batu angsa, ayam, dan berbagai makhluk hidup. Yang kemudian diambil oleh beberapa warga Krengseng dan sekarang belum disurvey keberadaannya.

Di sebelah kiri DAM ada beberapa pohon pisang tumbuh disertai tumbuhan rawa yang menutupi wilayah tersebut. Ternyata tempat tersebut terdapat bekas perahu yang cukup besar, keadaannya kini telah hancur dimakan usia. Akan tetapi menurut sesepuh desa masih ada sisa-sisanya. Pada tahun 1980an perahu tersebut masih terlihat akan tetapi terlihat terbalik.

Dahulu kawasan Balekambang oleh warga sekitar dianggap sebuah danau karena luasnya genangan air. Belum ada sawah seperti yang sekarang ada. Beberapa penemuan juga membuktikan bahwa ada beberapa benda laut seperti karang dan bebatuan laut. Ditambah keberadaan bekas kapal yang ada bisa jadi jika dahulu daerah ini semacam pelabuhan kecil yang terhubung dengan laut.

Di daerah ini ada tokoh yang cukup dikenal warga yaitu Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Ki Bronto pernah bertarung dengan Ki Bagus Banteng akan tetapi kalah. Ki Bagus Banteng adalah adalah sosok yang memiliki kekuatan yang tak terkalahkan seperti banteng. Sosok satu lagi adalah Mbah Ragel. Namun belum jelas keterlibatannya dengan Ki Bronto dan Ki Bagus Banteng. Dan ketiganya belum diketahui jelas keterkaitannya dengan pesanggrahan Sultan Mataram. Pemakaman Ki Bronto dan Mbah Surgi berada di atas bekas pesanggrahan sedangkan Ki Bagus Banteng berada di dekat rel kereta api, akan tetapi karena ada proyek rel ganda kereta api akhirnya dipindahkan berjajar dengan makam Ki Bronto dan Mbah Surgi.

Dahulu ada batu Silongok yang jumlahnya enam buah. Silongok digunakan untuk melongok atau melihat. Masing-masing batu tersebut berukuran sekitar 4 meter. Namun disayangkan hancur karena ketidaktahuan pekerja proyek rel ganda kereta api yang baru baru ini dikerjakan. ‎

 

Dari Banjar Petambakan Menuju Banjar Negara


Dalam riwayat berdirinya Kabupaten Banjarnegara disebutkan bahwa seorang tokoh masyarakat yang bernama Kyai Maliu sangat tertarik akan keindahan alam di sekitar Kali Merawu sebelah selatan jembatan Clangap (sekarang). Keindahan tersebut antara lain karena tanahnya berundak, berbanjar sepanjang kali.

Sejak saat itu, Kyai Maliu kemudian mendirikan pondok/rumah sebagai tempat tinggalnya yang baru. Setelah Kyai Maliu tinggal di tempat barunya tersebut, dalam waktu singkat disusul pula dengan berdirinya rumah-rumah penduduk yang lain disekitar pondok Kyai Maliu sehingga kemudian membentuk suatu perkampungan. Perkampungan tersebut terus berkembang waktu demi waktu yang akhirnya menjadi sebuah desa.‎

Desa baru tersebut kemudian dinamakan“BANJAR” sesuai dengan daerahnya yang berupa sawah yang berpetak-petak. Atas dasar musyawarah penduduk desa baru tersebut Kyai Maliu diangkat menjadi Pertinggi (Kepala Desa), sehingga kemudian dikenal dengan nama “Kyai Ageng Maliu Pertinggi Banjar”.

Keramaian dan kemajuan desa Banjar dibawah kepemimpinan Kyai Ageng Maliu semakin pesat tatkala kedatangan Kanjeng Pangeran Giri Wasiat, Panembahan Giri Pit dan Nyai Sekati yang sedang mengembara dalam rangka syiar agama Islam. Ketiganya merupakan putra Sunan Giri Prapen raja di Giri Gajah Gresik yang bergelar Prabu Satmoko.

Sejak kedatangan Pangeran Giri Pit, Desa Banjar menjadi pusat pengembangan agama Islam. Kyai Ageng Maliu semakin bertambah kemampuannya dalam hal agama Islam dan dalam memimpin Desa Banjar. Karena kepemimpinannya itulah Desa Banjar semakin berkembang dan semakin ramai.

Desa Banjar yang didirikan oleh Kyai Ageng Maliu inilah pada akhirnya menjadi cikal bakal Kabupaten Banjarnegara. Makam Kyai Ageng Maliu di Dusun  Pekuncen desa dan  kec Banjar mangu ‎Kondisi makam sendiri sangat memprihatinkan. Cungkup makam yang terbuat dari kayu sudah mulai lapuk termakan usia, bahkan beberapa sudah dimakan serangga. Pagar keliling makam pun beberapa sudah roboh. Tanaman-tanaman ilalang pun tumbuh tak beraturan tidak terawat.

Awal Pemerintahan Kabupaten Banjar Petambakan‎

Setelah wafatnya Adipati Wargo Hutomo I (Adipati Wirasaba) dalam perjalanan pulang setelah menghadap Sultan Hadiwijoyo (Sultan Pajang) akibat adanya kesalahpahaman Utusan (Gandek) dari Kerajaan Pajang dalam mengartikan perintah Sultan Hadiwijoyo yang diperkuat dengan fitnah Demang Toyareka (Adik Adipati Wargo Hutomo), pucuk pimpinan Kabupaten Wirasaba mengalami kekosongan. Untuk selanjutnya Kabupaten Wirasaba dipimpin oleh Patih yang telah mewakili Adipati sejak menghadap Sultan.

Para Putra Adipati tidak ada yang berani menggantikan kedudukan ayahnya sebelum mendapat ijin dari Kanjeng Sultan Hadiwijoyo di Pajang.

Menyadari kesalahannya yang menyebabkan wafatnya Adipati Wargo Hutomo I, Sultan Hadiwijoyo mengutus Tumenggung Tambakbaya mengirimkan surat kepada Keluarga Adipati Wargo Hutomo I di Wirasaba yang isinya mengharapkan kehadiran salah satu putra Adipati Wargo Hutomo I untuk menghadap Sultan. Namun demikian tidak satupun dari putra Adipati Wargo Hutomo I yang bersedia menghadap Kanjeng Sultan Hadi Wijoyo. Hal ini dikarenakan disamping duka akibat peristiwa terbunuhnya ayahandanya belum sepenuhnya hilang, muncul pula perasaan khawatir bilamana ternyata mendapat perlakuan serupa.

Akhirnya Tumenggung Tambakbaya meminta Joko Kaiman (menantu Adipati) untuk memenuhi panggilan Sultan menghadap ke Pajang. Atas persetujuan Saudara-saudara iparnya, berangkatlah Joko Kaiman menghadap Sultan Hadiwijoyo di Pajang.

Sesampainya di Pajang, Sultan menjelaskan duduk permasalahan hingga Adipati Wargo Hutomo terbunuh dan menyampaikan permohonan maaf kepada semua putra Adipati dan masyarakat Wirasaba. Dalam kesempatan itu pula, Sultan Hadiwijoyo mengangkat Joko Kaiman menjadi Bupati Wirasaba menggantikan Adipati Wargo Hutomo I, yang kemudian bergelar Adipati Wargo Hutomo II.

Menyadari statusnya hanya sebagai putra menantu, maka demi menjaga keutuhan keluarga, setelah diangkat menjadi Bupati, Joko Kaiman (Wargo Hutomo II) mengeluarkan kebijakan yaitu membagi Kabupaten Wirasaba menjadi 4 (empat) Kabupaten Kecil untuk saudara-saudara iparnya, yaitu :
Kabupaten Wirasaba diserahkan kepada Kyai Ngabei Wargo Wijoyo ;
Kabupaten Merden, deserahkan kepada Kyai Ngabei Wiro Kusumo ;
Kabupaten Banjar Petambakan kepada Kyai Ngabei Wiroyudo;
Kabupaten Banyumas di Daerah Kejawar dipimpin sendiri oleh Wargo Hutomo II.

Kebijakan ini disetujui semua saudara iparnya dan mendapatkan ijin dari Sultan Pajang. Karena kebijakannya membagi Daerah Kabupaten Wirasaba menjadi 4 (empat) Kabupaten tersebut, Kyai Adipati Wargo Hutomo II mendapat julukan Adipati Mrapat.
Peristiwa tersebut merupakan awal adanya pemerintahan Kabupaten Banjar Petambakan, cikal bakal Kabupaten Banjarnegara
Kabupaten Banjar Petambakan
Kyai Ngabehi Wiroyudo merupakan Bupati Banjar Petambakan pertama yang memerintah pada ± Tahun 1582 (melihat pendirian Pendopo Kabupaten Banyumas di Kejawar oleh Wargo Hutomo II, yang merupakan salah satu pecahan dari Kabupaten Wirasaba tercatat tahun 1582).

Namun siapa pengganti Kyai Ngabei Wiroyudo sampai R. Ngabehi Banyakwide diangkat sebagai Kliwon Banyumas yang bermukim di Banjar Petambakan tidak diketahui, karena tidak ada/belum ditemukan sumber/ catatan tertulis. Ada kemungkinan Kabupaten Banjar Petambakan dibawah Kyai Ngabei Wiroyudo tidak berkembang (tidak lestari) seperti halnya Kabupaten Merden yang diperintah R. Ngabei Wargawijaya dan Kabupaten Wirasaba yang diperintah oleh R. Ngabei Wirakusuma. Tidak demikian halnya halnya dengan Kabupaten Banyumas (Daerah Kejawar) dibawah pemerintahan R. Adipati Wargo Hutomo II yang dapat bertahan dan terus berkembang.

R. Banyakwide adalah putra R. Tumenggung Mertoyudo (Bupati Banyumas ke 4). Dari sini terlihat bahwa selama 3 (tiga) periode kepemimpinan Bupati di Kabupaten Banyumas (setelah Wargo Hutomo II) sampai dengan Bupati ke 4 (R.T. Mertoyudo), Kabupaten Banjar Petambakan tidak tercatat ada yang memerintah.

Karena cukup lama tidak ada yang memerintah, maka setelah diangkatnya R. Banyakwide sebagai Kliwon Banyumas tetapi bermukim di Banjar Petambakan, ada yang menyebut Banyakwide adalah Bupati Banjar Petambakan Pertama setelah Pemerintahan Ngabehi Wiroyudo.

R. Banyak Wide mempunyai 4 (empat) putera, yaitu:
Kyai Ngabei Mangunyudo;
R. Kenthol Kertoyudo;
R. Bagus Brata;
Mas Ajeng Basiah.
Sepeninggal R. Banyakwide Kabupaten Banjar Petambakan diperintah oleh R. Ngabei Mangunyudo I yang kemudian dikenal dengan julukan Hadipati Mangunyudo Sedo Loji (Benteng), karena beliau gugur di loji saat perang melawan Belanda di Kartosuro.

Kebenciannya terhadap Belanda ditunjukkan sewaktu ada geger perang Pracino (pecinan) yaitu pemberontakan oleh bangsa Tionghoa kepada VOC saat Mataram dipimpin Paku Buwono II.

R. Ngabehi Mangunyudo I sebagai Bupati manca minta ijin untuk menghancurkan Loji VOC di Kartasura. Paku Buwono II mengijinkanya dengan satu permintaan agar R. Ng. Mangunyudo tidak membunuh pasangan suami istri orang belanda yang berada di loji paling atas.

Akhirnya perang sengitpun terjadi antara pajurit Mangunyudo I dengan pasukan VOC (tahun 1743). Melihat prajuritnya banyak yang tewas, Adipati Mangunyudo I sangat marah, seluruh penghuni loji dibunuhnya, bahkan beliau lupa pesan Sri Susuhunan Pakubuwono II. Melihat masih ada orang Belanda yang masih hidup di bagian paling atas Loji, R. Mangunyudo I mengejarnya dan berusaha membunuh pasangan suami istri orang Belanda, yang sebenarnya adalah Pakubuwono II dan Permaisuri yang sedang menyamar. Merasa terancam jiwanya, Pakubuwono II akhirnya membunuh Adipati Mangunyudo I yang sedang kalap di Loji VOC tersebut. Sebab itulah kemudian Adipati Mangunyudo I dikenal dengan sebutan Adipati Mangunyudo Sedo Loji.
Kabupaten Banjar Watu Lembu
a. Berdasarkan sumber/buku “Inti Silsilah dan Sejarah Banyumas”
Setelah Adipati Mangunyudo I wafat, disebutkan bahwa pengganti Bupati Banjar Petambakan adalah puteranya yang bergelar R. Ngabei Mangunyudo II, yang dikenal dengan R. Ngabei Mangunyudo Sedo Mukti.

Di era kepemimpinannya, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dengan nama Kabupaten Banjar Watu Lembu (Banjar Selo Lembu).

R. Ngabei Mangunyudo II merupakan Bupati Banjar Watu Lembu Pertama, yang kemudian digantikan oleh puteranya, bergelar Kyai R. Ngabei Mangunyudo III yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabei Mangunbroto, Bupati Anom Banjar Selolembu. Masih dari sumber yang sama, R. Ngabei Mangunbroto wafat karena bunuh diri.

Penggantinya adalah R.T. Mangunsubroto yang memerintah Kabupaten Banjar Watulembu sampai tahun 1931.

Karena Kabupaten Banjar Watulembu sangat antipati terhadap Belanda, maka setelah perang Diponegoro dimana kemenangan dipihak Belanda, Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan statusnya menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangunsubroto dan R. Ng. Ranudirejo.
Berdasarkan sumber “Register Sarasilah Keturunan R. Ngabei Banyakwide dan Register Catatan Legenda Riwayat Kanjeng Sunan Giri Wasiyat, Kyai Panembahan Giri Pit, Nyai Ageng Sekati”
Dalam sumber tersebut disebutkan bahwa yang menggantikan Mangunyudo I adalah R. Ngabehi Kenthol Kertoyudo yang kemudian bergelar R. Ngabei Mangunyudo II. Dalam perang Diponegoro lebih dikenal dengan R. Tumenggung Kertonegoro III atau Mangunyudo Mukti.

Pada masa pemerintahannya, Kabupaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dan kemudian dinamakan Kabupaten “Banjar Watulembu”.

Sikap Adipati Mangunyudo II yang sangat anti terhadap Belanda dan bahkan turut memperkuat pasukan Diponegoro dalam perang melawan Belanda (dimana perang tersebut berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda), berakibat R. Ngabei Mangunyudo II dipecat sebagai Bupati Banjar Watulembu, dan pada saat itu pula  status Kabupaten Banjar Watulembu diturunkan menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangun Brotodan R. Ngabei Ranudirejo.

Terlepas sumber mana yang benar, para pemimpin/ Bupati Banjar mulai Mangunyudo I sampai yang terakhir Mangunsubroto atau Mangunyudo II, semuanya anti penjajah Belanda.
Kabupaten Banjarnegara
Siapa sebenarnya Tumenggung Dipayuda

Dalam masa pemerintahan raja-raja tanahjawa tersebutlah kerajaan Majapahit dengan penguasanya Prabu Brawijaya. Prabu Brawijaya menurut naskah babad disebutkan adalah raja terakhir penguasa kerajaan Majapahit.Dikisahkan bahwa pada suatu hari putri Prabu Brawijaya yang bernama Retno Ayu Pambayun diculik oleh Menak Dali Putih raja kerajaan Blambangan putra Menak Jingga.Pada masa itu tersebutlah seorang pahlawan bernama Jaka Senggara yang berhasil merebut dan membebaskan Retno Ayu Pambayun dari tangan Menak Dali Putih sehingga dalam pertempuran itu Menak Dali Putih menemui ajalnya.

Atas jasa dari Jaka Senggara tersebut kemudian Prabu Brawijaya mengangkat Jaka Senggara menjadi bupati Pengging dengan gelar kebesaran Handayaningrat.Selain dianugerahi menjadi bupati Pengging,Jaka Senggara dinikahkan dengan Retno Ayu Pambayun.

Kerajaan Majapahit dimasa-masa akhir kehancurannya terjadi pemberontakan dimana-mana.Pemberontakan-pemberontakan itu didasari keinginan merebut tahta kerajaan.Handayaningrat gugur dimedan laga saat perang antara Majapahit dengan Demak Bintoro.Disebutkan bahwa Handayaningrat (Ki Ageng Pengging Sepuh)tertusuk keris Sunan Ngudung hingga menemui ajalnya.Tahta kerajaan Majapahit berikut benda-benda pusaka kerajaan diboyong ke Demak.Kemudian Raden Patah atas prakarsa para wali songo mendirikan kerajaan Demak.

Setelah terbunuhnya Handayaningrat maka pemerintahan Pengging dipegang oleh anaknya yang bernama Ki Kebo Kenanga dengan gelar Ki Ageng Pengging.Sejak saat itu Pengging menjadi daerah bawahan kerajaan Kasultanan Demak.Ketika Kasultanan Demak terjadi perang pengaruh antara para wali songo pendukung kerajaan Kasultanan Demak dengan Syeh Siti Jenar,pertentangan itu semakin meruncing sehingga terpaksa diselesaikan dengan pertumpahan darah.Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh hendak memberontak terhadap kekuasaan Kasultanan Demak.

Ki Ageng Pengging mempunyai seorang anak yang bernama Mas Karebet.Ketika dilahirkan ayahnya Ki Ageng Pengging sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir.Setelah selesai ndalang Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.

Setelah kematian Ki Ageng Pengging,Nyai Ageng Pengging sering sakit-sakitan dan tidak lama kemudian meninggal dunia.Sejak saat itu Mas Karebet diambil sebagai anak asuh oleh Nyai Ageng Tingkir.

Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar olahkanuragan dan bertapa sehingga mendapat sebutan Jaka Tingkir.Jaka Tingkir diambil murid oleh Sunan Kalijaga dan pernah juga berguru kepada Ki Ageng Selo.Ditempat Ki Ageng Selo itu Jaka Tingkir dipersaudarakan dengan cucu Ki Ageng Selo yaitu Ki Juru Martani,Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi.

Pada masa Kasultanan Demak yang dipimpin oleh Sultan Trenggono,Jaka Tingkir banyak berjasa.Sultan Trenggono menjadikan Jaka Tingkir bupati Pajang dan menikahkannya juga dengan salah satu putrinya yang bernama Ratu Mas Cempaka.Jaka Tingkir dianugerahi gelar Hadiwijaya.

Sepeninggal Sultan Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto naik takhta, namun kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsangbupati Jipang. Setelah itu, Arya Penangsang juga berusaha membunuhHadiwijaya namun gagal.

Dengan dukungan Ratu Kalinyamat(bupati Jepara putri Sultan Trenggana),Hadiwijaya dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Ia pun menjadi pewaris tahta Kesultanan Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang.Hadiwijaya atau Jaka Tingkir kemudian mengganti nama kerajaan menjadi kerajaan Kasultanan Pajang(tahun 1549).

Pada suatu saat, ketika Kyai Tepusrumput sedang bertapa di bawah pohon Jatiwangi, Ia di datangi oleh seorang laki-laki tua bernama Kyai Kantaraga. Kyai Kantaraga memerintahkan agar Ia bertapa di bawah pohon Pule selama 40 hari.Setelah perintah itu dilaksanakan, yaitu bertapa selama 40 hari,Ia mendapatkan sebentuk cincin emas, yang ternyata bernama socaludira. Cincin itu, ternyata adalah milik Sultan pajang(Sultan Hadiwijaya;Jaka Tingkir) yang hilang. Karena mengetahui bahwa cincin socaludira adalah miliki sultan Pajang maka Ia mengembalikannya. Saking girangnya Sultan Pajang menemukan kembali cincin kesayangannya itu, maka Sultan Pajang memberikan hadiah kepada Kyai Tepusrumput seorang putri triman yang sedang hamil 4 bulan.Setelah menunggu cukup lama, akhirnya putri triman itu melahirkan jabang bayi laki-laki, yang kemudian Ia serahkan kembali kepada Sultan pajang. Akan tetapi, oleh Sultan Pajang bayi tersebut diserahkan kembali kepada kyai Tepusrumput, yang kemudian bergelar Kyai Ageng Ore-ore.Setelah tumbuh dewasa, anak dari putri triman atau anak tiri dari Kyai Tepusrumput menggantikan kedudukan Kyai Tepusrumput dengan gelar Kyai Adipati Anyakrapati atau Adipati Onje II.

Adipati Anyakrapati atau Adipati Onje II memperistri dua orang yang berasal dari Cipaku dan Pasir Luhur. Dari istri yang berasal dari Cipaku, Ia di karuniai 2 orang putra, yakni; Raden Cakra Kusuma dan Raden Mangunjaya. Selanjutnya dengan istri keduanya yang berasal dari Pasir Luhur, Adipati Anyakrapati atau Adipati Onje II di karuniai 2 putera yang semunya adalah perempuan.Karena selalu terjadi percekcokan dalam keluarga akhirnya Adipati Onje membunuh kedua istrinya. Selanjutnya Ia kawin dengan anak perempuan Adipati Arenan yang bernama Nyai Pingen.Dari perkawinan tersebut, Adipati Onje II, dikaruniai seorang‎ putra bernama Kyai Arsa Kusuma yang kemudian berganti nama menjadi Kyai Arsantaka.

Setelah dewasa, Kyai Arsantaka kawin dengan 2 orang putri.Istri pertama bernama Nyai Merden dan istri kedua bernama Nyai Kedung Lumbu. Dari istri pertama, Kyai Arsantaka di karuniai 5 orang putera, yakni; pertama Nyai Arsamenggala, kedua Kyai Dipayuda,ketiga Kyai Arsayuda, yang kemudian menjadi menantu Tumenggung Yudanegara II. Putera keempat bernama Mas Ranamenggala dan kelima adalah Nyai Pancaprana.Dengan istri kedua, Kyai Arsantaka di karuniai 1 putera yaitu Mas Candrawijaya, yang di kemudian hari menjadi Patih Purbalingga.

Diceritakan bahwa kyai Arsantaka meninggalkan Kadipaten Onje untuk berkelana ke arah timur dan sesampainya di desa Masaran (Sekarang di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara) diambil anak angkat oleh Kyai Wanakusuma yang masih anak keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram.

Pada tahun 1740 – 1760, Kyai Arsantaka menjadi demang di Kademangan Pagendolan (sekarang termasuk wilayah desa Masaran), suatu wilayah yang masih berada dibawah pemerintahan Karanglewas (sekarang termasuk kecamatan Kutasari, Purbalingga) yang dipimpin oleh R. Tumenggung Dipayuda I.

Kyai Arsantaka karena banyak menyumbang jasa maka dinobatkan menjadi Raden Tumenggung Dipayuda II.Banyak riwayat yang menceritakan tentang kepahlawanan dari Kyai Arsantaka antara lain ketika terjadi perang Jenar, yang merupakan bagian dari perang Mangkubumen, yakni sebuah peperangan antara Pangeran Mangkubumi dengan kakaknya Paku Buwono II dikarenakan Pangeran mangkubumi tidak puas terhadap sikap kakanya yang lemah terhadap kompeni Belanda. Dalam perang jenar ini, Kyai Arsantaka berada didalam pasukan kadipaten Banyumas yang membela Paku Buwono.

Dikarenakan jasa dari Kyai Arsantaka kepada Kadipaten Banyumas pada perang Jenar, maka Adipati banyumas R. Tumenggung Yudanegara mengangkat putra Kyai Arsantaka yang bernama Kyai Arsayuda menjadi menantu. Seiring dengan berjalannya waktu, maka putra Kyai Arsantaka yakni Kyai Arsayuda menjadi Tumenggung Karangwelas dan bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III.

Masa masa pemerintahan Kyai Arsayuda dan atas saran dari ayahnya yakni Kyai Arsantaka yang bertindak sebagai penasihat, maka pusat pemerintahan dipindah dari Karanglewas ke desa Purbalingga,dikemudian hari menjadi Kabupaten Purbalingga.

Anak kedua Kyai Arsantaka dari Nyai Merden yang bernama Kyai Dipayuda berkelana kewilayah Banjar Pertambakan (sekarang Banjarmangu) yang dikuasai Kyai Ngabei Wirayuda.Beberapa waktu kemudian Kyai Ngabei Wirayuda meninggal dunia sehingga wilayah Banjar tidak ada yang menguasai.Konon atas kekosongan kekuasaan ini maka Kyai Dipayuda diangkat menjadi Raden Tumenggung Dipayuda IV.

Raden Tumenggung Dipayuda IV banyak berjasa ketika perang Pangeran Diponegoro.Hal ini diceritakan dalam babad Pupuh:
“Tumuta lampah kawula, sri naréndra ngandika iya becik, tinimbalan praptèng ngayun, sang nata angandika, Dipayuda milua amapag musuh, tur sembah matur sandika”‎
Artinya:” Mengikuti saran, sang raja berkata,”Ya, kalau begitu panggillah Dipayuda menghadap saya”. Kepada Dipayuda raja memerintahkan untuk mencegat musuh dan di jawab bahwa dia siap”.
Sehingga Sri Susuhunan Paku Buwono VII mengusulkan agar Raden Tumenggung Dipayuda IV diangkat menjadi bupati Banjar.berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I.Usul tersebut disetujui oleh Gubernur Jenderal.Peristiwa ini kemudian lebih dikenal dengan Banjar Watu Lembu.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. 
Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam.Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi”Banjarnegara”(Banjar:Sawah,Negara:Kota). R.Tumenggung Dipayuda menjabat Bupati sampai tahun 1846.Setelah pensiun dari jabatan bupati Kyai Dipayuda atau Raden Tumenggung Dipayuda IV tidak ada kabar beritanya lagi ditingkat pemerintahan.Maka diangkatlah Raden Adipati Dipadiningrat sebagai penggantinya.
Untuk mengenang asal mula Kota Kabupaten baru yang berupa persawahan dan telah dibangun menjadi kota, oleh Raden Tumenggung Dipoyudho IV, Kabupaten Baru tersebut diberi nama “BANJARNEGARA”(mempunyai maksud Sawah = Banjar, berubah menjadi kota = negara) sampai sekarang.

Setelah segala sesuatunya siap, Raden Tumenggung Dipoyudo IV sebagai Bupati beserta semua pegawai Kabupaten pindah dari Banjar Watulembu ke Kota Kabupaten yang baru Banjarnegara.

Dikarenakan  pada saat pengangkatannya status Kabupaten Banjar Watulembu yang terdahulu telah dihapus, maka Raden Tumenggung Dipoyudho IV dikenal sebagai Bupati Banjarnegara I (Pertama).

Peristiwa Pengangkatan Raden Tumenggung Dipoyudho IV pada tanggal 22 Agustus 1831 sebagai Bupati Banjarnegara inilah yang dijadikan dasar untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara, yaitu dengan Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Banjarnegara tanggal 1 Juli 1981 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara.

Perang Diponegoro dan Berdirinya Kabupaten Banjarnegara

Pada tahun 1825 meletus Perang Diponegoro. Sebab-sebab meletusnya perang tersebut adalah akibat ketidakpuasan Pangeran Diponegoro terhadap kebijakan  pemerintah kolonial Belanda yang dianggap akan menggusur makam nenek moyang Pangeran Dipanegoro. Selain itu, persoalan di internal kraton Yogyakarta, terutama tentang suksesi pasca meninggalnya Hamengkubuwono ke-4 juga turut mengobarkan kemarahannya.  Perang Diponegoro berjalan kurang lebih selama lima tahun dan meluas ke hampir seluruh kawasan yang saat itu berada dalam kekuasaan dua kerajaan Jawa, yaitu Kerajaan Yogyakarta dan Kerajaan Surakarta.

Pasukan Diponegoro dalam jumlah yang besar yang dipimpin oleh Putra Pangeran Diponegoro, yaitu Pangeran Surya Atmaja masuk ke Banjar dari arah timur, yaitu dari Kaliwira, Tunggara, Banjar, Kutawaringin, terus ke barat ke Mandiraja, Purwareja-Klampok, dan akhirnya menyeberang ke utara ke Purbalingga. Pada saat itu semua bupati diinstruksikan untuk melawan pasukan Pangeran Diponegoro, tidak terkecuali Bupati Banjar Watu Lembu, yaitu Mangunbrata.

Pada tahun 1830,  Perang Diponegoro dapat diakhiri dengan cara-cara licik yang dilakukan oleh Belanda. Pangeran Diponegoro ditangkap dalam sebuah perundingan pura-pura di gedung Karesidenan Magelang. Ia akhirnya dibuang ke Manado dan Makassar sampai meninggal dunia pada tahun 1855. Akibat dari perang yang berjalan berlarut-larut tersebut menyebabkan Belanda nyaris bangkrut. Belanda tidak mau menanggung kerugian sendirian, dan membebankan biaya perang yang mencapai jutaan gulden kepada dua kerajaan, Yogyakarta dan Surakarta.

Kedua kerajaan tersebut keberatan jika harus menggantinya dengan uang, sehingga dicapai kesepakatan bahwa dua daerah mancanegara, yaitu mancanegara kilen (Banyumas dan sekitarnya) dan mancanegara wetan (Madiun dan sekitarnya) harus diserahkan kepada pihak Belanda. Penyerahan kedua daerah tersebut dilakukan pada pertengahan tahun 1830 beberapa saat setelah Pangeran Diponegoro ditangkap. Sejak saat itu daerah Banjar yang merupakan bagian dari Banyumas, menjadi daerah jajahan Belanda. Belanda segera melakukan penelitian terhadap daerah Banyumas.

Pada tahun itu juga dikirim tiga orang kontrolir, yaitu Tak, Vitalis, dan Daendels (Bukan Jenderal Daendels) untuk melakukan penelitian dan pengamatan terhadap seluruh wilayah Banyumas. Kontrolir Tak meneliti daerah Purbalingga, Kontrolir Vitalis bertugas meneliti daerah Banyumas, dan Kontrolir Daendels bertugas meneliti daerah Banjar (pada waktu itu belum disebut Banjarnegara). Reorganisasi pemerintahan juga segera dilakukan. Banjar dibagi menjadi tiga distrik, yaitu Distrik Banjar, Distrik Sigaluh, dan Distrik Mandiraja.

Setelah terlibat dalam Perang Diponegoro, ternyata pada tahun 1831 Mangunbrata ditemukan meninggal dunia secara tidak wajar, yaitu bunuh diri dengan cara menusuk perutnya. Mangunsubrata, yang merupakan anak dari Mangunbrata kemudian diangkat menjadi penguasa di Banjar Watu Lembu menggantikan ayahnya. Mangunsubrata tidak terlalu lama memerintah di Banjar Watu Lembu karena pemerintah kolonial Belanda kemudian menetapkan Banjar  sebagai kabupaten, dengan nama baru Kabupaten Banjarnegara, yang berada di bawah kekuasaan mereka dan mengangkat Raden Tumenggung Dipayuda IV menjadi bupati menggantikan bupati lama, Mangunsubrata, yang kekuasaannya bersifat turun-temurun. Penetapan tersebut dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1831 berdasarkan Resolutie Gouverneur General Nomor I dan dimuat dalam Staatsblad Tahun 1831. Raden Tumenggung Dipayuda IV membangun pusat kekuasaan baru di daerah Kutawaringin dan diberi nama Banjarnegara. Sejak saat itu Mangunsubrata tidak berkuasa lagi, dan daerah Banjar Watu Lembu berlahan-lahan mengalami kemunduran.

Raden Tumenggung Dipayuda ke-4 adalah keturunan dari Tumenggung Dipayuda I yang merupakan Bupati Purbalingga pada periode awal. Sebelum diangkat menjadi Bupati Banjarnegara, Raden Tumenggung Dipayuda IV adalah penguasa di Adireja dan kemudian di Adipala. Penetapannya sebagai bupati di Banjarnegara kemungkinan besar sebagai bentuk penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda dan Kraton Surakarta karena yang bersangkutan telah membantu melawan pasukan Pangeran Diponegoro, beserta bupati-bupati lain di wilayah Banyumas. Selain mengangkat Raden Tumenggung Dipayuda IV sebagai bupati dengan gaji 800 gulden per bulan, pemerintah kolonial Belanda juga mengangkat Kontrolir Daendels menjadi asisten residen di Banjarnegara. Masyarakat setempat memanggil Daendels dengan sebutan Tuan Panggilmister.

Pembangunan di Kabupaten Banjarnegara

Pada saat Banjarnegara ditempatkan di bawah kekuasaan kolonial Belanda, kondisi daerah ini masih terbelakang. Secara umum kawasan banjarnegara merupakan kawasan terisolir yang memiliki hubungan yang sangat minim dengan daerah lain. Jalan-jalan di daerah ini sangat buruk, sungai-sungai banyak sekali yang tidak memiliki jembatan, dan saluran irigasi nyaris tidak ada sehingga lahan pertanian sangat tergantung pada air hujan. Kekuasaan tradisional sebelum Belanda berkuasa di Banjarnegara memang tidak memiliki perencanaan yang matang terhadap pembangunan di daerah.

Tahun 1846 Raden Tumenggung Dipayuda IV digantikan oleh Raden Tumenggung Dipadiningrat. Dipadiningrat memerintah Kabupaten Banjarnegara sampai pensiun tahun 1878, setelah itu digantikan oleh Mas Ngabehi Atmadipura yang sebelumnya menjabat Patih Kabupaten Purworejo.

Setelah menjadi bupati di Banjarnegara bergelar Raden Tumenggung Jayanegara I. Pada saat ia memerintah, pada tahun 1884 sistem irigasi modern pertama di bangun di Banjarnegara dan diberi nama irigasi Singamerta.

Irigasi ini berasal dari sungai Serayu yang dibendung di desa Singamerta kurang lebih empat kilometer sebelah timur kota Banjarnegara. Aliran irigasi tersebut menuju ke arah barat dan mengairi ratusan hektar sawah yang semula merupakan sawah tadah hujan.             

Di distrik Klampok, irigasi tersebut membelah menjadi dua dengan nama saluruan irigasi Blimbing dan saluran irigasi Siwuluh. Tahun 1889 berdiri pabrik gula di Klampok yang dipimpin oleh Administratur J.T. de Ruijter. Pabrik gula ini merupakan perluasan dari pabrik gula di Kalibagor di selatan Sokaraja. Namun perjalanan pabrik gula Klampok tidak berjalan lama, karena pada tahun 1932 pabrik tersebut ditutup akibat terkena dampak krisis ekonomi dunia, yang terkenal dangan nama malaise.

Pada tahun 1896 Raden Tumenggung Jayanegara I meninggal dunia, dan kedudukannya sebagai bupati digantikan oleh anaknya yang bernama Raden Jayamisena, yang sebelumnya menjabat Wedana Distrik Singamerta. Pada saat menjabat bupati, Jayamisena bergelar Raden Tumenggung Jayanegara II. Pada masa Bupati Jayenagara II, pemerintah kolonial Belanda membangun proyek irigasi raksasa dengan membendung Sungai Serayu di utara kota. Proyek irigasi tersebut dimulai tahun 1912 dengan lama pembangunan sekitar lima tahun. Proyek irigasi ini diberi nama Bandjar-Tjahjana Waterwerken (disingkat BTW), karena mengalir dari kota Banjarnegara sampai ke distrik Cahyana (Bukateja) di Purbalingga. Saluran airnya menembus beberapa perbukitan dan menembus di bawah sungai lain yaitu sungai Merawu di desa Jenggawur. Di sini saluran air harus dibuatkan syphon (gorong-gorong dari pipa). Aliran irigasi tersebut tidak boleh bercampur dengan air dari sungai Merawu karena air sungai Merawu menurut penelitian ahli pengairan Belanda tidak baik untuk mengairi sawah. Pembanguna  saluran irigasi Bandjar-Tjahjana tergolong sangat lama yaitu sampai lima tahun karena pengerjaannya sangat sulit dan harus membuat beberapa terowongan yang panjang menembus bukit dan bawah sungai. Dari irigasi ini ribuan tanah kering bisa disulap menjadi persawahan yang subur.

Pada periode ini perbaikan-perbaikan jalan yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota distrik maupun ibukota onderdistrik  juga dilakukan. Jalan antara Banjarnegara – Blimbing – Sirongge yang tadinya harus melewati lereng-lereng tebing yang terlalu terjal akhirnya dibuat agak mendatar dengan cara membuatnya berkelok-kelok. Jalan yang menghubungkan Wanadadi – Banjarmangu kemudian ke Rejasa dan Madukara, dengan keputusan Direktur Pekerjaan Umum tanggal 15 Agustus 1905 juga diperlebar. Biaya yang dikeluarkan untuk proyek ini adalah  300 gulden. Demikian juga jalan dari Banjarnegara ke Karangkobar dan Kalibening, disamping dikeraskan di beberapa ruas jalan juga diperlebar.  

Raden Tumenggung Jayanegara II menjadi bupati di Banjarnegara sampai tahun 1927. Pada tahun itu ia menjalani masa pensiun dan digantikan oleh putranya yang bernama Raden Tumenggung Sumitra Kalapaking Purbanegara. Sumitra Kalapaking merupakan pribadi yang hebat. Ia mengenyam pendidikan Indologi di Negeri Belanda, aktif mengikuti gerakan kebangsaan untuk mendukung kemerdekaan Indonesia di Negeri Belanda, dan sempat mengembara ke berbagai Negara di Eropa. Menjelang Indonesia merdeka, ia juga menjadi anggota BPUPKI yang berkedudukan di Jakarta. Pada masa revolusi, Sumitra Kalapaking selain sebagai Bupati Banjarnegara juga menjabat sebagai Residen Pekalongan. Ia menjabat sebagai Bupati Banjarnegara sampai tahun 1950. Sejak saat itu bupati-bupati di Banjarnegara bukanlah keturunan dari bupati sebelumnya, tetapi bupati yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Masa feodalisme sistem pemerintahan di Kabupaten Banjarnegara berakhir setelah masa revolusi kemerdekaan, setelah masa kepemimpinan Bupati Sumitra Kalapaking.

 

Jejak Sembah Dalem Dipati Ukur Di Gunung Wayang


Beberapa tahun kebelakang, Sungai Citarum ramai diperbincangkan oleh media-media nasional karena termasuk predikat salah satu sungai paling tercemar di dunia! Sungai Citarum ini memang sering dijadikan pembuangan limbah oleh pabrik-pabrik yang ada di sekitarnya, regulasi dari pemerintah yang kurang dan kesadaran industri kepada lingkunganlah yang menyebabkan sungai ini menjadi sangat tercemar.

Tetapi siapa disangka, Sungai Citarum ini memiliki hulu yang sangat cantik dan sangat jernih airnya. Letak hulunya berada di Situ Cisanti yang berada di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan. Situ Cisanti ini juga terletak di kaki Gunung Wayang. Karena letaknya yang berada di ketinggian, Situ Cisanti ini mempunyai udara yang sejuk dan fresh, cocok untuk melakukan refreshing.

Tak hanya perannya yang sangat penting bagi sumber kehidupan warga Jawa Barat Situ Cisanti merupakan salah satu dari saksi sejarah dari masa kerajaan hingga zaman kolonialisme dulu. Situ Cisanti ini merupakan sebuah petilasan (tempat persinggahan) dari Dipatiukur, yang merupakan seorang wedana para bupati Priangan pada abad ke-17. Dipatiukur memimpin pasukan untuk menyerang Belanda di Batavia pada tahun 1628. Disebutkan bahwa kekalahan Dipatiukur disebabkan oleh adanya pengkhianatan dari pemimpin masyarakat Sunda lain, sehingga akhirnya Dipatiukur dan pengikutnya mudah dikalahkan. Menurut kabar, Bujangga Manik yang masih keturunan  Raja Padjajaran, pernah mengunjungi Situ Cisanti ini pada perjalanannya mengunjungi tempat-tempat suci di Pulau Jawa dan Bali dengan berjalan kaki seorang diri.

Selain berperan penting dalam sejarah dan kehidupan masyarakat Jawa Barat, Situ Cisanti ini juga mempunyai pemandangan dan fasilitas seperti jembatan yang bisa dijadikan tempat untuk hunting foto. Selain hunting foto, aktivitas lain yang bisa dilakukan di Situ Cisanti ini yaitu memancing dan keliling danau menggunakan perahu, bahkan bisa camping

Situ Cisanti yang terletak di Kampung Pejaten Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung ini merupakan salah satu danau yang wajib anda kunjungi. Berbeda dengan situ Patenggang dari Ciwidey, Situ Cisanti terletak berlokasi januh dengan kota dan juga berada di dalam hutan. Dan itulah yang menjadikan Situ Cisanti ini tetap terjaga serta membuatnya tetap eksotis.

Situ Cisanti ini terletak di kaki Gunung Wayang yang kini masuk dalam area Perum Perhutani. Tak hanya perannya yang sangat penting bagi sumber kehidupan warga Jawa Barat. Situ Cisanti merupakan salah satu dari saksi sejarah dari masa kerajaan hingga zaman kolonialisme dulu. ‎

Yang membuatnya unik adalah bahwa situ/danau ini merupakan hulu dari Sungai Citarum dan merupakan saksi sejarah karena situ ini adalah sebuah patilasan dari Dipatiukur. Nama situ itu adalah SITU CISANTI. Situ Cisanti adalah sebuah danau yang terletak di tengah hutan eucaliptus dan situ ini terletak cukup tinggi dari permukaan laut. Banyak yang bilang bahwa Situ Cisanti bagaikan sebuah “nadi Jawa Barat” karena Situ Cisanti inilah yang menjadi hulu dari Sungai Citarum, sungai terbesar dan terlebar di Jawa Barat yang memiliki panjang sekitar 269 Km dan membelah 12 Kabupaten dan kota. 

Di Situ Cisanti ini terdapat beberapa spot yang unik dan cocok buat foto-foto dan bernarsis ria dan keren. Lokasi/Alamat Situ Cisanti Situ Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang sekitar 60 kilometer sebelah selatan Kota Bandung dan dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua atau roda empat sekitar 2-3 jam. Untuk mencapai lokasi bisa diakses melalui dua cara. Pertama melalui kawasan Pangalengan dengan sebelumnya menyusuri perkebunan teh Malabar. Sebenarnya dengan melewati kawasan Pangalengan ini bisa terbilang lebih dekat dengan jalan yang tidak terlalu menanjak, namun jalanan dengan rute ini cukup sulit, sepi, rusak dan lebih mudah tersesat karena kurangnya plang jalan khusus. Rute kedua adalah melalui Bandung – Ciwastra – Ciparay – Pacet – Cibeureum dan selanjutnya Kertasari. 

Bisa dibilang melalui rute kedua ini jalanan akan sedikit menanjak dan berputar, namun jalanan pada rute kedua ini lebih baik dan mulus dibandingkan dengan rute pertama. Fasilitas Situ Cisanti Bisa dibilang Situ Cisanti ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap mulai dari toilet, mushola hingga penginapan/cottage kayu yang bisa dipakai untuk menginap dan menikmati malam di tengah hutan Situ Cisanti. Di kawasan Situ Cisanti ini juga kamu bisa berkemah dengan teman-teman yang menyukai alam terbuka. 

Situ Cisanti ini merupakan pertemuan dari 7 mata air yang ada disana. Diantaranya adalah 
mata air Cikahuripan (Pangsiraman), 
mata air Cihaniwung, 
mata air Mastaka Citarum, 
mata air Cisadane, 
mata air Cikoleberes, 
mata air Cikawedukan dan terakhir 
mata air Cisanti. 

Dari ketujuh mata air yang ada di Situ Cisanti, yang paling populer adalah mata air Pangsiraman. Mata air Pangsiraman ini dikelilingi oleh pagar besi dan terdapat bangunan bagi mereka yang ingin melakukan “ziarah” di kawasan ini. Untuk bisa masuk ke lokasi ini kamu tak bisa sendiri karena dijaga oleh seorang juru kunci yang sesekali ada disana. Di kawasan mata air Pangsiraman ini air kebiruan dan sangat jernih. Disini kamu tak bisa sembarang mandi di mata air ini karena ada sebuah tatakrama yang harus dilakukan sebelumnya.

Mitos Di Cisanti

Daerah sekitar hulu sungai citarum, ternyata memiliki cerita mitos tersendiri pula. Di sebelah atas danau cisanti ada 2 pohon tua yg batangnya berdekatan, kata orang itu adalah simbolik keris dan kujang dari raja siliwangi, yang bilamana kedua batang pohon tersebut sampai berjauhan itu adalah pertanda akan terjadi perang saudara di negeri ini ?.Daerah sekitar gunung wayang ternyata memiliki mitos sunda tentang kerajaan sunda jaman dulu ( siliwangi ), ada beberapa nama kampung yg cukup unik dan konon ada hubungan dengan cerita lama tsb, seperti pejaten (dari kata jati), sukaratu, tamansari,kertasari dll.Di sebelah gunung wayang ada bukit yg dinamakan gunung bedil, konon disanalah dulu terdapat meriam ( bedil) menuju istana kerajaan. Jalur celah bukit yg kita lewati tadi, dinamakan golodok, artinya semacam tangga naik menuju gapura istana, memang kondisi alamnya sangat unit celah tersebut diapit dua bukit yg simetris, kita memasuki sebuah lembah besar,bagaikan memasuki sebuah arena terbuka yg luas. Di dekat puncak gunung wayang, ada tempat yg sering dijadikan tempat bertapa para dalang yang ingin mencari kesaktian ilmu mendalang nya. Konon dulu di sekitar gunung wayang pada malam hari, orang sering mendengar suara2 seperti gamelan wayang, karena itu lah gunung tersebut dinamakan gunung wayang.

Semula, mata air Citarum yang berada di lereng Gunung Wayang, hanya
berupa aliran selebar satu meter lebih, dengan daerah rawa berumput
sebelum menuju hilir. Namun, sejak 2001, pemandangan tersebut berubah
menjadi sebuah situ (danau) yang indah seluas 6 hektare, lengkap
dengan keran pengatur air. Tepat di bawah pintu air utama bercat biru,
tertulis “Situ Cisanti”.

“Dinamian Cisanti, lantaran saluyu sareng salah sahiji cinyusu nu
paling ageung di dieu (Diberi nama Cisanti karena sesuai dengan salah
seorang mata air terbesar di sini),” ujar Aceng Sukma, lelaki
kelahiran 1927 yang menjadi salah satu juru kunci makam leluhur di
mata air Citarum.

Huluwotan Citarum
 
Wilayah Huluwotan Citarum sejak dulu memang dipercaya sebagai salah satu lokasi yang dianggap memiliki kekuatan spiritual yang sangat lekat. Maka tidak mengherankan, bagi sebagian masyarakat lokasi ini menjadi salah satu tujuan yang paling diminati oleh para peziarah, karena selain terdapat makam yang dianggap keramat, yaitu makam keramat Rangga Wulung Sari dan makam petilasan Eyang Dipati Ukur, juga terdapat sumber mata air yang dianggap sebagai cikahuripan.
Kedua makam ini letaknya cukup berjauhan, akan tetapi tidak memakan waktu lama.  Kedatangan mereka ke makam-makam tersebut, dimotivasi karena berbagai kebutuhan.
Makam Keramat Rangga Wulungsari terletak bersebelahan dengan dengan Mata air Cisanti. Makam ini terletak dalam sebuah bangunan berukuran 2 X 3 m. Para pengunjung, baik perorangan maupun kelompok melakukan beberapa kegiatan, seperti melakukan tahlil. Sebelumnya terlebih dahulu dibimbing oleh kuncen yang mengantarnya. Setelah melakukan tahlil dan berdo’a sesuai dengan kebutuhannya, para peziarah biasanya mereka langsung menuju lokasi Mata Air Cisanti dan melakukan ritual pemandian. Kegiatan ini dimulai dengan menaburkan bunga dan uang koin yang telah diberi do’a oleh kuncen. Jumlah uang koin disesuaikan dengan angka-angka naktu kelahiran orang yang akan melakukannya. Misalnya, orang yang lahirnya hari Jum’at, naktunya 6. Maka orang tersebut bisa melemparkan uang koin sebesar  Rp 600, Rp 6000 dan seterusnya sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan.
Selama melakukan ritual pemandian, para peziarah sengaja menenggelamkan diri sampai ke dasarnya sambil tangannya mencoba meraih sesuatu. Hasil yang diraihnya bisa bermacam-macam. Ada yang mendapatkan koin. Ada yang berupa dedaunan, atau biji-bijian. Konon, apa yang didapat merupakan isyarat atau simbol untuk dimaknai sebagai ‘bekal’apa yang harus dilakukan kemudian. Misalnya, bila mereka mendapatkan uang koin, sering mereka tafsirkan suatu kecocokan untuk  berdagang.  Biasanya, sepulangnya dari sana, mereka pun mencoba menjalankan usaha perdagangan. Dan, apabila mendapatkan biji-bijian, ini sebagai isyarat, bahwa mereka cocok untuk mengadakan usaha péertanian atau perkebunan.
Setelah melakukan ritual pemandian di sumur keramat Cisanti, kemudian mereka melakukan napak tilas sejarah dengan mengunjungi sebuah petilasan, yang disebut Makam Eyang Dipati Ukur.
Lokasi areal petilasan ini berukuran hanya beberapa tumbak saja. Meskipun cukup terbuka, tetapi tidak sembarang orang dapat memasuki areal ini. Biasanya para pengunjung dapat menggunakan jasa seorang kuncen untuk dapat memasuki areal yang telah memakai pembatas, berupa pagar hidup dari pepohonan. Di dalam areal pemakaman, selain terdapat makam, juga terdapat saung terbuat dari bahan bambu. Sedangkan makamnya sendiri telah dibangun secara permanen dari bahan keramik. Makam itu berukuran sekitar 2,5 X 1 m dan diberi pagar kawat setinggi orang dewasa.
Sebelum dibangun secara permanen oleh pengelola Situs Gunung Wayang, petilasan ini semula hanya terdiri dari bongkahan batu yang dihamparkan, terdiri dari batu persegian bercampur dengan batu alam. Dan terdapat batu lingga sebagai ciri.
Menurut salah seorang sumber yang mengaku turunan Dipati Ukur, yaitu keluarga dari Kawargian Bandung, Situs Petilasan Makam Eyang Dipati Ukur, sebenarnya bukan tempat penguburan jasad, melainkan hanya sebagai salah satu tempat yang pernah digunakan Dipati Ukur dalam masa-masa perjuangan menghadapi pasukan Mataram.
Disebutkan, pada masa itu, lokasi Gunung Wayang yang berada jauh dari pusat pemerintahan kadaleman, dipilih oleh Dipati Ukur sebagai salah satu lokasi untuk mengadakan kontemplasi atau perenungan terhadap kebijakan yang diambilnya. Disamping itu, juga digunakan sebagai tempat untuk meningkatkan dan menggali nilai-nilai spiritual dalam menghadapi berbagai cobaan, baik yang dierimaoleh rakyat maupun negaranya.
Bahkan, selama masa perjuangan secara gerilya, lokasi ini konon sempat dijadikan sebagai pengaturan strategi dan pelatihan perang dengan menggunakan taktik perang Pajajaran.
Sekarang, di tempat petilasan ini, pengunjung dengan dibimbing kuncen melakukan do’a. Setelah berdo’a, kemudian memotong sebuah batang dari dahan pohon. Batang dahan ini diukur  sepanjang dari ujung tangan kiri hingga ujung tangan kanan melewati dada. Batang dahan ini kemudian disimpan di atas makam dan diberi do’a oleh kuncen. Selesai diberi do’a, batang dahan tersebut dikembalikan lagi kepada pengunjung tadi. Dan kembali diukur dari ujung tangan kiri hingga ujung tangan kanan. Hasil pengukuran ini, ternyata batang dahan tadi ada yang menjadi berkurang dari ukuran semula, ada juga yang bersisa antara 2 hingga 5 cm. Sisa kelebihan potongan itulah yang harus dibawa oleh pengunjung, setelah dibungkus dengan kain putih. Tentu saja setelah diberi do’a oleh kuncen.
Bagi para pengunjung yang berminat ingin meneruskan napak tilas, bisa saja langsung menuju puncaknya. Tapi, sangat sedikit yang sampai di sana. Di puncak gunung wayang itulah terdapat beberapa arca dan makam kuno. Di sana, biasa para pengunjung melakukan tapa sampai berhari-hari. Tentu saja hal ini karena didorong rasa keinginannya untuk mencapai suatu maksud tertentu.
Kini, lokasi Situs Huluwotan Citarum yang terletak di wilayah Desa Tarumanagara, Kecamatan Kertasari, selain dikelola oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Barat, juga melibatkan lembaga lain, seperti Perhutani serta aparat pemerintah setempat dengan melibatkan masyarakat sekitarnya.
Pengelolaan secara bersama-sama ini, sebenarnya memiliki keuntungan tersendiri bagi pengembangan pelestarian dan pemanfaatan Situs Huluwotan Citarum. Terutama untuk memenuhi berbagai kepentingan pelestarian lingkungan alam maupun pelestarian budaya. Begitu juga dengan pemanfaatan sumber daya air di dalamnya, yang semata-mata tidak hanya untuk warga sekitar.‎
Melihat potensi pengunjung yang sangat besar, kemudian ada upaya dari kalangan pemerintah untuk pengembangan sebagai salah satu asset wisata ziarah dan wisata budaya.‎

 

Sholawat Dzatiyah


صَلَوَاتْ لِلشَّيخْ إِبْرَاهِيمْ الدَّسُوْقِيْ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى الذَّاتِ الْمُحَمَّدِيَّةِ، اَللَّطِيْفَةِ اْلاَحَدِيَّةِ، شَمْسِ سَمَاءِ اْلأَسْرَارِ، وَمَظْهَرِ اْلأَنْوَارِ، وَمَرْكَزِ مَدَارِ الْجَلاَلِ، وَقُطْبِ فَلَكِ الْجَمَالِ، اَللَّهُمَّ بِسِرِّهِ لَدَيْكَ، وَبِسَيْرِهِ اِلَيْكَ، آمِنْ خَوْفِيْ، وَأَقِلْ عَثْرَتِيْ، وَاَذْهِبْ حَزَنِيْ وَحِرْصِيْ، وَكُنْ لِيْ وَخُذْنِيْ اِلَيْكَ مِنِّيْ، وَارْزُقْنِيْ الْفَنَاءَ عَنِّيْ، وَلاَ تَجْعَلْنِيْ مَفْتُوْناً بِنَفْسِيْ مَحْجُوْباً بِحِسِّيْ وَاكْشِفْ لِيْ عَنْ كُلِّ سِرٍّ مَكْتُوْم ياَحَيُّ ياَقَيـُّوْمُ.
 
Allahumma sholli aladz dzatil Muhammadiyyah, allathifatil ahadiyyah, syamsi sama-il asror, wa mazharil anwar, wa markazi madaril Jalal, quthbi falakil jamal, Allumma bi sirrihi ladaik, wa bisairihi ilaik, amin khoufi, wa aqil atsroti, wa azhib hazani wa hirshi, wa kun li wa khudzni ilaka minni, warzuqnil fana-a anni, wa la taj'alni maftunan bi nafsi, mahjuban bihissi, waksyif li an kulli sirrin maktumin Ya Hayyu Ya qoyyum.

Artinya: Ya Allah berikan sholawat kepada Nabi Muhammad yang memiliki dzat terpuji, kelembutan yang tunggal, yang merupakan matahari langit segala rahasia tempat penampakan aneka cahaya, pusat peredaran keagungan, titik orbit keindahan, Ya Allah dengan rahasianya dan peredarannya menuju Engkau, berikan aku rasa aman dari ketakutan, sempurnakan kekuranganku, hilangkan kesedihan dan sifat rakusku, dampingi diriku dan temani aku. Anugrahi aku puncak kecintaan tertinggi, jangan Kau biarkan diriku tersiksa dengan nafsu sehingga terhalang dengan materi, bukakan diriku segala rahasia yang tersembunyi wahai yang maha berdiri sendiri dan maha hidup.

Shalawat di atas dinisbahkan kepada salah satu wali quthb yang berenang dalam lautan makrifah bernama Syekh Ibrahim bin abil majd bin qurays ad-Dasuqi al-Mishriy al-Husainiy. Beliau di lahirkan di kota Dasuq Mesir pada tahun 623 Hijriyah. Wafat pada tahun 676 Hijriyah dalam usia sekirar 43 tahun.

Di antara karamah beliau: Imam al-Munawiy mencatatkan dalam kitabnya al-Kawakibud Durriyyah : Suatu hari penduduk mesir dikejutksn dengan berita seekor buaya telah menelan seorang anak di sungai nil, maka ibu sang anak mendatangi Syeikh Ibrahim Dasuqi dengan menangis tersedu-sedu, maka Syeikh meyuruh muridnya untuk memanggil buaya yang memakan anak ibu tersebut, maka datang muridnya dan berseru di tepi sungai Nil : ” Wahai sekalian buaya , siapa diantara kalian yang memakan seorang anak maka hendaklah dia muncul dan menghadap Syeikh “. maka muncullah buaya dan berjalan beserta murid sehingga sampai kehadapan Syeikh Ibrahim Ad-Dusuqi, maka Syeikh menyuruh buaya itu untuk mengeluarkan anak itu, maka buaya itu mengeluarkan anak itu dalam keadaan hidup, kemudian Sheikh Ibrahim berkata : Matilah kamu dengan seizin Allah “, maka segara buaya itupun mati.

Shalawat ad-Dzayiyyah sangat populer di belahan dunia dan diamalkan oleh para pengikut tarekat khususnya tarekat Burhaniyah atau tarekat Dasuqiyah.

Shalawat ini mendapat perhatian khusus di sisi para ulama dengan bukti ditemukan beberapa syarh (komentar) bagi shalawat tersebut. Di antaranya; imam Muhammad Bin Ahmad al-Bahiy al-Malikiy wafat tahun 1238 Hijriyah memberikan penjelasan panjang bagi redaksi shalawat tersebut dalam kitab beliau "Syarh Shalawat Ad-Dasuqiyyah" terdiri dari 110 halaman.
Imam Muhammad bin Ahmad al-Bahiy seorang ahli sanad dari kota mesir mengatakan keutamaan shalawat Dzatiyyah atau shalawat Dasuqiyyah ini di antaranya mendatangkan futuh (terbuka hijab), meraih wushul dan mengqabulkan segala hajat para pembacanya.

 

Sholawat A'dhom LisSyaikh Taqiyyuddin Ad-Dimsyiqi Ra


Sholawat Ismu A'dzhomi  Syaikh Al Qutb Muhammad Taqiyudin Ad-Dimsyiqi ( Shahib Aqidatul Ghaib wa Thariq Rijalul Ghaib Qodasallahu Sirrohu wa Nafa`na bihi ) Tertulis dalam kitab Saadatud Dara`in karya Syekh Yusuf  bin Ismail An-Nabhani. Sholawat inilah yang sering digunakan sebagai wasilah untuk bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS.

Inilah redaksi Sholawat tersebut.

بسم الله الر حمن الرحيم
الفاتحة…. نية…. الى روح سيدى الوالد الحبيب علوى بن احمد باحسين والحبيب احمد بن حامد الكاف والامام الشيخ بوسف بن اسماعيل النبهانى ومشاءخيه والامام محمد تقي الدين الدمشقى ورجال الغيب وارواح المقدسة واصحاب النوبة والى رئسيهم والى حضرة نبي الله خضر عليه السلام والى ضرةالنبى سيدنا محمد صل الله عليه وسلم. الفاتحة……

Al-Fatihah…( niatkan )… kepada Sayyidul Walid Al-Habib Alwi bin Ahmad Bahsin, Al-Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff, dan Al-Imam Yusuf bin Ismail An-Nabhaani, dan semua guru-guru beliau, dan kepada Al-Imam Shohibus sholawat Syaikh Muhammad Taqyudien Ad-Damsiq, dan semua Rijal Ghoib, dan semua arwah dari golongan mereka yang suci, juga kepada semua para ahli Taubat, dan semua pemimpin mereka. Kepada Nabi Allah Sayyidina Khidhir AS, dan kepada kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW. Al-Fatihah …

بسم الله الر حمن الرحيم
اللهم انى اسالك باسمك الاعظم المكتوب من نوروجهك الاعلى الموبدالدائم الباقى المخلد فى قلب نبيك ورسولك محمد واسالك باسمك الاعظم الوحدبودةالاحد المتعالى عن وحدةالكم والعدد المقدس عن كل احد وبحق بسم الله الرحمن الرحيم قل هوالله احد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا احد ان تصلي وتسلم على سيدنا محمد سر حياةالوجود والسبب الاعظم لكل موجود صلاة تثبت فى قلبى الايمان وتحفظنى القران وتفهمنى منه الايات وتفتح لى بها نورالجنات ونورالنعيم ونورالنظر الى وجهك الكريم وعلى اله وصحبه وسلم

Sholawat A’dhoom lii Rijalil Ghoib :

Allohumma inni as-aluka bismikal A’dhoomil maktuubi min nuuri wajHikal a’laa al-mu-abbadid-daa-imil baqiil mukhollad. Fii Qolbi nabiyyika wa rosuulika Muhammad.
Wa as-aluka bismikal a’dhoomi waahidi biwahdatil ahadil muta’aalii ‘an wahdatil kammi wal’adad.Al-Muqoddasi ‘an kulli ahaad. Bihaqqi…( baca surah Al-Ikhlas dari Basmalah sampai akhir surat ). An tusholliya ‘alaa Sayyidina Muhammadin sirri hayatil wujuudi was-sababil a’dhoomi likulli maujuudi sholaatan tu-tsab-bitu fii Qolbil Iimaani wa tuhaffidhunil Qur-aan, wa tufah-himunii minhul ayaati wa taftahuli bihaa nuurol jannati wa nuuron na’iim wa nuuron nadhoori ilaa wajhikal kariimi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallim.

Terjemah dan ma’nanya :

`Ya Allah aku mohon kepadaMu dengan AsmaMu yang Agung, yang tertulis dari cahaya wajahMU yang maha Tinggi dan maha Besar, yang kekal dan abadi, di dalam kalbu Rasul dan NabiMU Muhammad SAW.Aku memohon dengan AsmaMU yang Agung dan Tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang Maha Agung dari kesatuan jumlah, dan maha Suci dari setiap sesuatu, dan dengan
 
 hak BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM. QULHUALLAHU AHAD. ALLAHUSSHOMAD. LAM YALID WALAM YULAD WALAM YAKUL LAHU KUFUWAN AHAD. 
 
Semoga Engkau limpahkan shalawat kepada junjungan kami Muhammad SAW, rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan shalawat yang menetapkan iman dalam dadaku, dan mendorongku agar menghapalkan Alquran, dan memberikan pemahaman padaku akan ayat-ayatnya, membukakan padaku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan kepada wajahMu yang Mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.Limpahkan pula salam sejahtera padanya.`

Catatan dan cara :

Ini shalawat As-syekh Al-Arif Al-Imam As-sayyidi Muhammad Taqiuddin Ad-Damsyiq ( Shahib Aqidatul Ghaib wa Thariq Rijalul Ghaib Qodasallahu Sirrohu wa Nafa`nabihi.Amin ) Tertulis dalam kitab Saadatud Dara`in karya Syekh Yusup bin Ismail An-Nabhani. Dalam satu risalahnya tentang Ismul A`dhom disebutkan faedah tasarruf dengan shalawat ini mengandung rahasia luar biasa, antara lain :

1. Jika dibaca 100x tiap hari akan mendapatkan kedudukan wali dari Auliya Allah.

2. Apabila dibaca 1000x tiap hari, engkau akan dapat memberi nafkah secara ghaib.Dengan kata lain bila ada keperluan masukkanlah tanganmu kedalam satu, maka akan engkau dapatkan yang engkau perlukan.
3. Untuk membinasakan orang zholim, dibaca pada malam sabtu 1000x maka engkau akan melihat keajaibannya, kebinasaannya.( hati-hati jangan sembarangan, bisa kena diri sendiri )
4. Untuk mencegah perampok dan musuh yang banyak, ambillah segenggam tanah dari bawah telapak kaki sebelah kiri, bacakan shalawat ini 7x, tiupkan pada tanah tersebut ( dijampikan ) dan lemparkan kearah dimana musuh/perampok berada, akan terjadi kebinasaan pada mereka seketika.
5. Untuk mengembalikan barang hilang dam melunasi hutang, bacalah tiap hari 7x.Tiap mulai satukali diniatkan pahala yang engkau baca dihadiahkan keHadratun Rasulullah, keluarganya, sahabatnya, serta pada Rijalul Ghaib dan Ashaabun Naubah dan kepada pemimpin mereka. Dan berniat bila hajatmu tercapai engkau bersedekah dengan makanan dan pahalanya untuk mereka. Atau kau dapat memberi makan orang miskin sebagai terima kasih kepada Allah karena barokah merekalah dan shalawat ini sehingga hajatmu tercapai.Insya Allah.
6. Untuk sakit kepala, demam, sakit mata, migran ( sakit kepala sebelah ) dibacakan pada air mawar 7x dan diminumkan pada sisakit.Insya Allah sembuh !

7. Untuk melancarkan air susu bagi manusia atau hewan ternak, ambil air dari mata air ( sumur ) baca shalawat ini 7x diusapkan pada teteknya dan diminum, maka air susunya akan banyak.Insya Allah.
8. Untuk kencing tersumbat ( kencing batu ) dan wanita yang akan melahirkan ( susah melahirkan ) dibacakan seperti diatas.
9. Untuk sesak nafas, medu, rasa takut, sering mimpi yang tidak enak/menakutkan, masuk angin, sakit dada, TBC, sulit tidur bikinlah air jampian seperti tadi dan dikerjakan / diminum MALAM HARI.
10. Dibaca untuk perempuan/laki-laki agar cepat menemukan jodohnya, dibikin air diminumkan pasti banyak yang menyukainya dan cepat menemukan jodohnya. Sudah dibuktikan !!
11. Bila didawamkan/rutin dibaca 100x setiap hari selama 40 hari, engkau akan menjadi seorang Arif mungkin Kasyaf.
12. Untuk wanita yang menginginkan anak/mandul dibaca diair seperti diatas pada MALAM JUM`AT dan diminumkan kemudian dicampur oleh suaminya pada malam itu juga, dia akan hamil, Insya Allah yang telah dicoba pada air untuk diminumkan dan dimandikan.

Wallohu A'lam‎

 

Sayyidul Istighfar Doa Yang Sangat Penting Bagi Manusia


Sayyidul istighfar adalah bacaan atau doa yang mengrajai atau ketua dari semua istighfar. banyak istighfar tapi sayyidul istighfar inilah raja nya atau paling bagus nya bacaan istighfar. di bawah ini adalah doa sayyidul istighfar :

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya ”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu dan akan menjalankannya dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.

Keutamaan:
Do’a Sayidul Istighfar ini mempunyai keutamaan yang sangat besar sekali, yaitu orang yang selalu membacanya dengan yakin akan dimasukkan ke dalam surga. 

Hal ini dinyatakan sendiri oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam dalam hadist berikutnya :

ومن قالها من النهار موقنًا بها فمات من يومه قبل أن يمسي فهو من أهل الجنة ، ومن قالها من الليل وهو موقن بها فمات قبل أن يصبح فهو من أهل الجنة 
 
” Siapa saja yang mengucapkan sayidul istihgfar pada siang hari dengan yakin, kemudian meninggal dunia sebelum datang waktu sore, niscaya dia termasuk ahli syurga. Dan Siapa saja yang membacanya di waktu malam dengan yakin, kemudian dia meninggal dunia sebelum datangnya pagi, niscaya dia termasuk ahli syurga ” ( HR Bukhari, no : 6306 )

Lalu bagaimana manfaat, dan kutamaan membaca sayyidul istighfar? hadits nabi mengatakan : 

صحيح البخاري ٥٨٣١: حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ الْعَدَوِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ 

Shahih Bukhari 5831: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Al Husain telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dia berkata; telah menceritakan kepadaku Busyair bin Ka’b Al ‘Adawi dia berkata; telah menceritakan kepadaku Syaddad bin Aus radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; kamu mengucapkan:
 
 ‘ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU ABUU`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABUU`U LAKA BIDZANBI FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRU DZDZUNUUBA ILLA ANTA ‎
 
(Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu dan keyakinanku terhadap apa yang Engkau janjikan, sekuat kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.) ‘.” Beliau bersabda: ‘Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga.’
Sayyid Fadhl Bin Alawiy Maula al-Dawilah (Wafat 1319 H) mengatakan dalam kitabnya Syarh al-Wird al-Lathif:
وسمي سيد الاستغفار لانه جامع للاعتراف والاعتذار وطلب المغفرة والتوبة والتوحيد .

Artinya: Dzikir tersebut dinamai Sayyidul istighfar (Rajanya istighfar) karena di dalamnya mencakup pengakuan dan pernyataan terhadap kesalahan serta permohonan ampunan, taubat dan bukti pengesaan terhadap Allah.

Maksudnya adalah: Dzikir tersebut kepangku naman Rajanya Istighfar karena  melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.

Dari sini dapat dipahami bahwa siapa saja yang membaca Sayyidul istighfar dengan yakin, maka Allah Taala akan memasukkannya ke surga.

 PENJELASAN TENTANG BACAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR

Setelah kita mengetahui bacaan sayyidul istighfar, alangkah baiknya, jika kita tidak hanya sekedar menghafal doa-doa tersebut, namun harus dipahami dan direnungi makna setiap lafadhnya, sekaligus mengetahui juga akan kandungan dan keutamaan dari doa tersebut.

Berikut penjelasan dari doa tersebut :

1)     Allohumma annta robbii  (Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku) 
Maksudnya kita mengakui bahwa Allah adalah pencipta dan pemelihara kita. Karena Rabb berarti : pencipta ,pemilik dan pemelihara. Pengakuan seperti ini disebut dengan ” Tauhid Rububiyah ” . Maka, doa itu kalau kita panjangkan, kira-kira berbunyi begini : ” Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-Ku, Dzat Yang menciptakanku…dulu saya tidak ada, hanya dengan izin-Mu aku menjadi ada dan masih hidup di dunia ini… Engkau adalah Rabb-ku, Dzat Yang memeliharaku…dulu aku kecil, tidak bisa apa-apa dan tidak tahu apa-apa, hanya dengan Inayah dan Perhatian-Mu, sehingga aku menjadi besar dan tahu banyak hal…Engkaulah Yang memberikan-ku rizki sehingga sampai sekarang aku bisa makan dan minum….

2)    Laaaaaa ilaaha illaaaaaa annth (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau), Maksudnya kita mengakui dan menyatakan bahwa di alam ini tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Karena ” ilah ” berarti : sesuatu yang disembah , sesuatu yang dijadikan gantungan dan sandaran, sesuatu yang dituju dan dicari ketika terjadi kesulitan. Pengakuan seperti ini disebut dengan ”Tauhid Uluhiyah”. Jadi doa ini kalau dipanjangkan kira-kira berbunyi : ” Tiada yang berhak disembah dan dimintai kecuali Engkau ya Allah…Aku tidak akan meminta hajat kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada akan meminta bantuan kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada minta kesembuhan kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada memohon ampun kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada memohon jalan keluar dalam seluruh masalah kecuali kepadaMu ya Allah…

Inilah inti dari seluruh ibadat kita. Kita sholat, kita berpuasa, kita membayar zakat dan kita melakukan ibadat haji…semuanya berisi ketundukan kepada Allah SWT. Maka, tiada artinya kita sholat tiap hari, tapi kita masih memohon perlindungan kepada selain Allah, kita masih memberikan sesajen di pojok-pojok jalan, di bawah-bawah pohon beringin , di tepi-tepi pantai selatan, di lereng-lereng gunung …yang tujuannya untuk kita persembahkan kepada jin penunggu tempat-tempat tersebut.Tiada artinya kita haji sepuluh atau dua puluh kali, tetapi kita masih datang ke dukun-dukun untuk meminta jodoh, meminta keturunan, meminta pelaris dan meminta jabatan.

3)    Kholaqtanii wa ana ‘abduk 
    (Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu)

    Engkau adalah Dzat Yang menciptakan seluruh alam ini, aku hanyalah seorang hamba yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa, kecuali dengan bantuan-Mu..hamba yang tidak mempunyai apa-apa kecuali dengan pemberian-Mu ya Allah.

4)    Wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’th (aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu dan membenarkan janji-janji-Mu sekuat tenagaku)

Al ‘Ahdu ( Janji kita kepada Allah ) adalah kita mengakui bahwa Allah adalah Rabb kita, kita telah berjanji kepada Allah, bahwa kita akan melaksanakan seluruh perintah dan larangan-Nya. Janji ini pernah kita sampaikan kepada Allah sewaktu kita berada di sulbi Adam, sebagaimana yang pernah disampaikan Allah swt dalam friman-Nya :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabb-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” ( Qs Al A’raf : 172 )
Maka do’a tersebut kalau kita panjangkan maka berbunyi : ” Ya Allah, aku dulu pernah berjanji kepada-Mu sewaktu masih di sulbi Adam, untuk mentaati segala perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-Mu. Maka akan aku penuhi janjiku tersebut menurut kemampuan dan kekuatanku ya Allah….

Adapun ” al Wa’du “ ( Janji Allah kepada kita ) adalah bahwa Allah akan memberikan pahala bagi yang taat dan memberikan hukuman bagi yang bermaksiat. Maka doa itu kalau kita panjangkan, maka bunyinya ” Ya Allah aku juga membenarkan janji-Mu, bahwa Engkau akan memberikan pahala bagi yang taat dan memberikan hukuman bagi yang bermaksiat, oleh karena itu aku akan mentaatimu ya Allah dan meninggalkan larangan-larang-Mu menurut kekuatan dan kemampuanku. ”

5)    A’uudzubika minn syarri maa shona’th (aku berlindung kepada-Mu dari apa perbuatan jelekku)

Kita harus selalu berlindung kepada Allah dari perbuatan jelek kita. Rosulullah saw sendiri selalu mengajarkan kepada kita agar selalu berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kita dan kejelekan amalan kita. Ini sangat terlihat secara jelas di dalam setiap khutbahnya ketika beliau berdo’a :

” Dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amalan kami ”

Jiwa manusia selalu membisikan kejelekan, makanya kita dianjurkan untuk selalu berlindung kepada Allah dari bisikannya, sebagaimana firman Allah swt melaui lisan istri pejabat yang pernah merayu nabi Yusuf as :
وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

” Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang Sesungguhnya jiwa ini selalu menyuruh kejelekan ” ( Qs Yusuf : 53 )

6)    Abuuuuuu-u laka bini’matika ‘alayy (aku mengakui akan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku)

Nikmat yang diberikan Allah kepada kita sangat banyak sekali, karena banyaknya sehingga kita tidak bisa menghitungnya, sebagaimana firman Allah swt :
 
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah )”
( Qs Ibrahim : 34 )

Seorang hamba yang merasa dan mengakui adanya nikmat tersebut, tentunya akan terus bersyukur …Kalau do’a tersebut dipanjangkan , maka akan berbunyi : ” Ya Allah , aku mengakui bahwa nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku sangat banyak sekali, nikmat kehidupan, tanpa ijin-Mu tidak mungkin aku bisa hidup di dunia ini…nikmat anggota badan yang lengkap, seandainya saja salah satu anggota badan ini engkau cabut …ya Allah , tentunya aku akan mendapatkan kesusahan, terimakasih ya Allah atas nikmat ini…apa yang harus aku balas ya Allah demi mensyukuri nikmat ini….begitu juga nikmat kesehatan yang Engkau berikan kepadaku, sehingga aku bisa mengerjakan aktivitas sehari-hari dan bisa bekerja dengan baik, jika kesehatan ini Engkau cabut ya Allah, tentunya aku akan mendapatkan kesusahan…terimaksih ya Allah atas nikmat ini.”

7)    Wa abuuuuuu-u   bidzamm-bii (dan aku mengakui juga atas dosa yang pernah aku perbuat)

Mengakui dosa merupakan syarat diterimanya sebuah istighfar dan taubat. Oleh karenanya, orang yang berdoa harus merasa rendah dan hina di hadapan Allah…harus merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang berlumuran dosa dan maksiat…makhluk yang kecil yang tidak mempunyai daya apa-apa. Sebaliknya dia harus mengakui bahwa Allah adalah Maha Suci, Maha Perkasa, Dzat Yang Mampu melakukan apa saja…

Makanya, orang yang takabbur dan sombong jarang mau bertaubat, karena merasa dirinya adalah makhluk yang suci dan tidak pernah salah. Orang seperti ini biasanya hatinya keras dan kasar terhadap sesama. Berbeda dengan orang yang selalu mengucapkan dan merenungi doa sayidul istighfar ini …hatinya selalu lembut… mudah menerima nasehat..mudah terharu..mudah menangis…karena selalu ingat akan dosa-dosanya, dan yang paling penting selalu beristighfar dan banyak bertaubat.

8)    Faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaaaaaa annth (maka ampunilah diriku, sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah)

Ini adalah lafadh istighfar yang sebenarnya, adapun lafadh-lafdah sebelumnya adalah muqaddimah atau pembuka lafadh istighfar ini.

Jadi, kalau kita perhatikan do’a sayidul istighfar ini, akan kita dapatkan bahwa muqaddimah atau pembukanya jauh lebih panjang dari pada do’a istigfhar itu sendiri, kenapa harus begitu ?

Pertama : Salah satu adab berdo’a adalah sebelum kita berdo’a atau memohon sesuatu kepada Allah swt, hendaknya kita dahului dengan amal sholeh atau perbuatan baik, salah satu dari amal sholeh adalah mengucapkan kalimat tauhid, atau menyatakan bahwa tiada Robb dan Ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Diantara amal sholeh juga adalah mengaku nikmat Allah yang diberikan kepada kita dan mengaku dosa yang kita perbuat. Bahkan dalam beberapa hadist disebutkan bahwa sebelum do’a, hendaknya didahului dengan mengucapkan sholawat kepada nabi Muhammad saw….

Keutamaan Do’a Sayidul Istighfar

“Barangsiapa yang membaca doa ini di sore hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka dia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang membaca doa ini di pagi hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada siang harinya, maka dia termasuk penghuni surga.” (Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6306 dan 6323), at-Tirmidzi (no. 3393), an-Nasa’i (no. 5522) dan lain-lain.)

Hadist di atas menjelaskan secara gamblang bahwa barang siapa yang mengucapkan atau membaca doa sayidul istighfar dengan menyakini isinya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga. Kenapa bisa begitu ?

Pertama : Karena dia sudah menyatakan ke –Esaan Allah ( bertauhid ) dari hatinya yang paling dalam serta menyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah Taala.

Kedua : Karena dia sudah beristighfar dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya.

Ketiga : Setelah hatinya kosong dari dosa dan diisi dengan tauhid, tiba-tiba dia mati pada hari itu juga, maksudnya dia belum sempat mengerjakan dosa-dosa lagi, maka tentunya orang seperti ini termasuk ahli surga. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah sallahu alaihi wa sallam :

من لقي الله تعالى لا يشرك به شيئاً دخل الجنة

” Siapa saja yang bertemu dengan Allah (meninggal dunia) dalam keadaan tidak menyekutukannya dengan sesuatu, niscaya ia akan masuk syurga ” ( HR Ahmad )
Ini dikuatkan juga dengan hadist lain bahwasanya Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

” ٍSiapa saja yang akhir dari perkataannya ketika meninggal dunia: La ilaha illallohu , niscaya ia akan masuk surga . ” ‎
Demikian seluruh penjelasan tentang bacaan sayyidul istighfar, semoga kelak kita bisa reunian lagi di surga-Nya. Aamiin

اللّهم صلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى الأوَّلين وصلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى الآخِرين وصلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى كلٍ وقتٍ وكلٍ حين وصلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى المَلأِ الأَعلى إلى يومِ الدِّين . اللهم نَسأَلُكَ يا رَحمنُ أَنْ تَرْزُقَنا شَفَاعَتَهُ وَأَورِدْنا حَوْضَهُ وَاسْقِنا مِن يَدَيْهِ الشَّريفَتينِ شَرْبَةً هَنيئَةً مَريئَةً لا نَظْمَأُ بَعدَها أَبَداً اللَّهم كما آمَنَّا بِهِ وَلم نَرَه.. فَلا تُفَرِّق بَيْنَنا وَبَينَهُ حتى تُدخِلَنا مُدخَلَه بِرحمَتِكَ يا أَرحَمَ الرَّاحِمين ‎

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...