Selasa, 24 November 2020

Sabda Nabi Tentang Konstantinopel dan Tanda Akhir Zaman


Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah penaklukan kota Konstantinopel -sebelum keluarnya Dajjal- di tangan kaum muslimin. Yang dapat difahami dari berbagai hadits bahwa penaklukan ini terjadi setelah peperangan mereka dengan bangsa Romawi pada sebuah peperangan yang sangat besar dan kemenangan kaum muslimin atas mereka. Waktu itu kaum muslimin pergi menuju Konstantinopel, lalu Allah menaklukkannya untuk kaum muslimin tanpa ada peperangan. Senjata mereka hanyalah takbir dan tahlil (ucapan Laa ilaaha illallaah).

Dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

سَمِعْتُمْ بِمَدِينَةٍ جَانِبٌ مِنْهَا فِـي الْبَرِّ وَجَانِبٌ مِنْهَا فِي الْبَحْرِ؟ قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْزُوَهَا سَبْعُونَ أَلْفًا مِنْ بَنِي إِسْحَاقَ، فَإِذَا جَاءُوهَا نَزَلُوا، فَلَمْ يُقَاتِلُوا بِسِلاَحٍ وَلَمْ يَرْمُوا بِسَهْمٍ، قَالُوا: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ أَحَدُ جَانِبَيْهَا -قَالَ ثَوْرٌ( أَحَدَ رُوَاةِ الْحَدِيْثِ) لاَ أَعْلَمُهُ إِلاَّ قَالَ:- الَّذِي فِي الْبَحْرِ، ثُمَّ يَقُولُوا الثَّانِيَةَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ جَانِبُهَا اْلآخَرُ، ثُمَّ يَقُولُوا: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيُفَرَّجُ لَهُمْ، فَيَدْخُلُوهَا، فَيَغْنَمُوا، فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ، إِذْ جَاءَ هُمُ الصَّرِيخُ، فَقَالَ: إِنَّ الدَّجَّالَ قَدْ خَرَجَ، فَيَتْرُكُونَ كُلَّ شَيْءٍ وَيَرْجِعُونَ.

“Pernahkah kalian mendengar satu kota yang satu sisinya ada di daratan sementara satu sisi (lain) ada di lautan?” Mereka menjawab, “Kami pernah mendengarnya, wahai Rasulullah!” Beliau berkata, “Tidak akan tiba hari Kiamat sehingga 70.000 dari keturunan Nabi Ishaq menyerangnya (kota tersebut), ketika mereka (bani Ishaq) mendatanginya, maka mereka turun. Mereka tidak berperang dengan senjata, tidak pula melemparkan satu panah pun, mereka mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar,’ maka salah satu sisinya jatuh (ke tangan kaum muslimin) -Tsaur (salah seorang perawi hadits) berkata, “Aku tidak mengetahuinya kecuali beliau berkata, ‘Yang ada di lautan.’” Kemudian mereka mengucapkan untuk kedua kalinya, ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar,’ akhirnya salah satu sisi lainnya jatuh (ke tangan kaum muslimin). Lalu mereka mengucapkan untuk ketiga kalinya: ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar,’ lalu diberikan kelapangan kepada mereka. Mereka masuk ke dalamnya dan mendapatkan harta rampasan perang, ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba saja datang orang yang berteriak meminta tolong, dia berkata, “Sesungguhnya Dajjal telah keluar,’ lalu mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali.’” ‎

Ada sesuatu yang musykil dalam ungkapan hadits ini:

...يَغْزُوَهَا سَبْعُونَ أَلْفًا مِنْ بَنِي إِسْحَاقَ.

“… Sehingga 70.000 dari bani Ishaq menyerangnya…”

Sementara bangsa Romawi adalah keturunan Ishaq, karena mereka dari keturunan al-Shis bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil Alaihissallam. Maka bagaimana bisa penaklukan kota Konstantinopel dilakukan oleh mereka?!

Al-Qadhi ‘Iyadh berkata, “Demikianlah semua ungkapan yang ada dalam Shahiih Muslim: ‘Dari bani Ishaq.’”

Kemudian beliau berkata, “Sebagian dari mereka berkata, ‘Yang terkenal lagi terjaga ungkapannya adalah dari bani Isma’il,” inilah makna yang ditunjukkan oleh hadits, karena yang dimaksud sebenarnya adalah orang-orang Arab.” ‎

Sementara itu al-Hafizh Ibnu Katsir berpendapat sesungguhnya hadits ini menunjukkan bahwa bangsa Romawi memeluk Islam di akhir zaman. Barangkali penaklukan kota Konstantinopel dilakukan oleh sebagian dari mereka, sebagaimana diungkapkan oleh hadits terdahulu, ‘Sesungguhnya 70.000 orang dari bani Ishaq memeranginya.’”

Pendapat ini diperkuat dengan kenyataan bahwa mereka dipuji di dalam hadits al-Mustaurid al-Qurasy, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تَقُومُ السَّاعَةُ وَالرُّومُ أَكْثَرُ النَّاسِ، فَقَالَ لَهُ عَمْرٌو: أَبْصِرْ مَا تَقُولُ. قَالَ: أَقُولُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُـولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: لَئِنْ قُلْتَ ذَلِكَ إِنَّ فِيهِمْ لَخِصَالاً أَرْبَعًا إِنَّهُمْ َلأَحْلَمُ النَّاسِ عِنْدَ فِتْنَةٍ، وَأَسْرَعُهُمْ إِفَاقَةً بَعْدَ مُصِيبَةٍ، وَأَوْشَكُهُمْ كَرَّةً بَعْدَ فَرَّةٍ، وَخَيْرُهُمْ لِمِسْكِينٍ وَيَتِيمٍ وَضَعِيفٍ، وَخَامِسَةٌ حَسَنَةٌ جَمِيلَةٌ وَأَمْنَعُهُمْ مِنْ ظُلْمِ الْمُلُوكِ.

‘Kiamat akan tegak sementara bangsa Romawi adalah manusia yang paling banyak,’” lalu ‘Amr berkata (kepada al-Mustaurid), “Jelaskanlah apa yang kau ucapkan itu!” dia berkata, “Aku mengatakan apa yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.” Dia berkata, “Jika demikian yang engkau ungkapkan, maka sesungguhnya di dalam diri mereka ada empat (keistimewaan): sesungguhnya mereka adalah manusia paling tenang ketika datang fitnah, paling cepat sadar ketika terjadi musibah, paling cepat menyerang setelah mundur, dan sebaik-baiknya (manusia) dalam menghadapi orang miskin, anak yatim dan orang lemah, dan yang kelima adalah sesuatu yang indah lagi elok, yaitu mereka orang yang paling bersemangat mencegah kezhaliman para raja.” ‎

Komentar saya: Di antara dalil yang menunjukkan bahwa orang-orang Romawi di akhir zaman memeluk Islam adalah hadits Abu Hurairah terdahulu tentang peperangan bangsa Romawi. Waktu itu bangsa Romawi berkata kepada kaum muslimin:

خَلُّوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِينَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ. فَيَقُولُ الْمُسْلِمُونَ: لاَ وَاللهِ لاَ نُخَلِّي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا.

“Biarkanlah kami membunuh orang-orang yang tertawan dari kalangan kami.” Kemudian kaum muslimin berkata, “Kami tidak akan membiarkan kalian memerangi saudara-saudara kami.” ‎

Bangsa Romawi meminta kepada kaum muslimin agar membiarkan mereka memerangi orang yang telah ditawan dari kalangan mereka karena mereka telah memeluk Islam, lalu kaum muslimin menolaknya dan menjelaskan kepada orang-orang Romawi bahwa orang yang telah masuk Islam dari kalangan mereka adalah saudara-saudara kami, maka kami tidak akan menyerahkannya kepada siapa pun. Kenyataan banyaknya pasukan kaum muslimin dari kalangan orang-orang yang sebelumnya ditawan dari kalangan orang-orang kafir bukanlah hal yang aneh.

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Hal ini ada pada zaman kita sekarang ini, bahkan kebanyakan pasukan Islam di negeri-negeri Syam, dan Mesir adalah para tawanan, kemudian mereka sekarang ini -alhamdulillaah- adalah orang yang menawan orang-orang kafir, dan beberapa kali menawan mereka di zaman kita ini, satu kali saja mereka menawan ada beberapa ribu orang kafir yang ditawan, maka segala puji hanya bagi Allah yang telah memberikan kemenangan dan kejayaan kepada Islam.‎

Pendapat yang mengatakan bahwa yang menaklukkan Konstantinopel adalah orang-orang dari keturunan Ishaq diperkuat oleh kenyataan bahwa pasukan Romawi jumlahnya mencapai jutaan. Sebagian dari mereka tewas dan yang lainnya masuk ke dalam Islam, dan yang masuk Islam dari kalangan mereka bergabung dengan pasukan kaum muslimin untuk menaklukan Kon-stantinopel, wallaahu a’lam.

Penaklukan Konstantinopel tanpa peperangan belum terjadi sampai se-karang. Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwasanya beliau berkata:

فَتْحُ الْقُسْطَنْطِينِيَّةِ مَعَ قِيَامِ السَّاعَةِ.

“Penaklukan Konstantinopel terjadi seiring dengan akan terjadinya hari Kiamat.”

Kemudian at-Tirmidzi berkata, “Mahmud -maksudnya adalah Ibnu Ghailan, guru at-Tirmidzi- berkata, ‘Hadits ini gharib. Konstantinopel adalah sebuah kota di Romawi, ditaklukkan ketika Dajjal keluar. Sedangkan Konstantinopel telah ditaklukkan pada zaman Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.’'‎

Yang benar bahwa Konstantinopel tidak pernah ditaklukkan pada zaman Sahabat, karena Mu’awiyah Radhiyallahu anhu mengirim anaknya, Yazid, ke sana dengan membawa pasukan yang di antara mereka adalah Abu Ayyub al-Anshari, dan penaklukannya belum sempurna. Kemudian daerah tersebut dikepung oleh Maslamah bin ‘Abdil Malik, akan tetapi belum juga bisa ditaklukan, akan tetapi beliau melakukan perdamaian dengan penduduknya untuk mendirikan masjid di sana.”‎

Penaklukan yang dilakukan bangsa Turk terhadap Konstantinopel pun terjadi dengan peperangan. Kemudian negeri tersebut saat ini berada di tangan orang-orang kafir dan akan ditaklukkan kembali dengan penaklukan yang terakhir, sebagaimana dikabarkan oleh orang yang dibenarkan ucapannya Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ahmad Syakir rahimahullah berkata, “Penaklukan Konstantinopel yang merupakan sebagai kabar gembira dalam hadits ini akan terjadi di kemudian hari, cepat ataupun lambat, hanya Allahlah yang mengetahuinya. Ia adalah penaklukan yang benar (adanya) ketika kaum muslimin kembali kepada agamanya, padahal sebelumnya mereka menolaknya. Adapun penaklukan yang dilakukan bangsa Turk yang terjadi sebelum zaman kita ini, maka hal itu hanya sebagai pembuka bagi penaklukan yang terakhir (paling besar). Kemudian kota ini keluar dari kekuasaan kaum muslimin ketika pemerintahan di sana telah mengumumkan bahwa pemerintahannya bukanlah pemerintahan Islam dan bukan pemerintahan agama. Mereka telah melakukan perjanjian dengan orang-orang kafir, musuh-musuh Islam, dan memberlakukan undang-undang kafir terhadap penduduknya. Penaklukan yang dilakukan oleh kaum muslimin akan kembali dilakukan insya Allah, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."‎
Dajjal telah dilepas pada masa Rasulullah SAW, tetapi kita tidak dapat melihat wujudnya saat ini karena Dajjal tidak berada di dalam dimensi dunia, ruang dan waktu kita. Dan pada saat dia (Dajjal)berada dalam dimensi dunia, ruang dan waktu kita, barulah kita dapat melihat wujudnya yang terlahir sebagai seorang Yahudi (JEW).  Dajjal terlihat sebagai seorang anak muda yang berperawakan kekar,dengan rambut ikal yang terjuntai di sisi telinganya, kemudian dia akan menyatakan bahwa dialah sang al-Masih.  Inilah yang dinamakan “khuruj”(penampakan/wujud).  Demikian pula yang terjadi dengan golongan pengikut Dajjal yaitu kaum Ya’juj dan Ma’juj.  Ya’juj dan Ma’juj lah yang menciptakan fasaddi dunia yaitu pengrusakan masal di dunia ini di setiap sisi kehidupan manusia.  Ya’juj dan Ma’juj lah pengikut setia Dajjal yang menciptakan tatanan dunia baru agar supaya manusia menerima kepemimpin Dajjal nantinya sebagai Al-Masih. Ya’juj dan Ma’juj telah mulai dilepas pada masa Rasulullah SAW,tetapi penampakan/perwujudannya baru nanti akan terlihat setelah Nabi Isa a.s membunuh Dajjal. 

Kemudian pada hadist ketiga, meskipun segelintir orang menyatakan bahwa hadist ini dhaif, yaitu dalam HR. Sunan Abu Dawud, “Rasulullah SAW mengatakan bahwa ketiga peristiwa besar yaitu perang besar (Malhama), penaklukan Konstantinopel, dan penampakan Dajjal akan berlangsung selama 7 bulan”.  Sementara penaklukan oleh Sultan Muhammad Al-Fateh terjadi sekitar 500 tahun yang lalu,sedangkan hadist ini menyatakan hanya 7 bulan. Jika penaklukan Konstantinopel pada tahun1453 yang lalu telah sesuai dengan yang dinubuatkan Rasulullah SAW, maka seharusnya 7 bulan setelah penaklukan tersebut Dajjal sudah berwujud manusia pada saat itu.

Kemudian pada hadist keempat, sebuah hadist yang panjang dan tertera di dalam Shahih Muslim, dikutip dari Abu Hurairah; Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah akan tiba waktunya sampai Ruum telah datang di dua tempat yaitu Al-A’maq dan Dabiq, kedatangan mereka akan disambut oleh tentara yang datang dari Madinah, yang terdiri dari orang-orang terbaik yang ada di dunia pada masa itu.  Ketika kedua pasukan ini saling berhadapan, kaum Ruum akan berkata, “janganlah kalian halangi kami untuk bertempur dengan mereka yang telah menangkap wanita-wanita kami dalam perang…. (ini berarti di dalam tentara Ruum terdapat tentara wanita juga).  “Kami akan memerangi mereka , dan kaum muslimin berkata; “tidak, kami tidak akan menyerahkan saudara-saudara kami”.  Kemudian pecahlah perang diantara mereka, di mana sepertiga dari tentara muslim akan melarikan diri, dan AllahSWT tidak akan pernah menerima taubat mereka yang melarikan diri, sepertiga dari tentara muslim ini akan terbunuh dalam peperangan dan mereka inilah yang menjadi syuhada-syuhada terbaik di sisi Allah SWT.  

Dan sepertiga sisanya inilah yang akan memenangkan peperangan, mereka akan menaklukan kaum Ruum dan mereka-mereka inilah yang akan hidup tanpa akan pernah terkena fitnah apapun”.  Lalu mereka-mereka inilah yang akan menaklukan Konstantinopel” (inilah malhama yang akan terjadi sebelum penaklukan Konstantinopel). Dan ketika mereka sedang membagikan hasil pampasan perang, pedang-pedang mereka tersandar di pohon-pohon kurma, syaitanpun berkata;“Al-Masih telah mengambil rumah-rumah kalian dan menawan kelurga kalian sementara kalian masih berada di sini” (tentu saja yang dimaksud syaitan “Al-Masih”di sini adalah Al-Masihud Dajjal).  Meskipun seruan ini palsu, mereka tetap bergegas pulang, sesampainya mereka di Suriah,Dajjal pun muncul. Ketika mereka bersiap untuk berperang, terdengar suara azan dan mereka pun bersiap untuk sholat dan disaat itulah Nabi Isa a.s turun dan bergabung dengan mereka dalam barisan sholat. Ketika melihat Nabi Isa a.s, Dajjal langsung meleleh bak melelehnya garam di air.  Meskipun dalam keadaan meleleh,  Dajjal melarikan diri tapi ketetapan Allah SWT adalah Dajjal mati ditangan Nabi Isa a.s melalui tombaknya yang tampak berdarah.”
 Hadist keempat dari Shahih Muslim memberikan
penjelasan tambahan dengan menyatakan bahwa sebelum kaum muslim dapat menaklukan Konstantinopel, tentara muslim yang dating dari Selatan (Madinah) harus berhadapan terlebih dahulu dengan bangsa Ruum, dan di dalam tentara Ruum ini juga terdapat tentara wanita.
Siapakah kaum Ruum yang dimaksud ? Ketika kita membuka Al Qur’an dalam Surat Ar-Ruum maka kita mendapatkan jawaban bahwa kaum Ruum yang dimaksud di sini adalah Kaum Ruum Kristiani Timur Orthodoks yang berada di Byzantium, dan kekaisaran Byzantium ini dahulu beribukota di Kosntantinopel.  Setelah mereka ditaklukan oleh Kekaisaran Ottoman (Ustmaniyyah), ibu kota mereka pindah ke Moskow, Rusia.  Ketika Al Qur’an mengidentifikasi bahwa kaum Ruum itu adalah Kekaisaran Kristen Timur Orthodoks Byzantium, dan jika kita melihat hadist tentang ini (kaum Ruum)  dan kembali ke sejarah, maka kita akan mengetahui bahwa kaum Ruum yang pertama adalah kaum Ruum Pagan yang menyembah dewa-dewi.  Kerajaan Ruum pagan ini berasal dari Italia dengan ibu kotanya Roma. Inilah awal kaum Ruum.  Dan disaat pemerintahan Kaisar Constantin, yang kemudian memeluk agama Kristiani,  ibu kota Ruum dipindahkan ke sebuah kota didekat Sungai Bosphorus yang dikenal dengan nama Kota Konstantinopel.  Inilah kemudian yang dikenal dengan sebutanKaum Ruum.  

Ketika Al Qur’an diturunkan,kaum Ruum berada di Konstantinopel (Romawi Timur/Byzantium/Kristen Timur Orthodoks) dan sebelum Al Qur’an di turunkan “Ruum” berada di Italia, Romawi Barat Paganisme (sekarang Kristen Katolik dan Kristen Protestan berpusat diRoma).  Setelah penaklukan Konstantinopel tahun 1453 oleh Kekaisaran Ottoman, kaum Ruum pindah ke Moskow, Rusia.  Jadi dengan demikian ada dua kaum Ruum yaitu yang satu berada di Timur beragama Kristen dan yang satu lagi berada di Barat beragama Pagan (menyembah berhala).  Kaum Ruum Pagan yang berada di Barat inipun akhirnya memeluk Kristen yang sekarang kita kenal Kristen Katolik Roma dan Kristen Protestan.  Jadi mana diantara kedua Ruum ini yang dimaksud dalam hadist tersebut ?  Kaum Ruum yang dijelaskan dalam hadist tersebut adalah mereka yang berada diantara tentara muslim yang datang dari Madinah dan Konstantinopel, dan hanya setelah mengalahkan kaum Ruum inilah kita dapat menaklukan Konstantinopel dan terdapat tentara wanita di dalam tentara Ruum ini. Moskow (Rusia) tidak berada dalam posisi diantara Madinah dan Konstantinopel, tentara Rusia tidak akan berada ditengah antara Madinah dan Konstantinopel untuk melindungi Konstantinopel karena Moskow (Rusia), dari zaman kuno dulu sampai sekarang tidak akan pernah bersekutu/bersatu dengan Konstantinopel (Turki).  Oleh karena itu Rusia, sampai akhir zaman pun tidak akan pernah melindungi Konstantinopel.   Lalu siapa yang bersekutu dengan Konstantinopel dan berada di sana untuk melindungi Konstantinopel ?  Yaitu Kaum Ruum Kristen Barat, Kaum Ruum Zionis Anglo Amerika yang bergabung dalam persekutuan militer mereka yangdisebut dengan NATO dan Konstantinopel (Turki) adalah bagian dari NATO.
Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW  telah memberitahu tentang hal ini. 
Rasulullah SAW bersabda, “Kalian akanmengadakan perdamaian dengan bangsa Ruum dalam keadaan aman.  Lalu kalian akan berperang bersama mereka melawan suatu musuh dari belakang mereka (Mujahidin-mujahidin palsu yang mereka danai dan persenjatai). Maka kalian akan selamat dan mendapatkan harta rampasan perang. Kemudian kalian akan ke sebuah padang rumput  yang luas dan berbukit-bukit. Maka berdirilah seorang laki-laki dari kaum Ruum lalu ia mengangkat tanda salib dan berkata,”Salib telah menang,”. Maka marahlah seorang laki-laki dari kaum Muslimin kepadanya,lalu ia mendorongnya dan jatuh (meninggal). Pada waktu itu orang-orang Ruum berkhianat, dan mereka berkumpul untuk memerangi kamu di bawah 80 bendera, dimana tiap-tiap bendera terdapat 12 ribu tentara (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).  
Inilah tipu muslihat mereka (Kaum Zionis Eropa Barat/Zionis Anglo Amerika), mereka seolah menawarkan perdamaian, namun dari belakang mereka, mereka mengirimkan mujahidin-mujahidin palsu yang mereka danai dan persenjatai yang berperang untuk kepentingan Zionis.

Siapakah Bani Ishchaq??
Salah satu isyarat dari Rasulullah saw tentang akhir zaman adalah penaklukkan Konstantinopel untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu, negeri Turki akan kembali kepada kekuasaan umat Islam hingga terbitnya matahari dari barat.

Bila penaklukkan Konstantinopel pada masa sultan Muhammad Al-Fatih di era khilafah Utsmaniyah terjadi lewat peperangan yang dahsyat, dengan mengerahkan pasukan besar yang didukung oleh peralatan perang yang paling modern di zamannya; tidak demikian halnya dengan penaklukkan Konstantinopel di akhir zaman yang kelak terjadi di era imam Al-Mahdi. Penaklukan Konstantinopel pasca al-malhamah al-kubra merupakan kejadian yang di luar kebiasaan manusia. Penaklukan yang unik ini dilakukan oleh 70.000 Bani Ishaq, tanpa menggunakan pedang dan tombak, apalagi senjata-senjata berat. Mereka hanya menggunakan takbir dan tahlil, maka terbukalah benteng Konstantinopel. Di saat tentara Al-Mahdi tengah mengumpulkan ghanimah, tiba tiba terbetik kabar bahwa Dajjal telah muncul.

Rasulullah Saw bersabda, “Apakah kalian pernah mendengar suatu kota yang terletak sebagiannya di darat dan sebagiannya di laut? Mereka (para sahabat) menjawab: Pernah wahai Rasulullah. BeliauSaw bersabda: Tidak terjadi hari kiamat, sehingga ia diserang oleh 70.000 orang dari Bani Ishaq. Ketika mereka telah sampai di sana, maka mereka pun memasukinya. Mereka tidaklah berperang dengan senjata dan tidak melepaskan satu panah pun. Mereka hanya berkata Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian dari kota itu. Berkata Tsaur (perawi hadits): Saya tidak tahu kecuali hal ini ; hanya dikatakan oleh pasukan yang berada di laut. Kemudian mereka berkata yang kedua kalinya Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka jatuh pula sebagian yang lain (darat). Kemudian mereka berkata lagi Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, maka terbukalah semua bagian kotaitu. Lalu mereka pun memasukinya. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba datanglah seseorang (setan) seraya berteriak : Sesungguhnya dajjal telah keluar. Kemudian mereka meninggalkan segala sesuatu dan kembali.” HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyratus Sa’ah

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, “Kota manakah yang lebih dahulu ditaklukkan, Konstantin atau Roma? Maka beliau Saw menjawab,”Kota Heraklius akan ditaklukkan pertama kali.‎

Siapakah yang dimaksud dengan Bani Ishaq pada riwayat di atas ? Para penulis tentang fitnah akhir zaman berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud dengan Bani Ishaq. Ada yang menyebutkan bahwa mereka adalah Bangsa Romawi yang masuk Islam di akhir zaman, namun sebagian mengatakan bahwa bani Ishaq adalah keturunan Al Aish bin Ishaq bin Ibrahim as. Pendapat ini dipilih oleh Al Hafidz Ibnu Katsir.‎

Mengenal Lebih Detil Tentang Bani Ishaq

Untuk mengetahui siapakah sebenarnya Bani Ishaq, perlu menelaaah kembali buku-buku sejarah masa silam, terutama tentang perjalanan Nabi Ibrahim. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir, bahwa Bani Ishaq adalah keturunan Al-Aish bin Ishaq bin Ibrahim as. Maka sangat keliru orang yang menyebutkan bahwa bani Ishaq adalah bangsa Rum atau keturunan Yahudi yang masuk Islam. Untuk bangsa Rum Rasulullah Saw menyebut mereka sebagai bani Ashfar, sebagian mereka ada yang masuk Islam di zaman Al-Mahdi, sehingga membuat kawan-kawan yang setanah air dengan mereka menjadi marah dan menginginkan agar kaum muslimin menyerahkan mereka kembali. Namun kaum muslimin tidak menyerahkan sebagian Bani Asfar yang masuk Islam itu kepada bangsa Rum. Bani Ishaq juga bukan keturunan Israel. Sebab Bani Israel kemunculannya adalah setelah nabi Ishaq.

Bani Ishaq yang disebutkan Rasulullah Saw sebagai pembebas Konstantin adalah keturunan Ish bin Ishaq bin Ibrahim. Sedangkan Bani Israel adalah keturunan Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Mereka adalah sisa-sisa pasukan Islam dari Madinah yang menang dalam pertempuran terdahsyat melawan Bangsa Rum dalam Malhamah Kubra. Mereka inilah yang dikatakan oleh Rasulullah Saw sebagai pasukan “tidak akan terkena fitnah selamanya atau tidak akan tersesat selamanya”. Maka, sangat keliru jika Bani Ishaq adalah mereka bangsa Eropa yang masuk Islam lalu bergabung dengan pasukan Al-Mahdi.

Kemungkinan yang paling logis adalah keturunan Ish ini kemudian menyebar di wilayah Khurasan (Afghanistan, Pakistan, Kashmir, Iraq dan Iran). Mereka adalah kaum muslimin yang ketika berita Al-Mahdi telah datang segera menyambutnya dan memberikan pertolongan kepadanya. Mereka adalah pasukan berbendera hitam (ashhabu rayati Suud) yang membai’at Al-Mahdi dan menjadi pengikutnya. Sebelum terjadinya penaklukan Konstantin, mereka adalah umat Islam yang selalu menyertai Al-Mahdi dalam semua penaklukannya, termasuk dalam penaklukan Jazirah Arab.

Pengikut Al-Mahdi bukan hanya dari ashhabu rayati suud, banyak umat Islam lain yang turut bergabung pada awal kemunculannya. Namun seiring perjalanan waktu, sebagian mereka ada yang tidak sanggup bertahan menjalani kehidupan bersama Al-Mahdi, karena beratnya beban jihad yang harus dipikul. Puncak pengkristalan pasukan Al-Mahdi adalah dalam peristiwa perang Malhamah Kubra di A’maq dan Dabiq, dimana 1/3 pasukan Al-Mahdi murtad dan mundur dari peperangan, 1/3 pasukan mendapatkan syahadah, dan sisanya adalah 1/3 pasukan. Sisa pasukan itulah yang terus bertahan bersama Al-Mahdi dalam pertempuran berikutnya. Jumlah 1/3 pasukan itulah yang disebutkan oleh Rasulullah Saw sebagai manusia terbaik yang hidup di dunia. Mereka datang dari kota Madinah. Namun, mereka bukan penduduk Madinah asli, mereka adalah umat Islam yang datang dari arah Timur (Khurasan). Dalam penaklukan Jazirah Arab, mereka terus-menerus mendapatkan kemenangan, hingga akhirnya selama beberapa waktu mereka tinggal di Madinah.

Jadi Bani Ishaq adalah penduduk Madinah / penduduk Hijaz yang setia menemani Al-Mahdi sejak mereka memba’iatnya. Mereka adalah pemilik bendera hitam yang datang dari Khurasan untuk mengukuhkan kekuasaan Al-Mahdi dan membebaskan Jazirah Arab lalu menetap di dalamnya selama beberapa masa. Mereka inilah yang kelak menaklukkan negri Konstantinopel dengan 70.000 pasukan.

Ada beberapa nash yang mengisyaratkan hal itu, dimana penduduk Khurasan (Persia) kelak akan menggantikan orang-orang Madinah asli. Mereka akan menggapai apa yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw kepada mereka. Bukankah beliau pernah bersabda: ‘Seandainya ilmu (agama) itu berada di bintang Tsuraya, niscaya akan menggapainya orang-orang dari keturunan Persia.”

Prediksi bahwa penduduk Arab akan digantikan oleh bangsa lain telah disebutkan oleh Rasulullah Saw dalam beberapa riwayat, di antaranya sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Tirmidzi dalam Al Miskat:

Ketika turun ayat 38 surah Muhammad, “Jika kamu berpaling (dari agama), niscaya Dia (Allah) akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu”, maka sebagian sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, jika kita berpaling, siapakah yang akan menggantikan tempat (kedudukan) kita?” Nabi meletakkan tangannya yang penuh berkah ke atas bahu Salman al-Farisi dan bersabda, “Dia dan kaumnya (yang akan menggantikan kamu). Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika agama ini bertaburan di ‘Tsurayya’, maka sebagian dari orang Persia akan mencarinya dan memegangnya.”

Dalam riwayat di atas, para sahabat khawatir setelah turunnya surah Muhammad ayat 38. Mereka khawatir bila diganti oleh kaum lain. Sehingga, para sahabat bertanya pada Rasululllah “Bila kami diganti kaum lain, siapakah mereka, ya Rasulullah?” Maka, Rasulullah menjawab, “Sebagian kaum Persia.” Nash di atas menunjukkan bahwa yang akan menggantikan bangsa Arab adalah sebagian penduduk Persia, bukan seluruh Persia. Bisa jadi Persia Iran, atau Persia Afghan atau Persia Pakistan atau Persia Kashmir. Wallahu ‘alam

Merekalah yang akan menggantikan kedudukan orang Arab di Jazirah, sampai akhirnya mereka menjadi penduduk terbaik di bumi yang berasal dari Madinah. Melalui tangan mereka Rum dikalahkan dan Konstantin ditaklukkan.

Bilakah peristiwa itu Terjadi ?

Besar kemungkinan peristiwa tersebut terjadi pada zaman Al-Mahdi, dimana kemunculan Al-Mahdi adalah saat manusia berselisih dan bertikai, kondisi umat Islam secara umum dalam puncak kehinaan dan terus didzalimi. Sementara penduduk Arab justru terbuai dengan dunia karena kemewahan hidup dan melimpahnya kekayaan mereka. Agama sudah banyak ditinggalkan dan perwalian mereka sudah digadaikan kepada bangsa barat.

Akibatnya, Allah mengganti mereka dengan kaum lain yang tidak seperti mereka. Berdasarkan hadits tersebut, maka orang-orang keturunan Arab di Jazirah akan digantikan kedudukannya oleh sebagian orang Persia (kemungkinan adalah sebagian penduduk Khurasan dari wilayah Afghanistan,Pakistan, Kashmir dan Iraq). Hal ini akan terjadi pada zamannya Al-Mahdi. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ashabu Rayati Suud, Rasulullah Saw bersabda, “Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi, tak seorangpun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah Timur, lantas mereka memerangi kamu (orang Arab) dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. Maka jika kamu melihatnya, berbaiatlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi.” (HR. HR. Ibnu Majah: Kitabul Fitan Bab Khurujil Mahdi no. 4074)

Jadi, bani Ishaq adalah orang Persia (Khurasan). Imam Nawawi dalam syarahnya tentang 70 ribu bani Ishaq berpendapat bahwa, “Penduduk (Farisi) Persiaadalah orang-orang yang dimaksud dengan keturunan Ishaq”. Al-Mas’udi dalam kitabnya yang berjudul Muruj adz-Dzahab berpendapat, “Orang-orang yang mengerti tentang jalur-jalur nasab orang Arab dan para hukama menetapkan bahwa asal-usul orang Persia adalah dan keturunan Ishaq putra Nabi Ibrahim.

Wallahu a’lam bish shawab.‎

 

Sejarah Sultan Muhammad Al Fatih Sang Penakhluk Konstantinopel


بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد  امابعد:

Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) . Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.
 
Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi(pahlawan Islam dalam perang Salib) dan SultanSaifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

عن أبي قبيل قال : كنا عند عبدالله بن عمرو بن العاص وسئل : أي المدينتين تفتح أولا القسطنطينية أو رومية ؟ فدعا عبدالله بصندوق له حلق قال : فأخرج منه كتابا قال : فقال عبدالله : بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه و سلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم : أي المدينتين تفتح أولا : أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مدينة هرقل تفتح أولا . يعني : قسطنطينية

Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?

Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)

Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;
1. Konstantinopel

Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.

2. Rumiyah

Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.

Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.

Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.

Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.

Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas. Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada nubuwah Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Siapakah yang dimaksud dalam nubuwah nabi tersebut???

Jika anda terkagum-kagum dengan penggambaran perang yang ketat antara Balian of Ibelin melawan Shalahudin Al-Ayyubi di film Kingdom of Heaven, maka perang antara Constantine XI Paleologus dengan Muhammad Al-Fatih jauh lebih ketat, tidak hanya dalam hitungan hari tapi berminggu-minggu. Sultan muda dari kerajaan Turki Ustmani ini berhasil menuntaskan amanat Rasul sekaligus mimpi umat Islam selama delapan abad.

Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481). Beliau merupakan seorang negarawan ulung dan panglima tentera agung yang memimpin sendiri 25 peperangan. Di dalam bidang akademik pula, Beliau adalah seorang cendekiawan ulung di zamannya yang fasih bertutur dalam 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 karena sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia.

Beliau menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan menaklukkan KONSTANTINOPEL di saat beliau berumur 21 tahun ..Allahu Akbar…. Beliau merupakan seorang negarawan ulung dan panglima tentara agung yang memimpin sendiri 25 peperangan. Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu’ setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dari Dinasti Mamluk dalam peperangan di ‘Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol)

Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668 M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim karena ingin mendengarkan derap langkah kuda sebaik2 pemimpin di zamannya. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn.

Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah maupun Kekhalifahan Abbasiyah hingga zaman Turki Utsmani di masa Sultan Murad II juga gagal menaklukan Konstantinopel. Salah satu peperangan Murad II adalah melawan Vlad Dracul, seorang tokoh Crusader yang bengis dan sadis yang telah membunuh ratusan ribu muslimin (Dracula karya Bram Stoker adalah terinsipirasi dari tokoh ini). Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani. Sejak Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut dengan Yanisari/Janissari. Dengan pasukan militernya turki Utsmani menguasai sekeliling Byzantium/Konstantinopel hingga Constantine XI merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi -bahkan 2-3 lapis- seluruh kota sangat sulit ditembus. Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi tidak bisa banyak membantu.

Karakter Pemimpin Yang Ditanamkan Sejak Kecil

Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah.

Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!

Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.

Menjadi Penguasa Utsmani

Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.

Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.

Penaklukan Konstantinopel 

Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.

Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berminggu-mingu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.

Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri)

29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.

Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka(penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man(yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). 

Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.

Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.

KISAH DRACULA (kisah nyata yang dijadikan mitos)

Dracula (Count Dracula) atau nama aslinya Vlad Tsepes III (1431 – 1476 M) lahir di benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania pd bln November atau Desember 1431 M sekitar abad pertengahan. Ayahnya bernama Basarab (Vlad II), seorang gubernur militer di Transylvania yg diangkat oleh Raja Honggaria, Sigismund. Ibunya bernama Cneajna, putri dari Moldavian.

Sejarah muncul nama Dracula. Vlad II ayah Dracula dijadikan anggota Orde Naga oleh Sigismund Raja Honggaria. Orde naga ini pada awalnya adalah kelompok persaudaraan dimana tempat berkumpulnya para pendeta utk mengajarkan Taurat, tp di kemudian hari Orde Naga ini menjadi semacam benteng Pasukan Salib untuk melawan Islam yg pada masa itu berada dalam naungan Khilafah Islam Utsmaniyah (Ottoman seperti kata orang Eropa) yg berpusat di Islambul (Istambul) Turki.

Kemanapun Vlad II pergi, ia selalu memakai lencana bergambar naga. Sehingga ia sering dipanggil Vlad Dracul. Dalam bahasa Rumania, Dracul artinya naga. Lalu bagaimana muncul nama dracula? Akhiran “ulea” dalam bahasa Rumania berarti “anak dari”. Maka Vlad III ( Dracula) anak dari Vlad Dracul (Vlad II) dipanggil dgn nama Vlad Draculea (dlm bhs Inggris Draculea dilafalkan mjd Dracula), yg artinya anak dari Vlad Dracul.

Dracula memerintah selama 7 thn dengan dua masa pemerintahan yang kejam, karena sudah membunuh kurang lebih 500.000 ribu muslimin dan hal ini sangat besar ukurannya untuk zaman tersebut. Pada tahun 1476 M, Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih (Sang Penakluk) menyerbu Wallachia sampai Bucarest untuk menaklukkan Pasukan Honggaria dan Dracula. Usaha ini berhasil dengan membunuh Dracula di tepi danau Snagov. Kemudian kepala Dracula di bawa ke Konstantinopel.

Penjajahan sejarah tak kalah berbahaya dari bentuk-bentuk penjajahan yang lainnya. Apabila hal ini tak dilawan maka apa yang pernah dikatakan Milan Kundera, “maka tak lama setelah itu bangsa tersebut akan mulai melupakan apa yang terjadi sekarang dan pada masa lampau, akan benar-benar mewujud.”

Peradaban Yang Dibangun Pada Masanya

Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.

Sultan Muhammad juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah Utsmani. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub al-Anshari

Wafatnya Sang Penakluk

Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam.

Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.

Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.

Semoga Allah membalas jasa-jasamu wahai Sultan Muhammad al-Fatih.... ‎

 

Fenomena Ghoib Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) Menjelang Wafat


Setelah Ki Ageng Mataram ( Ki Ageng Pemanahan ) meninggal dunia, Sultan Hadiwijaya ( Pajang ) memberi kekuasaan kepada Sutawijaya untuk menjadi pemimpin di Mataram. Sebagai pemimpin yang masih muda, Sutawijaya dengan gelar Senapati Ing Ngalaga, didampingi oleh Ki Juru Martani, yang juga merupakan penasehat Ki Ageng Mataram. Dengan mandat yang didapat, Sutawijaya mulai membangun Mataram dengan mendirikan benteng di pusat kota. Pembangunan benteng ini sebenarnya kurang disetujui oleh Ki Juru Martani, karena dianggap sebagai salah satu bentuk pembangkangan Mataram atas kekuasaan Pajang. Apalagi Sutawijaya selama setahun tidak pernah ke Mataram lagi seperti yang pernah diminta Sultan Hadiwijaya.

Pembangkangan Sutawijaya, berdasarkan pendapat Sunan Giri saat Ki Ageng Pemanahan masih hidup bahwa Mataram akan menjadi kerajaan yang besar. Sebagai, pengganti Ki Ageng Pemanahan, Sutawijaya merasa mendapat dukungan untuk menjadi raja Mataram. Apalagi setelah Senapati juga mendapat dukungan dari Kanjeng Ratu Kidul, yang telah menemani ‘bersemedi’ di kerajaannya di laut selatan. Bahkan, setelah keluar dari kerajaan  Kerajaan Bawah Lain pun, Senapati mendapat dukungan spiritual dari Kanjeng Sunan Kalijogo.

Perilaku Senapati ini, tentu saja membuat galau Sultan Hadiwijaya, yang tak menyangka bahwa salah satu anak angkatnya akan melakukan hal ini. Karena Sutawijaya telah  tiga tahun tidak sowan ke Pajang , Hadiwijaya mulai curiga, lebih lebih setelah di kompori kedua menantunya, Adipati tuban(permalat) dan Adipati Demak  (pangiri). Dengan dukungan dari para bupati Tuban, Demak, dan Banten yang setia pada Pajang, Sultan Hadiwijaya merencanakan penyerangan terhadap Mataram. Sultan Hadiwijaya naik gajah dengan diiringi ribuan pasukannya.

Senapati yang baru saja memukul wadyabala Pajang di Jatijajar, kini bersiap-siap menghadapi pembalasan Pajang di Prambanan. Ki Juru Martani sebagai pangasuh Senapati, tentu saja berharap bahwa peperangan ini tak akan terjadi.

Sultan Hadiwijaya sendiri sebenarnya galau. Beliau tak ingin menyerang Mataram, yang dipimpin oleh anaknya sendiri. Di sisi lain, juga tak ingin Mataram melepaskan diri dari Pajang. Di sisi lain pula, berdirinya Mataram mendapat dukungan dari Sunan Giri.
Peperangan antara tentara kerajaan Pajang dan tentara Mataram tak dapat dihindarkan. Sultan Adiwijaya dan Panembahan Senopati berdiri berseberangan sebagai lawan, berada di belakang tentaranya masing-masing dengan membawa tanda-tanda kebesarannya sendiri-sendiri. Sultan Adiwijaya duduk di atas seekor gajah tanda kebesaran Pajang, mengenakan keris Kyai Sengkelat di belakang pinggangnya. Panembahan Senopati duduk di atas pelana kuda putih kesayangannya dan memegang tombak Kyai Plered di tangan kanannya, wesi kuning di sakunya. dan pusaka Bende Mataram di tangan pengawalnya di sebelah kirinya.

Tetapi tentara Pajang masih lebih tangguh dan lebih terlatih daripada tentara Mataram. Sepanjang pertempuran pasukan Mataram selalu terdesak dan korban berjatuhan. Bala bantuan prajurit dan orang-orang sakti dari sekutu Mataram terus berdatangan, tetapi tetap saja mereka selalu terdesak dan korban terus berjatuhan, bahkan sekalipun Bende Mataram sudah sering dibunyikan (Bende Mataram adalah pusaka Mataram yang kegaibannya berguna untuk menaikkan moral dan semangat tempur pasukan dan sekaligus melemahkan semangat dan konsentrasi lawan). Setiap bende tersebut dibunyikan, semangat tempur pasukan Mataram bangkit lagi dan mendesak pasukan Pajang yang menurun konsentrasinya. Tetapi setelah itu pula kekuatan batin Sultan Hadiwijaya dikonsentrasikan, menetralisir pengaruh gaib pusaka Bende Mataram.
Dengan demikian pengaruh gaib Bende Mataram hampir tak berarti dan pasukan Pajang yang memang lebih tangguh dapat selalu menekan pasukan Mataram sehingga korban terus berjatuhan di pihak Mataram. Kalau hanya menghadapi Panembahan Senopati dan pasukannya beserta gabungan pasukan dari kadipaten / kabupaten yang bersatu di bawah Mataram dan orang-orang sakti mereka di pihak Panembahan Senopati, sebenarnya bila dikehendakinya, Sultan Hadiwijaya tidak memerlukan tentara untuk menghadapinya. Sekalipun dirinya sudah tua, tetapi tenaganya dan kesaktiannya, ditambah dengan kesaktian pusakanya, masih cukup mumpuni untuk sendirian menumpas mereka semua.

Apalagi ilmunya Lembu Sekilan sudah matang sempurna dalam dirinya, menjadikannya tak dapat dikenai pukulan dan serangan berbagai macam pusaka dan senjata tajam. Tetapi Sultan Hadiwijaya sengaja datang untuk menunjukkan kebesarannya. Ia datang sebagai seorang raja dengan tentaranya dan menunggangi seekor gajah tanda kebesaran kerajaan Pajang. Ia sengaja tidak turun dari tunggangannya, tidak turun ke gelanggang perang, hanya memperhatikan saja dari jauh. Ia menunggu sampai Panembahan Senopati, anak angkatnya, datang sendiri kepadanya.

Ia ingin mendengar langsung dari mulut Panembahan Senopati, mengapa ia berani kurang ajar kepadanya, ayahnya, dan berani berhadapan perang melawannya, rajanya. Sultan Hadiwijaya tetap menganggap Panembahan Senopati adalah anak angkatnya, yang sudah dianggapnya sama dengan anaknya sendiri, yang bahkan anak-anaknya pun memandang saudara kepada Panembahan Senopati. Dan di matanya, tidak sepantasnya seorang anak kurang ajar kepada ayahnya, apalagi melawannya. Ia tidak ingin menurunkan tangan besi kepada anaknya itu bila sang anak mau meminta maaf kepadanya. Sekalipun Panembahan Senopati diberinya kekuasaan di tempat yang sekarang disebut Mataram, sebagai warisan dari  Ki Pamanahan, tetap saja Mataram adalah bawahan Pajang dan harus tunduk kepada Pajang. Dan semua tentara yang dibawanya untuk mengalahkan tentara Mataram, hanyalah sebagai pelajaran saja supaya Mataram tidak menentang kebesaran Pajang. Peperangan terlihat berat sebelah.

Tentara Mataram, walaupun dibantu oleh orang-orang sakti dan tentara kiriman kadipaten dan kabupaten yang bersekutu dengannya, memang belum sekelas dan tidak dapat disejajarkan dengan tentara kerajaan Pajang. Apalagi ketentaraan kerajaan Pajang sekarang sudah jauh lebih kuat daripada kerajaan Demak dulu. Korban terus berjatuhan di pihak Mataram. Tinggal menunggu waktu saja sampai semua tentara Mataram menyerah atau mati. 

Sasmita Ghoib Kanjeng Sultan Pajang 

Tetapi tiba-tiba suatu fenomena gaib meliputi Sultan Hadiwijaya. Para leluhurnya, mantan raja-raja penguasa Singasari dan Majapahit datang berkumpul di sekitarnya. Sri Rajasa Kertanegara, Raden Wijaya beserta istri-istrinya, Ratu Tribhuana Tunggadewi dan adik-adiknya, pembesar-pembesar dan para bangsawan yang setia kepada Singasari dan Majapahit, bersama-sama datang kepadanya. Ibu Kanjeng Ratu Kidul,  di sebelah kirinya.  Raden Rangga duduk di belakangnya. Berbagai macam sasmita gaib masuk ke kepalanya.

Ibu Ratu Tribhuana Tunggadewi lembut berkata kepadanya : " Tidak usah dilanjutkan ambisimu menjadi penguasa tanah Jawa. Sudah cukup kiranya kamu menjadi penerus kami, menjadi pamungkas raja-raja Singasari dan Majapahit. Mulai hari ini juga wahyu raja yang ada padamu sudah akan pergi, kembali kepada yang memberi wahyu. Biarkan saja Mataram dengan Panembahan Senopatinya. Ia bukanlah penerusmu ataupun penggantimu. Kerajaannya hanyalah transisi sebelum tanah Jawa masuk ke dalam jaman yang baru. Jaman yang penuh dengan kesusahan dan penderitaan. Tanah Jawa akan masuk ke dalam jaman baru. Jaman yang penuh dengan kesusahan dan penderitaan. Dan tidak ada satupun raja Jawa sesudah kamu yang akan dapat melindungi tanah Jawa dan rakyatnya pada jaman itu. Penguasa tanah Jawa yang sesungguhnya akan datang dari seberang. Kejayaan tanah Jawa sudah berakhir. Tidak akan ada lagi panji-panji yang akan dikibarkan, karena tanah Jawa akan menjadi jajahan orang-orang seberang. Kebesaran tanah Jawa akan menjadi rampasan perang.

Tak ada lagi yang akan tersisa. Kebesaran tanah Jawa sudah habis. Bahkan kebanggaan sebagai orang tanah Jawa pun tidak akan lagi ada. Tetapi akan ada masanya nanti tanah Jawa akan bangkit kembali. Batas-batas Singasari - Majapahit akan dipulihkan lagi. Dipimpin oleh raja-raja keturunan kami. Tapi mereka bukanlah raja-raja yang utama. Mereka hanyalah pembuka jalan saja bagi raja yang sesungguhnya, raja besar yang akan menerima semua restu dari para leluhur raja-raja pendahulunya, Singasari - Majapahit di timur dan tengah dan Galuh di barat. Ia raja manusia. Ia juga raja kami dan semua mahluk halus. Pusaka-pusaka tanah Jawa dan pusaka-pusaka dewa akan diwariskan kepadanya. Wahyu-wahyu raja akan tumpuk padanya. Dewa-dewa pun menyertainya. Ia akan datang sesudah bumi porak-poranda. Itulah tanda kebesarannya. Ia tidak butuh tentara. Ia sendiri bisa memporak-porandakan dunia. Kami sedih menyampaikan ini kepadamu. Kami tahu kamu sangat menghormati kami leluhurmu dan ingin kejayaan Majapahit kembali berkibar.

Tetapi sudah tiba waktunya bahwa tanah Jawa akan menerima karma, hukuman, karena keburukan perbuatan mereka sendiri. Tetapi pada waktunya nanti kamu juga akan berbangga. Karena dia, raja yang akan datang itu, juga adalah bagian dari kita. Keluarga kita ".
 
Sultan Hadiwijaya tidak lagi berkonsentrasi pada perang yang sedang berlangsung. Para prajurit dan senopatinya harus bekerja keras, karena tidak lagi mendapatkan arahan langsung dari rajanya. Bahkan dorongan moril pun tidak ada lagi. 

Saat Sultan Hadiwijaya dalam kegalauan hati yang tak terkira, Merapi menyemburkan awan dan debu panas. Lahar dan bebatuan pijar menghantam Kali Opak dan daerah yang dilewatinya. Beliau tertegun dan terdiam. Dalam hati bertanya: “ Inikah pertanda akan runtuhnya Pajang? “

Sesaat setelah letusan reda,Adipati Tuban meminta kepada Sultan Hadiwijaya agar menyerang Mataram “ Sinuwun, sarehne prahara njeblugipun Redi Merapi lan jawah awu sampun sirep, mbenjing enjing kula badhe nggecak wadyabala Mataram.” ( Yang Mulia, karena prahara meletusnya Gunung Merapi dan hujan abu sudah reda, besok pagi saya akan memukul pasukan Mataram )

Di luar dugaan, Sultan Hadiwijaya berkata : “ Wruhanana, prahara njebluge Redi Merapi, lindhu, lan udan awu kuwi pratandha yen Pajang ora pareng mangsah jurit Mataram.” ( Ketahuilah, kejadian meletusnya Gunung Merapi, gempa bumi dan hujan abu itu pertanda kalau Pajang tidak boleh perang melawan Mataram )

Keesokan paginya, Sultan Hadiwijaya pulang ke Pajang dengan perasaan semakin galau. Di tengah kegalauannya dalam perjalanan,
Tiba-tiba gajah tunggangan Sultan Hadiwijaya berputar berbalik arah. Berjalan kembali pulang ke Pajang. Para pengawal dan senopatinya bingung bukan kepalang. Segera semua prajuritnya diperintahkan mundur, mengikuti dan mengawal raja mereka kembali ke Pajang. Sepanjang jalan ke Pajang Sultan Hadiwijaya tidak sadarkan diri. Tatapannya kosong dan tidak tanggap atas sapaan para bawahannya yang terus berusaha menyadarkannya.

Fenomena gaib masih terus menyelimutinya. Sultan Hadiwijaya yang memang juga menguasai berbagai ilmu kebatinan dan kegaiban sukmanya semakin jauh dan dalam masuk ke alam gaib. Sesampainya di Pajang, kondisi sang Sultan tidak juga membaik. Hanya beberapa kali sang Sultan sempat sadar, tetapi kemudian kembali lagi tak sadarkan diri. Panembahan Senopati yang dikabari tentang kondisi ayah angkatnya itu juga datang untuk menjenguknya dengan dikawal  40 orang prajurit. Melihat hal ini Benawa segera bersiap untuk menumpasnya, namun di cegah oleh ayahnya…”‎
tetapi sang Panembahan tidak masuk menemuinya, dan selama ia berada di Pajang, ayah angkatnya itu tetap tidak sadarkan diri.

Ketika suatu saat Sultan Hadiwijaya sadar dan dapat berkomunikasi, beliau menyampaikan pesan terakhirnya kepada anak-anaknya. Diharapkannya supaya anak-anaknya tidak memperebutkan kekuasaan. Juga jangan ada pertentangan antara Pajang dengan Mataram. Biarlah Pajang dan Mataram hidup sendiri-sendiri. Mereka juga harus hidup rukun satu dengan lainnya. Beberapa hari kemudian Sultan Hadiwijaya wafat, kembali kepada para Sang Pencipta. Beliau wafat. Saat Merapi masih melontarkan abu dan lahar panas.
Pangeran Benawa, Panembahan Senopati, dan Ki juru Martani sangat bersedih dalam merawat jenasah Sultan Pajang. Jenasahnya kemudian di makamkan di desa butuh. 

Tetapi sejak itu juga pusaka kesayangannya keris Kyai Sengkelat juga menghilang dari kehidupan manusia. Moksa. Masuk ke alam gaib bersama dengan fisik kerisnya. Yang masih ada hanyalah keris-keris sengkelat tiruan atau turunannya saja.‎

 

Sejarah Peperangan Mataram Dalam Menguasai Surabaya


Surabaya merupakan salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh paling kuat diantara kerajaan-kerajaan pantai lainnya. Ricklefs menyebutkan bahwa Kalimantan dan Sukadana termasuk dalam wilayah kekuasaan Surabaya. Dalam kitab ‘Sedjarah Dalem’ disebutkan bahwa pengaruhnya meliputi daerah Jawa maupun luar Jawa yaitu, Bang Wetan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Pulau Sulawesi bagian tengah hingga selatan dan sebagian kepulauan Maluku bagian selatan. 

Dalam kitab karangan sastrawan Surakarta, Ki Padmosusastro 1902, ini pula dijelaskan bahwa Kerajaan Surabaya telah ada sebelum Mataram Islam berdiri pada 1570-an. Kerajaan ini berdiri diperkirakan pada tahun 1365-an. Raja-raja Surabaya sebelum abad 17 tidak diketahui karena masih jarang budaya sastra tulis di Jawa pesisiran, sedangkan pada abad 17 sendiri kerajaan ini dipimpin oleh Jayalengkara yang berhasil menahan gempuran selama 2 periode penguasa mataram.

Raja pertama Mataram saat itu, Panembahan Senopati, ingin menyatukan tanah Jawa dalam kekuasaan Mataram sehingga harus menaklukkan daerah-daerah yang belum dikuasainya. Salah satu daerah tersebut adalah Surabaya. Namun demikian, Surabaya juga ingin menguasai Jawa Timur dan Jawa Tengah sehingga kedua kerajaan ini saling melakukan ekspansi untuk menancapkan kekuasaanya di tanah Jawa.

Diceritakan bahwa Senapati menyerang Tuban yang menjadi daerah kekuasaan Surabaya pada 1598 sampai 1598. Penyerangan ini tidak membuahkan hasil dan Mataram mengalami kekalahan. Pada tahun 1600, Senapati menyerang Pasuruan yang juga termasuk dalam kekuasaan Surabaya. Seperti penyerangan di daerah kekuasaan Surabaya lainnya, Senapati gagal mengalahkan Surabaya. Jadi, hingga Senapati meninggal pada 1601 tidak ada daerah Surabaya yang dapat ditaklukan Senapati.

Perjuangan untuk menaklukakan Surabaya diteruskan oleh putra Senapati, yaitu Panembahan Seda Ing Krapyak yang menjadi raja kedua Mataram. Pada tahun 1610 sampai 1613, raja kedua Mataram ini menyerang Surabaya. Penyerangan ini mengakibatkan melemahnya sektor perokonomian Surabaya karena dalam penyerangan ini menghancurkan hasil-hasil pertanian di daerah kekuasaan Surabaya. Namun, hal itu belum bisa membuat Surabaya takluk pada Mataram sehingga ketika Panembahan Seda Ing Krapyak ini meninggal dunia pada 1 Oktober 1613, Surabaya belum dapat ditaklukkan Mataram.

Perjuangan untuk menyatukan pulau Jawa dilanjutkan oleh putra Panembahan Seda Ing Krapyak, yaitu Sultan Agung. Sultan Agung belajar dari ayah dan kakeknya yang gagal dalam penyerangan terhadap Surabaya. Ia tidak serta merta menyerang Surabaya dengan membawa pasukan yang banyak karena ia tahu bahwa Surabaya mempunyai sekutu yang siap membantu dalam mempertahankan daerah kekuasaannya. Selain itu, Kota Surabaya memiliki pertahanan yang sangat kuat.

Strategi Mataram Dalam menguasai Surabaya 

WINONGAN hanyalah sebuah kota kecamatan di wilayah kabupaten Pasuruan, Jawa Timur saat ini, yang letaknya berada di sebelah tenggara Surabaya. Di kota kecil itulah pada tahun 1614, pasukan Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung Surotani, mendirikan pusat komandonya sekaligus mengkoordinasikan serangan Mataram ke daerah timur. Sejak 1614, mulai dari Winongan, balantentara Mataram terus merongrong kekuasaan Surabaya. Serangan demi serangan pun dilakukan ke berbagai wilayah kekuasaan Surabaya di pantai utara Jawa, mulai dari Tuban, Gresik dan terus merangsek ke jantung kekuasaan Surabaya.

Ada dua kerajaan yang menjadi musuh utama Mataram, yakni Surabaya di timur dan Banten di barat. Sejak kepemimpinan Panembahan Hanyakrawati (1601-1613), Kerajaan Mataram gigih memperluas pengaruhnya di Jawa. Beberapa tahun menjelang akhir kekuasaanya, Raja yang kemudian setelah meninggal digelari sebagai Panembahan Seda Ing Krapyak itu memang menjalankan politik luar negeri yang aktif. Bahkan, mengutip sejarawan HJ. De Graaf, Panembahan mempekerjakan Juan Pedro Italiano, seorang petualang Italia, yang telah masuk Islam, untuk melobi para pedagang Belanda.

Semasa hidupnya Panembahan Krapyak gencar memerangi Surabaya namun tak pernah berhasil menguasai kota yang terkenal memiliki pertahanan yang kuat itu. Ketika Sultan Agung menggantikan posisi Panembahan Krapyak pada 1613, raja baru itu meneruskan pekerjaan sang ayah yang tak sempat berlanjut karena keburu wafat pada 1 Oktober 1613. Pada saat Sultan Agung memerintah, sebuah taktik lain dijalankan. Alih-alih menyerang langsung ke Surabaya, sultan yang sebelum dinobatkan bernama Raden Mas Jatmiko itu memilih untuk menyerang lebih dulu daerah-daerah taklukan Surabaya.

Beberapa bulan setelah penobatannya, Sultan Agung langsung memberikan titah kepada Tumenggung Surotani yang disertai ribuan balatentara Mataram untuk segera berangkat menyerang daerah timur. Sultan Agung memberikan perintah dengan acaman: bunuh siapa pun yang mundur dari gelanggang pertempuran. Target serangan pertama adalah Pasuruan. Namun serangan itu gagal karena tentara Pasuruan bertempur habis-habis mempertahankan kotanya. Walhasil balatentara Mataram mundur ke Winongan dan bertahan di daerah itu dengan membangun perintang yang sangat kuat untuk melindungi diri dari kemungkinan serangan balasan.

Sementara menyusun kekuatan untuk serangan ulang, Tumenggung Surotani memerintahkan Tumenggung Alap-Alap merebut Lumajang dan Renong. Namun kedua bupati daerah itu berhasil melarikan diri. Tumenggung Alap-Alap dan pasukannya yang berhasil menguasai kota, menjarah harta benda milik bupati, bahkan menculik para perempuan untuk dibawa pulang. Aksi penyerangan dilanjutkan sampai ke Malang di mana pasukan Tumenggung Alap-Alap berhasil menangkap Ronggo Toh Jiwo, bupati Malang yang sempat melarikan diri dari kejaran pasukan.

Cara pasukan Mataram menebar aksi teror ini cukup berhasil menimbulkan ketakutan di kalangan penguasa daerah-daerah protektorat Surabaya. Dalam jangka waktu yang singkat, Mataram terus menggempur daerah-daerah di Jawa Timur. Ekspedisi demi ekspedisi dikirim, mengoyak rasa tenteram para penguasanya. Tak semua serangan Mataram berhasil. Dalam beberapa serangan balasan, pasukan Mataram kocar-kacir, seperti yang terjadi pada pertempuran di Sungai Andaka (kini disebut sungai Brantas), di mana dua pemimpin pasukan Mataram, Aria Suratani dan Ngabei Ketawangan tewas di tempat.

Menyerang terlebih dahulu kota-kota satelit di sekitar Surabaya agaknya bertujuan untuk memutus jalur logistik ke Surabaya. Sebagai kota pelabuhan, Surabaya menggantungkan dirinya kepada daerah-daerah pedalaman (hinterland) untuk suplai berbagai kebutuhan sehari-hari. Bahkan kebutuhan atas air pun diambil dari kali Mas, salah satu dari dua cabang kali pecahan aliran Sungai Brantas yang melintasi Mojokerto. Kelak lewat sungai Brantas Surabaya bisa dibuat bertekuklutut.

Taktik demikian ditempuh Mataram karena serangan langsung terhadap Surabaya tak pernah berhasil. Surabaya terlalu kuat, apalagi bala bantuan dari Madura selalu siap setiap saat mempertahankan Surabaya. Selama bertahun-tahun, semenjak naih takhta, Sultan Agung terus melancarkan penyerbuan ke Surabaya. Seringkali menemui kegagalan tapi dia tak pernah jera untuk melakukan serangan.

Diceritakan oleh Artus Geijsel bahwa lingkaran kota Surabaya adalah 5 mil. Dalam rangka mempertahankan diri dari musuh, di setengah kota dikelilingi tembok dan setengahnya lagi baliwetri (onggokan tanah). Kota tersebut juga dikelilingi oleh parit dan di antara parit dan tembok tadi terdapat tanggul yang kuat. Di setiap jarak terjauh tembakan meriam terdapat satu benteng kecil berbentuk bujur sangkar yang setiap benteng tersebut memiliki 10 sampai 12 meriam. Oleh karena itu, tidak heran jika Surabaya memang sulit untuk ditaklukkan.

Sultan Agung menyadari hal itu sehinnga dalam rangka menaklukkan Surabaya ia tidak langsung menyerang pusat kota, namun ia terlebih dahulu menguasai daerah-daerah bawahan yang menjadi pemasok bahan makanan ke pusat kota Surabaya. Pada tahun 1614, Sultan Agung memerintahkan untuk menyerang daerah kekuasaan Surabaya bagian selatan seperti, Ujung Timur, Malang, dan kemungkinan juga Pasuruan. Penyerangan tersebut tidak membuahkan hasil sehingga dalam perjalanan pulang pasukan Mataram ini diserang lagi oleh Surabaya, namun serangan itu dapat dikalahkan oleh tentara Mataram. Pada tahun 1615, Mataram dapat menguasai Wirasaba (daerah antara Jombang dan Mojokerto) yang dulunya disinyalir merupakan tempat keraton Majapahit. Penaklukkan ini menjadi penting karena Wirasaba merupkan daerah hinterland kota Surabaya yang menjadi pemasok air bersih melalui Sungai Brantas maupun salah satu pemasok bahan makanan. 

Surabaya tidak hanya diam begitu saja. Pada 1615 ini pula Surabaya melakukan ekspedisi untuk menyerang balik Mataram melalui pantai utara. Dalam perjalanannya, Surabaya meminta bantuan pada Pajang. Namun, Pajang yang menjadi daerah bawahan Mataram ini tidak memberikan bantuan pada Surabaya. Ekspedisi ini diketahui oleh Mataram sehingga Sultan Agung memerintahkan untuk mengepungnya. Pada akhirnya, Surabaya dapat ditumpas Mataram di Siwalan (Pajang) setelah tidak ada penguasa lokal yang membantu untuk menyerang Mataram.

Pada tahun 1616 – 1617, Sultan Agung dapat menguasai Lasem dan Pasuruan. Pada tahun 1617 ini pula, Pajang, yang menjadi daerah bawahan Mataram memberontak pada Mataram sehingga Sultan Agung menghancurkan kota Pajang dan memindahkan penduduknya ke Mataram. Penguasa Pajang akhirnya pergi ke Surabaya untuk mencari perlindungan dari Mataram.

Pada tahun 1619, Mataram dapat menguasai Tuban yang menjadi penghasil kayu jati sebagai bahan untuk pembuatan kapal-kapal Surabaya. Setelah dapat menguasai Tuban, Mataram mulai mengembangkan angkatan laut untuk menyaingi dan menaklukkan Surabaya dan daerah bawahannya melalui jalur laut. Hal ini juga yang menjadi sebab takluknya daerah bawahan Surabaya diseberang pulau yaitu, Kalimantan dan Sukadana pada 1622. Mataram mengirimkan 70 kapal dan 2000 prajurit untuk menaklukan daerah ini yang dipimpin adipati Kendal, yaitu Tumenggung Bahurekso.

Dua tahun setelah penaklukan Tuban, Sultan Agung mengirimkan pasukan lagi untuk menyerang Madura yang menjadi sekutu Surabaya. Penyerangan ini bertujuan untuk memutus salah satu suplai penting dan juga untuk mengepung Surabaya. Surabaya tidak tinggal diam dan akhirnya terjadilah peperangan antara Surabaya dan Madura melawan Mataram di Madura. Penyerangan ini dipimpin oleh Tumenggung Ketawangan dan Tumenggung Alap-Alap. 

Menurut Padmosusastro, peperangan ini merupakan peperangan terhebat dalam sejarah serangan Mataram. Hal ini dikarenakan kekuatan Madura dan Surabaya yang tangguh memaksa Mataram mengirimkan lagi bantuan 80.000 pasukan untuk mengalahkannya. Selain itu, peperangan yang melelahkan ini juga menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kedua belah pihak. Namun, hal ini belum juga mengakibatkan Surabaya menyerah pada Mataram.

Perlu diketahui bahwa Madura juga berperan penting terhadap kekuatan pertahanan Surabaya. Ketika Surabaya mendapat serangan, Madura siap membantu Surabaya kapanpun untuk mengamankan daerah kekuasaannya. Jadi, tidak mengherankan jika Mataram harus mengeluarkan biaya dan tenaga yang sangat besar untuk menaklukan Madura pada 1624.

Setelah takluknya daerah-daerah penyuplai Surabaya pada Mataram, Mataram tidak semerta-merta langsung menyerang inti kota Surabaya. Pasukan Mataram mendirikan perkemahan di sekitar Mojokerto untuk mencari cara dan menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan serangan pada Surabaya. Memang daerah-daerah sekitar Surabaya sudah dapat dikuasai Mataram, namun pertahanan Kota Surabaya masih terlalu kuat untuk pasukan Mataram.

Setelah penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh Mataram, Kota Surabaya tidak mendapat suplai makanan dari daerah-daerah hinterland sehingga terjadi kelaparan, bahkan kematian yang diakibatkan dari kelaparan tersebut. Apalagi setelah terjadinya peperangan di Madura yang sangat merugikan itu. Jadi, penguasa Surabaya mendapat masalah kelaparan yang harus diselesaikan agar dapat mempertahankan Kota Surabaya dari serangan Mataram.
Setelah bertempur selama hampir satu dekade lebih, akhirnya Mataram berhasil memasuki pinggiran kota Surabaya yang pertahanannya tak terkalahkan itu. Pasukan Mataram di bawah pimpinan dua panglima perangnya, Tumenggung Ketawangan dan Tumenggung Alap-Alap menggempur Surabaya pada 1624. 

Dari sumber Belanda, sebagaimana dikutip dari De Graaf, kendati sudah berhasil menembus barikade pertahanan Surabaya, pasukan Mataram masih mengalami kesulitan mematahkan pertahanan pasukan Surabaya yang gigih mempertahankan pusat kotanya.

Tentara Mataram pun kembali menebar teror kepada penduduk pinggiran Surabaya. Sawah dan ladang milik penduduk diporak-porandakan dengan maksud para penduduk yang tetap bertahan segera menyerah seperti juga yang dilakukan oleh penduduk Sampang, Madura ketika mereka diserang Mataram beberapa waktu sebelumnya. Pertempuran dengan pihak Surabaya, mengutip De Graaf, “sudah sampai tingkat kritis. Sebanyak 80 ribu orang mengepung kota ini.” Karena alotnya pertahanan pasukan Surabaya, Mataram memilih untuk bersikap defensif sambil mencari akal untuk menyusun serangan mematikan kepada pihak Surabaya. Mereka pun mendirikan perkemahan di sekitar Mojokerto sambil menunggu waktu tepat melancarkan serangan.

Tumenggung Mangun Oneng yang diberi mandat memimpin serangan ke Surabaya.Ia menghindari kontak fisik dengan Surabaya yang akan merugikan pasukannya sendiri sehingga ia memanfaatkan Sungai Brantas yang menjadi penyuplai air bersih bagi Surabaya. kali ini melancarkan taktik “bendungan Jepara” untuk menyumbat aliran sungai Brantas yang menjadi sumber air bagi penduduk Surabaya. Teknik pembendungan tersebut menggunakan berbatang pohon kelapa dan bambu yang diletakkan membentang di dasar sungai sampai dengan permukaannya. Setelah air tersumbat dan hanya mengalir sedikit saja, pasukan Mataram menceburkan bangkai binatang dan berkeranjang buah aren (latin:Arenga saccharifera). Bangkai menyebabkan air berbau busuk sementara buah aren menimbulkan gatal-gatal yang luar biasa hebatnya pada penduduk surabaya ‎sehingga pasukan Mataram akan mudah menyerang Kota Surabaya. 
Strategi tersebut tidak sia-sia. Selain masalah kelaparan tadi, kini muncul masalah baru, yaitu penduduk Kota Surabaya terjangkit wabah penyakit dan gatal-gatal yang luar biasa yang disebabkan bangkai dan buah aren tadi. Strategi ini diketahui oleh raja Surabaya dan raja memutuskan untuk melakukan pertemuan dengan pemimpin pasukan Mataram karena raja tidak tega pada rakyatnya yang terkena wabah ini. Raja Surabaya mengirimkan anaknya, Pangeran Pekik, beserta 1000 pasukan untuk menemui Tumenggung Oneng. 

Dan akhirnya, pada 27 Oktober 1625 Surabaya menyerah pada Mataram. Jadi, Mataram menang melawan Surabaya bukan karena serangan pasukannya, tetapi Surabayalah yang menyerah karena kelaparan dan wabah penyakit yang terjadi akibat strategi yang diterapkan Mataram.‎

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...