Sering kita mendengar ada salah seorang pemilik keris yang mengatakan
keris saya kosong karena sudah tidak terawat atau sebab - sebab yang
lainnya, cerita dimasyarakat tentang isi atau tidaknya suatu (keris)
memang masih membingungkan, walaupun keris itu dari warisan, pemberian
orang, mas kawin atau yang mendapatkan dengan cara-cara lainnya.
Para pakar Perkerisan menyebutkan bahwa ada banyak sekali jenis keris
yang beredar dimasyarakat, untuk meneliti isi atau tidaknya suatu keris
tersebut masih sulit untuk dibuktikan. “Bahwa ada 4 macam kategori keris
yang ada di masyarakat diantaranya :
1. Keris Souvenir : Keris yang sengaja dibuat untuk hadiah pada
seseorang atau untuk diperdagangkan dalam dunia luas, keris ini biasanya
dibuat sederhana atau juga ada yang dibuat indah dan sangat menarik,
namun isi atau tuahnya tidak ada. Keris-keris model ini biasa dibuat
oleh pengrajin dan bukannya seorang Empu Keris. Dalam sehari seorang
pengrajin keris ini dapat membuat 15 sampai 20 buah dan biasa
diperjualbelikan sebagai barang Souvenir.
2. Keris Ageman : suatu keris yang hanya menonjolkan keindahan bentuk
atau model keris tersebut. Keris yang demikian ini tidak ada isinya
karena Sang Empu pada saat membuat keris tanpa melakukan tapa brata dan
upacara-upacara tertentu. . Dalam sehari seorang Empu keris ini dapat
membuat 3 sampai 5 buah.
3. Keris Tayuhan : Sebuah keris yang dibuat oleh seorang Empu melalui
upacara-upacara khusus, biasanya pada jaman dahulu ada seseorang yang
memesan Keris pada seorang Empu untuk suatu keperluan, untuk kewibawaan,
memudahkan dapat rejeki atau juga untuk penolak bala. Kemudian sang
Empu membuat keris sesuai keinginan dari pemesannya dan tentu saja keris
tersebut memiliki tuah atau isi sesuai keinginan dari sang empu.
Biasanya Keris model ini sederhana tapi ada juga yang dibuat indah dan
menarik. Dalam setahun seorang Empu keris dapat membuat 1 atau 5 buah.
4. Keris Pusaka : Sebuah keris yang dibuat oleh seorang Empu keris yang
memiliki ciri – ciri indah dan memiliki tayuhan. Tentu saja pada saat
pembuatan melakukan upacara-upacara khusus agar keris tersebut bertuah.
Dalam setahun seorang Empu keris dapat membuat 1 atau 2 buah saja.
Di masa lalu belum tentu seorang Empu bisa membuat sebilah Keris dalam 3tahun.
“ Keris yang berisi tayuhan itu pasti memiliki daya tersendiri bagi yang
melihat atau memilikinya, daya isi bisa berupa perwujudan keris itu
tampak wingit, galak, demes atau memiliki prabawa tersendiri sedang
keris yang tidak berisi pasti tampak biasa tidak ada rasa atau sesuatu
dalam perasaan kita”. Bahwa keris yang dulunya dibuat sebagai keris
Tayuhan atau keris Pusaka kekuatannya tidak dapat hilang, dikarenakan
bahan-bahan yang dipakainya saja sudah mengandung tuah. Besinya dicari
besi pilihan yang bertuah, pamornya juga demikian sehingga isi dari
keris tersebut tidak akan hilang selama perwujudannya masih ada.
Secara Logika dapat disamakan dengan besi Magnet, jenis besi ini memang
memiliki kekuatan untuk dapat menarik besi, kekuatannya tidak bakal
hilang selama unsur-unsur magnetnya masih ada demikian juga Keris,
selama unsur besi, Baja dan Pamor masih melekat kekuatan alaminya tidak
bakal hilang.
Hanya para empu yang mengetahui kekuatan atau daya apa yang terkandung
dalam bahan-bahan keris tersebut. Jika ada orang yang dapat mengambil
isi keris sebenarnya hanya daya postipnotis (daya saran) yang dilekatkan
empu saja yang diambilnya, sedang daya alami dari bahan keris akan
tetap ada secara alami.
Cara Menayuh Keris
Banyak pemilik keris yang tidak mengetahui akan hakekat benda pusaka
yang dimiliki. Apa kegunaan keris, bagaimana pengaruhnya terhadap
kehidupannya, bertuah atau tidak ? Jika kemudian pertanyaan-pertanyaan
tersebut apabila disodorkan pada para pemilik keris tersebut, khususnya
yang memiliki keris karena warisan dari orang tuanya, pasti akan dijawab
dengan gelengan kepala alias tidak tahu. Kenyataan semacam ini wajar
terjadi, karena para pemilik tersebut tidak terlibat langsung dengan
proses kepemilikan benda pusakanya.
Mereka punya karena warisan, karena amanah dan bukti bhaktinya pada
orang tuanya. Tidak jarang dari para pemilik keris yang terpaksa
memiliki benda pusaka terkena dampak atas keris yang dimilikinya.
Sebagaimana kepercayaan para leluhur keris adalah salah satu bendak
pusaka yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Jalan hidup
seseorang bisa berubah setelah memiliki keris. Seseorang yang penakut,
pendiam dan suka mengalah bisa berubah seratus delapan puluh derajat
menjadi pemberani, pemarah dan mau menang sendiri setelah memiliki keris
tertentu. Begitu juga si miskin bisa berubah menjadi kaya raya karena
mendapat keris. Begitu sebaliknya, orang yang semula kaya, selalu
beruntung bisa berubah menjadi miskin dan selalu buntung..
Merujuk pada catatan sejarah raja-raja di tanah Jawa, rata-rata memiliki
keris pusaka yang memiliki daya kesaktian luar biasa. Sebut Ken Arok,
pendiri kerajaan Singasari ini memiliki keris Empu Gandring yang dibuat
oleh empu Gandring. Keris ini memiliki kesaktian luar biasa, ibarat
ditikamkan ke gunung, gunung meletus, ditikamkan ke samudra, samudranya
mengering pun ditikamkan ke baja, bajanya pasti akan tembus.
Kedahsyatan ( kesaktian ) benda pusaka seperti itu terjadi memang
sengaja diciptakan oleh empu atas permintaan si pemilik keris. Tentu
untuk mencapai tataran seperti itu diperlukan proses. Namun yang perlu
digaris bawahi adalah, dibalik kedahsyatan keris pusaka, ternyata
membawa sifat bawa yang dapat berpengaruh negatif pada pemiliknya.
Untuk menghindari terjadi hal-hal negatif yang dapat menimpa diri kita
seharusnya kita mengetahui dengan persis benda-benda pusaka yang kita
miliki. Cara termudah mengetahui kegunaan, jenis keris maupun dampak
yang ditimbulkan, kita dapat berkonsulatsi atau meminta bantuan
paranormal, empu atau tokoh-tokoh yang teruji mampu menguasai ilmu
perkerisan untuk menayuh ( menguji ) hakekat keris yang kita miliki.
Tentu saja cara ini kurang memberikan nilai lebih(tidak seru ).
Persoalan menjadi lain kalau anda bisa melakukan sendiri.
Tulisan ini tidak sekedar memberikan imformasi atau tips untuk menguji
kesaktian keris dari gagrak ( perwujutan ) yang dapat dilihat oleh mata
telanjang. Seperti diketahui, keris diyakini semua orang memiliki daya
linuwih, berkekuatan gaib dan dapat membantu si empunya untuk
menyelesaikan berbagai masalah. Tetapi sekali lagi tidak semua orang
dapat mengetahui apakah benar kekuatan itu ada.
Satu-satunya media yang dapat kita rasakan akan adanya kekuatan gaib
tersebut adalah, adanya hawa gaib yang mempengaruhi kehidupan kita.
Tips Menayuh Keris
Keris dikatakan sakti apabila keris tersebut tidak suwung ( kosong),
alias ada suatu kekuatan gaib yang ada di dalam keris tersebut. Para
empu seperti empu Gandring, Empu Supo Mandragi maupun empu-empu lainnya
senantiasa memasukan kekuatan gaib pada bilah keris hasil kreasinya.
Ada tiga cara yang dapat anda lakukan untuk mengetahui apakah keris
tersebut memiliki kekuatan gaib alias ada isinya atau suwung.
1. Menayuh keris dengan cara laku ( tirakat, puasa ). Puasa bisa
dilakukan dengan kaifiat layaknya orang puasa wajib, senin kamis, atau
puasa khusus seperti mutih, ngalong ( hanya makan buah), atau puasa
ngebleng ( berada di tempat gelap ). Puasa tersebut setidaknya dilakukan
selama tiga hari. Di hari ketiga puasa dilanjutkan hingga menjelang
fajar alias subuh, tanpa tidur.
Mulai magrib hendaknya anda melakukan wirid sesuai dengan kemampuan dan
menjauhi perbuatan yang bersifat duniawiyah. Insya-Allah menjelang
fajar. Wangsit alias ilham biasanya muncul antara pukul 02.00 hingga
04.00 menjelang waktu subuh. Adapun niat puasanya adalah beribadah pada
yang maha kuasa dan niat untuk mengetahui atas hakekat benada pusaka
yang kita miliki.
2. Menayuh keris dengan cara Meditasi. Siapkan ruang khusus ( kamar )
beralaskan tikar. Sucikan diri anda dan kuatkan niat untuk metsubudi (
mengeluarkan kekuatan batin kita ) untuk melakukan komunikasi gaib
dengan si penungu keris. Tempatkan keris di depan anda dan nyalakan
lilin di sampingnya.
Setelah itu duduklah anda dalam posisi bersila, kaki kanan di atas kaki
kiri. Padukan kedua telapak tangan anda tepat ditengah dada anda.
Tataplah nyala lilin yang menyala dihadapannnya sesuai dengan kemampuan
anda tidak berkedip. Kemudian pejamkan mata, maka akan tampak dalam
pandangan mata yang terpejam perwujutan makhluk gaib yang ada dalam
keris tersebut.
3. Menayuh keris dengan memanfaatkan kekuatan hewan. Seperti banyak
diberikan kitab suci, satu-satu makhluk kasat mata yang dapat melihat
makhluk gaib adalah hewan. Oleh karena itu untuk menguji apakah keris
yang ada memiliki punya kekuatan gaib atau tidak kita dapat mengujinya
melalui hewan ini. Hewan yang paling peka terhadap mahkluk gaib adalah
ayam. Terutama ayam yang sedang beranak. Induk ayam beranak ini sangat
peka terhadap ancaman. Sekecil apapun ancaman yang datang, ayam itu
langsung bereaksi ( ngabruk).
Caranya sederhana, carilah ayam yang sedang mencari makan bersama
anak-anaknya. Kemudian lemparkanlah keris anda ke sekitar induk ayam
tadi. Jika ayam tersebut bereaksi berupaka kemarahan ( ngabruk ) atau
diam, maka dapat dipastikan keris anda kosong alias suwung. Tetapi
apabila reaksi si induk ayam lari tungang langgang, atau terdiam
kemudian berbunyi kruuk-kruuk,kruuk, maka dapat diayakini bahwa keris
anda ada isinya. Reaksi ayam yang diwujutkan dalam suara kruuk-kruuk
merupakan gambaran akan hadirnya sosok mahkluk lain yang tidak sama
dengan manusia.
Menyatunya Keris Dengan Pemiliknya
Perilaku dari keris-keris yang sudah menunjukkan penyatuannya dengan
manusia pemiliknya dan memberikan pemahaman mengenai apa yang harus
dilakukan seorang pemilik keris supaya keris-kerisnya dapat menyatu
dengan dirinya, sehingga keris-kerisnya benar-benar dapat menjadi pusaka
dansipat kandel dan tidak menjadi keris koleksi / pajangan saja.
Pada jaman sekarang banyak keris yang hawa aura mistisnya sudah redup,
sudah dingin / adem / anyeb, mirip seperti keris kosong tak berpenghuni
gaib. Hawa aura gaibnya sudah menurun atau kerisnya pasif tidak
memberikan tuahnya, terpengaruh perkembangan jaman dimana keberadaan
keris sudah mulai diabaikan, tetapi kekuatan aura keris-keris tersebut
akan terasa kembali ketika sudah menyatu dengan seorang pemilik yang
sesuai.
Selama masih ada jarak antara kebatinan si manusia dengan kerisnya, maka
keberadaan keris itu tidak akan banyak berarti. Tuah-nya pun mungkin
tidak akan dirasakan. Bagi anda yang memiliki atau menyimpan keris,
sebaiknya juga memiliki pengetahuan tentang tatacara pemakaian keris,
pemeliharaan keris, dsb, jangan hanya sekedar asal memiliki, menyimpan
atau memakainya, supaya tidak terbawa-bawa cerita tentang mistis keris
atau pun mengkultuskan kegaiban keris, supaya keris tidak dimusuhi orang
karena cerita mistisnya, atau justru keris dijadikan sebagai suatu
bentuk pemujaan.
Secara umum keris-keris dibuat dengan tujuan untuk menyatu dan
mendampingi manusia pemiliknya, tuahnya dan kekuatan gaibnya sudah
disesuaikan dengan si manusia calon pemiliknya (si manusia pertama
pemilik keris).
Secara umum tujuan keris dibuat dimaksudkan dengan cara penyatuan /
pendampingannya masing-masing keris-keris itu akan memberikan tuahnya
kepada si manusia, dan untuk hasil kegaiban yang maksimal dalam
penyatuan itu dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan si manusia dengan
kerisnya (ada interaksi batin).
Sifat kejiwaan keris sama seperti orang tua yang memomong dan menjaga
anaknya. Bila si manusia sebagai pihak yang diemong mampu peka rasa,
bisa mendengarkan bisikan gaib kerisnya yang berupa ide dan ilham dan
firasat (dan mimpi), maka orang itu akan dituntun kepada jalan /
perbuatan yang mengantarkannya sukses sesuai jenis tuah kerisnya
masing-masing dan menjauhkannya dari kesulitan. Sifat kejiwaan yang
seperti itu tidak kita dapatkan dari benda-benda gaib lain. Umumnya
orang-orang jawa jaman dulu peka rasa dan batin, sehingga akan mudah
penyatuan kebatinannya dengan keris-kerisnya. Itulah juga sebabnya
orang-orang jawa jaman dulu, yang peka rasa, dan memahami kejawen, lebih
memilih keris daripada benda-benda gaib lain.
Karena itu sebaiknya dipahami, jika kita mempunyai sebuah keris, apapun
jenis keris dan tuahnya, untuk mendapatkan kegaibannya yang maksimal
dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan kita dengan si keris (ada
interaksi batin), bukan sekedar memiliki sebuah keris. Karena itu jika
kita merasa tidak bisa bersikap seperti orang-orang yang bisa peka rasa
dan firasat dan bisa menyatukan dirinya dengan keris-kerisnya, sebaiknya
janganlah kita memiliki keris. Lebih baik kalau kita memiliki
benda-benda gaib lain sebagai jimat ampuh untuk kesuksesan dan
keberuntungan.
Penghalang Penyatuan Keris Dengan Pemiliknya
Ada beberapa kejadian keris-keris tertentu sama sekali tidak mau
menyatukan dirinya dan tidak mau memberikan tuahnya kepada si manusia
pemiliknya. Kondisi ini bisa terjadi karena beberapa sebab. Sebaiknya
kita mengetahui kondisi ini, jangan sampai kita membeli keris dan pusaka
yang kondisinya tidak mau menyatu dengan kita, sehingga juga tidak akan
bertuah, atau kita sudah terlanjur mengharapkan tuah dari benda-benda
pusaka kita, padahal mereka sama sekali tidak bertuah, atau kita
melakukan suatu perbuatan yang akhirnya malah menjadikan benda pusaka
kita tidak bertuah.
Misalnya, mungkin kerisnya merasa tidak cocok mengikut kepada seorang
manusia, seperti keris-keris ber-luk 5 yang merasa tidak cocok untuk
mengikut kepada manusia pemiliknya yang bukan keturunan ningrat /
bangsawan.
Keris-keris ber-luk 5 atau keris-keris keningratan lainnya, biasanya
hanya akan diam saja, pasif, tidak memberikan tuahnya dan tidak
menunjukkan penyatuannya dengan pemiliknya jika si manusia pemilik keris
bukan keturunan ningrat dan tidak menghargai keningratan. Kondisi
tersebut menjadikan keris-keris ber-luk 5 dan keris-keris keningratan
lainnya sebagai keris-keris khusus yang tidak semua orang cocok
memilikinya dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat dari
keris-keris itu.
Atau karena ada masalah dalam etika pemindah-tanganan keris. Misalnya
keris tersebut didapat dengan cara mencuri, memaksa, memeras, merampas,
dsb, atau ada rekayasa pembodohan / penipuan / tipu-muslihat dalam
proses pemindah-tanganan atau dalam proses tawar-menawar mahar keris.
Atau pemilikan keris keluarga yang di dalamnya terjadi perebutan warisan
antar ahli waris, atau salah satu ahli waris mencuri / menggelapkan
pusaka diluar sepengetahuan ahli waris lain.
Jika anda berkenan kepada sebuah keris dan berminat untuk memilikinya,
dalam proses tawar-menawar mahar keris sebaiknya anda tidak melakukan
tawar-menawar harga sampai semurah-murahnya sampai menimbulkan kesan
keris itu barang murahan dan tidak cukup berharga untuk dimiliki.
Tingkat penghargaan anda kepada sebuah keris, dan perlakuan sehari-hari
dalam pemeliharaan keris dapat berpengaruh pada tinggi atau rendahnya
tingkat penyatuan keris dan kadar tuah yang diberikan si keris kepada
anda pemiliknya. Jika si keris merasa “disepelekan”, “direndahkan” atau
merasa “terhina” dengan perlakuan anda, bisa jadi keris itu kemudian
akan pasif, tidak menunjukkan penyatuannya dengan anda, karena kerisnya
tidak bersimpati kepada anda.
Kondisi keris yang tidak mau memberikan tuahnya kepada si manusia
pemiliknya karena penyebab-penyebab di atas biasanya tidak dapat
diperbaiki / diakali dengan pemberian sesaji, atau pun dengan cara lain,
selain dibiarkan saja kondisinya seperti itu atau dipindah-tangankan
kepada orang lain dan mengganti dengan keris lain yang mau memberikan
tuahnya kepada si manusia tersebut.
Jika sebuah keris tidak mau memberikan tuahnya kepada manusia si pemilik
keris karena ada kesalahan atau perbuatan si manusia yang si keris
tidak berkenan, misalnya pemberian sesaji yang si keris merasa tidak
cocokbisa diperbaiki dengan memberi sesaji minyak cendana merah yang
dioleskan pada badan kerisnya atau bentuk sesaji lain yang si keris
berkenan. Atau penjamasan yang si keris merasa tidak cocok dengan cara
kerja si penjamas keris, bisa diperbaiki dengan melakukan penjamasan
berikutnya kepada penjamas keris yang lain. Atau misalnya si manusia
mengganti bagian komponen kelengkapan keris, seperti mengganti kayu
gagang keris, sarung keris, mendak, dsb, dan si keris tidak berkenan,
bisa diupayakan memperbaikinya dengan memasang kembali komponen-komponen
aslinya atau mengganti dengan komponen lain yang kira-kira si keris
berkenan.
Tetapi bila kesalahan itu terjadi karena si manusia dengan sengaja
mengganti komponen utama keris, sepertiganja keris atau pesi-nya,
biasanya kesalahan ini tidak dapat diperbaiki, karena sudah menyebabkan
sakit hati si gaib keris, walaupun sudah diupayakan memasang kembali
komponen aslinya atau mengganti dengan komponen lain yang kira-kira si
keris berkenan. Karena itulah kita harus berhati-hati, terutama ketika
berminat membeli sebuah keris yang ada hiasan emasnya pada bagian ganja,
dapur atau bilah keris, harus dicermati dahulu apakah hiasan emas itu
adalah aslinya ataukah sebenarnya tambahan / gantian. Kesalahan lain
yang tidak dapat diperbaiki adalah bila si manusia meng-ampelas /
mengikis / menghaluskan badan kerisnya, atau mengukir ulang bagian badan
/ luk atau dapur keris.
Bila bagian pesi keris (besi gagang keris) sudah sangat keropos atau
tipis karena termakan karat, kondisinya bisa diperbaiki dengan
memasangkan pipa bekas antena televisi yang ukurannya pas dengan ukuran
pesi keris, dipasang menyelubungi pesi keris (ditambah lilitan benang
wol hitam pada pesi keris supaya tidak longgar dengan pipanya) dan pipa
antena itu diusahakan pas dengan lubang pada kayu gagang keris (ditambah
lilitan benang wol hitam). Tetapi bila pesi keris tersebut sudah patah
pada bagian pangkalnya, sehingga tidak dapat diperbaiki dengan bantuan
pipa antena itu, dan terpaksa harus diganti, bisa diupayakan
menggantinya dengan gagang besi lain dengan terlebih dulu menyampaikan
niat anda itu sebagai pemberitahuan awal kepada si keris.
Sebagai catatan tambahan :
Seandainya kita merubah bentuk keris atau mengganti komponen utamanya
karena kita menganggap keris itu bentuknya jelek atau tidak bagus
sehingga harus dirubah bentuknya atau diganti komponennya supaya tampak
lebih bagus, bisa dipastikan bahwa si gaib keris akan sakit hati dan
tidak akan memberikan tuahnya kepada si manusia, sehingga kemudian keris
itu akan berfungsi sebagai keris ageman, bukan lagi keris tayuhan.
Seandainya kita merubah bentuk keris atau mengganti komponen utamanya
bukan karena kita menganggap keris itu jelek sehingga harus dirubah
bentuknya atau diganti komponennya supaya tampak lebih bagus, tetapi
kita melakukannya karena merasa sayang ada bagian yang rusak, mungkin
itu tidak apa-apa, karena sosok gaibnya mengerti bahwa maksud kita tidak
merusak dan tidak menganggap keris itu jelek sehingga harus dirubah
bentuknya atau diganti komponennya, hanya diperbaiki saja.
Atau bila kita ingin mengganti komponen kelengkapan keris, seperti
gagang, sarung, mendak dan salut keris, sebaiknya ditanyakan dulu apakah
keris itu berkenan, misalnya dengan cara menayuh keris (Ilmu Tayuh /
Menayuh Keris) dan tunjukkan juga kepada kerisnya (dengan pikiran kita)
gambaran benda yang akan menjadi gantinya.
Apapun yang akan kita lakukan terhadap fisik keris kita sebaiknya
dilakukan dengan menyampaikan terlebih dahulu niat kita itu sebagai
pemberitahuan awal kepada si keris.
Dari semua uraian di atas dapatlah dipahami bahwa sebuah keris tidaklah
sama dengan benda gaib lain. Keris mempunyai “jiwa” yang akan aktif
berinteraksi dengan pemiliknya, karena sejak awal tujuan sebuah keris
dibuat adalah untuk menjadi “pendamping” manusia. Karena itu bila kita
memiliki sebuah keris, perlakukanlah benda itu seolah-olah dia adalah
juga manusia yang memiliki perasaan dan pikiran dan bisa diajak bertukar
pikiran / curhat (seolah-olah mempunyai teman dari alam gaib),
tergantung kemampuan anda untuk berkomunikasi / berinteraksi dengan
sosok gaibnya, dan dia juga dapat mengikuti jalan hidup manusia
pemiliknya. Tetapi jika kita hanya menginginkan tuah dari sebuah benda
gaib, sebaiknya janganlah kita memiliki keris, lebih baik memilih jenis
benda gaib lain sebagai jimat keberuntungan, kesuksesan dan keselamatan.
Sebagai tambahan dari faktor penghalang menyatunya keris dengan manusia
pemiliknya di atas, bisa dipastikan bahwa semua keris yang seharusnya
menyatukan diri dan mendampingi pemiliknya, tidak akan mau lagi
menyatukan diri dan mendampinginya, jika si pemilik keris mempunyai
khodam pendamping yang berasal dari golongan hitam.
Mahluk halus golongan putih tidak bergaul / berkomunitas dengan yang
dari golongan hitam, sehingga jika seseorang mempunyai khodam pendamping
yang berasal dari golongan hitam, maka bisa dipastikan bahwa semua
jenis khodam golongan putih yang seharusnya menyatukan diri dan
mendampinginya, tidak akan mau lagi menyatukan diri dan mendampinginya,
bukan hanya khodam keris jawa, tapi juga khodam batu akik dan mustika
dan khodam ilmu / khodam pendamping. Bahkan bisa jadi semua benda gaib
yang dipakainya atau yang dibawanya, seperti cincin batu akik dan
mustika, juga akan menjadi kosong isi gaibnya (khodamnya pergi).
Penyebabnya adalah selain mahluk halus dari golongan putih akan
menyingkir tidak mau bergaul dengan yang golongan hitam, juga karena
mahluk gaib yang dari golongan hitam itu mengambil alih semua peranan
dari khodam yang lain, sehingga si manusia akan menjadi bergantung hanya
kepadanya.
Selain mahluk halus golongan hitam yang keberadaannya adalah khodam
keilmuan gaib kita, mahluk tersebut bisa juga terpanggil datang karena
adanya wiridan amalan / doa kita. Karena tujuan kedatangannya tidak
untuk mengganggu, tetapi datang untuk menjadi pendamping kita, maka
sekalipun sebelumnya kita mempunyai khodam-khodam penjaga, maka
khodam-khodam penjaga itu tidak akan melarangnya.
Tapi kemudian khodam-khodam penjaga itu akan mundur semua tidak mau lagi
mendampingi kita karena mereka tidak mau bergaul / campur dengan yang
golongan hitam. Karena itu jika kita sudah mempunyai benda gaib atau
khodam-khodam penjaga, sebaiknya mereka juga disugestikan untuk mengusir
semua mahluk halus golongan hitam, apapun tujuannya mereka datang.
Status Keris dan Kelas Keris di Dunia Gaib Perkerisan
Bukan hanya di dunia manusia, di dunia gaib khodam keris juga ada aturan
hirarki status dan kelas gaib keris, yang aturannya sama dengan status
dan kelas wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, karena filosofi
dasar diturunkannya wahyu gaib keris adalah untuk dipasangkan dengan
wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, sehingga hirarki status dan
kelas gaib keris dan wahyu dewa itu sejalan.
Sehubungan dengan tulisan di atas, mengenai bentuk penyatuan /
pendampingan isi gaib keris dengan manusia pemiliknya, maka jika
seseorang mempunyai beberapa buah atau banyak keris, mungkin tidak semua
sosok gaib khodam keris itu akan tampak mendampingi si manusia, mungkin
hanya satu saja yang tampak mendampingi si manusia mewakili khodam
keris yang lain, dan tidak semuanya menonjol dalam memberikan tuahnya
kepada manusia, karena ada aturan hierarki status dan kelas gaib keris.
Sesuai hierarki status dan kelas gaib keris di dunia gaib perkerisan,
bila anda memiliki beberapa buah keris, maka urutan gaib keris yang
menonjol dalam menunjukkan bentuk penyatuannya adalah sbb :
Keris ber-luk 5, keris pulanggeni, singa barong dan keris-keris
keningratan lain, yang dalam pembuatannya ditujukan untuk dimiliki oleh
seorang raja atau orang-orang yang memiliki status keningratan karena
status keluarga / keturunan seorang raja / bangsawan.
Keris bertuah kekuasaan dan wibawa.
Keris bertuah kewibawaan.
Keris bertuah kesaktian.
Keris bertuah kesepuhan.
Keris bertuah kerejekian.
Keris bertuah pengasihan.
Jika beberapa keris anda ada yang mempunyai fungsi tuah yang sama,
misalnya ada beberapa keris yang sama-sama mempunyai tuah untuk
kekuasaan dan wibawa, atau sama-sama mempunyai tuah untuk kerejekian,
maka keris-keris yang sama tuahnya itu yang lebih tua akan mewakili
keris-keris yang lebih muda umurnya.
Hierarki status dan kelas gaib keris adalah hierarki dan tata krama di
dunia mahluk halus gaib keris dan wahyu dewa. Hierarki itu tidak
ditentukan oleh tingkat kesaktian masing-masing gaib keris atau tua
usianya, tetapi lebih ditentukan oleh hierarki status dan kelas gaib
keris. Sama dengan di dunia manusia yang mana seorang rakyat, punggawa,
ksatria, atau orang kaya sekalipun, harus menghormati dan menjunjung
tinggi seorang raja atau bangsawan, di dunia mereka juga begitu.
Sekalipun seorang rakyat / prajurit / senopati / panglima perang dan
seorang pesilat / ksatria / panembahan umurnya lebih tua atau kondisinya
jauh lebih sakti daripada raja mereka, tetap saja mereka akan
menundukkan diri di hadapan raja mereka. Begitu juga mereka di hadapan
para bangsawan dan kaum ningrat.
Secara umum yang lebih menonjol menunjukkan penyatuannya dengan manusia
adalah keris-keris yang berfungsi untuk penjagaan gaib, terutama
didapatkan dari keris-keris keningratan dan yang bertuah untuk kekuasaan
dan/ atau wibawa.
Jika si pemilik keris bukan seorang keturunan raja atau ningrat, maka
keris-keris yang bersifat keningratan tidak akan menunjukkan
penyatuannya dengan si manusia dan posisinya akan digantikan oleh
keris-keris yang lain sesuai hirarki status dan kelas gaib keris.
Keris-keris yang bertuah kekuasaan dan wibawa hanya akan memberikan
tuahnya untuk seorang pemilik yang dalam kehidupan kesehariannya
mempunyai posisi jabatan tertentu dan mempunyai bawahan, jika tidak,
maka keris-keris itu hanya akan memberikan tuah kewibawaan saja.
Keris-keris yang bertuah kesaktian, bila berada di tangan seseorang yang
aktif dalam ksatriaan dan memilikikekuatan / kesaktian kebatinan yang
tinggi, penyatuan gaib keris dengan orang tersebut akan menambah
ketajaman dan kekuatan kebatinan / kanuragan orang tersebut menjadi
bertambah berlipat-lipat. Tetapi bila berada di tangan seseorang yang
tidak aktif dalam ksatriaan dan tidak memiliki kekuatan / kesaktian
kebatinan yang tinggi biasanya akan pasif, hanya akan diam saja,
menunggu untuk diperintah secara khusus. Tetapi ada juga sebagian dari
jenis keris ini yang beradaptasi dan keluar dari kerisnya mendampingi si
manusia untuk memberikan penjagaan gaib.
Dengan adanya hierarki status dan kelas gaib keris di atas, maka jika
seseorang memiliki beberapa atau banyak keris, mungkin hanya ada satu
atau dua keris saja yang akan tampil mendampinginya mewakili
keris-kerisnya yang lain. Karena itu jika seseorang memiliki beberapa
buah keris yang fungsinya berbeda-beda dan ingin semua kerisnya
memberikan tuahnya secara bersama-sama dan terkoordinasi, maka harus ada
upaya dari si manusia untuk menyatu dengan keris-kerisnya dan
mengsugesti keris-kerisnya supaya bisa berkoordinasi dan tidak saling
menggantikan. Jika seseorang mempunyai beberapa buah keris, sebenarnya
masing-masing keris itu dapat memberikan tuahnya secara terkoordinasi
sesuai jenis tuahnya masing-masing, namun dalam pelaksanaannya
tergantung juga pada tingkat penyatuan masing-masing keris dengan si
manusia pemiliknya.
Secara alami tingkat penyatuan masing-masing keris dengan manusia
pemiliknya itu selain tergantung pada tingkat penyatuan masing-masing
pihak secara hati dan batin, juga tergantung pada kecocokan sifat fungsi
keris dengan aktivitas keseharian pemiliknya, sehingga seorang pemilik
keris yang kesehariannya bekerja sebagai seorang karyawan atau pedagang,
mungkin hanya kerisnya yang berfungsi kerejekian-pengasihan saja yang
menonjol dalam memberikan tuahnya, bukan yang bertuah kekuasaan dan
wibawa.
Tetapi yang secara umum terjadi, jika seseorang memiliki beberapa keris
yang berbeda-beda fungsinya, yang lebih menonjol menunjukkan
penyatuannya dengan si manusia adalah keris-keris yang memberikan fungsi
untuk keselamatan / penjagaan gaib, terutama didapatkan dari
keris-keris keningratan dan yang bertuah untuk kekuasaan dan/ atau
wibawa. Biasanya salah satu dari mereka, mewakili keris-keris yang lain,
akan tampak mendampingi manusia pemiliknya, dan seringkali juga
pendampingan mereka itu menyebabkan keris-keris lain yang bertuah
kerejekian atau tuah lainnya menjadi tidak menonjol penyatuannya, atau
bahkan menjadi tidak memberikan tuahnya (menjadi tergantikan posisinya).
Itulah perlunya kita mengsugestikan keinginan kita supaya keris-keris
kita tersebut secara bersama-sama dan terkoordinasi memberikan tuahnya
kepada kita dan tidak saling menggantikan.
Kalau kita ingin semua keris-keris itu memberikan tuahnya kepada kita
secara bersama-sama dan terkoordinasi, maka kita harus mengsugestikannya
kepada mereka semua bahwa kita menginginkan supaya mereka semua
memberikan tuahnya kepada kita secara bersama-sama dan terkoordinasi dan
supaya tuah-tuah mereka tidak saling berlawanan dan tidak saling
menggantikan. Caranya, keris-keris itu semua dikumpulkan di hadapan
anda. Kemudian sampaikan kepada mereka keinginan di atas, misalnya
disugestikan supaya mereka semua secara bersama-sama memberikan tuahnya
secara terkoordinasi, tidak berlawanan dan tidak saling menggantikan,
supaya tuah kewibawaan dan penjagaan gaib tidak berlawanan dengan tuah
kerejekian dan pengasihan, supaya ketika anda sedang bersama teman-teman
anda agar yang bertuah kewibawaan seimbang tuahnya dengan yang bertuah
kerejekian-pengasihan supaya hubungan sosial baik dan tetap dihormati,
dan ketika berada di sekitar manusia jahat / berandalan supaya yang
bertuah kewibawaan dan penjagaan gaib lebih aktif bekerja menjauhkan
anda dari gangguan.
Posisi Keris Sebagai Pendamping Manusia
Bila seseorang memiliki beberapa buah keris dan juga memiliki
benda-benda gaib lain selain keris atau juga memiliki beberapa khodam
pendamping, upaya penyatuannya oleh kedua belah pihak adalah sbb:
1. Upaya penyatuan dari si manusia terhadap gaib-gaib yang bersamanya.
2. Upaya penyatuan dari gaib-gaib yang bersamanya terhadap si manusia.
Upaya penyatuan dari si manusia haruslah dilakukan satu per satu
terhadap sosok-sosok gaib atau benda-benda gaib yang bersamanya dengan
cara-cara yang serupa seperti yang sudah dituliskan mengenai upaya
penyatuan manusia dengan kerisnya atau seperti dalam tulisan tentang
ilmu tayuh / menayuh keris.
Mengenai upaya penyatuan dari gaib-gaib yang bersamanya terhadap si
manusia, di dalam dunia mahluk halus berlaku hierarki status dan kelas
sosok halus pendamping manusia sbb:
1. Roh Leluhur.(Qorin)
Yang pertama dan terutama diakui sebagai sosok halus pendamping dan
pelindung manusia adalah sukma leluhur si manusia sendiri yang dalam
pelaksanaannya bisa dilakukan dalam bentuk pengawasan jarak jauh, bisa
juga tampil langsung mendampingi si manusia.
Urutan pertama adalah leluhur si manusia yang berperan sebagai pelindung yang menjaga si manusia.
Urutan kedua adalah leluhur si manusia berdasarkan peranannya (fungsi /
tuahnya) yang sama dengan hierarki status dan kelas gaib keris.
2. Sosok sukma lain yang dianggap sebagai leluhur oleh si manusia.
Jenis ini adalah sukma lain yang bukan leluhur si manusia, tetapi oleh
si manusia dianggap (dihormati) sebagai leluhurnya. Sukma itu juga
berperan seolah-olah dia adalah seorang leluhur yang menjaga dan
mendampingi si manusia seolah-olah adalah keturunannya. Biasanya sukma
itu berfungsi sebagai khodam pendamping.
Urutan pertama adalah yang berperan sebagai pelindung yang menjaga si manusia.
Urutan kedua adalah berdasarkan peranannya yang sama dengan hierarki status dan kelas gaib keris.
3. Sukma lain atau jenis mahluk halus lain.
Jenis ini adalah sukma lain atau jenis mahluk halus lain yang bukan (dan
tidak dianggap) sebagai leluhur si manusia, biasanya berfungsi sebagai
khodam pendamping / khodam ilmu.
Urutan pertama adalah yang berperan sebagai pelindung yang menjaga si manusia (penjagaan gaib).
Urutan kedua adalah berdasarkan peranannya / fungsinya yang sama dengan hierarki status dan kelas gaib keris.
4. Gaib Keris.
Hierarki status dan kelas gaib keris sebagai pendamping manusia adalah seperti sudah tertulis di atas.
5. Gaib dari Benda-benda Gaib Lain Selain Keris.
Dalam memberikan tuahnya kepada manusia sosok gaib dari benda-benda gaib
selain keris ada yang tampak mendampingi manusia, ada yang tetap
berdiam di dalam benda gaibnya masing-masing.
Hierarki status dan kelas gaib-gaib tersebut yang mendampingi manusia
adalah sesuai sifat tuah benda gaibnya, yang pertama adalah yang bertuah
untuk penjagaan gaib, selebihnya sama dengan hierarki status dan kelas
gaib keris.
Dengan demikian urutan status dan kelas sosok halus yang mendampingi manusia adalah sbb:
1. Sukma leluhur si manusia (Qorin Leluhur).
2. Sukma lain yang dianggap leluhur si manusia.
3. Sukma lain atau jenis mahluk halus lain sebagai khodam pendamping / khodam ilmu.
4. Gaib Keris.
5. Gaib dari benda-benda gaib lain selain keris.
Di antara jenis yang sama dari sosok-sosok halus tersebut di atas
urutannya yang pertama sebagai pendamping manusia adalah yang berperan
sebagai sosok pelindung atau yang untuk penjagaan gaib. Urutan
berikutnya sama dengan hierarki status dan kelas gaib keris.
Bentuk Penyatuan Keris
Biasanya bila sebuah keris atau sejumlah keris merasa sudah cocok dengan
manusia pemiliknya, maka khodam-khodam gaibnya, atau salah satu atau
dua khodam gaib keris mewakili khodam-khodam keris yang lain, akan
mendampingi dan menyertai si manusia di manapun dia berada, walaupun
kerisnya ditinggal di rumah. Dengan demikian, bila diterawang, maka
fisik keris itu akan tampak kosong tidak berpenghuni gaib, karena sosok
gaibnya tidak berada di dalam kerisnya, tetapi menyatu mendampingi si
pemilik keris. Hanya sisa-sisa energi gaibnya saja yang ada pada keris
tersebut.
Seringkali kondisi di atas salah ditafsirkan oleh para praktisi
kebatinan atau praktisi perkerisan atau oleh orang-orang yang bisa
melihat gaib, yang menganggap keris itu tidak berguna, karena tidak
menunjukkan kesan angker / wingit dan kosong tidak ada “isi”nya.
Walaupun keris itu kosong tidak berpenghuni gaib, tetapi orang-orang
yang tinggi spiritualitasnya dan tajam kebatinannya akan tahu bahwa
keris itu berkhodam, karena ada tanda-tanda energi bahwa keris itu
berpenghuni gaib, hanya saja mungkin khodamnya sedang tidak berada di
dalam kerisnya.
Secara umum ada suatu aturan di alam mahluk halus mengenai tatacara dan
perlambang keberadaan suatu sosok mahluk halus dalam mendampingi
manusia. Walaupun mungkin tidak selalu persis sama, tetapi dalambanyak
hal ada kesamaan cara suatu sosok mahluk halus mendampingi manusia.
Secara umum perlambang posisi keberadaan sosok-sosok gaib sebagai khodam
pendamping manusia (selain yang disebut ketempatan mahluk halus) adalah
sbb :
Di dalam tubuh manusia, menyamakan posisinya dengan tubuh si manusia,
artinya keberadaannya berfungsi sebagai khodam kesaktian, kekuasaan, dan
wibawa, atau fungsi lain sesuai pembawaan sifat asli si mahluk gaib,
dan akan memberikan tuah apa saja yang diinginkan si manusia. Dalam
sehari-harinya sosok itu juga menyatukan kekuatannya dengan si manusia,
sama dengan manusia yang ketempatan mahluk halus, kadarnya saja yang
lebih rendah, tingkat penyatuannya tidak sebaik yang ketempatan mahluk
halus, karena tujuan keberadaan mahluk halus tersebut adalah untuk
mendampingi, bukan untuk menyatukan dirinya dengan si manusia.
Di sebelah kanan si manusia, artinya keberadaannya berfungsi sebagai
sosok halus yang menjaga si manusia, atau sebagai tangan kanan si
manusia (sebagai sosok halus yang diandalkan untuk berbagai keperluan),
atau sebagai khodam ilmu yang bersifat penjagaan gaib, kesaktian,
kekuatan / wibawa, penaklukkan / penundukkan.
Di sebelah kiri si manusia, artinya keberadaannya berfungsi sebagai
sosok halus yang menjaga si manusia, tetapi tidak secara khusus menjaga,
lebih banyak bersifat hanya membantu penjagaan, atau berfungsi sebagai
khodam ilmu selain yang bersifat penjagaan gaib, kesaktian, kekuatan,
kewibawaan, penaklukkan atau penundukkan, seperti untuk pengasihan,
membantu kerejekian, keilmuan, spiritualitas, kebijaksanaan, membantu
pemecahan masalah, dsb.
Di sebelah depan si manusia, artinya keberadaannya berfungsi mutlak
sebagai sosok halus yang menjaga si manusia, artinya setiap ada gangguan
/ serangan gaib akan lebih dulu berhadapan dengannya.
Di sebelah belakang si manusia, artinya keberadaannya berfungsi sebagai
sosok halus yang bersifat menjaga seperti seorang pemomong dan
kadangkala membantunya juga jika diperlukan.
Di sebelah atas si manusia (posisinya tepat di atas kepala si manusia),
artinya keberadaannya berfungsi sebagai sosok halus yang bersifat
menjaga, melindungi, mengayomi (berlaku seperti seorang leluhur yang
menaungi dan menjaga anak-cucu keturunannya) dan bisa juga memberikan
fungsi-fungsi lain kombinasi dari fungsi no.2 sampai 5 di atas.
Di sebelah depan atas si manusia, artinya keberadaannya berfungsi mutlak
sebagai sosok halus yang bersifat menjaga dan melindungi (berlaku
seperti seorang leluhur yang menaungi dan menjaga anak-cucu
keturunannya).
Di sebelah belakang atas si manusia, artinya keberadaannya berfungsi
sebagai sosok halus yang bersifat membantu si manusia, tetapi sifat
keberadaannya tidak langsung berfungsi seperti fungsi-fungsi tertentu di
atas, lebih banyak bersifat mengawasi dan hanya membantu jika
diperlukan sekali bantuannya.
Posisi sosok gaib yang berada di atas manusia, yang posisinya tepat di
atas kepalanya atau di depannya, memberikan kadar perlindungan yang
lebih tinggi daripada sosok gaib yang posisinya berada di bawah.
Biasanya yang melakukan itu adalah dari jenis sukma manusia yang
berperan sebagai seorang leluhur yang melindungi dan menaungi anak-cucu
keturunannya dan memiliki kesaktian gaib yang tinggi, minimal kekuatan
gaibnya 100 kali lipatnya kesaktian Ibu Ratu Kidul (jika kurang dari
itu biasanya posisinya di bawah, sama dengan gaib-gaib yang lain). Dari
posisinya di atas, selain bisa memandang dan bisa memberi pengaruh gaib
mencakup jarak yang lebih jauh, juga menunjukkan posisi yang bisa
dengan jelas dilihat oleh mahluk halus lain sebagai sosok pelindung si
manusia.
Posisi sosok gaib keris yang mendampingi manusia posisinya berada di bawah, yaitu antara no.1 sampai 5.
Dengan demikian jika kita, atau orang lain, mempunyai satu atau banyak
khodam pendamping, baik asalnya dari keris, benda-benda jimat, khodam
ilmu, atau adanya sukma leluhur yang mendampingi, maka dari posisi
masing-masing khodam tersebut kita bisa memperkirakan fungsinya.
Atau jika kita sendiri memiliki satu atau banyak khodam pendamping,
tidak perlu kita mengatur-atur posisi keberadaan mereka, karena secara
alami mereka akan mengatur sendiri posisinya sesuai fungsi dan statusnya
masing-masing.
Bila seseorang memiliki beberapa buah keris dan juga memiliki
benda-benda gaib lain selain keris atau juga memiliki beberapa khodam
pendamping, sebaiknya dilakukan upaya penyatuan dari si manusia supaya
masing-masing gaib tersebut dapat berfungsi optimal seperti seharusnya.
Upaya penyatuan dari si manusia haruslah dilakukan satu per satu
terhadap sosok-sosok gaib atau benda-benda gaib yang bersamanya dengan
cara seperti yang sudah dituliskan mengenai upaya penyatuan manusia
dengan kerisnya atau dalam tulisan tentang ilmu tayuh / menayuh keris.
Tetapi bisa juga dicoba untuk melakukannya sekaligus. Kalau kita ingin
semua keris-keris dan benda-benda gaib itu memberikan tuahnya kepada
kita secara terkoordinasi, maka kita harus mengsugestikannya kepada
mereka semua bahwa kita menginginkan supaya mereka semua memberikan
tuahnya kepada kita dan supaya tuahnya tidak saling berlawanan, misalnya
tuah kewibawaan dan penjagaan gaib supaya tidak berlawanan dengan tuah
kerejekian dan pengasihan. Caranya, keris-keris dan benda-benda gaib itu
semua dikumpulkan di hadapan anda. Kemudian sampaikan kepada mereka
keinginan di atas.
Bentuk penyatuan keris dengan si manusia pemilik keris yang diuraikan di
atas adalah bentuk penyatuan keris yang khodam kerisnya keluar dari
kerisnya dan mendampingi si manusia pemilik keris (berfungsi sama dengan
khodam pendamping). Dengan cara ini si khodam keris akan selalu
mendampingi dan menyertai si manusia pemilik keris dimanapun dia berada
dan memancarkan hawa aura wibawa, pengasihan, dsb, sesuai sifat tuah
keris dan sifat karakter khodamnya. Dengan kondisi pendampingan ini
orang yang bisa melihat gaib akan bisa melihat bahwa ada sosok gaib (si
khodam keris) yang mendampingi si manusia.
Selain dalam bentuk pendampingan di atas, bentuk menyatunya gaib keris
dengan manusia pemiliknya ada juga yang diwujudkan dalam bentuk lain,
biasanya dari jenis keris kesaktian, yaitu si gaib keris tetap berada di
dalam kerisnya, tidak keluar mendampingi si manusia, tetapi si gaib
keris memberikan suatu energi / aura yang melingkupi diri si pemilik
keris. Energi / aura yang melingkupi diri si manusia pemilik keris
adalah sebagai tanda bahwa manusia itu ada di bawah naungannya, dan
sebagai perlindungan gaib supaya tidak ada mahluk halus lain yang
mengganggu manusia itu.
Ada jenis-jenis sosok gaib keris (termasuk khodam benda gaib lain) yang
tidak menjadi khodam pendamping, yang akan tetap berdiam di dalam
kerisnya, tidak keluar mendampingi pemiliknya, tetapi tetap mengawasi si
manusia pemilik keris. Walaupun jaraknya berjauhan (misalnya kerisnya
ditinggal di rumah sedangkan orangnya sedang pergi ke tempat lain),
tetapi dari tempat keberadaannya gaib keris itu memperhatikan si pemilik
keris dimanapun dia berada (pengawasan gaib), akan bisa selalu kontak
rasa dan batin, bisa memberikan pengaruh gaib terhadap orang-orang di
sekitar si manusia pemilik keris (sesuai jenis tuah kerisnya) dan khodam
kerisnya bisa datang setiap saat bila diperlukan.
Sebagai tanda bentuk penyatuan keris tersebut dengan manusia pemiliknya
adalah adanya energi gaib yang diberikan si gaib keris kepada si manusia
pemilik keris. Energi itu bisa dirasakan sebagai kekuatan badan, atau
berbentuk aura kewibawaan atau pengasihan, sesuai jenis tuah dan sifat
karakter khodam kerisnya.
Energi itu juga menjadi tanda bagi mahluk halus lain bahwa si manusia
pemilik keris ada di bawah naungannya. Energi itu juga berfungsi sebagai
tanda jejak, sehingga sekalipun si manusia dan kerisnya berjauhan
jaraknya, tetapi khodam kerisnya bisa selalu mendeteksi posisi
keberadaannya, bisa kontak rasa dan batin, dan bisadatang setiap saat
bila diperlukan.
Dari masing-masing bentuk dan tanda penyatuan gaib keris dengan manusia
pemiliknya di atas menunjukkan bahwa sebuah keris sudah menyatukan
kegaibannya dengan si manusia pemilik keris, hanya saja kadar kekuatan
tuah yang diberikan oleh keris seseorang belum tentu selalu sama dengan
keris milik orang lain, tergantung pada tingkat penyatuan si manusianya
sendiri dengan kerisnya dan kemampuan si manusia dalam mengsugesti
kerisnya.
Karena itu jika kita sudah memiliki sebuah keris, sebaiknya kita bisa
mengsugestikan penyatuan kita dengan keris kita. Untuk menyatukan keris
kita dengan kita bukanlah dengan cara memasukkan khodamnya ke badan
kita. Untuk sehari-harinya cukup kita bersugesti “nyambung” dengan
kerisnya, ada kontak rasa dan batin, kita bisa mendengarkan suara dan
bisikan gaib dari kerisnya, dan bisa merasakan adanya energi gaib
kerisnya yang diberikan ke badan kita. Untuk maksud itu tidak diperlukan
amalan apapun, hanya perlu sugesti kebersamaan saja antara kita dengan
kerisnya dan menyampaikan segala apa yang kita inginkan untuk diberikan
oleh keris kita.
Keberadaan pendampingan sosok gaib khodam keris bersama si manusia akan
dapat dilihat oleh orang lain yang mampu melihat gaib (yang penglihatan
gaibnya cukup tajam) bahwa ada sesosok gaib yang menjaga si manusia
tersebut atau mendampinginya, atau ada suatu energi gaib yang
menyelimuti diri si manusia. Pendampingan sosok gaib keris tersebut atau
aura energinya akan memberikan tuah / manfaat gaib kepada si manusia
sesuai sifat tuah kerisnya masing-masing.
Berbeda dengan keris-keris yang umum seperti di atas, keris-keris yang
dalam laku pembuatannya ditujukan untuk menjadi lambang kebesaran sebuah
kerajaan / kadipaten / kabupaten, tidak menunjukkan keberadaannya
mendampingi manusia, tetapi tetap berdiam di dalam kerisnya. Dari tempat
keberadaannya, atau sesekali sosok gaibnya keluar dari kerisnya, ia
memancarkan suatu aura energi wibawa kekuasaan yang melingkupi suatu
area yang luas yang melingkupi wilayah yang harus dinaunginya, sekaligus
memusatkan aura energinya pada sosok manusia yang menjadi penguasa
wilayah itu.
Tetapi sama halnya dengan keris-keris yang lain, kinerja keris-keris
pusaka keraton itu juga tergantung pada kecocokkannya dengan sosok
manusianya (sesuai kualitas wahyu kepemimpinannya.