Kamis, 19 November 2020

Sejarah Syaikh Siti Jenar

  (سيد حسن ابن صالح الحسيني)

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, wilayah Cirebon. Beliau mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit dari Sunan Giri (Muhammad 'Ainul Yaqin)

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.

Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad  Syah (Parameswara). Saat itu Kesultanan Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi (Datuk Kahfi) bin Sayyid Ahmad.

Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. 

Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya

2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,

3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara

4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab Tashowwuf yang dipelajari oleh Siti Jenar muda Dari Sayyid Kahfi adalah 
Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, 
Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, 
Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, 
Kitab Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, 
Kitab Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, 
Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, 
Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan 
Kitab Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan.

Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: 
Syaikh Muhammad Abdullah Burhanpuri, 
Syaikh Ali Fansuri, 
Syaikh Hamzah Fansuri, 
Syaikh Syamsuddin Pasai, 
Syaikh Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:

1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dan pada saat Sunan Giri memberikan julukan pada Sayid Abdul Jalil dengan nama Siti Jenar itu dikarenakan Sayid Abdul Jalil dalam posisi duduk di atas tanah yang berwarna kuning.

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. 
Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. 
Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

Pengejawantahan Manunggaling Kawulo Gusti adalah tentang ke fana an manusia yang bisa Baqo' dengan ketauhidan yang kuat.
Ketika fana nya manusia akan langgeng setelah adanya kematian. 
Itulah divinisi rashowwuf ajaran Syaikh Siti Jenar.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. 

Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. 

Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. 
Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. 

Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun.
Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. 
Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“

5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong !!!!
Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. 

Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. 
Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. 
Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.”

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat.
Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:

1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali dan para ulama]

2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak sampai pada Diponegoro]

3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar dan Kejawen]

Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. 

Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.

 

Raden Djoko Katuhu


Diceritakan Raden Haryo Baribin dan beberapa abdinya yang setia melarikan diri dari Kerajaan Majapahit, demi mendengar sang kakak, yaitu Prabu Brawijaya V memerintahkan orang untuk membunuhnya. 

Prabu Brawijaya V merasa khawatir karena Raden Haryo Baribin sangat disegani di kalangan istana. Dia takut kalau-kalau pada suatu ketika adiknya ini akan merebut tahtanya.

Dalam pelariannya, sampailah Raden Baribin di kerajaan Pajajaran yang kala itu diperintah oleh Prabu Siliwangi (Prabu Lingga Wastu ) Mendengar berita kedatangan adik raja Majapahit tersebut, Prabu Siliwangi memberikan suaka kepada Raden Haryo Baribin. Hingga pada akhirnya Raden Haryo Baribin menetap dan dinikahkan dengan Dewi Retna Pamekas, putri dari Prabu Siliwangi.

Dari pernikahannya ini, Raden Haryo Baribin dikaruniai tiga orang putra dan seorang putri. 
Putra pertama, yaitu Raden Jaka Katuhu, dikemudian hari menjadi bupati Wirasaba (wilayah Purbalingga) 
Putra kedua, yaitu Raden Banyak Sasra, wafat diusia muda dan meninggalkan putra yang masih kecil, Raden Jaka Kahiman. 
Putra ketiga, Raden Banyak Kumara, dan 
Putri keempat, Rara Ngaisah, 
dikemudian hari dijadikan istri oleh Kiai Ageng Mranggi Kejawar. Dialah yang membesarkan kemenakannya, Jaka Kahiman, yang ditinggal wafat oleh ayahnya.

Raden Jaka Kahiman inilah yang pada masanya, dianggap sebagai bupati Banyumas, yang menurunkan bupati-bupati 12 keturunan.

Kisah Raden Djoko Katuhu

Di ceriterakan asal usul R.Jaka Katuhu dan R.Paguwon (Adipati Wirahudaya) yang saat itu menjadi Adipati I di Kadipaten Wirasaba I (abad ke 15). 
R Jaka Katuhu putera sulung R Harya Baribin Pandhita Putera, dan menjadi menantu Prabu Linggawastu karena dikawinkan dengan puteri tunggalnya, Dewi Retna Pamekas. 

R Jaka Katuhu meninggalkan Kraton Pakuan Parahyangan untuk berkelanan ke tanah Jawa dan akhirnya sampai di desa Buwara; Disana dijadikan anak angkat Ki Lurah Buwara yang tidak memiliki keturunan
Raden Jaka Ketuhu yang semula menyamar sebagai seorang peminta-minta. Karena merasa iba, maka pemuda itu lalu disuruh tinggal dirumah Kiai Gede Buara dipedukuhan itu.

Raden Jaka Ketuhu adalah Putera sulung Raden Beribin memerintahkan kepada Jaka Ketuhu agar pergi mengembara pergi ke timur serta mengabdi kepada siapa saja yang mau menerimanya. Sesampainya wilayah Kadipaten Wirasaba ia dapat diterima mengabdikan diri kepada Kiai Gede Buara.

Setiap hari ia bekerja di tegalan membantu Kiai Gede Buara menanam berbagai macam tanaman yang bisa menghasilkan termasuk karang kitri.
Tetapi aneh, tiap pulang kerumah, Jaka Ketuhu tidak mau berjalan bersama-sama Kiai Gede Buara. Ia selalu pulang belakangan. Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan dibatin Kiai Gede Buara, sehingga ia ingin mengetahui apa sebab musababnya.

Pada suatu sore Kiai Gede Buara terpaksa mencoba menyelidikinya. Sementara itu tampaklah ditelaganya api yang berkobar. Dan apa yang dilihatnya? Raden Jaka Ketuhu tiba-tiba meloncat masuk kedalam kobaran api tersebut. 

Tentu saja perbuatan itu membuat hati Kiai Gede Buara menjadi cemas Namu kecemasan itu tiba-tiba keheranan, karena beberapa saat kemudian Raden Jaka Ketuhu keluar dari kobaran api , dan tubuhnya tampak lebih bercahaya bagaikan emas dua pulu karat.

Bekas tegalan yang digarap Kiai Gede Buara itu hingga sekarang terkenal dengan sebutan “Cibuek”. Luasnya kurang lebih satu setengah hektar. Diatasnya tumbuh 25 dapuran bamboo dari berbagai macam jenis. Sementara orang masih menganggap , dukuh Cibuek itu sangat keramat. Lokasinya disebelah timur desa Majatengah kecamatan Kemangkon, dan merupakan tanah perdikan (tanah yang tidak dipungut pajak).

R.JaKa Katuhu membantu perluasan ladang pertanian Ki Lurah Buwara, dengan membakar daun/ranting sehingga tjahaya membumbung memancar keudara terlihat dari kadipaten Wirasaba; 

Kanjeng Adipati Wirahudaya pun menyelidiki dan memanggil Ki Lurah Burawa & Jaka Katuhu, dan akhirnya  diketahuilah asal usul Jaka Katuhu; 
Sehingga Adipati Wirahudaya berkeinginan mengangkat putera R.Jaka Katuhu karena di tidak dikarunia keturunan hingga usia tuanya. 

Ketika tiba waktunya Pisowanan Ageng di Kratom Majapahit, Adipati Wirahudaya sedang menderita sakit. Maka diutuslah R Jaka Katuhu untuk mewakili menghadap Prabu Brawijaya V, menghaturkan upeti kepada Sri Baginda; 

Keberangkatannya ke Majapahit diantar oleh Patih Wirasaba, Raden Bawang, dan adik Sang Adipati. 
Pada saat menghadap Sang Prabu Brawijaya V, ditanyakan asal usul R Jaka Katuhu, karena yang bertanya adalah Raja yang sekaligus uwaknya maka ia terus terang bahwa ia adalah putera R Harya Baribin Pandhita Putera, menantu Sri Prabu Linggawastu Ratu Purana  dari Kraton Pakuan Parahiyangan di tanah Pasundan. 

Mendengar nama R Harya Baribin, Sang Prabu terkejut dan tidak mengira bahwa Jaka Katuhu ternyata putera adik kandungnya sendiri. R Baribin melarikan diri pada masa Prabu Brawijaya V menjadi Raja Majapahit, ia difitnah oleh beberapa punggawa kraton yang akan merebut kekuasaaan, sehingga diperintahkan ditangkap; Fitnah itu dari kelompok Patih Majapahit saat itu. Fitnah tsb. yang akhirnya terbokngkar kedoknya; sehingga Sang Prabu Brawijaya V menyesal asal tindakannya terkena provokasi.

Raden Jaka Katuhu kasengkakaken ing ngaluhur (kembali diangkat derajatnya sebagai bangsawan Kraton) dan dibait'an menjadi Adipati Anom Wirasaba dengan gelar Adipati Anom Wirahutama. Selain dihadiahi seorang isteri bernama Putrisari salah satu puteri Mahapatih Majapahit; Dan dijinkan memperluas wilayah Kadipaten Wirasaba sampai ujung timur hingga lereng barat Gunung Sindoro Sumbing di wilayah Kedu.

Kisah Raden Jaka Kahiman mendapatkan Keris Kyai Gajah Endro
 

Pada suatu hari, Prabu Linggakarang dari Kerajaan Bonokeling, ingin menguji kesaktian Prabu Brawijaya V. Diutusnya seorang patih bernama Ki Tolih ke Majapahit. Ki Tolih pun berangkat dengan mengendarai seekor burung besar (sejenis garuda) yang dinamai burung Mahendra. Dan bersenjatakan keris ligan (tanpa sarung.) (keris Kyai Gajah Endro) 

Pada waktu itu, Prabu Brawijaya mempunyai firasat yang tidak baik. Dia memerintahkan untuk menutup semua sumur dan mata air di Majapahit. Tetapi, ada satu sumur yang tidak di tutup, yaitu sumur di daerah kepatihan yang dijaga oleh Raden Arya Gajah.

Sesampainya di Majapahit, burung Mahendra kehausan. Setelah mencari kesana kemari, sampailah mereka di sumur yang terletak di kepatihan. Begitu burung Mahendra hendak minum dari sumur tersebut, tiba-tiba dihadang oleh Raden Arya Gajah dan dibunuh. Ki Tolih pun ditangkap.

Ketika Ki Tolih akan diadili dihadapan raja, tiba-tiba kuda milik Prabu Brawijaya terlepas dan memberontak. Tidak ada seorangpun yang dapat menangkapnya. Melihat itu, Ki Tolih memohon untuk membantu asalkan ia diberi tali kekang burung Mahendra Prabu Brawijaya mengijinkan dengan syarat bila berhasil, Ki Tolih akan dibebaskan dan diangkat menjadi pembesar Majapahit. Tetapi bila gagal, dia akan dihukum mati.

Dan benar saja, begitu kuda raja, yang dinamai Kiai Joyotopo, melihat tali kekang burung Mahendra di tangan Ki Tolih, langsung jinak kembali. Prabu Brawijaya masih belum begitu saja mempercayai Ki Tolih. Dilepasnya seekor singa buas. Ternyata singa itu pun langsung jinak begitu melihat tali kekang tadi.

Sesuai janji Prabu Brawijaya, Ki Tolih dibebaskan, tetapi dia menolak menerima hadiah dan jabatan. Dia memilih menetap di Majapahit. Permintaan Ki Tolih dikabulkan. Keris miliknya pun, yang tanpa sarung, juga dikembalikan pada Ki Tolih.

Setelah beberapa lama menetap di Majapahit, Ki Tolih berniat memesan sarung (wrangka) untuk kerisnya. Dia pergi ke daerah Banyumas dan menemui seorang ahli keris, Kiai Mranggi Kejawar.

Kiai Mranggi Kejawar, yang tak lain adalah ayah angkat Raden Jaka Kahiman, menyanggupi membuat sarung untuk keris Ki Tolih. Namun tiba-tiba keris itu hilang saat diserahkan kepada Kiai Mranggi Kejawar. Mereka berdua terperanjat. Kemudian Ki Tolih mengatakan bahwa mungkin keris itu memang bukan haknya.

Pada saat yang bersamaan, Raden Jaka Kahiman yang sedang dalam perjalanan dari Wirasaba menuju Kejawar, ke rumah orang tua angkatnya, untuk memberitahukan rencana pernikahannya dengan putri Adipati Wirasaba. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu menyelinap di ikat pinggangnya. Ternyata itu adalah sebilah keris tanpa sarung. Dia sangat keheranan.

Sesampainya di Kejawar, Kiai Mranggi dan Ki Tolih yang masih ada di sana terheran-heran melihat Jaka Kahiman datang memakai keris tanpa sarung yang ternyata keris milik Ki Tolih.

Ketika ditanyakan oleh Ki Tolih, apakah Jaka Kahiman menyukai keris tadi, Jaka Kahiman mengatakan kalau dia amat suka dengan keris itu, tetapi tidak mau memilikinya karena bukan haknya.

Ki Tolih dengan ikhlas memberikan keris itu kepada Jaka Kahiman dan berpesan agar dipakai pada saat upacara pernikahannya.

Demikianlah, Raden Jaka Kahiman selain sebagai seorang yang “terpilih”, dia adalah seorang yang jujur dan baik hatinya.

 

Babad Wono Wilotikto


Pun Winejang rinaras kidung, lamlaming bawana ari, manoni jagad kang endah, andamel sengseming pangeksi.

Pisowanan Agung ing Dahana Pura nagari, ingkang lenggah ing dampar kencono inggih Sang Maha Prabu Sri Aji Jaya Baya kukuwung tejo kuwangwang arsa miyak sasmiteng rat inggih titisipun Sang Hyang Suman, kaering dening para widodoro-widodari soho para Dorandoro-Dorandari, ing ngarsaing Sang Aji sami pada moro sebo, ing ngayun putra kinasih Sang Adipati Mulwapati inggih Rahadyan Anglingdarma, soho putri kang kawuri Sang Maha Ratu Angin-angin, sawingkingipun katon Maha Patih Rahadyan Daha saha Patih Dalem Rahadyan Daka, katah para narendra ing Nuswantara kang sami angrawuhi, katingal saking jaman Kala Kukila : Sang Maha Prabu Radite, Sang Maha Prabu Tumpak Saniscara, Sang Maha Prabu Anggara, saking jaman Kala Tirta : Maha Prabu Selo Argo, saking jaman Kala Wisesa : Maha Prabu Batara I’Kling, saking jaman Kala Sakti : Susuhunan Amangkurat Agung, soho tasih katah narendra gung Binatoro saking pinten-pinten jaman.

Para punggawa saha sedoyo nayaka praja kang nderek pisowanan ngantos luber dumugi alun-alun kedaton Dahana Pura. Ing pambikaning Rembag Sri Aji nimbali keng putra inggih Raden Anglingdarma soho keng putu Maha Prabu Batara I’Kling soho Amangkurat Agung kang pun lenggahi dening Wahyu Erocokro. Amergi sampun ngancik dawahing janji kedah wangsulipun Wilwatikta kang dek ing nguni katitipaken dening tiyang monco.

Sang Aji sanget anggenipun anggadang Raden Anglingdarma supados inggal nuntuni dening para putu kang wonten ing tlatah emperan Wilwatikta, para putra kang kaemong dening Susuhunan Amangkurat Agung, Rahadyan Anglingdarma sigra ngestokaken dawuhing Sang Aji lajeng nyuwun preso dening Susuhunan Amangkurat Agung, saksampunipun pun jarwaaken dening susuhunan Amangkurat Agung, Raden Anglingdarma nyuwun keng rayi inggih Maha Ratu Angin-Angin supados dedemitan ambiyantu dening para putra momonganipun Amangkurat Agung.

Dereng rampung anggenipun rembagan katungka rawuhipun Ditya Kala Gatika kang kautus dening Sang Hyang Batara Kala, Ki Patih Ditya Kala Gatika kaderekaken poro wadyabala saking Kahyangan Pasetran Gondolayu. Rawuhipun Sang ndiyu nyuwun mekso supados Ni Mas Angin-Angin mboten mbiyantu poro putu ing Arcapada anggenipun mbikak jatining Nuswantara, salang surup anggenipun rembag dumugi sulaya, Ditya Kala Gatika kagebag mundur dening Rahadyan Angingdarma, Wadyabala saking Kahyangan Pasetran Gondolayu bosah-baseh pun gebug kaliyan Raden Daka, Sang Kala Gatika lajeng wangsul makahyangan kaering dening para wadyabalanipun lepas saking ponang pandulunipun Raden Anglingdarma.

Lajeng amrepegi keng Rayi Ni Mas Angin-Angin, sacekaping rembag Raden Anglingdarma soho keng Rayi jengkar mring ndalem Wonocatur, rawuhipun narendra kekalih punsungkemi punprepegi dening Endang Juwiri soho Dewi Kadita, ing rembagan saking ndalem Wonocatur sampun pun tata anggenipun miwiti jumedulipun Wilwatikta.

Ing emperan nagri Wilwatikta kang sampun dipun sabda mboten saget sumewo (melihat) Wilwatikta, Ki Lurah Tunggul Jati Jaya Amongrogo soho Ki lurah Sepuh paring pitedah dening para putra supados enggal miwiti miyak jatinipun ardi Lalakon kang wonten ing tlatah Magadha, para putra kang ngadep inggih Sang Mayangga Seta, Sang Sasratama Aji, Sang Maheswara, Sang Subrata.

Poro putra lajeng ngempalaken poro sanak kadang angginipun miyak jatinipun Lalakon, sasampunipun rame ngantos monco nagari Ditya Kala Gatika soho Ditya Kala Srenggi angrasuk dening putranipun Ditya Kala Kendi, soho Ditya Kala Jantaka supados angreridu lakuning poro trah jayeng katon anggenipun mbikak jatining Nuswantara.

Sumewo menawi bakal wonten perang brubuh kang andadosaken katah kawulo ing sukuning Kacu Mas Lalakon bakal dados bebantening pasulayan, para jayengkaton dipun timbali keng eyang Amangkurat Agung miwiti mbikak alamipun kajimanipun Ni Mas Pagedongan supados saget trewaca sumewo kaliyan poro kawulo kang gesang ing emperanipun Wilwatikta. Ing dinten Radite Kasih poro putra siogo nampi rawuhipun keng eyang Amangkurat Agung, kang rawuh ngasta pawarta bab urut-urutanipun miyak jatining Nuswantara, poro putra sendiko dawuh lajeng miwiti nuntuni tata cara anggenipun ngawuningani pratandanipun wontenipun Wonocatur ing Segoro Kidul.

Dereng sangkep anggenipun nuntuni sampun bade dipun rebat kaliyan anak putunipun Ditya Kala Gatika kang nyamar dados tiyang Kadipaten Ngastrali soho Kadipaten Kalinggis kang drabeki anggenipun dados tiyang kang miwiti nemu Kadipatenipun Ni Mas Pagedongan, tanpa mangertos sampun dipun plesetaken kaliyan Tumenggung Surenggono saking Seganten Kidul, dados mboten bakal nemu utawi sumewo papanipun Kedaton Wonocatur.

Sak sampunipun bade dipun rebat bab Wonocatur, Rahadyan Anglingdarma paring pitedah dening Sang Mayangga Seta supados miwiti nuntuni tata cara miyak jatining Wilwatikta, amargi Wilwatikta bade kawiyak saksampunipun rawuhing Sang Hyang Batara Kaneka Putra.

Ditya Kala Kendi soho Ditya Kala Jantaka sanget ajrih menawi kawiyakipun Wilwatikta, lajeng andamel gara-gara supados Mayangga Seta sakadang mboten saget miyak kawontenanipun Wilwatikta, agenging gara-gara amargi Sang Hyang Batara Kala ugi duka amargi bakal mboten gadah kang saget pun tadah kalamangsa, agengipun gara-gara andamel gugrukipun ponang ardi, Bumi gonjeng langit miring.

Ing kahanan kados mekaten Hyang Brojomusti inggih putra pembayun Batara Indra sigra angrasuk nunggal raga kaliyan Mayangga Seta, Sang Sela Argo nitis dumateng Subrata, Hyang Rawi manunggil dumateng sang Sasratama, Hyang Jandun Wacana manunggil dening Maheswara, anglajengaken miyak Wilwatikta, Kusuma taruna tama mbek suci ngupaya wening linawuran.

Dening Gusti, wus mantun dennya piningit, kinen nyapih sami, sigra nindakake pikolehing Gusti, angrabaseng perang tanpa wadya bala, parandene wadyabalaning mboten kaeksi, pun dombani dening luhur, katungka rawuhipun ngasto lintang kemukus kang dawa ngalu-alu pitung dinten pitung ndalu.

Rawuhing Sang Kaneka Putra damel ajrihing para ndiyu, poro drubikso sigra wangsul mring dangkaneki ing Pasetran Gondolayu, andamel cetha. Rawuhnya sang Batara, parmaning jroning papan piningit, mila miwiti mbikakipun tratag rambat, kang limunan sansaoyo dangu kaeksi ing pandulu, kumenyar prapdiptanira, amadangi sajagad ageng, sumarmaning tan lestantun, hamemayu harja harjanti Nuswantara wangsul kados dek ing nguni.



Artinya 



Seperti yang telah dinubuatkan selaras lagu, bumi yang sedap dipandang, menyaksikan semesta yang indah, menakjubkan siapapun yang melihatnya.

Pertemuan besar di Negara Dahana Pura, yang duduk di singgasana ialah Sang Maha Prabu Sri Aji Jaya Baya yang diselimuti sinar pelangi (aura), membuka isyarat semesta, dialah titisan Sang Hyang Suman, diiringi para widadara-widadari dan para darandara-darandari. Di hadapan Sang Aji telah hadir menghadap, yang di muka adalah putra terkasih Sang Adipati Mulwapati yaitu Rahadyan Anglingdarma, juga anak perempuan bungsunya Sang Maha Ratu Angin-Angin. Di belakangnya tampak Mahapatih Rahadyan Daha dan Patih Rahadyan Daka. Banyak para narendra di Nuswantara juga hadir, tampak dari jaman Kala Kukila : Sang Maha Prabu Radite, Sang Maha Prabu Tumpak Saniscara, Sang Maha Prabu Anggara. Dari jaman Kala Tirta : Sang Maha Prabu Selo Argo, dari jaman Kala Wisesa : Maha Prabu Bathara I’Kling, dari jaman Kala Sakti : Susuhunan Amangkurat Agung, juga masih banyak nerendra luhur penguasa jagad dari berbagai jaman.

Para punggawa dan semua pejabat Negara menghadiri pertemuan sehingga meluap hingga alun-alun kedaton Dahana Pura. Pada saat menyampaikan sambutannya, Sri Aji mengundang sang putra, Raden Anglingdarma dan juga sang cucu Maha Prabu Bathara I’Kling, serta Amangkurat Agung, yang kesemuanya dinaungi Wahyu Eracakra. Sebab sudah waktunya janji kembalinya Wilwatikta, yang pada masa lalu dititipkan pada orang manca (asing).

Sang Aji sangat mengharapkan Raden Anglingdarma secepatnya menuntun para anak turun yang tinggal di tepi Wilwatikta, para putra yang diasuh oleh Susuhunan Amangkurat Agung. Rahadyan Anglingdarma segera menjalankan perintah Sang Aji, kemudian meminta penjelasan dari Amangkurat Agung. Setelah mendapatkan penjelasan cukup dari Amangkurat Agung, Rahadyan Anglingdarma meminta adiknya yaitu Maha Ratu Angin-Angin, membantu secara rahasia para putra asuhan Amangkurat Agung.

Belum selesai pisowanan terhelat, terganggu oleh kedatangan Ditya Kala Gatika yang diutus oleh Sang Hyang Batara Kala. Ki Patih Ditya Kala Gatika datang dihantar para bala pasukan Kahyangan Pasetran Gandalayu. Kedatangan sang raksasa ini untuk memaksa Ni Mas Angin-Angin agar tidak membantu para anak turun di Arcapada sehingga menyingkap tabir sejatinya Nuswantara. Terjadi kesalahpahaman dalam musyawarah, sehingga menjadi perselisihan. Ditya Kala Gatika dipukul mundur oleh Rahadyan Anglingdarma. Para bala pasukan Kahyangan Pasetran Gandalayu cerai berai di hajar oleh Raden Daka. Sang Kala Gatika dan bala pasukannya berhasil menyelinap kemudian melarikan diri kembali ke kahyangan.

Setelah bertemu sang adik, Rahadyan Anglingdarma dan Ni Mas Angin-Angin bersepakat untuk pulang ke Kedaton Wonocatur. Kehadiran mereka berdua disambut hormat oleh Endang Juwiri dan Dewi Kadita. Di Kedaton Wonocatur mereka mempersiapkan kemunculan kembali Wilwatikta.

Di tepian negari Wilwatikta yang telah disabda tak mampu melihat Wilwatikta, Ki Tunggul Jati Jaya Amongraga dan Ki Lurah Sepuh memberi petunjuk pada para putra supaya segera memulai menyingkap sejatinya Gunung Lalakon yang ada di wilayah Magadha. Para putra yang menerima petunjuk adalah Sang Mayangga Seta, Sang Sasratama Aji, Sang Maheswara, Sang Subrata.

Para putra segera mengumpulkan para sahabat untuk menyibak sejatinya Lalakon. Setelah hal ini menjadi tersohor hingga manca negara, Ditya Kala Gatika dan Ditya Kala Srenggi merasuk pada anaknya, Ditya Kala Kendi dan Ditya Kala Jantaka supaya mengganggu dan mempersulit upaya para trah jayeng katon dalam menyibak jati diri Nuswantara.

Menyadari bakal terjadi pertumpahan darah yang akan membuat jatuh banyak korban masyarakat di kaki Kacu Mas Lalakon, para jayeng katon diminta menghadap sang kakek, Amangkurat Agung. Mereka diperintahkan menyibak tabir alam rahasia Ni Mas Pagedongan, supaya jelas tampak oleh masyarakat yang tinggal di pinggiran Wilwatikta. Di hari Radite Kasih (Minggu Kliwon), para putra bersiap menyambut kehadiran sang eyang, Amangkurat Agung, yang akan datang membawa pesan perihal runtutan menyibak jati diri Nuswantara. Para putra siap melaksanakan perintah dan segera memulai menyebar berita dengan tata cara yang dituntunkan, untuk memberikan tanda keberadaan Wonocatur di Segara Kidul (Laut Selatan).

Belum lengkap upayanya, sudah akan direbut haknya oleh keturunan Ditya Kala Gatika yang menyamar menjadi orang-orang dari Kadipaten Ngastrali dan Kadipaten Kalinggis yang mengaku berhak menemukan Kadipaten Ni Mas Pagedongan, namun mereka tak mengetahui telah dikecoh oleh Tumenggung Surenggana dari Laut Selatan, sehingga tak akan mungkin menemukan Kedaton Wonocatur.

Setelah peristiwa hampir diperebutkannya Wonocatur, Rahadyan Anglingdarma memberi petunjuk kepada Sang Mayangga Seta untuk memulai menyibak sejatinya Wilwatikta, dikarenakan Wilwatikta akan tersingkap setelah kedatangan Sang Hyang Batara Kaneka Putra.

Ditya Kala Kendi dan Ditya Kala Jantaka sangat khawatir apabila Wilwatikta tersingkap, lalu mereka membuat onar dan reka daya kepada Mayangga Seta dan sahabat-sahabatnya, agar mereka gagal menyibak Wilwatikta. Kekacauan membesar dengan kemarahan Batara Kala, yang juga murka karena kehilangan korban untuk dimangsa. Kekacauan besar ini hingga merontokkan gunung, mengguncang bumi dan memiringkan langit.

Dalam keadaan seperti itu, Hyang Brajamusti yaitu putra sulung Batara Indra segera merasuk dalam raga Mayangga Seta, Sang Selo Arga merasuki Subrata, Hyang Rawi merasuk Sasratama, Hyang Jandun Wacana merasuk Maheswara. Mereka bersatu padu menjalankan tugas menyingkap tabir Wilwatikta. Para ksatriya berhati suci berjuang sepenuh diri.

Oleh Gusti, setelah usai disembunyikan, segera dilepaskan (disapih), segera menjalankan tuntunan dari Sang Maha Pencipta, maju berperang tanpa pasukan, bala tentaranya tak tampak, dikawal oleh para leluhur, kehadirannya membawa lintang kemukus (komet) yang panjang sekali hingga tujuh hari tujuh malam.

Kehadiran Sang Kaneka Putra membuat gentar para raksasa jahat, para pembawa malapetaka kembali ke muasalnya di Pasetran Gondolayu. Membuat keadaan tenang. Hadirnya Sang Batara, di tempat yang tersembunyi (sakral), mulai tersingkap tratag rambat (penghubung), yang tersembunyi rahasia semakin dapat disaksikan mata lahir, cemerlang sinarnya, menerangi semesta, kesedihan tidak selamanya, membangun kembali dengan sempurna keselarasan dan kejayaan Nuswantara seperti sedia kala dan sepanjang masa.

Hamemayu harja harjanti Nuswantara…

Hayu…hinayu…hinayu-hayu Nuswantara !!!

Dirgayur hayu kintu sang anurat…

katon nyata tan netra

Keutamaan berdzikir


Ketahuilah bahwa berdzikir kepada Alloh adalah bagian dari ibadah yang paling utama, kepatuhan yang paling agung, pendekatan diri terbesar, dan bentuk ibadah zhahir yang paling tepat kepada Alloh, baik dengan suara pelan maupun lantang (keras), baik dalam kondisi sendirian maupun berjamaah (kolektif), baik di masjid maupun di tempat lainnya, serta baik setelah shalat wajib maupun pada setiap saat.

Tidak sedikit ayat Al-Qur’an, Hadis Nabi maupun Atsar yang menjelaskan tentang kebesaran dan keutamaan berdzikir, keagungan pahalanya, dorongan untuk terus-menerus berdzikir dan peringatan keras atas kelalaian berdzikir pada setiap keadaan dan peristiwa.

Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اذْكُرُوْا اللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا وَ سَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. (QS Al Ahzab: 42).

Alloh berfirman :

وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

“dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Ankabut, 45)


Yakni berdzikir kepada Allah lebih utama bila disbanding dengan ibadah lain yang selain dzikrullah.

Allah juga berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ

“Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d, 28)

Syaikh Isma’il mengatakan, bahwa berdzikir dapat menyembuhkan penyakit yang tidak terlihat sebagaimana obat dapat menyembuhkan penyakit fisik.

Allah berfirman :

وَ اذْكُرْ رَبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَ خِيْفَةً وَ دُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَ الْآصَالِ وَ لَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al A’raf, 205)

Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَ لَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَالِكَ فَأُولَاءِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.”. (QS Al Munafiqun,  9)

Allah berfirman :

فَاذْكُرُوْا اللهَ قِيَامًا وَ قُعُوْدًا وَعَلَى جُنُوْبِكُمْ

“Maka ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (QS An Nisa’,: 103)

Allah berfirman :

فَاذْكُرُوْا نِيْ أَذْكُرْكُمْ وَ ااشْكُرُوْا لِيْ وَ لَا تَكْفُرُوْنَ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”. (QS Al Baqarah,  152)

Allah berfirman :

فَأَعْرِضْ عَمَّنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.” (QS An Najm, 29)

Diriwayatkan dari sahabat Anas :

الذِّكْرُ شِفَاءُ الْقُلُوْبِ

“Dzikir adalah obat hati”

Hadis riwayat Ibnu Umar :

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ لِكُلِّ شَيْئٍ سِقَالَةً وَ إِنَّ سِقَالَةَ الْقُلُوْبِ ذِكْرُاللهِ وَمَا مِنْ شَيْئٍ أَنْجَى مِنْ عَذَابِ اللهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ. قَالُوْا وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ وَلَوْ أَنْ تَضْرِبَ بِسَيْفِكَ حَتَّى يَنْقَطِعَ (رواه أبى الدنيا و البيهقي)

“Sungguh, segala sesuatu memiliki kilau cahaya. Sungguh, kilau cahaya hati adalah berdzikir kepada Allah. Dan tidak ada yang dapat lebih menyelamatkan dari siksa Allah yang mengalahkan berdzikir kepada Allah. Para sahabat bertanya : “Apakah perang di jalan Allah tidak lebih menyelamatkan?”. Nabi menjawab, “Meskipun kamu memukulkanpedangmu sampai patah, berdzikir tetap lebih utama” (HR Ibnu Abi Dunya dan Baihaqi)

Begitu pula hadis yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ: أَيُّ الْعِبَادِ أَفْضَلُ وَ أَرْفَعُ دَرَجَةً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟  قَالَ الذَّاكِرُوْنَ اللهَ كَثِيْرًا. قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمِنَ الْغَازِيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ لَوْ ضَرَبَ بِسَيْفِهِ فِى الْكُفَّارِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ حَتَّى يَنْكَسِرَ وَيَخْتَضِبَ دَمًا فَإِنَّ الذَّاكِرِيْنَ لِلهِ أَفْضَلُ مِنْهُ (رواه أحمد و الترمذي)

“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya: “Siapakah hamba yang paling utama dan paling tinggi derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat?”. Rasulullah menjawab: “Yaitu orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah”. Rasulullah ditanya lagi, “Apakah melebihi keuttamaan orang-orang yang berperang di jalan Allah?”. Rasulullah menjawab, “Jika saja seseorang memukulkan pedangnya pada orang-orang kafir dan orang-orang musyrik hingga patah dan berlumuran darah, maka orang yang berdzikir kepada Allah lebih utama”. (HR Ahmad dan Turmudzi)

Dalam hadis qudsi, Allah berfirman :

أَنَا عِنْدَ عَبْدِيْ بِيْ وَ أَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِيْ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ وَ إِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

“Aku berada dalam prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya. Bila ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Apabila ia menyebut-Ku dalam kelompok yang mulia, maka Aku menyebutnya dalam kelompok mulia yang lebih baik dari mereka”.

Rasulullah bersabda :

مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَ الْبَيْتُ الَّذِيْ لَا يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَ الْمَيِّتِ وَمَثَلُ الشَّجَرَةِ الْخَضْرَاءِ بَيْنَ الشَّجَرِ الْيَابِسِ

“Perumpamaan rumah yang didalamnya disebut nama Allah dan rumah yang tidak pernah disebut nama Allah adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati, serta laksana pohon yang hijau diantara pohon yang kering”.

Imam Malik meriwayatkan hadis dari Rasulullah :

ذَاكِرُ اللهِ فِى الْغَافِلِيْنَ كَغُصْنٍ أَحْضَرَ فِيْ شَجَرَةٍ يَابِسٍ

“Orang yang berdzikir kepada Allah diantara orang-orang yang lupa adalah seperti ranting yang hijau diantara pohon yang kering”.

Dalam sebuah hadis dinyatakan :

قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلَّذِيْ قَالَ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ شَرَائِعُ الْإِسْلَامِ فَمُرْنِيْ بِشَيْئٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ, فَقَالَ لَهُ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ 

“Rasulullah SAW bersabda kepada salah seorang sahabat yang bertanya: “Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagi saya, maka perintahkanlah kepada saya sebagiannya yang bias saya jadikan sebagai pegangan!”. Rasulullah SAW bersabda :”Jangan kau hentikan mulutmu basah karena berdzikir kepada Allah”. 

Dan dalam sebuah Hadis Qudsy dinyatakan :

أَهْلُ ذِكْرِيْ أَهْلُ مُجَالَسَتِيْ

“Orang yang ahli berdzikir kepada-Ku adalah orang yang akan berkumpul dengan-Ku”.

Ibnu Mas’ud mengatakan :

غِرَاسُ الْجَنَّةِ سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

“Tanaman surga adalah kalimat subhaanalloh, walhamdulillah, walaa ilaaha illallooh, walloohu akbar, wa laa haula wala quwwata illaa billaah”.

Syaikh Isma’il mengatakan, bahwa ini adalah diantara dzikir yang paling agung dan yang diajarkan dari Nabi SAW.

Ada sebuah riwayat dari Tabi’in yang menerangkan :

وَقَالَ رَجُلٌ لِلِحَسَنِ الْبَصْرِيِّ, يَا أَبَا سَعِيْدٍ أَشْكُوْ إِلَيْكَ قَسْوَةَ قَلْبِيْ, فَقَالَ أَدِّبْهُ بِذِكْرِ اللهِ

“Seseorang bertanya kepada Hasan Al Bashri: “Wahai Abu Sa’id, saya mengadu kepadamu mengenai kerasnya hati saya”. Beliau jawab: “Dididiklah hatimu dengan berdzikir kepada Alloh”

Hasan Al Bashri juga pernah mengatakan :

وَقَالَ الذِّكْرُ ذِكْرَانِ ذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ بَيْنَ نَفْسِكَ وَ بَيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا أَحْسَنَهُ وَ أَعْظَمَ أَجْرَهُ وَ أَفْضَلُ مِنْ ذَالِكَ ذِكْرُ اللهِ سُبْحَانَهُ عِنْدَ مَا حَرَّمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Berdzikir itu ada dua macam, yaitu berdzikir kepada Allah antara dirimu dan Allah. Ini sangat bagus dan besar pahalanya, (tetapi) yang lebih utama adalah ingat kepada Allah ketika melakukan hal-hal yang diharamkan Allah”

Syaikh Isma’il menambahkan, bahwa sebab dia telah menjauhi sesuatu yang diharamkan karena patuh kepada Allah.

Berdzikir yang paling utama adalah berdzikir dalam hati dan mulut secara bersamaan, yaitu berdzikir yang terucap di mulut bias hadir didalam hati.

Sementara kelalaian untuk berdzikir kepada Allah adalah kesalahan besar dan sangat berbahaya.

Allah berfirman :

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرْيْنٌ

“Barang siapa yang berpaling dari ajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Qur’an), maka Kami tetapkan baginya syetan (yang menyesatkan), dan syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”. (QS Az Zukhruf, : 36).

Lalai atau lupa berdzikir kepada Allah adalah sebagian tanda dari perilaku orang-orang munafik, sebagaimana firman Allah :

يُرَائُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلَّا قَلْيْلًا

“Mereka (munafikin) bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS An Nisa’, 142)

Allah berfirman :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَ نَخْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.  قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْ أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرً. قَالَ كَذَالِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيْتَهَا وَ كَذَالِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”. Allah berfirman: “Demikianlah, telah dating kepadamu ayat-ayat Kami, lantas kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan”. (QS Thaha,  124 – 126).

Disebutkan dalam sebuah hadis:

مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ  عَلَيْهِ تِرَةً وَمَنْ قَامَ مَقَامًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ تِرَةٌ وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ

“Barangsiapa yang duduk di suatu tempat dan ia tidak berdzikir kepada Allah di tempat tersebut, maka akan menjadi penyesalan baginya. Barangsiapa yang berdiri di suatu tempat dan ia tidak berdzikir kepada Allah di tempat tersebut, maka akan menjadi penyesalan baginya. Dan barangsiapa yang berbaring di suatu tempat dan ia tidak berdzikir kepada Allah di tempat tersebut, maka akan menjadi penyesalan baginya”

Syaikh Isma’il menambahkan, maksudnya penyesalan atau beban yang selalu membelenggu.

 

Hizib Iqbal

  (حزب اقبال الناس لسبدي ابي الحسن الشاذلي)

حزب إقبل الناس 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ .يَااَللّٰهُ ٣ يَارَبِّ ٣ يَارَحْمَنُ ٣ يَارَحِيْمُ ٣ لَاتَكِلْنِى اِلَى نَفْسِى فِى حِفْظِ مَامَلَكْتَنِى لِمَااَنْتَ اَمْلَكُ بِهِ مِنِّى وَامْدُدْنِى بِدَقَائِقِ اسْمِكَ الْحَفِيْظِ الَّذِى حَفِظْتَ بِهِ نِظَامَ الْمَوْجُوْدَاتِ وَاكْسِنِى بِدِرْعِ مِنْ كِفَايَتِكَ وَقَلِّدْنِى بِسَيْفِ نَصْرِكَ وَحِمَايَتِكَ وَتَوِّجْنِى بِتَاجِ عِزِّكَ وَكَرَامَتِكَ وَرَدِّنِى بِرِدَاءِمَنِّكَ وَارْكَبْنِى مَرْكَبَ النَجَاةِفِ الْمَحْيَاوَالْمَمَاتِ بِحَقِّ فَجَشَ اُمْدُدْنِى بِدَقَائِقِ اسْمكَ الْقَهَّارِتَدْفَعُ بِهَاعَنِّى مَنْ اَرَادَنِى بِسُوْءِمِنْ جَمِيْعِ الْمُؤْذِيَاتِ وَتَوَلَّنِى وِلَايَةَالْعِزِّيَخْضَعُ لِى بِهَاكُلُّ جَبَّارٍعَنِيْدِوَشَيْطَانٍ مَرِيْدٍ (يَاعَزِيْزُيَاجَبَّارُ٣) اَلْقِ عَلَىَّ مِنْ زِيْنَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ وَمِنْ شَرَفِ رُبُوْبِيَّتِكَ مَاتَشْهَدُبِهِ الْقُلُوْبُ وَتَذِلُّ بِهِ النُّفُوْسُ وَتَخْضَعُ لَهُ الرِّقَابُ وَتَبْرَقُ لَهُ الْاَبْصَارُوَتَعْدُوْلَهُ الْاَفْكَارُوَتَصْغَرُلَهُ كُلُّ مُتَكَبِّرٍجَبَّارٍوَيَسْخَرُلَهُ كُلُّ مَلِكٍ قَهَّارِ (يَااَللّٰهُ يَامٰالِكُ يَاعَزِيْزُيَاجَبَّارُ٣) يَااَللّٰهُ يَاوَاحِدُيَاأَحَدُيَاقَهَّارُاللّٰهُمَّ سَخِّرْلِى جَمِيْعَ خَلْقِكَ كَمَاسَخَّرْتَ الْبَحْرَلِمُوْسٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَلَيِّنْ لِى قُلُوْبُهُمْ كَمَالَيَّنْتَ الْحَدِيْدَلِدَاوُوْدَعَلَيْهِ السَّلَامُ فَإِنَّهُمْ لَايَنْطِقُوْنَ إِلَّابِإِذْنِكَ تَوَاصِيْهِمْ فِى قَبْضَتِكَ وَقُلُوْبُهُمْ فِى يَدِكَ تُصَرِّفُهُمْ حَيْثُ شِئْتَ (يَامُقَلِّبَ القُلُوْبِ٣) (يَاعَلَّامَ الْغُيُوْبِ٣) إِتْفَأْغَضَبَ النَّاسِ بِلَاإِلٰهَ إِلَّااللّٰهُ وَسْتَجْلَبْتُ رِضَاهُمْ بِسَيِّدِنَاوَمَوْلَانَامُحَمَّدٍصَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّارَأَيْنَهُ اَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَاهٰذَابَشَرًاإِنْ هٰذَاإِلَّامًلَكٌ كَرِيْمٌ وَصَلَّي اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Bismillaahirrohmaanirrohiiim. (Yaa Allaahu 3x) (Yaa Robbi 3x) Yaa Rohmaan 3x) (Yaa Rohiim 3x) Laa takilnii ilaa nafsii fii hifdhi maa malaktanii limaa anta amlaku bihii minnii wamdudnii bidaqooo-iqismikal-hafiidhilladzii hafidhta bihii nidhoomalmaujuudaati waksinii bidir'i min kifaayatika wa qollidnii bisaifi nashrika wa himaayatika wa tawwijnii bitaaji 'izzika wa karoomatika waroddinii biridaaa-i mannika warkabnii markabannajaati filmahyaa walmamaati bi haqqi fajasya umdudnii bidaqooo-iqismikal qohhaar tadfa'u bihaa 'annii man aroodanii bisuuu-i min jamii'ilmu'dziyaati wa tawallanii wilaayatal 'izzi yakhdo'ulii bihaa kullu jabbaarin 'aniidi wa syaithoonimmariid (Yaa 'Aziizu Yaa Jabbaar 3x) alqi 'alayya min ziinatika wa mahabbatika wa min syarofi rubuubiyyatika maa tasyhadu bihil quluubu wa tadzillu bihinnufusu wa takhdho'u lahurriqoobu wa tabroqu lahul abshooru wa t'aduu lahul afkaaru wa tashghoru lahuu kullummutakabbirin jabbaain wa yaskhoru lahuu kullu malikin qohhaar (Yaa Allaahu Yaa Maaliku Yaa 'Aziizu Yaa Jabbaaru 3x) Yaa Allaahu Yaa Wahidu Yaa Ahadu Yaa Qohhaaru, Allaahumma sakh-khirlii jamii'a kholqika kamaa sakh-khortalbahro limuusaa 'alaihissalaamu, wayyin lii quluubahum kamaa layyantal hadiida lidaawuuda 'alaihissalaamu, fa innahum laa yanthiquuna illaa bi idznika tawaa shiihim fii qobdhotika wa quluubuhum fii yadika tushorrifuhum haitsu syi'ta (Yaa Muqollibal quluubi 3x) (Yaa 'Allaamalghuyuubi 3x) ithtfa' ghodhobannaasi bilaaa-ilaaha illallaahu wastajlabtu ridhoohum bi sayyidinaa wa maulaanaa Muhammadin shollallaahu 'alaihi wa sallama, (falammaa roainahuu akbarnahuu wa qoth'o,na aidiyahunna wa qulna haasya lillaahi maa haadzaa basyaron in haadzaa illaa malakun kariim 3x) wa sholallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihii wa shohbihii wa sallam.

Hizib Iqbalunnnas ini jangan dibuat sembarangan 
Amalkan semampunya dan jangan untuk menyakiti orang lain serta jangan dengan niat jahat
Mengamalkan Hizib apapun itu harus dengan niat suci berdoa memohon pertolongan ALLOH lewat wasilah Hizib sebagai doa.

 

Hizib Nashr Habib Abdillah

  (حزب النصر للحبيب عبد الله ابن علوي الحداد)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا. لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا. وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا. وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا. وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ. وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Innaa fatahnaa laka fat-han mubiinaa. Liyaghfira lakalloohu maa taqaddama min dzanbika wamaa ta-akhkhara wayutimma ni’matahuu ‘alaika wayahdiika shiraatham-mustaqiimaa. Wayan-shurakalloohu nashran ‘aziizaa. Wakaana ‘indalloohi wajiihaa. Wajiihan fid-dunyaa wal aakhirati waminal muqarrabiin. Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas-samaawaati wal ardh.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni`mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). (QS al-Fath : 1-3) “Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (QS al-Ahzab : 69).  (Dia (Nabi Isa)seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) (QS Ali Imran : 45). Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. (QS al-An’am : 79).


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ .

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Nashrun minal-loohi wafat-hun qariibu wabasy-syiril mukmi-niin. Yaa ayyuhalladziina aamanuu kunuu anshaa-ralloohi kamaa qaala ‘iisabnu maryama lil-hawaariyyuuna nahnu anshaarullooh.

Dengan menyebut asma’ Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.  ... Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampai-kanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagai-mana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah". (QS ash-Shaff : 13-14).

اَللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَ لاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَ لاَ يُحِيْطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ وَ لاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ.

Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum. Laa ta’khudzuhuu sinatun walaa nauum. Lahuu maa fis-samaawaati wamaa fil ardhi, man dzalladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi-idznih. Ya’lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum walaa yuhiithuuna bisyai-in min ‘ilmihii illaa bimaa syaa-a, wasi’a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardha walaa ya-uuduhuu hifzhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘azhiim.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS al-Baqarah : 255).


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ اْلأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ. هُوَ اللَّهُ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ, هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ. هُوَ اللَّهُ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ. هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ  وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. 

Lau anzalnaa haadzal qur-aana ‘alaa jabalin lara-aitahuu khaasyi’an mutashaddi’an min khasy-yatillaah, watilkal amtsaalu nadhribuhaa linnaasi la’allahum yatafakkaruun. Huwalloo-hulladzii laa ilaaha illaa huwa ‘aalimul ghaibi was-syahaadati huwar-rahmaanur-rahiim. Huwalloohulladzii laa ilaaha illaa huwal malikul qudduusus-salaamul mukminul muhaiminul ‘aziizul jabbaarul mutakabbir, sub-haanalloohi ‘ammaa yusyri-kuun. Huwalloohul khaaliqul baari-ul mushaw-wiru lahul asmaa-ul husnaa, yusabbihu lahuu maa fis-samaawaati wal ardhi wahuwal ‘aziizul hakiim.

Dengan menyebut asma’ Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS al-Hasyr : 21-23).


أُعِيْذُ نَفْسِى بِاللَّهِ تَعَالَى مِنْ كُلِّ مَايَسْمَعُ بِأُذُنَيْنِ, وَيُبْصِرُ بِعَيْنَيْنِ, وَيَمْشِى بِرِجْلَيْنِ, وَيَبْطِشُ بِيَدَيْنِ, وَيَتَكَلَّمُ بِشَفَتَيْنَ, حَصَّنْتُ نَفْسِى بِاللَّهِ الْخَالِقِ اْلاَكْبَرِ, مِنْ شَرِّ مَاأَخَافُ وَأَحْذَرُ, مِنَ الْجِنِّ وَاّلإِنْسِ وَأَنْ يَحْضُرُونَ, عَزَّ وَجَلَّ ثَنَائُهُ, وَتَقَدَّسَتْ أَسْمَائُهُ وِلاِ اِلَهَ غَيْرُهُ,

U’iidzu nafsii billaahi ta’aalaa min kulli maa yasma’u bi-udzunain, wayubshiru bi’ainain, wayamsyii birijlaiin, wayabthisyu biyadaiin, wayatakallamu bisyafataiin. Hash-shantu nafsii billaahil khaaliqil akbar, min syarri maa akhaafu wa ahdzar, minal jinni wal insi wa an yahdhuruuni. ‘Azza jaaruhuu wajalla tsanaa-uh, wataqaddasat asmaa-uhuu laa ilaaha ghairuh.

Aku mintakan perlindungan diriku kepada Allah dari semua apa saja yang bisa mendengar dengan kedua telinga, yang bisa melihat dengan kedua mata, yang berjalan dengan dua kaki, yang menyerang dengan kedua tangan, dan yang berbicara dengan kedua bibir.
Aku membentengi diriku dengan Allah, Pencipta Yang Maha Besar, dari kejahatan apa   saja yang aku takuti dan aku waspadai, baik itu dari jenis jin maupun manusia, dan dari kedatangan mereka kepadaku. Mulia bertetangga dengan-Nya, agung memuji-Nya, disucikan Nama-nama-Nya, dan tiada tuhan selain Dia.


اَللَّهُمَّ إِنِّى أَجْعَلُكَ فِى نُحُورِ أَعْدَائِى, وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ وَتَحَيُّلِهِمْ وَمَكْرِهِمْ وَمَكَائِدِهِمْ, أَطْفِئْ نَاَر مَنْ أَرَادَبِى عَدَاوَةً مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ,

Alloohumma innii aj’aluka fii nuhuuri a’daa-ii, wa a’uudzu bika min syuruurihim  watahayyuli-him wamakrihim wamakaa-idihim, athfi’ naara man araada bii ‘adaawatan minal jinni wal insi.

Ya Allah! Aku jadikan Engkau didalam membantai musuh-musuhku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka, imajinasi (tahayyul) mereka, makar (rekayasa) mereka dan kelicikan mereka. Padamkan api orang yang ingin memusuhiku, baik dari kalangan jin maupun manusia.

يَاحَافِظُ ياَحَفِيْظُ يَاكَافِى يَامُحِيْطُ, سُبْحَانَكَ يَارَبَّ مَاأَعْظَمَ شَأْنَكَ, وَأَعَزَّ سُلْطَانَكَ, تَحَصَّنْتُ بِاللَّهِ, وَبِأَسْمَاءِ اللَّهِ, وَبِآيَاتِ اللَّهِ وَمَلاَئِكَةِ اللَّهِ, وَأَنْبَاءِ اللَّهِ, وَرُسُلِ اللَّهِ, وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِ اللَّه, حَصَّنْتُ نَفْسِى بِلاَ اِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,

Yaa haafizhu yaa hafiizhu yaa kaafii yaa muhiith, sub-haanaka yaa rabbi maa a’zhama sya’naka, wa a’azza sulthaanaka. Tahash-shantu billaah, wabi-asmaa-illaah, wabi-aayaatillaah, wa malaaika-tillaah, wa anbiyaa-illaah, wa rusu-lillaah, wash-shaalihiina min ‘ibaadillah. Hash-shantu nafsii bilaa ilaaha illalloohu muhamma-durrasuululloohi shallalloohu ‘alaihi wasallam.

Wahai Yang Menjaga! Wahai Yang Memelihara! Wahai Yang Mencukupi! Wahai Yang Meliouti! Maha Suci Engkau, wahai Tuhanku. Alangkah agungnya urusan-urusan-Mu dan alangkah mulia-nya kekuasaan-Mu. Aku berbenteng dengan Allah, asma’-asma’-Nya, ayat-ayat-Nya, para malaikat-Nya, para Nabi-Nya, para Rasul-Nya, dan kaum shalihin dari hamba-hamba-Nya. Aku membentengi diriku dengan kalimat ‘Laa ilaaha illallooh, Muhammadur-rasuulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam’.


اَللَّهُمَّ احْرْسْنِى بِعَيْنِكَ الَّتِى لاَ تَنَامُ, وَاكْنُفْنِى بِكَنَفِكَ الَّذِى لاَ يُرَامُ, وَارْحَمْنِى بِقُدْرَتِكَ عَلَيَّ, فَلاَ أَهْلِكُ وَأَنْتَ ثِقَتِى وَرَجَائِى, يَاغِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ, يَادَرَكَ الْهَالِكِيْنَ, إِكْفِنِى شَرَّ كُلِّ طَارِقٍ يَطْرُقُ بِلَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ, إْلاَّ طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ,
 
Alloohummahrusnii bi’ainikallatii laa yuraam, warhamnii biqudratika ‘alayya, falaa ahliku wa anta tsiqatii warajaa-ii.
Yaa ghiyaatsal mustaghiitsiin, yaa darakal haalikiin, ikfinii syarra kulli thaariqin yathruqu bilailin au nahaar, illaa thaariqan yathruqu bikhairin innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir.

Ya Allah! Jagalah aku dengan ‘Mata’ (Pengawasan) Engkau yang tidak pernah tidur. Peliharalah aku dengan perlindungan-Mu yang tidak ditinggalkan. Sayangilah aku dengan qudrat-Mu atasku, sehingga aku tidak binasa, sementara Engkau sebagai Kepercayaanku dan harapanku.
Wahai Penolong orang-orang yang meminta pertolongan! Wahai Penyusul orang-orang yang binasa! Peliharalah aku dari kejahatan setiap tamu yang datang di malam hari atau siang hari, kecuali tamu yang datang dengan membawa kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِى نَفْسِى مِنْ كُلِّ مَا يُؤْذَى وَمِنْ كُلِّ حَاسِدٍ, اللَّهُ شِفَائِى, بِسْمِ اللَّهِ رُقِيْتُ, اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ, إِشْفِ أَنْتَ الشَّافِى, وَعَافِ أَنْتَ الْمُعَافِى, لاَشِفَاءَ إِلاَّ شِفَائُكَ, لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا وَلاَ أَلَمًا,

Bismillaahi arqii nafsii min kulli maa yu’dzii wamin kulli haasidin, Alloohu syifaa-ii, bismillaahi ruqiitu. Alloohumma rabbannaas, adzhibil ba’sa, isyfi antasy-syaafii, wa ‘aafi antal mu’aafii, laa syifaa-a illaa syifaa-uka, syifaa-an laa yughaadiru saqaman walaa alaman.

Dengan menyebut asma’ Allah, aku me-ruqyah (“menyuwuk”, memanterai) diriku dari apa saja yang menyakiti dan dari setiap orang yang dengki. Allah Penyembuhku. Dengan menyebut asma’ Allah aku me-ruqyah. Ya Allah, Tuhan sekalian manusia! Hilangkan penderitaan. Sembuhkan, karena Engkau lah yang mampu menyembuhkan. Sehatkanlah, karena Engkaulah yang mampu menyehatkan. Tiada kesembuhan, selain kesembuhan dari-Mu, suatu kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit.


يَاكَافِى يَاوَافِى, يَاحَمِيْدُ يَامَجِيْدُ إِرْفَعْ عَنِّى كُلَّ تَعَبٍ شَدِيْدٍ, وَاكْفِنِى مِنَ الْحَدِّ وَالْحَدِيْدِ, وَالْمَرِضِ الشَّدِيْدِ, وَالْجَيْشِ الْعَدِيْدِ, وَاجْعَلْ لِى نُورًا مِنْ نُورِكَ, وَعِزًّا مِن عِزِّكَ, وَنَصْرًا مِنْ نَصْرِكَ, وَبَهَاءً مِنْ بَهَائِكَ, وَعَطَاءً مِنْ عَطَائِكَ, وَحَرَاسَةً مِنْ حَرَاسَتِكَ, وَتَأْيِيْدًا مِنْ تَأْيِيْدِكَ, يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ, وَالْمَوَاهِبِ الْعِظَامِ, وَأَسْئَلُكَ أَنْ تَكْفِيَنِى مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِى شَرٍّ,  إِنَّكَ  أَنْتَ اللَّهُ الْخَالِقُ اْلأَكْبَرُ,

Yaa kaafii yaa wafii, yaa hamiidu yaa majiid, irfa’ ‘annii kulla ta’abin syadiid, wakfinii minal haddi wal hadiid, wal maradhisy-syadiid, wal jaisyil ‘adiid, waj’allii nuuran min nuurik, wa’izzan min ‘izzik, wanashran min nashrik, wabahaa-an min bahaa-ik, wa’athaa-an min ‘athaa-ik, wahiraa-satan min hiraasatik, wata’yiidan min ta’yiidik. Yaa dzal jalaali wal ikraam, wal mawaahibil ‘izhaam. As-aluka antakfiyanii min syarri kulli dzii syarrin, innaka antalloohul khaaliqul akbar.

Wahai Yang Mencukupi! Wahai Yang Memadai! Wahai Yang Maha Terpuji! Wahai Yang Maha Mulia! Singkirkan dariku setiap kelelahan yang sangat. Cukupilah aku dari hukuman had, besi, sakit yang parah dari pasukan musuh yang banyak. Jadikanlah untukku cahaya dari sebagian Cahaya-Mu, kemuliaan dari sebagian Kemuliaan-Mu, pertolongan dari sebagian Pertolongan-Mu, keang-gunan dari sebagian Keanggunan-Mu, pemberian anugerah dari sebagian anugerah-Mu, pemeliha-raan dari sebagian Pemeliharaan-Mu, dan bantuan dari sebagian Bantuan-Mu.
Wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan Kebesaran, serta berbagai pemberian yang agung. Aku memohon kepada-Mu, kiranya Engkau melindungi aku dari kejahatan  apa saja yang memiliki potensi jahat. Sesungguhnya Engkau-lah Allah, Pencipta Yang Maha Besar.


وَصَلىَّ اللَّهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْليمًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.  ظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَعَلَى كُلِّ حَالٍ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Washallalloohu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa aalihii washahbihii wasallama tasliiman katsiiran thayyiban mubaarakan fiih. Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiina zhaahiran wabaathinan wa’alaa kulli haal, yaa arhamar-raahimiin.

Semoga rahmat ta’zhim dan salam sejahtera dilimpahkan Allah kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabatnya dengan sebenar-benarnya, sebanyak-banyaknya, sebaik-baiknya dan penuh keberkahan didalamnya.
Dan segala puji bagi Allah, Tuhan Penguasa alam semesta, secara lahir dan batin, atas segala situasi dan kondisi. Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari sekalian yang pengasih.

 

7 Hizib Syaikh Abil Hasan

(الاحزاب لسيدي ابي الحسن الشاذلي)

 حزب الكفاية لسيدي أبي الحسن الشاذلي رضي الله تعالي عنه

(بسم الله الرحمن الرحيم) (هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ ()هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ) (هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الاسْمَاء الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالارْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) (اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ) (رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلاًاللهم... أنت ربي لا إله إلا أنت عليك توكلت وأنت رب العرش العظيم، ما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن ولا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم(أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ...وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ ...وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْما. . 
اللهم إني أعوذ بك من شر نفسي ومن شر الشيطان الرجيم ومن شر كل دابة أنت آخذ بناصيتها إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ. ( سبعا ).بسم الله الرحمن الرحيم ( فَاللّهُ خَيْرٌ حَافِظاً وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ). (ثلاثا). آمنت بالله ودخلت في كنف الله، وتحصنت بكتاب الله وآيات الله واستجرت برسول الله سيدنا محمد صلي الله عليه وآله وسلم ابن عبد الله،.....الله أكبر مَم أخاف وأحذر، أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم، حسبي الله ونعم الوكيل ولا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم، بسم الله على نفسي وديني وأهلي ومالي وعيالي وأصحابي وعلى كل شيء أعطانيه ربي، الله الحافظ الكافي بسم الله بابنا، تبارك حيطاننا، يس سقفنا وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم مُّحِيطٌ بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ ستر العرش مسبول علينا، وعين الله ناظرة إلينا بحول الله لا يقدر علينا مَا شَاء اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ لا نخشى من أحد بألف الف لا قوة إلا باللة.... بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ 
اللهم... احفظني في ليلي ونهاري وظعني وأسفاري ونومي ويقظتى، وحركاتي وسكناتي، وذهابى وإيابي، وحضوري وغيابي، من كل سوء وبلاء وهم وغم، ونكد ورمد، ووجع وصداع، وألم وصمم وآفة وعاهة وفتنة ومصيبة وعدو وحاسد وماكر وساحر وطارق وحارق، وخائن وسارق، وحاكم ظالم، وقاض وسلطان، واحرسني ونجني من جميع الشياطين والجن والإنس ومن جميع الخلق والبشر والأنثى والذكر ومن الحية والعقرب والدبيب والهوام والطير والوحش، يا بارئ الأنام، يا حي يا قيوم، يا ذا الجلال والإكرام فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ .. سَلامٌ عَلَى نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ.. وسلام على الأنبياء والمرسلين ..كهعيص...حم... عسق... كفاية وحماية وحفظا لنا ووقاية. اللهم.. استجب دعائي ولا تخيب فيك رجائي، يا كريم أنت بحالي عليم، اللهم... يسر لي أمري وأشرح لي صدري، وأغفر لي ذنبي وأستر عيبي وارحم شيبي وطهر قلبي وتقبل عملي وصلاتي، واقض حاجتى، وبلغنى أملي وقصدي وإرادتي ووسع رزقي وحسن خلقي، وأغنني بفضلك وسامحني بكرمك وبلغني مشاهدة الكعبة والبيت الحرام وزمزم والمقام، ورؤية محمد عليه أفضل الصلاة والسلام، وجد برحمتك على وعلى والدي وذريتى وأهلي وأقاربي والمسلمين وأدخلنا جنة النعيم... يارب أنت الكريم..وفيك أحسنت ظني...عافني وأعف عني ياغفور يارحيم برحمتك ياأرحم الراحمين، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم، وصلي الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما..


حزب الطمس

للإمام أبي الحسن الشاذلي قدس الله سره

بسم الله الرحمن الرحيم...

لا إله إلا الله السميع القريب المجيب تجيب دعوة الداعي إذا دعاك، وتجيب المضطر وتكشف السوء، وتختار من تشاء في الأرض خليفة ...إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاء......رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء ... رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ...ولا تجعلني بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيّاً...طه...يس...ق...ن...طسم...حم...كهيعص...ص...مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ طسم...الم... ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ...أقسمت.عليك... بحاء الرحمة... وميم الملك... ودال الدوام (مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الانجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً

اللهم... أنت الله لا إله إلا أنت الحي القيوم لا تأخذك سنة ولا نوم لك ما في السموات وما في الأرض ولا يشفع عندك أحد إلا بإذنك، فأشفعني ولا تردني لغيرك ،وسع كرسيك السموات والأرض ولا يؤودك حفظهما وأنت العلى العظيم فاحفظني من بين يدي ومن خلفي وعن يميني وعن شمالي ومن فوقي ومن تحتى ومن ظاهري ومن باطني ومن بعضي ومن كلي ونور قلبي بنورعلمك وعظمتك وعزتك إنك أنت الله العلى العظيم ...هاء ...سين...ميم...زين...قاف ...لام...يس...وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ ...ن...وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ ...ق...وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ ...ص...وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ ...بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ ... ما نورك ببعيد وإن رحمتك قريب من المحسنين أسألك بمجموعها وحقائقها وأسرارها وما بطن من أمرك فيها عزا لا ذل معه، وغني لا فقر معه وأنسا لا كدر فيه، وأمنا لا خوف فيه، وأسعدنا بإجابة التوحيد في طاعتك حيثما كنا يوم الميثاق الأول في قبضتك ،وأطمس على وجوه أعدائنا وامسخهم على مكانتهم فلا يستطيعون المضي ولا المجئ إلينا (وَلَوْ نَشَاء لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ ) (وَلَوْ نَشَاء لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيّاً وَلا يَرْجِعُونَ طس (شاهت الوجوه) ...(ثلاثا). (وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْماً ) صم بكم عمي فهم لا يعقلون ولايسمعون ولا يبصرون ولا ينطقون ولا يتفكرون ولا يتدبرون ولا يختارون...وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدّاً وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدّاً فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ ...... فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.. (ثلاثا)

بفضل بسم الله الرحمن الرحيم، اللهم صل على نبيك الدال عليك محمد المصطفي خير البرية عليه أفضل الصلاة والسلام وحسبنا الله ونعم الوكيل ولا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم.

حزب الجلالة

لسيدي أبي الحسن الشاذلي رضي الله تعالي عنه

(بسم الله الرحمن الرحيم)يا أول يا آخر يا ظاهر يا باطن اسمع ندائي بما سمعت به نداء عبدك زكريا عليه السلام، وانصرني بك لك وأيدني بك لك واجمع بيني وبينك وحل بيني وبين غيرك الله الله الله 66 مرة) بسم الله الرحمن الرحيم. (اللهم). إنا نسألك بسر الذات، وبذات السر(هو أنت وأنت هو) احتجبت بنور الله، وبنور عرش الله، وبكل اسم لله من عدوى وعدو الله، بمائة ألف لا حول ولا قوة إلا بالله ختمت على نفسي وعلي ديني وعلى كل شيء أعطانيه ربي بخاتم الله المنيع الذي ختم به أقطار السموات والأرض، وحسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولي ونعم النصير، وصلي الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا....اللهم يا ودود (ثلاثا)..يا فعال لما يريد (ثلاثا)) أسألك بنور وجهك الذي ملأ أركان عرشك (ثلاثا)).. وأسألك بالقدرة التى قدرت بها على خلقك (ثلاثا)). لا إله إلا أنت يا مغيث أغثنا (ثلاثا)). سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِن


حزب اللطف

للإمام أبي الحسن الشاذلي رضي الله تعالى عنه

(بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ .الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ .مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ...إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ .اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ .صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ. آمين اللهم... أجعل أفضل الصلوات وأنمي البركات في كل الأوقات على سيدنا محمد أكمل أهل الأرض والسموات، وسلم عليه ياربنا أزكي التحيات في جميع الحضرات... اللهم... يا من لطفه بخلقه شامل وخيره لعباده واصل لا تخرجنا عن دائرة الألطاف، وآمنا من كل ما نخاف، وكن لنا بلطفك الخفي الظاهر، يا باطن يا ظاهر يا لطيف، نسألك وقاية اللطف في القضاء، والتسليم مع السلامة عند نزوله والرضا،اللهم... إنك أنت العليم بما سبق في الأزل، فحفنا بلطفك فيما لم ينزل وفيما نزل، يا لطيفا لم يزل، واجعلنا في حصن التحصين بك، يا أول يا من إليه الملتجأ وعليه المعول،اللهم... يا من ألقى خلقه في بحر قضائه، وحكم عليهم بحكم قهره وابتلائه، اجعلنا ممن حمل في سفينة النجاة، ووقي من جميع الآفات، إلهى من رعته عين عنايتك كان ملطوفا به في التقدير، محفوظا ملحوظا بعين رعايتك يا قدير، يا سميع يا قريب يا مجيب الدعاء، ارعنا بعين رعايتك يا خير من رعي، إلهى لطفك الخفي ألطف من أن يري، وأنت اللطيف الذي لطفت بجميع الوري، حجبت سريان سرك في الأكوان، فلا يشهده إلا أهل المعرفة والعيان، فلما شهدوا سر لطفك بكل شيء أمنوا من سوء كل شيء، فأشهدنا سر هذا اللطف الواقي، ما دام لطفك الدائم الباقي، إلهى حكم مشيئتك في العبيد لا تراه همة عارف ولا مريد، لكنك فتحت لنا أبواب الألطاف الخفية، المانعة حصونها من كل بلية، فأدخلنا بلطفك تلك الحصون، يا من يقول للشيء كن فيكون.. إلهى أنت اللطيف بعبادك لا سيما بأهل محبتك وودادك، فبأهل المحبة والوداد خصنا بلطائف اللطف يا جواد، إلهى اللطف صفتك، والألطاف خلقك، وتنفيذ حكمك في خلقك حق، ورأفة لطفك بالمخلوقين تمنع استقصاء حقك في العالمين، إلهى لطفت بنا قبل كوننا ونحن للطف غير محتاجين، أفتمنعنا منه مع الحاجة له وأنت أرحم الراحمين، حاشا لطفك الكافي، وجودك الوافي، إلهى لطفك هو حفظك إذا رعيت، وحفظك هو لطفك إذا وقيت، فأدخلنا سرادقات لطفك واضرب علينا أسوار حفظك، يا لطيف نسألك اللطف ابدا، يا حفيظ قنا السوى.... وشر العدا.... يا لطيف.... (ثلاثا)من لعبدك العاجز الخائف الضعيف، اللهم... كما لطفت بي قبل سؤالي وكوني، كن لي لاعلى يا أمني وعونى . (اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ العَزِيزُ ) 
آنسني بلطفك يا لطيف أنس الخائف في حاله المخيف، تأنست بلطفك يا لطيف، ووقيت بلطفك الردي، وتحجبت بلطفك من العدا، يا لطيف يا حفيظ، (بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ ) (فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ ).نجوت من كل خطب جسيم بقول ربي( وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ)سلمت من كل شيطان وحاسد، بقول ربي(وَحِفْظاً مِّن كُلِّ شَيْطَانٍ مَّارِدٍ )كفيت كل هم في كل سبيل بقولي(حسبي الله ونعم الوكيل) اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ 
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ) (اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ) (لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ ) ( فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ).
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ لإيلافِ قُرَيْشٍ إِيلافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاء وَالصَّيْفِ فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ...وإكتفيت بـ كهيعص ... واحتميت بـ حم عسق. وقوله الحق وله الملك، سَلامٌ قَوْلاً مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ اللهم بحق هذه الأسرار قنا الشر والأشرار، وكل ما أنت خالقه من الأكدار، (قُلْ مَن يَكْلَؤُكُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ) وبحق كلاءة رحمانيتك اكلأنا ولا تكلنا إلى غير إحاطتك. ربى هذا ذل سؤالي ببابك ولا حول ولا قوة إلا بك،اللهم. صلي على من أرسلته رحمة للعاملين سيدنا محمد خاتم النبين r)وآله ومجّدّ وعظّم وشرّف وكرّم سيد الخلق اجمعين ولا تخلني من الرحمة والأمان يا حنان يا منان، وسلام على جميع الأنبياء والمرسلين، والحمد لله رب العالمين 

حزب النور

للإمام أبي الحسن الشاذلي رضي الله تعالي عنه

(بسم الله الرحمن الرحيم)
يا الله يا نور يا حق يا مبين افتح قلبي بنورك، وعلمني من علمك وفهمني عنك، وأسمعني منك وبصرني بك، وأحيني بروح منك، وأقمني بشهودك، وعرفني الطريق إليك وهونها على بفضلك واكسني لباس التقوى منك وبك ..إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
اللهم... اذكرني وذكرني وتب على واغفر لي مغفرة أنسي بها كل شيء سواك، وهب لي تقواك، واجعلني ممن يحبك ويخشاك واجعل لي من كل هم وغم وضيق وهوي وشهوة وخطرة وفكرة وإرادة وفعله وغفلة ومن كل قضاء وأمر مخرجا، أحاط علمك بجميع المعلومات، وعلت قدرتك على جميع المقدورات، وجلت إرادتك أن يوافقها أو يخالفها شيء من الكائنات، حسبىالله ((ثلاثا)). وأنا برئ مما سوي الله. (اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتوَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ


حزب الفتح

لسيدي أبو الحسن الشاذلي رضي الله عنه

الذي فتح الله به عليه ويسمي حزب الأنوار أيضا

بسم الله الرحمن الرحيم... وصلي الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم. (اللهم) إنا نسألك يقينا لا ضد له ونسألك توحيدا لا يقابله شرك، وطاعة لا تقابلها معصية، ونسألك محبة لا لشيء ولا على شيء، وخوف لا من شيء ولا على شيء، ونسألك تنزيها لا من نقص ولا من دنس بعد التنزيه من النقائص والأدناس، ونسألك تقديسا ليس وراءه تقديس، وكمالا ليس وراءه كمال وعلما ليس فوقه علم ونسألك الإحاطة بالأسرار وكتمانها على الاغيار..
ربى إني ظلمت نفسي فاغفر لي ذنبي وهب لي تقواك، واجعلني ممن يحبك ويخشاك، وأجعل لي من كل ذنب وهم وضيق وشهوة ورغبة ورهبة وهطلة وفكرة وإرادة وفعلة ومن كل قضاء وأمر مخرجا، أحاط علمك بجميع المعلومات، وعلت قدرتك على جميع المقدورات، وجلت إرادتك أن يوافقها أو يخالفها شيء من الكائنات حسبي الله، وأنا برئ مما سوي الله. ...الله لا إله إلا هو عليه توكلت وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ...
لا إله إلا الله نور عرش الله....لا إله إلا الله نور لوح الله... لا إله إلا الله نور قلم الله....لا إله إلا الله نور رسول الله...لا إله إلا الله نور سر رسول الله....لا إله إلا الله نور سر ذات رسول الله...لا إله إلا الله آدم خليفة الله....لا إله إلا الله نوح نجي الله... لا إله إلا الله إبراهيم خليل الله. ....لا إله إلا الله موسي كليم الله...لا إله إلا الله عيسي روح الله. ....لا إله إلا الله محمد حبيب الله...لا اله الا الله الأنبياء خاصة الله....لا إله إلا الله الأولياء أنصار الله...لا إله إلا الله الرب الإله الملك الحق المبين... لا إله إلا الله الملك اللطيف الرزاق القوى العزيز لا إله إلا الله خالق كل شيء وهو العلى العظيم، لا إله إلا الله الحليم الكريم... سبحان اللة و ..الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ...بسم الله وبالله ومن الله وإلى الله وفي الله وعلى الله فليتوكل المؤمنون...حسبي الله آمنت بالله رضيت بالله توكلت على الله، لا قوة إلا بالله... أتوب بك منك إليك، فامح من قلبي محبة غيرك، واحفظ جوارحي من مخالفة أمرك... والله لئن لم ترعني بعينك وتحفظني بقدرتك لأهلكن نفسي ولاهلكن أمة من خلقك ثم لا يعود ضرر ذلك إلا على عبدك، أعوذ بمعافاتك من عقوبتك وأعوذ برضاك من سخطك، وأعوذ بك منك لا أحصي ثناء عليك أنت كما أثنيت على نفسك بل أنت أجل من أن أثني عليك، وإنما هي أعراض تدل على كرمك قد منحتها لنا على لسان رسولك لنعبدك بها على أقدارنا لا على قدرك، فهل جزاء الإحسان الأول الكامل إلا الإحسان منك، يا من به ومنه وإليه يعود كل شيء، أسألك بحرمة النبي الهادي rوآله... وبحرمة أسراره منك إلى محمد رسولك، وبحرمة سيدة آي القرآن من كلامك، وبحرمة السبع المثاني والقرآن العظيم بين كتبك، وبحرمة الاسم الأعظم الذي لا يضر معه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم، وبحرمة أكفني كل غفلة وشهوة ومعصية مما تقدم أو تأخر واكفني كل طالب يطلبني من خلقك بالحق وبغير الحق في الدنيا والآخرة، فإنه لك الحجة البالغة وانت على كل شيء قدير، واكفني هم الرزق وخوف الخلق واسلك بي سبيل الصدق وانصرني بالحق واكفنا كل عذاب من فوقنا أو من تحت أرجلنا، أو يلبسنا شيعا أو يذيق بعضنا بأس بعض، واكفنا كل هم وكل هول يحول بيننا وبين الجنة وأكفنا شر ما تعلق به علمك مما كان وما يكون ...إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ...سبحان الملك الخالق سبحان الرازق . سبحان ذي العزة والجبروت، سبحان ذوالقدرة والملكوت، سبحان من يحي ويميت، سبحان الحي الذي لا يموت، سبحان الملك القادر، سبحان العظيم القاهر ...قل حسبي الله الذي لا إله إلا هو عليه توكلت و عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ... أعوذ بالله من جهد البلاء ومن سوء القضاء، ومن درك الشقاء ومن شماتة الأعداء وأعوذ بالله ربي ورب كل شىء ذو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ. الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ.رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ . الله رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ .
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ...عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ..وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ يا من بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ.وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ خالق سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الارْضِ مِثْلَهُنَّ.يَتَنَزَّلُ الامْرُ بَيْنَهُنَّ.إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ..... أنصرني بالخوف منك والتوكل عليك حتى لا أخاف غيرك، ولا اعتمد على شيء سواك يا اللة . وانك قد أحطت بكل شيء علما، أسألك بهذا الأمر الذي هو أصل الموجودات وإليه المبدأ والمنتهي وإليه غاية الغايات أن تسخر لنا هذا البحر بحر الدنيا وما فيه ومن فيه كما سخرت البحر لموسي وسخرت النار لإبراهيم وسخرت الجبال والحديد لداود وسخرت الرياح والشياطين والجن لسليمان وسخر لي كل بحر هو لك وسخر لي كل جبل وسخر لي كل حديد، وسخر لي كل ريح، وسخر لي كل شيطان من الجن والإنس، وسخر لي كل شيء يا من بيده ملكوت كل شيء وجمل أمري باليقين وأيدني بالنصر المبين ...إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ . 


حزب الحراسه

للإمام الشاذلي رضي الله تعالي عنه

بسم الله الرحمن الرحيم
إلهى. أعلني على فراش أمنك بمنك واحرسني بحارس حفظك وصونك، وردني برداء الهيبة، وأجلسني على سرير العظمة، وتوجني بتاج البهاء، وانشر على لواء العز، وملأ العز، وإملأ باطني خشية ورحمة وظاهري عظمة وهيبة، ومكني ناصية كل جبار عنيد، وشيطان مريد، وأعصمني وأيدني في القول والعمل، برحمتك يا أرحم الراحمين

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...