Kamis, 19 November 2020

Doa Ayat Kursi


Ayat Kursi :

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَ لاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَ لاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ وَ لاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ.

Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta’khudzuhuu sinatun wa laa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wamaa fil-ardh. Man dzalladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi-idznih. Ya’lamu maa baina aidii-him wa maa khalfahum wa laa yuhiithuuna bisyai-in min ‘ilmihii illaa bimaa syaa-a, wasi’a kursiy-yuhus-samaawaati wal-ardha, wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa wa huwal ‘aliyyul ‘azhiim.

Artinya : “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”. (QS Al-Baqoroh : 255)

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca ayat kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tidak ada diantara dirinya dan surga selain mati. Barangsiapa yang membacanya sewaktu hendak tidur, ia akan selalu mendapatkan penjagaan Allah dan tidak akan didekati oleh syetan sampai datang waktu pagi. Barangsiapa yang membacanya dan (diteruskan dengan) membaca dua ayat sesudahnya (QS al-Baqarah ayat 256 dan 257), empat ayat pertama surat al-Baqarah (ayat 1 s.d. 4) dan tiga ayat terakhir surat al-Baqarah (ayat 284 s.d. 286), maka selama waktu malam itu syetan tidak akan memasuki rumahnya sampai datang waktu pagi”.

Penjelasan :

Didalam kitab Abwabul Faraj ditambahkan beberapa riwayat hadis tentang keutamaan ayat kursi, diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab ra, yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Abu Mundzir! Ayat apakah yang terbesar (rahasianya) didalam Al-Qur’an?”. Ubay menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Beliau saw. lalu menunjukkan jawabannya, “Alloohu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum ... (sampai akhir)”. Selanjutnya beliau memegang dada Ubay seraya bersabda, “Semoga dadamu penuh dengan ilmu”. (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Al-Hakim dan At-Turmudzi).

Ayat Kursi mengandung lima Asmaul Husna yang agung : Allah, al-Hayyu, al-Qayyum, al-‘Aliyyu dan al-‘Azhim, yang masing-masingnya memiliki manfaat, khasiat dan rahasia tertentu jika hal itu dibaca secara rutin, ajek dan terus menerus.

Orang yang mau mewiridkan atau membaca secara rutin :

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

(Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum)
 Maka ia akan segera memperoleh manfaatnya yang berkaitan dengan mencari urusan duniawi, ketinggian pangkat. Dicintai orang (mahabbah), dan terutama dalam urusan keagamaan/ukhrawi.

Jika memiliki hajat tertentu, gabungkan kalimat tauhid (لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله)  dengan salah satu Asmaul Husna yang isi kandungannya sesuai dengan yang kamu kehendaki. Bacalah secara rutin dengan penuh kekhusyukan, hajatmu akan segera terkabul. 

Misalnya : لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الرَّزَّاقُ   untuk mencari rizki; لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْمُعِزُّ    untuk mencari kehormatan dan pangkat; لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْعَلِيْمُ     untuk kelancaran mencari ilmu; لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْوَدُوْدُ    agar dicintai, disayangi orang dan selainnya.

الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ  berkaitan dengan keluhuran dan keagungan. Orang yang merutinkan membacanya, akan memperoleh keluhuran, kemuliaan, dan pangkat-derajat yang agung. Orang yang merasa takut menghadapi penguasa, pejabat yang zhalim / bengis, atau musuh, penjahat atau orang zhalim, bacalah terus menerus sewaktu akan menghadapinya.

Jika memiliki hajat atau persoalan penting, bacalah secara rutin :  اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْم   sambil menghadap kiblat di tempat dan waktu yang mulia, maka segala doa permohonannya akan segera terkabul.

Mengenai tata cara mengamalkannya, para ulama salaf bersepakat membaca ayat kursi sebanyak bilangan hurufnya, yakni 170 kali; atau sebanyak kalimatnya, yakni 50 kali; atau sebanyak bilangan para Rasul dan Ahli Badar, yakni 313 kali. Membaca dengan masing-masing bilangan tersebut akan membawa manfaat yang beragam.

Diantara mereka ada yang membaca Ayat Kursi dari awal sampai akhir, dan setiap kali sampai pada bacaan : وَ لاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ Diulang-ulang 70 kali.  Kemudian membacanya lagi dari awal, dan begitu seterusnya, sampai mencapai jumlah 70 x Ayat Kursi.

Diantara khasiatnya yang lain, jika anda akan menghadap pejabat/penguasa yang jahat atau hakim yang zhalim, sewaktu memasuki kantornya atau ruang kerjanya, bacalah Ayat Kursi, lalu disambung dengan membaca doa di bawah ini, dengan seizin Allah swt, maka mulut orang itu seakan-akan terkunci, tidak berkutik dan berani macam-macam, serta tidak akan berhasil melaksanakan rencana jahatnya. 

Berikut ini doanya :

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ, يَا بَدِيْعَ السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرْضِ, يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلإِكْرَامِ, أَسْأَلُكَ بِحَقِّ هَذِهِ اْلآيَةِ الْكَرِيْمَةِ وَ مَا فِيْهَا مِنَ اْلأَسْمَاءِ الْعَظِيْمَةِ اَنْ تُلْجِمَ فَاخُ عَنَّا وَ تُخْرِسَ لِسَانَهُ حَتَّى لاَ يَنْطِقُ اِلاَّ بِخَيْرٍ اَوْ يَصْمُتْ, خَيْرُكَ يَا هَذَا بَيْنَ عَيْنَيْكَ وَ شَرُّكَ تَحْتَ قَدَمَيْكَ.

Yaa Hayyu yaa Qayyuum, yaa Badii’as-samaawaati wal ardhi, yaa dzal jalaali wal ikraam. As-aluka bihaqqi haadzihil aayatil kariimati wamaa fiihaa minal asmaa-il ‘azhiimati an tuljima faahu ‘annaa, wa tukhrisa lisaanahuu hattaa laa yanthiqu illaa bikhairin au yashmut. Khairuka yaa haadza baina ‘ainaika wa syarruka tahta qadamaika.

Artinya : “Wahai Yang Maha Hidup lagi Yang Maha Berdiri sendiri (mengurusi makhluk-Nya), wahai Pencipta langit dan bumi, dan wahai Tuhan Yang memiliki keluhuran dan kemuliaan. Aku memohon kepada-Mu dengan perantaraan (Ayat Kursi) yang mulia ini dan rahasia yang tersembunyi di balik al-Asma-ul A’zham, kiranya Engkau mengendalikan mulutnya dariku dan menjaga (mengunci) lisannya sehingga tidak mampu berbicara kecuali yang baik-baik atau diam. Kebaikanmu, wahai orang (yang sedang aku hadapi ini), terbayang jelas di depan kedua matamu dan kejahatanmu berada (terinjak) di bawah telapak kakimu.


Surat Al-Ikhlash

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Artinya :
1.  Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Sebaiknya dibaca secara rutin surat al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membacanya (ketiga surat tersebut) tiga kali pada waktu pagi dan tiga kali pada waktu sore, maka segala sesuatunya akan dicukupi Allah”.

Penjelasan :
Didalam kitab Abwabul Faraj ditambahkan mengenai fadhilah dan keistimewaan surat Al-Ikhlas. Bahwa ia merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki banyak keutamaan. Seluruh ayatnya memuat ajaran tentang Keesaan Allah dan menolak segala bentuk kemusyrikan. Keutamaan lainnya dapat kita simak dari beberapa hadis Nabi berikut.
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat al-Ikhlash tiga kali di waktu pagi dan tiga kali di waktu sore, ia akan terjaga dari berbagai bentuk bahaya”.

Beliau saw. bersabda, “Apakah kamu merasa tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur’an dalam waktu satu malam?”. Para sahabat merasa keberatan balik bertanya, “Ya Rasulallah! Siapa orangnya diantara kami yang mampu melakukannya?”. Beliau saw bersabda, “Qul Huwalloohu ahad...(sampai akhir surat al-Ikhlash) adalah sepertiga Al-Qur’an”. (HR Al-Bukhari).

Abu Hurairah ra. menceritakan, bahwa sewaktu Rasulullah saw. mendengar seseorang membaca surat al-Ikhlash, beliau lalu berkomentar, “Dia wajib!”. Ia bertanya, “Apanya yang wajib?” Beliau saw. bersabda, “Dia wajib masuk surga”.
Imam at-Turmudzi meriwayatkan sebuah hadis, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang sebelum tidur membaca surat Al-Ikhlash seratus kali, maka pada hari kiamat nanti Allah swt. berfirman (kepadanya), “Hai hambaku! Masuklah ke surga”.

Surat al-Ikhlash berkhasiat mendatagkan rizki yang banyak. At-Thabrani mentakhrij hadis dari Jarir bin Abdullah, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat al-Ikhlash sewaktu memasuki rumahnya, maka penghuninya tidak mengalami kemiskinan”. (sanadnya dha’if). 

Al-Hafizh Abu Musa al-Madini meriwayatkan dari Sugail bin Sa’ad, bahwa seseorang pernah mendatangi Rasulullah saw seraya mengadukan kemiskinan dan kesulitan mencari penghidupan. Beliau saw lalu memberi saran kepadanya, “Jika kamu memasuki rumahmu, ucapkan salam, baik didalamnya ada orangnya atau tidak ada, lalu ucapkan salam kepadaku (= Assalaamu ‘alaika, yaa Rasuulallah), terus bacalah surat al-Ikhlash sekali”. Setelah orang itu melaksanakan saran beliau saw, Allah swt memberinya rizki yang berlimpah ruah, sampai-sampai tetangga dan kerabatnya ikut kecipratan rizki tersebut. (Sanad-nya dha’if). Meskipun ber-sanad dha’if, kedua hadis ini dapat berfungsi sebagai fadhailul a’mal, tidak mengapa diprak-tekkan dalam kehidupan sehari-hari, asal tidak berkeya-kinan bahwa hadis ini benar-benar ditetapkan oleh Rasulullah saw.

 

Doa Suami ketika Istri Hamil


DOA YANG PERLU DIBACA SUAMI, agar bayi selamat selama dalam kandungan.
Dan doa ini dapat pula dibaca pada waktu acara empat bulan, “Tingkeban” atau “Mitoni” :


الَلَّهُمَّ احْفَظِ الْوَلَدَ فِيْ بَطْنِ اُمِّهِ وَ اشْفِهِ وَ اَنْتَ الشَّافِى, لاَشِفَاءَ اِلاَّ شِفَاؤُكَ, شِفَاءً عَاجِلاً لاَيُغَادِرُ سَقَمًا, وَأَنْتَ خَيْرُ مَسْئُوْلٍ.
الَلَّهُمَّ صَوِّرْهُ فِى بَطْنِ هَذِهِ الْمَرْأَةِ صُورَةً حَسَنَةً جَمِيْلَةً, وَثَبِّتْ قَلْبَهُ اِيْمَانًا بِكَ وَبِرَسُولِكَ.
الَلَّهُمَّ اَخْرِجْهُ مِنْ بَطْنِهِ هَذِهِ الْمَرْأَةِ وَقْتَ وِلاَدَتِهِ سَهْلاً وَتَسْلِيْمًا لاَ مُعْسِرًا. وَانْفَعْ لَنَا بِهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ آمِينَ. أَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ دُعَائَنَا كَمَا تَقَبَّلْتَ دُعَاءَ نَبِيِّكَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. والحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

“Ya Allah! Peliharalah putra yang ada dalam kandungan wanita (istriku) ini. Berilah ia kesembuhan, karena Engkaulah Penyembuhnya. Tiada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu, kesembuhan seketika tanpa meninggalkan penyakit lainnya. Dan Engkau sebaik-baik yang dimintai.
Ya Allah! Bentuklah ia (putra) yang ada didalam kandungan wanita (istriku) ini dengan bentuk (wajah) yang bagus (ganteng/cantik). Kokohkan pada hatinya  keimanan kepada-Mu dan rasul-Mu.
Ya Allah! Keluarkan / lahirkan ia dari kandungan (istriku) wanita ini secara mudah, lancar, dan selamat, tidak mengalami kesulitan. Jadikan ia anak yang bermanfaat bagi kami di dunia dan akhirat. Amin.
Ya Allah! Kabulkanlah do’a kami, sebagaimana Engkau mengabulkan do’a Nabi-Mu Muhammad SAW. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin”.


DOA AGAR DIBERI SELAMAT, LANCAR SEWAKTU MELAHIRKAN

(Dibaca suami atau siapa saja, sewaktu mendekati kelahiran)

اللّهُمَّ سَهِّلْ وِلاَدَةَ …(Sebut nama ibu yang akan melahirkan). وَسَلِّمْهَا وَطَوِّلْ عُمْرَهَا وَصَحِّحْ جَسَدَهَا وَنَوِّرْ قَلْبَهَا وَ وَسِّعْ اَرْزَاقَهَا وَ اجْعَلْ وَلَدَهَا سَالِمًا وَ وَسِّعْ أَرْزَاقَهَا وَاجْعَلْ وَلَدَهَا سَالِمًا كَامِلاً عَاقِلاً عَالِمًا صَالِحًا مُوَحِّدًا بِكَ وَمُؤْمِنًا بِنَبِيِّكَ سَيِّدِنَا  مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِجَاهِ سَيِّدِنَا عِمْرَانَ بْنِ حُسَيْنٍ رَضِيَ الله عَنْهُ

“ Ya Allah! Berilah ....... (sebut nama ibu yang akan melahirkan) kemudahan dan kelancaran sewaktu melahirkan bayinya. Selamatkan dia, panjangkan umurnya, sehatkan tubuhnya, terangilah hatinya, luaskan rizqinya dan jadikanlah bayi/anak yang dilahirkannya selamat, sempurna, berakal, berilmu, shaleh, meng-Esakan Engkau dan mengimani Nabi-Mu Muhammad SAW, dengan perantaraan kedudukan ‘Imran bin Hushain ra.”


Orang tua (Bapak), keluarganya atau siapa saja hendaknya meng-adzani pada telinga kanan bayi dan meng-iqomati pada telinga kirinya, dengan harapan agar kalimat yang pertama kali didengar oleh bayi adalah kalimat Allah. Kemudian membaca doa berikut :

أُعِيْذُكَ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لآمَّةٍ. وَ أُعِيْذُ هُ بِالْوَاحِدِ الصَّمَدِ مِنْ كَلِّ شَرِّ ذِيْ حَسَدٍ.

“Kami memohonkan perlindungan (untuk) kamu dengan perantaraan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua syaitan, gegeremetan, dan dari semua penglihatan yang menimbulkan kerusakan. Dan kami memohon perlindungan (untuk) dia (anak), kepada Allah Yang Esa dan Tempat bergantung / memohon, dari semua kejahatan mahluk yang hasud.” 



Atau dapat ditambahkan dengan doa berikut ini:

 الَلَّهُمَّ احْفَظِ الْوَلَدَ الَّذِى اَخْرَجْتَ مِنْ عَالَمِ الظُّلْمِ اِلَى عَالَمِ النُّوْرِ. وَاجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلاً عَاقِلاً لَطِيْفًا حَاذِقًا عَالِمًا عَامِلاً مُبَارَكًا, مِنْ كَلاَمِكَ الْكَرِيْمِ حَافِظًا. 
الَلَّهُمَّ طَوِّلْ عُمْرَهُ وَصَحِّحْ جَسَدَهُ وَحَسِّنْ خُلُقَهُ وَاَفْصِحْ لِسَانَهُ وَاَحْسِنْ صَوْتَهُ لِقِرَآةِ الْقُرْآنِ وَالْحَدِيْثِ النَّبَوِيِّ بِجَاهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Ya Allah! Peliharalah anak yang telah Engkau lahirkan dari alam yang gelap (perut ibu) menuju ke alam yang terang (dunia) ini. Jadikan ia anak yang sehat, sempurna (tidak cacat anggota tubuhnya), berakal sehat, lemah lembut, cerdas, berilmu, mengamalkan ilmunya, penuh barokah, dan hafal firman-firman-Mu yang mulia. 
 Ya Allah! Panjangkan umurnya, sehatkan tubuhnya, perbaguslah akhlaknya, fasihkan lisannya, perbaguslah suaranya untuk membaca Al-Qur’an dan hadits Nabi, lantaran kedudukan Nabi Muhammad SAW”.


Doa yang sebaiknya dibaca sewaktu menyembelih Hewan Aqiqoh

بِسْم ِاللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. الَلَّهُمَّ رَبَّنَا اِنَّ هَذِهِ عَقِيْقَةُ ..... بْنِ\بِنْتِ ..... (sebut nama bayinya), دَمُهَا بِدَمِهِ وَلَحْمُهَا بِلَحْمِهِ وَعَظْمُهَا بِعَظْمِهِ وَجِلْدُهَا بِجِلْدِهِ وَشَعْرُهَا بِشَعْرِهِ.
الَلَّهُمَّ اجْعَلْهَا فِدَاءً لِ.... ابْنِ ..... (sebut nama bayinya) مِنَ النَّارِ.


“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah! Tuhan kami! Sesungguhnya Aqiqah ini adalah aqiqahnya si  ……….. (sebutkan nama si jabang bayi). Darahnya (aqiqah tersebut) untuk tebusan-gantinya (bayi), tulangnya untuk tebusan tulangnya, kulitnya untuk tebusan kulitnya, rambutnya untuk tebusan rambutnya.
Ya Allah! Jadikanlah aqiqah tersebut sebagai tebusan untuk si …….. (sebutkan namanya) dari neraka.”


Do’a yang sebaiknya dibaca sewaktu Walimatu Tasmiyah (Upacara Pemberian Nama Bayi) 


 الَلَّهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ السَّلاَمَةَ فِى الدُّنْيَا وَ الدِّيْنِ وَ الزِّيَادَةَ وَالْبَرَكَةَ فِى الْعِلْمِ وَارْزُقِ الْمَرْزُوقِيْنَ.
اللهمَّ إِنَّكَ قَدْ عَلَّمْتَ آدَمَ اْلآسْمَاءَ كُلَّهَا وَقَدْ أَمَرَنَا نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِحْسَانِهَا فَهَا نَحْنُ نُسَمىِّ هَذَا الْوَلَدَ بِاِسْمٍ يُنَاسِبُ هَذَا الْبَلَدَ (.......), اِلَهَنَا اَصْبَحْنَا  عَلَى فِطْرَةِ اْلاِسْلاَمِ, وعَلَى كَلِمَةِ اْلاِخْلاَصِ وَعَلى دِيْنِ نِبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَعَلَى مِلَّةِ اَبِيْنَا اِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. 

“Ya Allah! Kami mohon kepada-Mu keselamatan pada dunia dan agama kami, tambahan dan keberkahan pada ilmu kami, dan anugerahkan rizki kepada orang-orang yang layak memperoleh rizki. Ya Allah! Sesungguhnya Engkau telah mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama segala sesuatu. Dan Nabi-Mu, Muhammad saw memerintahkan kami supaya membaguskan nama. Sekarang kami menamai bayi tersebut dengan nama yang cocok dengan penduduk kota ini (…..sebut namanya….).
Ya Allah Tuhan kami! Semoga kami lahir diatas dasar (fondasi) fitrah Islam, kalimat ikhlas, agamanya Nabi Muhammad SAW (Islam), dan agamanya bapak kami Nabi Ibrahim, dalam keadaan hanif (luru) lagi muslim (selalu tunduk kepada perintah Allah) dan tidak tergolong musyrik”.


Bisa ditambahkan dengan doa sebagai berikut :

ألَلَّهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ لِسَانًا ذَاكِرًا, وَقَلْبًا شَاكِرًا وَبَدَنًا صَابِرًا وَزَوْجَةً تُعِيْنُنَا فِى الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ, وَ نَعُوْذُ بِكَ يَا رَبَّنَا مِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيْنَا سَيِّدًا, وَ مِنَ امْرَأَةٍ نُشَيِّبُنَا  قَبْلَ وَقْتِ الْمَشِيْبِ, وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَذَابًا لَنَا وَوَبَالاً عَلَيْنَا, وَمِنْ جَارٍ اِنْ رَأَى مِنَّا حَسَنَةً كَتَمَهَا وَ اِنْ رَاَى مِنَّا سَيِّئَةً أَفْشاَهَا, وَتَقَبَّلْ مِنَّا عَقِيْقَتَنَا رَبَّنَا بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

“ Ya Allah! Kami memohon kepadamu lisan yang (senantiasa) berdzikir, hati yang bersyukur, tubuh yang sabar, dan isteri yang dapat membantu kami di dunia dan di akherat. Kami berlindung kepada-Mu dari anak yang memperbudak kepada kami, istri yang menjadikan kami beruban sebelum masanya beruban, harta yang mencelakakan dan merusak kami, dan dari tetangga yang jahat, yang jika melihat kebaikan dari kami ia menyimpannya (tidak menyebut-nyebutnya) dan jika melihat kejelekan kami, ia menyiarkannya. (Ya Allah!) Terimalah aqiqah kami dengan perantaraan rahmat-Mu. Ya Arhama ar-Rahimin.”

 

Abu Nawas



Al-Hasan bin Hani al-Hakami, yang sering dipanggil dengan nama Abu Nuwas atau  Abu Nawas adalah seorang penyair Arab termasyhur pada masa kholifah Harun ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M) dari Dinasti Abbasiyah. Abu Nawas lahir di Ahwas-Iran pada tahun 757 M dan wafat di Bagdad pada tahun 814 M. Ayahnya adalah tentara kholifah Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Dinasti Bani Umaiyah yang beribu kota di Damaskus. Ibunya yang bernama Jelleban, adalah seorang wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. (bulu domba).

Ayahnya meninggal dunia ketika Abu Nawas masih kecil. Ia lantas dibawa oleh ibunya merantau ke kota Basrah. Di sana, ia belajar bahasa dan sastra Arab kepada dua orang sastrawan Arab yaitu : Abu Zaid dan Abu Ubaidah. Selain itu, ia juga berkesempatan belajar ilmu Hadis kepada Abdul Walid bin Ziyad, Mu’tamir bin Sulaiman, Yahya bin Sa’id al-Qattan, dan Azhar bin Sa’d as-Samman, serta belajar Al-Qur’an kepada Ya’kub al-Hadrami.

Seorang penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, sangat kagum dan tertarik dengan bakat kepenyairan Abu Nawas. Lantas ia membawa Abu Nawas ke kota Ahwaz. Setelah itu ke kota Kufah. Di kota ini, Abu Nawas belajar kepada Khalaf al-Ahmar, seorang penyair Arab terkemuka saat itu. Penyair itu kemudian menyuruh Abu Nawas pergi berdiam di pedalaman padang pasir, hidup bersama-sama dengan kabilah Arab Badui, agar ia bisa menghayati dan memperhalus pengetahuan bahasa Arabnya selama setahun. Setelah itu, Abu Nawas pindah ke kota Bagdad dan berkumpul dengan para penyair di kota itu. Ia pun bergaul dengan beberapa Amir dan menggubah puisi pujian bagi mereka.

Berita tentang kepandaian Abu Nawas dalam berpuisi, sampailah ke istana kholifah Harun Ar-Rasyid, melalui seorang musikus istana, Ishaq al-Mausuli. Abu Nawas dimintanya agar bersedia menjadi penyair istana (syair al-bilad) dengan tugas khusus menggubah puisi-puisi pujian untuk sang Khalifah.
Pada suatu ketika, Abu Nawas melantunkan puisi yang menghina kabilah Arab Mudhor. Hal ini membuat sang Khalifah murka, dan menjebloskannya ke penjara. Setelah bebas, Abu Nawas menghindar dari kehidupan sang Khalifah, kemudian mengabdi kepada pembesar istana dari keluaga Barmak, yang pada akhirnya pembesar itu dibinasakan oleh sang Khalifah  pada tahun 803 M.

Sejak hancurnya keluarga Barmak, Abu Nawas memutuskan untuk pergi ke negeri Mesir. Ia menggubah puisi-puisi untuk dipersembahkan kepada gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Setelah Harun ar-Rasyid meninggal dunia, Abu Nawas kembali lagi ke kota Baghdad dan menjadi penyair istana bagi Khalifah al-Amin, putra Harun Al-Rasyid.

Puisi-puisi gubahan Abu Nawas terdiri atas beberapa tema, yang meliputi tema pujian (madh), satire (hija’), kehidupan zuhud (zuhdiyah), lelucon dan senda gurau (mujuniyat). Puisi mujuniyat-nya terkadang melampaui batas kesopanan dan merendahkan ajaran agama, sehingga ia dicap sebagai penyair fasik atau zindik.

Puisi khumroyat-nya membuatnya dikenal sebagai “Penyair Khomer”, karena ia pertama kali mengangkat khamar, minuman haram, sebagai tema puisi-nya. Dalam puisi khumroyat-nya ini, ia menguraikan tentang kelezatan dan keburukan khomer, tentang buah anggur beserta proses pemerasan dan pengolahannya, tentang rasa khomer beserta warna dan buahnya, juga tentang perilaku edan para peminumnya yang sedang mabuk. Pada masa GENDENG-nya ini, ia memperolok Hadis-hadis Nabi yang melarang minum khomer. Karena menurutnya, khomer dapat menenangkan hati yang risau dan gundah, dan dapat membuatnya hidup bersenang-senang dengan para wanita cantik yang menuangkan khomer ke dalam gelasnya.

Tetapi pada masa menjelang akhir hayatnya, ia mengoreksi dan membuang puisi-puisi masa lalunya, lalu menggantinya dengan puisi-puisi yang semuanya bertemakan kehidupan zuhud. Didalam syairnya tersebut, ia mengungkapkan rasa peyesalannya, ia bertobat atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, kemudian dibarengi dengan keinginannya untuk menjalani kehidupan zuhud,. Yaitu pola hidup menjauhi semua kesenangan duniawi, demi meraih kebahagiaan ukhrowi.

Syair-syair Abu Nawas dihimpun dalam “Diwan Abi Nuwas” dan diterbitkan di Wina (1855); di Greifswarld (1861), cetakan litografi di Cairo (1277 H/1860 M); Beirut (1301 H/1884 M); dicetak di Bombay (1312 H/1894 M); dan Cairo (1898 dan 1932). Puisi itu dihimpun dari tulisan berbentuk manuskrip yang tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, Bodliana, dan Mosul. Penerbitan pertama tahun 1855 diedit oleh A. Von Kremer dalam bahasa Jerman dengan judul “Diwan des Abu Nowas des grossten lyrichers Dichter der Araber”.
Diantara syairnya itu, adalah syair "ILAAHI LASTU LILFIRDAUSI AHLAN  *  WALAA AQWAA 'ALAN-NAARIL JAHIIMI …. dst." yang hampir setiap ba'da sholat jum'at dibaca kaum muslimin.
  

إِلَهِيْ  لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ#
وَلاَ أَقْوَى عَلَى النَّارِ الْجَحِيْمِ


Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan  @    
wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim


فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِي #
فَإنّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ


Fa hablii taubatan waghfir zunuubii   @     
fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi

Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar


ذُنُوْبِي مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ #
فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالْجَلاَلِ

Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali   @     
fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali

Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan


وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ  #  
وَذنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي


Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumi   @     
wa dzambii zaa-idun kaifah timaali

Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya


إِلَهِيْ عَبْدُكَ الْعَاصِي أَتَاكَ   #   
مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ

Ilaahii 'abdukal 'aashii ataaka   @     
muqirran bidzdzunuubi wa qad da'aaka

Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu


فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلٌ  #   
فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُوْ سِوَاكَ

Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun   @     
wa in tathrud faman narjuu siwaaka

Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni,
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau.

Hizib kaum Syadziliyyah


Hizib Ikhfak 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. إِحْتَجَبْتُ بِنُورِ اللهِ الدَّائِمِ الْكَامِلِ, وَتَحَصَّنْتُ بِحِصْنِ اللهِ الْقَوِيِّ الشَّامِلِ, وَرَمَيْتُ مَنْ بَغَى عَلَىَّ بِسَهْمِ اللهِ وَسَيْفِهِ الْقَاتِلِ,

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Ihtajabtu binuu-rillaahid-daa-imil kaamil. Watahash-shantu bi hishnillaahil-qawiyyis-syaamil. Waramaitu man baghaa ‘alayya bisahmillaahi wasaifihil qaatil. 

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Aku bersembunyi (berlindung) di balik nur Allah yang selalu sempurna. Aku berbenteng dengan benteng Allah yang kuat lagi meliputi/memuat; aku melempar orang yang berbuat jahat kepadaku dengan panah dan pedang Allah yang mematikan.

اَللَّهُمَّ يَاغَالِبًا عَلَى أَمْرِهِ, وَيَاقَائِمًا فَوْقَ خَلْقِهِ, وَيَاحَائِلاً بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ, حُلْ بَيْنِى وَبَيْنَ الشَّيْطَانِ وَنَزْغِهِ, وَبَيْنَ مَالاَ طَاقَةَ لِى بِهِ مِنْ خَلْقِكَ أَجْمَعِيْنَ. 

Alloohumma yaa ghaaliban ‘alaa amrih, wayaa qaa-iman fauqa khalqih, wayaa haa-ilan bainal mar-i waqalbih. Hul bainii wabainas-syaithaani wanazghih, wabaina maa laa thaaqata lii bihii min khalqika ajma’iin. 

Ya Allah! Wahai Dzat Yang mengatasi urusan-Nya. Wahai Dzat Yang Berdiri (Mengurusi) diatas makhluk-Nya. Wahai Dzat Yang menjadi Pemisah antara seseorang dengan hatinya. Pisahkan antara aku dan syetan beserta godaannya, (antara aku) dan dari semua makhluk-Mu yang tidak ada kemampuan buatku untuk mengatasinya.

اَللَّهُمَّ كُفَّ عَنِّى أَلْسِنَتَهُمْ, وَ اغْلُلْ  أَيْدِيَهُمْ وَأَرْجُلَهُمْ وَارْبُطْ عَلَى قُلُوبِهِمْ, وَاجْعَلْ بَيْنِى وَبَيْنَهُمْ  سَدًّا مِنْ نُورِ عَظَمَتِكَ, وَحِجَابًا مِنْ قُوَّتِكَ, وَجُنْدًا مِنْ سُلْطَانِكَ, إِنَّكَ حَيٌّ قَادِرٌ مُقْتَدِرٌ قَهَّارٌ.

Alloohumma kuffa ‘annii alsinatahum, waghlul aidiyahum wa-arjulahum, warbuth ‘alaa quluubihim, waj’al bainii  wabai-nahum saddan min nuuri ‘azhamatik, wahijaaban min quwwatik, wajundan min sulthaanik, innaka hayyun qaadirun muqtadirun qahhaar. 

Ya Allah! Jauhkanlah dariku lisan-lisan mereka; kuncilah tangan-tangan dan kaki-kaki mereka; ikatlah hati mereka’ jadikan antara aku dan mereka tirai dari Nur Keagungan-Mu, tabir dari Kekuatan-Mu dan tentara dari Kesultanan-Mu, karena sebenarnya Engkau Maha Hidup Abadi, Kuasa, Berkuasa/mampu, lagi Pemaksa.

اَللَّهُمَّ أَغْشِ عَنِّى أَبْصَارَ اْلأَشْرَارِ وَالظَّلَمَةِ حَتَّى لاَ أُبَالِى بِأَبْصَارِهِمْ.

Alloo-humma aghsyi ‘annii abshaaral asyraari wazh-zhalamati hattaa laa ubaalii bi-abshaarihim. 

Ya Allah! Tutupi (butakan) dariku mata orang-orang yang jahat dan zhalim, sehingga aku tidak (begitu) mempedulikan mata mereka.

يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالأَبْصَارِ. يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِلاولِي الأَبْصَارِ.

Yakaadu sanaa barqihii yadzhabu bil-abshaar yuqallibulloohul laila wan-nahaara inna fii dzaa-lika la’ibratan li-ulil abshaar. 

Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara  Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. 

بِسْمِ اللَّهِ كهيعص . بِسْمِ اللَّهِ حمعسق. كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيْمًا تَدْرُوهُ الرِّيَاحِ. هُوَ اللَّهُ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ. يَوْمَ اْلاَزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلاَ شَفِيعٍ يُطَاعُ. عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ. فَلاَ أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ, الْجَوَارِ الْكُنَّسِ, وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ. وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ.  ص وَالْقُرْءَانِ ذِي الذِّكْرِ. بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ.

Bismillaah, Kaaf Haa Yaa ‘Aiin Shaad. Bismillaah, Haa miim ‘aiin siin qaaf. Kamaa-in anzalnaahu minas-samaa-i fakhtalatha bihii nabaatul ardhi fa-ashbaha hasyiiman tadzruuhur-riyaah.  
Huwal-loohulladzii laa ilaaha illaa huwa ‘aalimul ghaibi was-syahaadati huwar-rahmaanur-rahiim.  Yau-mal aazifati idzil quluubu ladal hanaajiri kaazhimiina maa lizh-zhaalimiina min hamiimin walaa syafii’in yuthaa’. ‘Alimat nafsun maa ahdharat. Falaa uqsimu bilkhunnasil jawaaril kunnasi, wal-laili idzaa ‘as’asa, wash-shub-hi idzaa tanaffas.  Shaad. Walqur-aani dzidz-dzikr, balilla-dziina kafaruu fii ‘izzatin wasyiqaaq.

Dengan menyebut asma’ Allah, Kaaf haa yaa ‘aiin shaad. Dengan menyebut asma’ Allah, haa miim ‘aiin siin qaaf.
Seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. 
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 
... hari yang dekat (hari kiamat, yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa`at yang diterima syafa`atnya. 
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.
Shaad, demi Al Qur'an yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. 

 شَاهَتِ الْوُجُوهِ ( 3 × ),وَعَمِيَتِ الأَبْصَارُ, وَكَلَّتِ اْلأَلْسُنُ, وَوَجِلَتِ الْقُلُوبُ, جَعَلْتُ خَيْرَهُمْ بَيْنَ أَعْيُنِهِمْ وَشَرَّهُمْ تَحْتَ أَقْدَامِهِمْ, وَخَاتَمَ سُلَيْمَانَ بَيْنَ أَكْتَافِهِمْ, لاَ يَسْمَعُونَ وَلاَ يُبْصِرُونَ وَلاَ يَنْطِقُونَ بِحَقِّ  كهيعص.

Syaahatil wujuuh (Dibaca 3 x).
Wa’amiyatil abshaar, wakallatil alsun, wa wajilatil quluub. Ja’altu khairahum baina a’yunihim, wasyarrahum tahta aqdaamihim, wakhaatama sulaimaana baina aktaafihim, laa yasma’uuna walaa yubshiruuna walaa yanthiquuna bihaqqi kaaf haa yaa ‘aiin shaad.

Buruk semua wajah, buta semua mata, menjadi kelu semua lesan, dan merasa takut semua hati. Aku jadikan kebaikan mereka didepan mata mereka dan kejahatan mereka di atas telapak kaki mereka, dan setempel Nabi Sulaiman diantara pundak-pundak mereka, sehingga mereka tidak (mampu) mendengar, melihat dan berbicara, berkat kebenaran kaaf haa yaa ‘aiin shaad.

فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ(3×).
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ (3×)

Fasayakfiikahumullooh. Wa huwas-samii’ul ‘aliim (Dibaca 3 x).  Inna waliyyiyalloohulladzii nazzalal kitaaba wahuwa yatawallas-shaalihiin. (Dibaca 3 x)

Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. 

حَسْبِيَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (7×), بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَجِيدٌ. فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ.

Hasbiyalloohu laa ilaaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul ‘arsyil ‘azhiim (7 x).  Bal huwa qur-aanum-majiid. Fii lauhimmahfuuzh.  

“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung". 
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. 

اَللَّهُمَّ احْفَظْنِى  مِنْ فَوْقِى وَمِنْ تَحْتِى, وَعَنْ يَمِيْنِى وَعَنْ شِمَالِى وَمِنْ خَلْفِى وَمِنْ أَمَامِى, وَمِنْ ظَاهِرِى وَمِنْ بَاطِنِى, وَمِنْ بَعْضِى وَمِنْ كُلِّى, حُلْ بَيْنِى وَبَيْنَ مَنْ  يَحُولُ  بَيْنِى وَبَيْنَكَ, يَاأَللهُ يَاأَللهُ يَاأَللهُ, وَ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ, وَصَلىَّ الله عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْليمًا.

Alloohummahfazhnii min fauqii wa min tahtii, wa’an yamiinii wa’an syimaalii, wamin khalfii wamin amaamii, wamin zhaahirii wamin baathinii, wamin ba’dhii wamin kullii. Wahul bainii wabaina man yahuulu bainii wabainak. Yaa Allooh, Yaa Allooh, Yaa Allooh, walaa haula walaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘azhiim. Washallalloohu ‘alaa sayyidinaa muhammadinin-Nabiyyill ummiyyi wa’alaa aalihii washahbihii wasallama tasliimaa.

Ya Allah! Peliharalah aku (mulai) dari arah atasku, bawahku, kananku, kiriku, belakangku, depanku, zhahirku, batinku, sebagianku dan keseluruhanku. Jadikan tirai antara aku dan orang  yang membuat tirai anrara aku dan Engkau. Ya Allah! Ya Allah! Ya Allah! Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan Allah kepada junjungan kita Muhammad, seorang Nabi yang buta huruf, beserta keluarga dan para sahabat. 


Hizib 'Izzah


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. رَبِّ أَوْقِفْنِى مَوْقِفَ الْعِزِّ وَالْكَمَالِ, وَالْبَهْجَةِ وَاْلجَلاَلِ, حَتَّى لاَ أَجِدَ فِيَّ ذَرَّةً وَلاَ دَقِيْقَةً إِلاَّ وَقَدْ غَشِيَهَا مِنْ عِزِّ عِزِّكِ مَا يَمْنَعُهَا مِنَ الذُّلِّ لِغَيْرِكَ, حَتَّى اُشَاهِدُ ذُلَّ مَنْ سِوَاىَ لِعِزَّتِى بِكَ مُؤَيَّدًا بِرَقِيْقَةٍ مِنَ الرُّعْبِ, يَخْضَعُ لِى بِهَا كُلُّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ, وَجَبَّارٍ عَنِيْدٍ, وَأَبْقِ عَلَيَّ ذُلَّ الْعُبُودِيَّةِ فِى الْعِزَّةِ بَقَاءً يَبْسُطُ لِسَانَ اْلإِعْتِرَافِ, وَيَقْبِضُ لِسَانَ الدَّعْوَى, إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْقَهَّارُ,
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِين وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Rabbi auqifnii mauqifal ‘izzi wal kamaal, wal bahjati wal jalaal, hattaa laa ajida fiyya dzarratan walaa daqiiqatan illaa waqad ghasyiyahaa min ‘izzi ‘izzika maa yamna’uhaa minadz-dzulli lighairika hattaa usyaahida dzulla man siwaaya li’izzatii bika mu-ayyadan biraqiiqatin minar-ru’bi, yakhdha’u lii bihaa kullu syai-thaanim-mariid, wajabbaarin ‘aniid. Wa abqi ‘alayya dzullal ‘ubuudiyyati fil ‘izzati baqaa-an yabsuthu lisaanal i’tiraaf, wa yaqbidhu lisaanad-da’waa, innaka antal ‘aziizul jabbaarul mutakabbirul qahhaar. 
Waqulilhamdu lillaahil-ladzii lam yattakhidz waladan walam yakun lahuu syariikun fil mulki walam yakun lahuu waliyyun minadz-dzulli wakabbir-hu takbiiraa.
Sub-haana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun. Wasalaamun ‘alal mursaliin. Wal-hamdulillahi rabbil ‘aalamiin.

“Dengan menyebut asma’ Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku! Tempat-kanlah aku pada posisi kemuliaan dan kesempurnaan, keindahan dan keagungan, sehgingga aku tidak menemukan pada diriku satu atom (dzarrah) dan sesuatu yang sangat kecil pun, selain bahwa sebagian dari keluhuran kemuliaan-Mu telah terselimuti oleh kehinaan selain-Mu yang menjadi penghalangnya, sehingga aku menyaksikan kehinaan orang selainku disebabkan kemuliaanku bersama-Mu, dikuatkan dengan halusnya perasaan takut (kepada-Mu), yang dengannya semua syetan yang terkutuk dan orang yang angkuh lagi keras kepala menjadi takluk kepa-daku. Kekalkan sikap merendah dalam beribadah atas diriku dalam kemuliaan/keagungan, suatu kekekalan yang membuat lisan berani menyatakan pengakuan dan mencabut gugatan/dakwaan. Karena Engkau benar-benar Maha Mulia, Maha Perkasa, Maha Sombong lagi Maha Pemaksa.
Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. 
Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan Pemelihara alam semesta.



Hizib Zajr

بسم الله الرحمن الرحيم  

آمَنْتُ بِاللهِ, وَاعْتَصَمْتُ بِحَوْلِ اللهِ,  وَتَحَصَّنْتُ بِحِصْنِ اللهِ, وتَوَكَّلْتُ عَلَى الله, وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ, بِاسْمِ اللهِ الْخَالِقِ اْلأَكْبَرِ, وَهُوَ حِرْزٌ مَانِعٌ مِمَّا أَخَافُ وَأَحْذَرُ, لاَقُدْرَةَ لِمَخْلُوقٍ مَعَ قُدْرَةِ الْخَالِقِ, يُلْجِمُهُ بِلِجَامِ قُدْرَتِهِ, وَكَانَ اللهُ قَوِيًّا عَزِيْزًا.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.Aamantu billaah, wa’tashamtu bihaulillaah, watahash-shantu bi hishnillaah, watawakkaltu ‘alallooh, walaa haula walaa quwwata illaa billaah, bismillaahil khaa-liqil akbar, wahuwa hirzun maani’un mimmaa akhaafu wa ahdzaru, laa qudrata limakhluuqin ma’a qudratil khaaliq, yuljimuhuu bilijaami qudratih, wakaanalloohu qawiyyan ‘aziizaa.

“Dengan menyebut asma’ Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Aku beriman kepada Allah. Aku berpegang teguh pada kekuatan Allah. Aku berbenteng (berlindung) dengan benteng Allah. Aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Besar. Dia adalah Tempat berlindung yang menangkis sebagian apa saja yang aku takuti dan aku khawatiri. Tiada kekuatan /kemampuan bagi makhluk berserta kekuatan Tuhan Yang Maha Pencipta, Yang memberinya kendali dengan kendali kekuatan-Nya. Allah adalah Maha Kuat lagi Maha Gagah Perkasa.
  
نَحْنُ فِى كَنَفِ اللهِ, نَحْنُ فِى كَنَفِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, نَحْنُ فِى كَنَفِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, نَحْنُ فِى كَنَفِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ,

Nahnu fii kanafillaah, nahnu fii kanafi ra-suulillaah shallalloohu ‘alaihi wasallam, nahnu fii kanafil qur-aanil ‘azhiim, nahnu fii kanafi bis-millaahir-rahmaanir-rahiim.  

Kami didalam naungan Allah. Kami didalam naungan Rasulullah saw. Kami didalam naungan Al Qur’an Yang Agung. Kami didalam naungan ‘Bismillaahir-rahmanir-rahim.


أَلْفُ أَلْفِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلَى أَكْتَافِنَا نُشِرَتْ. أَلْفُ أَلْفِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلَى قُلُوْبِنَا حُشِرَتْ. أَلْفُ أَلْفِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلَى رُؤُوسِنَا نُصِبَتْ. أَلْفُ أَلْفِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ تَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَاعَةِ السُّوءِ إِذَا حَضَرَتْ. أَلْفُ أَلْفِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ دَارَتْ بِنَا سُورًا كَمَا دَارَتْ بِمَدِيْنَةِ الرَّسُولِ,

Alfu alfi laa ilaaha illalloohu muhammadur-rasuululloohi ‘alaa aktaa-finaa nusyirat. Alfu alfi laa ilaaha illalloohu muhammadur-rasuululloohi fii quluubinaa hu-syirat. Alfu alfi laa ilaaha illalloohu muham-madur-rasuululloohi ‘alaa ru-uusinaa nushibat. Alfu alfi laa ilaaha illalloohu muhammadur-rasuululloohi tahuulu bainanaa wabaina saa’atis-suu-i idzaa hadharat. Alfu alfi laa ilaaha illalloohu muhammadur-rasuululloohi daarat binaa suuran kamaa daarat bimadiinatir-rasuul.

Sejuta ‘laa ilaaha illallooh, muhammadur-rasuu-lullah’ terbentang di atas pundak-pundak kami. Sejuta ‘laa ilaaha illallooh, muhammadur-rasuulullah’ terkumpul didalam hati-hati kami. Sejuta ‘laa ilaaha illallooh, muhammadur-rasuulullah’ terpasang diatas kepala-kepala kami. Sejuta ‘laa ilaaha illallooh, muhammadur-rasuulullah’ bila hadir, ia menghalangi antara kami dan saat yang jelek. Sejuta ‘laa ilaaha illallooh, muhammadur-rasuulullah’ mengelilingi kami seba-gai pagar, sebagaimana ia mengelilingi kota Rasulullah, Madinah.


سُبْحَانَ مَنْ أَلْجَمَ كُلَّ مُتَمَرِّدٍ بِقُدْرَتِهِ, سُبْحَانَ مَنْ نَفَذَ فِى كُلِّ شَيْئٍ حُكْمُهُ, وَأَحَاطَ عِلْمُهُ بِمَا فِى بَرِّهِ وَبَحْرِهِ, سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَاءَ نَفْسِهِ, وَزِنَةَ عَرْشِهِ, وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ, وَمَبْلَغَ عِلْمِهِ وَآيَاتِهِ, جَلَّ رَبِّى وَقَدَرَ, عَزَّ رَبِّى وَقَهَرَ, وَاللهُ الْمُعِيْنُ لِمَنْ صَبَرَ, وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ,

Sub-haana man aljama kulla mutamarridin biqudratih. Sub-haana man nafadza fii kulli syai-in hukmuhu wa ahaatha ‘ilmuhuu bimaa fii barrihii wabahrih. Sub-haanalloohil ‘azhiimi wa bihamdihii ‘adada khalqihii waridhaa-a nafsihii wazinata ‘arsyihii, wamidaada kalimaatihii wa mablagha ‘ilmihii wa aayaatih. Jalla rabbii wa qadar, ‘azza rabbii wa qahar, walloohul mu’iinu liman shabar, wala-dzikrulloohi akbar.

Maha Suci Dzat Yang mengekang setiap orang yang durhaka terhadap kekuasaan-Nya. Maha Suci Tuhan Yang hukum-Nya berlaku pada segala sesuatu, dan Ilmu-Nya meliputi apa saja yang ada di darat-Nya dan di laut-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung dan Dengan memuji-Nya sebanyak bilangan makhluk-Nya, kerelaan Diri-Nya, bobot ‘arasy-Nya, panjang kalimat-Nya, serta batas/akhir ilmu- dan ayat-ayat-Nya. Tuhanku Maha Agung dan Maha Kuasa. Tuhanku Maha Gagah Perkasa dan Maha Memaksa. Allah adalah Penolong orang yang sabar. Ingat kepada Allah sungguh sangat besar.


اللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ, وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ, وَاْلهَادِى إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ, صَلاَةً تُفْتَحُ لَنَا بِهَا أَبْوَابُ الرِّضَا وَالتَّيْسِيْرِ, وَتُغْلَقُ بِهَا عَنَّا أَبْوَابُ الشَّرِّ وَالتَّعْسِيْرِ, وَتَكُونُ لَنَا بِهَا وَلِيًّا وَنَصِيْرًا, أَنْتَ وَلِيُّنَا وَمَوْلاَنَا, فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ. 

Alloohumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhamma-dinil faatihi limaa ughliq, wal khaatimi limaa sabaq, nashiril haqqi bil-haqq, wal haadii ilaa shiraathikal mustaqiim, wa ‘alaa aalihii washah-bihii haqqa qadrihii wamiqdaarihil ‘azhiim, sha-laatan tuftahu lanaa bihaa abwaabur-ridhaa wat-taisiir, watughlaqu biha ‘annaa abwaabus-syarri wat-ta’siir, watakuunu lanaa bihaa waliyyan wanashiiraa, anta waliyyunaa wa maulaanaa, fani’mal maulaa wani’man-nashiir.

Ya Allah! Limpahkan rahmat ta’zhim kepada junjungan kita Muhaammad, pembuka apayang terkunci, penutup apa yang mendahului, penolong kebenaran dengan kebenaran, penunjuk ke jalan-Mu yang lurus, dan (semoga dilimpahkan) kepada keluarga dan sahabatnya dengan sebenar-benar  kehormatan dan derajatnya yang agung. Yaitu shalawat yang dengan perantaraannya terbukalah bagi kami pintu-pintu ridha dan kemudahan, tertutup dari kami pintu-pintu keburukan dan kesulitan, dan  menjadi pelindung dan penolong bagi kami. Engkau, Ya Allah, Pelindung dan Penolong kami, karena Engkau adalah sebaik-baik Pelindung dan Penolong.


كَمْ أَبْرَأَتْ وَصِبًا بِاللَّمْسِ رَاحَتـُهُ *
وَأَطْلَقَتْ أَرِبًا مِنْ رِبْقَةِ اللَّمَمِ
مَنْ يَعْتَصِمْ بِكَ يَاخَيْرَ الْوَرَى شَرَفًا *
فَاللهُ حَافِظُهُ مِنْ كُلِّ مُنْتَقـِمِ
وَمَنْ تَكُنْ بِرَسُولِ اللهِ نُصْرَتُــهُ *
إِنْ تَلْقَهُ اْلأُسْدُ فِى آجَامِهَا تَجِمِ

Kam abra-at washiban billamsi raahatuhuu *
wa-athlaqat ariban min ribqatillalami
Man ya’tashim bika yaa khairalwaraa syarafan *
Falloohu haafizhuhuu min kulli muntaqimi.
Waman takun birasuulillaahi nushratuhuu *
In talqahul usdu fii aajaamihaa tajimi

Berapa saja rehatnya menyembuhkan kelelahan dengan sentuhan dan membebaskan orang yang cerdas dari jeratan dosa
Siapa saja yang berpegang teguh pada kehormatan dengan perantaranmu, wahai sebaik-baik makhluk, maka Allah-lah Yang Memeliharanya dari segala penuntut balas.
Siapa saja yang pertolongannya dengan peran-taraan Rasulullah, jika singa-singa bertemu dengan orang itu di sarangnya, singa-singa itu akan kembali memasuki sarangnya.
  
وَصَلىَّ الله عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Washallalloohu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa aalihii washahbihii wasallama tasliimaa. Sub-haana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun, wasalaamun ‘alal mursaliin, walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.

Semoga Allah melimpahkan shalawat (rahmat ta’zhim) dan salam sejahtera kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabatnya.
Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. 

 

Syaikh Nawawi dan sejarah Penerusan


As-Syaikh Nawawi Ashodiq

Mbah Windusari (Syaikh Nawawi Ashodiq) adalah seorang Ulama dan penyebar Agama Islam  asli dari jepara. Beliau Putra ke tiga dari Syaikh Umar Sa’id (Sunan Muria) dr salahsatu Istri Sunan Muria, dan beliau mempunyai dua orang saudara dari satu Ibu yaitu Raden Pabelan dan Kyai Ageng Djalaludin. 

Pada awalnya  Mbah Windu Sari ini disebut Kyai Tunggul namun berganti nama menjadi Syaikh Nawawi Ashodiq karena pernah mondok atau berguru agama pada Sunan Kudus (Sayyid Dja’far Shodiq) dan oleh Sayyid Dja’far Shodiq nama Tunggul diganti menjadi  Nawawi Ashodiq.

Dikisahkan Syaikh Nawawi pada saat berjuang di wilayah wadaslintang menyukai gadis cantik yaitu Putri Gemenggeng yang sekarang menjadi Desa Kali Gowong. Dia datang ke Gemenggeng dan berniat penuh optimis untuk mempersunting putri tersebut, namun Sang Putri ini tidak bersedia menikah dengan Kyai Tunggul, mengetahui cintanya ditolak kemudian Beliau pergi ke sebuah gunung dan membuka Dusun yang kemudian di namai Dusun Windusari, dari itu lah Beliau disebut oleh warga sekitar dengan sebutan Mbah Windusari.

Karena masih merasa sakit hati akibat cintanya ditolak Beliau  bersumpah di puncak gunung Windusari “Bahwa orang windusari tidak akan pernah berjodoh dengan orang Gemenggeng atau Kaligowong” akhirnya Mbah Windusari sampai meninggal tidak menikah, dan sumpahnya tersebut terbukti sampai sekarang warga Windusari tidak ada yang menikah dengan orang Kaligowong, setelah dibukanya dusun tersebut Beliau  berniat membuka sebuah pondok pesantren, namun ntah karena apa hal tidak jadi terlaksana. 

Pada saat tinggal didusun Windusari, Beliau mempunyai suatu hobi yaitu bermain kitiran (baling-baling), dan membuatnya dari kayu walang dengan ukuran yang sangat besar setelah jadi, mbah mengangkat kitiran tersebut ke puncak gunung untuk dimainkan, pada saat kitiran berputar suaranya terdengar sangat jelas seperti suara pesawat terbang, namun sampai sekarang bekas kitiran tersebut belum bisa diketemukan, dan pada saat Beliau mengangkat kitiran tersebut ke pucak gunung, sabit (kudhi) nya terlempar ke gunung merayang yang dipercaya gunung tersebut adalah patahan dari gunung Windusari, kemudian iket dikepala Beliau pun ikut terlempar ke Wonosobo dan ditempat terjatuhnya iket simbah ini oleh masyarakat sekitar dibuat makam namun anehnya jika ada orang berziarah atau nyekar di makam tersebut bila turun hujan orang tersebut tidak kehujanan masih tetap dalam keadaan kering, padahal makam tersebut tidak diberi rumah atau atap, itu menandakan bahwa iket simbah yang selalu melindungi simbah dari panas maupun hujan.

Setelah iket dan sabit (kudhi) terlempar simbah merasa tidak punya apa-apa kemudian turun dari puncak menyuruh anak cucunya untuk meluaskan desa, kemudian mbah ambles bumi di puncak gunung windusari tersebut oleh masyarakat sekitar kepergian mbah bukan karena meninggal dunia tetapi mngamblaskan diri kedalam bumi dan menandai makamnya dengan dua batu berbentuk segitiga yang ditancapkan di tanah, dan di depan makamnya tersebut ada pohon pandan bercabang tiga yang konon dipercaya pohon tersebut dulu keluar air yang digunakan untuk wudlu oleh mbah windusari dan pohon tersebut tidak bisa dipotong sembarangan.

Menurut juru kunci makam bahwa alam sekitar makam adalah rumah simbah yang sangat megah dan terdapat sebuah sumur dengan timba dan gayung emas yang dipercaya sebagai sumur untuk mandi mbah windu pada masa hidupnya, sumur tersebut bernama sumur sinangka dan sumur tersebut oleh Mbah Windu digunakan sebagai irigasi sawah melalui talang emas, pada waktu itu sawah yang diairi oleh simbah yaitu sawah yang berada di desa sumbersari dan desa kaligowong di masa itu dan dipercayai bila ada orang yang bisa mandi disumur Mbah Windusari orang tersebut akan kebal dari benda-benda tajam, selain itu disebelah utara makam juga terdapat rumput-rumput yang sangat hijau dan tinggi yang dipercaya sebagai pakan sapi-sapi simbah Windusari karena dulu mbah Windusari mempunyai sapi yang sangat besar dalam jumlah yang sangat banyak, berwarna hitam dan putih. Si juru kunci tersebut mengetahui semua itu, diberi tahu oleh mbah Windusari melalui mimpi atau seolah-olah mendatangi ke rumah juru kunci, dan bila dlihat secara kasat mata sekitar makam hanya kebun pinus biasa dan ada aliran sungai kecil.

Di gunung windusari ini terdapat gambar sapi berwarna putih diatas batu hitam yang disebut dengan sapi gemarang dan setiap malam jum’at kliwon dan selasa kliwon sapi tersebut akan berbunyi dan jika ada sapi warga yang menjawab bunyi sapi gemarang, sapi tersebut akan gila. Tapi sekarang gambar sapi gemarang itu sudah tidak bunyi lagi karena terkena petir, tapi dipercayai bahwa sapi itu masih hidup hanya kaget terkena petir, ini menjadi bukti bahwa dulu mbah windusari memang memelihara sapi dan konon sebelah utara makam itu adalah rumput-rumput yang hijau tinggi yang mungkin sebagai pakan sapi-sapinya. 

Selain itu bukti lainnya adalah sumur suci atau sumur keramat diatas batu yang berada sekitar 700 m dari makam mbah Windusari yang dipercayai bocoran dari sumur sinangka milik mbah windusari, sumur keramat tersebut airnya dianggap suci, sangat jernih dan dapat langsung diminum.

Sampai sekarang makam mbah Windusari ( Syaikh Nawawi Ashodiq) banyak didatangi oleh peziarah untuk mendo’akannya, namun anehnya jika pada malam hari datang kesana untuk mendo’akan dengan baca surat yasin meskipun tidak ada penerangan semua akan terasa terang dan bisa membaca surat yasin tersebut, terkadang mbah windusari ini juga menampakkan dirinya pada peziarah yang datang. Namun ada juga yang datang ke makam untuk melakukan ritual-ritual secara kejawen, itu pun kalo permintaannya di kabulkan akan didatangi sosok ghaib biasanya berwujud binatang buas.


Nilai yang terkandung dalam folklor tersebut adalah nilai sosial karena folklor itu sebagai alat untuk menyatukan orang-orang dari berbagai kalangan yang datang untuk ikut menghormati atau mendo’akan misalnya pada saat khaulnya mbah Windusari, dan dalam folklor tersebut juga mengajarkan tentang ajaran sosial misalnya saat sumur sinangka digunakan  oleh mbah windusari untuk mengairi sawah-sawah di desa sekitarnya. Folklor ini juga mengandung nilai religi karena banyak orang datang untuk mendo’akan dan setiap khaulnya diadakan pengajian dan do’a-do’a bersama.


Fungsinya yaitu sebagai alat pemersatu antara kebudayaan atau tradisi orang jawa yang biasanya datang ke makam untuk napak tilas atau mundhi meminta sesuatu hal bagi dirinya dengan orang islam yang datang untuk berziarah mendo’akan mbah Windusari (Syaikh Nawawi Ashodiq).


Mbah Windusari ini aslinya adalah seorang Ulama dan pejuang Islam yang membuka dusun di pegunungan dan diberi nama dusun Windusari yang berada di desa Erorejo kecamatan Wadaslintang kabupaten Wonosobo, sehingga masyarakat sekitar menyebutnya mbah Windusari dan sekarang menjadikan makamnya tersebut sebagai punden.


As-Syaikh Rohmatulloh

As-Syaikh Rohmatulloh pendiri Desa Panerusan kec Wadaslintang adalah seorang tokoh Ulama yang unggul dlm Ilmu serta kegigihannya dalam berjuang .dan oleh masyarakat sekitar disebut dengan Mbah Penerusan. 

Beliau bernama Syaikh Rohmatulloh bin Muhammad bin Nur Rohmat (Sunan Sendang Duwur). Beliau murid Sunan Drajad. 

Dan pada masa Demak Beliau di Perintahkan oleh Sultan Trenggono untuk menyebarkan pengetahuan Agama Islam bersama Raden Burhanuddin (Mbah Lerik) ke wilayah Panjer. Dan diperintahkan untuk Berguru pada Syaikh Muhammad 'Ishom Alhasany di Somalangu.dan meminta petunjuk pada Syaikh untuk wilayah perjuangan.

Setelah menimba ilmu di Pesantren Somalangu Beliau Berdua dititahkan untuk melakukan perjalanan ke arah utara, sambil menyebarkan pengetahuan Agama serta mencari tempat untuk bermukim. Hingga suatu ketika sampailah di sebuah hutan yang lebat serta di pegunungan. Rombongan pun berhenti untuk istirahat dan dalam beberapa hari rombongan menetap di hutan tersebut.

Pada suatu malam Syaikh Rohmatulloh mendapatkan firasat agar menetap di tempat tersebut untuk berdakwah dan membuka perkampungan. 

Keesokan harinya hal tersebut disampaikan pada semua Rombongan termasuk Raden Burhanuddin. Dan setelah ada kesepakatan perhitungan hari maka dimulai lah pembabatan hutan untuk dijadikan lahan pemukiman dan lahan pertanian. Lambat laun tempat baru tersebut semakin maju. Kepemimpinan Syaikh Rohmatulloh dan Raden Burhanuddin di akui oleh masyarakat sebagai pemimpin masyarakat dan pembimbing rohani.

Pada suatu ketika datanglah seorang yang sangat berwibawa dan di segani.. kedua tokoh pun menyambut tamu yang datang dengan sangat gembira 
Beliau yang datang tiada lain adalah Kanjeng Sunan Kalijogo. Kakek dari Raden Burhanuddin.
Setelah mengucapkan salam dan penyambutan Kanjeng Sunan pun segera paring Pangendikan... 

Duh thole wayah ingsun sak kloron. Midangetno djarwaningsun kanti widjang satolo-tolo.
Kedua tokoh pun menjawab "sendiko dawuh"
Jeneng Siro Rohmatulloh, wus dadi kersaning Gusti yen to Jeneng Siro dipesthi mapan ono ing papah kene, kanggo ngluhurake Asmane Gusti ugo Kanjeng Nabi sarto ngayahi jejibahaning Agomo Suci.
Lan Sliramu Burhanuddin, Jeneng Siro kudu nerusake laku golek papan panggonan kang ing papan kono ono watu kang gumantung , kanggo mukim ing dino sepuhmu. Lan ingsun paring paweling marang Siro yen keprungu kekabaran Angger Pemanahan sumedyo babad alas Mentaok. Jeneng Siro Burhanuddin kudu siogo cancut taliwondo ambiyantu marang Keluargo Selo kang bakal Babad Alas.

Kedua tokoh pun menyanggupi atas semua perintah Kanjeng Sunan Kalijogo.

Kanjeng Sunan pun meneruskan pengendikan

Lan kanti sineksen bumi langit sak isine lan ugo kanti Ridho Dalem ALLOH ginandeng ono ing papan kene iku dudu panggonan pungkasaning jejibahan. Mulo papan kene ingsun paringi aran Penerusan. Pinongko dadi tondoning jejibahaning manungso iku durung ono rampunge lan kudu tansah diterusake.

Lan Sliramu Rohmatulloh kudu biso tansah ngrembakaake kahanan warising ngelmu soko poro winasis kanggo anjejegake Agomo Suci ono ing papan kene nganti tumekaning patimu.
Lan Siro Burhanuddin age2 oncat soko Penerusan anggoleki watu kang gumantung.

Koyo mung iku kang ingsun wedjangake marang jeneng siro sak kloron.

Raden Rohmatulloh dan Raden Burhanuddin pun menyanggupi. Dan setelah uluk salam Kanjeng Sunan pun hilang dari pandangan mata para hadhirin di waktu itu.

Keesokan harinya Raden Burhanuddin beserta rombongan berpamitan pada Raden Rohmatulloh untuk mengemban tugas dari Kanjeng Sunan.

Demikian lah riwayat asal mula nama desa Penerusan yang penuh dengan makna dan filsafat kehidupan.

Semoga para sesepuh pinisepuh senantiasa di ampunkan segala dosa dan kesalahan serta di terima segala amal ibadah dan kebaikan oleh ALLOH SWT
Dan kita sebagai manusia zaman sekarang semoga bisa mengambil suritauladan pada Beliau2 para sesepuh untuk berjuang di zaman modern seperti sekarang ini.

Sejarah Kutoarjo


Kutoarjo awal mulanya bernama Semawong sejarah diawali dengan pertama kalinya berdirinya Mataram Islam oleh Danang Sutowijoyo atau Panembahan Senopati Loring Pasar putra dari Ki Ageng Pemanahan, pada masa itu nama Semawung sudah ada dan semawung sendiri berasal dari nama saudagar benang dari Cina yang bernama Sie mau wong yang tinggal disitu. pada waktu itu Danang Sutowijoyo memperistri putri dari Ki Ageng Panjawi penguasa Pati yang juga sahabat ayahnya Ki Ageng Pemanahan, yang bernama Dewi Waskitajawi untuk di jadikan permaisuri yang nantinya bergelar Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan melahirkan Mas Jolang.        

Danang Sutawijayakemudian mendirikan Kesultanan Mataram tahun 1587.  Putara pertama Ki Ageng panjawi yang bernama Wasis Jayakusuma menjadi Adipati Pati bergelar Adipati Pragolo 
Adipati Pragola Pati I Secara suka rela ia tunduk kepada Mataram karena kakaknya dijadikan permaisuri utama bergelar Ratu Mas, sedangkan Mas Jolang sebagai putra mahkota. 

Pada tahun 1890 Pragola ikut membantu Mataram menaklukkan Madiun. Pemimpin kota itu yang bernama Panembahan  Rangga Jemuna (putra bungsu Sultan Trenggana Demak) melarikan diri ke Surabaya.

Putri Panembahan Ronggo Jumeno yang bernama Retno Dumilah diambil Panembahan Senopati sebagai permaisuri kedua.

Peristiwa ini membuat Pragola sakit hati karena khawatir kedudukan kakaknya (Ratu Mas) terancam. Ia menganggap perjuangan Panembahan Senopati sudah tidak murni lagi. Pemberontakan Pati pun meletus tahun1600. Daerah-daerah di sebelah utara Pegunungan Kendeng dapat ditaklukan Pragola.

Panembahan Senopati mengirim Mas Jolang yang tak lain adalah keponakan Wasis Jayakusuma/Adipati Pragola Pati I ,untuk menghadapi pemberontakan Pragola paman dari Mas Jolang. Paman dan keponakan akhirnya bertempur, Kedua pasukan bertemu dekat Prambanan. Pragola dengan mudah melukai keponakannya itu sampai pingsan.

lalu Panembahan Senopati berangkat untuk menumpas Pragola. Menurut
Babad Tanah Jawi, Ratu Mas sudah merelakan kematian adiknya. Pertempuran terjadi di Prambanan. Pasukan Pragola kalah dan mundur ke Pati. Panembahan Senopati mengejar dan menghancurkan kota itu. Akhirnya, Adipati Pragola pun hilang tidak diketahui nasibnya.

Wasis Jayakusuma/Adipati Pragola Pati I mempunyai putra :
1. Raden Mas Tdjoemantoko.
2. Kanjeng Ratu Beroek/Putri Moertisari.
3. Raden Mas Baoeredjo.

Setelah dewasa Raden Mas Tdjoemantoko oleh sepupunya anak dari Budenya yang bernama Raden Mas Jolang yang telah menjadi Raja menggantikan ayahhandanya, menjadi sultan Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram (lahir: Kotagede, - wafat: Krapyak, 1613) adalah raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613. Ia juga sering disebut dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak". Tokoh ini merupakan ayah dari Sultan Agung, raja terbesar Mataram yang juga pahlawan nasional Indonesia.

Raden Mas Tdjoemantoko diangkat menjadi Tumenggung di Semawung tlatah bagelen oleh sepupunya  sultan Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram dan Raden Mas Tdjoemantoko diberi gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko. setelah Raden Tumenggung Tdjoemantoko wafat dan di makamkan di bukit Satria desa kaliwatubumi kecamatan Butuh yang masyarakat juga sering menyebut dengan MBAH GIRI TDJUEMANTOKO. 

Kemudian putra beliau yang bernama Raden Mas Kowoe/Ki kowoe menggantikan ayahhandanya menjadi Tumenggung Semawung dengan gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko II.

Raden Tumenggung Tdjoemantoko II mempunyai putra bernama Raden Mas Gatoel. setelah dewasa Raden Mas Gatoel  ingin mencari pengalaman, oleh ayahhandanya Raden Mas Kowoe/Ki kowoe mengijinkan dan disuruhnya mengabdi Kepada Adipati Jojokusumo di Kadipaten Gombong. disana Raden Mas Gatoel pertama kalinya menjadi prajurit biasa saja. kepandaian Raden Mas Gatoel dalam olah kanuragan dan keprajuritan sangat bagus kemudian beliau dijadikan pengawal pribadi "kajineman"Adipati Jojokusumo mengawal sowan ke Mataram , makanya Raden Mas Gatoel juga disebut dengan Kyai/Ki Jinem.

Setelah Raden Mas Kowoe/Ki kowoe atau Raden Tumenggung Tdjoemantoko II wafat dan di makamkan di desa kuwurejo maka otomatis kedudukannya digantikan Raden Mas Gatoel/Ki Jinem dengan gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko III.

Konon Raden Tumenggung Tdjoemantoko III suka berkelana sempat menemukan pusaka kraton didalam kayu jati di daerah bruno Pusaka keris kecil yang bernama Kyai Sawunggalih, setelah itu  Raden Tumenggung Tdjoemantoko III dalam tidurnya bermimpi kalau itu adalah Pusaka Kraton dan minta untuk dikembalikan, lalu pusaka itu dikembalikan di kraton dan diterima dengan senang hati oleh Raja.

Raden Tumenggung Tdjoemantoko III.mempunyai putra bernama Raden Mas Bancak. setelah Raden Tumenggung Tdjoemantoko III wafat dan di makam kan di bukit Satria desa kaliwatubumi kecamatan Butuh. maka kedudukan diteruskan oleh putranya yang bernama Raden Mas Bancak dengan gelar Tumenggung Bantjik Kertonagoro Sawunggalih I setelah wafat digantikan putranya yang bergelar Tumenggung Bantjik Kertonagoro Sawunggalih II, pada saat itu pusat pemerintahan dipindah dari Semawung kembaran ke Semawung Daleman.

Sesudah Tumenggung Bantjik Kertonagoro Sawunggalih II wafat, diganti oleh menantunya Raden Mas Soerokusumo yang sebelumnya menjabat patih di kabupaten ambal (kebumen). pada saat pemerintahan Raden Mas Soerokusumo pusat pemerintahan dari semawung daleman dipindah ke desa Senepo dan Senepo diganti nama Kutoarjo. Raden Mas Soerokusumo menjadi Bupati pertama di Kutoarjo bergelar Raden Adipati Aryo Soerokusumo. dalam catatan ditemukan pertumbuhan perdagangan di kutoarjo lebih maju di banding kabupaten Purworejo, di kutoarjo waktu itu banyak pengrajin tenun dan barang pecah belah dari tanah liat. semawung diperkirakan merupakan daerah perdagangan yang cukup ramai, saat itu banyak pedagang-pedagang Cina berdatangan. Raden Adipati Soerokusumo setelah wafat dimakamkan di makam Ageng Loano, pengganti RAA Soerokusumo atas kebijaksanaan Sunan Pakubuwono bukan putra RAA Soerokusumo, tetapi dipilih dari pejabat yang langsung kerabat kraton Surakarta yakni RAA Pringgo Atmodjo yang memerintah sampai tahun 1870.

masa pemerintahan Raden Adipati Soerokusumo membangun kantor kabupaten diatas tanah seluas 8 hektar, sampai berakhirnya pemerintahan Raden Adipati Soerokusumo pembangunan belum selesai dan dilanjutkan oleh RAA Pringgo Atdmodjo sampai tahun1870 sudah lengkap dengan Alun-alun kutoarjo. waktu itu dibangun pula rumah kepatihan yang kini menjadi kantor kecamatan Kutoarjo. sedangkan rumah dinas dan kontrolir yang terletak di dusun tegal desa senepo sebagian masih utuh dan sekarang dijadikan untuk Mapolsek Kutoarjo, kantor Landraad/kejaksaan di sudut alun-alun Kutoarjo.

Waktu pemerintahan RAA Pringgo Atdmodjo kabupaten Kutoarjo dibagi menjadi empat kawedanan yakni :
 Kemiri, Pituruh, Grabag/ketawang, dan Purwodadi.
sedang masjid Jamik Kutoarjo dibangun tahun 1860 lengkap dengan kantor pengadilan agama atau pengulu.
Tahun 1875 masjid jamik Kutoarjo dipugar oleh RAA Poerbo Atdmodjo.

pesatnya perdagangan di kutoarjo setelah dibangun rel kereta api yogyakarta - Purwokerto tahun1880 - 1885 kemudian pada tahun 1890 dibangun rel kereta dari kutoarjo - purworejo.

Berikut nama - nama penguasa di Kadipaten Semawung terus menjadi Kabupaten Kutoarjo yang awal mulanya wilayahnya luas sampai purworejo :

1. Raden Tumenggung Tdjoemantoko I. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
2. Raden Mas Kuwu/Raden Tumenggung Tdjoemantoko II.
3. Raden Mas Gatoel/Ki Jinem/Raden Tumenggung Tdjoemantoko III. ( makamnya di Kelurahan semawung kembaran, kutoarjo )
4. Raden Bantjak/Tumenggung bantjik notonagoro Sawunggalih I. ( makamnya di Kelurahan semawung kembaran, kutoarjo )
5. Tumenggung bantjik notonagoro Sawunggalih II. (  makamnya di Kelurahan semawung daleman, kutoarjo )
6. RAA Soerokusumo. ( makamnya di Pesarean Ageng loano )
7.RAA Pringgo Atmodjo sampai tahun 1870.  ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi dekat makam  Raden Tumenggung Tdjoemantoko I )
8.RAA Toerkidjo Poerbo Atdmodjo 1870 - 1915. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
9. RAA Poerbo Hadikoesoemo 1915 - 1933. 
    
Penguasa - Penguasa Di kabupaten Kutoarjo adalah masih trahing kusumo rembesing madu yang valid bahkan masih ada garis keturunan dari RM. Said atau kanjeng Sunan Kali jogo.

RAA Toerkidjo Poerbo Atdmodjo ahli pembangunan Bendungan 

Selama ini banyak orang menyangka, pembangunan bendungan di Kutoarjo dan purworejo ditangani oleh para ahli dari belanda. Namun sejarah menunjukkan bendungan di Kutoarjo dan purworejo yamg dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda ditangani oleh arsitek bendungan pribumi yang bernama Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo putra RAA Pringgo Atdmojo Bupati kedua kabupaten Kutoarjo.

 Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo sejak muda dikenal sebagai seorang yang senang pada tehnik bangunan air, akhirnya mendapat kesempatan belajar di kalkuta India untuk mempelajari masalah irigasi.

Di Kalkuta India  Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo mempelajari tehnik bangunan bendungan sungai gangga. setelah kembali, pengetahuan yang didapat dari India diterapkan didaerahnya. RAA Tjokronegoro II minta dibangunkan bendungan di sungai Bogowonto. atas keberhasilannya membangun bendungan Boro, akhirnya diangkat sebagai mantri Bendungan atau mantri Pengairan.

Selain bendungan dan selokan yang mengambil air dari sungai Bogowonto, Raden Mas Toerkidjo membangun pula bendungan sawangan di sungi jali, bedono, dan gebang. bendungan-bendungan tersebut antara lain :

- Bendungan sawangan di Sungai Jali.
- Bendungan Bandung di Sungai Jali.
- Bendungan Siwatu di sungai Jali.
- Sluis Saudagaran.
- Sluis Suren.
- Saluran Loning.

sedang dari Sungai bedono dan Gebang dibangun pula :

- Bendungan pekatingan.
- bendungan Kedung Gupit.
- Bendungan Kalimeneng.
- Dam Rebug.
- Saluran Kali Anyar.

Hampir semua bendungan yang dibangun pada masa Raden Mas Toerkidjo meskipun umurnya sudah tua dan lebih dari satu abad masih banyak yang kokoh. Termasuk Sluis suren hingga saat ini masih berfungsi baik.

Raden Mas Toerkidjo yang dikenal sebagai ahli tehnik bangunan air, pada tanggal 19 Oktober 1870 dengan surat keputusan Gubernur Jendral Pemerintah Hindia Belanda di Bogor diteteapkan menjadi Bupati Kutoarjo bergelar RAA Toerkidjo Poerboatmodjo

Bupati yang dikenal ahli bangunan irigasi, pada tanggal 30 Juli 1887 mendapat gelar adipati atau lengkapnya disebut Raden adipati Toerkidjo poerboatmodjo.
Kemudian pada tanggal 01 oktober 1910 kembali medapat gelar Pangeran, hingga wafatnya bernama Pangeran Toerkidjo poerbo Atmodjo dimakamkan di Gedung Papak Bukit Satria desa Kaliwatubumi Kecamatan Butuh.

Sejarah kutoarjo atau dulu yang bernama semawung lebih tua daripada purworejo yang dulu bernama brengkelan, (bukan Bagelen) sejarah kutoarjo dimulai dengan adanya Mataram Islam dan penguasa - penguasanya masih garis keturunana Ningrat/kraton, Purworejo sendiri awal mulanya masih kekuasaan kutoarjo tapi karena kekuasaan belanda juga intrik belanda di Kraton, lalu Belanda membuat kadipaten baru yang bernama Purworejo/brengkelan dengan mengangkat seorang abdi dalem/mantri gladak menjadi Bupati serta karena prestasinya di mata Penjajah Belanda yang beliau dapat melawan pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro dan membunuh pangeran - pangeran di gunung kelir. makanya hari jadi purworejo dicari pada masa hindu, bukan dari Bupati pertama brengkelan/Purworejo dilantik pada 30 juni 1830 , karena tidak punya nilai Nasionallisme juga contoh yang buruk bagi generasi muda.

Nama adipati sawunggalih diabadikan dengan nama kereta api kebanggan masyarakat Kutoarjo, sekolah, hotel, poletehnik dan sebagainya. pertanyaannya sekarang kapan ya kutoarjo menjadi sebuah kota admistratif ataupun kota madya? hari jadi kutoarjo tentunya semenjak Tumenggung Djumantoko I menjadi penguasa di kutoarjo.

Sebenarnya  banyak penguasa Di Kadipaten Semawung/Kutoarjo yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro tanpa sepengetahuan Belanda, makanya untuk mengawasi gerak - gerik para Bupati Kutoarjo Belanda menempatakan pengawas di Dusun Tegal yang sekarang digunakan untuk Kantor Mapolsek Kutoarjo.

Makam Raden Tumenggung Djumantoko I sering diziarahi oleh para pejabat tinggi Negara termasuk Hb IX dan HB X.kalu ada pejabat atau orang yang punya hajat misal pilihan Lurah, Bupati, dan gubernur berziarah ke Gunung Satria.

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...