Rabu, 18 November 2020

sejarah Kerajaan Sintang dan Pangeran Kuning


Asal-usul Kerajaan Sintang bermula dari kedatangan seorang tokoh penyebar agama Hindu bernama Aji Melayu yang datang ke Nanga Sepauk (Sekarang Kecamatan Sepauk) pada abad ke-4. Bukti-bukti kedatangan Aji Melayu dapat dilihat dari temuan arkeologis berupa Arca Putung Kempat dan batu berbentuk phallus yang oleh masyarakat setempat disebut Batu Kelebut Aji Melayu.
Putung Kempat adalah istri Aji Melayu yang kemudian menurunkan raja-raja di Sintang. Di daerah ini juga ditemukan batu yang menyerupai lembu serta makam Aji Melayu.

Pendirian Kerajaan Sintang dilakukan Demong Irawan, keturunan kesembilan Aji Melayu, pada sekitar abad ke-13. Demong Irawan mendirikan keraton di daerah pertemuan Sungai Melawi dan Sungai Kapuas yaitu di Kampung Kapuas Kiri Hilir sekarang. Mulanya daerah ini diberi nama Senetang, yaitu kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai.

Lambat laun penyebutan Senentang berubah menjadi Sintang. Sebagai lambang berdirinya kerajaan itu, Demong Irawan yang memakai gelar Jubair Irawan I menanam sebuah batu yang menyerupai buah kundur. Batu itu kini berada di halaman Istana Sintang.
Sampai saat ini, kompleks Istana Sintang masih terawat dengan baik. Bahkan menjadi kediaman Sultan Sintang, yaitu Pangeran Ratu Sri Negara H.R.M Ikhsan Perdana.

Dari teras bangunan utama, wisatawan dapat memandang taman rumput yang cukup luas di halaman depan istana, juga dermaga kecil, serta pertemuan aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi yang lazim masyarakat di Sebut Saka Tiga.
Dengan menunjungi Istana Kesultanan Sintang, pengunjung akan melihat berbagai benda sejarah. Seperti gundukan tanah yang berasal dari kerajaan Majapahit, Meriam Raja Suka, Meriam Anak Raja Suka sebanyak 7 buah, Meriam Raja Beruk, Kampak Batu, Alat Musik Suku Dayak yaitu Kecapi dan lain-lain.

Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai macam benda-benda bersejarah di istana ini. Di halaman istana, Anda dapat menyaksikan sebuah meriam dan situs batu kundur, yaitu sebuah batu peninggalan Demong Irawan sebagai lambang berdirinya Kerajaan Sintang.

Di serambi depan istana, para turis dapat melihat salinan Undang-undang Adat Kerajaan Sintang, serta silsilah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sintang. Ada pula koleksi meriam dalam berbagai ukuran, peralatan-perlatan dari logam seperti talam, kempu, dan bokor, koleksi senjata seperti tameng dan tombak, naskah Al-Quran tulisan tangan pada masa Sultan Nata, berbagai macam stempel dan surat-surat kerajaan, serta foto-foto dan lukisan Raja-raja Sintang.

Istana ini juga masih menyimpan barang-barang hantaran Patih Logender (seorang perwira dari Majapahit) ketika meminang Putri Dara Juanti (putri Demong Irawan—pendiri Kerajaan Sintang), antara lain seperangkat gamelan, patung garuda dari kayu, serta gundukan tanah dari Majapahit.

Untuk mencapai istana pengunjung dapat menggunakan bus atau mobil sewaan dari Kota Pontianak (Ibukota Provinsi Kalbar) menuju Kota Sintang yang jarak tempuhnya sekitar 8 jam. Dari Kota Sintang, tepatnya di Terminal Pasar Durian, wisatawan dapat menumpang perahu motor untuk menyeberang Sungai Kapuas menuju istana. Selain itu, bisa langsung menggunakan kendaran darat melewati jembatan Sungai Kapuas dengan menggunakan sepeda motor dan nanti akan menemukan Tulisan ” Selamat Datang di Komplek Kraton Al Mukarramah Sintang”.

 Sejarah tentang Dara Juanti berlayar ke tanah Jawa bukanlah hal yang baru. Tatkala ditelusuri akanmembawa kita kepada kilas balik sejarah di awal tahun 1400 M. Betapa tidak? Kita tidak mungkin menafikan, atau menghilangkan begitu saja nama kerajaan besar di tanah Jawa. Kaitannya sangat erat dengan cikal bakal raja-raja Sintang selanjutnya, dan tidak bisa terlepas dari keberadaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Sebab nama Patih Lohgender tercantum dalam sejarah Majapahit, sebagai seorang patih pada masa pemerintahan Dewi Suhita yang bergelar Ratu Kencana Wungu turunan ke 6 dari Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit tahun 1292.

Dalam perjalanan mencari abangnya Demong Nutup yang konon ditawan oleh kerajaan Majapahit. Saat tiba di tanah Jawa terjadi pertemuan yang singkat antara Patih Lohgender dengan Dara Juanti, situasi di kerajaan Majapahit semakin memanas, seakan-akan menunggu kehancuran karena perebutan tahta kekuasaan yang mengakibatkan perang saudara, dimana Bhre Wirabumi (dikenal sebagai Minak Jinggo) Raja Belambangan memberontak. 

Ia tidak setuju dengan pengangkatan Dewi Suhita sebagai raja, Sebab ia merasa lebih berhak duduk di tahta Kerajaan Majapahit. Pararatonmencatat, Perang Paregreg (perang yang berangsur-angsur) yang berlangsung tahun 1401 – 1406 M antara Wikramawardhana-Bhre Wirabhumi terjadi pada tahun Saka naga-loro-anahut-wulan atau 1328 Saka (1406 M).

Kembali kepada pertemuan antara Patih Lohgender dengan Putri Dara Juanti di tanah Jawa, tersirat beberapa ujian yang diberikan oleh Patih Lohgender kepada Putri Dara Juanti sebagai bukti apakah Demong Nutup itu benar abangnya atau bukan. Ujian pertama adalah Dara Juanti dan Demong Nutup diminta untuk berbaring diatas satu buah pelepah daun pisang. Artinya apabila pelepah daun pisang itu pecah, maka mereka bukanlah saudara. Setelah melakukan ujian itu ternyata pelepah daun pisang sebagai alas untuk keduanya berbaring tidak pecah. Artinya mereka berdua benar-benar saudara.

Setelah melewati ujian pertama, Patih Lohgender masih belum puas, dia ingin membuktikan siapa sosok ksatria yang penampilannya mirip perempuan. Patih Lohgender menguji lagi untuk melompat sebuah sungai, karena menurut kepercayaan masyarakat di Majapahit saat itu apabila yang melangkahi sungai itu betul-betul seorang perempuan, maka dengan seketika dia akan datang menstrusai/haid akan keluar. 

Dara Juanti terdiam sejenak karena takut penyamarannya diketahui oleh Patih Lohgender. Tetapi tiba-tiba datang seekor burung elang yang selalu menemani Putri Dara Juanti menghampirinya seolah-olah berkata segera untuk melakukan ujian itu. Dengan penuh percaya diri Dara Juanti melakukannya tiba-tiba burung kesayangannya itu langsung menabrak dada Dara Juanti dan burung itu mengoyak dadanya sendiri sehingga darah segarpun bercucuran. Dengan melihat darah yang itu Patih Lohgender begitu yakin bahwa dalam penyamaran itu adalah seorang perempuan.

 Tetapi betapa kagetnya Patih Lohgender ketika Dara Juanti mengatakan bahwa darah itu adalah darah burung sembari menunjukan burung yang ada ditangannya. Namun saat itu Putri Dara Juanti kembali melompati sungai itu untuk menghampiri Patih Lohgender lagi, dan tanpa disadaripenutup kepala Putri Dara Juanti terlepas. Dan pada akhirnya Putri Dara Juanti membuka semua tutup kepalanya dan menguraikan rambutnya yang panjang. Betapa kagetnya Patih Lohgender ketika melihat wajah cantik yang dihadapannya memiliki ilmu kenuragaan yang tinggi, yang ternyata kecurigaannya memang benar terjawab bahwa itu sosok wajah perempuan yang menyamar sebagai laki-laki.

Setelah dua ujian itu mampu dilewati oleh Putri Dara Juanti dan Patih Lohgender mengakui kehebatan dan keberanian Putri Dara Juanti. Sikap pemberani Putri Dara Juanti itu membuat seorang Patih dari kerajaan Majapahit terkagum-kagum. Tetapi apa yang dikatakan oleh Patih Lohgender pada saat itu ?.... Wahai Tuan Putri… ketahuilah..! jangankan untuk membawa abangmu pulang ke negeri asal mu, satu genggam tanah di majapahit pun tidak aku ijinkan untuk dibawa. Dara Juanti terus berusaha untuk memohon kepada Patih Lohgender, dan pada akhirnya iapun menjawab, saya siap membebaskan abang-mu dan mengijinkan untuk dibawa pulang ke negeri-mu, tetapi ada persyaratannya. Dara Juanti kaget dan bertanya… Apa persyaratannya tuan..? Dengan enteng Patih Lohgender menjawab “ Abang mu akan bebas asalkan tuan putri bersedia menikah dengan ku”.

Betapa terkejutnya Dara Juanti mendengar persyaratan yang diminta oleh Patih Lohgender dan sejenak terdiam seribu bahasa, dan pada akhirnya terjawab juga. Baiklah Tuan… saya bersedia, tetapi tuan harus memenuhi persyaratan ku juga yaitu “Tuan harus datang ke negeri dimana tempat ku berada”. Setelah keduanya sama-sama sepakat dan masing-masing menerima dan setuju dengan persyaratan, Dara Juanti segera membawa abangnya pulang ke negeri Sintang.

Singkat sejarah, setelah perang usai, Dewi Suhita (Ratu Kencana Wungu) memerintahkan kepada Temenggung Arya Kembar untuk mengasingkan kedua putra Patih Lohgender dan melepaskan semua jabatan dari struktur pemerintahan majapahit. Sejak kedua putranya diasingkan oleh Dewi Suhita, sebagai seorang ayah Patih Lohgender merasa malu dengan perbuatan kedua putranya, Patih Logender pun mengundurkan diri dan melepaskan semua jabatannya dari struktur pemerintahan kerajaan Majapahit. Dan pada akhirnya Patih Logender memutuskan untuk pergi ke Borneo tepatnya di negeri Sintang dimana tempat Puteri Dara Juanti memerintah sebagai seorang raja/ratu.

Kedatangan Patih Lohgender di Negeri Sintang memang benar-benar memenuhi persyaratan yang diminta oleh Dara Juanti. Tidak hanya itu, tetapi kecantikan Putri Dara Juanti itu sendiri yang membuat hati seorang Patih dari Majapahit rela melepaskan semua jabatanya untuk mencari jalan bagaimana caranya untuk dapat bertemu. Dengan menempuh perjalanan yang begitu jauh serta melelahkan, pada akhirnya Patih Lohgender tiba juga di negeri Sintang. Setibanya di negeri Sintang, betapa kagetnya Patih Lohgender, ternyata ksatria yang dia jumpai di pelabuhan Tuban itu adalah seorang raja muda yang arif dan bijaksana.

Singkat sejarah, akhir dari semua itu keduanya saling menyukai. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Patih Logender meminang Puteri Dara Juanti kepada abangnya Demong Nutup. Namun pinangan itu ditolak oleh Demong Nutup dengan syarat pinangan itu akan diterima apabila Patih Lohgender sanggup mengeluarkan 40 orang kepala dan 20 orang gadis yang masih suci, keris elok tujuh berkepala naga serta barang lainya. Mendengar persyaratan itu Patih Logender kembali ke Jawa untuk menyiapkan persyaratan yang diminta oleh Demong Nutup untuk meminang adiknya Dara Juanti.

Kesempatan yang baik tidak disia-siakan oleh Patih Lohgender, berbekal pengalaman sebagai seorang patih di Majapahit dan juga sebagai seorang seniman, Patih Lohgender memanfaatkan waktu di desa kelahirannya yaitu desa Loh untuk mempersiapkan semua persyaratan pinangannya kepada Putri Dara Juanti. Yang lebih istimewa sebagai hasil karyanya adalah tiang penyangga gong besar yang diukir dengan bentuk ular naga sebagai penguasa sungai / laut yang di puncaknya terdapat burung Garuda bermahkota sebagai penguasa dunia atas. 

Selain itu juga terdapat sebongkah tanah yang disebut tanah Majapahit, Seperangkat Alat Musik Gamelan, Sebuah keris elok tujuh yang merupakan salah satu senjata pusaka Majaphit yang bernama Keris Naga Serinti, 40 orang kepala dan 20 orang gadis yang masih suci, serta busana cindai disebut Gerising Wayang yang merupakan kelengkapan pakaian mulai dari mahkota seperti yang terdapat dipuncak gantungan gong yang disebut juga dengan Jamang Mustika. Dengan membawa persyaratan yang diminta dan semuanya telah disiapkan barulah Patih Lohgender kembali lagi ke negeri Sintang untuk diserahkan kepada Putri Dara Juanti.

Peristiwa Tanah Tanjung merupakan sebuah tempat yang sangat berharga pada pusat pemerintahan di kerajaan Sintang. Akibat dari masuknya pemerintah Belanda yang menjadikan Tanah Tanjung sebagai tempat mendirikan benteng pertahanan, dari itu mulainya sejarah perjuangan Pangeran Kuning yang selalu membela kebenaran dan keadilan. 

Pangeran Kuning adalah seorang yang bijaksana serta tepat menjadi pemimpin dan tidak benar jika memandang pangeran ini sebagai seorang pemberontak. Keteguhan dan keberanian rupanya sangat membantu perjuangannya melawan kolonialisme dan akhirnya membuahkan hasil. Prinsip yang dipegang teguh oleh Pangeran Kuning adalah seorang yang budi pekertinya jujur, menepati janji dan seorang pangeran yang meduduki posisi sebagai wazir II di kerajaan Sintang pada masa pemerintahan Pangeran Adipati Surya Negara Muhammad Djamaluddin sebagai raja. 

Ketokohan Pangeran Kuning bukan saja memiliki pengetahuan mendalam tentang seluk-beluk hukum agama tetapi sangat terampil pula dalam hukum Adat.
Seperti yang sudah dikatakan diatas, bahwa Pangeran Kuning adalah seorang pahlawan besar, yang sejak didalam pemerintahan kerajaan Sintang sebagai orang yang tidak menerima kehadiran kolonial Belanda di Sintang sudah diakui, baik oleh rakyat Sintang sendiri, maupun oleh musuh-musuh (kolonial Belanda). 

Kenyataan ini dapat dibuktikan pada perlawanan-perlawanan beliau. Sejak Pangeran Kuning meninggalkan istana untuk melawan kolonial Belanda. Dengan demikian, tentulah beliau tidak akan bisa melupakan tentang kejadian-kejadian yang menyebabkan politik pemerintah di kerajaan Sintang diambil alih pemerintah kolonial Belanda.
Perang perlawanan terhadap kolonial yang dilakukan oleh laskar perlawanan di wilayah Sintang dibawah pimpinan Pangeran Kuning berlangsung ± 35 tahun (1822-1857). Bukti-bukti peninggalan sejarah sebagian besar telah musnah, para pelaku sejarah sudah kembali kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang tersisa hanyalah catatan (manuscrips) dan tempat bersejarah sebagai saksi bisu yang mampu mengungkapkan peristiwa perlawanan ke permukaan yang patriotik dan heroik pada zamannya. 

Tentang perlawanan dimaksudkan itu, pihak kolonial Belanda sendiri telah mengakuinya sebagaimana termuat di dalam laporannya:pertama, Historische Aanteekeningen, Jaar 1889”,kedua, “Chronologish-Ta Bellarisch Overz Icht Gesciedenis Garniz Oens-Bataljon De Westera Deeling Van Borneo. (Opgericht Ingevolge Gouvts. Besluit ddo. 8 Mei 1856) No. 10 (Kon. Nesluit dd. 2 Augustus 1853 Letter E.14). Mutaties, Veldtochten. Uitstekende Daden, Byzondere Verrichtingen En Ontvangen Beloeningan”.

Dengan adanya pengakuan dari pemerintah kolonial Belanda tersebut, berarti ada bukti tertulis yang tak terbantahkan tentang kebenaran, keberadaan dan keabsahan perang melawan kolonialisme Belanda di wilayah Sintang. Disamping itu memang tidak ada pemberontakan lain sebagai aksi perlawanan yang dimaksud yang terjadi pada kurun waktu dari tahun 1822 (saat pemerintah kolonial Belanda tiba di Sintang), dan pada tahun 1825 meletuslah gerakan perlawanan pertama kalinya yang dipimpin oleh Pangeran Kuning di Sintang yang pada akhirnya sampai beliau wafat ditahun 1857 perang terus berkecamuk, sehingga keputusan Gubernur Jendral Belanda dengan mengeluarkan pernyataan bahwa bagian Sintang pada tanggal 20 Desember 1856 berada dalam keadaan Perang (Darurat). Setelah beliau wafat aksi perlawanan tetap semarak, berkobar, dan berlanjut.

 

Pattimura adalah Muslim Sejati


Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen. 

Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya. 

Nunu oli Nunu seli Nunu karipatu Patue karinunu (Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan menggantinya). 

Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. 

Dari ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang patriot yang berjiwa besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis. Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah versi pemerintah. 

Di bagian lain, Sapija menafsirkan, “Selamat tinggal saudara-saudara”, atau “Selamat tinggal tuang-tuang”. Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis. Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. 

Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu, karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen. Muslim Taat Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). 

Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali. Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. 

Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya. Bandingkan dengan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit. M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”. 

Ada kejanggalan dalam keterangan di atas. Sapija tidak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan. Kemudian ada penipuan dengan menambahkan marga Pattimura Mattulessy. Padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. Di sana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman. 

Jadi asal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari Sapija. Sedangkan Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy. Dan Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku. Berbeda dengan Sapija, Mansyur Suryanegara berpendapat bahwa Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura. Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. 

Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku. Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku Menemukan Sejarah (yang menjadi best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja.” 

Sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, dari sudut pandang antropologi juga kurang meyakinkan. Misalnya dalam melukiskan proses terjadi atau timbulnya seorang kapitan. Menurut Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak. Leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti. Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. 

Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan “kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu bermula. 

Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy Perlawanan rakyat Maluku terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda disebabkan beberapa hal. Pertama, adanya kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Kedua, Belanda menjalankan praktik-praktik lama yang dijalankan VOC, yaitu monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah polisi laut yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Ketiga, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. 

Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya. Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini justru lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada data tertulis dari Belanda yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. 

Di antara petatah-petitih itu adalah sebagai berikut: 

Yami Patasiwa Yami Patalima Yami Yama’a Kapitan Mat Lussy Matulu lalau hato Sapambuine Ma Parang kua Kompania Yami yama’a Kapitan Mat Lussy Isa Nusa messe Hario, Hario, Manu rusi’a yare uleu uleu `o Manu yasamma yare uleu-uleu `o Talano utala yare uleu-uleu `o Melano lette tuttua murine Yami malawan sua mena miyo Yami malawan sua muri neyo 

Artinya (Kami Patasiwa Kami Patalima Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy Semua turun ke kota Saparua Berperang dengan Kompeni Belanda Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy Menjaga dan mempertahankan Semua pulau-pulau ini Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap Mari pulang semua Ke kampung halaman masing-masing Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy) 

Sudah pulang-sudah pulang Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau) Sudah pulang-sudah pulang Ke kampung halaman mereka Di balik Nunusaku Kami sudah perang dengan Belanda Mengepung mereka dari depan Mengepung mereka dari belakang Kami sudah perang dengan Belanda Memukul mereka dari depan Memukul mereka dari belakang) 

Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. 

Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan. 

Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun nama Thomas Mattulessy lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur Suryanegara, memang ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah. 

Ini mirip dengan apa yang terjadi terhadap Wong Fei Hung di Cina. Pemerintah nasionalis-komunis Cina berusaha menutupi keislaman Wong Fei Hung, seorang Muslim yang penuh izzah (harga diri) sehingga tidak menerima hinaan dari orang Barat. Dalam film Once Upon A Time in China, tokoh kharismatik ini diperankan aktor ternama Jet Li. 

Dalam sejarah Indonesia, Sisingamangaraja yang orang Batak, sebenarnya juga seorang Muslim karena selalu mengibarkan bendera merah putih. Begitu pula Pattimura. Ada apa dengan bendera merah putih? merujuk pada hadits Imam Muslim dalam Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani. Di situ tertulis, Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basyyar. Ishaq bercerita kepada kami. Orang-orang lain berkata: Mu’adz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita kepadaku, dari Qatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabiy, dari Tsauban, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah memperlihatkan kepadaku bumi, timur dan baratnya. Dan Allah melimpahkan dua perbendaharaan kepadaku, yaitu merah dan putih”. Demikianlah pelurusan sejarah Pattimura yang sebenarnya bernama Kapitan Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Wallahu A’lam Bish Shawab.*

Ju Panggola (syaikh kilat)



Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan. Ju dalam bahasa Gorontalo yang artinya ya, dan Panggola berarti tua. Jadi, Ju Panggola berarti ya pak tua. 

Menurut sejarah, orang yang dijuluki Ju Panggola itu adalah Ilato yang berarti kilat. Ia adalah seorang Awuliya atau Wali yang menyebarkan agama Islam di Gorontalo dan memiliki kesaktian yang tinggi, yakni mampu menghilang dari pandangan manusia dan dapat muncul seketika jika Negeri Gorontalo dalam keadaan gawat. Ia dijuluki Ju Ponggala, karena ia selalu tampil atau muncul dengan profil kakek tua berjenggot panjang dan mengenakan jubah putih.

Ju Panggola meninggalkan sebuah aliran ilmu putih yang diterapkan lewat bela diri yang oleh masyarakat gorontalo di sebut dengan langga. Semasa masih hidup, Ju Panggola mewariskan ilmunya kepada murid-muridnya dengan cara meneteskan air mata pada mata mereka. Setelah itu, sang murid akan menguasai ilmu bela diri tersebut melalui mimpi atau pun gerakan refleks.

Lokasi Makam Ju Panggola dan Pengambilan Tanah

Makam Ju Panggola termasuk makam keramat dan tanah di sekitar makam itu senantiasa menebarkan bau harum. Menurut sejarah bahwa bukit tersebut pernah dihuni oleh beliau sebagai tempat bermunajat ke hadirat Allah SWT. Setiap pengunjung yang berziarah ke makam itu mengambil segenggam tanah untuk dijadikan azimat. Mereka percaya bahwa tanah tersebut dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit atau memperlancar rezeki. Ajaibnya, walaupun sudah ribuan pengunjung mengambil tanah di sekitar makam itu, namun tanahnya tetap utuh. Bahkan, tanah bekas galian tersebut tidak meninggalkan bekas lubang sedikit pun. Keajaiban tersebut masih dapat disaksikan hingga sekarang ini.

Makam tersebut terdapat dalam sebuah masjid yang bernama Masjid Ju Panggola. Orang gorontalo sering menyebutnya Masjid Quba. Konon, jika seseorang berdoa di masjid tersebut, permohonannya akan dikabulkan. Maka tidak heran, jika banyak pengunjung yang menyempatkan diri shalat dan berdoa untuk memohon kesembuhan dari berbagai penyakit, memperlancar rezeki dan lain sebagainya.

Gerbang Lokasi Makam Keramat Ju Panggola,

Lokasi Makam Ju Panggola terletak di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Makam ini terletak sekitar 7 km dari pusat Kota Gorontalo dan 1 km ke arah barat dari lokasi Benteng Otanaha. Makam keramat ini terletak di atas bukit pada ketinggian 50 meter dari jalan raya. Tepat di perbatasan Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. Walaupun letaknya berada di atas bukit, setiap hari makam ini tidak pernah sepi dari pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Dari atas bukit ini kita dapat melihat keindahan panorama Danau Limboto

Untuk mencapai lokasi, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda empat, roda dua maupun menggunakan kenderaan bentor. Pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk. Dilokasi makam ini belum disediakan fasilitas penginapan bagi pengunjung. Hanya ada beberapa rumah warga yang boleh di gunakan untuk tempat istirahat sejenak bagi pengunjung yang berziarah ke Makam Ju Panggola.

Kisah lain Ju Panggola 

Ju Panggola sesungguhnya adalah gelar, yang artinya ”tokoh yang dituakan”. Orang Gorontalo di zaman dulu selalu mengenal Ju Panggola sebagai kakek tua yang berjubah putih yang panjangnya sampai ke lutut. 

Ia juga dikenal sebagai Ilato atau Raja Kilat, karena perjuangan melawan penjajah Belanda ia mampu menghilang, dan kembali muncul jika negeri dalam keadaan gawat. Karena jasa-jasanya, 

Ju Panggola mendapat gelar adat “Ta Lo’o Baya Lipu” atau “orang yang berjasa kepada rakyat”, sebagai lambang kehormatan dan keluhuran negeri.

Ju Panggola juga dikenal sebagai penyebar agama Islam. Berkat penguasaan ilmu agama yang tinggi, ia tidak saja dikenal sebagai Ulama, tapi juga sebagai Waliyullah. Dan sebagai pejuang, ia juga dikenal sebagai pendekar yang piawai dalam ilmu persilatan di Gorontalo yang disebut Langga. Berkat kesaktiannya, ia tidak perlu melatih murid-muridnya secara fisik, melainkan cukup dengan meneteskan air kepada kedua bola mata sang murid, dan setelah itu, kontan sang murid mendapatkan jurus-jurus silat yang mengagumkan.

Tapi ada versi legenda lain yang menyebutkan bahwa Ilato adalah “Raja”. Namun tidak ada yang dapat memastikan, apakah Ilato Ju Panggola adalah juga Raja Ilato putra Raja Amai yang bergelar “Matoladula Kiki” yang memerintah kerajaan Gorontalo pada 1550 – 1585, dan menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Yang pasti, pada sebuah batu prasasti di bukit yang juga merupakan fondasi masjid Quba, tertera tulisan: Masjid Quba, tempat makam Ta’awuliya Raja Ilato Ju Panggola, Ta Lo’o Baya Lipu, 1673 M, wafat Ahad 1 Muharam 1084 H.

Menurut silsilah pada buku yang bertuliskan huruf Arab Pegon, maka Ju Panggola atau Raja Kilat (Ilato) merupakan titisan dari Raja-Raja besar di Gorontalo seperti Raja Matolodula Kiki, Raja Amay sampai kepada Raja Yilahudu / Matolodulada’a (pendiri Kerajaan Gorontalo). Ju Panggola diganti oleh anaknya sebagai Raja yaitu Raja Humonggilu pada tahun 1673. Anak perempuan Raja Kilat yaitu putri Tataydi adalah Ibu dari Jogugu Limboto, Wadipalapa sedang Putri Otu (anak Ju Panggola) dikawini Raja Walangadi I menghasilkan 9 anak antara lain, Raja Botutihe.
Raja Kilat (Ju Panggola) bersaudara tiga yaitu 
1. Raja Putri Moliye, 
2. Raja Kilat (Ju Panggola), 
3. Padudu. 
Raja Putri Moliye dimakamkan di Gunung di Pelabuhan Gorontalo (Ta toayabu), 
Padudu dimakamkan di Batuda’a pantai dan 
Raja Kilat dimakamkan di Kelurahan Dembe Kecamatan Kota Barat, berdekatan dengan Benteng Otanaha.

Dalam buku yang bertuliskan Huruf Arab Pegon Ju Panggola adalah seorang Aulia karena Aulianya kuburannyaselalu diziarahi oleh orang-orang dari segala penjuru. Jadi Ju Panggola ini bukan seperti cerita orang bahwa beluai adalah Ta Lobutaa To Putito (yang pecah dari telur), karena jelas silsilahnya dan bukan pula kembaran dari Tolangahula.

Adapun Putri Tolangahula (Putri Bulan Purnama) yang merupakan Raja pertama Kerajaan Limboto (1330), bahwa ketika dua orang perempuan yaitu Mbuibungale dan Mbuibintela bertengkar memperebutkan suatu benda yang berkilauan ditengah danau masing-masing mengaku benda itu miliknya. 

Tiba-tiba muncul seorang tinggi besar (Pembono Bulodo II anak dari Buluati, Raja Bolaang dengan istrinya Buluwinadi cucu Raja Suwawa) mengambil benda tersebut yang terbungkus daun teratai, setelah dibuka ternyata seorang bayi perempuan yaitu putri Tolangohula. Lelaki tersebut menanyakan kepada kedua permpuan yang bertengkar itu apa mereka sudah bersuami. Karena keduanya menjawab belum bersuami maka Pembono Bulodo II meminta untuk memperistrikan keduanya dan keduanya menerima pinangan tersebut sedangkan bayi tersebut dipelihara oleh salah satunya yaitu Mbuibungale. 

Perkawinan Pembono Bulodo II dengan Mbuibungale melahirkan anak laki-laki dengan nama Yilumoto (Luneto). Setelah dewasa Yilumoto dan Tolangohula menjadi suami istri.
Jadi dapat dilihat disini bahwa Tolangohula hidup pada sekitar Tahun 1330 sebagai Raja Pertama Kerajaan Limboto, sedangkan Ju Panggola / Aulia atau Raja Kilat / Raja Limboto hidup sekitar Tahun 1500-an.

Seperti halnya banyak legenda, sebuah versi mengatakan, Ju Panggola wafat di Mekah. Tapi versi lain menyebutkan, ia tidak wafat, melainkan raib, menghilang secara gaib. Lantas bagaimana dengan makam di balik mihrab masjid Quba yang di yakini sebagai makam Ju panggola? Menurut Farha Daulima, Budayawan Gorontalo, makam tersebut dibangun oleh warga setempat hanya berkat adanya keajaiban di tanah tempat makam itu kini berada.

Tanah yang berwarna putih itu baunya sangat harum. Menurut penuturan orang-orang tua dulu, Ju Panggola pernah berwasiat, “Dimana ada bau harum dan tanahnya berwarna putih di situlah aku,” di sana pula dulu Ju Panggola tinggal sekaligus berkhalwat. Itulah sebabnya warga setempat menganggap, disana pula Ju Panggola “beristirahat panjang.”

Makam Ju Panggola terdapat dalam sebuah bilik berukuran 3 x 3 m, lantainya dari keramik warna putih, sewarna dengan kain kelambu penutup tembok dinding yang menjuntai menyentuh lantai. Tanah makam berwarna putih dan harum itu sering diambil oleh para peziarah, karena mereka percaya, sejumput tanah makam itu dapat menjadi obat. 

Bahkan ada saja gadis-gadis yang membawa pulang segumpal tanah tersebut untuk digunakan sebagai bedak lulur, bahkan diyakini dapat mempercantik diri dan dapat mempermudah mendapat jodoh.

Dibulan ramadhan, makam ini penuh dengan orang berziarah. atau jika musim paceklik tiba, banyak orang berziarah kesana. Di makam Ju Panggola yang dikeramatkan itu mereka berkhalwat selama tujuh hari sambil berpuasa, membaca shalawat dan berdoa dengan khusuk. Ada pula sebagian peziarah yang melakukan ritus khusus dengan meletakkan sebotol air putih di makam sang Waliyullah selama tiga hari tiga malam. Mereka berharap air itu menjadi obat untuk segala macam penyakit. Wallahu’ A’lam. 

Sejarah Kenabian dan Nasab Rosululloh SAW


                                                                   بسم الله الرحمن الرحيم  

                         اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد 

Sepakat seluruh ahli teologi, ahli sejarah dan ahli-ahli sains lainnya, bahwa manusia pertama yang mengisi planet bumi ini adalah pasangan ayahbunda Adam dan Hawa. Namun, tidak ada catatan pasti kapan kedua bapak manusia tersebut mulai mendiami permukaan bumi kecuali hanya ada beberapa konfirmasi yang telah disebutkan di dalam al-Qur'an, menceritakan awal penciptaan Adam, dari mana dia diciptakan.

 Kemudian diciptakan pula isterinya Hawa, bagaimana mereka berdua menjalani hidup di surga dan beradu kejeniusan dengan malaikat, sampai perseteruan mereka dengan Iblis, hingga akhirnya takdir Allah menentukan kedua bangsa ciptaan Allah tersebut diusir dari surga untuk menjadi musuh abadi di dunia. 

 
Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu (Muhammad) berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi....” (QS: 02: 30)
Allah SWT di dalam Ilmu-Nya telah merencanakan penciptaan bapak manusia dan memposisikannya sebagai pemimpin segala makhluk di muka bumi (khalifa), keputusan tersebut diumumkan Allah kepada segenap Malaikat, hanya saja pada mulanya para hamba Allah yang paling patuh itu, dengan otak malaikatnya menyangsikan kapability manusia sanggup mengemban tugas berat tersebut. Maka Allah SWT meyakinkan kepada mereka, berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketehui", yaitu sambungan ayat tadi.

Proses Penciptaan Adam (manusia):
Kemudian untuk kedua kalinya para Malaikat kembali dikagetkan dengan titah Allah kepada mereka, berfirman:

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِين، إِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Artinya: “(ingatlah Muhammad) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiaannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaan-Ku, maka hendaklah kamu sujud memberi hormat kepadanya”.

Para malaikat kaget bukan karena perintah sujud kepada makhluk yang lebih rendah materi penciptaaya dari pada materi asal mereka yaitu cahaya, sedangkan makhluk baru ini hanya dari tanah kering yang tak ubahnya laksana Tagine Maroko atau tungku tanah liat yang dipakai memasak jaman dulu. Bagi malaikat apapun diperintahkan Allah kepada mereka pasti dikerjakan...

Imperium Pertama di Permukaan Bumi di Mulai:
Setelah Allah SWT mempermaklumkan kepada malaikat kehendak-Nya menciptakan Adam untuk diposisikan menjadi khalifah di planet bumi, maka ketika Adam dan ibunda Hawa menginjakkan kaki dipermukaan bumi, imperium pertama bumipun mulai ditancapkan. Dan syariat Allah pun sudah harus ditegakkan, oleh karena itu Allah senantiasa memberikan bimbingan-Nya kepada Adam melalui wahyu-wahyu-Nya, seperti dalam firman Allah:

إِنَّ الله اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keturunan Ibrahim dan keturunan Imran melebihi segala umat (di masanya masing-masing)”(QS: 03: 33)
Keturunan Adam yang melestarikan kehidupan umat manusia hingga sekarang:

Khalifah Adam dan permaisurinya Hawa mulai menata kehidupan baru mereka di istana bumi, bertanggung jawab masing-masing menghalau iblis yang senantiasa ingin menggagalkan misi mereka, disamping itu mereka berdua juga dituntut untuk melestarikan keturunan umat manusia di muka bumi. 

Menurut beberapa riwayat bahwa Adam dan Hawa setiap kali melahirkan bayinya selalu kembar emas (Laki-laki dan perempuan), oleh karena itu fiqhi munakahat mereka mewajibkan kawin silang, putra pertama menikahi kembaran adiknya begitu pula sebaliknya dan seterusnya, hingga berkembang biak keturunan umat manusia pada fase-fase awal.

Masa itu dikerajaan Adam belum ada pencatatan sipil dan memang belum diperlukan saat itu, sehingga tidak ditemukan arsip yang mencatat berapa anak yang di lahirkan Khalifah Adam dan permaisurinya. Al-Qur'an hanya mencatat tentang ritual pengorbanan yang dilakukan oleh dua putra Adam, yaitu Habil dan Qabil, karena bertikai ingin mengawini gadis kembaran masing-masing, masa itu bertentangan dengan fiqhi mereka. 

Akhirnya Khalifah Adam menengahi dengan memerintahkan masing-masing munajat memohon petunjuk dengan mempersembahkan kurban kepada Allah. Kurban Habil diterima disisi Allah karena disertai dengan ketulusan hati dan niat yang baik, sedangkan kurban Qabil ditolak karena dipenuhi dendam dan dengki. Pada akhirnya terjadi kriminal terbesar pertama dimuka bumi, Qabil dengan dendamnya membunuh dan menumpahkan darah saudaranya sendiri dan menyesal sampai hari kiamat....

Kisah-kisah Adam as selengkapnya di dalam al-Qur'an, baca: (QS: 2: 30-38; 3: 33, 84; 6: 2; 7: 11-12, 19-34; 15: 28, 33; 19: 59; 20: 22, 115-122; 22: 5; 23: 12; 30: 20; 32: 7; 35: 11; 38: 71, 76; 40: 67).
Silsilah 25 Rasul, beberapa orang nabi dan tokoh-tokoh monumental lainnya:

Adapun putra mahkota satu-satunya yang diabadikan dalam sejarah, pewaris tahta Adam dan meneruskan keturunan umat manusia sampai sekarang ini adalah Nabi SHETS, kemudian dari keturunan keempat Sheth yang bernama Yartid menurunkan nabi dan rasul Allah selanjutnya setelah Adam as, yaitu nabi IDRIS as rasul ke-2.  Lihat: (QS: 19: 56-57; 21: 85).

Nabi Idris dan pasangannya melahirkan Malulsakh, kemudian dari Malulsakh terlahir Lamik yang kemudian Lamik inilah menurunkan langsung seorang nabi dan rasul besar, yaitu NUH as. rasul ke-3 setelah Adam dan Idris as. Baca: (QS: 3: 33; 4: 163; 6: 84; 7: 59-64; 10: 71-72; 11: 25-48; 14: 9; 17: 3; 19: 58; 21: 76; 22: 42; 23: 23-29; 25: 37; 26: 19, 105-120; 54: 9-14, 13; 29: 14-15; 37: 76-82; 38: 12; 40: 31; 42: 30; 50: 12; 54: 15-16; 57: 26; 71: 1-27; 79: 49).

Nabi Nuh dikenal juga sebagai bapak kedua manusia setelah Adam as, karena pada masanya terjadi Bah besar yang memusnahkan hampir semua umat manusia dan makhluk-makhluk lain, kecuali segelintir saja dari keluarga dan pengikut Nuh serta beberapa pasang jenis hewan, unggus dan selainnya, yang ikut dalam perahu penyelamat Nuh. Nuh diperkirakan hidup pada: 3900 - 2900 SM, umur panjang itu hampir semuanya, yaitu 950 tahun dipergunakan berda'wak ke jalan Allah (Lihat: QS. 29: 14). Namun sedikit saja kaumnya yang menerima da'wahnya sehingga Allah memberikan siksaan kepada orang-orang kafir dengan Bah raksasa tersebut.

Nabi Nuh as mempunyai tiga putra yang terkenal, tapi hanya satu yang mewaris tahtanya dan melahirkan semua rasul setelahnya sampai kepada rasul dan nabi besar kita Muhammad SAW. Putra Mahkota tersebut adalah SAM BIN NUH. Adapun putra-putra Nuh as dan pewarisnya yang menurunkan para rasul pembawa risalah, sebagi berikut:

HAM: Yang diyakini menurunkan bangsa-bangsa: Sudan, Sind, India, Qibti-Mesir dan lain-lain...

YAFETH: Dia diyakini menurunka bangsa-bangsa: Turki, Cina, Ya'juj & Ma'juj dan lain-lain....

SAM: Terakhir ini sebagaimana telah disebutkan tadi sebagai pewaris ayahandanya Nuh, menurunkan dua putra pelanjut, yang dari keduanya lahir para rasul, nabi dan bangsa-bangsa besar di masanya. 

Kedua putra SAM bin Nuh adalah:

PERTAMA: Iram; 
yang ada disebutkan sifatnya di dalam al-Qur'an, Iram yang mempunyai menara raksasa sebagaimana diceritakan al-Qur'an, menurunkan dua bangsa yang sangat besar dan kuat, yang juga dua-duanya disebutkan di dalam al-Qur'an, yaitu Add  dan Tsamud. Kedua putra Iram yang kelak menurunkan kedua bangsa raksasa itu adalah:

Aush, menurunan secara berturut-turut: Add - Khulud - Raya dan Abdullah, yang terkhir ini menurunkan langsung rasul Allah yang ke-4, yaitu HUUD as (2500 - 2200 SM), yang akhirnya umatnya ditimpakan bencana karena tidak menuruti dakwah rasul Allah Huud as. Kemudian dari Huud cucu Add bin Aus bin Iram bin Sam, menurunkan rasul Allah yang ke-7, yaitu LUTH as (1861-1686 SM), yang satu masa dengan nabi Ibrahim as dan juga Lukman al-Hakim yang kisah kebijakannya diabadikan di dalam al-Qur'an. 

Namun, lagi-lagi umat Luth inipun mendapatkan bencana besar dari Allah karena mengingkari da'wah rasul-Nya Luth as. Dan dari keturunan Luth dengan rentang waktu yang cukup panjang, menurunkan bangsa-bangsa non-Arab dari garis keturunan SAM, seperti: (Babilon, Achor, Kan'an dll...). 

'Ars, yang terakhirni menurunkan langsung bangsa Tsamud. Dari keturunan kelima Tsamud bernama Abir menurunkan langsung rasul Allah yang ke-5, yaitu SHALEH as (2000 - 1900 SM), yang akhirnya umatnya juga kena siksaan Allah karena kafir. Maka dengan demikian keturunan Iram bin Sam bin Nuh sudah selesai riwayat kerasulannya sampai di sini.Yang penting dicatat, bahwa bangsa-bangsa dari keturunan Iram bin Sam bin Nuh ini adalah sarat dengan bencana karena kesombongan dan keangkuhan mereka.

KEDUA: Arfakhshad; 
yang terakhir inilah yang kemudian menurunkan rasul-rasul Allah berikutnya sampai kepada rasul penutup nabi besar Muhammad SAW, dari anak Sam bin Nuh. Dari keturuna ketujuh Arfakhshad yang bernama Azar menurunkan langsung nabi dan rasul Allah yang paling legendaris, yaitu IBRAHIM as (1861-1686 SM), rasul Allah yang ke-6. Dan dari Keturunan Arfakhshad ini juga lahir pembangkan ketuhanan terbesar di dunia raja Namrud.

Nabi Ibrahim juga dikenal dengan Bapak para nabi dan rasul, karena dialah yang menurunkan rasul-rasul selanjutnya hingga sampai kepada nabi besar kita Muhammad SAW. Sebagaimana juga dia dikenal sebagai Bapak monoteisme, yang mempercayai hanya ada satu Tuhan. Dan ajarannya ini yang diikuti oleh para rasul selanjutnya hingga sekarang, mulai dari Yahudi, Nasrani sampai kepada agama penutup yaitu Islam.

Kemudian Nabi Ibrahim as menurunkan tiga orang putra, dua di antaranya menjadi rasul, yaitu ISMAIL rasul ke-8 dan ISHAQ rasul yang ke-9, satu lagi putra Ibrahim bernama Madayan menurunkan rasul yang ke-12, yaitu SYUAIB as. Maka ini juga sebabnya nabi Ibrahim disebut sebagai Bapak para nabi dan rasul karena ketiga putranya masing-masing menurunkan rasul untuk bangsa yang berbeda-beda. Adapun putra-putra Ibrahim tersebut, penulis susun dari putra nomor dua, sebagai berikut:

ISHAQ as, rasul yang ke-9 untuk Bani Israil: Menurunkan dua putra kembar, satu di antaranya mewarisinya menjadi rasul sesudahnya langsung, yaitu YA’QUB rasul ke-10, dari kedua putra kembar Ishaq ini masing-masing menurunka nabi dan rasul-rasul Bani Israil, sebagai berikut:

Eish: Menurunkan secara turun-temurun, masing-masing: Rum, Tarekh, Amose. Kemudian dari keturunan ketiga Amose ini menurunkan langsung rasul yang ke-13, yaitu AYYUB as, kemudian Ayub menurunkan putranya yang kelak menjadi rasul yang ke-14, yaitu ZULKIFLI as. Kedua bapak dan anak ini diutus Allah SWT menjadi rasul untuk Bangsa Syam (Demaskus-Suria sekarang).

YA’QUB as: Dia disebut juga sebagai Bapak Bani Israil, menurunkan 12 orang putra satu di antaranya menjadi rasul langsung sesudahnya, yaitu YUSUF as rasul yang ke-11. 

Putra-putra Ya’qub lainnya yang akan disebutkan disini selain Yusuf di atas hanya tiga saja yang masing-masing menurunkan rasul-rasul Bani Israil, penulis urut dari yang paling kecil, sebagai berikut:

Benyamin: Dia adalah saudara kandung Yusuf seibu dan sebapak, dia jugalah satu-satunya keturunan Ya’qub yang menurunkan rasul di luar dari bani Israil. Benyamin menurunkan Abumatta, kemudian Matta dan menurunkan YUNUS as, rasul yang ke-21 untuk bangsa Ninui – Irak.

Lawi: Menurunkan Kohath, kemudian Imran yang melahirkan dua putra masing-masing menjadi rasul yang ke-15 dan 16, yaitu MUSA (1436 SM) dan HARUN.  
Selanjutnya dari Harun menurunkan Izar, kemudian Fahnaz yang menurunkan dua putra masing-masing: 
Pertama, Yasin menurunkan ILYAS as, rasul ke-19, dan 
Kedua, Ukhtub menurunkan ALIYASA as, rasul ke-20.

Yahudza: Menurunkan Bares – Hasrun – Raum – Ummanizab – Yauksaun – Salmun – Yuar – Ufiz, Isya dan ‘Uwaid yang menurunkan rasul ke-17, yaitu DAUD as, kemudian dari Daud lahir putranya SULAIMAN as, rasul ke-18. 
Lalu dari Sulaiman secara terpisah menurunkan ZAKARIA as rasul ke-22, kemudian menurunkan secara langsung YAHYA as rasul ke-23. Dari garis lain Sulaiman juga menurunkan: Hezekia – Heli yang menurunkan Imran, lalu menu menurunkan bunda Maryam selanjutnya menurunkan ISA as, rasul ke-24. 

Madyan: Putra Ibrahim yang menurunkan Bangsa yang membawa namanya sendiri yaitu Madyan, kemudian secara tidak langsung menurunkan Safyun yang menurunkan langsung nabi SYUAIB as (Abad ke-16 SM), rasul ke-12 untuk Bangsa Arab jauh.

ISMAIL as: Adalah putra pertama nabi Ibrahim as dari Ibu Hajar, di dikenal juga dengan Bapak Bangsa Arab, dia diutus untuk Bangsa Jurhum (Yaman dan Arab lainnya). Dari keturunan ke-61 Ismail lahirlah penghulu para nabi dan rasul, yaitu rasul penutup nabi besar MUHAMMAD SAW.

Tak Kenal Maka Tak Cinta-
Silsilah Lengkap Nasab Rosulullah dan Cara Penyampaian Nasab Rosulullah Saw. 
Silsilah nasab (Jalur keturunan) Sayyidina Muhammad Shollallahu’alaihi Wasallam kepada kakek-kakeknya:

SILSILAH NASAB NABI MUHAMMAD SAW SAMPAI ADNAAN

Silsilah Nasab Nabi Muhammad saw. Sampai Kepada Adnaan.
Dalam Kitab Al-‘Aqdul Jauhar Fii Maulidinna Biyyil Azhar, yang lebih di kenal Kitab Al- Barzanji Li As-Sayyid Ja’far bin Hasan bin Abdul Kariim bin Muhammad bin Rosul bin Abdus Sayyid Al-Barzanji. Beliau lahir tahun 1126 H, wafat tahun 1177 H
ditulis sebagai berikut:

وَبَعْدُ فَأَقُوْلُ هُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَاسْمُهُ شَيْبَةُ الْحَمْدِ، حُمِدَتْ خِصَالُهُ السَّنِيَّةُ، اِبْنِ هَاشِمٍ وَاسْمُهُ عَمْرُو بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ وَاسْمُهُ الْمُغِيْرَةُ الَّذِيْ يَنْتَمِي الْإِرْتِقَاءُ لِعُلْيَاهُ، اِبْنِ قُصَيٍّ وَاسْمُهُ مُجَمِّعٌ سُمِّيَ بِقُصِيٍّ لِتَقَاصِيْهِ فِيْ بِلَادِ قُضَاعَةَ الْقَصِيَّةِ إِلَى أَنْ أَعَادَهُ اللهُ تَعَالَى إِلَى الْحَرَمِ الْمُحْتَرَمِ فَحَمَى حِمَاهُ اِبْنِ كِلَابٍ وَاسْمُهُ حَكِيْمٌ، اِبْنِ مُرَّةَ، اِبْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِّ بْنِ غَالِبِ بْنِ فِهْرٍ وَاسْمُهُ قُرَيْشٌ وَإِلَيْهِ تُنْسَبُ الْبُطُوْنُ الْقُرَشِيَّةُ وَمَا فَوْقَهُ كِنَانِيٌّ كَمَا جَنَحَ إِلَيْهِ الْكَثِيْرُ وَارْتَضَاهُ، اِبْنِ مَالِكِ بْنِ النَّضْرِ بْنِ كِنَانَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ مُدْرِكَةَ بْنِ اِلْيَاسَ وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ أَهْدَى الْبُدْنَ إِلَى الرِّحَابِ الْحَرَمِيَّةِ وَسُمِعَ فِيْ صُلْبِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ اللهَ تَعَالَى وَلَبَّاهُ، اِبْنِ مُضَرَ بْنِ نِزَارِ بْنِ مَعَدِّ بْنِ عَدْنَانَ وَهَذَا سِلْكٌ نَظَمَتْ فَرَائِدَهُ بَنَانُ السُّنَّةِ السَّنِيَّةِ

Artinya:
“Nabi Muhammad Shollallaahu‘alaihi wasallam bin Sayyid Abdullah bin Abdul Muththolib (Namanya Syaibatul Hamdi) bin Hasyim (Yang namanya Amr) bin Abdu Manaf (Namanya Al-Mughiroh) bin Qushoyyi (Namanya Mujammi’) bin Kilaab (Namanya Hakim) bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ayyi bin Ghoolib bin Fihr (Namanya Quroisy dan menjadi cikal bakal nama Suku Quraisy) bin Maalik bin An-Nadhor bin Kinaanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyaas binMudhor bin Nizaar bin Ma’add bin Adnaan”.  

SILSILAH NASAB DARI ADNAN SAMPAI NABI ADAM A.S

Silsilah Nasab berikutnya dari Adnan sampai kepada Nabi Adam a.s
Didalam kitab Tahqiiqul Maqoom ‘Alaa Kifaayatil ‘Awaamm Fii ‘Ilmi al-Kalaam, Li Syaikh Ibrohim al-Baajuuri. Beliau lahir tahun 1198 H, wafat tahun 1277 H):

وَقَدْ ذَكَرَ الْعِرَاقِيُّ أَصَحَّهَا فِيْ أَلْفِيَةِ السِّيْرَة وَحَاصِلُهُ أَنَّ عَدْنَانَ بْنُ أُدّ بْنِ أُدَدْ بْنِ مُقَوَّمِ بْنِ نَاحُوْرِ بْنِ تَيْرَخْ بْنِ يَعْرُبْ بْنِ يَشْجُبْ بْنِ نَابِتِ بْنِ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ (عَلَيْهِمَا السَّلَامُ) اِبْنِ تَارَخْ بْنِ نَاحُورْ بْنِ شَارُوخْ بْنِ أَرْغُوْ بْنِ فَالَخْ بْنِ عَيْبَرْ قَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ سَيِّدُنَا هُوْدٌ (عَلَيْهِ السَّلَامُ) اِبْنِ شَالَخْ بْنِ أَرْفَخْشَدْ بْنِ سَامْ بْنِ نُوْحٍ (عَلَيْهِ السَّلَامُ) وَاسْمُهُ عَبْدُ الْغَفَّارِ اِبْنِ لَامَكْ بْنِ مَتُّوْ شَلْخَ بْنِ خَنُوخْ قَالَ ابْنُ إِسْحَاقَ إِنَّهُ إِدْرِيْسُ فِيْمَا يَزْعُمُوْنَ اِبْنِ يَرْدَ بْنِ مَهْلَايِيْلَ بْنِ قَيْنَنْ بْنِ يَانُشْ بْنِ شِيْثٍ (عَلَيْهِ السَّلَامُ) اِبْنِ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ.

“Telah disebutkan oleh Al Imam al-Iroqiy dan juga di shohihkannya didalam Kitab Al-Fiyah As-Siirroh bahwa: “(Adnan) bin Udd bin Udad bin Muqowwam bin Naahuur bin Tairokh bin Ya’ruub bin Yasyjub bin Naabit bin Nabi Isma’il ‘Alaihissalaam bin Nabi Ibrohim ‘Alaihissalaam bin Taarokh bin Naahuur bin Syaaruukh bin Arghuu bin Faalakh bin ‘Aibar (Ada yang mengatakan beliau adalah Nabi Hud ‘Alaihissalaam) bin Syaalakh bin Arfakhsyad bin Saam bin Nabi Nuh ‘alaihissalaam bin Laamak bin Mattuusyalkho bin Khonuukh (Ada yang mengatakan beliau adalah Nabi Idris ‘Alaihissalaam) bin Yard bin Mahlaayiil bin Qoinan bin Yaanusy bin Nabi Syits ‘Alaihissalaam bin Nabi Adam ‘Alaihissalaam”. Wallaahua’lam.

DARI NASAB AYAH

Dari Pihak Ayah adalah:
“Nabi Muhammad Shollallaahu‘alaihi wasallam bin Sayyid Abdullah bin Abdul Muththolib (Namanya Syaibatul Hamdi) bin Hasyim (Yang namanya Amr) bin Abdu Manaf (Namanya Al-Mughiroh) bin Qushoyyi (Namanya Mujammi’) bin Kilaab (Namanya Hakim) bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ayyi bin Ghoolib bin Fihr (Namanya Quroisy dan menjadi cikal bakal nama Suku Quraisy) bin Maalik bin An-Nadhor bin Kinaanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyaas binMudhor bin Nizaar bin Ma’add bin Adnaan”.

DARI NASAB IBU

Dari Pihak Ibu:
“Nabi Muhammad Shollallaahu‘alaihi Wasallam bin Sayyidah Aminah binti Wahbin bin Abdul Manaf (Namanya Al-Mughiroh) bin Zuhroh bin Kilaab (Namanya Hakim) bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ayyi bin Ghoolib bin Fihr (Namanya Quroisy dan menjadi cikal bakal nama Suku Quraisy) bin Maalik bin An-Nadhor bin Kinaanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyaas bin Mudhor bin Nizaar bin Ma’add bin Adnaan”.

Maka silsilah Nabi Muhammad saw dari pihak ayahnya dan ibunya bertemu pada kakek yang kelima dari pihak ayah yaitu Kilaab bin Murroh. Karena Kilaab mempunyai dua orang anak laki-laki, masing-masing bernama Qushoyyi dan Zuroh. Qushoyyi itulah yang menurunkan Sayyid Abdullah (Ayah Nabi Muhammad). Dan Zuroh itulah yang menurunkan Sayyidah Aminah (Ibu Nabi Muhammad). Maka Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah adalah satu bangsa yaitu sama-sama bangsa Quraisy dalam satu negeri bernama Hijaz (Mekkah) dan dalam keturunan yang dekat sekali.

SILSILAH NASAB PERNIKAHAN ADNAN HINGGA NABI MUHAMMAD

Dari Silsilah Adnan Hingga Rosulullah secara lengkap pernikahan:
“Adnan menikah dengan seorang wanita dari bangsanya sendiri bernama Aminah, dengan Aminah itu mereka mempunyai anak laki-laki yang bernama Mu’add. Ma’add menikah dengan seorang wanita bernama Mu’anah, dikaruniai anak laki-laki bernama Nizaar. Nizaar menikah dengan seorang wanita bernama Saudah. Dikaruniai empat anak laki-laki, diantaranya yang bernama Mudhor. Mudhor menikah dengan wanita bernama Robbah. Dikaruniai beberapa anak laki-laki, diantaranya bernama Ilyas. Ilyas menikah dengan wanita bernama Khondaf. Dikarunia beberapa anak laki-laki, diantaranya bernama Mudrikah. Mudrikah menikah dengan wanita bernama Salam. Dikaruniai beberapa anak laki-laki, diantaranya bernama Khuzaimah. Khuzaimah menikah dengan wanita bernama Awanah. Dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Kinaanah. Kinaanah menikah dengan wanita bernama Barroh. Dikaruniai beberapa anak laki-laki, diantaranya bernama Nadhor. Nadhor menikah dengan wanita bernama Atikah. Dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Maalik. Maalik menikah wanita bernama Jandalah. Dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Fihr. Fihr menikah dengan wanita bernama Lafla. Dikaruniai dua anak laki-laki, diantaranya bernama Ghoolib. Ghoolib menikah dengan wanita bernama Salma. Dikaruniai dua anak laki-laki, diantaranya bernama Lu’ayyi. Lu’ayyi menikah dengan wanita bernama Matiyah. Dikarunia beberapa anak laki-laki, diantaranya bernama Ka’ab. Ka’ab menikah dengan wanita bernama Wahsyiyah. Dikarunia beberapa anak laki-laki, diantaranya bernama Murroh. Murroh menikah dengan wanita bernama Hindun. Dikaruniai tiga anak laki-laki, diantaranya bernama Kilaab. Kilaab menikah dengan wanita bernama Fathimah. Dikaruniai dua orang anak laki-laki Qushoyyi dan Zuhrah. Qushoyyi menikah wanita bernama Hubayya. Dikaruniai tiga orang anak laki-laki, masing-masing bernama Abdud Dar, Abdul Manaf, Abdul Uzza. Abdul Manaf menikah dengan wanita bernama Atikah. Dikaruniai empat anak laki-laki, yang masing-masing bernama Hasyim, Abdu Syamsin, Muththolib, dan Naufal. Hasyim menikah dengan wanita bernama Salma. Dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Abdul Muththolib. Abdul Muththolib menikah dengan wanita bernama Fathimah. Dikaruniai bebarapa orang anak laki-laki, yang masing-masing bernama Harits, Abdul Azz (Uzza), Abdul Manaf, Zubair dan Abdullah. Dan pula anak-anak Abdul Muththolib yang lain seperti Abbas, Hamzah, Dhiror, Muqawwam (Abdul Ka’bah) dan beberapa anak perempuan, tetapi semuanya berbeda dari lain ibu. Lengkapnya tanpa ada perbedaan pendapat, anak laki-lakinya Harits, Abdul Uzza, Abdul Manaf, Zubair, Hamzah, Abbas, Abu Lahab (Dhiror), Muqowwam, Abu Tholib, Abdullah. Sayyid Abdullah menikah dengan wanita bernama Sayyidah Aminah. Dikaruniai seorang anak laki-laki mulia bernama Sayyidina Rosulullah Muhammad Shollallahu’alaihi Wasallam”.

Demikianlah silsilah nasab Nabi Muhammad saw yang termaktub didalam kitab-kitab Tarikh (Sejarah).

SILSILAH ROSULULLAH ADALAH NASAB PILIHAN

Dengan demikian, Silsilah Nasab Sayyidina Muhammad saw itu adalah orang-orang pilihan. Dan menjadi bantahan bagi sebagian orang yang menyatakan bukan orang-orang pilihan dan dimuliakan. Diantaranya:

Sebagaimana Rosulullah saw sabdakan:
“Aku Muhammad bin Abdul Muththolib. Sesungguhnya, Allah telah menciptakan makhluk, maka Dia telah menjadikan aku dalam sebaik-baik bagian mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa kabilah maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik kabilah mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa keluarga, maka dia menjadikan aku dalam sebaik-baik keluarga mereka dan sebaik-baik diri diantara mereka (HR. Imam Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib r.a).

Rosulullah saw juga pernah bersabda:

إنّ الله اصطفى بني كنانة من بني إسماعيل واصطفى من بني كنانة قريشا واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم

Artinya:
“Sesungguhnya, Allah telah memilih Ismail menjadi anak Ibrahim dan Dia telah memilih keturunan Kinanah dan Dia telah memilih Hasyim dari Quraisyi dan Dia telah memilih aku dari keturunan Hasyim. (HR. Imam Tirmidzi dari Watsilah bin Al-Asqa r.a dan diwayatkan juga Imam Muslim).

Itulah diantara sabda Rosulullah saw yang menunjukkan bahwa pribadi beliau itu adalah dari keturunan orang-orang pilihan dan dari hadits kedua itu jelaslah bagi kita bahwa beliau adalah keturunan dari Nabi Ismail a.s bin Nabi Ibrahim a.s.

CARA PENYAMPAIAN NASAB

Kebanyakkan Para Ulama’ menyampaikan mengenai Nasab Rosulullah saw baik dari pihak ayah beliau maupun ibu beliau hanya sampai pada Adnaan, sebagaimana yang nanti ada sandarannya (Isnadnya) adalah sampai kepada Adnaan dan Adnaan ini nyata-nyata adalah keturunan Nabi Isma’il a.s bin Nabi Ibrohim a.s. Hanya saja dari Nabi Ismail a.s sampai kepada Adnaan itu keturunan secara rincinya tidak tercatat dengan jelas dalam Kitab-Kitab Tarikh (Sejarah) dan Kitab-Kitab Hadits. Sungguh pun begitu, ada juga riwayat yang membentangkan bahwa Nabi Ismail as itu kakek yang ke-30 bagi Nabi Muhammad saw.

Maka kebanyakkan Para Alim Ulama dalam menyampaikan Nasab Rosulullah hingga pada Adnaan saja, sebagaimana diantaranya di Kitab Al-Barzanji yang telah kita sebutkan diatas. Yaitu:
“Nabi Muhammad Shollallaahu‘alaihi wasallam bin Sayyid Abdullah bin Abdul Muththolib (Namanya Syaibatul Hamdi) bin Hasyim (Yang namanya Amr) bin Abdu Manaf (Namanya Al-Mughiroh) bin Qushoyyi (Namanya Mujammi’) bin Kilaab (Namanya Hakim) bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ayyi bin Ghoolib bin Fihr (Namanya Quroisy dan menjadi cikal bakal nama Suku Quraisy) bin Maalik bin An-Nadhor bin Kinaanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyaas binMudhor bin Nizaar bin Ma’add bin Adnaan”.

Selain juga mengikuti cara Rosulullah dalam menyampaikannya.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw apabila menceritakan nasabnya (silsilahnya) sampai kepada adnaan, beliau berhenti lalu bersabda: “Dustalah orang-orang yang membuat-buat nasab (silsilah) sesudah itu, walaupun mereka itu benar”.

Dan Ibnu Abbas r.a berkata:
“Rosulullah saw apabila menceritakan nasabnya, tidaklah melebihi dalam menceritakan dalam nasabnya dari Ma’add bin Adnaan bin Udad, kemudian beliau berhenti dan bersabda: “Dustalah orang-orang yang membuat-buat nasab. (HR. Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir).

Al-Imam Bukhori menyatakan didalam Kitab Shohih-nya meriwayatkan nasab Rosulullah saw sampai kepada Adnaan.

Dengan demikian, sebaiknya orang yang ingin menceritakan nasab Nabi Muhammad saw jangan melebihi dari pada Adnaan karena ketidak jelasan dan perbedaan pendapat yang banyak terlebih dari Adnaan seterusnya ke atas kakeknya hingga Nabi Isma’il, dan dari Nabi Ibrohim seterusnya ke atas kakeknya hingga Nabi Adam a.s.

Seperti diantaranya dalam Kitab Rohmatan Lil’alamin Li Al-Allamah Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury:
“Adnaan Ud, bin Hamaisa’ bin Salaman bin Aush bin Bauz bin Qimwal bin Ubay bin Awwam bin Nasyid bin Haza bin Baldas bin Yadlaf bin Thabikh bin Jahim bin Nahisy bin Makhy bin Aidh bin Abqar bin Ubaid bin Ad-Da’a bin Hamdan bin Sinbar bin Yatsriby bin Yahzan bin Yalhan bin Ar’awy bin Aidh bin Daisyan bin Aishar bin Afnad bin Aiham bin Muqshir bin Nahits binZarih bin Sumay bin Muzay bin Iwadhah bin Aram bin Qaidar bin Isma’il bin Ibrahim bin Tarih (yang namanya Azar), bin Nahur bin Saru’ atau Sarugh bin Ra’u bin Falakh bin Aibar bin Syalakh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nih alaihissalam bin Lamk bin Matausyalakh bin Akhnukh bin Idris alaihissalam bin Yard bin Mahla’il bin Qainan bin Yanisha bin Syaits bin Adam a.s”. Wallahua’lam.

Lambat laun zaman berganti zaman, orang-orang semakin bertanya akan Nasab Nabi Muhammad saw hingga Nabi Adam a.s bahkan menolak Nabi Muhammad saw. Sebagai utusan Allah. Hingga ada yang menghina beliau dan mencaci Nasab beliau maka perlu dijelaskan secara detail untuk memuliakan beliau hingga Nabi Adam a.s. sebagaimana diantaranya didalam Kitab Tahqiiqul Maqaam ‘Alaa Kifaayatil ‘Awaamm Fii ‘Ilmil Kalaam, karya Syeikh Ibrahim al Baajuuri, yang telah kita jelaskan diatas. Yaitu:

“(Adnan) bin Udd bin Udad bin Muqowwam bin Naahuur bin Tairokh bin Ya’ruub bin Yasyjub bin Naabit bin Nabi Isma’il ‘Alaihissalaam bin Nabi Ibrohim ‘Alaihissalaam bin Taarokh bin Naahuur bin Syaaruukh bin Arghuu bin Faalakh bin ‘Aibar (Ada yang mengatakan beliau adalah Nabi Hud ‘Alaihissalaam) bin Syaalakh bin Arfakhsyad bin Saam bin Nabi Nuh ‘alaihissalaam bin Laamak bin Mattuusyalkho bin Khonuukh (Ada yang mengatakan beliau adalah Nabi Idris ‘Alaihissalaam) bin Yard bin Mahlaayiil bin Qoinan bin Yaanusy bin Nabi Syits ‘Alaihissalaam bin Nabi Adam ‘Alaihissalaam. Wallaahua’lam.

Kesultanan Malaka


Kesultanan Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri diMalaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, (seorang Bangsawan Majapahit ) kemudian mencapai puncak kejayaan di abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka, sebelum ditaklukan oleh Portugal tahun1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.

Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui Sulalatus Salatin dan kronik Cina masa Dinasti Ming. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya Islam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, namun perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar sultan yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.

Berdasarkan Sulalatus Salatin kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singapura, kemudian seranganJawa dan Siam menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke Malaka. Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka mengunjungi Kaisar Yongle di Nanjing pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya.

Sebagai balasan upeti yang diberikan, Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka,kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina. Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa Ayutthaya akan hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.

Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409, mengambarkan Islam telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka, sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelarsultan muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam Sulalatus Salatin gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya Raja Iskandar Syah, tokoh yang dianggap sama dengan Parameswara oleh beberapa sejarahwan.

Sementara dalam Pararaton disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara sebagai suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.

Pada tahun 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah, memerintah selama 10 tahun, kemudian menganut agama Islam dan digantikan oleh Sri Maharaja atau Sultan Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, mengambil gelar Sri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah

Sampai tahun 1435, Malaka memiliki hubungan yang dekat dengan Dinasti Ming, armada Ming berperan mengamankan jalur pelayaran Selat Malaka yang sebelumnya sering diganggu oleh adanya kawanan perompak dan bajak laut. Di bawah perlindungan Ming, Malaka berkembang menjadi pelabuhan penting di pesisir barat Semenanjung Malaya yang tidak dapat disentuh oleh Majapahit dan Ayutthaya. 

Namun seiring berubahnya kebijakan luar negeri Dinasti Ming, Kawasan ujung tanahini terus diklaim oleh Siam sebagai bagian dari kedaulatannya sampai Malaka jatuh ke tangan Portugal, dan setelah takluknya Malaka, kawasan Perlis, Kelantan,Terengganu dan Kedah kemudian berada dalam kekuasaan Siam.

Sulalatus Salatin juga mengambarkan kedekatan hubungan Malaka dengan Pasai, hubungan kekerabatan ini dipererat dengan adanya pernikahan putri Sultan Pasai dengan Raja Malaka dan kemudian Sultan Malaka pada masa berikutnya juga turut memadamkan pemberontakan yang terjadi di Pasai. Ma Huan juru tulis Cheng Ho menyebutkan adanya kemiripan adat istiadat Malaka dengan Pasai serta ke dua kawasan tersebut telah menjadi tempat pemukiman komunitas muslim di Selat Malaka.

Sementara kemungkinan ada ancaman dari Jawa dapat dihindari, terutama setelah Sultan Mansur Syah membina hubungan diplomatik denganBatara Majapahit yang kemudian meminang dan menikahi putri Raja Jawa tersebut. Selain itu sekitar tahun 1475 di Jawa juga muncul kekuatan muslim di Demak yang nanti turut melemahkan hegemoni Majapahit atas kawasan yang mereka klaim sebelumnya sebagai daerah bawahan. Adanya keterkaitan Malaka dengan Demak terlihat setelah jatuhnya Malaka kepada Portugal, tercatat ada beberapa kali pasukan Demak mencoba merebut kembali Malaka dari tangan Portugal.

Pada masa pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai Sumatera, setelah sebelumnya berhasil mengusir serangan Siam. Di mulai dengan menyerang Aru yang disebut sebagai kerajaan yang tidak menjadi muslim dengan baik. Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut serta kemampuan mengendalikan Orang Laut yang tersebar antara kawasan pesisir timur Pulau Sumatera sampai Laut Cina Selatan. Orang laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka.

Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedahdan Pahang, dan menjadikannya negara vassal.Di bawah sultan yang samaKampar, dan Siak juga takluk. Sementara kawasan Inderagiri dan Jambi merupakan hadiah dari Batara Majapahit untuk Raja Malaka. Sultan Mansur Syah kemudian digantikan oleh putranya Sultan Alauddin Syah namun memerintah tidak begitu lama karena diduga ia diracun sampai meninggal dan kemudian digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah.

Hingga akhir abad ke-15 Malaka telah menjadi kota pelabuhan kosmopolitan dan pusat perdagangan dari beberapa hasil bumi seperti emas, timah, lada dan kapur. Malaka muncul sebagai kekuatan utama dalam penguasaan jalur Selat Malaka, termasuk mengendalikan kedua pesisir yang mengapit selat itu.

Sultan Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan Portugal di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511dan pada 24 Agustus 1511 Malaka jatuh kepada Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru. 

Perlawanan terhadap penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 Patih Yusuf (Dipati Unus) dengan pasukan dari Demak berkekuatan 100 kapal 5000 tentara mencoba menyerang Malaka, namun serangan ini berhasil dikalahkan oleh Portugal. Selanjutnya untuk memperkuat posisinya di Malaka, Portugal menyisir dan menundukkan kawasan antara Selat Malaka. Pada bulan Juli 1514, de Albuquerque berhasil menundukkan Kampar, dan Raja Kampar menyatakan kesediaan dirinya sebagai vazal dari Portugal di Malaka.

Sejak tahun 1518 sampai 1520, Sultan Mahmud Syah kembali bangkit dan terus melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka. Namun usaha Sultan Malaka merebut kembali Malaka dari Portugal gagal. Di sisi lain Portugal juga terus memperkokoh penguasaannya atas jalur pelayaran diSelat Malaka. Pada pertengahan tahun 1521, Portugal menyerang Pasai, sekaligus meruntuhkan kerajaan yang juga merupakan sekutu dari Sultan Malaka.

Selanjutnya pada bulan Oktober 1521, pasukan Portugal dibawah pimpinan de Albuquerque mencoba menyerang Bintan untuk meredam perlawanan Sultan Malaka, namun serangan ini dapat dipatahkan oleh Sultan Mahmud Syah. Namun dalam serangan berikutnya pada 23 Oktober 1526 Portugal berhasil membumihanguskan Bintan, dan Sultan Malaka kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian.

BerdasarkanSulalatus Salatin Sultan Mahmud Syah kemudian digantikan oleh putranya Sultan Alauddin Syah yang kemudian tinggal diPahang beberapa saat sebelum menetap di Johor. Kemudian pada masa berikutnya para pewaris Sultan Malaka setelah Sultan Mahmud Syah lebih dikenal disebut dengan Sultan Johor.

Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. 

Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1.   Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka

Secara geografis, posisi Kp. Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para pedagang Islam, sehigga kehidupan perekonomian Kp. Malaka berkembang pesat,
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora (Parameswara) menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam.
Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).

2.   Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya.
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.

3.   Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama bergelar Sultan).
Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan.
Mengadakan perluasan wilayah ke  daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka seperti Pahang, Indragiri dan Kampar.

4.   Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
 Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam  tewas dalam pertempuran , tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.
Kerajaan Samudera Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati Majapahit yang berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan merdeka.
Kejayaan Kerajaan Malaka tidak lepas dari jasa Laksamana Hang Tuah (Panglima Muslim Dinasti Ming) yang kebesarannya disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan Mahapahit. Cerita Hang Tuah ditulis dalam sebuah Hikayat, Hikayat Hang Tuah.

5.   Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.

6.   Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.
 Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan Portugis.
 
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.

Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.

Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.

Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...