Rabu, 18 November 2020

Sejarah Nabi Sulaiman menguasai dunia


Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)

"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. " Beliau mewarisi Daud dalam sisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta kerana para Nabi tidak mewariskan harta. Sebab sepeninggal mereka, harta mereka menjadi sedekah bagi orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu orang-orang fakir dan orang yang membutuhkan. Dan harta para nabi tidak dikhususkan bagi kalangan keluarganya. 

Rosululloh saw bersabda: "Kami para nabi tidak mewariskan." Sulaiman mewarisi kenabian dari Daud. Ini adalah hal yang jelas. Allah s.w.t telah memilihnya sebagai Nabi dari Bani Israil. Begitu juga, Allah s.w.t telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia menjadi pimpinan Bani Israil. 

Barangkali sesuatu yang paling penting yang diwarisi oleh Sulaiman dari Daud adalah tradisi militer. Kemajuan militer yang dahsyat ini telah berpindah kepada Sulaiman. Daud sebenarnya adalah seorang penggembala kambing yang miskin, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia menjadi komandan pasukan yang tiada tandingannya. Perubahan keadaan ini adalah sebagai bentuk ilham dari Allah s.w.t dan sebagai dukungan dari-Nya.

Daud mengetahui bahawa kekuatan yang hakiki yang mengatur alam wujud adalah kekuatan Allah s.w.t. Ketika ia menghulurkan tangannya dan memegang potongan batu lalu beliau melemparkannya melalui katapelnya ke arah Jalut, maka ini sebagai bentuk demonstrasi kekuatan darinya. Kehadiran Nabi Daud mengubah keadaan pasukan Bani Israil di mana mereka sebelumnya lari jika berhadapan dengan musuh, maka kini keberadaan mereka mulai diperhitungkan. Di masa hidupnya, Daud mengalami peperangan yang cukup banyak namun Al-Quran tidak menceritakan secara terperinci hal itu. Al-Quran adalah kitab dakwah di jalan Allah s.w.t, dan bukan kitab sejarah. Al-Quran hanya mengatakan:

"Dan Kami kuatkan kerajaannya." (QS. Shad: 20)

Ayat tersebut berarti bahwa Nabi Daud belum pernah terkalahkan dalam peperangan yang diikutinya. Di samping dukungan yang Allah s.w.t berikan kepada Daud, juga pasukannya dan rakyatnya di mana mereka adalah orang-orang yang bertauhid dan menyerahkan diri kepada Allah s.w.t, Allah s.w.t mengungkapkan kepada Daud hal-hal yang menjadikan pasukannya memiliki keistimewaan yang dengannya mereka dapat mengalahkan pasukan-pasukan yang lain yang ada di bumi saat itu.

Allah s.w.t berfirman:

"Dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (QS. Saba': 10)

Masalah baju besi yang dibuat untuk orang-orang yang hendak berperang cukup mengganggu gerakan mereka. Anda bisa bayangkan ketika ada dua orang yang berperang yang salah satunya dapat bergerak dengan bebas, sementara yang lain tidak leluasa bergerak. Namun dengan kekuasaan Allah s.w.t, Nabi Daud dapat melunakkan besi dan membuat darinya baju besi yang ringan. Ini adalah kemajuan penting yang Allah s.w.t berikan kepada Daud dan tenteranya. Kemajuan ini kini dimiliki oleh Sulaiman. Demikianlah Sulaiman memiliki pasukan yang dahsyat yang melebihi pasukan mana pun di bumi saat itu. Bahkan Allah s.w.t menambah kurnia-Nya kepada Sulaiman:

"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 16)

Ketika kita membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahwa kita berada di masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari Daud. Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.

Pada suatu hari ia menadah tangannya dan berdoa kepada Allah s.w.t. Antara hati Nabi dan Allah s.w.t tidak ada penghalang, jarak, atau waktu. Tak seorang pun dari para nabi yang berdoa kepada Allah s.w.t kecuali doanya pasti terkabul. Kejernihan hati ketika mencapai puncak tertentu, maka ia akan menggapai apa saja yang diinginkan di jalan Allah s.w.t. Dalam doanya, Nabi Sulaiman berkata:

"Ia berkata: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorangpun sesudahku." (QS. Shad: 35)

Sulaiman menginginkan dari Allah s.w.t suatu kerajaan yang belum pernah diperoleh oleh siapa pun setelahnya. Allah s.w.t mengabulkan doa hamba-Nya Sulaiman dan memberinya kerajaan tersebut. Barangkali orang-orang yang hidup di saat ini bertanya-tanya mengapa Sulaiman meminta kerajaan ini yang belum pernah dicicipi oleh seorang pun setelahnya? Apakah Sulaiman - sesuai dengan bahasa kita saat ini - seorang lelaki yang gila kekuasaan. 

Tentu kita tidak menemukan sedikit pun masalah yang demikian dalam hati Sulaiman. Ambisi Sulaiman untuk mendapatkan kekuasaan atau kerajaan adalah ambisi yang ada di dalam seorang Nabi, dan tentu ambisi para nabi tidak berkaitan kecuali dengan kebenaran. Ambisi tersebut adalah bertujuan untuk memudahkan penyebaran dakwah di muka bumi. Sulaiman sama sekali tidak cinta kepada kekuasaan dan ingin menunjukkan sikap kesombongan namun beliau ingin mendapatkan kekuasaan untuk memerangi kelaliman yang menyebar di muka bumi. Perhatikanlah kata-kata Sulaiman kepada Balqis ketika beliau berdialog dengannya tentang singgahsananya dalam surah an-Naml:

"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgahsana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri." (QS. an-Naml: 42)

Demikianlah kata-kata Sulaiman yang bijaksana. Menurut kami, itu adalah kata-kata yang membenarkan permintaannya untuk memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sulaiman telah mengerahkan semua kemuliaan dan kekuasaannya dalam rangka menegakkan agama Allah s.w.t dan menyebarkan Islam. Tidakkah ratu Saba' berkata pada akhir ceritanya bersama Sulaiman:

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. an-Naml: 44)

Setelah Mukadimah pokok ini, marilah kita membuka halaman-halaman cerita Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu) dari Daud. Orang-orang menyebutnya: Sulaiman al-Hakim (Sulaiman yang bijaksana). 

Kebijaksanaan Nabi Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya di tengah-tengah manusia dan kasih sayangnya kepada mereka namun kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan burung dan binatang lainnya. Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, tetapi Sulaiman dapat berbicara dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya pembantunya. Ketika Nabi Daud bertasbih, maka gunung- gunung dan burung-burung serta binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah s.w.t memberinya kurnia lebih dari itu di mana binatang-binatang buas tunduk padanya, begitu juga angin dan burung.

Allah s.w.t berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)

Nabi Sulaiman mampu mendengar bisikan semut yang berbicara dengan sesama mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut tersebut sehingga semut itu taat kepada perintahnya. Pasukan Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu pasukan yang memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga kerananya ia tidak dapat tertanding. Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung. Kita mengetahui bahawa jin adalah makhluk Allah s.w.t dan manusia tidak mampu melihatnya atau menghadirkannya atau meminta pertolongannya, sedangkan Sulaiman telah diberi Allah s.w.t kemampuan untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka sebagai tentera di tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan. Ketika ada pasukan lain yang mencuba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka akan merasakan kemenangan. 

Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuat oleh pasukan burung. Burung di pasukan Sulaiman memerankan tugas penting. Yaitu apa yang kita kenal saat ini dengan istilah badan perisikan. Kita mengetahui bahawa peranan informasi saat peperangan adalah hal yang sangat penting. Dari informasi tersebut, pasukan dapat mengetahui keadaan musuhnya. Demikianlah peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia terbang di tengah-tengah musuh kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk menyampaikan berita tentang keadaan musuhnya. Di samping jin dan burung, Allah s.w.t juga menundukkan angin untuk Sulaiman. Nabi Sulaiman dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin bersama tenteranya.

Sekarang, kita mengetahui bahawa ide adanya pesawat terbang adalah berangkat dari usaha memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di dalamnya meskipun ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah s.w.t memberikan kemampuan ini kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan angin dan menggunakannya demi kepentingannya. Oleh kerana itu, pasukan Sulaiman juga terdiri dari pasukan udara pada saat di mana tak seorang pun memimpikan untuk terbang di udara. Barangkali mukjizat ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman menjadi sebab kejayaan militernya sehingga pasukannya tidak tertanding. Allah s.w.t berfirman:

"Dan dihimpunkan kepada Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS. an- Naml: 17)

"Kemudian Kami tundukkan kepada angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami;, maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 36-40)

Kita akan mengetahui bahawa Sulaiman akan meninggalkan ide untuk menggunakan kuda di tengah-tengah pasukannya setelah ia pada suatu hari dibuatnya lupa pada solat. Ketika Sulaiman meninggalkan kuda dalam rangka mencapai redha Allah s.w.t, maka Dia menggantikannya dengan angin yang bertiup sesuai dengan perintahnya ke mana pun ia pergi dan ke mana pun tempat yang diinginkannya. Di samping senjata udara yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman, Allah s.w.t juga memberikan kemampuan yang tak seorang pun dari para nabi mendapatkannya. Yaitu kemampuan untuk memerintah syaitan. syaitan adalah salah satu bahagian dari jin. Ia adalah kelompok yang celaka dari jin. Kelompok ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan jin yang soleh pun tidak dapat mengatur mereka. 

Adapun Sulaiman, Allah s.w.t telah memberinya kekuasaan untuk menundukkan syaitan dan mempekerjakannya bahkan mengikatnya dengan rantai serta menghukumnya jika ia menentang perintahnya. syaitan membangun untuk Sulaiman istana dan patung-patung dan alat- alat perang. 

Tidak menutup kemungkinan candi2 purba yang ada di tanah jawa itu buatan pada zaman Nabi Sulaiman 
Seperti halnya candi Borobudur kawasan dieng dan lainnya.
Alasan jelas krn pada zaman Nabi Sulaiman beliau menguasai dunia (raja diraja).

Bahkan syaitan-syaitan itu menyelam di dasar lautan untuk mengeluarkan permata dan yakut untuk Sulaiman. Jika ada di antara syaitan yang menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya dengan rantai. Ini semua menunjukkan kekayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana ia mampu mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin atau kehendak dari Tuhannya sebagai mukjizat dari-Nya. Allah s.w.t berfirman:

"Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)." (QS. Saba': 12)

Nabi Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak tertanding di muka bumi. Meskipun memperoleh nikmat-nikmat yang khusus dan agung ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan sebagai manusia yang paling banyak berzikir kepada-Nya dan manusia yang paling banyak bersyukur di zamannya.

Allah s.w.t berfirman tentang Sulaiman:

"(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 30)

Al-Aubah ialah kembali kepada Allah s.w.t melalui solat, puasa, tasbih, menangis, istighfar, dan mengungkapkan rasa cinta yang dalam. Hamba yang kembali adalah hamba yang menuju Allah s.w.t. Waktu solat bagi Sulaiman adalah waktu yang sangat penting sehingga ketika datang waktu itu, maka beliau tidak bisa disibukkan dengan hal yang lain. Pada suatu hari, beliau nyaris kehilangan waktu solat. Tentu hal ini di luar kehendaknya. Pada saat itu, beliau sibuk mengurus persoalan yang penting, yaitu menyiapkan tentera untuk perang. Saat itu bertepatan dengan waktu Asar. Sulaiman masih menyiapkan kuda tentera- tenteranya. Kuda pada waktu itu menjadi senjata yang penting di tengah-tengah pasukannya. Sulaiman lewat di depan kuda dan memeriksanya sehingga beliau nyaris kehilangan waktu solat Asar.

Sulaiman sujud kepada Allah s.w.t kemudian ia Sholat. Ia meminta agar kuda itu dikembalikan kepadanya. Ketika kuda datang, ia mengusap lehernya dan kakinya dengan tangannya lalu ia meminta ampun kepada Allah s.w.t kerana ia sibuk menyiapkan pasukan untuk berjihad sehingga nyaris kehilangan waktu solat. Sejak peristiwa itu, Sulaiman merasa tidak lagi membutuhkan kuda di tengah-tengah pasukannya. Lalu Allah s.w.t menggantikannya dengan angin yang mampu membawa tenteranya ke mana pun ia pergi. Allah s.w.t berfirman:

"Dan Kami kurniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. maka ia berkata: 'Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.' Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.' Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu." (QS. Shad: 30-33)

Sulaiman mengetahui penyakit kuda dan ia mampu berbicara dengan bahasa kuda, bahkan kuda itu pun mentaati perintah Nabi Sulaiman. Allah s.w.t juga memberikan kenikmatan lain atas Sulaiman Allah s.w.t berfirman:

"Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya." (QS. Saba': 12)

Al-Kithir adalah tembaga yang dicairkan. Sebagaimana Allah s.w.t memberikan nikmat atas ayahnya Daud di mana ia mampu melunakkan besi dan Allah s.w.t mengajarinya bagaimana cara mencairkannya, maka Sulaiman pun memanfaatkan tembaga yang cair itu untuk peperangan dan di saat perdamaian. Pada saat peperangan beliau mencampur tembaga dengan besi dan membuat darinya perunggu. Mereka menggunakan senjata-senjata perunggu dalam peperangan, seperti pedang, baju besi dan pisau. Senjata-senjata ini adalah senjata yang paling kuat di saat itu. Sedangkan di saat perdamaian, tembaga digunakan untuk membuat bangunan, patung, dan sebagainya. 

Dari hal tersebut jelas bahwa pengolahan tembaga dan juga besi itu berawal dr zaman Nabi Sulaiman. Pembuatan patung dari logam dan pahatan batu itupun terjadi pada zaman Nabi Sulaiman.

Meskipun Nabi Sulaiman mendapatkan nikmat yang besar ini dan kurnia yang khusus, Allah s.w.t telah mengujinya dengan suatu ujian. Ujian akan selalu datang pada seorang hamba. Ketika hamba itu mendapat kedudukan besar, maka ujiannya pun menjadi besar. Allah s.w.t menguji Sulaiman dengan penyakit.

Allah s.w.t berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kerusinya sebagai tubuh (yang lemah kerana sakit), kemudian ia bertaubat. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, ampunilah aku anugerahkanlah kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang ia kehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam. " (QS. Shad: 34-37)

Para ahli tafsir berbeda  pendapat tentang fitnah atau ujian yang dialami oleh Nabi Sulaiman. Barangkali riwayat yang paling terkenal dalam hal ini adalah riwayat yang paling penuh dengan kebohongan. 

Dikatakan bahawa Sulaiman bertekad untuk menggilir isteri-isterinya yang berjumlah tujuh ratus pada satu malam saja untuk melakukan hubungan seks dengan mereka, sehingga para wanita itu akan melahirkan seorang anak yang dapat berperang di jalan Allah s.w.t. Sulaiman tidak mengatakan insya- Allah lalu ia menggilir isteri-isterinya dan tidak ada seorang pun yang melahirkan kecuali seorang wanita yang melahirkan anak yang buruk rupa.

Kisah tersebut berbeza atau kontradiksi dari permulaannya dan akhirannya. Tentu kisah itu berasal dari cerita khurafat yang direkayasa oleh orang-orang Yahudi atau termasuk dari israiliyat. Hakikat ujian yang dialami Nabi Sulaiman adalah apa yang disebutkan oleh Fakhrur Razi: "Sulaiman diuji dengan suatu penyakit yang keras di mana kedoktoran saat itu tidak mampu mengatasinya. Sakitnya Sulaiman sangat keras sehingga para doktor dari kalangan manusia dan jin pun tidak mampu menghilangkan penyakitnya. Lalu burung-burung menghadirkan rumput- rumput yang dianggap sebagai ubat tetapi Sulaiman pun belum juga sembuh. Semakin hari penyakit Sulaiman semakin menjadi-jadi sehingga ketika Sulaiman duduk di atas kerusi ia duduk bagaikan tubuh tanpa roh, seakan-akan ia mati kerana saking kerasnya penyakit yang dideritanya. Sakit yang diderita oleh Sulaiman terus berlanjutan untuk beberapa saat namun Sulaiman tidak henti-hentinya berzikir kepada Allah s.w.t dan meminta kesembuhan kepada-Nya serta beristighfar kepada-Nya dan mengungkapkan rasa cintanya kepada-Nya."

Selesailah ujian Allah s.w.t terhadap hamba-Nya, Sulaiman. Beliau pun sembuh. Kini Sulaiman merasakan kembali kesehatannya setelah ia mengetahui segala kejayaannya dan segala kekuasaannya serta segala kebesarannya tidak lagi mampu menghilangkan penyakit yang dideritanya kecuali jika Allah s.w.t menghendakinya. Inilah pendapat yang lebih menenangkan hati kami. Pendapat tersebut sesuai dengan kemaksuman Sulaiman sebagai Nabi yang bijaksana dan Nabi yang mulia:

"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kerusinya sebagai tubuh (yang lemah kerana sakit)" (QS. Shad: 34)

Sakit yang diderita Sulaiman membuat dirinya seperti jasad yang tak bernyawa. Kata jasad dalam bahasa Arab diungkapkan atas sesuatu yang kehilangan kehidupan atau kesehatan. Sulaiman berubah menjadi jasad kerana saking kerasnya penyakit yang dideritanya.

"Kemudian ia bertaubat." (QS. Shad: 34)

Lalu Nabi Sulaiman kembali sehat. Ia meminta pertolongan dengan rahmat Allah s.w.t lalu Allah s.w.t menyembuhkannya dan merahmatinya. Nabi Sulaiman telah membangun masjid atau tempat beribadah sehingga manusia menyembah Allah s.w.t di dalamnya. Rumah ini menunjukkan keunggulan seni arkitektur dan seni pahat. Orang-orang yang membangun rumah ini berjumlah puluhan ribu orang. Tentu setiap kelompok dari mereka memiliki pekerjaan masing-masing. Di antara mereka ada yang mencairkan tambang; di antara mereka ada tukang pahat; ada yang membelah batu; ada yang memotong-motong kayu; ada yang mendatangkan rumput-rumput dari Lebanon; ada yang melelehkan emas dan menjadikannya lempengan-lempengan yang mengkilat untuk menutupi kayu dan menutupi dinding.

Bahkan golongan jin juga membantu pembangunan rumah tersebut, tentu dengan perintah dan bimbingan Nabi Sulaiman. Mereka membuat patung- patung yang besar dan membuat bejana yang besar untuk tempat, makanan para tentera dan pekerja, yaitu bejana seperti gunung kerana saking beratnya dan besarnya. Mereka juga membuat tempat-tempat minum yang besarnya seperti kolam. 

Sulaiman mengawasi para pekerjanya dan juga mengurus masyarakatnya di mana beliau mengenali masalah mereka dan berusaha memecahkannya. Beliau juga mengawasi pasukannya dari kalangan binatang dan burung. Beliau mengetahui apakah ada satu di antara mereka yang tidak hadir dan di mana ia pergi serta mengapa ia pergi.

Nabi Sulaiman bukan hanya mengetahui masalah tenteranya dari kalangan manusia dan tenteranya dari kalangan burung, namun ia juga menunjukkan kasih sayangnya terhadap semut di mana beliau mendengar bisikannya dan tidak suka untuk menginjaknya. Nabi Sulaiman selalu menundukkan kepalanya ke bumi sebagai bentuk rasa rendah diri dan syukur kepada Allah s.w.t. Pada suatu hari ia berjalan di depan tenteranya dan tiba-tiba ia mendengar suara semut yang berkata kepada temannya dari kalangan semut:

"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: 'Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak terinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari';, maka dia tersenyum kerana (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: 'Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ke dua orang ibu dan bapakku dan untuk mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang soleh." (QS. an-Naml: 18-19)

Sulaiman mendengarkan pembicaraan semut itu lalu beliau tersenyum kerana mendengar pembicaraannya. Apa yang dibayangkan oleh semut kecil itu? Meskipun Sulaiman mendapatkan kekuasaan dan memiliki tentera yang besar, namun beliau menunjukkan kasih sayang terhadap semut. Beliau mendengar bisikannya dan melihat semut yang di depannya. Oleh kerana itu, tak mungkin baginya untuk menginjaknya. Sulaiman bersyukur kepada Allah s.w.t yang telah memberinya nikmat ini, yaitu nikmat rahmat dan nikmat kasih sayang. Di samping itu, Sulaiman orang yang paling kaya di dunia di mana istananya terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum dan istananya terbuat dari emas dan terkadang dari kristal. Beliau juga memiliki kerusi besar yang dibuat dari emas dan permata. Istana Sulaiman merupakan istana yang paling besar di dunia. Sulaiman menggunakan pakaian dari emas dan permata. Meskipun demikian, Sulaiman tetap menunjukkan sebagai hamba yang berserah diri dan rendah diri kepada Allah s.w.t dan kepada manusia. Nabi Sulaiman yang merendahkan dirinya di hadapan Allah s.w.t dan ia selalu sujud pada Allah s.w.t sebagaimana ayahnya yang selalu bertasbih kepada Allah s.w.t. Sulaiman selalu melantunkan lagu-lagu cinta Ilahi dan hanya memuji Allah s.w.t.

Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengeluarkan perintahnya kepada pasukannya untuk bersiap-siap. Sulaiman keluar memeriksa pasukannya. Satu demi satu pasukannya ditelitinya. Kelompok yang pertama adalah kelompok manusia. Sulaiman memperhatikan kesiapan mereka, lalu Sulaiman mengeluarkan perintah-perintahnya. Kemudian Sulaiman memeriksa kelompok jin dan menyampaikan perintah-perintahnya kepada mereka. Beliau memenjarakan jin yang tampak bermalas-malas saat bekerja. 

Lalu ia memeriksa binatang dan berkata kepada mereka, apakah mereka sudah, makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak, apakah ada yang mengadu kepadanya, misalnya kerana penyediaan, makanan tidak layak, apakah di sana ada yang sakit, dan sebagainya. Ketika Sulaiman merasa puas dengan semuanya, Sulaiman memasuki tenda tempat berkumpulnya burung. Belum lama Sulaiman memasuki tenda tersebut dan mengamat-amati keadaan di sekitarnya sehingga ia mengetahui burung yang tidak hadir yaitu Hud-hud:

"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: 'Mengapa aku  tidak melihat hud-hud." (QS. an-Naml: 20)

Burung-burung yang lain tampak terdiam sebagai penghormatan dan akan mendengarkan apa yang akan dikatakan pemimpin mereka Sulaiman. Beliau mengarahkan pandangannya pada semua burung dan tidak menemukan Hud-hud di antara mereka. Tak seekor burung pun yang mengetahui keberadaannya. Sulaiman mulai menampakkan kemarahannya:

"Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS. an-Naml: 20)

Tiba-tiba seekor burung kecil memberanikan diri untuk berkata kepada Sulaiman: "Wahai Nabi yang mulia, seharusnya hud-hud ada bersamaku kelmarin untuk melaksanakan tugas penyelidikan. Ia adalah pemimpin misi itu namun hud-hud belum datang. Oleh kerana itu, aku tidak pergi bersamanya." Burung itu tampak gementar ketakutan. Sulaiman mengetahui bahawa hud-hud tidak hadir, dan tak seorang pun mengetahui kepergiannya. Hud-hud pergi tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Sulaiman dan tidak memberitahu di mana keberadaannya. Dalam keadaan marah, Sulaiman berkata:

"Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang jelas." (QS. an-Naml: 21)

Kawanan burung mengetahui bahawa Sulaiman sedang marah dan telah menetapkan untuk menyeksa hud-hud atau menyembelihnya atau justru memaafkannya dengan syarat, ia datang dengan membawa alasan yang dapat menyelamatkannya. Atau dengan kata lain, hud-hud dapat memastikan bahawa ia melaksanakan tugas yang penting. Sulaiman menunjukkan kemarahan yang besar sehingga siapa pun akan merasa takut. Ketika Sulaiman marah - meskipun beliau terkenal dengan kasih sayangnya - maka kemarahannya kerana membela kebenaran, kemudian beliau dapat melaksanakan ancamannya dengan cara yang mudah. Seekor burung tampak gementar ketakutan melihat kemarahan Sulaiman, lalu beliau menghulurkan tangannya ke burung itu dan memegang-megang kepalanya sehingga burung itu pun merasa tenang dan rasa takutnya hilang.

Sulaiman pergi dari tenda burung itu dan menuju istananya. Sulaiman masih memikirkan keadaan hud-hud. Seharusnya hud-hud menjadi bahagian penting dari badan perisikan. Apakah ia pergi untuk menyingkap sesuatu, atau apakah ia pergi hanya untuk bermain-main? Sulaiman telah memperhatikan dan mengetahui bahawa hud-hud adalah seekor burung yang cerdik dan juga fasih berbicara. Terkadang Sulaiman mendapati hud-hud sedang bermain-main dan menunda pekerjaannya. Sulaiman melihatnya dan hud-hud memakami bahawa ini tidak benar. Sebab, ia tidak boleh mencampur adukkan antara waktu serius dan waktu bermain.

Akhirnya, tidak lama setelah kepergiannya, hud-hud tiba di tenda burung. Burung-burung yang lain berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke tempat tuan kita Sulaiman. Jika ia mengetahui bahawa engkau telah sampai, maka jiwamu benar-benar terancam." Hud-hud terbang dan menemui Sulaiman. Pada waktu itu beliau sedang duduk sambil, makan. Hud-hud berdiri dan telah menetapkan untuk memulai pembicaraan dengan Sulaiman sebelum beliau bertanya kepadanya ke mana dia pergi. Ini sebagai bukti bahawa ia melaksanakan tugas penting. Hud-hud berkata:

"Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini." (QS. an-Naml: 22)

Aku adalah hud-hud yang miskin, tetapi aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, dan aku telah datang kepadamu dari kerajaan Saba' dengan membawa berita yang sangat penting. Sulaiman tampak terdiam dan menunggu hud-hud menyelesaikan pembicaraannya:

"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgahsana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (QS. an-Naml: 23-24)

Hud-hud diam sejenak dan Sulaiman merasa bahawa hud-hud menunjukkan kefasihan lisannya dan berbicara dengan baik kepadanya. Hud-hud mengemukakan perkataan yang sering disampaikan Sulaiman kepada manusia dan burung:

"Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang besar." (QS. an-Naml: 25-26)

Jelas sekali bahawa hud-hud mengulangi perkataan pemimpin kita Sulaiman, sebagai usaha terakhir untuk memperoleh kasih sayang Sulaiman dan agar beliau puas dengan penjelasannya itu. Sulaiman berkata sambil menunjukkan senyuman manis di wajahnya:

"Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang- orang yang berdusta." (QS. an-Naml: 27)

Hud-hud ingin mengatakan, aku tidak bohong wahai Nabi yang mulia namun diamnya Sulaiman membuatnya takut, sehingga ia pun terdiam. Sulaiman terdiam kerana berfikir, lalu ia memutuskan sesuatu. Setelah itu, beliau mengangkat kepalanya dan meminta secarik kertas dan pena. Sulaiman segera menulis surat singkat dan menyerahkannya kepada hud- hud serta memerintahkannya:

"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan." (QS. an-Naml: 28)

Al-Quran al-Karim hanya menceritakan dalam surah an-Naml bagaimana perginya hud-hud dan bagaimana ia menyerahkan surat itu. Lalu, Al- Quran langsung menyebut keadaan kerajaan Balqis yang saat itu ia sedang membaca surat tersebut di depan para pembesar kerajaannya dan para menterinya:

"Berkata ia (Balqis): 'Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. bahawa janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 29- 31)

Dalam surat Sulaiman itu disebutkan, hendaklah mereka menyerahkan diri dan tunduk kepada perintahnya. Sulaiman memerintahkan agar mereka meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Sulaiman tidak mempersoalkan akidah mereka dan tidak memuaskan mereka dengan apa pun. Sulaiman hanya memerintahkan bahawa ia berada di atas kebenaran. Bukankah ia didukung kekuatan yang berlandaskan keyakinan yang dimilikinya Sulaiman hanya memerintahkan mereka agar tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Saba' menyampaikan surat tersebut di tengah- tengah kaumnya:

"Berkata dia (Balqis): 'Hai putera para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlis(ku).'" (QS. an- Naml: 32)

Sementara itu, reaksi para pembesar istana adalah menentang surat tersebut. Isi surat itu membangkitkan kecongkakan kaum Saba' di mana mereka merasa lebih kuat. Mereka mengetahui bahawa di sana ada orang yang mencuba menentang mereka dan mengisyaratkan peperangan kepada mereka, lalu ia meminta kepada mereka untuk memenuhi syarat- syaratnya sebelum terjadinya peperangan dan kekalahan:

"Mereka menjawab: 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu;, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan." (QS. an-Naml: 33)

Para pembesar kaumnya ingin berkata, kita siap untuk melaksanakan peperangan. Tampaknya ratu itu memiliki kebijakan yang lebih baik daripada pembesar kaumnya. Surat Sulaiman itu membuatnya berfikir lebih jernih dan lebih hati-hati. Ia berusaha seboleh mungkin menghindari peperangan. Ratu itu berfikir dalam tempo yang lama. Nama Sulaiman tidak diketahuinya dan ia pun belum pernah mendengarnya. Oleh kerana itu, ratu tidak mengetahui kekuatannya. Boleh jadi Sulaiman memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga ia mampu memerangi kekuasaannya dan mengalahkannya. Kemudian ratu memperhatikan apa yang ada di sekelilinginya. Ia melihat kemajuan masyarakatnya dan kekayaannya. Barangkali ia mengira bahawa Sulaiman iri terhadap kemajuan dan kekayaan ini sehingga Sulaiman ingin menyerangnya. Setelah mempertimbangkan isi surat Sulaiman dengan cermat, ratu Saba' memilih untuk tidak bersikap ceroboh. Ratu lebih suka untuk menggunakan bahasa kelembutan. Ia mengirim kepada Sulaiman suatu hadiah yang besar. Ratu mengira bahawa Sulaiman seorang yang ambisius yang boleh jadi ia telah mendengar tentang kekayaan kerajaannya.

Para utusan pergi dengan membawa hadiah dari ratu Saba'. Ratu berharap agar mereka dapat memasuki kerajaan Sulaiman dan akan mengetahui kondisi kerajaannya. Saat mereka pulang, ratu ingin mendengar secara langsung dari mereka tentang keadaan kaum Sulaiman dan pasukannya. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, maka si ratu dapat membuat sesuatu keputusan yang tepat. Ratu menyembunyikan apa yang terlintas dalam dirinya lalu ia berbicara kepada pembesar istananya bahawa ia dapat menyingkap niat jahat raja Sulaiman melalui cara mengirim hadiah kepadanya. Ratu lebih memilih cara tersebut dan menunggu reaksi Sulaiman. Ratu berhasil memuaskan para pembesar istananya, dan untuk sementara ia menghilangkan ide berperang, kerana para raja jika menyerang suatu desa, maka pemimpin desa tersebut adalah orang yang paling banyak mendapatkan kehinaan dan cercaan. Akhirnya, para pembesar kaumnya merasa puasa dengan fikirannya itu. Allah s.w.t berfirman:

"Dia berkata: 'Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, nescaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.'" (QS. an-Naml: 34- 35)

Kemudian sampailah hadiah ratu Balqis ke Nabi Sulaiman. Para badan perisikannya memberitahunya bahawa para utusan Balqis datang dengan membawa hadiah. Sulaiman langsung mengetahui bahawa ratu itu sengaja mengirim orang-orangnya untuk mengetahui atau mendapatkan informasi tentang kekuatannya, lalu setelah itu, ia mengambil keputusan atau sikapnya kepada Sulaiman. Sulaiman segera memanggil semua pasukannya untuk berkumpul.

Utusan Balqis segera memasuki istana Sulaiman yang dipenuhi dengan pasukan besar yang bersenjata. Tiba-tiba, utusan Balqis tampak tercengang ketika melihat kekayaan mereka dan harta mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kerajaan Sulaiman. Hadiah mereka tampak tidak bererti. Emas yang mereka bawa tampak tidak bererti saat mereka memasuki istana Sulaiman yang terbuat dari kayu-kayu pohon gaharu yang mengeluarkan bau yang harum serta dihiasi dengan emas. Para utusan Balqis berdiri bersama Sulaiman dan menyaksikan bagaimana Sulaiman mengendalikan pasukannya. Kemudian mereka mulai berfikir tentang kekuatan dan kualiti pasukan Sulaiman. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat di tengah-tengah pasukan itu terdapat singa, burung dan tentera dari kalangan manusia yang mampu terbang. Mereka pun sadar bahawa mereka di hadapan pasukan yang tiada taranya.

Selesailah demonstrasi pasukan Sulaiman. Kemudian para utusan ratu dipersilakan maju ke tempat hidangan, makan. Para utusan itu sangat terkejut ketika melihat berbagai macam, makanan dari penjuru bumi ada di depannya, dan di antara, makanan itu pun terdapat, makanan yang biasa di temukan di negeri mereka, tetapi mereka melihat bahawa, makanan itu memiliki rasa yang istimewa. Selain itu, piring-piring yang ada di depan mereka dan dijadikan tempat, makanan terbuat dari emas dan mereka dilayani oleh laki-laki yang berhias dengan emas, ratu mereka pun tidak mengenakan hiasan itu. Di meja, makan itu terdapat burung, ikan laut dan berbagai macam daging yang mereka tidak mampu lagi membezakannya. Sulaiman tidak, makan bersama mereka tetapi beliau, makan dengan menggunakan piring yang terbuat dari kayu. Beliau memakan roti yang kering yang dicampur dengan minyak. Inilah, makanan yang dipilihnya.

Sulaiman, makan bersama mereka dalam keadaan diam. Mereka merasa bahawa kehadiran Sulaiman menciptakan suatu kewibawaan yang luar biasa. Selesailah jamuan, makan itu, lalu dengan sangat malu, mereka menyerahkan hadiah ratu Balqis kepada Sulaiman. Hadiah itu berupa emas. Bagi mereka, hadiah itu sangat bernilai tetapi di sini hadiah ini tampak kecil di hadapan kekayaan yang sangat mengagumkan. Sulaiman memperhatikan hadiah ratu itu dan berkata:

"Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: 'Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. (QS. an- Naml: 36)

Raja Sulaiman menyingkap - dengan kata-katanya yang singkat itu - penolakannya terhadap hadiah mereka. Ia memberitahu utusan itu bahawa ia tidak menerima hadiah tersebut. Ia tidak merasa puas dengan hadiah itu. Yang membuatnya puas hanya: "Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. "

Lalu Sulaiman kembali berkata dengan pelan:

"Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentera yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba') dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina." (QS. an- Naml: 37)

Sulaiman meninggalkan para utusan ratu itu setelah terlebih dahulu mengancam mereka. Para utusan itu mengharap agar Sulaiman mau menunggu kunjungan ratu Balqis sendiri yang akan membawa misi perdamaian. Akhirnya, sampailah para utusan Balqis ke Saba' mereka segera menuju istana ratu. Mereka memberitahu bahawa negeri mereka ada di hujung tanduk. Mereka menceritakan kepada ratu kekuatan Sulaiman, dan tidak mungkin bagi mereka mampu melawannya. Mereka meyakinkan Balqis bahawa ia harus mengunjunginya dan melihat sendiri. Kemudian ratu menyiapkan dirinya untuk pergi menuju kerajaan Sulaiman. Sulaiman duduk di kerusi kerajaan di tengah-tengah para pembesarnya dan para menterinya serta para komandan pasukan. Beliau berfikir tentang Balqis. Sulaiman mengetahui bahawa Balqis menuju tempatnya. Balqis dikelilingi rasa takut. Sulaiman berfikir sejenak tentang bagaimana matahari disembah. Ia memikirkan bagaimana informasi yang diterima badan perisikannya tentang kemajuan kerajaan Balqis dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Sulaiman bertanya kepada dirinya sendiri, apakah kemajuan menjadi penghalang untuk mengetahui kebenaran, apakah ratu itu gembira dengan kekuatan yang dicapainya dan ia membayangkan bahawa kekuatan adalah?

Dengan kemajuan yang dimilikinya, Sulaiman ingin membuat kejutan agar ratu mengetahui bahawa Islam yang diyakini oleh Sulaiman adalah satu-satunya yang mampu mendatangkan kemajuan dan kekuatan yang hakiki, sehingga ia dapat membandingkan antara keyakinannya dalam menyembah matahari berserta kemajuan yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman juga berserta kemajuan yang diraihnya.

Para perisik Sulaiman telah memberitahunya bahawa hal yang sangat disegani dan dikagumi oleh kaum Balqis adalah kerajaan Saba', yaitu singgahsana ratu Balqis. Singgahsana itu terbuat dari emas dan batu mulia; singgahsana tersebut dijaga oleh para penjaga yang sangat disiplin di mana mereka tidak pernah lalai sedikit pun. Oleh kerana itu, sangat tepat bila Sulaiman menghadirkan singgahsana di sini, di kerajaannya sehingga ketika ratu tiba, maka ia dapat duduk di atasnya. Sulaiman ingin membuat kejutan kepadanya dan menunjukkan bahawa kemampuannya tersebut yang berlandaskan pada keislamannya. Sulaiman melakukan yang demikian itu dengan harapan agar si ratu tunduk kepadanya. Ide ini terlintas dalam diri Sulaiman, lalu ia mengangkat kepalanya dan menoleh kepada anak buahnya:

"Berkata Sulaiman: 'Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 38)

Perhatikanlah ungkapan fikiran Nabi Sulaiman tersebut. Semua pemikirannya berkisar tentang keislaman, para penyembah matahari; tentang bagaimana beliau dapat memberikan petunjuk kepada mereka di jalan Allah s.w.t. Yang pertama menjawab pertanyaan Sulaiman itu adalah Ifrit dari kalangan jin yang Allah s.w.t telah menundukkan mereka kepada Sulaiman:

"Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: 'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.'" (QS. an-Naml: 39)

Sulaiman berdiri dari tempat duduknya setelah satu jam atau dua jam, namun jin itu berjanji kepadanya untuk menghadirkan singgahsana Balqis sebelum itu. Istana Sulaiman di Palestina sedangkan istana Balqis terletak di Yaman. Jarak antara singgahsana tersebut dan singgahsana Sulaiman lebih dari ribuan juta. Barangkali pesawat yang cepat sekali pun yang kita kenal hari ini tidak akan mampu membawa dan mendatangkan istana itu dalam waktu satu jam. Tetapi masalahnya di sini berhubungan dengan kekuatan jin yang misteri.

Sulaiman tidak mengomentari sedikit pun terhadap apa yang dikatakan oleh Ifrit dari kalangan jin. Tampak ia menunggu tanggapan lain yang mampu menghadirkan singgahsana Balqis yang lebih cepat dari itu. Sulaiman menoleh kepada seseorang di sana yang duduk di atas naungan:

"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: 'Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.', maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: 'Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencuba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat- Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diriku sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS. an-Naml: 40)

Belum lama seseorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab menyatakan kalimatnya sehingga singgahsana itu bercokol di depan Sulaiman. Ia mampu menghadirkan singgahsana itu lebih cepat atau lebih sedikit dari kedipan mata ketika mata itu tertutup dan terbuka. Al-Quran al-Karim tidak menyingkap keperibadian seseorang yang menghadirkan singgahsana itu. Al-Quran hanya menggaris bahawa orang itu mempunyai ilmu dari al-Kitab. Al-Quran tidak menjelaskan kepada kita, apakah ia seorang malaikat atau manusia atau jin. Begitu juga Al-Quran al-Karim sepertinya menyembunyikan kitab yang dimaksud di mana darinya orang tersebut mempunyai kemampuan yang luar biasa ini. Al-Quran sengaja tidak menyingkap hakikat kitab yang dimaksud.

Kita sekarang berhadapan dengan mukjizat yang besar yang terjadi dan dilakukan seseorang yang duduk di tempat Sulaiman. Yang jelas, Allah s.w.t menunjukkan mukjizat-Nya, adapun rahsia di balik mukjizat ini, maka tak seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah s.w.t. Demikianlah, konteks Al-Quran menyebutkan kisah tersebut untuk menjelaskan kemampuan Nabi Sulaiman yang luar biasa, yaitu kemampuan yang menegaskan adanya seseorang alim ini di majlisnya. Termasuk tindakan fudhul (sok mau tahu) jika orang bertanya siapa yang memiliki ilmu dari al-Kitab ini: apakah Jibril atau Ashif bin Barkhiya atau makhluk yang lain. Juga termasuk fudhul jika kita bertanya tentang al- Kitab ini: apakah orang yang mengetahui isinya menggunakan ismullah al- A 'dzham (nama Allah s.w.t yang agung) untuk menghadirkan singgahsana.

Semua pembahasan seputar masalah ini dianggap fudhul. Betapa tidak, Al-Quran sendiri tidak menerangkan hal itu sehingga rasa-rasanya kita tidak perlu membahas terlalu jauh. Singgahsana itu tampak di depan Sulaiman. Perhatikanlah tindakan Nabi Sulaiman setelah adanya mukjizat ini. Beliau tidak merasa kagum terhadap kemampuannya yang luar biasa; beliau tidak tercengang dengan kekuatannya; beliau mengembalikan keutamaan tersebut kepada Penguasa para penguasa (Allah s.w.t) dan bersyukur kepada-Nya yang telah mengujinya dengan kekuasaan ini agar ia dapat membuktikan apakah ia bersyukur atau mengingkari. Setelah Sulaiman bersyukur kepada Penciptanya, ia mulai memperhatikan singgasana si ratu. Singgasana tersebut merupakan simbol pembangunan dan kemajuan tetapi tampaknya ia hanya sesuatu yang biasa dibandingkan dengan kekuasaan dan kebesaran ciptaan yang dibikin oleh manusia dan jin di kalangan istana Sulaiman. Sulaiman memikirkan dalam tempo yang lama singgasana Balqis kemudian beliau memerintahkan agar singgasana itu diperbaiki sehingga saat Balqis datang Sulaiman dapat mengujinya, apakah Balqis dapat mengenali singgahsananya atau tidak:

Dia berkata: 'Ubahlah baginya singgahsananya;, maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.'" (QS. an-Naml: 41)

Sulaiman memerintahkan agar dibangun istana yang akan digunakan untuk menyambut Balqis. Sulaiman memilih tempat di laut dan ia memerintahkan agar dibangun suatu istana di mana sebahagian besarnya terdiri dari air laut. Sulaiman memerintahkan agar tanah-tanah itu terbuat dari kaca yang tebal dan kuat sehingga orang yang berjalan di atas istana itu akan membayangkan bahawa di bawahnya ada ikan-ikan yang berwarna dan berenang dan ia melihat rumput-rumput laut yang bergerak.

Akhirnya, selesailah pembangunan istana itu, dan saking bersihnya kaca yang terbuat darinya tanah kamarnya sehingga tampak di sana tidak ada kaca. Hud-hud memberitahu Sulaiman bahawa Balqis telah sampai di dekat kerajaannya. Kemudian Balqis datang. Al-Quran tidak menyebutkan keadaan Sulaiman saat menyambut Balqis, namun Al-Quran justru menunjukkan dua sikap Balqis: pertama, bagaimana sikap Balqis ketika pertama kali melihat singgahsananya yang datang mendahuluinya, padahal ia telah meninggalkan pengawalnya untuk tetap setia menjaga singgasana itu; kedua keadaannya di depan tanah istana yang penuh dengan permata yang berenang di bawahnya ikan-ikan:

"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 42)

Ayat tersebut menggambarkan kondisi dialog antara Sulaiman dan Balqis. Balqis melihat singgahsananya dan ia tercengang saat mengetahui bahawa itu adalah singgahsananya, namun ia kemudian mulai ragu kerana melihat tidak sepenuhnya itu singgahsananya. Jika itu benar-benar singgahsananya, lalu bagaimana ia datang mendahuluinya dan bila bukan singgahsananya, maka bagaimana Sulaiman dapat meniru se persis dan se teliti ini. Sulaiman berkata saat melihat Balqis mengamati singgahsananya: "Apakah ini singgahsanamu?" Setelah mengalami kebingungan sesaat Balqis menjawab: "Sepertinya benar." Sulaiman berkata: "Kami telah diberi ilmu sebelumnya dan kami sebagai orang- orang Muslim."

Melalui penyataannya itu, Sulaiman ingin mengisyaratkan kepada Balqis agar ia membandingkan antara keyakinannya berserta ilmu yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman yang Muslim berserta pengetahuan yang diraihnya. Penyembahan terhadap matahari dan pencapaian ilmu yang dicapai oleh Balqis tampak tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Sulaiman dan keislamannya. Sulaiman telah mendahuluinya dalam bidang ilmu kerana keislamannya. kerana itu, sangat mudah baginya untuk mengungguli Balqis dalam ilmu-ilmu yang lain.

Demikianlah yang diisyaratkan pernyataan Sulaiman kepada Balqis. Ratu Saba' itu mengetahui bahawa ini adalah singgahsananya di mana singgasana itu datang lebih dahulu daripada dirinya. Beberapa bahagian dirinya telah diubah. Saat Balqis masih berjalan menuju tempat Sulaiman, ia berfikir: kemampuan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman? Balqis tercengang melihat apa yang disaksikannya yang merupakan buah dari keimanan Sulaiman dan hubungannya dengan Allah s.w.t. Sebagaimana Balqis tercengang ketika melihat kemajuannya dalam bidang pembangunan seni dan ilmu, maka ia lebih kagum lagi saat melihat hubungan yang kuat antara keislaman Sulaiman dan ilmunya serta kemajuannya:

"Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya) kerana sesungguhnya dia terdahulu termasuk orang-orang yang kafir." (QS. an-Naml: 43)

Bergoncanglah dalam benak Balqis ribuan hal. Ia melihat keyakinan kaumnya runtuh di hadapan Sulaiman; ia menyedari matahari yang disembahnya merupakan ciptaan Allah s.w.t di mana Dia menggerakkannya untuk hamba-hamba-Nya. Lalu terbitlah matahari kebenaran pada dirinya. Hatinya diterangi oleh cahaya baru yang tidak akan tenggelam seperti tenggelamnya matahari. Masa keislamannya hanya menunggu waktu. Balqis memilih waktu yang tepat untuk mengumumkan keislamannya. Allah s.w.t berfirman:

"Dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam istana.', maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca.' Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. an-Naml: 44)

Dikatakan kepada Balqis masuklah ke dalam istana. Ketika ia masuk, maka ia tidak menyaksikan adanya kaca tetapi ia melihat air sehingga ia mengira akan bersinggungan dengan air laut lalu ia menyingkap sedikit bajunya agar bajunya tidak basah. Sulaiman mengingatkannya - tanpa melihat - agar ia tidak khuatir terhadap pakaiannya kerana pakaiannya tidak akan basah, sebab di sana tidak ada air. Ia sekadar kaca yang halus yang saking halusnya hingga ia tidak tampak. Pada kesempatan itulah Balqis mengumumkan keislamannya. Ia mengakui kelaliman dirinya dan ia menyatakan penyerahan diri kepada Sulaiman dan kepada Allah s.w.t Tuhan alam semesta. Lalu kaumnya pun mengikutinya dan mereka memeluk Islam. Balqis menyedari ia berhadapan dengan penguasa yang terbesar di bumi dan salah satu Nabi Allah s.w.t yang mulia. Untuk pertama kalinya wajah Sulaiman tampak dihiasi dengan senyuman yang menunjukkan kepuasannya sejak Balqis mengunjunginya. Demikianlah, Sulaiman mewujudkan kejayaannya yang hakiki dan menyebarkan cahaya Islam di muka bumi.

Al-Quran tidak menyebutkan kisah Balqis setelah keislamannya. Para ahli tafsir mengatakan bahawa ia menikah dengan Sulaiman. Selain itu, ada yang mengatakan bahawa ia menikah dengan salah satu orang dekat Sulaiman. Ada juga yang mengatakan bahawa sebahagian raja Habsyah adalah keturunan dari buah perkahwinan ini. Kami tidak sependapat dengan semua itu kerana Al-Quran al-Karim tidak menyebutkan semua perincian tersebut. Oleh kerana itu, kami tidak merasa penting untuk menyelami sesuatu yang tidak diketahui oleh seseorang pun.

Sulaiman hidup di tengah-tengah kejayaan dan kemuliaan di muka bumi, kemudian Allah s.w.t menetapkan kematian baginya. Sebagaimana kehidupan Sulaiman berada di puncak kemuliaan dan kejayaan yang penuh dengan keajaiban yang luar biasa, maka kematiannya pun merupakan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t yang penuh dengan keajaiban. Demikianlah bahawa kematiannya sesuai dengan kehidupannya, sesuai dengan kejayaannya. Allah s.w.t berfirman tentang kematian Sulaiman:

"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahawa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam seksa yang menghinakan. " (QS. Saba': 14)

Kemampuan Nabi Sulaiman untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka serta hubungan mereka dengannya, semua ini menimbulkan fitnah di tengah-tengah manusia dalam hal tertentu, dan kematian Sulaiman merupakan batasan (jawapan) terhadap fitnah ini. Kami tidak mengetahui siapa yang mengklaim bahawa jin mengetahui hal yang ghaib, apakah itu syaitan yang terkutuk atau jin yang bodoh atau manusia yang tertipu. Kami tidak mengetahui siapa yang bertanggungjawab terhadap tersebarnya isu yang keliru ini. Yang kita ketahui adalah, bahawa hal tersebut tersebar dan mempengaruhi sebahagian manusia dan jin. Barangkali manusia berkata kepada diri mereka: Selama jin melakukan perbuatan yang luar biasa ini, maka apa gerangan yang menjadikan mereka tidak mengetahui hal yang ghaib itu.

Manusia itu lupa bahawa kunci keghaiban berada di tangan Allah s.w.t. Masalah ilmu ghaib tidak akan mampu dikuasai oleh jin, manusia, para nabi, dan semua makhluk. Hanya Dia yang mengetahuinya. Allah s.w.t telah merencanakan bahawa kematian Sulaiman pun bertujuan untuk menghancurkan pemikiran ini, yaitu pemikiran bahawa jin mengetahui hal yang ghaib. Jin bekerja untuk Nabi Sulaiman selama beliau hidup, dan tatkala beliau meninggal, maka tugas mereka menjadi bebas. Nabi Sulaiman meninggal tanpa diketahui oleh jin sehingga mereka tetap bekerja untuknya. Mereka tetap mengabdi kepada Sulaiman. Seandainya mereka mengetahui hal yang ghaib nescaya mereka tidak meneruskan pekerjaan mereka.

Pada suatu hari Sulaiman memasuki mihrabnya untuk i'tikaf, ibadah, dan solat. Tak seorang pun berani mengganggu khalwatnya di mihrabnya. Mihrab Sulaiman terletak di puncak gunung dan dindingnya terbuat dari permata. Pada suatu hari Sulaiman duduk bersandar pada tongkatnya dan ia tampak tenggelam dalam tafakur. Beliau berzikir kepada Allah s.w.t hingga rasa kantuk menguasainya lalu setelah itu malaikat maut menemuinya di mihrabnya. Sulaiman pun meninggal. Beliau bersandar kepada tongkatnya. Jin melihatnya dan mengira bahawa beliau sedang solat sehingga mereka pun terus melanjutkan pekerjaannya.

Berlalulah hari-hari yang panjang. Kemudian datanglah rayap, yaitu semut kecil yang memakan kayu. Haiwan itu pun mulai memakan tongkat Sulaiman. Rayap-rayap itu tampak lapar. Sebahagian dari tongkat Sulaiman dimakan beberapa hari oleh rayap-rayap itu. Ketika yang dimakannya semakin bertambah, maka tongkat itu pun menjadi rosak dan jatuh dari tangan Sulaiman. Tubuh mulia itu kehilangan keseimbangan dan terhempas di bumi. Tatkala tubuh suci itu tersungkur, maka manusia segera menuju ke sana. Mereka menyedari dan mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah meninggal dalam waktu yang lama. Jin menyedari bahawa mereka tidak mengetahui hal yang ghaib dan manusia pun mengetahui hakikat ini. Seandainya jin mengetahui hal yang ghaib, nescaya ia tidak akan meneruskan seksa yang hina, mereka tidak akan bekerja.

Demikianlah Nabi Sulaiman meninggal dalam keadaan duduk dan solat di mihrabnya. Lalu berita itu tersebar bagaikan api di bumi. Manusia, burung, dan binatang buas menghantarkan jenazah Nabi Sulaiman. Sekawanan burung tampak sedih dan menangis. Semua makhluk bersedih. Akhirnya, tak seorang pun mengetahui bahasa burung di bumi. Meninggallah seseorang yang memakami pembicaraan burung. Burung- burung itu berkata: "Betapa beratnva kehidupan di tengah-tengah orang yang tidak mengetahui pembicaraan kita."

Kisah Nabi Sulaiman dengan Semut

Kisah 1

Kerajaan Nabi Sulaiman AS dikala itu sedang mengalami musim kering yang begitu
panjang. Lama sudah hujan tidak turun membasahi bumi. Kekeringan melanda di mana-mana. Baginda Sulaiman AS mulai didatangi oleh umatnya untuk meminta pertolongan dan memintanya memohon kepada Allah s.w.t agar menurunkan hujan untuk membasahi kebun-kebun dan sungai-sungai mereka. Baginda Sulaiman AS kemudian memerintahkan satu rombongan besar pengikutnya yang terdiri dari bangsa jin dan manusia berkumpul di lapangan untuk berdoa memohon kepada Allah s.w.t agar musim kering segera berakhir dan hujan segera turun.

Sesampainya mereka di lapangan Baginda Sulaiman AS melihat seekor semut kecil
berada di atas sebuah batu. Semut itu berbaring kepanasan dan kehausan. Baginda
Sulaiman AS kemudian mendengar sang semut mulai berdoa memohon kepada Allah s.w.t penunai segala hajat seluruh makhluk-Nya. "Ya Allah pemilik segala khazanah, aku berhajat sepenuhnya kepada-Mu, Aku berhajat akan air-Mu, tanpa air-Mu ya Allah aku akan kehausan dan kami semua kekeringan. Ya Allah aku berhajat sepenuhnya pada-Mu akan air- Mu, kabulkanlah permohonanku", doa sang semut kepada Allah s.w.t. Mendengar doa si semut maka Baginda Sulaiman AS kemudian segera memerintahkan rombongannya untuk kembali pulang ke kerajaan sambil berkata pada mereka, "kita segera pulang, sebentar lagi Allah s.w.t akan menurunkan hujan-Nya kepada kalian. Allah s.w.t telah mengabulkan permohonan seekor semut". Kemudian Baginda Nabi Sulaiman dan rombongannya pulang kembali ke kerajaan.

Kisah 2

Suatu hari Baginda Sulaiman AS sedang berjalan-jalan. Ia melihat seekor semut sedang berjalan sambil mengangkat sebutir buah kurma. Baginda Sulaiman AS terus mengamatinya, kemudian beliau memanggil si semut dan menanyainya, Hai semut kecil untuk apa kurma yang kau bawa itu?. Si semut menjawab, Ini adalah kurma yang Allah s.w.t berikan kepada ku sebagai makananku selama satu tahun. Baginda Sulaiman AS kemudian mengambil sebuah botol lalu ia berkata kepada si semut, Wahai semut ke marilah engkau, masuklah ke dalam botol ini aku telah membagi dua kurma ini dan akan aku berikan separuhnya padamu sebagai makananmu selama satu tahun. Tahun depan aku akan datang lagi untuk melihat keadaanmu. Si semut taat pada perintah Nabi Sulaiman AS. Setahun telah berlalu. Baginda Sulaiman AS datang melihat keadaan si semut. Ia melihat kurma yang diberikan kepada si semut itu tidak banyak berkurang. Baginda Sulaiman AS bertanya kepada si semut, hai semut mengapa engkau tidak menghabiskan kurmamu Wahai Nabiullah, aku selama ini hanya menghisap airnya dan aku banyak berpuasa. Selama ini Allah s.w.t yang memberikan kepadaku sebutir kurma setiap tahunnya, akan tetapi kali ini engkau memberiku separuh buah kurma. Aku takut tahun depan engkau tidak memberiku kurma lagi kerana engkau bukan Allah Pemberi Rezeki (Ar-Rozak), jawab si semut.

Tempat Ibadah Sulaiman

Tempat ibadah Sulaiman atau Haikal Sulaiman terletak di Ursyilim (Yarusalem). Ia adalah sentral ibadah kaum Yahudi dan simbol sejarah kaum Yahudi serta sebagai kebanggaan mereka. Raja Sulaiman telah membangunnya dan mengeluarkan harta yang tidak sedikit untuk mendirikannya. Bahkan ia memerlukan seratus delapan puluh ribu pekerja. Sulaiman telah mendatangkan emas dari Thirsis dan kayu dari Lebanon dan batu mulia dari Yaman. Setelah tujuh tahun dari pembangunan yang terus-menerus, Haikal Sulaiman menjadi sempurna. Saat itu ia menjadi kekaguman dan simbol kejayaan di dunia.

Berulang kali ada usaha untuk menghancurkan bangunan tersebut. Orang- orang yang tamak dan para penyerang bertujuan untuk merampas harta benda yang bernilai yang terdapat dalam Haikal Sulaiman. Mereka merosak sebahagian darinya lalu salah seorang raja berusaha memperbaikinya kerana saking cintanya kepada orang-orang Yahudi. Pada kali ini pembangunan tempat beribadah itu membutuhkan waktu empat puluh enam tahun sehingga ia pun menjadi suatu bangunan yang besar yang menakjubkan yang dikelilingi oleh tiga pagar besar. Ia terdiri dari dua halaman besar: yaitu halaman luar dan halaman dalam. Halaman dalam dibangun di atas tiang-tiang ganda yang terbuat dari marmar. Sedangkan halaman luar dari tempat ibadah itu meliputi gerbang-gerbang besar yang ditutup oleh emas dan sepuluh pintu gerbang dilapisi dengan tembaga Kurnusus. Para raja terus memberikan hadiah untuk pembangunan dan penyempurnaan tempat ibadah itu sampai akhir zamannya, sehingga tempat peribadatan itu memuat perbendaharaan harta yang tidak ternilai.

Tujuan utama dari pembangunan Haikal Sulaiman adalah untuk menyembah kepada Allah s.w.t di dalamnya. Tempat ibadah itu merupakan masjid bagi orang-orang yang bertauhid dan orang-orang mukmin. Tentu keindahan dan kebesarannya tidak dimaksudkan memalingkan manusia dari menyembah selain Allah s.w.t. Dan barangkali kebesaran bangunan itu merupakan simbol kekuatan negara dan kekuatan akidahnya. Namun sesuai dengan perjalanan waktu, mulailah terjadi perubahan dan penyimpangan. Seharusnya ibadah hanya ditujukan kepada Allah s.w.t, tiba-tiba kaum berpaling dan malah mengagumi kulit dan meninggalkan hakikat.

Akhirnya, nasib tempat ibadah itu sama dengan nasib yang dialami tempat-tempat ibadah lainnya. Haikal Sulaiman adalah simbol tauhid dan penyembahan kepada Allah s.w.t yang tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian berlalulah tahun demi tahun sehingga berubahlah haikal itu menjadi lempengan emas yang mengkilat yang menyembunyikan di bawahnya kepentingan agama Yahudi.

"Orang-orang Yahudi menodai kesucian tempat ibadah itu dan mereka melecehkan keindahannya di mana mereka menjadikannya sebagai pasar, tempat jual-beli. Kemudian tempat itu disesaki oleh para penjual sapi, kambing, dan merpati hingga tempat itu menjadi kotor dan berubah menjadi kandang binatang. Di tempat itu terjadi kegaduhan dan kebisingan di mana orang-orang melakukan transaksi jual-beli dan menukar wang di situ." (Injil Matta)

Ketika tempat ibadah itu kehilangan hakikatnya dan menjadi pasar tempat berdagang, Allah s.w.t mengutus orang-orang yang menghancurkan tempat itu. Allah s.w.t berfirman:

"Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: 'Sesungguhnya kamu akan membuat kerosakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu sekelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (bererti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka- muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh- musuhmu memasukinya pada kali pertama dan membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu; dan kiranya kamu kembali kepada (kederhakaan), nescaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang- orang yang tidak beriman." (QS. al-Isra': 4-8)

Ayat-ayat tersebut menunjukkan tentang hukum azali yang tidak pernah berubah pada kehidupan bangsa dan umat di mana umat itu akan tampak kuat selama mereka berpegangan dengan tali Allah s.w.t dan ketika mereka meninggalkan hakikat kekuatan. iaitu kekuatan yang bersandar kepada Allah s.w.t dan mereka memilih menyembah selain-Nya dan menjadikan dunia sebagai tujuan hidup mereka, maka ketika ini terjadi, Allah s.w.t akan mengutus kepada mereka orang-orang yang menghancurkan mereka.

Para mufasir menyebutkan bagaimana terjadinya peristiwa penghancuran Haikal Sulaiman dan penghancuran Baitul Maqdis. Mereka mengatakan: "Allah s.w.t mewahyukan kepada salah seorang nabi dari kalangan Bani Israil yang bernama Armiya ketika muncul berbagai kemaksiatan di tengah-tengah mereka, hendaklah engkau menyampaikan kepada kaummu dan beritahukan kepada mereka bahawa mereka memiliki hati tetapi mereka tidak mengerti; mereka memiliki mata tetapi mereka tidak melihat; dan mereka memiliki telinga tetapi mereka tidak mendengar.

Kemudian nabi itu menerima wahyu dan ia diperintahkan untuk bertanya kepada Bani Israil, apakah salah seorang mereka merasa gembira ketika bermaksiat kepada Allah s.w.t, dan apakah seseorang merasa sedih dan gelisah ketika taat kepada Allah s.w.t. Haiwan biasanya ingat kepada tempat asalnya dan kembali kepadanya,  sedangkan  kaum  itu justru meninggalkan  asal-muasal mereka yang hakiki, yaitu hakikat tauhid. Jadi, sebenarnya mereka lebih jahat dari binatang."

Demikianlah kalimat-kalimat Ilahi disampaikan di tengah-tengah para pendeta dan para penguasa, namun para pendeta justru membuat tuhan lain selain Allah s.w.t dan mereka menggiring manusia untuk menyembah sesama manusia. Adapun para penguasa, mereka membangkang pada nikmat Allah s.w.t dan merasa tenang dengan azab Allah s.w.t yang dahsyat. Mereka tertipu dengan dunia. Mereka mencampakkan Kitab Allah s.w.t dan melupakan janji-Nya. Mereka mengubah-ubah Kitab Allah s.w.t (Taurat). Mereka menciptakan kebohongan kepada para rasul-Nya dan membunuh mereka tanpa alasan yang benar.

Sedangkan para fuqaha dan orang-orang cerdik, mereka mempelajari sesuatu sesuai dengan kepentingan mereka. Mereka mengambil sebahagian Kitab dan meninggalkan sebahagiannya. Mereka mendukung para penguasa yang lalim yang membuat penyelewengan dalam agama. Mereka justru mentaati penguasa itu meskipun benar-benar bermaksiat kepada Allah s.w.t. Mereka membatalkan perjanjian dengan Allah s.w.t.
Sementara itu, anak-anak nabi, maka mereka menjadi orang-orang yang kalah. mereka berharap agar Allah s.w.t menolong mereka seperti ayah- ayah mereka ditolong. Mereka tidak ingat bagaimana sikap wara' ayah- ayah mereka dan bagaimana mereka mencurahkan usaha mereka, bahkan darah mereka tertumpah tetapi mereka sabar dan mereka tetap percaya kepada janji Allah s.w.t, sehingga Dia memuliakan agamanya dan memenangkan mereka.

Demikianlah Armiya terus menyiarkan berita tentang kebenaran dan mengingatkan kaumnya dan memberi mereka kesempatan terakhir untuk bangkit dan kembali pada agama tauhid. Kalau tidak, Allah s.w.t akan mengutus kepada mereka seorang penguasa yang bengis di mana pasukannya bagaikan sekawanan awan yang akan menghancurkan bangunan-bangunan yang mereka bangun dan akan meninggalkan desa yang mereka huni dalam keadaan yang mengerikan. Ibnu Katsir berkata dengan menukil apa yang dinyatakan oleh Ibnu Asakir:

"Duhai Ilya dan penghuninya, bagaimana mereka dihinakan dengan pembunuhan dan mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina, tempat- tempat istana mereka yang mengagumkan menjadi tempat-tempat tinggalnya haiwan-haiwan buas. Aku akan menghancurkan mereka dengan berbagai azab. Jika langit menurunkan hujan di atas bumi, maka bumi tidak akan tumbuh. Bila tumbuh suatu tumbuhan di bumi, maka itu adalah sebagai rahmat-Ku terhadap binatang-binatang. Jika mereka menanam sesuatu, maka tanaman mereka akan dikuasai oleh hama dan jika ada tumbuhan yang selamat darinya, maka Aku akan cabut darinya keberkahan, dan jika mereka berdoa Aku tidak akan mengabulkan dan jika mereka meminta, maka Aku tidak akan memberi dan jika mereka menangis, maka aku tidak akan menyayangi, dan jika mereka berusaha bersikap rendah diri, maka Aku akan memalingkan wajah-Ku dari mereka."

Ilya menyampaikan kepada kaumnya tentang azab Allah s.w.t yang akan meliputi segala sesuatu, namun orang-orang Yahudi menyambut dakwahnya dengan kebohongan dan kemaksiatan dan mereka menuduhnya dengan kebohongan.

Mereka berkata kepadanya, "Bagaimana engkau berbohong dan mengaku bahawa Allah s.w.t akan menghancurkan bumi-Nya dan masjid-masjid- Nya lalu siapa yang akan menyembah-Nya jika tidak ada seorang pun di muka bumi yang menyembah-Nya, juga tidak ada masjid dan tidak ada Kitab. Sungguh engkau telah gila wahai Ilya." Akhirnya pertentangan antara Ilya dan kaumnya berakhir pada pemenjaraannya. Pada saat yang sama, datanglah pasukan Bakhtansir menuju mereka. Orang-orang Yahudi terkejut ketika mendengar suara derap kaki kuda dan suara panah-panah yang melayang dan bau kebakaran. Pasukan itu memasuki desa-desa dan kota-kota. Mereka mengelilingi segenap penjuru kota dan desa. Pemimpin pasukan itu menyerbu orang-orang Yahudi dan menghancurkan mereka: sepertiga dibunuh, sepertiga ditawan, sementara wanita-wanita tua dan lelaki-lelaki tua dibiarkan hidup.

Baitul Maqdis dihancurkan dan tempat ibadah itu pun hancur. Orang- orang laki-laki dibunuh dan benteng-benteng kukuh pun dibakar, bahkan ulama-ulamanya dan fuqaha-fuqahanya dibunuh dan tak seorang pun hidup di antara mereka. Rumah-rumah orang-orang Yahudi tidak lagi dihuni kecuali oleh burung hantu dan binatang buas. Lalu sebahagian orang-orang Yahudi dari Bani Israil meninggalkan tempat itu dan tempat itu pun menjadi tempat yang tandus untuk waktu yang lama sehingga Allah s.w.t mengizinkan kepada sebahagian cucu dari kaum itu untuk kembali dan mereka pun kembali.

Selama terjadi peristiwa yang berdarah tersebut, Uzair tidur dan dialah satu-satunya yang menjaga Taurat.
Itulah sepenggal kisah tentang seorang Nabi yang menguasai dunia. Termasuk tanah jawa pada masa itu pun bagian dr kekuasaan nya.
Adapun ada kisah tanah jawa baru dihuni manusia pada awal masehi itu dikarenakan sepeninggal Nabi Sulaiman para Jin bawahan Nabi Sulaiman banyak yang tinggal di tanah jawa. Dan pada periode Ajisaka tanah jawa baru dihuni Manusia.

Nusantara Masa Rosululloh


Salah satu teori Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, di abad ke14 Masehi. Teori masuknya Islam ke Nusantara dari Gujarat ini disebutjuga sebagai Teori Gujarat. Demikian menurut buku-buku sejarah yang sampai sekarang masih menjadi buku pegangan bagi para pelajar kita, dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas, bahkan di beberapa perguruan tinggi. 

Namun, tahukah Anda bahwa Teori Gujarat ini berasal dari seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam? Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yang demi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangat giat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya.

Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu. Yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarah soal masuknya Islam di Nusantara.

Dan ini teori yang saya ambil setelah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara dan sengaja untuk menepis sejarah islam Nusantara yang di tulis oleh kaum orientalis.
Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina.

Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara.
Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London.  Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur,yang sudah sering dijarah…”

Sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina.  Perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memiliki wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi .

Tapi bisa saja terjadi, “kerajaan-kerajaan kecil” yang tersebar di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yang terakhir ini tidak dijumpai catatannya.
Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru “diketahui” memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. 

Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya.Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapaikejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Temuan G. R Tibbets

Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara—terutama Sumatera dan Jawa—dengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G. R. Tibbetts. Bahkan Tibbetts-lah orang yang dengan tekun meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. 

Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu. “Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar k enegeri Cina sejak abad kelima Masehi, ” tulis Tibbets.
Jadi peta perdagangan saat itu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-China. 

Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M—hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rosululloh berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab—di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.

Di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikah perempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak–pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).  

Ada seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera.  Dan penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Tanah Air. Temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika.

Pembalseman Firaun Ramses II Pakai Kapur Barus Dari Nusantara

Dari berbagai literatur, diyakini bahwa kampung Islam di daerah pesisir Barat Pulau Sumatera itu bernama Barus atau yang juga disebut Fansur. Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Di zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. 

Namun ketika Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Aceh. Amat mungkin Barus merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya.

Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari kapur barus. Bahkan dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5. 000 tahun sebelum Masehi. Barus juga dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi. 

Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu.  

Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari EcoleFrancaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis yang bekerjasama denganpeneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Baru stelah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya. Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah makmur. Di Barus dan sekitarnya, banyak pedagang Islam yang terdiri dari orangArab, Aceh, dan sebagainya hidup dengan berkecukupan. Mereka memiliki kedudukan baik dan pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupun pemerintah (Kerajaan Budha Sriwijaya). 

Bahkan kemudian ada juga yang ikut berkuasa di sejumlah bandar. Mereka banyak yang bersahabat, juga berkeluarga dengan raja, adipati, atau pembesar-pembesar Sriwijaya lainnya. Mereka sering pula menjadi penasehat raja, adipati, atau penguasa setempat. Makin lama makin banyak pula penduduk setempat yang memeluk Islam. Bahkan ada pula raja, adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai.

Agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M. Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasanini, misal, menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara.

Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan. Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M.
Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rosululloh masih hidup. 

Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut: Rosululloh menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertamatahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.

Menurut literatur kuno Tiongkok,sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Disana juga terdapat makam salah satu Sahabat Rosululloh SAW.

Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Selaras dengan zamannya, saat itu umat Islam belum memiliki mushaf Al-Qur’an, karena mushaf Al-Qur’an baru selesai dibukukan pada zaman Khalif Utsman bin Affan pada tahun 30H atau 651 M. 

Naskah Qur’an pertama kali hanya dibuat tujuh buah yang kemudian oleh Khalif Utsman dikirim ke pusat-pusat kekuasaan kaum Muslimin yang dipandang penting yakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3)San’a di Yaman, (4) Bahrain, (5) Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang terakhir dipegang sendiri oleh Khalif Utsman. 

Naskah Qur’an yang tujuh itu dibubuhi cap kekhalifahan dan menjadi dasar bagi semua pihak yang berkeinginan menulis ulang. Naskah-naskah tua dari zaman KhalifahUtsman bin Affan itu masih bisa dijumpai dan tersimpan pada berbagai museum dunia. Sebuah di antaranya tersimpan pada Museum di Tashkent,Asia Tengah. Mengingat bekas-bekas darah pada lembaran-lembaran naskah tua itu maka pihak-pihak kepurbakalaan memastikan bahwa naskah Qur’an itu merupakan al-Mushaf yang tengah dibaca Khalif Utsman sewaktu mendadak kaum perusuh di Ibukota menyerbu gedung kediamannya dan membunuh sang Khalifah.

Perjanjian Versailes (Versailes Treaty), 

Yaitu perjanjian damai yang diikat pihak Sekutu dengan Jerman pada akhir Perang Dunia I, di dalam pasal 246 mencantumkan sebuah ketentuan mengenai naskah tua peninggalan Khalifah Ustman bin Affan itu yang berbunyi: (246) Di dalam tempo enam bulan sesudah Perjanjian sekarang ini memperoleh kekuatannya, pihak Jerman menyerahkan kepada Yang Mulia Raja Hejaz naskah asli Al-Qur’an dari masa Khalif Utsman, yang diangkut dari Madinah oleh pembesar-pembesar Turki, dan menurut keterangan, telah dihadiahkan kepada bekas Kaisar William II (Joesoef Sou’yb) Sebab itu, cara berdoa dan beribadah lainnya pada saat itu diyakini berdasarkan ingatan para pedagang Arab Islam yang juga termasuk para Huffadz atau penghapal al-Qur’an. Menengok catatan sejarah,pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Budha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. 

Untuk bisa mendirikan sebuah perkampungan yang berbedadari agama resmi kerajaan—perkampungan Arab Islam—tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik dulu kepada penguasa, hingga akrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar, menambah populasi Muslim di wilayah yang sama yang berarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka—para pedagang Arab Islam ini—bisa mendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai Islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya. Perjalanan dari Sumatera sampai ke Makkah pada abad itu, dengan mempergunakan kapal laut dan transit dulu di Tanjung Comorin, India,  konon memakan waktu dua setengah sampai hampir tiga tahun.
Jika tahun 625 dikurangi 2, 5 tahun, maka yang didapat adalahtahun 622 Masehi lebih enam bulan. 

Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuah perkampungan Islam seperti yang telah disinggung diatas, setidaknya memerlukan waktu selama 5 hingga 10 tahun. Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para shahabat Rasulullah, segenerasi dengan Ali bin Abi Thalibr. A.. Kenyataan inilah yang membuat saya sangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan Madinah.

Sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam untuk berniaga. “ Sebab itu, ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul dan mendakwahkan Islam, maka para pedagang di Nusantara sudah mengenal beliau dengan baik dan dengan cepat dan tangan terbuka menerima dakwah beliau itu,”

Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai iorang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi moni’. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakanbahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan. 

Dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saatkepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).

Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budha dari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengan singgah di Malaka yangmenjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.

Gujarat Sekadar Tempat Singgah

Jelas,Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yang oleh banyak sejarawan dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi Islam di Nusantara ini sebenarnya bukan berasal dari para pedagang India (Gujarat) atau yang dikenal sebagai Teori Gujarat yang berasal dari Snouck Hurgronje ,karena para pedagang yang datang dari India, mereka ini sebenarnya berasal dari Jazirah Arab, lalu dalam perjalanan melayari lautan menuju Sumatera (Kutaraja atau Banda Aceh sekarang ini) mereka singgah dulu di India yang daratannya merupakan sebuah tanjung besar (Tanjung Comorin) yang menjorok ke tengah Samudera Hindia dan nyaris tepat berada ditengah antara Jazirah Arab dengan Sumatera. Bukalah atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa para pedagang dari Jazirah Arab menjadikan India sebagai tempat transit yang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera maupun yang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di India beberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus, terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malaka dan terus ke berbagai pusat-pusatperdagangan di daerah ini hingga pusat Kerajaan Budha Sriwijaya diselatan Sumatera (sekitar Palembang), lalu mereka ada pula yangmelanjutkan ekspedisi ke Cina atau Jawa. Disebabkan letaknya yang sangat strategis, selain Barus, Banda Aceh ini telah dikenal sejak zaman dahulu. Rute pelayaran perniagaan dari Makkah dan India menuju Malaka, pertama-tama diyakini bersinggungan dahulu dengan Banda Aceh ,baru menyusuri pesisir barat Sumatera menuju Barus. Dengan demikian,bukan hal yang aneh jika Banda Aceh inilah yang pertama kali disinar cahaya Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab. Sebab itu, Banda Aceh sampai sekarang dikenal dengan sebutan Serambi Makkah.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...