Minggu, 22 November 2020

Sejarah Dinasti Ming


Dinasti Ming [明朝] (Tahun 1368 ~ 1644) adalah Dinasti yang didirikan oleh Suku Han setelah meruntuhkan kekuasaan Suku Mongol yang mendirikan Dinasti Yuan di daratan China. Pada Tahun 1368 bulan 8, Dinasti Yuan dinyatakan berakhir setelah Pasukan Militer Zhu Yuan Zhang [朱元璋]  yang dipimpin oleh Jenderal Xu Da dan Jenderal  Chang Yu Chun berhasil memasuki Kota Dadu (Bei Jing) Ibukota Dinasti Yuan. Pada Tahun yang sama, Zhu Yuan Zhang menobatkan dirinya menjadi Kaisar dengan Gelar Kaisar Ming Tai Zu [明太祖] dan menyebutkan Dinasti yang baru didirikannya tersebut menjadi Dinasti Ming dengan nama pemerintahannya Hong Wu [洪武] dan beribukota di Ying Tian (sekarang di daerah Nan Jing).

Kaisar Ming Tai Zu (Zhu Yuan Zhang) kemudian melakukan beberapa reformasi (pembaruan) terhadap sistem lama yang diterapkan oleh Dinasti Yuan. Pembaruan di sistem pemerintahan antara lain menghilangkan jabatan Perdana Menteri dan membentuk 6 (enam) Kementerian yang menangani operasional pemerintahannya. Keenam Kementerian tersebut adalah Li Bu [吏部](Kementerian Aparat Negara), Hu Bu [户部] (Kementerian Keuangan), Li Bu [礼部] (Kementerian Tata Krama atau Ritual),  Bing Bu [兵部](Kementerian Pertahanan), Xing Bu[刑部] (Kementerian Hukum) dan Gong Bu [工部] (Kementerian Pekerjaan Umum). Keenam Kementerian tersebut dikendalikan langsung oleh Kaisar sendiri sehinggan Kaisar memiliki kekuasaan penuh terhadap setiap kebijakan penting dalam pemerintahan. Sistem Pemerintahan yang menggunakan 6 Kementerian ini kemudian juga digunakan oleh Dinasti Qing sebagai sistem pemerintahannya.

Untuk menyeleksi Kepegawaiannya, Dinasti Ming menggunakan Sistem Ujian Nasional Kekaisaran  atau disebut juga dengan Ke Ju [科举]. Dinasti Ming juga menggunakan waktu selama 12 tahun untuk menyusun Undang-undang Dinasti Ming yang merupakan dasar dari kestabilan politik ekonominya.

Kaisar Ming Tai Zu (Zhu Yuan Zhang) memegang kekuasaan selama 31 tahun hingga meninggal dunia. Tahta Kekaisaran kemudian diteruskan oleh Kaisar Ming Hui Di [惠帝] Zhu Yin Wen [朱允文]. Tetapi Putra keempat Zhu Yuan Zhang yang bernama Zhu Di [朱棣] yang saat itu menjabat Raja Yen melakukan perlawanan dengan alasan mengusir Pengkhianat, perlawanan tersebut kemudian dikenal dengan nama Jing Nan zhi Yi [ 靖难之役]. Perang Saudara tersebut berlangsung selama 4 tahun yang kemudian dimenangkan oleh Zhu Di. Zhu Di naik tahta menjadi Kaisar ketiga Dinasti Ming dengan gelar Kaisar Ming Cheng Zu [明成祖] . Masa Pemerintahaannya disebut dengan Yong Le [永乐].

Untuk memperkuat pertahanan di bagian utara, Kaisar Ming Cheng Zu melakukan 5 kali penyerangan ke suku minoritas utara pada tahun 1410 sampai tahun 1424. Kelima penyerangan tersebut dipimpin oleh Kaisar Ming Cheng Zu sendiri. Pada tahun 1421, Kaisar Ming Cheng Zu memindahkan Ibukotanya dari Ying Tian (Nan Jing) ke Bei Jing dengan alasan memperkuat pertahanan terhadap ancaman suku minoritas dibagian Utara.

Dinasti Ming mengalami perkembangan yang pesat saat Pemerintahan Kaisar Ming Cheng Zu, Kaisar Ren Zong, Xuan Zong dan Ying Zong. Pada Tahun 1449, Suku Wala melakukan penyerangan ke daerah perbatasan  Dinasti Ming, Kaisar Ming Ying Zong beserta Kasim Wan Zhen memimpin pasukan yang berjumlah 500 ribu orang melakukan perlawanan terhadap invasi tersebut. Tetapi Suku Wala berhasil menangkap Kaisar Ming Ying Zong dan menawannya. Perperangan tersebut terkenal dengan sebutan “Tu Mu Zhi Bian  [土木之变].”

Wakil Menteri Pertahanan saat itu Yu Qian langsung meminta adiknya Kaisar Ming Ying Zong yang bernama Zhu Qi Yu [朱祁钰] untuk naik tahta menjadi Kaisar Baru (Kaisar Jing Tai [景泰帝]) dengan maksud mempersatu kekuatan militer dan rakyat untuk mengadakan perlawanan. Akhirnya Militer Dinasti Ming berhasil memukul mundur Suku Wala dan melepaskan Kaisar Ming Ying Zong, Suku Wala terpaksa melakukan perjanjian perdamaian dengan Dinasti Ming. Pada tahun 1457, mantan Kaisar Ming Ying Zong berhasil memperebutkan kembali tahta kekaisarannya dari Kaisar Jing Tai atas bantuan para Kasim ([huan guan [宦官]].   Setelah kembali menjadi Kaisar, Kaisar Ming Ying Zong langsung menangkap Yu Qian dan memberikan kenaikan pangkat dan posisi para Kasim yang pernah membantunya. Dengan demikian, kekuasaan para kasim menjadi sangat besar melebihi kekuasaan para pejabat kekaisaran lainnya seperti para Menteri dan Jenderal. Hampir seluruh kekuasaan Dinasti Ming dipegang oleh para Kasim tersebut.

Di akhir-akhir masa Dinasti Ming dibawah pemerintahaan Kaisar Ming Shen Zong [明神宗], kondisi perpolitikan menjadi sangat kacau.  Pada tahun 1573, Kaisar Ming Shen Zong memerintahkan  Zhang Ju Zheng  [张居正] sebagai Sekretaris Jenderal untuk melakukan reformasi terhadap kondisi perpolitikan dan perekonomian yang makin memburuk ini. Zhang Ju Zheng mengukur ulang semua tanah milik Negara dan menaikan pajak Negara. Hal ini mendapat perlawanan yang luar biasa dari para bangsawan, tetapi Zhang Ju Zheng tidak mempedulikannya dan terus melakukan reformasi di Dinasti Ming. Zhang Ju Zheng juga memperbaiki pengairan Sungai Huang He sehingga sektor pertanian dapat berkembang dengan baik. Zhang Ju Zheng juga memecat pegawai-pegawai yang tidak produktif dan membangun menara pemantauan musuh sehingga memperkuat pertahanan di bagian Utara. Setelah beberapa tindakan reformasi yang dilakukan oleh Zhang Ju Zheng, Dinasti Ming dapat menikmati masa yang sangat stabil di bidang perpolitikan dan perekonomian serta merupakan masa yang terbaik  dan makmur setelah Kaisar Ming Ying Zong.

Setelah Masa Kaisar Ming Sheng Zong, Dinasti Ming mengalami penurunan. Pada tahun 1628, Kaisar Dinasti Ming yang terakhir naik tahta, yaitu Kaisar Ming Shi Zong [思宗] atau disebut juga Kaisar Cong Zhen [崇祯帝]. Pada Masa tersebut merupakan masa yang paling kacau dalam sejarah Dinasti Ming. Pada tahun ke-13 pemerintahan Kaisar Cong Zhen, para pemberontak yang dipimpin oleh Li Zhi Cheng [李自成] dan Zhang Xian Zhong [张献忠] masing-masing menyerang daerah Sichuan dan Henan, kekuatan para pemberontak tersebut makin hari makin membesar. Pada tahun 1664, Li Zhi Cheng berhasil memasuki Ibukota Bei Jing, Kaisar Zhong Zhen kemudian terpaksa bunuh diri di gunung Mei [煤山]. Dinasti Ming berakhir.

Karena perpolitikan pada Dinasti Ming lebih stabil dari dinasti-dinasti sebelumnya sehingga perekonomian, pertanian dan kerajinan tangan serta industri produksi peralatan dapat berkembang dengan lebih baik jika dibandingkan dengan dinasti sebelumnya. Di bidang sastra, terdapat 3 maha karya seperti Xi You Zi [西游记],  Shui Hu [水浒] dan San Guo Yan Yi [三国演义]. Di bidang kelautan, pada masa pemerintahan Kaisar Ming Cheng Zu (Yongle), Pelaut terkenal China yang bernama Laksamana Cheng Ho (Zheng He [郑和]) memimpin 6 kali misi ekspedisi, yang terjauh sampai ke pantai bagian Timur Afrika sehingga memperkuat hubungan Dinasti Ming dengan negara-negara lainnya.

16 Kaisar Dinasti Ming China
Berikut ini adalah Daftar urutan Kaisar-kaisar Dinasti Ming yang pernah berkuasa dalam sejarah China  :

Kaisar Ming Tai Zu  [明太祖]
Nama asli                             : Zhu Yuan Zhang [朱元璋]
Nama Era                             : Hong Wu [洪武]
Tahun Kelahiran               : 1328
Masa Pemerintahan        : 1368 – 1398 (31 tahun)
Wafat pada usia 71 Tahun di Nan Jing
Merupakan Pendiri Dinasti Ming (Kaisar Pertama Dinasti Ming) dan menetapkan Nan Jing [南京] sebagai Ibukota Dinasti Ming.

Kaisar Ming Hui Di  [明惠帝]
Nama asli                             : Zhu Yun Wen [朱允炆]
Nama Era                             : Jian Wen [建文]
Tahun Kelahiran               : 1377
Masa Pemerintahan        : 1398 – 1402 (5 tahun)
Merupakan cucu dari Kaisar Ming Tai Zu. Setelah naik tahta, Kaisar Ming Hui Di melakukan pembasmian terhadap Raja-raja Negara Adipati sehingga Raja Yan yang juga pamannya sendiri melakukan pemberontakan yang akhirnya menggulingkan pemerintahan Kaisar Ming Hui Di. Keberadaan Kaisar Ming Hui Di tidak memiliki kejelasan, ada yang mengatakan telah meninggal dunia akibat kebakaran di Istana, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Kaisar Ming Hui Di menyembunyikan diri untuk menghindari pencarian Raja Yan yang kemudian naik tahta menjadi Kaisar Ming Cheng Zu.

Kaisar Ming Cheng Zu  [明成祖]
Nama asli                             : Zhu Di [朱棣]
Nama Era                             : Yong Le [永乐]
Tahun Kelahiran               : 1360
Masa Pemerintahan        : 1402 – 1424 (23 tahun)
Wafat pada usia 65 Tahun di Bei Jing
Merupakan Kaisar ketiga Dinasti Ming. Kaisar Ming Cheng Zu berhasil merebut kekuasaan dari keponakannya Kaisar Ming Hui Di dalam pemberontakan “Jing Nan [靖难]”. Kaisar Ming Cheng Zu kemudian memindahkan Ibukota Dinasti Ming dari Nan Jing ke Bei Jing.

Kaisar Ming Ren Zong [明仁宗]
Nama asli                             : Zhu Gao Zhi [朱高炽]
Nama Era                             : Hong Xi [洪熙]
Tahun Kelahiran               : 1378
Masa Pemerintahan        : 1424 – 1425 (1 tahun)
Wafat pada usia 48 Tahun

Kaisar Ming Xuan Zong [明宣宗]
Nama asli                             : Zhu Zhan Ji [朱瞻基]
Nama Era                             : Xuan De [宣德]
Tahun Kelahiran               : 1398
Masa Pemerintahan        : 1425 – 1435 (11 tahun)
Wafat pada usia 38 Tahun

Kaisar Ming Ying Zong [明英宗]
Nama asli                             : Zhu Qi Zhen [朱祁镇]
Nama Era                             : Zheng Tong [正统] dan Tian Shun [天顺]
Tahun Kelahiran               : 1427
Masa Pemerintahan        : 1435 – 1449 dan 1457 – 1464 (23 tahun)
Wafat pada usia 38 Tahun
Kaisar Ming Ying Zong ditawan oleh Suku Wala yang melakukan Invasi terhadap perbatasan Dinasti Ming. Dalam sejarah, peristiwa tersebut dikenal dengan “Tu Mu Zhi Bian  [土木之变]”. Suku Wala kemudian melepaskan Kaisar Ming Ying Zong pada tahun 1450. Pada tahun 1457, Kaisar Ming Ying Zong kembali naik tahta menjadi Kaisar.

Kaisar Ming Jing Di [明景帝]
Nama asli                             : Zhu Qi Yu [朱祁钰]
Nama Era                             : Jing Tai [景泰]
Tahun Kelahiran               : 1428
Masa Pemerintahan        : 1449 – 1457 (9 tahun)
Wafat pada usia 30 Tahun.
Kaisar Ming Jing Zong mengambil alih tahta kekaisaran setelah kakaknya ditawan oleh Suku Wala. Kaisar Ming Jing Zong mengembalikan tahta kekaisaran kepada Kaisar Ming Ying Zong pada tahun 1457.

Kaisar Ming Xian Zong [明宪宗]
Nama asli                             : Zhu Jian Shen [朱见深]
Nama Era                             : Cheng Hua [成化]
Tahun Kelahiran               : 1447
Masa Pemerintahan        : 1464 – 1487 (24 tahun)
Wafat pada usia 41 Tahun.

Kaisar Ming Xiao Zong [明孝宗]
Nama asli                             : Zhu You Tang [朱佑樘]
Nama Era                             : Hong Zhi [弘治]
Tahun Kelahiran               : 1470
Masa Pemerintahan        : 1487 – 1505 (19 tahun)
Wafat pada usia 36 Tahun.

Kaisar Ming Wu Zong [明武宗]
Nama asli                             : Zhu You Tang [朱厚照]
Nama Era                             : Zheng De [正德]
Tahun Kelahiran               : 1491
Masa Pemerintahan        : 1505 – 1521 (17 tahun)
Wafat pada usia 31 Tahun.

Kaisar Ming Shi Zong [明世宗]
Nama asli                             : Zhu Hou Cong [朱厚璁]
Nama Era                             : Jia Jing [嘉靖]
Tahun Kelahiran               : 1507
Masa Pemerintahan        : 1521 – 1566 (46 tahun)
Wafat pada usia 60 Tahun.

Kaisar Ming Mu Zong [明穆宗]
Nama asli                             : Zhu Zai Gou [朱载垢]
Nama Era                             : Long Qing [隆庆]
Tahun Kelahiran               : 1537
Masa Pemerintahan        : 1566 – 1572 (7 tahun)
Wafat pada usia 36 Tahun.
Kaisar Ming Mu Zong adalah anak ketiga dari Kaisar Ming Shi Zong.

Kaisar Ming Shen Zong [明神宗]
Nama asli                             : Zhu Yi Jun [朱翊钧]
Nama Era                             : Wan Li [万历]
Tahun Kelahiran               : 1563
Masa Pemerintahan        : 1572 – 1620 (48 tahun)
Wafat pada usia 58 Tahun.
Kaisar Ming Shen Zong merupakan anak ketiga dari Kaisar Ming Mu Zong.

Kaisar Ming Guang Zong [明光宗]
Nama asli                             : Zhu Chang Luo [朱常洛]
Nama Era                             : Tai Chang [泰昌]
Tahun Kelahiran               : 1582
Masa Pemerintahan        : 1620 (1 bulan)
Wafat pada usia 39 Tahun.
Kaisar Ming Shen Zong adalah anak pertama dari Kaisar Ming Shen Zong. Jatuh sakit pada hari naik tahta, sebulan kemudian meninggal dunia.

Kaisar Ming Xi Zong [明熹宗]
Nama asli                             : Zhu You Xiao [朱由校]
Nama Era                             : Tian Qi [天启]
Tahun Kelahiran               : 1605
Masa Pemerintahan        : 1620 – 1627 (8 Tahun)
Wafat pada usia 23 Tahun.
Kaisar Ming Xi Zong adalah anak pertama dari Kaisar Ming Guang Zong.

Kaisar Ming Shi Zong [明思宗]
Nama asli                             : Zhu You Jian [朱由检]
Nama Era                             : Chong Zhen [崇祯]
Tahun Kelahiran               : 1610
Masa Pemerintahan        : 1627 – 1644 (17 Tahun)
Wafat pada usia 35 Tahun.
Kaisar Ming Shi Zong adalah anak kelima dari Kaisar Ming Guang Zong dan merupakan Kaisar yang terakhir Dinasti Ming.

 

Sejarah Dinasti Qin


Zaman Musim Semi, dan Gugur (Hanzi: 春秋時代, hanyu pinyin: chunqiu shidai,bahasa Inggris: Spring and Autumn Period) (770 SM - 476 SM) adalah sebuah zaman dalam penghujung Dinasti Zhou di Cina. Zaman Musim Semi, dan Gugur mendapat namanya karena nama sebuah buku terkenal dari zaman itu Chun Qiu yang artinya "Musim Semi dan Gugur".

Permulaan

Zaman Musim Semi, dan Musim Guguradalah sebuah kitab klasik Cina yang ditulis oleh Nabi Konfusius (Kong Hu Cu) yang masuk dalam kumpulan Kitab Suci Yang Lima (Wu Jing) bagi umat Ru dunia, dan terjadi pada masa Dinasti Zhou pada tahun 722 SM - 481 SM. Roman klasik ini juga biasa disebut Zaman Lima Raja Besar Chun Qiu, karena pada masa itu terdapat 5 raja besar yang saling mencari pengaruh, dan kekuatan, walaupun masih terdapat banyak negeri-negeri, dan bangsa-bangsa kecil (sekitar 40-an) yang pada akhirnya satu persatu ditaklukkan atau ditarik kesalah satu pihak yang kuat, kelima raja negeri besar itu adalah Adipati Huan dari Qi (齐桓公), Adipati Wen dari Jin (晋文公),Raja Zhuang dari Chu (楚庄王), Adipati Mu dari Qin (秦穆公), dan Adipati Xiang dari Song (宋襄公). Pada umumnya mereka masih mengakui kerajaan Zhou, tetapi beberapa ada yang sudah tidak mengirimkan upeti.

Perseteruan Qi dan Chu

Dari lima negeri tersebut, negeri Qi dannegeri Chu adalah yang terkuat, dan ditakuti. Negeri Qi menguasai negeri-negeri kecil dibagian utara, dan negeri Chumenguasai negeri-negeri dibagian selatan. Cara penguasaan negeri Qi, dan Chu berbeda, negeri Qi menggunakan cara memberikan bantuan kepada negeri-negeri kecil lain seperti menyelesaikan politik dalam negeri orang lain ataupun mencegah negeri lain dari serangan musuh negeri itu, dan kemudian membuat perserikatan dengan menggunakan sistem "menjunjung Dewan Kerajaan Zhou" (pada puncaknya, perserikatan ini terdiri dari gabungan lebih dari 10 negeri) ,sedangkan negeri Chu menggunakan cara memberi terror, dan ketakutan melalui kekuatan pasukannya yang membuat negeri-negeri kecil gentar, ngeri, dan akhirnya takluk. Persaingan Qi - Chu semakin memuncak ketika kerjaan Zhou yang sebelumnya memihak negeri Qi kemudian berpindah pihak ke negeri Chu karena hasutan permaisuri kerajaan Zhou. Kerajaan Zhou juga mengajak beberapa negeri yang sebelumnya memihak negeri Qi untuk bergabung dengan negeri Chu, seperti negara The yang mempunyai letak wilayah di antara negeri Qi, dan Chu.

Kematian Adipati Huan membuat negeri Qi menjadi lemah

Ketika kematian Adipati Huan dari Qi, kemudian negeri Qi menjadi lemah, juga terjadi perebuatan kekuasaan, dan negeri Song ingin merebut menjadi ketua raja-raja muda menggantikan negeri Qi, tapi gagal karena negeri-negeri kecil masih mendukung negeri Chu. Pada akhirnya, negeri Chu karena sogokan negeri Zheng kemudian menyerang negeri Song, kemudian negeri Song meminta bantuan kepada negeri Qin yang saat itu menjadi negeri yang sangat kuat setelah terjadi pergantian Kaisar. Negeri Qin bergabung dengan ketiga negari besar lainnya (Qi,Jin,Song) dan mengalahkan Chu.

Negeri Qin mengangkat diri menjadi Ketua perserikatan

Setelah memukul mundur negeri Chu. Raja dari negeri Qin mengumpulkan negeri Qi,Jin,Song, dan 7 negeri-negeri kecil berkumpul di Kerajaan Zhou dengan maksud mengangkat dirinya menjadi pengganti raja Huan sebagai Ketua dariperserikatan raja-raja. Saat itu negeri Zheng tidak hadir dalam pertemuan dikerajaan Zhou, sehingga raja Qin marah, dan bersama-sama negeri Jin menyerang negeri Zheng. Zheng meminta bantuan kepada negeri Chu tetapi karena baru kalah perang, negeri Chu tidak mengirim pasukan bantuan. Akhirnya negeri Zheng menggunakan taktik adu domba dengan mengirimkan surat kepada negeri Jin bahwa negeri Jin, dan negeri Qin sekarang ini sama kuatnya, karena negeri Zheng dekat dengan negeri Qin, maka Zheng akan menjadi milik Qi, dan negeri Qi akan menjadi lebih besar, dan kuat, yang kemudian suatu waktu akan menyerang negeri Jin. Raja negeri Jin yang berhasil dihasut kemudian menarik pasukan kembali ke negerinya. Pada saat itu, negeri Chu mengirimkan surat perdamaian dengan negeri Qin. Setelah perdamaian antara 2 negeri paling besar pada saat itu yaitu Chu, dan Qin, perang-perang berikutnya tidak lagi dianggap dalam skala besar. Peperangan berlanjut sampai kepada masa "Zaman Negara-Negara Berperang"

Tokoh - Tokoh

Adipati Huan dari Qi, Raja Muda yang paling besar pengaruhnya pada zaman ini dibanding Raja-raja muda lain. Dia berhasil menjadi ketua perserikatan raja-raja muda
Guan Zhong '', penasehat militer negeri Qi
Baili Xi , perdana menteri negeri Qin


Dinasti Qin (Hanzi: 秦朝, hanyu pinyin: Qin Chao) (221 SM - 206 SM) adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh diTiongkok sepanjang sejarahnya. Dinasti Qin terkenal sebagai dinasti yang pendek umurnya, namun meletakkan dasar-dasar kekaisaran yang kemudian akan diteruskan selama 2000 tahun oleh dinasti-dinasti setelahnya. Dinasti ini juga adalah dinasti pertama yang mempersatukan suku bangsa beragam di Tiongkok ke dalam entitas tunggal nasional Cina.

Karena lemahnya kemiliteran, dinasti ini tidak bertahan lama. Setelah kematian kaisar yang pertama di 210 SM, puteranya digantikan oleh dua penasihat kerajaan sebelumnya, yang mengatur semua masalah administrasi di wilayah dinasti. Keduanya bertengkar, dan menyebabkan kematian keduanya dan kematian darikaisar kedua Dinasti Qin. Pemberontakan muncul, dan kepemimpinan yang lemah ini dilimpahkan kepada Letnan Chu, yang akhirnya mendirikan Dinasti Han. Meski terjadi keahkiran yang cepat, dinasti ini telah membawa pengaruh besar untuk dinasti-dinasti berikutnya, dan nama Chinadari Eropa diyakini diambil dari dinasti ini.

Kronologi sejarah

Penghujung Dinasti Zhou
Dinasti Qin berawal dari kerajaan Qin yang dikuasai bangsawan bermarga Ying pada masa Dinasti Zhou. Leluhur marga Ying,Bo Yi diceritakan pernah berjasa membantu Yu untuk meredakan banjir. Untuk itu, Kaisar Shun kemudian menganugrahkan marga Ying kepada Bo Yi.

Salah satu keturunan Bo Yi kemudian mengabdi kepada Raja Xiao dari Dinasti Zhou. Berjasa untuk memelihara kuda kerajaan, Raja Xiao lalu memberikan wilayah di Lembah Qin (sekarang di sekitar ‎Tianshui, Gansu) untuk keturunan Bo Yi tadi. Dari sinilah kerajaan Qin bermula.

Tahun 770 SM, Xiang dari Qin berjasa di dalam mengawal Raja Ping dari Dinasti Zhou dan mendapat gelar bangsawan. Kerajaan Qin terbentuk dan kemudian menguasai wilayah Dinasti Zhou di sekitarShaanxi. Masa ini disebut sebagai Zaman Negara-negara Berperang karena puluhan negara besar-kecil saling bermusuhan dan kerap berperang untuk merebut wilayah dan pengaruh kekuasaan. Tahun 221 SM,Raja Yingzheng (yang kemudian dikenal sebagai Qín Shǐ Huáng atau Qin Shihuang) dari Qin melakukan agresi militer terhadap kerajaan lainnya di Dinasti Zhou dan mempersatukan Cina di bawah satu pemerintahan terpusat.

Penyatuan daratan Tiongkok

Artikel utama Penaklukan enam negara oleh Negara Qin

230 SM: Penaklukan kerajaan Han
228 SM: Menyerang kerajaan Zhao
227 SM: Menyerang kerajaan Yan
225 SM: Penaklukan kerajaan Wei
224 SM: Penaklukan kerajaan Chu
222 SM: Penaklukan kerajaan Zhao dan Yan
221 SM: Penaklukan kerajaan Qi, mempersatukan Cina

Memusatkan kekuasaan

Ying Zheng setelah mempersatukan Cina kemudian menciptakan gelar Huangdi yang merupakan gabungan dari Huang (皇) dan Di (帝). Ia merasa ia lebih berjasa daripadaTiga Penguasa (三皇) dan Lima Kaisar (五帝) dari Tiongkok kuno. Huangdi sendiri secara harfiah berarti penguasa dan kaisar tak tertandingi. Ia kemudian digelari sebagai Shi Huangdi, yang bermakna ‎Kaisar Pertama.

Ia kemudian menetapkan beberapa kebijakan pemerintahan yang memusatkan kekuasaan lebih lanjut di tangan kaisar. Kaisar mempunyai kekuasaan absolut, para menteri mempunyai hak untuk memberikan pandangan dan nasihat dalam penetapan kebijakan pemerintahan namun tidak punya hak untuk memutuskan kebijakan. Pemerintahan pusat dijalankan oleh 3 menteri utama dan 9 menteri biasa. Menteri utama terdiri dari perdana menteridan 2 wakil perdana menteri. Perdana menteri menjalankan pemerintahan, sedangkan 2 wakil perdana menteri masing-masing bertugas sebagai pelaksana militer dan pemeriksa (kontrol pemerintahan).

Menyatukan unit satuan

Di masa ini juga, berbagai aspek kehidupan seperti satuan berat, panjang, unit mata uang, aksara diseragamkan. Bahkan jarak antara sumbu roda kereta kuda disamakan untuk memudahkan pembangunan jalan antar prefektur. Qin Shihuang juga memerintahkan perbaikan dan pembangunan tembok besar yang sebelumnya telah dibangun pada masa Dinasti Zhou untuk menahan serangan dari bangsa Xiongnu di utara.

Membangun Istana E Fang

Setelah mempersatukan Cina, demi menonjolkan wibawa dan kekuasaannya, Qin Shihuang membangun Istana E Fangdi Gunung Li yang pada saat merupakan istana terbesar dan termegah dalam sejarah Tiongkok.

Du Mu dari Dinasti Tang mengisahkan bahwa istana ini kemudian dibumi-hanguskan oleh Xiang Yu setelah berhasil menggulingkan Dinasti Qin. Namun sebenarnya dalam sejarah resmi, tidak ada catatan mengenai terbakarnya istana ini.

Runtuhnya Dinasti Qin

Sepeninggal Qin Shihuang, Zhao Gao berkomplot bersama Hu Hai dan Li Si memalsukan surat wasiat Qin Shihuang untuk mewariskan tahta kepada Hu Hai serta memerintahkan eksekusi mati atas anak sulungnya, Fu Su. Hu Hai lalu naik tahta dengan gelar Kaisar Qin Kedua.

Hu Hai sendiri adalah seorang kaisar yang lalim dan tidak cakap. Ini menyebabkan ia tak dapat menahan pemberontakan di daerah-daerah. Bulan Juli 209 SM, 2 pejabat kekaisaran, Chen Sheng dan Wu Guang memberontak. Pemberontakan besar-besaran kemudian dipimpin olehXiang Yu dan Liu Bang. Setelah Dinasti Qin runtuh, peperangan pecah antara Liu Bang dan Xiang Yu yang kemudian dimenangkan oleh Liu Bang dan mendirikan Dinasti Han ya‎ng akan berkuasa selama 400 tahun.

Wilayah 

Dinasti Qin mewarisi wilayah Dinasti Zhou sebelumnya ditambah dengan ekspansi wilayah ke wilayah selatan sampai ke tepiLaut Cina Selatan. Di zaman ini, wilayah selatan Cina untuk pertama kalinya dimasukkan sebagai wilayah Cina.

Dinasti Qin menerapkan pembagian wilayah daerah terpusat, yang berbeda dari Dinasti Zhou yang menerapkan sistem feodalisme. Dinasti Qin membagi wilayahnya ke dalam 36 daerah administrasi (prefektur) yang kemudian dibagi-bagi lagi menjadi daerah yang lebih kecil. Di penghujung Dinasti Qin, pemerintah daerah bertambah sampai 46 prefektur.

Umur dinasti Qin ini yang berhasil menyatukan Tiongkok dari perpecahan dan peperangan antar negara sesungguhnya tergolong singkat, yakni hanya dari tahun 221 – 207 SM atau hanya sekitar 14 tahun. Asal mulanya Qin merupakan salah satu dari tujuh negara bagian terkuat pada akhir Dinasti Zhou.Meskipun usianya hanya singkat, namun dinasti ini memiliki beberapa arti penting bagi perkembangan budaya Tionghoa. Untuk memahaminya kita perlu mempelajari secara singkat riwayat pendiri dinasti ini yang bergelar Qin Shihhuangdi.

Kaisar Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada putus-putusnya antara negara-negara bagian feodal untukmemperebutkan kekuasaan tertinggi (disebut dengan “Masa Perang Antar Negeri” yang berlangsung dari tahun 475 – 221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuang Xiang dari Kerajaan Qin dan ibunya bernama Zhao Ji yang merupakan bekas selir dari pedagang kaya Lu Buwei. Para kritikus kemudian mengatakan bahwa Zheng sesungguhnya adalah anak dari Lu Buwei, namun sifat-sifat anak tersebut, yakni kemampuannya dalam strategi digabungkan dengan semangat peperangan merupakan ciri khas para penguasa Qin sebelumnya.

Tatkala berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dan Zheng dinobatkan sebagai penguasa baru dari Kerajaan Qin. Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji memerintah sebagai wali, namun tatkala keduanya terlibat skandal, jabatan sebagai wali raja itupun dihapuskan dari tangan mereka. Semenjak tahun 238 SM Zheng memerintah sendirian. Kerajaan Qin saat itu menganut ajaran legalisme (Fajia) dari Shang Yang, yang mengatakan bahwa pemerintah harus diperintah dengan keras. Shang Yang mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya jahat dan harus diperintah dengan menggunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang menekankan tentang pelaksanaan hukum dengan tegas sebagai landasan pembangunan negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Tegasnya pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang bulu, bahkan ada bangsawan juga yang dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku..

Kebijaksanaan yang digariskan oleh Shang Yang untuk negara Qin antara lain:
1. Menghapus gelar bangsawan secara waris, hanya orang yang memiliki jasa dalam perang yang dapat memperoleh gelar bangsawan, anak cucu tidak dapat mewarisinya.
2. Menata administrasi pemerintahan, mengumpulkan kota-kota kecil menjadi 31 kabupaten dan menetapkan pejabat untuk menjalankan kebijakan pemerintah pusat.
3. Melarang terciptanya keluarga besar, yakni bila satu keluarga terdiri dari dua kepala keluarga, maka keluarga itu harus membayar pajak ganda, dengan cara ini mendorong masyarakat berkembang untk mendirikan rumah tangga sendiri setelah berkeluarga dan berkembanglah populasi rakyat.
4. Melaksanakan landreform, bagi rakyat yang membukan lahan diberikan hak milik atas lahan yang dibuka, sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan rakyat bertambah.
5. Otonomi daerah. Membagi penghuni di daerah menjadi kelompok-kelompok dan masing-masing memilih sendiri ketua kelompoknya. 
6. Menetapkan pangkat militer dan hadiah atas jasa mereka, sehingga kemampuan militernya meningkat drastis. 
7. Memberikan hadiah atas hasil pertanian kepada petani yang sukses dalam bercocok tanam dan menghukum mereka yang panennya berkurang. Jadi yang dirangsang adalah kompetisi produksi. (bukankah ini juga berlangsung dalam manajemen modern di negara industri yang maju dewasa ini ? dan bukannya dengan memberikan subsidi)
8. Mendirikan ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis secara geografis.
9. Menyatukan segala macam ukuran, antara lain ukuran satuan panjang, ukuran kereta, lebar jalan raya, dan lain sebagainya, agar memiliki standar yang tetap.
10. Menetapkan undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya, jika putra mahkota melanggar hukum, bukan dia saja yang akan dihukum namun gurunya yang mengajarnya juga harus menerima hukuman. (zaman dulu guru itu menetap di istana dan selalu mendampingi putra mahkota).

Reformasi dari Shang Yang tersebut di terapkan di masa Qin Shiaugong, sebelum masa Qin Shihhuang, bahkan setelah Qin Shiaugong meninggal, Shang Yang dicincang sampai mati oleh para bangsawan yang membencinya karena mereka kehilangan eksklusivitas setelah penerapan sistim ketatanegaraan yang baru. Sepuluh tahun setelah reformasi Shang Yang, Qin dari negara yang lemah tumbuh menjadi negara yang kuat, kira-kira seabad kemudian barulah Zheng lahir, dimana ia telah memiliki modal kuat untukmenyatukan daratan Tiongkok.

Antara tahun 230 – 221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menaklukkan seluruh Tiongkok. Pada tahun 221 SM usaha ini berhasil dan ia mendirikan dinasti baru sebagai pengganti Dinasti Zhou serta menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi, yang berarti “Kaisar Pertama dari Dinasti Qin”. Dia adalah raja pertama yang tidak menobatkan dirinya sebagai raja, melainkan Kaisar. Istilah baru yang dipergunakan untuk menggelari dirinya terdiri dari dua huruf, “huang” dan “di”, yang keduanya sama-sama berarti raja (penggunaan dua kata ganda yang berarti raja ini mengindikasikan bahwa Ying Zheng hendak mengatakan bahwa dirinya lebih dari sekedar raja).

Gelar baru sebagai sebutan bagi kaisar tersebut digunakan hingga dinasti Qing (dinasti terakhir Tiongkok). Keberhasilannya ini menunjukkan kejeniusannya untuk menyatukan Tiongkok dari keterpecah-belahannya menjadi suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Untuk memudahkan administrasi pemerintahan, Zheng membagi negerinya menjadi 36 provinsi, yang dihubungkan oleh jalan raya dengan total panjang sebesar 7500 km, dimana ini jauh melebihi prestasi Bangsa Romawi dalam membangun jalan raya.

Pada masa pemerintahnnya Tiongkok juga masih sering mengalami serangan bangsa barbar dari utara. Untuk menangkal hal tersebut Kaisar Qin Shihuangdi memerintahkan pembangunan tembok besar yang kemudian para prakteknya dilakukan dengan penuh kekejaman. Tembok yang membentang sekitar 3000 km ini merupakan satu-satunya bangunan di dunia yang dapat dilihat di bulan dan merupakan salah satu prestasi Bangsa Tionghoa. Kaisar Qin juga melakukan standardisasi huruf dan ukuran yang berlaku di negerinya, sehingga sebagai hasilnya kita pada hari ini hanya mengenal satu sistim penulisan huruf Mandarin. Ini semua dapat dikatakan jasa dari Kaisar Qin Shihuangdi.

Meskipun demikian terlepas dari jasa tersebut, Kaisar Qin Shihuangdi merupakan seorang tiran yang kejam. Salah satu kekejaman yang dilakukannya adalah dengan membakar buku-buku karya para ahli filsafat pada jaman sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kritik terhadap pemerintahannya. Para sarjana yang menolak untuk menyerahkan kitab-kitab tersebut menjalani hukuman dikubur hidup-hidup. Sedangkan buku2 yang tidak dimusnahkan adalah buku2 pertanian dari Nong Jia (ilmu pertanian), buku2 seni perang dari Bing Jia, buku-buku ramalan , dan buku-buku pengobatan. Yang dimusnahkan terutama adalah buku2 yang bertentangan dengan Aliran Fajia. Tapi buku-buku itu tidak semuanya habis dibakar atau disensor. Buktinya pada masa Dinasti Han masih banyak yang memiliki buku2 yang beraliran Ru Jia (Konfusianisme). Salah satu faktor yang membuat Qin Shihuang marah terhadap penganut Ru Jia adalah ketika Qin Shihuang hendak mengadakan upacara Feng Shan (semacam upacara pengukuhan/legitimasi sebagai kaisar oleh para leluhur) digunung Tai, ternyata penganut Ru Jia tidak tahu bagaimana tata cara upacara Feng Chan itu, bahkan sesama penganut Konfusianisme itu sendiri malah saling bertengkar tentang tata cara Feng Shan , dan kasus ini juga menimpa kaisar Han Wudi.

Pembangunan tembok besar itupun juga menimbulkan banyak korban jiwa. Hal ini terjadi karena buasnya alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan, karena tidak ada waktu untuk mengubur orang yang meninggal, maka mayat-mayat tersebut juga ikut dimasukkan ke dalam tembok besar tersebut.

Karena kekejamannya Dinasti Qin tidak bertahan lama, dan hanya berlangsung selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat sedang dalam perjalanan. Seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti adalah putera pertama kaisar yang bernama Fu Su. Namun Li Si, penasehat kaisar memalsukan surat perintah yang isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan bunuh diri. Li Si kemudian merekayasa agar putera kedua raja, yang bernama Hu Hai naik tahta dan bergelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Pada jamannya terjadi penindasan yang lebih besar terhadap rakyat dengan jalan menaikkan pajak. Para petani yang telah menderita hidupnya di bawah Dinasti Qin melakukan pemberontakan, dimana pemberontakan – pemberontakan ini kemudian semakin meluas bagaikan cendawan di musim hujan.

Sejarahwan terkenal pada jaman Dinasti Han, Tong Zhongshu menyebutkan mengenai jaman sengsara tersebut dengan ungkapan sebagai berikut: “Orang miskin kerapkali memakai pakaian lembu dan kuda serta makan makanan anjing dan babi”.

Salah satu pemberontakan yang paling terkenal dipimpin oleh Liu Bang. Pada tahun 206 SM, pemberontakan ini berhasil dan Ziying, kaisar terakhir Dinasti Qin yang baru memerintah selama 46 harimenyerah pada Liu Bang. Dinasti Qinpun tamat sudah riwayatnya.

Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, arti penting Dinasti Qin bagi kebudayaan Tionghoa adalah penyeragaman tulisan, dimana sebelumnya terdapat beberapa ragam tulisan. Kalau pada masa ini kita hanya menjumpai satu sistim penulisan Bahasa Mandarin, maka ini adalah jasa Kaisar Qin Shihhuangdi. Lebih jauh lagi nama “China”, yakni sebutan Bangsa Barat untuk Tiongkok adalah berasal dari nama dinasti ini.

Catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shihhuangdi

Berikut ini ada catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shihuangdi yang juga menarik untuk disimak. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Qin Shihhuangdi tidak bisa disebut kejam dan lalim, tapi seorangpelaksana yang tegas, taat dan modern. Raja yang terdahulu jika mengusai negara lain, maka raja tersebut akan membagi-bagikan daerah kekuasaan barunya kepada sanak famili dan para bangsawan, namun tidak demikian halnya dengan Qin Shihhuang. Dia menciptakan pemerintahan pusat yang belum ada sebelumnya, membagi negara menjadi propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan, pejabat propinsi dan kabupaten ditetapkan oleh pemerintah pusat. Struktur negara juga diringkas menjadi 3 perdana menteri dan 9 menteri, dia mengubah system feodalisme istana menjadi system ketatanegaraan. Untuk hal ini, mungkin dialah penguasa pertama di dunia ini yang menerapkan manajemen modern.

Dia seorang pekerja keras, walaupun telah mengalami berkali-kali penghadangan tapi dia tetap melakukan perjalanan dalam peninjauan dan pengawasan perbangunan negaranya, bahkah dia mati dalam perjalanan tugasnya. Selain membuat terusan yang menghubungkan sungai Huang He, Huai He dan Chang Ciang, dia juga membangun jaringan transportasi seluruh negara dari pusat ibukota danmengagalkan reboisasi. Mengenai korban pembangunan Tembok Besar, tentu bukan suatu kelaliman kaisar, tapi itu adalah salah satu benteng pertahanan strategis secara militer, hanya karena medan yang sangat buruk maka terjadilah banyak korban, kalau dibandingkan dengan para kaisar zaman sebelumnya yang membangun istana dengan memaksa rakyat berbakti denan cuma-cuma yang juga memakan korban banyak, tentu korban dalam pembangunan Tembok Besar lebih memiliki nilai yang lebih tinggi. Dan tembok-tembok itu sebenarnya adalah menyambung tembok-tembok yang telah ada serta membangun tembok-tembok baru. Pada masa itu, keturunan dari para bangsawan dan kerabat raja-raja dari 6 negara yang dikalahkan, terus berusaha membunuh atau menjatuhkan Qin Shihuangdi, selain mencari satria untuk menghadang, mereka juga mendekati para sarjana terutama aliran Konfusianis, para sarjana dan rakyat memang belum terbiasa hidup dalam pola hidup yang disiplin sesuai undang-undang Qin, maka banyak sarjana aliran ini menulis kritikan yang tidak membangun dan mencela kebijaksanaan Qin, mereka menolak penerapan sistim baru yang membongkar habis pola pikir feodal dan menuntut kembali pada pola kekaisaran tempo dulu.

Untuk mengamankan pelaksanaan reformasi, maka para sarjana itu ditangkap dan tulisan-tulisan mereka disita. Buku-buku tradisional yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman diperintahkan untuk dibakar oleh pemiliknya. Apabila dalam kurun waktu 60 hari tidak dibakar maka akan dijatuhi hukuman. Empat ratus enam puluh orang sarjana dari aliran Konfusianis terbukti mencela dan menyebarkan kebencian terhadap kaisar, maka mereka dihukum mati dengan jalan dikubur hidup – hidup (hukuman ini tidak hanya dilakukan oleh Qin Shihuang. Namun tidak ada sarjana yang menulis, bahwa raja lainnya juga pernah melakukan kekejaman semacam ini . Hal inu tentunya tidak adil secara sejarah). Tulisan mereka dan buku-buku yang disita dari mereka juga dibakar. Namun buku-buku yang tersimpan di perpustakaan atau karya asli dan aliran-aliran pemikir tidak dibakar, maka catatan sejarah masih utuh hingga kini.

Salah penafsiran atas Qin Shihhuang adalah dikarenakan hukumannya terhadap para sarjana Aliran Konfusianisme, dimana mereka selanjutnya justru mendapatkan tempat pada masa raja-raja berikutnya. Maka tulisan atau tafsiran tentang Qin Shihhuang selalu tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penulis atau pencatat sejarah kebanyakan sarjana dari aliran tersebut.

Tokoh-tokoh terkenal

Lu Buwei (吕不韦), perdana menteri Qin dan wali Qin Shihuang ketika ia naik tahta dalam usia muda. Orang yang berjasa dalam mendidik Qin Shihuang menjadi seorang kaisar yang bertangan besi. Ada kontroversi mengenai garis keturunan dari Kaisar Qin, bahwa Kaisar Qin adalah anak dari Lu Buwei, dimana Lu Buwei menyerahkan istrinya, Zhao Ji, pemain opera di kota Handan (wilayah kerajaan Zhao) yang sudah hamil, kepada Raja Qin (Ying Yiren/raja sebelum Qin Shi Huang).Pada akhirnya, dia dibunuh secara tidak langsung oleh Qin Shi Huang dengan dipaksa minum anggur beracun.(Kaisar Qin takut Lu Bu Wei direkrut oleh 6 negara lainnya, padahal Bu Wei sendiri sudah memutuskan pensiun.

Li Si (李斯), murid dari Xun Zi, direkrut oleh Lu Buwei sebagai guru untuk Kaisar Qin/Ying Zheng. Orangnya cerdas,namun agak pengecut. Ada suatu peristiwa dimana dia bekerja sama dengan pejabat tertentu untuk membuat surat permohonan pembagian kekuasaan kepada kaisar Qin, namun karena takut dia membuat satu surat lagi yang isinya bertentangan dengan surat pertama, lebih mendukung kaisar Qin, itulah alasan mengapa Fu Su, sang putra mahkota membencinya. Setelah Lu Buwei tiada, dia ditunjuk sebagai perdana menteri.

Zhao Gao (赵高), kasim dari Kaisar Qin. Orangnya lumayan cerdas, tapi "penjilat". Dia dan Li Si melakukan suatu konspirasi besar mengenai penerus kaisar Qin, mereka mengatur sedemikian rupa sehingga Huhai, putra ke-26 Qin Shihuang, yang masih muda dan intelektualnya lebih rendah dari putra mahkota Fu Su, menjadi kaisar berikutnya, padahal mandat kaisar Qin sebelum mangkat bahwa Fu Su seharusnya menjadi penerus kekaisaran Qin. Li Si takut dipenggal karena Fu Su tidak menyukai Li Si, sementara Zhao Gao takut ingin Huhai naik tahta sehingga dengan demikian statusnya ikut terangkat.


Fu Su (扶苏), putra mahkota kekaisaran Qin, yang seharusnya menjadi penerus Qin Shi Huang. Qin Shi Huang sendiri menganggap Fu Su hatinya terlalu lunak dan lemah. Sebenarnya dia bisa melakukan kudeta kekuasaan, tapi ada suatu peristiwa dimana dia dan Li Si saling berbicara setelah menerima mandat palsu (Isinya Pangeran Kedua yang menjadi penerus tahta, sementara Fu Su dihukum mati).Dia bertanya, bagaimana masa depan kekaisaran Qin ke depannya, dan Li si menjawab, "tidak akan ada lagi Dinasti Qin", akhirnya dia mati bunuh diri.

Lao Ai (嫪毐), pemain opera di Handan yang dekat dengan ibu suri Zhao (ibu Ying Zheng), yang kemudian dipromosikan oleh Lu Buwei menjadi menteri, dengan alasan diperbantukan ke ibu suri. 
Sayangnya, Lao Ai punya niat tersembunyi, termasuk perselingkuhannya dengan ibu suri. Dia melakukan pemberontakan pada saat Ying Zheng mengetahui skandal perselingkuhannya dengan ibusuri Zhao. Pemberontakannya gagal dan ia tertangkap, lalu ia mengakui pada Ying Zheng mengenai segalanya tentang perselingkuhan dengan ibusuri dan rahasia mengenai Lu Buwei adalah ayah biologis Ying Zheng.

Meng Tian (蒙恬), jenderal kesayangan Qin Shi Huang, berjasa besar dalam penaklukan 6 kerajaan, termasuk peperangan di utara melawan Mongolia. Sebenarnya, Fu Su bermaksud menjadikannya perdana menteri jika naik takhta. Ia turut dipaksa bunuh diri bersama Fu Su.

Li Mu (李牧), jenderal besar dari negeri Zhao, berhasil menggagalkan penyerangan negeri Qin, Qin Shi Huang sendiri sangat terkesan dengan kegagahan Li Mu. Negara Qin mengirim mata-matanya ke Zhao untuk menghasut Raja Zhao sehingga menyingkirkan Li dari jabatan komandan tertinggi. Li dibunuh tidak lama setelah dicabut dari jabatannya oleh orang-orang suruhan Raja Zhao. Setelah negeri Zhao kalah, namanya diabadikan menjadi nama suatu tempat.

Makam kaisar yang unik

Makam kaisar Tiongkok, Qin Shi Huang, disebut-sebut sebagai salah satu penemuan arkeologi terbesar abad ke-20. Sejarah mencatat, Qin Shi Huang merupakan kaisar pertama Dinasti Qin yang memimpin Tiongkok diantara periode 221 SM – 210 SM. Salah satu karya monumentalnya selain penyempurnaan konstruksi bangunan Tembok Besar China ialah pembangunan makam agungnya sendiri. Berbeda dengan Fir’aun Mesir Kuno, Cheops (Khufu) yang memilih untuk membangun sebuah Piramida Agung di Giza sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, Kaisar Qin Shi Huang lebih memilih menjadikan makamnya bak sebuah Istana dengan penjagaan ribuan patung prajuritnya.

Makam sang kaisar memang begitu mempesona. Terdapat kurang lebih 8000 patung yang menggambarkan sosok para prajurit beserta kuda-kuda perang berdiri berjejer disepanjang makam. Yang lebih menarik lagi, semua patung-patung tersebut tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya baik itu bentuk pakaian, mimik wajah, model rambut, hingga persenjataan yang mereka bawa. Selain itu, mereka juga dibedakan oleh pangkat kemiliterannya seperti Jendral, perwira, hingga para prajurit biasa. Patung prajurit yang memiliki ukuran tubuh paling tinggi ialah yang berpangkat jendral.


Patung-patung yang disebut sebagai Prajurit Terracotta ini keselururuhan terbuat dari tanah liat yang dibentuk didalam cetakan. Tingginya pun bervariasi antara 183 – 195 cm. Untuk bagian kepala, dibuat secara terpisah dari bagian badan agar memiliki bentuk dan mimik wajah yang berbeda satu sama lain. Sementara bagian-bagian wajah seperti bibir, mata, dan telinga ditambahkan secara manual dan bentuknya disempurnakan oleh polesan tangan si pematung. Patung yang telah jadi kemudian dibakar agar dihasilkan konstruksi yang lebih keras dan kokoh. Untuk tahap akhir, dilakukan pengecatan walaupun kebanyakan patung kini catnya telah memudar.

Sejak ditemukan oleh beberapa petani lokal diwilayah Xi’an, Propinsi Shaanxi, China ditahun 1974 silam, hingga kini masih terus dilakukan penggalian di sana. Para Arkelog memperkirakan masih banyak patung dan artifak-artifak lainnya yang masih terpendam. Mereka juga belum dapat memastikan berapa jumlah angka-angka penemuan ini akan terus bertambah. Kalkulasi terbaru menyebutkan, terdapat lebih dari 8000 patung prajurit, 130 kereta perang beserta 520 kudanya, serta 150 pasukan berkuda yang terdapat di tiga terowongan utama makam. Sungguh merupakan pemandangan yang menakjubkan mengingat baru satu persen dari keseluruhan bagian makam yang telah digali!

Tidak semua harta benda dan perhiasan sang kaisar telah ditemukan. Konon, masih banyak harta benda berharga Kaisar Qin Shi Huang yang tersimpan disuatu bagian makam, dimana ditempat itu terpasang perangkap-perangkap yang dapat menembakkan anak panah secara otomatis kepada siapapun yang berani mengusiknya. Bahkan diyakini para pekerja yang memasang perangkap-perangkap tersebut turut dikuburkan hidup-hidup agar kerahasiannya tetap terjaga. Terdengar cukup menakutkan, bukan?‎

Menurut sejarawan Sima Qian (145 – 90 SM), pembangunan makam agung kaisar Qin Shi Huang dimulai disekitar 246 SM – disaat usia sang Kaisar baru menginjak 13 tahun – dengan memperkerjakan kurang lebih 700.000 pekerja. Namun apa tujuan Kaisar Qin Shi Huang membangun semua ini?

Faktanya, makam ini didirikan sebagai gambaran akan sebuah istana bawah tanah yang begitu besar dan mewah. Bahkan dikatakan ia adalah istana bawah tanah dengan struktur paling rumit dalam kemegahan dan fasilitasnya. Tiruan sungai yang terbuat dari air raksa serta langit-langit dengan hiasaan mutiara turut mempercantik istana. Kepercayaan di lingkungan kerajaan menyebutkan bahwa Kaisar Qin Shi Huang akan terus memimpin kerajaan dikehidupan berikutnya (alam baka/akhirat). Untuk itu ia membutuhkan sebuah istana sebagai pusat kerajaan, lengkap beserta para bala tentaranya dan pegawai-pegawai pemerintahan.‎

 

Sejarah Dinasti Zhou


Dinasti Zhou (Hanzi: 周朝, hanyu pinyin: Zhou Chao) (1066 SM - 221 SM) adalah dinasti terakhir sebelum Cina resmi disatukan di bawah Dinasti Qin. Dinasti Zhou adalah dinasti yang bertahan paling lama dibandingkan dengan dinasti lainnya dalam sejarah Tiongkok, dan penggunaan besi mulai diperkenalkan di Tiongkok mulai zaman ini.

Sejarah

Mandat langit
Sesuai tradisi feodal Cina, para penguasa Zhou mengantikan Dinasti Shang (Yin) dan mengesahkan aturan yang menetapkan mereka sebagai mandat langit, dimana para penguasa memerintah atas mandat dari langit. Bila mandat dari langit dicabut, rakyat berhak menggulingkan penguasa tadi. Perintah langit ditetapkan oleh asumsi nenek moyang Zhou, Tian-Huang-Shangdi, berada di atas nenek moyang Shang,Shangdi. Doktrin ini menjelaskan dan membenarkan kekalahan Dinasti Xia dan Shang, dan pada waktu yang sama mendukung hak kekuasaan para penguasa sekarang dan masa depan.

Bangsawan keluarga Ji

Dinasti Zhou didirikan oleh keluarga Ji (姬) beribukota di Hao (鎬, sekarang di sekitarXi'an), meneruskan corak budaya dan bahasa dari dinasti sebelumnya, ekspansi Zhou pada awalnya adalah melalui penaklukan. Secara berangsur-angsur Zhou memperluas budaya Shang sampai ke wilayah utara Sungai Panjang.

Pada awalnya keluarga Ji mengendalikan negara Zhou secara terpusat. Pada tahun771 SM, setelah Raja You (周幽王) menggantikan ratunya dengan Selir Baosi, ibukota diserang oleh kekuatan gabungan dari ayah ratu, pangeran Shen yang bersekutu dengan suku-suku asing. Kemudian, putra sang ratu, Ji Yijiu (姬宜臼) dinaikkan menduduki tahta sebagai raja baru oleh para bangsawan dari negara Zheng, Lü, Qin dan pangeran Shen. Ibukota negara kemudian terpaksa dipindahkan ke sebelah timur pada tahun 722 SM, tepatnya ke Luoyang di propinsiHenan sekarang.

Pembagian Dinasti Zhou Barat dan Zhou Timur

Oleh karena pemindahan ibukota ini, para sejarahwan kemudian membagi Dinasti Zhou menjadi Dinasti Zhou Barat (西周) dari akhir abad ke-10 SM sampai dengan tahun 771 SM, serta Dinasti Zhou Timur (東周) dari tahun 770 SM sampai dengan tahun 221 SM. Tahun permulaan Zhou Barat tetap masih dalam perdebatan, antara – tahun 1122 SM, tahun 1027 SM atau tahun lain dalam ratusan tahun dari akhir abad ke-12 SM. Pada umumnya, sejarawan Cina menetapkan tahun 841 SM sebagai tahun awal mula dari tahun pemerintahan Dinasti Zhou dalam sejarah Tiongkok.

Dan berdasarkan sejarahwan Cina terkenal, Sima Qian di dalam karya tulisnyaCatatan Sejarah Agung, Zhou Timur dibagi lagi dalam dua zaman yaitu Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman Negara-negara Berperang.

Kemunduran

Setelah perpecahan di pusat kekuasaan, pemerintah Zhou makin lemah dalam menjalankan pemerintahan. Setelah Raja Ping (周平王), raja-raja Zhou yang kemudian berkuasa tidak memiliki kekuasaan yang nyata karena kekuasaan sebenarnya ada di tangan para bangsawan yang kuat. Mendekati penghujung Dinasti Zhou, para bangsawan tidak meletakkan lagi eksistensi keluarga Ji sebagai simbol pemersatu kerajaan dan masing-masing mengangkat diri mereka sendiri sebagai raja. Dinasti Zhou pecah menjadi beberapa negara kecil-kecil yang bertempur satu sama lainnya. Zaman ini kemudian terkenal sebagai Zaman Negara-negara Berperang, di mana kemudian diakhiri dengan penyatuan Cina di bawah Dinasti Qin.

Pertanian

Pertanian di Dinasti Zhou sangat intensif dan dalam banyak kesempatan diarahkan langsung oleh pemerintah. Semua tanah pertanian dimiliki oleh para bangsawan, yang kemudian memberikan tanah mereka kepada budak mereka. Sebagai contoh, suatu lahan dibagi menjadi sembilan bujur sangkar dalam ukuran jing (巾), dengan hasil gandum dari pertengahan bujur sangkar diambil oleh pemerintah dan sisanya disimpan oleh petani. Dengan cara ini, pemerintah bisa menyimpan surplus makanan dan mendistribusikan kembali pada waktu kelaparan atau panen tidak baik. Beberapa sektor manufactur penting selama periode ini termasuk kerajinan perunggu, yang di integralkan dalam pembuatan senjata dan perkakas pertanian. Sekali lagi, industri ini dikuasai oleh bangsawan yang mengarahkan material produksi.

Daftar Raja Dinasti Zhou

Penguasa Dinasti Zhou masih bergelar raja(王), dikarenakan gelar kaisar (皇帝) baru diperkenalkan pada zaman Dinasti Qin. Di bawah adalah tabel daftar raja-raja penguasa Dinasti Zhou Barat dan Timur.

Nama pribadi Gelar Masa berkuasa1 Sebutan populer
Ji Fa
姬發 Wuwang
武王 1046 SM-1043 SM1 Zhou Wuwang
(Raja Wu dari Zhou)
Ji Song
姬誦 Chengwang
成王 1042 SM-1021 SM1 Zhou Chengwang
(Raja Cheng dari Zhou)
Ji Zhao
姬釗 Kangwang
康王 1020 SM-996 SM1 Zhou Kangwang
(Raja Kang dari Zhou)
Ji Xia
姬瑕 Zhaowang
昭王 995 SM-977 SM1 Zhou Zhaowang
(Raja Zhao dari Zhou)
Ji Man
姬滿 Muwang
穆王 976 SM-922 SM1 Zhou Muwang
(Raja Mu dari Zhou)
Ji Yihu
姬繄扈 Gongwang
共王 922 SM-900 SM1 Zhou Gongwang
(Raja Gong dari Zhou)
Ji Jian
姬? Yiwang
懿王 899 SM-892 SM1 Zhou Yiwang
(Raja Yi dari Zhou)
Ji Pifang
姬辟方 Xiaowang
孝王 891 SM-886 SM1 Zhou Xiaowang
(Raja Xiao dari Zhou)
Ji Xie
姬燮 Yiwang
夷王 885 SM-878 SM1 Zhou Yiwang
(Raja Yi dari Zhou)
Ji Hu
姬胡 Liwang
厲王 877 SM-841 SM1 Zhou Liwang
(Raja Li dari Zhou)
  Gonghe (masa transisi)
共和 841 SM-828 SM Kabupaten Gonghe
Ji Jing
姬靜 Xuanwang
宣王 827 SM-782 SM Zhou Xuanwang
(Raja Xuan dari Zhou)
Ji Gongsheng
姬宮湦 Youwang
幽王 781 SM-771 SM Zhou Youwang
(Raja You dari Zhou)

Berakhirnya Dinasti Zhou Barat / Dimulainya Dinasti Zhou Timur

Ji Yijiu
姬宜臼 Pingwang
平王 770 SM-720 SM Zhou Pingwang
(Raja Ping dari Zhou)
Ji Lin
姬林 Huanwang
桓王 719 SM-697 SM Zhou Huanwang
(Raja Huan dari Zhou)
Ji Tuo
姬佗 Zhuangwang
莊王 696 SM-682 SM Zhou Zhuangwang
(Raja Zhuang dari Zhou)
Ji Huqi
姬胡齊 Xiwang
釐王 681 SM-677 SM Zhou Xiwang
(Raja Xi dari Zhou)
Ji Lang
姬閬 Huiwang
惠王 676 SM-652 SM Zhou Huiwang
(Raja Hui dari Zhou)
Ji Zheng
姬鄭 Xiangwang
襄王 651 SM-619 SM Zhou Xiangwang
(Raja Xiang dari Zhou)
Ji Renchen
姬壬臣 Qingwang
頃王 618 SM-613 SM Zhou Qingwang
(Raja Qing dari Zhou)
Ji Ban
姬班 Kuangwang
匡王 612 SM-607 SM Zhou Kuangwang
(Raja Kuang dari Zhou)
Ji Yu
姬瑜 Dingwang
定王 606 SM-586 SM Zhou Dingwang
(Raja Ding dari Zhou)
Ji Yi
姬夷 Jianwang
簡王 585 SM-572 SM Zhou Jianwang
(Raja Jian dari Zhou)
Ji Xiexin
姬泄心 Lingwang
靈王 571 SM-545 SM Zhou Lingwang
(Raja Ling dari Zhou)
Ji Gui
姬貴 Jingwang
景王 544 SM-521 SM Zhou Jingwang
(Raja Jing dari Zhou)
Ji Meng
姬猛 Daowang
悼王 520 SM Zhou Daowang
(Raja Dao dari Zhou)
Ji Gai
姬丐 Jingwang
敬王 519 SM-476 SM Zhou Jingwang
(Raja Jing dari Zhou)
Ji Ren
姬仁 Yuanwang
元王 475 SM-469 SM Zhou Yuanwang
(Raja Yuan dari Zhou)
Ji Jie
姬介 Zhendingwang
貞定王 468 SM-442 SM Zhou Zhendingwang
(Raja Zhending dari Zhou)
Ji Quji
姬去疾 Aiwang
哀王 441 SM Zhou Aiwang
(Raja Ai dari Zhou)
Ji Shu
姬叔 Siwang
思王 441 SM Zhou Siwang
(Raja Si dari Zhou)
Ji Wei
姬嵬 Kaowang
考王 440 SM-426 SM Zhou Kaowang
(Raja Kao dari Zhou)
Ji Wu
姬午 Weiliewang
威烈王 425 SM-402 SM Zhou Weiliewang
(Raja Weilie dari Zhou)
Ji Jiao
姬驕 Anwang
安王 401 SM-376 SM Zhou Anwang
(Raja An dari Zhou)
Ji Xi
姬喜 Liewang
烈王 375 SM-369 SM Zhou Liewang
(Raja Lie dari Zhou)
Ji Bian
姬扁 Xianwang
顯王 368 SM-321 SM Zhou Xianwang
(Raja Xian dari Zhou)
Ji Ding
姬定 Shenjingwang
慎靚王 320 SM-315 SM Zhou Shenjingwang
(Raja Shenjing dari Zhou)
Ji Yan
姬延 Nanwang
赧王 314 SM-256 SM Zhou Nanwang
(Raja Nan dari Zhou)
  Huiwang
惠王 255 SM-249 SM Zhou Huiwang2‎
(Raja Hui dari Eastern Zhou)
1 Masa permulaan Dinasti Zhou yang diterima secara luas pertama kalinya adalah pada tahun 841 SM, di masa pemerintahan transisi Gonghe. Data masa berkuasa di dalam tabel ini bersumber dari Projek Kronologi Xia-Shang-Zhou yang dispensori oleh pemerintahan RRT yang dipublikasi pada tahun 2000.
2 Keluarga bangsawan keluarga Ji mendudukkan Raja Hui sebagai pengganti Raja Nan setelah ibukota Luo Yang ditaklukkan oleh pasukan Qin pada tahun 256 SM. Raja Nan secara umum dipandang sebagai penguasa terakhir Dinasti Zhou.‎

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...