Zaman Musim Semi, dan Gugur (Hanzi: 春秋時代, hanyu pinyin: chunqiu
shidai,bahasa Inggris: Spring and Autumn Period) (770 SM - 476 SM)
adalah sebuah zaman dalam penghujung Dinasti Zhou di Cina. Zaman Musim
Semi, dan Gugur mendapat namanya karena nama sebuah buku terkenal dari
zaman itu Chun Qiu yang artinya "Musim Semi dan Gugur".
Permulaan
Zaman Musim Semi, dan Musim Guguradalah sebuah kitab klasik Cina yang
ditulis oleh Nabi Konfusius (Kong Hu Cu) yang masuk dalam kumpulan Kitab
Suci Yang Lima (Wu Jing) bagi umat Ru dunia, dan terjadi pada masa
Dinasti Zhou pada tahun 722 SM - 481 SM. Roman klasik ini juga biasa
disebut Zaman Lima Raja Besar Chun Qiu, karena pada masa itu terdapat 5
raja besar yang saling mencari pengaruh, dan kekuatan, walaupun masih
terdapat banyak negeri-negeri, dan bangsa-bangsa kecil (sekitar 40-an)
yang pada akhirnya satu persatu ditaklukkan atau ditarik kesalah satu
pihak yang kuat, kelima raja negeri besar itu adalah Adipati Huan dari
Qi (齐桓公), Adipati Wen dari Jin (晋文公),Raja Zhuang dari Chu (楚庄王), Adipati
Mu dari Qin (秦穆公), dan Adipati Xiang dari Song (宋襄公). Pada umumnya
mereka masih mengakui kerajaan Zhou, tetapi beberapa ada yang sudah
tidak mengirimkan upeti.
Perseteruan Qi dan Chu
Dari lima negeri tersebut, negeri Qi dannegeri Chu adalah yang terkuat,
dan ditakuti. Negeri Qi menguasai negeri-negeri kecil dibagian utara,
dan negeri Chumenguasai negeri-negeri dibagian selatan. Cara penguasaan
negeri Qi, dan Chu berbeda, negeri Qi menggunakan cara memberikan
bantuan kepada negeri-negeri kecil lain seperti menyelesaikan politik
dalam negeri orang lain ataupun mencegah negeri lain dari serangan musuh
negeri itu, dan kemudian membuat perserikatan dengan menggunakan sistem
"menjunjung Dewan Kerajaan Zhou" (pada puncaknya, perserikatan ini
terdiri dari gabungan lebih dari 10 negeri) ,sedangkan negeri Chu
menggunakan cara memberi terror, dan ketakutan melalui kekuatan
pasukannya yang membuat negeri-negeri kecil gentar, ngeri, dan akhirnya
takluk. Persaingan Qi - Chu semakin memuncak ketika kerjaan Zhou yang
sebelumnya memihak negeri Qi kemudian berpindah pihak ke negeri Chu
karena hasutan permaisuri kerajaan Zhou. Kerajaan Zhou juga mengajak
beberapa negeri yang sebelumnya memihak negeri Qi untuk bergabung dengan
negeri Chu, seperti negara The yang mempunyai letak wilayah di antara
negeri Qi, dan Chu.
Kematian Adipati Huan membuat negeri Qi menjadi lemah
Ketika kematian Adipati Huan dari Qi, kemudian negeri Qi menjadi lemah,
juga terjadi perebuatan kekuasaan, dan negeri Song ingin merebut menjadi
ketua raja-raja muda menggantikan negeri Qi, tapi gagal karena
negeri-negeri kecil masih mendukung negeri Chu. Pada akhirnya, negeri
Chu karena sogokan negeri Zheng kemudian menyerang negeri Song, kemudian
negeri Song meminta bantuan kepada negeri Qin yang saat itu menjadi
negeri yang sangat kuat setelah terjadi pergantian Kaisar. Negeri Qin
bergabung dengan ketiga negari besar lainnya (Qi,Jin,Song) dan
mengalahkan Chu.
Negeri Qin mengangkat diri menjadi Ketua perserikatan
Setelah memukul mundur negeri Chu. Raja dari negeri Qin mengumpulkan
negeri Qi,Jin,Song, dan 7 negeri-negeri kecil berkumpul di Kerajaan Zhou
dengan maksud mengangkat dirinya menjadi pengganti raja Huan sebagai
Ketua dariperserikatan raja-raja. Saat itu negeri Zheng tidak hadir
dalam pertemuan dikerajaan Zhou, sehingga raja Qin marah, dan
bersama-sama negeri Jin menyerang negeri Zheng. Zheng meminta bantuan
kepada negeri Chu tetapi karena baru kalah perang, negeri Chu tidak
mengirim pasukan bantuan. Akhirnya negeri Zheng menggunakan taktik adu
domba dengan mengirimkan surat kepada negeri Jin bahwa negeri Jin, dan
negeri Qin sekarang ini sama kuatnya, karena negeri Zheng dekat dengan
negeri Qin, maka Zheng akan menjadi milik Qi, dan negeri Qi akan menjadi
lebih besar, dan kuat, yang kemudian suatu waktu akan menyerang negeri
Jin. Raja negeri Jin yang berhasil dihasut kemudian menarik pasukan
kembali ke negerinya. Pada saat itu, negeri Chu mengirimkan surat
perdamaian dengan negeri Qin. Setelah perdamaian antara 2 negeri paling
besar pada saat itu yaitu Chu, dan Qin, perang-perang berikutnya tidak
lagi dianggap dalam skala besar. Peperangan berlanjut sampai kepada masa
"Zaman Negara-Negara Berperang"
Tokoh - Tokoh
Adipati Huan dari Qi, Raja Muda yang paling besar pengaruhnya pada zaman
ini dibanding Raja-raja muda lain. Dia berhasil menjadi ketua
perserikatan raja-raja muda
Guan Zhong '', penasehat militer negeri Qi
Baili Xi , perdana menteri negeri Qin
Dinasti Qin (Hanzi: 秦朝, hanyu pinyin: Qin Chao) (221 SM - 206 SM) adalah
satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh diTiongkok sepanjang
sejarahnya. Dinasti Qin terkenal sebagai dinasti yang pendek umurnya,
namun meletakkan dasar-dasar kekaisaran yang kemudian akan diteruskan
selama 2000 tahun oleh dinasti-dinasti setelahnya. Dinasti ini juga
adalah dinasti pertama yang mempersatukan suku bangsa beragam di
Tiongkok ke dalam entitas tunggal nasional Cina.
Karena lemahnya kemiliteran, dinasti ini tidak bertahan lama. Setelah
kematian kaisar yang pertama di 210 SM, puteranya digantikan oleh dua
penasihat kerajaan sebelumnya, yang mengatur semua masalah administrasi
di wilayah dinasti. Keduanya bertengkar, dan menyebabkan kematian
keduanya dan kematian darikaisar kedua Dinasti Qin. Pemberontakan
muncul, dan kepemimpinan yang lemah ini dilimpahkan kepada Letnan Chu,
yang akhirnya mendirikan Dinasti Han. Meski terjadi keahkiran yang
cepat, dinasti ini telah membawa pengaruh besar untuk dinasti-dinasti
berikutnya, dan nama Chinadari Eropa diyakini diambil dari dinasti ini.
Kronologi sejarah
Penghujung Dinasti Zhou
Dinasti Qin berawal dari kerajaan Qin yang dikuasai bangsawan bermarga
Ying pada masa Dinasti Zhou. Leluhur marga Ying,Bo Yi diceritakan pernah
berjasa membantu Yu untuk meredakan banjir. Untuk itu, Kaisar Shun
kemudian menganugrahkan marga Ying kepada Bo Yi.
Salah satu keturunan Bo Yi kemudian mengabdi kepada Raja Xiao dari
Dinasti Zhou. Berjasa untuk memelihara kuda kerajaan, Raja Xiao lalu
memberikan wilayah di Lembah Qin (sekarang di sekitar Tianshui, Gansu)
untuk keturunan Bo Yi tadi. Dari sinilah kerajaan Qin bermula.
Tahun 770 SM, Xiang dari Qin berjasa di dalam mengawal Raja Ping dari
Dinasti Zhou dan mendapat gelar bangsawan. Kerajaan Qin terbentuk dan
kemudian menguasai wilayah Dinasti Zhou di sekitarShaanxi. Masa ini
disebut sebagai Zaman Negara-negara Berperang karena puluhan negara
besar-kecil saling bermusuhan dan kerap berperang untuk merebut wilayah
dan pengaruh kekuasaan. Tahun 221 SM,Raja Yingzheng (yang kemudian
dikenal sebagai Qín Shǐ Huáng atau Qin Shihuang) dari Qin melakukan
agresi militer terhadap kerajaan lainnya di Dinasti Zhou dan
mempersatukan Cina di bawah satu pemerintahan terpusat.
Penyatuan daratan Tiongkok
Artikel utama Penaklukan enam negara oleh Negara Qin
230 SM: Penaklukan kerajaan Han
228 SM: Menyerang kerajaan Zhao
227 SM: Menyerang kerajaan Yan
225 SM: Penaklukan kerajaan Wei
224 SM: Penaklukan kerajaan Chu
222 SM: Penaklukan kerajaan Zhao dan Yan
221 SM: Penaklukan kerajaan Qi, mempersatukan Cina
Memusatkan kekuasaan
Ying Zheng setelah mempersatukan Cina kemudian menciptakan gelar Huangdi
yang merupakan gabungan dari Huang (皇) dan Di (帝). Ia merasa ia lebih
berjasa daripadaTiga Penguasa (三皇) dan Lima Kaisar (五帝) dari Tiongkok
kuno. Huangdi sendiri secara harfiah berarti penguasa dan kaisar tak
tertandingi. Ia kemudian digelari sebagai Shi Huangdi, yang bermakna
Kaisar Pertama.
Ia kemudian menetapkan beberapa kebijakan pemerintahan yang memusatkan
kekuasaan lebih lanjut di tangan kaisar. Kaisar mempunyai kekuasaan
absolut, para menteri mempunyai hak untuk memberikan pandangan dan
nasihat dalam penetapan kebijakan pemerintahan namun tidak punya hak
untuk memutuskan kebijakan. Pemerintahan pusat dijalankan oleh 3 menteri
utama dan 9 menteri biasa. Menteri utama terdiri dari perdana
menteridan 2 wakil perdana menteri. Perdana menteri menjalankan
pemerintahan, sedangkan 2 wakil perdana menteri masing-masing bertugas
sebagai pelaksana militer dan pemeriksa (kontrol pemerintahan).
Menyatukan unit satuan
Di masa ini juga, berbagai aspek kehidupan seperti satuan berat,
panjang, unit mata uang, aksara diseragamkan. Bahkan jarak antara sumbu
roda kereta kuda disamakan untuk memudahkan pembangunan jalan antar
prefektur. Qin Shihuang juga memerintahkan perbaikan dan pembangunan
tembok besar yang sebelumnya telah dibangun pada masa Dinasti Zhou untuk
menahan serangan dari bangsa Xiongnu di utara.
Membangun Istana E Fang
Setelah mempersatukan Cina, demi menonjolkan wibawa dan kekuasaannya,
Qin Shihuang membangun Istana E Fangdi Gunung Li yang pada saat
merupakan istana terbesar dan termegah dalam sejarah Tiongkok.
Du Mu dari Dinasti Tang mengisahkan bahwa istana ini kemudian
dibumi-hanguskan oleh Xiang Yu setelah berhasil menggulingkan Dinasti
Qin. Namun sebenarnya dalam sejarah resmi, tidak ada catatan mengenai
terbakarnya istana ini.
Runtuhnya Dinasti Qin
Sepeninggal Qin Shihuang, Zhao Gao berkomplot bersama Hu Hai dan Li Si
memalsukan surat wasiat Qin Shihuang untuk mewariskan tahta kepada Hu
Hai serta memerintahkan eksekusi mati atas anak sulungnya, Fu Su. Hu Hai
lalu naik tahta dengan gelar Kaisar Qin Kedua.
Hu Hai sendiri adalah seorang kaisar yang lalim dan tidak cakap. Ini
menyebabkan ia tak dapat menahan pemberontakan di daerah-daerah. Bulan
Juli 209 SM, 2 pejabat kekaisaran, Chen Sheng dan Wu Guang memberontak.
Pemberontakan besar-besaran kemudian dipimpin olehXiang Yu dan Liu Bang.
Setelah Dinasti Qin runtuh, peperangan pecah antara Liu Bang dan Xiang
Yu yang kemudian dimenangkan oleh Liu Bang dan mendirikan Dinasti Han
yang akan berkuasa selama 400 tahun.
Wilayah
Dinasti Qin mewarisi wilayah Dinasti Zhou sebelumnya ditambah dengan
ekspansi wilayah ke wilayah selatan sampai ke tepiLaut Cina Selatan. Di
zaman ini, wilayah selatan Cina untuk pertama kalinya dimasukkan sebagai
wilayah Cina.
Dinasti Qin menerapkan pembagian wilayah daerah terpusat, yang berbeda
dari Dinasti Zhou yang menerapkan sistem feodalisme. Dinasti Qin membagi
wilayahnya ke dalam 36 daerah administrasi (prefektur) yang kemudian
dibagi-bagi lagi menjadi daerah yang lebih kecil. Di penghujung Dinasti
Qin, pemerintah daerah bertambah sampai 46 prefektur.
Umur dinasti Qin ini yang berhasil menyatukan Tiongkok dari perpecahan
dan peperangan antar negara sesungguhnya tergolong singkat, yakni hanya
dari tahun 221 – 207 SM atau hanya sekitar 14 tahun. Asal mulanya Qin
merupakan salah satu dari tujuh negara bagian terkuat pada akhir Dinasti
Zhou.Meskipun usianya hanya singkat, namun dinasti ini memiliki
beberapa arti penting bagi perkembangan budaya Tionghoa. Untuk
memahaminya kita perlu mempelajari secara singkat riwayat pendiri
dinasti ini yang bergelar Qin Shihhuangdi.
Kaisar Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying
Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada
putus-putusnya antara negara-negara bagian feodal untukmemperebutkan
kekuasaan tertinggi (disebut dengan “Masa Perang Antar Negeri” yang
berlangsung dari tahun 475 – 221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuang Xiang
dari Kerajaan Qin dan ibunya bernama Zhao Ji yang merupakan bekas selir
dari pedagang kaya Lu Buwei. Para kritikus kemudian mengatakan bahwa
Zheng sesungguhnya adalah anak dari Lu Buwei, namun sifat-sifat anak
tersebut, yakni kemampuannya dalam strategi digabungkan dengan semangat
peperangan merupakan ciri khas para penguasa Qin sebelumnya.
Tatkala berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dan Zheng dinobatkan sebagai
penguasa baru dari Kerajaan Qin. Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji
memerintah sebagai wali, namun tatkala keduanya terlibat skandal,
jabatan sebagai wali raja itupun dihapuskan dari tangan mereka. Semenjak
tahun 238 SM Zheng memerintah sendirian. Kerajaan Qin saat itu menganut
ajaran legalisme (Fajia) dari Shang Yang, yang mengatakan bahwa
pemerintah harus diperintah dengan keras. Shang Yang mengajarkan bahwa
manusia pada dasarnya jahat dan harus diperintah dengan menggunakan
kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang menekankan tentang
pelaksanaan hukum dengan tegas sebagai landasan pembangunan negara,
tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror)
sehingga rakyat takut. Tegasnya pelaksanaan undang-undang ini tidak
pandang bulu, bahkan ada bangsawan juga yang dihukum sesuai dengan
undang-undang yang berlaku..
Kebijaksanaan yang digariskan oleh Shang Yang untuk negara Qin antara lain:
1. Menghapus gelar bangsawan secara waris, hanya orang yang memiliki
jasa dalam perang yang dapat memperoleh gelar bangsawan, anak cucu tidak
dapat mewarisinya.
2. Menata administrasi pemerintahan, mengumpulkan kota-kota kecil
menjadi 31 kabupaten dan menetapkan pejabat untuk menjalankan kebijakan
pemerintah pusat.
3. Melarang terciptanya keluarga besar, yakni bila satu keluarga terdiri
dari dua kepala keluarga, maka keluarga itu harus membayar pajak ganda,
dengan cara ini mendorong masyarakat berkembang untk mendirikan rumah
tangga sendiri setelah berkeluarga dan berkembanglah populasi rakyat.
4. Melaksanakan landreform, bagi rakyat yang membukan lahan diberikan
hak milik atas lahan yang dibuka, sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat
dan pendapatan rakyat bertambah.
5. Otonomi daerah. Membagi penghuni di daerah menjadi kelompok-kelompok dan masing-masing memilih sendiri ketua kelompoknya.
6. Menetapkan pangkat militer dan hadiah atas jasa mereka, sehingga kemampuan militernya meningkat drastis.
7. Memberikan hadiah atas hasil pertanian kepada petani yang sukses
dalam bercocok tanam dan menghukum mereka yang panennya berkurang. Jadi
yang dirangsang adalah kompetisi produksi. (bukankah ini juga
berlangsung dalam manajemen modern di negara industri yang maju dewasa
ini ? dan bukannya dengan memberikan subsidi)
8. Mendirikan ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis secara geografis.
9. Menyatukan segala macam ukuran, antara lain ukuran satuan panjang,
ukuran kereta, lebar jalan raya, dan lain sebagainya, agar memiliki
standar yang tetap.
10. Menetapkan undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya,
jika putra mahkota melanggar hukum, bukan dia saja yang akan dihukum
namun gurunya yang mengajarnya juga harus menerima hukuman. (zaman dulu
guru itu menetap di istana dan selalu mendampingi putra mahkota).
Reformasi dari Shang Yang tersebut di terapkan di masa Qin Shiaugong,
sebelum masa Qin Shihhuang, bahkan setelah Qin Shiaugong meninggal,
Shang Yang dicincang sampai mati oleh para bangsawan yang membencinya
karena mereka kehilangan eksklusivitas setelah penerapan sistim
ketatanegaraan yang baru. Sepuluh tahun setelah reformasi Shang Yang,
Qin dari negara yang lemah tumbuh menjadi negara yang kuat, kira-kira
seabad kemudian barulah Zheng lahir, dimana ia telah memiliki modal kuat
untukmenyatukan daratan Tiongkok.
Antara tahun 230 – 221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menaklukkan
seluruh Tiongkok. Pada tahun 221 SM usaha ini berhasil dan ia mendirikan
dinasti baru sebagai pengganti Dinasti Zhou serta menggelari dirinya
sebagai Qin Shihuangdi, yang berarti “Kaisar Pertama dari Dinasti Qin”.
Dia adalah raja pertama yang tidak menobatkan dirinya sebagai raja,
melainkan Kaisar. Istilah baru yang dipergunakan untuk menggelari
dirinya terdiri dari dua huruf, “huang” dan “di”, yang keduanya
sama-sama berarti raja (penggunaan dua kata ganda yang berarti raja ini
mengindikasikan bahwa Ying Zheng hendak mengatakan bahwa dirinya lebih
dari sekedar raja).
Gelar baru sebagai sebutan bagi kaisar tersebut digunakan hingga dinasti
Qing (dinasti terakhir Tiongkok). Keberhasilannya ini menunjukkan
kejeniusannya untuk menyatukan Tiongkok dari keterpecah-belahannya
menjadi suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Untuk memudahkan
administrasi pemerintahan, Zheng membagi negerinya menjadi 36 provinsi,
yang dihubungkan oleh jalan raya dengan total panjang sebesar 7500 km,
dimana ini jauh melebihi prestasi Bangsa Romawi dalam membangun jalan
raya.
Pada masa pemerintahnnya Tiongkok juga masih sering mengalami serangan
bangsa barbar dari utara. Untuk menangkal hal tersebut Kaisar Qin
Shihuangdi memerintahkan pembangunan tembok besar yang kemudian para
prakteknya dilakukan dengan penuh kekejaman. Tembok yang membentang
sekitar 3000 km ini merupakan satu-satunya bangunan di dunia yang dapat
dilihat di bulan dan merupakan salah satu prestasi Bangsa Tionghoa.
Kaisar Qin juga melakukan standardisasi huruf dan ukuran yang berlaku di
negerinya, sehingga sebagai hasilnya kita pada hari ini hanya mengenal
satu sistim penulisan huruf Mandarin. Ini semua dapat dikatakan jasa
dari Kaisar Qin Shihuangdi.
Meskipun demikian terlepas dari jasa tersebut, Kaisar Qin Shihuangdi
merupakan seorang tiran yang kejam. Salah satu kekejaman yang
dilakukannya adalah dengan membakar buku-buku karya para ahli filsafat
pada jaman sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kritik terhadap
pemerintahannya. Para sarjana yang menolak untuk menyerahkan kitab-kitab
tersebut menjalani hukuman dikubur hidup-hidup. Sedangkan buku2 yang
tidak dimusnahkan adalah buku2 pertanian dari Nong Jia (ilmu pertanian),
buku2 seni perang dari Bing Jia, buku-buku ramalan , dan buku-buku
pengobatan. Yang dimusnahkan terutama adalah buku2 yang bertentangan
dengan Aliran Fajia. Tapi buku-buku itu tidak semuanya habis dibakar
atau disensor. Buktinya pada masa Dinasti Han masih banyak yang memiliki
buku2 yang beraliran Ru Jia (Konfusianisme). Salah satu faktor yang
membuat Qin Shihuang marah terhadap penganut Ru Jia adalah ketika Qin
Shihuang hendak mengadakan upacara Feng Shan (semacam upacara
pengukuhan/legitimasi sebagai kaisar oleh para leluhur) digunung Tai,
ternyata penganut Ru Jia tidak tahu bagaimana tata cara upacara Feng
Chan itu, bahkan sesama penganut Konfusianisme itu sendiri malah saling
bertengkar tentang tata cara Feng Shan , dan kasus ini juga menimpa
kaisar Han Wudi.
Pembangunan tembok besar itupun juga menimbulkan banyak korban jiwa. Hal
ini terjadi karena buasnya alam dan minimnya prasarana pada masa itu.
Bahkan, karena tidak ada waktu untuk mengubur orang yang meninggal, maka
mayat-mayat tersebut juga ikut dimasukkan ke dalam tembok besar
tersebut.
Karena kekejamannya Dinasti Qin tidak bertahan lama, dan hanya
berlangsung selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM
saat sedang dalam perjalanan. Seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti
adalah putera pertama kaisar yang bernama Fu Su. Namun Li Si, penasehat
kaisar memalsukan surat perintah yang isinya memerintahkan agar Fu Su
melakukan bunuh diri. Li Si kemudian merekayasa agar putera kedua raja,
yang bernama Hu Hai naik tahta dan bergelar Er Shihuangdi (Kaisar
Kedua). Pada jamannya terjadi penindasan yang lebih besar terhadap
rakyat dengan jalan menaikkan pajak. Para petani yang telah menderita
hidupnya di bawah Dinasti Qin melakukan pemberontakan, dimana
pemberontakan – pemberontakan ini kemudian semakin meluas bagaikan
cendawan di musim hujan.
Sejarahwan terkenal pada jaman Dinasti Han, Tong Zhongshu menyebutkan
mengenai jaman sengsara tersebut dengan ungkapan sebagai berikut: “Orang
miskin kerapkali memakai pakaian lembu dan kuda serta makan makanan
anjing dan babi”.
Salah satu pemberontakan yang paling terkenal dipimpin oleh Liu Bang.
Pada tahun 206 SM, pemberontakan ini berhasil dan Ziying, kaisar
terakhir Dinasti Qin yang baru memerintah selama 46 harimenyerah pada
Liu Bang. Dinasti Qinpun tamat sudah riwayatnya.
Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, arti penting Dinasti Qin bagi
kebudayaan Tionghoa adalah penyeragaman tulisan, dimana sebelumnya
terdapat beberapa ragam tulisan. Kalau pada masa ini kita hanya
menjumpai satu sistim penulisan Bahasa Mandarin, maka ini adalah jasa
Kaisar Qin Shihhuangdi. Lebih jauh lagi nama “China”, yakni sebutan
Bangsa Barat untuk Tiongkok adalah berasal dari nama dinasti ini.
Catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shihhuangdi
Berikut ini ada catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shihuangdi yang
juga menarik untuk disimak. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Qin
Shihhuangdi tidak bisa disebut kejam dan lalim, tapi seorangpelaksana
yang tegas, taat dan modern. Raja yang terdahulu jika mengusai negara
lain, maka raja tersebut akan membagi-bagikan daerah kekuasaan barunya
kepada sanak famili dan para bangsawan, namun tidak demikian halnya
dengan Qin Shihhuang. Dia menciptakan pemerintahan pusat yang belum ada
sebelumnya, membagi negara menjadi propinsi, kabupaten, kecamatan dan
kelurahan, pejabat propinsi dan kabupaten ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Struktur negara juga diringkas menjadi 3 perdana menteri dan 9
menteri, dia mengubah system feodalisme istana menjadi system
ketatanegaraan. Untuk hal ini, mungkin dialah penguasa pertama di dunia
ini yang menerapkan manajemen modern.
Dia seorang pekerja keras, walaupun telah mengalami berkali-kali
penghadangan tapi dia tetap melakukan perjalanan dalam peninjauan dan
pengawasan perbangunan negaranya, bahkah dia mati dalam perjalanan
tugasnya. Selain membuat terusan yang menghubungkan sungai Huang He,
Huai He dan Chang Ciang, dia juga membangun jaringan transportasi
seluruh negara dari pusat ibukota danmengagalkan reboisasi. Mengenai
korban pembangunan Tembok Besar, tentu bukan suatu kelaliman kaisar,
tapi itu adalah salah satu benteng pertahanan strategis secara militer,
hanya karena medan yang sangat buruk maka terjadilah banyak korban,
kalau dibandingkan dengan para kaisar zaman sebelumnya yang membangun
istana dengan memaksa rakyat berbakti denan cuma-cuma yang juga memakan
korban banyak, tentu korban dalam pembangunan Tembok Besar lebih
memiliki nilai yang lebih tinggi. Dan tembok-tembok itu sebenarnya
adalah menyambung tembok-tembok yang telah ada serta membangun
tembok-tembok baru. Pada masa itu, keturunan dari para bangsawan dan
kerabat raja-raja dari 6 negara yang dikalahkan, terus berusaha membunuh
atau menjatuhkan Qin Shihuangdi, selain mencari satria untuk
menghadang, mereka juga mendekati para sarjana terutama aliran
Konfusianis, para sarjana dan rakyat memang belum terbiasa hidup dalam
pola hidup yang disiplin sesuai undang-undang Qin, maka banyak sarjana
aliran ini menulis kritikan yang tidak membangun dan mencela
kebijaksanaan Qin, mereka menolak penerapan sistim baru yang membongkar
habis pola pikir feodal dan menuntut kembali pada pola kekaisaran tempo
dulu.
Untuk mengamankan pelaksanaan reformasi, maka para sarjana itu ditangkap
dan tulisan-tulisan mereka disita. Buku-buku tradisional yang tidak
sesuai dengan kemajuan zaman diperintahkan untuk dibakar oleh
pemiliknya. Apabila dalam kurun waktu 60 hari tidak dibakar maka akan
dijatuhi hukuman. Empat ratus enam puluh orang sarjana dari aliran
Konfusianis terbukti mencela dan menyebarkan kebencian terhadap kaisar,
maka mereka dihukum mati dengan jalan dikubur hidup – hidup (hukuman ini
tidak hanya dilakukan oleh Qin Shihuang. Namun tidak ada sarjana yang
menulis, bahwa raja lainnya juga pernah melakukan kekejaman semacam ini .
Hal inu tentunya tidak adil secara sejarah). Tulisan mereka dan
buku-buku yang disita dari mereka juga dibakar. Namun buku-buku yang
tersimpan di perpustakaan atau karya asli dan aliran-aliran pemikir
tidak dibakar, maka catatan sejarah masih utuh hingga kini.
Salah penafsiran atas Qin Shihhuang adalah dikarenakan hukumannya
terhadap para sarjana Aliran Konfusianisme, dimana mereka selanjutnya
justru mendapatkan tempat pada masa raja-raja berikutnya. Maka tulisan
atau tafsiran tentang Qin Shihhuang selalu tidak sesuai dengan keadaan
yang sesungguhnya. Penulis atau pencatat sejarah kebanyakan sarjana dari
aliran tersebut.
Tokoh-tokoh terkenal
Lu Buwei (吕不韦), perdana menteri Qin dan wali Qin Shihuang ketika ia naik
tahta dalam usia muda. Orang yang berjasa dalam mendidik Qin Shihuang
menjadi seorang kaisar yang bertangan besi. Ada kontroversi mengenai
garis keturunan dari Kaisar Qin, bahwa Kaisar Qin adalah anak dari Lu
Buwei, dimana Lu Buwei menyerahkan istrinya, Zhao Ji, pemain opera di
kota Handan (wilayah kerajaan Zhao) yang sudah hamil, kepada Raja Qin
(Ying Yiren/raja sebelum Qin Shi Huang).Pada akhirnya, dia dibunuh
secara tidak langsung oleh Qin Shi Huang dengan dipaksa minum anggur
beracun.(Kaisar Qin takut Lu Bu Wei direkrut oleh 6 negara lainnya,
padahal Bu Wei sendiri sudah memutuskan pensiun.
Li Si (李斯), murid dari Xun Zi, direkrut oleh Lu Buwei sebagai guru untuk
Kaisar Qin/Ying Zheng. Orangnya cerdas,namun agak pengecut. Ada suatu
peristiwa dimana dia bekerja sama dengan pejabat tertentu untuk membuat
surat permohonan pembagian kekuasaan kepada kaisar Qin, namun karena
takut dia membuat satu surat lagi yang isinya bertentangan dengan surat
pertama, lebih mendukung kaisar Qin, itulah alasan mengapa Fu Su, sang
putra mahkota membencinya. Setelah Lu Buwei tiada, dia ditunjuk sebagai
perdana menteri.
Zhao Gao (赵高), kasim dari Kaisar Qin. Orangnya lumayan cerdas, tapi
"penjilat". Dia dan Li Si melakukan suatu konspirasi besar mengenai
penerus kaisar Qin, mereka mengatur sedemikian rupa sehingga Huhai,
putra ke-26 Qin Shihuang, yang masih muda dan intelektualnya lebih
rendah dari putra mahkota Fu Su, menjadi kaisar berikutnya, padahal
mandat kaisar Qin sebelum mangkat bahwa Fu Su seharusnya menjadi penerus
kekaisaran Qin. Li Si takut dipenggal karena Fu Su tidak menyukai Li
Si, sementara Zhao Gao takut ingin Huhai naik tahta sehingga dengan
demikian statusnya ikut terangkat.
Fu Su (扶苏), putra mahkota kekaisaran Qin, yang seharusnya menjadi
penerus Qin Shi Huang. Qin Shi Huang sendiri menganggap Fu Su hatinya
terlalu lunak dan lemah. Sebenarnya dia bisa melakukan kudeta kekuasaan,
tapi ada suatu peristiwa dimana dia dan Li Si saling berbicara setelah
menerima mandat palsu (Isinya Pangeran Kedua yang menjadi penerus tahta,
sementara Fu Su dihukum mati).Dia bertanya, bagaimana masa depan
kekaisaran Qin ke depannya, dan Li si menjawab, "tidak akan ada lagi
Dinasti Qin", akhirnya dia mati bunuh diri.
Lao Ai (嫪毐), pemain opera di Handan yang dekat dengan ibu suri Zhao (ibu
Ying Zheng), yang kemudian dipromosikan oleh Lu Buwei menjadi menteri,
dengan alasan diperbantukan ke ibu suri.
Sayangnya, Lao Ai punya niat tersembunyi, termasuk perselingkuhannya
dengan ibu suri. Dia melakukan pemberontakan pada saat Ying Zheng
mengetahui skandal perselingkuhannya dengan ibusuri Zhao.
Pemberontakannya gagal dan ia tertangkap, lalu ia mengakui pada Ying
Zheng mengenai segalanya tentang perselingkuhan dengan ibusuri dan
rahasia mengenai Lu Buwei adalah ayah biologis Ying Zheng.
Meng Tian (蒙恬), jenderal kesayangan Qin Shi Huang, berjasa besar dalam
penaklukan 6 kerajaan, termasuk peperangan di utara melawan Mongolia.
Sebenarnya, Fu Su bermaksud menjadikannya perdana menteri jika naik
takhta. Ia turut dipaksa bunuh diri bersama Fu Su.
Li Mu (李牧), jenderal besar dari negeri Zhao, berhasil menggagalkan
penyerangan negeri Qin, Qin Shi Huang sendiri sangat terkesan dengan
kegagahan Li Mu. Negara Qin mengirim mata-matanya ke Zhao untuk
menghasut Raja Zhao sehingga menyingkirkan Li dari jabatan komandan
tertinggi. Li dibunuh tidak lama setelah dicabut dari jabatannya oleh
orang-orang suruhan Raja Zhao. Setelah negeri Zhao kalah, namanya
diabadikan menjadi nama suatu tempat.
Makam kaisar yang unik
Makam kaisar Tiongkok, Qin Shi Huang, disebut-sebut sebagai salah satu
penemuan arkeologi terbesar abad ke-20. Sejarah mencatat, Qin Shi Huang
merupakan kaisar pertama Dinasti Qin yang memimpin Tiongkok diantara
periode 221 SM – 210 SM. Salah satu karya monumentalnya selain
penyempurnaan konstruksi bangunan Tembok Besar China ialah pembangunan
makam agungnya sendiri. Berbeda dengan Fir’aun Mesir Kuno, Cheops
(Khufu) yang memilih untuk membangun sebuah Piramida Agung di Giza
sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, Kaisar Qin Shi Huang lebih
memilih menjadikan makamnya bak sebuah Istana dengan penjagaan ribuan
patung prajuritnya.
Makam sang kaisar memang begitu mempesona. Terdapat kurang lebih 8000
patung yang menggambarkan sosok para prajurit beserta kuda-kuda perang
berdiri berjejer disepanjang makam. Yang lebih menarik lagi, semua
patung-patung tersebut tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya
baik itu bentuk pakaian, mimik wajah, model rambut, hingga persenjataan
yang mereka bawa. Selain itu, mereka juga dibedakan oleh pangkat
kemiliterannya seperti Jendral, perwira, hingga para prajurit biasa.
Patung prajurit yang memiliki ukuran tubuh paling tinggi ialah yang
berpangkat jendral.
Patung-patung yang disebut sebagai Prajurit Terracotta ini keselururuhan
terbuat dari tanah liat yang dibentuk didalam cetakan. Tingginya pun
bervariasi antara 183 – 195 cm. Untuk bagian kepala, dibuat secara
terpisah dari bagian badan agar memiliki bentuk dan mimik wajah yang
berbeda satu sama lain. Sementara bagian-bagian wajah seperti bibir,
mata, dan telinga ditambahkan secara manual dan bentuknya disempurnakan
oleh polesan tangan si pematung. Patung yang telah jadi kemudian dibakar
agar dihasilkan konstruksi yang lebih keras dan kokoh. Untuk tahap
akhir, dilakukan pengecatan walaupun kebanyakan patung kini catnya telah
memudar.
Sejak ditemukan oleh beberapa petani lokal diwilayah Xi’an, Propinsi
Shaanxi, China ditahun 1974 silam, hingga kini masih terus dilakukan
penggalian di sana. Para Arkelog memperkirakan masih banyak patung dan
artifak-artifak lainnya yang masih terpendam. Mereka juga belum dapat
memastikan berapa jumlah angka-angka penemuan ini akan terus bertambah.
Kalkulasi terbaru menyebutkan, terdapat lebih dari 8000 patung prajurit,
130 kereta perang beserta 520 kudanya, serta 150 pasukan berkuda yang
terdapat di tiga terowongan utama makam. Sungguh merupakan pemandangan
yang menakjubkan mengingat baru satu persen dari keseluruhan bagian
makam yang telah digali!
Tidak semua harta benda dan perhiasan sang kaisar telah ditemukan.
Konon, masih banyak harta benda berharga Kaisar Qin Shi Huang yang
tersimpan disuatu bagian makam, dimana ditempat itu terpasang
perangkap-perangkap yang dapat menembakkan anak panah secara otomatis
kepada siapapun yang berani mengusiknya. Bahkan diyakini para pekerja
yang memasang perangkap-perangkap tersebut turut dikuburkan hidup-hidup
agar kerahasiannya tetap terjaga. Terdengar cukup menakutkan, bukan?
Menurut sejarawan Sima Qian (145 – 90 SM), pembangunan makam agung
kaisar Qin Shi Huang dimulai disekitar 246 SM – disaat usia sang Kaisar
baru menginjak 13 tahun – dengan memperkerjakan kurang lebih 700.000
pekerja. Namun apa tujuan Kaisar Qin Shi Huang membangun semua ini?
Faktanya, makam ini didirikan sebagai gambaran akan sebuah istana bawah
tanah yang begitu besar dan mewah. Bahkan dikatakan ia adalah istana
bawah tanah dengan struktur paling rumit dalam kemegahan dan
fasilitasnya. Tiruan sungai yang terbuat dari air raksa serta
langit-langit dengan hiasaan mutiara turut mempercantik istana.
Kepercayaan di lingkungan kerajaan menyebutkan bahwa Kaisar Qin Shi
Huang akan terus memimpin kerajaan dikehidupan berikutnya (alam
baka/akhirat). Untuk itu ia membutuhkan sebuah istana sebagai pusat
kerajaan, lengkap beserta para bala tentaranya dan pegawai-pegawai
pemerintahan.