Rabu, 10 November 2021

Kriteria Hamba Alloh


 Banyak orang mengaku sebagai hamba Allah tetapi hatinya tidak seperti hati Allah.

Kata "hamba" dalam bahasa Yunani 'DOULOS', adalah budak = slave, artinya adalah hamba yang terikat. Dahulu kala hamba itu diperjualbelikan, maka hidup seorang hamba ditentukan oleh tuannya. Bahkan, ketika seseorang  mendaftarakan kekayaannya, seperti lembu, domba juga didaftarakan jumlah budak yang dia miliki. Hamba, adalah orang yang sepenuhnya taat kepada tuannya, karena hidupnya sudah dibeli dan dirinya sepenuhnya bukan lagi haknya. Maka, jika ingin lepas dari perhambaan harus ada penebusan.

Menurut Perjanjian Lama, seorang hamba yang telah bebas dari perbudakan, bisa menjadi hamba bagi tuannya seumur hidupnya atas keinginan dirinya sendiri oleh karena kasih (Ulangan 15:16-17).

Menjadi hamba Tuhan itu tidaklah mudah. Apa itu ciri-ciri seorang hamba? Dalam Filipi 2, Yesus menjadi contoh kerendahan hati yang harus dimiliki oleh seorang hamba. Yesus, yang walupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu menjadi milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Atribut-atribut apakah yang kita miliki yang harus kita lepaskan untuk bisa menjadi hamba Allah yang taat?

Manusia yang hakikatnya adalah manusia paling mulya di hadapan Alloh S.W.T karena derajat ketaqawaanya itu mempunyai nilai dan tugas-tugas tertentu dalam memaknai hidup dan kehdiupannya. Sehingga status sebagai seorang hamba Alloh memang layak dan pantas untuk diraih oleh seorang manusia.

Untuk itu mengetahui dan memaknai siapa sesungguhnya yang di maksud dengan hamba Alloh tersebut? Apakah tertuju pada seorang manusia pilihan saja seperti para rasul, nabi, aulia dan yang lainnya, ataukah bisa diterjemahkan dan dikategorikan pada siapa saja yang berhak meraih predikat seorang hamba alloh.

Nah, mungkin untuk lebih memberikan penjelasan secara detail sesuai dengan pemaknaan dari maksud hamba alloh sebagaimana yang tersiratkan dalam ayat-ayat alquran, itu kiranya sangat dibutuhkan pengertian yang jelas sebagaimana yang diterangkan dalam ayat-ayat tersebut.

Demikian halnya dengan pencapaian seorang hamba ketika ingin meraih dari yang namanya hakikat hidup ini perlu sekali mengetahui secara umum diantara sifat-sifat manusia yang tergolongkan pada seorang hamba Alloh S.W.T. Dalam hal ini kita kembali pada penjelasan ayat yang ada dalam surat alfurqon mulai ayat 63 dan ayat2 berikutnya.

(63). وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.

(64). وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.

(65). وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖإِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.

(66). إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.

(67). وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

(68). وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚوَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya),

Pengertian dari penafsiran ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa yang di maksud dengan hamba Alloh itu adalah salah satunya dari mereka yang memiliki sifat-sifat dan kepribadian sesuai yang dijelaskan pada ayat tadi, dan tidak pula tertuju pada seorang manusia saja.

Karena yang di namakan dengan ‘Ibad itu adalah bersifat umum tidak bersifat khusus, jadi siapa saja bisa meraih titel seorang hamba Alloh tersebut. Tidak hanya di tentukan pada satu manusia saja, akan tetapi siapapun saja itu bisa masuk pada kategori seorang hamba Alloh.

Diantara penjelasan lain yang menerangkan arti daripada ‘Ibaadurohman” atau hamba-hamba Alloh yang tidak hanya tertuju pada Nabi Muhammad saja seperti berikut keterangan dari ayat-ayatnya, dalam surat maryam ayat 30 disebutkan bahwa Nabi Isa alaihis salam juga hamba Allah :

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

Artinya: ” berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.”

Bahkan dalam tafsir al jalalain ketika menyebutkan suratnya Nabi Sulaiman bin dawud alaihimas salam, dalam surat tersebut Nabi Sulaiman juga menamakan dirinya sbg hamba Allah :

ثُمَّ كَتَبَ سُلَيْمَان كِتَابًا صُورَته {مِنْ عَبْد اللَّه سُلَيْمَان بْن دَاوُد إلَى بِلْقِيس مَلِكَة سَبَأ بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم السَّلَام عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْد فَلَا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ} ثُمَّ طَبَعَهُ بِالْمِسْكِ وَخَتَمَهُ بِخَاتَمِهِ

Artinya: “kemudian Nabi sulaiman menulis surat yg isinya :” Dari Hamba Allah sulaiman bin dawud kepada bilqis ratu saba’.bismillahirrohmanirrohiim keselamatan bagi orang yg mengikuti petunjuk, amma ba’du.janganlah kalian mengungguliku dan datanglah kepadaku sebagai orang2 yg muslim, kemudian Nabi Sulaiman memberikan cap dengan minyak misik dan mensetempelnya dengan cincinya.

Dalam surat al isro’ ayat 1, yg di maksud dengan kalimat “hamba-Nya ” disitu memang Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam.

Imam Qurtuby dalam kitab tafsirnya berkata :” barang siapa ta’at kepada Allah, menyembah-Nya, menyibukkan pendengaran, penglihatan, lisan dan hatinya dengan apa yg diperintah Allah maka dialah yg berhak menyandang gelar kehambaan. Dan barang siapa bersifat sebaliknya maka dia termasuk dalam firman Allah surat al a’rof ayat 179 :

أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ

Artinya: “Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.”

Walhasil yang di maksud dengan I’baadurroham atau hamba-hamba Alloh itu adalah mereka manusia yang senantiasa takut kepada alloh s.w.t dalam setiap langkahnya. Ssalah satunya dengan memiliki sifat-sifat dan kepribadian yang tercerminkan sebagai yang dijelaskan pada surat al furqon dari ayat 63 sampai 68 tadi.

Semua manusia adalah hamba Allah. Harus menghamba, menyembah, mengabdi, beribadah, atau tunduk pada aturan Allah SWT (Syariat Islam).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَ الَّذِيْنَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

"Wahai manusia ! Sembahlah olehmu akan Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu ter­pelihara (bertakwa)" (QS Al-Baqarah:21).

Penghambaan diri kepada Allah SWT (‘Ubudiyyah) adalah kedudukan manusia yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Dalam kedudukan ini, seorang manusia benar-benar menempatkan dirinya sebagai hamba Allah.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Wahai manusia, kamulah yang bergantung dan butuh kepada Allah; sedangkan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (QS Faathir: 15).

Islam mengajarkan agar jika kita bersedekah atau berbuat baik, hendaknya ikhlas karena Allah semata, tidak muncul hasrat ingin dipuji atau disanjung manusia dengan memamerkannya. 

Seorang Wali Murid Harus Berada Pada Seorang Guru


 Perlu kerja sama yang baik antara orang tua dan guru saat mendidik seorang anak. Ketika menyekolahkan anak, maka orang tua harus mempercayai sekolah dan guru yang diamanahi. Sedangkan guru harus bisa menerimanya dan berusaha memberikan ilmu sebaik-baiknya kepada anak tersebut agar orang tua murid bangga.

Namun, dewasa ini tak jarang kita jumpai kasus perseteruan antara orang tua murid dan guru. Hal ini jelas tidak dibenarkan karena bagaimana pun keduanya harus berjalan beriringan.

Sebuah kisah antara guru dan orang tua murid pernah dialami Syekh Abdul Qadir Jaelani. Kala itu, beliau memiliki seorang murid yang dididik dengan penuh kesabaran. Bahkan, mereka kerap makan bersama layaknya sebuah keluarga.

Suatu ketika, ada seseorang yang tidak suka dengan Syekh Abdul Qadir Jaelani dan berniat untuk memfitnahnya. Pada suatu malam, seorang yang tidak baik itu membuat sebuah lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir Jaelani. Lubang itu digunakannya untuk mengintip aktivitas Syekh Abdul Qadir dengan muridnya di dalam rumah.

Ketika mengintip, didapatilah Syekh Abdul Qadir bersama muridnya sedang makan bersama. Syekh Abdul Qadir Jaelani yang senang dengan lauk ayam kemudian menyisihkan separuh ayamnya untuk dibagikan kepada muridnya.

Namun, apa yang dilakukannya itu justru menjadi celah bagi orang yang berniat jahat itu untuk bisa memfitnahnya. Orang itu kemudian menemui ayah dari si murid dan mengadu dengan penyampaian yang keliru.

Benarkah engkau yang memiliki anak yang sedang berguru kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani? tanya orang jahat itu.

Iya benar, jawab singkat sang ayah.

Tahukah engkau, Syekh Abdul Qadir Jaelani memperlakukan anakmu seperti seekor kucing, kata si orang jahat.

Ayah murid yang terpancing emosi lantas bergegas menuju Syekh Abdul Qadir Jaelani untuk meminta kembali anaknya. Dalam perjalanan pulang, sang ayah mencoba menanyakan ilmu apa saja yang telah didapatkan dari Syekh Abdul Qadir. Tak disangka, sang anak justru menjawab pertanyaan ayahnya dengan cermat dan tepat.

Atas hal itu, sang ayah lalu menyesal dan mencoba menyerahkannya kembali kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani. Namun sayang, Syekh Abdul Qadir enggan menerima kembali muridnya tersebut.

Bukannya aku tak mau menerimanya lagi, tetapi Allah telah menutup pintu hatinya untuk menerima ilmu. Allah sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu karena ayahnya tak memiliki adab kepada guru. Oleh sebab itu, anak lah yang menjadi korban, jawab Syekh Abdul Qadir Jaelani.

Para ulama dalam hal mencari ilmu bersepakat bahwa orang tua juga harus menghormati guru karena merekalah sumur suatu ilmu pengetahuan.

Banyak ulama berwasiat, Satu prasangka buruk saja kepada gurumu, maka Allah haramkan seluruh keberkatan yang ada pada gurumu kepadamu.

Wallohu a'lam 

Kisah Syaikh Shon'ani Yang Membangkang Pada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jailany


 Pada waktu Syekh Abdul Qodir menerima sabda Rosululloh saw, bahwa telapak kaki beliau bakal memijak pundak-pundak para waliyulloh, sabda Rosululloh itu diumumkan dan disebarkan kepada seluru para wali, baik yang hadir maupun yang tidak hadir/raib.

Mendengar pengumuman itu, mereka para waliyulloh menghadap syekh, dan mereka meletakkan kaki beliau di atas pundaknya masing-masing karena menghormati dan mengagungkannya, kecuali sorang wali namanya Syekh Son'ani, ia berkata: "Saya juga cinta mahabbah kepada Syekh, tetapi untuk diinjak pundakku nanti dahulu, dan rasanya tidak perlu." Ucapan Syekh Son'ani itu terdengar oleh Syekh, dan beliau berkata: "Telapak kakiku akan menginjak pundaknya si penggembala babi".

Tidak berapa lama kemudian, Syekh Son'ani berangkat berziarah menuju kota Mekkah diiringi sampai ratusan santri-santrinya. Takdir tidak bisa ditolak, demikianlah ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa berlaku bagi hambanya. Pada waktu Syekh Son'ani berjalan melewati sebuah kampung yang penduduknya mayoritas menganut agama nasroni, kebetulan ia melihat sebuah kedai, penjual warung itu seorang perempuan beragama nasroni penjual minuman keras.

Keistimewaan perempuan itu pandai menarik para pembeli karena wajahnya cantik tiada bandingnya, badannya mulus dan mantap, mendebarkan hati para pemuda. Konon tiada seorang lelakipun yang tidak terpikat olehnya. Demikian pula Syekh Son'ani, melihat kecantikan perempuan itu terpesona sehingga luluh hatinya, hilang rasa malu pada dirinya, wibawanya jatuh di hadapan santri-santri pengiringnya, sehingga dengan senang hati ia rela menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan perempuan itu.

Dengan suka rela serta sungguh-sungguh ia mau bekerja, dan pekerjaan apapun ia kerjakan demi untuk menyenangkan perempuan cantik itu.

Pada suatu hari perempuan itu menyuruh Syekh Son'ani menggembalakan babi piaraannya, memangku anak babi yang masih kecil agar jangan sampai terinjak induknya. Ia tidak merasa hina disuruh menggembala babi itu, malah merasa bangga dan gembira diperintah kekasihnya itu.

Melihat kejadian itu, seluruh santri-santri pengiringnya itu mereka pulang meninggalkan gurunya, karena secara menyolok Syekh Son'ani gurunya itu telah mencemarkan dan menodai agama. Yang masih tinggal dua orang, yaitu Syekh Fariduddin dan Syekh Mahmud Maghribi. Kedua santri itu berunding mencari jalan pemecahan musibah yang menimpa pada gurunya. Hasil perumusannya mereka berpendapat bahwa: "Musibah ini harus diperbaiki dari sumbernya dan ditelusuri sebab akibatnya, kemungkinan karena tidak adanya loyalitas murid terhadap gurunya dan kata bertuah yang dikatakan Syekh Abdul Qodir kepada Syekh Son'ani, maka untuk hal ini saya akan menghadap yang mulia Syekh". Kata Syekh Fariduddn: "Kamu Syekh Mahmud tinggal di sini." Kemudian Syekh Fariduddin berangkat menuju kota Baghdad, setibanya di kota itu lalu ia mencari pekerjaan berat dan hina, akhirnya terpaksa pekerjaan itu diterima dan dikerjakan, yaitu membuang kotoran dari kakus.

Pada suatu hari Syekh mengetahui dan menyaksikan Syekh Fariduddin sedang bekerja berat yaitu sedang menjunjung wadah yang penuh dengan kotoran dan pada saat itu turunlah hujan dengan derasnya sehingga wadah kotoran itu penuh dengan air hujan melimpah dan membasahi badan Syekh Fariduddin. Memperhatikan beban berat yang dipikul Syekh Fariduddin, Syekh merasa iba hatinya, lalu beliau memanggil Syekh Fariduddin dan menanyakan namanya.

Setelah Syekh Fariduddin memperkenalkan diri, dan ia juga teman Syekh Son'ani, Syekh bertanya lagi: "Kamu sebenarnya mau apa? Dan silahkan mau minta apa?". Dijawab oleh Syekh Fariduddin: "Kiranya yang bertanya lebih arif bijaksana, lebih mengetahui maksud saya sebenarnya". Syekh berkata: "Kamu mendapat maqom, yakni kedudukan yang lebih tinggi, dan juga gurumu kuampuni". Kata Syekh Fariduddin: "Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi selain diampuni dosa guruku". Kata Syekh: "Memang benar, gurumu telah kuampuni karena kedudukanmu itu".

Bertepatan dengan saat memberi ampun, detik itu pula Syekh Son'ani siuman sadar kembali dari kelalaiannya, lalu ia membaca istighfar, dan ketika itu juga hatinya menjadi berubah tertanam dan berkembang perasaan cinta, rindu mahabbah pada Syekh, dan segera ia berangkat menuju kota Baghdad dengan kebulatan tekad yang kuat akan bertobat kepada Syekh.

Demikian pula tidak kurang pentingnya perempuan cantik yang beragama nasroni itu dan juga kekasih Syekh Son'ani ikut terbawa bersama Syekh Son'ani berziarah dengan keyakinan yang kuat akan masuk agama islam berikrar di hadapan Syekh.

 اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان

 alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.

Wallohu a'lam

201 Nama Nama Kanjeng Nabi Muhammad saw


 Imam Nawawi dalam kitab Tadzhibul Asma berkata:

واعلم أن كثرة الأسماء تدل على عظم المسمى كما في أسماء الله تعالى وأسماء رسوله صلى الله عليه وسلم

Artinya:
“Ketahuilah bahwa banyaknya nama menunjukkan agungnya pemilik nama-nama tersebut. Sebagaimana Allah SWT memiliki banyak nama dan Rasulullah SAW juga memiliki banyak nama."

Sebagaimana maklum, bahwa Allah SWT memiliki banyak nama. Di antaranya adalah nama-nama Allah yang baik yang kita kenal dengan Asmaul Husna, yang jumlahnya ada 99.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW dikenal memiliki banyak julukan. Yakni nama-nama yang disandarkan kepada baginda Nabi dari kalangan arab di masa itu, maupun nama-nama yang Allah serukan untuk memanggil Nabi Muhammad SAW.

Imam al-Jazuli al-Hasani dalam kitabnya Dalailul Khairat wa Syawariqul Anwar menyebut ada 201 nama baginda Nabi Muhammad SAW.

Berikut ini adalah 201 nama baginda Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam Kitab Dalailul Khairat karangan Imam al-Jazuli al-Hasani lengkap tulisan arab dan artinya:

اَسْمَاءُ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِائَتَانِ وَ وَاحِدٌ وَّهِىَ هَذِه

اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مَنْ أَشْرَفُ أَسْمَائِهِ:

Ya Allah, curahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada yang bernama paling mulia:

1- Sayyiduna Muhammadun (محمد) -shollalloohu alayhi wa sallama

2- Sayyiduna Ahmadun (أحمد) - shollallahu alayhi sallama

3- Sayyiduna Haamidun (حامد) - shollalloohu alayhi wa sallama

4- Sayyiduna Mahmuudun (مَحْمُوْدٌ) - Yang Terpuji Sekali

5- Sayyiduna Ahiidun (اَحِيْدٌ) - Nama Nabi dalam Taurat

6- Sayyiduna Wahiidun (وَحِيْدٌ) - Khas

7- Sayyiduna Maahin (مَاحٍ) - Penghapus

8- Sayyiduna Haasyirun (حَاشِرٌ) - Penghimpun

9- Sayyiduna Aaqibun (عَاقِبٌ) - Yang Terakhir dari Semua Ciptaan

10- Sayyiduna Thoohaa (طه) - Thooha

11- Sayyiduna Yaa Siin (يس) - Yaa siin

12- Sayyiduna Thoohirun (طَاهِرٌ) - Yang Murni

13- Sayyiduna Muthohharun (مُطَهَّرٌ) - Pemurni

14- Sayyiduna Thoyyibun (طَيِّبٌ) - Yang Baik

15- Sayyiduna Sayyidun (سَيِّدٌ) - Tuan Guru

16- Sayyiduna Rosuulun (رَسُوْلٌ) - Sang Utusan

17- Sayyiduna Nabiiyyun (نَبِىٌّ) - Sang Nabi

18- Sayyiduna Rosuulur Rohmahti (رَسُوْلُ الرَّحْمَةِ) -Rasul yg Penuh Rahmat

19- Sayyiduna Qoyyimun (قَيِّمٌ) - Yang Lurus

20- Sayyiduna Jaami‘un (جَامِعٌ) - Pengumpul

21- Sayyiduna Muqtafin (مُقْتَفٍ) - Yang Terpilih

22- Sayyiduna Muqoffi (مُقَفِّىْ ) - Teladan Terbaik

23- Sayyiduna Rosuulul Malaahimi (رَسُوْلُ الْمَلاَحِمِ) - Rasul dari Pertempuran yang Hebat

24- Sayyiduna Rosuulur Rohati (رَسُوْلُ الرَّاحَةِ) -Rasul Pembawa Ketenangan

25- Sayyiduna Kaamilun (كَامِلٌ) - Yang Sempurna

26- Sayyiduna Ikliilun (اِكْلِيْلٌ) - Mahkota

27- Sayyiduna Muddatsyirun (مُدَثِّرٌ) - Orang Yang Terselubung

28- Sayyiduna Muzzammilun (مُزَّمِّلٌ) - Orang Yang Berselimut

29- Sayyiduna Abdulloohi (عَبْدُ اللهِ) - Hamba Allah

30- Sayyiduna Habibulloohi (حَبِيْبُ اللهِ) - Kekasih Allah

31- Sayyiduna Shofiyulloohi (صَفِىُّ اللهِ) - Sahabat Karib Allah

32- Sayyiduna Najiyyulloohi (نَجِىُّ اللهِ) - Kepercayaan Allah

33- Sayyiduna Kalimulloohi (كَلِيْمُ اللهِ) - Juru Bicara Allah

34- Sayyiduna Khootimul Anbiyai (خَاتِمُ الْاَنْبِيَاءِ) - Penutup Para Nabi

35- Sayyiduna Khootimur Rusuuli (خَاتِمُ الرُّسُلِ) - Penutup Para Rasul

36- Sayyiduna Muhyin (مُحْيِىْ) - Hidup Kembali

37- Sayyiduna Munjin (مُنْجٍ) - Sang Penyelamat

38- Sayyiduna Muzakkirun (مُذَكِّرٌ) - Yang Mengingatkan

39- Sayyiduna Naashirun (نَاصِرٌ) - Penolong

40- Sayyiduna Manshuurun (مَنْصُوْرٌ) - Yang Berjaya

41- Sayyiduna Nabiyyur Rohmati (نَبِىُّ الرَّحْمَةِ)- Nabi Sumber Rahmat

42- Sayyiduna Nabiyyut Tobati (نَبِىُّ التَّوْبَةِ) - Nabi Pemohon Ampunan

43- Sayyiduna Hariishun ‘Alaykum (حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ) - Yang Mengawasimu

44- Sayyiduna Ma’luumun (مَعْلُوْمٌ) - Yang Dikenal

45- Sayyiduna Syahiirun (شَهِيْرٌ) - Yang Terkenal

46- Sayyiduna Syaahidun (شَاهِدٌ) - Kesaksian

47- Sayyiduna Syahiidun (شَهِيْدٌ) - Saksi

48- Sayyiduna Masyhuudun (مَشْهُوْدٌ) - Yang Terbukti Kebenarannya

49- Sayyiduna Basyiirun (بَشِيْرٌ) - Sang Pembawa Pesan

50- Sayyiduna Mubasyirun (مُبَشِّرٌ) - Menyebarkan Kabar Gembira

51- Sayyiduna Nadziirun (نَذِيْرٌ) - Yang Memberi Peringatan

52- Sayyiduna Mundziirun (مُنْذِرٌ) - Penegur

53- Sayyiduna Nuurun (نُوْرٌ) - Cahaya

54- Sayyiduna Siroojun (هُدًى ) - Lampu Penerang

55- Sayyiduna Mishbaahun (مِصْبَاحٌ) - Lentera

56- Sayyiduna Hudan (هُدًى) - Pembimbing

57- Sayyiduna Mahdiyyun (مَهْدِىٌّ) - Pembimbing Terbaik

58- Sayyiduna Muniirun (مُنِيْرٌ) - Pemberi Cahaya

59- Sayyiduna Daa’in (دَاعٍ) - Penyeru

60- Sayyiduna Mad’uwwun (مَدْعُوٌّ) - Yang Dipanggil

61- Sayyiduna Mujiibun (مُجِيْبٌ) - Perespons Yang Baik

62- Sayyiduna Mujaabun (مُجَابٌ) - Yang Memberi Respons dan Tanggapan

63- Sayyiduna Hafiyyun (حَفِىٌّ) - Penyambut

64- Sayyiduna Aafuwwun (عَفُوٌّ) - Pemaaf Dosa-Dosa

65- Sayyiduna Waaliyyun (وَلِىٌّ) - Sahabat

66- Sayyiduna Haqqun (حَقٌّ) - Kebenaran

67- Sayyiduna Qowiyyun (قَوِىٌّ) - Yang Kuat

68- Sayyiduna Amiinun (اَمِيْنٌ) - Yang Terpercaya

69- Sayyiduna Ma'muunun (مَاْمُوْنٌ) - Yang Dipercaya

70- Sayyiduna Kariimun (كَرِيْمٌ) - Yang Mulia

71- Sayyiduna Mukarromun (مُكَرَّمٌ) - Yang Terhormat

72- Sayyiduna Makiinun (مَكِيْنٌ) - Yang Teguh

73- Sayyiduna Matiinun (مَتِيْنٌ) - Yang Kukuh

74- Sayyiduna Mubiinun (مُبِيْنٌ) - Bukti Yang Jelas

75- Sayyiduna Mu'ammilun (مُؤَمِّلٌ) - Yang Diharapkan

76- Sayyiduna Washuulun (وَصُوْلٌ) - Penghubung

77- Sayyiduna Dzuu Quwwatin (ذُوْقُوَّةٍ) - Pemilik Kekuatan

78- Sayyiduna Dzuu Hurmatin (ذُوْحُرْمَةٍ) - Pemilik Kehormatan

79- Sayyiduna Dzuu Makaanatin (ذُوْمَكَانَةٍ) - Pemilik Keteguhan

80- Sayyiduna Dzuu Izzin (ذُوْعِزٍّ) - Pemilik Kemegahan

81- Sayyiduna Dzuu Fadlin (ذُوْفَضْلٍ) - Sumber Kebaikan

82- Sayyiduna Muthoo’un (مُطَاعٌ) - Yang Dipatuhi

83- Sayyiduna Muthii-’un (مُطِيْعٌ) - Penurut

84- Sayyiduna Qodamu Sidqin (قَدَمُ صِدْقٍ) - Pondasi Ketulusan

85- Sayyiduna Rohmatun (رَحْمَةٌ) - Rahmat, Kasih Sayang

86- Sayyiduna Busyroo (بُشْرى) - Kabar Gembira

87- Sayyiduna Ghawtsun (غَوْثٌ) - Penebus

88- Sayyiduna Ghaytsun (غَيْثٌ) - Bantuan

89- Sayyiduna Ghiyyaatsun (غِيَاثٌ) - Pertolongan

90- Sayyiduna Ni'matulloohi (نِعْمَةُ اللهِ) - Nikmat Allah

91- Sayyiduna Hadiyatulloohi (هَدِيَّةُ اللهِ) - Pemberian Allah

92- Sayyiduna Urwatuw Wusqoo(عُرْوَةٌ وُّثْقى)-Tambatan Yang Terpercaya

93- Sayyiduna Shirootulloohi (صِرَاطُ الله) - Jalan Allah

94- Sayyiduna Shirootum Mustaqiimun (صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ) - Jalan Yang Lurus

95- Sayyiduna Dzikrulloohi (ذِكْرُ اللهِ) - Ingat akan Allah

96- Sayyiduna Sayfulloohi (سَيْفُ اللهِ) - Pedang Allah

97- Sayyiduna Hizbulloohi (حِزْبُ اللهِ) - Pasukan Allah

98- Sayyiduna Najmus Saaqibu (النَّجْمُ الثَّاقِبُ) - Bintang yang Cemerlang

99- Sayyiduna Musthofaa (مُصْطَفًى) - Yang Terpilih

100- Sayyiduna Mujtabaa (مُجْتَبًى) - Pemilih

101- Sayyiduna Muntaqoo (مُنْتَقًى) - Yang Fasih Berbicara

102- Sayyiduna Ummiyyun (اُمِّىٌّ) - Buta Huruf

103- Sayyiduna Muhtaarun (مُخْتَارٌ) - Yang Terpilih

104- Sayyiduna Ajiirun (اَجِيْرٌ) - Pekerja Allah

105- Sayyiduna Jabbaarun (جَبَّارٌ) - Yang Perkasa

106- Sayyiduna Abul Qoosimi (اَبُو الْقَاسِمِ) - Ayahnya Qosim

107- Sayyiduna Abut Thoohiri (اَبُو الطَّاهِرِ) - Ayah Yang Murni

108- Sayyiduna Abut Thoyyibi (اَبُو الطَّيِّبِ) - Ayah Yang Baik

109- Sayyiduna Abuu Ibroohiima (اَبُوْ اِبْرَاهِيْمَ) - Ayahnya Ibrohim

110- Sayyiduna Musyaffaun (مُشَفَّعٌ) - Perantara Yang Diterima

111- Sayyiduna Syafii’un (شَفِيْعٌ) - Pemberi Syafaat

112- Sayyiduna Shoolihun (صَالِحٌ) - Saleh

113- Sayyiduna Musliihun (مُصْلِحٌ) - Pendamai

114- Sayyiduna Muhayminun (مُهَيْمِنٌ) - Pelindung

115- Sayyiduna Shoodiqun (صَادِقٌ) - Yang Jujur

116- Sayyiduna Mushoddiqun (مُصَدِّقٌ) - Penegas

117- Sayyiduna Sidqun (صِدْقٌ) - Ketulusan

118- Sayyiduna Sayyidul Mursaliina (سَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ) - Guru Para Rasul

119- Sayyiduna Imamul Muttaqiina (اِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ) - Pemimpin Orang Yang Bertaqwa

120- Sayyiduna Qo‘idul Gurril Muhajjalina (قَائِدُ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ) - Pembimbing Kharismatik Yang ersinar

121- Sayyiduna Kholiilur Rohmaani (خَلِيْلُ الرَّحْمنِ) - Sahabat dari yang Maha Penyayang

122- Sayyiduna Barrun (بَرٌّ) - Yang Saleh

123- Sayyiduna Mabarrun (مُبَرٌّ) - Yang Terhomat

124- Sayyiduna Wajiihun (وَجِيْهٌ) - Terkemuka

125- Sayyiduna Nasiihun (نَصِيْحٌ) - Sang Penasihat

126- Sayyiduna Naasihun (نَاصِحٌ) - Penasihat

127- Sayyiduna Waqiilun (وَكِيْلٌ) - Pemelihara

128- Sayyiduna Mutawakkilun (مُتَوَكِّلٌ) - Yang Berserah Diri pada Allah

129- Sayyiduna Kafiilun (كَفِيْلٌ) - Sang Penjamin

130- Sayyiduna Syafiiqun (شَفِيْقٌ) - Yang Lembut

131- Sayyiduna Muqiimus Sunnati (مُقِيْمُ السُّنَّةِ)- Penegak Sunnah

132- Sayyiduna Muqoddasun (مُقَدَّسٌ) - Yang Suci

133- Sayyiduna Ruuhul Qudusi (رُوْحُ الْقُدُسِ) - Ruh Yang Suci

134- Sayyiduna Ruuhul Haqqi (رُوْحُ الْحَقِّ) - Ruh Kebenaran

135- Sayyiduna Ruuhul Qisti (رُوْحُ الْقِسْطِ) - Ruh Keadilan

136- Sayyiduna Kaafin (كَافٍ) - Yang Layak

137- Sayyiduna Muktafin (مُكْتَفٍ) - Yang Berdada Bidang

138- Sayyiduna Baalighun (بَالِغٌ) - Proklamator

139- Sayyiduna Muballighun (مُبَلِّغٌ) - Pemberi Kabar

140- Sayyiduna Syaafiin (شَافٍ) - Penyembuh

141- Sayyiduna Waasilun (وَاصِلٌ) - Sahabat yang Tak Terpisahkan

142- Sayyiduna Mawsuulun (مَوْصُوْلٌ)- Selalu Terhubung dengan Allah

143- Sayyiduna Saabiqun (سَابِقٌ) - Terkemuka

144- Sayyiduna Saa'iqun (سَائِقٌ) - Pengarah

145- Sayyiduna Haadin (هَادٍ) - Petunjuk

146- Sayyiduna Muhdin (مُهْدٍ) - Yang Terbimbing

147- Sayyiduna Muqoddamun (مُقَدَّمٌ) - Pengawas

148- Sayyiduna Aziizun (عَزِيْزٌ) - Yang Mulia

149- Sayyiduna Faadilun (فَاضِلٌ) - Yang Hebat

150- Sayyiduna Mufaddolun (مُفَضَّلٌ) - Pemurah Hati

151- Sayyiduna Faatihun (فَاتِحٌ) - Pembuka

152- Sayyiduna Miftaahun (مِفْتَاحٌ) - Kunci

153- Sayyiduna Miftaahur Rohmati (مِفْتَاحُ الرَّحْمَةِ) -Kuncinya Rahmat

154- Sayyiduna Miftaahul Jannati (مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ) - Kunci Surga

155- Sayyiduna Alamul Iimaani (عَلَمُ الْاِيْمَانِ) - Pengajar Keimanan

156- Sayyiduna Alamul Yakiini (عَلَمُ الْيَقِيْنِ) - Pengajar Keyakinan

157- Sayyiduna Daliilul Khoyrooti (دَلِيْلُ الْخَيْرَاتِ)- Petunjuk kepada yg Baik

158- Sayyiduna Musahihul Hasanaati (مُصَحِّحُ الْحَسَنَاتِ)- Pemeriksa Amal Baik

159- Sayyiduna Mukiilul Asarooti (مُقِيْلُ الْعَثَرَاتِ) - Pemberi Peringatan Dini terhadap Jalan Yang Salah

160- Sayyiduna Sufuhun Anizzallati (صَفُوْحٌ عَنِالزَّلاَّتِ) - Pemaaf Para Penindas

161- Sayyiduna Shoohibus Syafaa'ati (صَاحِبُ الشَّفَاعَةِ) - Pemilik Syafaat

162- Sayyiduna Shoohibul Maqoomi (صَاحِبُ الْمَقَامِ)- Pemilik Maqam yg Mulia

163- Sayyiduna Shoohibul Qodami (صَاحِبُ الْقَدَمِ) - Pemilik Pijakan Kaki

164- Sayyiduna Mahsusum Bil Izzi (مَخْصُوْصٌ بِالْعِزِّ) - Masyhur dengan Kebesaran

165- Sayyiduna Mahsusum Bil Majid (مَخْصُوْصٌ بِالْمَجْدِ) - Yang Masyhur dengan Kejayaan

166- Sayyiduna Mahsusum Bisyarofi (مَخْصُوْصٌ بِالشَّرَفِ) - Masyhur dengan Kemuliaan

167- Sayyiduna Shoohibul Wasiilati (صَاحِبُ الْوَسِيْلَةِ) - Pemilik Jalan Masuk yang Terdekat

168- Sayyiduna Shoohibus Sayfi (صَاحِبُ السَّيْفِ) - Pemilik Pedang

169- Sayyiduna Shoohibul Fadiilati(صَاحِبُ الفَضِيْلَةِ)-Pemilik Awal Kemuliaan

170- Sayyiduna Shoohibul Izaari (صَاحِبُ الْاِزَارِ) - Pemilik Kain

171- Sayyiduna Shoohibul Hujjati (صَاحِبُ الْحُجَّةِ) - Pemilik Bukti

172- Sayyiduna Shoohibus Sultooni (صَاحِبُ السُّلْطَانِ) - Pemilik Kesultanan

173- Sayyiduna Shoohibur Ridhooi (صَاحِبُ الرِّدَاءِ) - Pemilik Jubah

174- Sayyiduna Shoohibud Darojatir Rofii'ati (صَاحِبُ الدَّرَجَةِ الرَّفِيْعَةِ) - Pemilik Derajat Yang Agung

175- Sayyiduna Shoohibut Taaji (صَاحِبُ التَّاجِ) - Pemilik Mahkota

176- Sayyiduna Shoohibul Migfari (صَاحِبُ الْمِغْفَرِ) - Pemilik Pengampunan

177- Sayyiduna Shoohibul Liwaa'i (صَاحِبُ اللِّوَاءِ) - Pemilik Bendera

178- Sayyiduna Shoohibul Mi'rooji (صَاحِبُ الْمِعْرَاجِ) Pemilik Perjalanan Malam

179- Sayyiduna Shoohibul Qodiibi (صَاحِبُ الْقَضِيْبِ) - Pemilik Pengikut

180- Sayyiduna Shoohibul Burooqi (صَاحِبُ الْبُرَاقِ) - Pemilik Buraq

181- Sayyiduna Shoohibul Khootami (صَاحِبُ الْخَاتَمِ) - Pemilik Cincin

182- Sayyiduna Shoohibul Alaamati (صَاحِبُ الْعَلاَمَةِ) - Pemilik Tanda

183- Sayyiduna Shoohibul Burhaani (صَاحِبُ الْبُرْهَانِ) - Pemilik Bukti

184- Sayyiduna Shoohibul Bayaani (صَاحِبُ الْبَيَانِ)- Pemilik Bukti Yang Jelas

185- Sayyiduna Fashiihul Lisaani (فَصِيْحُ اللِّسَانِ) - Penyampai Yang Fasih

186- Sayyiduna Muthohharul Janaani (مُطَهَّرُ الْجَنَانِ) - Pemurni Jiwa

187- Sayyiduna Ro-uufun (رَءُوْفٌ) - Ramah

188- Sayyiduna Rohiimun (رَحِيْمٌ) - Penyayang

189- Sayyiduna Udzunu Khoyrin (اُذُنُ خَيْرٍ) - Pendengar Yang Baik

190- Sayyiduna Shohiihul Islaami (صَحِيْحُ الْاِسْلاَمِ) - Penyempurna Islam

191- Sayyiduna Sayyidul Kawnayni (سَيِّدُ الْكَوْنَيْنِ) - Pemimpin Dua Alam

192- Sayyiduna Aynun Na‘iimi (عَيْنُ النَّعِيْمِ) - Sumber Kebahagiaan

193- Sayyiduna Aynul Ghurri (عَيْنُ الْغُرِّ) - Sumber Keindahan

194- Sayyiduna Sa’dulloohi (سَعْدُ اللهِ) - Kegembiraan atas Allah

195- Sayyiduna Sa’dul Kholqi (سَعْدُالْخَلْقِ) - Kegembiraan atas Sang Pencipta

196- Sayyiduna Khotiibul Umaami (خَطِيْبُ الْاُمَمِ) - Penceramah Ummat Manusia

197- Sayyiduna Alamul Hudaa (عَلَمُ الْهُدى) - Guru dari Para Pembimbing

198- Sayyiduna Kaasyiful Kurobi (كَاشِفُ الْكُرَبِ) - Penghilang Keresahan

199- Sayyiduna Roofi‘ur Rutabi (رَافِعُ الرُّتَبِ) - Pengangkat Derajat

200- Sayyiduna Izzul ‘Arobi (عِزُّالْعَرَبِ) - Kebanggaan Bangsa Arab

201- Sayyiduna Shoohibul Faroji (صَاحِبُ الْفَرَجِ) - Pemilik Kegembiraan

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ. اللهُمَّ يَا رَبّ بِجَاهِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى وَ رَسُوْلِكَ الْمُرْتَضَى. طَهِّرْ قُلُوْبَنَا عَنْ كُلِّ وَصْفٍ يُبَاعِدُنَا عَنْ مُشَاهَدَتِكَ وَ مَحَبَّتِكَ وَ أَمِتْنَا عَلَى السُّنَّةِ وَ الْجَمَاعَةِ وَ الشَّوْقِ إِلَى لِقَائِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ النَّبِيِّيْنَ وَ إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَ سَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Semoga Allah mencurahkan rahmat kepadanya beserta keluarganya. Ya Allah, ya Tuhanku, dengan keagungan nabi-Mu yang terpilih dan berkat rasūl-Mu yang Engkau ridhai, sucikanlah hati kami dari segala sifat yang dapat menjauhkan kami dari menyaksikan dan mencintai-Mu. Wafatkanlah kami sebagai ahli sunnah wal-jamā‘ah dan dalam keadaan rindu berjumpa dengan-Mu, wahai Dzāt yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada tuan kami Muḥammad, penutup para nabi dan pemimpin para rasūl, beserta keluarganya. Salam sejahtera semoga tetap dicurahkan kepada para rasūl. Segala puji hanya milik Allah, Tuhan seluruh alam.

Demikianlah 201 Nama Nabi Muhammad dalam kitab Dalailul Khoirat karangan Imam al-Jazuli al-Hasani.

Wallohu a'lam

Penjelasan Mitos Keris Pembawa Sial

 

 

Keris adalah benda pusaka yang sering dipuja tapi juga ditakuti. Dua ilustrasi tersebut adalah realita yang dari jaman dulu hingga sekarang banyak terjadi di masyarakat.

Keris memang identik dengan hal-hal yang berbau mistis. Bagi orang yang merasa beruntung setelah memiliki Keris, maka Keris akan di agung-agungkan, di anggap keramat, di hormati, bahkan bisa sampai dipuja-puja. Tapi bagi mereka yang merasa nasibnya sial setelah memiliki Keris, maka Keris di anggap sebagai benda yang ditakuti, dibenci dan harus disingkirkan.

Minimnya apresiasi dan pengetahuan masyarakat terhadap Keris sebagai salah satu benda cagar budaya yang harus dilindungi keberadaannya membuat masyarakat mengikuti begitu saja anjuran dari orang-orang yang dianggap "Paham" agar membuang Keris yang dimilikinya ke sungai atau ke laut agar tidak membawa pengaruh buruk atau kesialan bagi dirinya dan keluarganya.

Padahal ada cara lain yang lebih baik jika memang sudah tidak mau merawat Keris miliknya daripada membuangnya ke sungai atau ke laut, karena hal itu akan menghilangkan bukti-bukti sejarah Bangsa ini. Jika sudah tidak mau menyimpan atau merawat Keris miliknya lebih baik diberikan kepada orang yang mau merawatnya atau dihibahkan ke museum-museum terdekat agar generasi berikutnya dapat melihat dan mengenal benda-benda sejarah warisan leluhur.

Keris seringkali di anggap membawa kesialan bagi pemiliknya ketika kondisi keluarga pemilik Keris tersebut berantakan, anggota keluarganya sering sakit-sakitan, rejekinya seret dan selalu saja terjadi masalah setelah memiliki Keris.

Keris seringkali di anggap didiami makhluk ghaib jahat yang selalu mengganggu pemilik dan keluarganya sehingga selalu ditimpa kesialan. Padahal hal-hal negatif yang tersebut bisa saja terjadi karena sebab lain atau karena ketidak cocokan antara Keris dengan pemiliknya sehingga tidak bisa selaras dan pada akhirnya justru membawa pengaruh buruk.

Pada dasarnya semua Keris dibuat dengan tujuan yang baik, tapi kenyataannya tidak semua Keris dapat membawa pengaruh positif bagi pemiliknya karena ada juga yang membawa pengaruh negatif bagi pemiliknya atau orang yang ketempatan.

Cerita tentang Keris pembawa sial memang sudah ada sejak jaman dahulu, misalnya saja cerita Keris yang membawa kesialan bagi Dinasti Rajasa, yaitu Keris Empu Gandring yang menewaskan Ken Arok beserta tujuh keturunannya.

Keris tersebut di anggap membawa kesialan akibat kutukan Empu Gandring yang harus meregang nyawa akibat Keris buatannya sendiri karena Ken Arok tidak sabar menunggu Keris pesanannya selesai dikerjakan.

Kemudian sejarah juga mencatat Keris Kyai Margopati milik Sultan Amangkurat I (1645 - 1677 M) Raja dinasti Mataram Islam. Keris Kyai Margopati di anggap sebagai salah satu Keris pembawa malapetaka.

Sejak awal Empu Madrim (pembuatnya) telah menolak untuk membabar Keris tersebut karena batu meteor yang akan digunakan sebagai bahan pamornya adalah batu meteor yang jatuh menimpa rumah dan menewaskan tujuh penghuninya.

Batu meteor tersebut memiliki kandungan besi berjenis Besi Kumbayana yang berhawa panas, mudah marah dan brangasan. Tapi pada akhirnya Empu Madrim tidak bisa menolak perintah untuk membabar Keris tersebut karena Sultan Amangkurat memberikan pilihan yang sulit, yaitu bersedia membabar Keris tersebut atau dihukum pancung karena menolak perintah Raja.

Akhirnya ketakutan Empu Madrim terbukti, Keris Kyai Margopati dipergunakan untuk mengeksekusi 50 ulama yang dituduh membantu pemberontakan Trunojoyo di Jawa Timur dan juga 40 selirnya yang dituduh berkhianat. Tragisnya, eksekusi tersebut dilakukan sendiri oleh sang Sultan dengan tangannya sendiri.

Tapi selain cerita-cerita negatif tentang Keris, banyak juga cerita-cerita positif tentang Keris. Misalnya saja cerita tentang Keris Nogososro pada masa-masa akhir Kerajaan Majapahit.

Wabah penyakit, kerusuhan, bencana alam, perang saudara, serta berbagai kekacauan di akhir masa Kerajaan Majapahit yang begitu parah sampai menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat saat itu. Saking parahnya, bahkan seolah tidak ada lagi cara untuk menyelesaikan kemelut di bumi Majapahit saat itu.

Masyarakat seolah sudah memahami bahwa itu adalah Sandyakalaning Majapahit atau saat-saat menjelang kejatuhan Majapahit. Terlepas dari aspek sosiopolitis yang terjadi saat itu, tapi lahirnya Keris Nogososro yang dibabar oleh Empu Supo yang dibantu Kanjeng Sunan Kalijogo bergelar Kyai Segoro Wedang yang sejak awal memang dibuat sebagai tumbal Nagari agar terhindar dari seribu malapetaka (pagebluk) ini atas izin Yang Maha Kuasa ternyata mampu memancarkan tuahnya secara maksimal sehingga beberapa waktu kemudian Majapahit sempat mengalami masa-masa indah kembali sebelum akhirnya runtuh total akibat perang saudara yang berkelanjutan dan serangan Raden Patah dari Demak yang merupakan pewaris sah tahta Majapahit yang saat itu dipimpin Prabu Girindra wardhana.

Di jaman sekarang, cerita tentang Keris pembawa keberuntungan dan pembawa kesialan masih sering kita dengar. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Keris akhirnya menyebabkan banyak Keris-Keris yang dianggap bertuah buruk berakhir mengenaskan karena dibuang atau dilarung ke ungai atau  ke laut, padahal Keris adalah salah satu maha karya warisan leluhur yang seharusnya dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

Sejatinya Keris adalah barang yang bersifat sangat pribadi (sinengker) bahkan tidak boleh dipinjamkan meski hanya untuk dilihat saja, sebab pada dasarnya Keris adalah benda paling pribadi bagi seorang laki-laki pada jaman dahulu, khususnya masyarakat Jawa. Berdasarkan sejarahnya, Keris memang dibuat sebagai barang yang bersifat personal karena pada jaman dahulu seorang Empu hanya membuat Keris berdasarkan pesanan saja.

Proses pembuatan sebilah Keris juga tidak sembarangan, harus diperhitungkan dan disesuaikan berdasarkan hal-hal pribadi pemesannya termasuk di antaranya wuku, weton, karakteristik, tujuan serta profesi calon pemilik Keris tersebut.

Setelah semua hal tentang pemesan Keris diketahui, kemudian sang Empu melakukan laku tirakat dan semedi untuk mencari petunjuk tentang Keris yang akan dibabar, mulai dari dhapur, pamor, bahan besi sampai do'a atau sugesti apa yang akan dimasukkan pada Keris tersebut. Setelah mendapat ilham/petunjuk baru Keris akan mulai dibabar.

Pemilihan bahan dan pengerjaan Keris akan dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh ketelitian agar nantinya Keris tersebut tidak membawa efek negatif bagi pemiliknya karena sebuah kesalahan kecil dapat berakibat fatal seperti kisah Empu Banyu Aji saat membabar Keris Kyai Setan Kober yang di kemudian hari menjadi pusaka andalan Arya Penangsang.

Konon, ketika membaca mantra sang Empu salah ucap dari yang seharusnya "Aywa Kudu Wani" yang artinya "barang siapa yang memegang keris ini, jadilah orang sabar", tetapi salah ucap menjadi "Aywa Tan Wani" yang artinya "siapa yang memegang Keris ini jadilah berani". Sejarah mencatat keberanian Arya Penangsang yang memang luar biasa.

Secara esoteri, tuah Keris memang dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersifat sangat pribadi dan disesuaikan dengan karakter serta profesi calon pemiliknya.

Contohnya saja tuah Keris yang dipesan para pedagang rata-rata selalu untuk kerejekian dan kejayaan berdagang, tuah Keris seorang Raja dan para pemimpin selalu untuk kewibawaan dan kepemimpinan, Keris seorang guru, ulama, dan dalang selalu berkaitan dengan kemampuan dalam berbicara.

Sesudah proses pembuatan Keris selesai, si pemesan kemudian akan mengambil Keris pesanannya dengan membawa sejumlah barang sebagai mahar untuk melunasi biaya pembuatan Keris tersebut.

Pada jaman dahulu, biaya atau mahar untuk pembuatan Keris termasuk sangat mahal. Mahar sebilah Keris bisa setara dengan beberapa ekor kerbau. Jika dinilai dengan mata uang sekarang bisa sampai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bahkan tidak hanya itu saja, jika si pemesan merasa puas dengan Kerisnya, kadang tidak segan-segan memberi sang Empu hadiah berupa tanah, perhiasan/emas, kedudukan/jabatan hingga diberikan wanita untuk dinikahkan dengan sang Empu.

Bagi orang Jawa, Keris memang sangat dihargai karena setelah sebilah Keris selesai dibuat, maka Keris itu akan menjadi bagian penting dari kehidupan pribadi pemiliknya sehingga hal-hal yang bersifat pribadi seorang laki-laki Jawa saat itu seperti contohnya acara perkawinan, kehadiran pengantin laki-laki dapat diwakilkan dengan Keris miliknya.

Bahkan saking penting dan personalnya sebilah Keris bagi orang Jawa, Rafless dalam karyanya yang terkenal, "History of Java", menulis: "Javanesse man fell nude without krises" artinya: "Lelaki Jawa akan merasa telanjang tanpa menyandang Keris sebagai kelengkapan berbusana".

Sebagai benda pribadi, berbagai upaya kemudian dilakukan untuk menjaga kerahasiaan dari sebilah Keris, salah satunya dengan mengganti gonjo Keris dengan gonjo wulung, karena tuah dari sebilah Keris, oleh orang-orang tertentu dapat dilihat/diketahui hanya dengan melihat bagian bawah gonjo Keris yang terlihat ketika Keris disarungkan dalam warangkanya.

Orang-orang jaman dulu umumnya masih begitu memahami berbagai ajaran-ajaran Kejawen termasuk di dalamnya Kawruh Padhuwungan atau ilmu pengetahuan mengenai seluk beluk perkerisan yang antara lain berisi pengetahuan tentang jenis besi, nama dhapur dan pamor hingga masalah tanjeg atau kecocokan tuah Keris terhadap pemiliknya.

Dengan pengetahuan tersebut, ketika seseorang sudah tua dan merasa sudah saatnya memberikan Keris miliknya kepada anak-anaknya, mereka terlebih dahulu akan melakukan usaha pencocokan untuk mengetahui siapa di antara anak-anaknya yang cocok "ngagem" pusakanya dan kemudian memberi penjelasan kepada anak-anaknya yang lain yang kebetulan tidak mendapatkan warisan pusakanya bahwa putra yang dipercaya "ngagem" pusaka hanyalah putra yang "kuat" membawa pusaka tersebut.

Penggunaan istilah "kuat" sebenarnya hanyalah alasan yang lebih mudah diterima daripada menjelaskan secara panjang lebar bahwa tidak semua anak-anaknya dapat cocok dengan tuah dan karakter Keris pusaka tersebut.

Keris pusaka yang di wariskan dari orang tua kepada anaknya yang terlebih dulu melalui proses tayuh, hampir pasti tidak akan membawa pengaruh negatif bagi pemiliknya karena pada jaman dulu orang tua memahami dua hal sekaligus, yaitu ilmu perkerisan dan memahami karakter serta pribadi calon pewaris dari Keris-Kerisnya, sehingga ketika Keris tersebut sudah berganti pemilik, Keris itu masih tetap bertuah sebagaimana mestinya dan tidak membawa pengaruh negatif.

Seiring perkembangan jaman, nilai-nilai Kejawen yang didalamnya termasuk Kawruh Padhuwungan kini mulai ditinggalkan, akibatnya sangat sedikit masyarakat yang tahu dan memahami masalah perkerisan dengan baik, sementara proses pewarisan Keris dari generasi ke generasi masih terus berlangsung tanpa melalui tata cara sebagaimana mestinya. Akibatnya, mulai timbul berbagai masalah antara Keris dan pemiliknya.

Keris dibuat secara khusus agar memiliki tuah yang sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan pemiliknya sehingga tuah Keris dapat secara maksimal mendukung upaya pemiliknya untuk mencapai cita-cita atau keinginannya.

Keris yang mampu memberi pengaruh positif kepada pemiliknya adalah Keris-Keris yang tuah dan karakternya secara keseluruhan sesuai dengan karakter dan kebutuhan pemiliknya.

Demikian pula sebaliknya, pengaruh negatif dari sebilah Keris timbul karena karakter dan tuah Keris tidak sesuai dengan pemiliknya. Dugaan masyarakat selama ini yang menganggap bahwa pengaruh-pengaruh negatif Keris muncul karena ulah makhluk halus (khodam) yang mendiami Keris tidak dapat sepenuhnya dibenarkan karena pada dasarnya kekuatan tuah dari sebilah Keris bukan berasal dari kekuatan makhluk halus (khodam), tapi merupakan manivestasi dari do'a-do'a yang dipanjatkan Empu pembuatnya kepada SANG PENCIPTA.

Sebagai contoh, melalui pendekatan auratis dan sugesti posipnotis mengenai tuah Keris dapat diketahui bahwa Keris-Keris yang dianggap membawa pengaruh negatif penyebab terjadinya berbagai masalah yang menimpa pemiliknya seperti perpecahan dan pertengkaran dalam rumah tangga bisa jadi disebabkan karena Keris tersebut dulunya diciptakan sebagai piandel untuk berperang, sehingga auranya panas penuh keberanian dan tidak kenal rasa takut bagi pemiliknya.

Jika Keris tersebut disimpan oleh orang atau keluarga biasa (bukan dari kalangan militer) dengan karakter masing-masing pribadinya adalah pendiam, flamboyan dan romantis tentu saja tidak akan cocok karena energi panas dari Keris tersebut akan mempengaruhi karakter pemiliknya menjadi pribadi yang tegas, temperamental, berani dan tidak kenal rasa takut sehingga ketika ada masalah kecil yang muncul dalam keluarga bisa menjadi masalah besar yang berujung pertengkaran, bahkan bisa sampai terjadi perceraian karena masing-masing memiliki ego yang besar dan tidak ada yang mau mengalah.

Demikian juga Keris-Keris yang di anggap dapat membawa pengaruh negatif seperti sering sakit-sakitan hingga kematian secara ilmiah bisa disebabkan karena aura negatif yang dipancarkan Keris akan merusak sistem bio-elektrik seseorang sehingga mempengaruhi kinerja sel, jaringan hingga organ tubuh pemilik Keris dan keluarganya hingga menyebabkan sering sakit-sakitan bahkan berujung pada kematian yang dalam bahasa kedokteran disebut disfungsi sub-organ and organ.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tudingan yang menyatakan bahwa Keris dapat membuat seseorang menjadi sakit-sakitan dan rumah tangganya berantakan akibat makhluk halus (khodam) penghuninya mengganggu Manusia ternyata kurang beralasan, sebab pengalaman dan sejarah menunjukkan bahwa efek buruk dari sebilah Keris baru akan muncul ketika Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya. Dan jika Keris cocok dengan pemiliknya, maka Keris justru dapat mendatangkan manfaat bagi pemiliknya.

Bukti-Bukti sejarah perjalanan bangsa kita mencatat bahwa para pemimpin, pejuang, dan orang-orang besar terdahulu yang dalam kehidupannya akrab dengan pusaka, maka kesuksesan yang diraihnya selalu didukung oleh pusaka-pusaka ageman yang tepat.

Contohnya saja Keris Kyai Brongot Setan Kober milik Arya Penangsang adalah pusaka yang tepat sehingga keberaniannya tidak tertandingi oleh siapapun, bahkan dalam kondisi terluka parah dengan usus terburai pun tidak mengikis keberaniannya sehingga Arya Penangsang gugur sebagai seorang ksatria gagah berani.

Kemudian Pangeran Diponegoro, beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan yang dikenal memiliki ageman Keris Kyai Nogo Siluman sehingga berkali-kali bisa lolos dari kepungan pasukan Belanda karena tuah dari pusakanya.

Panglima Besar Jenderal Sudirman juga dikenal memiliki ageman Keris Nogo Siluman yang sesuai dengan kebutuhannya dalam berperang. Beliau juga berkali-kali diselamatkan TUHAN dari serangan Belanda meski kondisi fisiknya sangat lemah dan harus ditandu ketika memimpin perang gerilya melawan Belanda.

Presiden Soekarno juga memiliki pusaka-puska yang luar biasa sehingga selama hidupnya, bahkan hingga beliau wafat tetap menjadi pusat kekaguman bukan hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga bagi masyarakat Dunia. 

Dengan pusaka yang tepat pula, yaitu Keris Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat pusaka yang mensugestikan keabadian dan kelanggengan kekuasaan Presiden Soeharto yang mendampingi beliau sukses memimpin bangsa ini dalam jangka waktu yang sangat panjang hingga 32 tahun.

Dari bukti-bukti sejarah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa agar tuah Keris pusaka yang kita miliki dapat berfungsi, maka hal yang paling penting yang harus dilakukan adalah menyelaraskan dan mencocokkan Keris yang kita miliki dengan karakter dan kebutuhan kita agar Keris tersebut menjadi pusaka pembawa keberuntungan, bukan malah sebaliknya menjadi Keris pembawa kesialan.

Ciri-ciri Keris Pemilih


Didalam budaya keris, pengelompokan pamor keris dibagi menjadi beberapa macam, yaitu diantaranya Keris Pemilih dan Tidak Pemilih.

Kelompok pemilihan itu khusus bagi mereka yang mencari keris dengan mempercayai tuah atau isoterinya, namun tidak bagi mereka yang mencintai keris karena seni dan keindahannya.

Diantara semua keris yang tidak cocok sekalipun akan menjadi selaras dengan adanya memiliki “keris pusaka tindih”

Semua tentu saja kembali kepada pribadi masing-masing, apakah memilih keris karena tuah ataupun hanya karena keindahan belaka.

” Ada banyak sekali jenis dari keris yang berpamor pemilih dan berpamor yang kurang baik, hal ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor”

Seringkali kita mendengar banyak cerita dimasyarakat tentang Keris yang tidak cocok dengan pemiliknya, baik itu Keris warisan keluarga, pemberian dari orang lain, dari mas kawin/mahar (membeli) atau dengan cara-cara lainnya.

Ada beberapa jenis Keris yang tergolong berpamor pemilih dan berpamor kurang baik. Hal ini bisa dikarenakan oleh berbagai macam faktor, diantaranya:

1- Ketika Mpu membabar/membuat Keris tersebut konsentrasinya terganggu oleh sesuatu hal, sehingga mantra yang seharusnya bertujuan dan bermakna baik menjadi salah ucap atau tidak sesuai dengan tujuan awalnya, sehingga mengakibatkan Keris tersebut mempunyai angsar yang kurang baik, contohnya: Kisah Keris Pusaka Mpu Gandring, sebelum Keris selesai dibuat sang Mpu dibunuh oleh Ken Arok dan kemudian mengucapkan kata-kata kutukan pada Keris buatannya tersebut dan akhirnya kutukan tersebut terjadi.

2- Pamor adalah motif atau gambar yang muncul dipermukaan bilah Keris yang timbul dari proses tempa lipat. Nama pamor sangat beragam sesuai bentuk dan kemiripannya dengan alam dan berbagai benda atau mahluk hidup yang ada, sebagai contoh: Pamor Beras Wutah, Pamor Sodo Sakler, Pamor Blarak Ngirid, Pamor Udan Mas, Pamor Rojo Gundolo dan masih banyak yang lainnya.

Ada beberapa jenis pamor yang memiliki tuah kurang baik, antara lain:

- Pamor Satrio Wirang

Keris dengan pamor Satrio Wirang konon akan membawa kesengsaraan bagi pemiliknya.

- Pamor Sujen Nyowo

Keris dengan pamor Sujen Nyowo konon menginginkan pemiliknya agar segera meninggal.

- Pamor Dengkiling

Keris dengan pamor Dengkiling memiliki angsar cengkiling/jahil pada pemiliknya.

- Pamor Yoga Pati

Pemilik Keris dengan pamor Yoga Pati, konon anaknya akan sering sakit-sakitan.

- Pamor Tundung

Keris dengan pamor Tundung akan membuat pemiliknya sering pindah-pindah tempat/usaha.

3- Ada beberapa Keris pusaka yang tergolong pemilih, atau hanya cocok dimiliki oleh orang-orang tertentu saja sehingga jika Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya akan berakibat tidak baik bagi kehidupan orang yang memilikinya.

Jenis Keris pemilih bisa diketahui dari pamor atau dhapurnya. Sebagai contoh:

- Keris dhapur Kebo Lajer

Keris ini cocok dimiliki oleh para petani dan peternak, maka tidak akan cocok jika dimiliki oleh seorang pejabat.

- Keris dhapur Sangkelat

Keris Sengkelat memiliki tuah untuk kewibawaan dan kekuasaan. Keris ini cocok dimiliki oleh para pemimpin, pejabat dan petinggi pemerintahan, maka tidak akan cocok jika dimiliki oleh para petani dan peternak.

4- Keris yang sudah cacat atau tidak wutuh juga bisa membawa pengaruh kurang baik pada pemiliknya, di antaranya:
- Pegat Wojo
- Pugut/putus
- Nyangkem kodok
- Rondo beser

Selain itu, Keris-Keris yang sudah terlalu aus/gripis dan sudah tidak berbentuk sebagai pusaka atau tidak diketahui lagi jenis atau dhapurnya juga dipercaya kurang baik untuk dimiliki.

Jika Keris tersebut cacat maka bisa dibetulkan pada Mpu Keris atau diserahkan ke Museum. Tapi ada juga pemilik Keris yang lebih memilih untuk melarung Keris-Keris yang di anggap kurang baik ke sungai atau laut.

Tindakan melarung Keris tersebut sebetulnya adalah tindakan yang keliru, karena Keris tersebut merupakan suatu karya adiluhung bangsa kita, maka sebaiknya jika sudah tidak mau merawatnya lebih baik diberikan kepada orang lain yang mau merawatnya atau diserahkan ke Museum.

Jika sampai pusaka-pusaka warisan leluhur tersebut sampai hilang dari Nusantara, maka silsilah Keris Nusantara yang kita banggakan akan hilang dan sulit untuk dilakukan penelitian.

Walaupun ada Keris yang di anggap kurang baik untuk dirawat, tapi alangkah baiknya jika diserahkan ke Museum agar budaya adiluhung bangsa kita tetap lestari.

Jika ingin memiliki Keris pusaka, sebaiknya memang memperhatikan 3 hal penting yaitu "Tangguh, Utuh, Sepuh". Karena bagaimanapun juga Keris adalah benda pusaka yang sarat makna dan simbol-simbol tentang kehidupan serta kental dengan ajaran spiritual.

Jadi jika kita memiliki Keris sepuh, tentunya semua simbol dan makna dari dhapur dan semua ricikannya memang dibuat dengan tidak sembarangan, tapi melalui serangkaian proses panjang dengan perhitungan dan tingkat spiritual yang tinggi oleh Mpu pembuatnya dengan harapan agar apa yang di inginkan atau yang di cita-citakan oleh pemilik Keris tersebut bisa terwujud.

Selain itu, pemilihan bahan yang digunakan untuk membuat bilah dan pamornya juga disesuaikan dengan fungsi dari Keris yang akan dibuat tersebut.

Berbeda dengan Keris baru yang dibuat asal-asalan dengan bahan seadanya dan hanya meniru bentuk dari Keris tua saja. Tentu proses pembuatannya tanpa melalui serangkaian ritual dan tanpa perhituangan apapun layaknya proses pembuatan senjata tajam biasa seperti arit, golok, pedang dan lainnya. Sehingga tidak ada kesan wingit/angker serta tidak memiliki perbawa sama sekali.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semua hasil karya Manusia yang gagal atau salah dalam perhitungan, pengerjaan atau perencanaannya bisa berakibat fatal dan membahayakan Manusia. Hal itu tidak hanya terjadi pada Keris saja, tapi pada benda atau barang-barang lain misalnya saja jembatan, rumah, gedung atau yang lainnya juga memiliki pengaruh yang tidak baik bagi yang menempati atau menggunakannya jika terdapat kegagalan/cacat dalam proses pembuatannya.

Jadi intinya, jika suatu hal dirancang dan dikerjakan dengan perencanaan yang matang, teliti, dengan hati yang bersih dan iklas, maka hasilnya juga akan baik.

Demikian sedikit informasi tentang ciri-ciri Keris dan pamor pemilih serta Keris yang angsarnya kurang baik. 

ASY-SYIFA BINTI ABDULLAH WANITA PENDIDIK PERTAMA DALAM ISLAM


Kisah inspiratif dari perjalanan para shahabiyah (sahabat perempuan) yang mendapat kedudukan tersendiri di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Salah satunya merupakan tokoh ilmuwan perempuan pertama dalam Islam. Ia adalah seorang muslimah yang terkenal dengan kepandaian dan kebaikannya sejak zaman Jahiliyah, di mana pada saat itu hanya segelintir perempuan yang diperbolehkan menulis dan membaca.

Wanita ini bernama Asy-Syifa’ binti Abdullah bin Abdi Syams bin Khalaf bin Sadad bin Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab al-Qurasyiyyah al-Adawiyah.  Menurut Ahmad bin Soleh Al-Misri, nama sebenarnya adalah Laila, tetapi lebih dikenal sebagai Asy-Syifa’. Sedangkan beliau memiliki nama julukan, yaitu Ummu Sulaiman. Beliau memiliki suami yang bernama Abu Hathmah bin Ghanim Al-Qurasyi Al-Adawi.
Inilah sosok muslimah shahabiyah tersebut.

Dalam kitab 'Nisaa Haular Rasul, dijelaskan Asy-Syifa’ radhiyallahu'anha masuk Islam sebelum hijrahnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan termasuk muhajirin angkatan pertama serta termasuk perempuan yang berba’iat kepada Rasulullah SAW. Dialah yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِذَا جَاۤءَكَ الْمُؤْمِنٰتُ يُبَايِعْنَكَ عَلٰٓى اَنْ لَّا يُشْرِكْنَ بِاللّٰهِ شَيْـًٔا وَّلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِيْنَ وَلَا يَقْتُلْنَ اَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِيْنَ بِبُهْتَانٍ يَّفْتَرِيْنَهٗ بَيْنَ اَيْدِيْهِنَّ وَاَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِيْنَكَ فِيْ مَعْرُوْفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Mumtahanah: 12)

Asy-Syifa’ termasuk wanita yang cerdas dan utama. Asy-Syifa juga seorang ulama di antara ulama dalam Islam, serta merupakan tanah yang subur bagi ilmu dan iman. Asy-Syifa’ radhiyallahu'anha menikah dengan Abu Hatsmah bin Hudzaifah bin Adi dan Allah mengaruniakan seorang anak bernama Sulaiman bin Abi Hatsmah.

Ketika nabi hijrah ke Madinah ia pun ikut hijrah bersama Nabi. Ia kemudian menempati satu rumah yang dekat dengan tempat orang-orang yang sakit. Selain mengajari ilmu kepada orang-orang yang baru masuk Islam, ia pun menjadi seorang perempuan yang membantu mengobati orang-orang yang sakit di Madinah.

Asy-Syifa dikenal sebagai orang yang dermawan, bukan hanya dermawan dalam keilmuan namun juga dermawan dalam kepedulian sosial. Ia memiliki sosial yang tinggi, sehingga dibanggakan oleh Rasulullah.

Rasulullah sendiri adalah pemimpin di Madinah yang sangat mengapresiasi pribadi Asy-Syifa, yang selain dikenal sebagai pribadi yang gemar mensedekahkan ilmu, juga masyhur dikenal sebagai orang yang peduli. Tidak jarang ketika Rasulullah main ke rumahnya ia menyediakan tempat yang istimewa sebagai penghormatan atasnya.

As-Syifa dicatat sebagai perempuan Islam yang menjadi guru pertama yang mengajarkan banyak ilmu kepada masyarakat secara sukarela. Ia adalah perempuan yang inspiratif, disukai oleh Rasulullah, karena kerja-kerja cerdasnya.

Asy-Syifa’ dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis sebelum datangnya Islam, sehingga tatkala ia masuk Islam Asy-Syifa tetap memberikan pengajaran kepada para perempuan muslimah dengan mengharapkan ganjaran dan pahala. Oleh karena itulah, ia disebut sebagai ‘guru perempuan pertama dalam Islam’.

Di antara perempuan yang dididik oleh Asy-Syifa’ adalah Hafshah binti Umar bin Khatthab, istri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Telah diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah meminta kepada Asy-Syifa’ untuk mengajarkan kepada Hafshah tentang menulis dan sebagian Ruqyah (pengobatan dengan doa-doa).

Asy-Syifa’ berkata, “Suatu ketika Rasulullah masuk sedangkan saya berada di samping Hafshah, beliau bersabda: ‘Mengapa tidak engkau ajarkan kepadanya ruqyah sebagaimana engkau ajarkan kepadanya menulis’.” (HR Abu Daud).

Sebelumnya asy-Syifa’ dikenal sebagai ahli ruqyah di masa Jahiliyah, maka tatkala ia masuk Islam dan berhijrah ia berkata kepada Rasulullah, “Aku adalah ahli ruqyah di masa Jahliliyah dan aku ingin memperlihatkannya kepada Anda.”

Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perlihatkanlah kepadaku.” Asy-Syifa’ berkata, “Maka, aku perlihatkan cara meruqyah kepada beliau yakni meruqyah penyakit bisul.” Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, “Meruqyalah dengan cara tersebut dan ajarkanlah hal itu kepada Hafshah.”

Di antara yang termasuk ruqyah adalah do’a:

"Ya Allah Tuhan manusia, Yang Maha menghilangkan penyakit, sembuhkanlah, karena Engkau Maha Penyembuh, tiada yang dapat menyembuhkan selain Engkau, sembuh yang tidak terjangkiti penyakit lagi.” (HR Abu Daud).

Inilah, asy-Syifa’ telah mendapatkan bimbingan yangn banyak dari Rasulullah SAW. Sungguh asy-Syifa’ sangat mencintai Rasulullah sebagaimana kaum mukminin dan mukminat yang lain, beliau belajar dari hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak tentang urusan dien (agama) dan dunia.

Ia juga turut menyebarkan Islam dan memberikan nasihat kepada umat dan tidak kenal lelah untuk menjelaskan kesalahan-kesalahan. Di antara yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah putranya yaitu Sulaiman dan cucu-cucunya, hamba sahayanya yaitu Ishak dan Hafshah Ummul Mukminin serta yang lain-lain.

Bahkan sang ammirul mukminin Umar bin Khatthab sangat mendahulukan pendapat beliau, menjaganya dan mengutamakannya dan terkadang beliau mempercayakan kepadanya dalam urusan pasar. Begitu pula sebaliknya, asy-Syifa’ juga menghormarti Umar, beliau memandangnya sebagai seorang muslim yang shadiq (jujur), memiliki suri teladan yang baik dan memperbaiki, bertakwa dan berbuat adil.

Suatu ketika asy-Syifa’ melihat ada rombongan pemuda yang sedang berjalan lamban dan berbicara dengan suara lirih, beliau bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Itu adalah ahli ibadah.” Beliau berkata: “Demi Allah, Umar adalah orang yang apabila berbicara suaranya terdengar jelas, bila berjalan melangkah dengan cepat, dan bila memukul mematikan.”

Asy-Syifa’ menjalani sisa-sisa hidupnya setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menghormati dan menghargai pemerintahan Islam hingga beliau wafat pada tahun 20 Hijriyah.

Beliau bukan hanya menjadi guru bagi mereka yang menuntut ilmu, namun juga lentera bagi muslimah yang mendambakan diri sebagai muslimah yang pandai, cerdas, dan berwibawa. Karena sesungguhnya, ilmu yang berguna itu adalah ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjadikan kita sebagai orang yang bertakwa. Namun, tidak mudah memang untuk mencapai kebaikan ini pada zaman sekarang. Demikian ketika kita berbicara haruslah dengan ilmu.

Semoga di era modern sekarang akan lahir perempuan-perempuan seperti Asy-Syifa yang lain yang peduli lingkungan sosialnya. Bukan hanya peduli dalam masalah pendidikan, tetapi juga dalam banyak hal, seperti kesehatan, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. []

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...