Senin, 08 November 2021

Asal Usul Nama Magelang Dari Riwayat Mataram


Memasuki era kerajaan Islam, Setelah runtuhnya Demak sebagai Kerajaan Islam pertama di jawa sekaligus ahli waris penerus Majapahit, terjadilah gesekan dan intrik politik antara Kasultanan Pajang (penerus Kasultanan Demak) dan Jipang.

Kisahnya bermula pada zaman Kerajaan Pajang sewaktu pemerintahan dipegang oleh Sultan Hadiwijaya. Saat itu Sultan Hadiwijaya sedang berselisih dengan Arya Penangsang. Perselisihan keduanya tidak dapat dilerai bahkan semakin hebat saja. Akhirnya, tumpahlah peperangan yang banyak memakan korban demikian banyaknya. Sultan Hadiwijaya kemudian menyuruh Danang Sutawijaya, anak angkatnya, serta Ki Gede Pemanahan untuk menghadapi Arya Penangsang.

Namun sebelum itu, Sultan Hadiwijaya berpesan, “Ananda Sutawijaya, sebelum kamu berangkat, dengarkanlah baik-baik pesanku. Jika kamu berperang nanti, hindarilah air karena air itu akan membawa sial bagimu. Karena itu, janganlah kamu menyeberangi sungai, telaga atau semua yang berair. Jika hal itu kamu langgar, kamu akan gagal menghadapi lawan. Sekarang pergilah dan bawalah pusaka tombak Kiai Plered ini.”

Dengan perasaan mantap, Danang Sutawijaya berangkat sebagai senopati perang dengan Ki Gede Pemanahan sebagai pendampingnya. Keduanya dengan gigih segera bertempur melawan pasukan bala tentara Arya Penangsang. Segala jurus siasat perang dikerahkan. Akhirnya, Arya Penangsang yang congkak dan tinggi hati itu pun berhasil ditikam dengan tombak Kiai Plered oleh Sutawijaya.

Demi mendengar kemenangan ini, betapa gembira hati Sultan Hadiwijaya. Baginda lalu memberikan hadiah berupa sebuah tanah di hutan Mentaok kepada Sutawijaya dan Ki Gede Pemanahan. Oleh keduanya daerah ini kemudian dibuka dan dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Mataram. Nama Sutawijaya kemudian berubah menjadi Panembahan Senopati. Di kemudian hari, kerajaan ini menjadi kerajaan yang besar, kuat dan termasyur.

Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan, sang anak Danang Sutowijoyo (Ketika Danang Sutowijoyo berhasil mengalahkan Aryo Penangsang Jipang, Ia disebut dengan Gelar Panembahan Senopati sang pendiri Mataram Islam).

Pada suatu hari, Panembahan Senopati mengemukakan keinginannya untuk memperluas daerah kekuasaan hingga ke luar wilayah Mataram. Namun, sebelum hal itu dilakukan, selama berbulan-bulan terlebih dahulu beliau melatih bala tentara kerajaan agar kuat jika kelak menghadapi musuh. Akhirnya, diputuskan Panembahan Senopati hendak membuka daerah di hutan Kedu. Daerah Kedu sebenarnya termasuk wilayah yang angker. Tak ada orang yang berani masuk ke dalamnya. Konon hutan ini dihuni sejumlah jin dengan seorang rajanya yang bernama Raja Jin Sepanjang.

Panembahan Senopati kemudian menunjuk Pangeran Purboyo sebagai senopati perang. Konon pangeran ini sangat sakti dan mampu terbang tanpa sayap. Sebagai pendampingnya ditunjuk Raden Kuning dan Raden Krincing yang masih terhitung saudara dengan Pangeran Purboyo serta Tumenggung Mertoyudo dan Tumenggung Singoranu.

Singkat cerita, para jin dan siluman di hutan Kedu merasa terganggu dengan dibukanya wilayah mereka oleh pasukan Mataram. Gangguan makhluk-makhluk penjaga hutan Kedu ini dengan memberikan wabah penyakit kepada pasukan Mataram. Banyak pasukan yang mengalami penyakit aneh berupa sakit disore hari dan mati keesokan harinya. Atas kesaktian saudara Pangeran Purboyo yaitu Raden Kuning, ia berhasil melawan para penunggu Hutan Kedu dan membuat jin – jin itu kuwalahan, tak terkecuali sang raja siluman Prabu Sepanjang yang melarikan diri. Semenjak itu, Kedu menjadi daerah yang aman dan tentram.

Namun, didalam pengejarannya membasmi jin penunggu hutan Kedu, Sang raden yang malah bertemu seorang gadis cantik penduduk sekitar bernama Putri Rantam (ada juga yang meyebutkan namanya Rara Rambat), anak Kyai Keramat dan Nyai Bogem. Terlena oleh kemolekan sang gadis, Raden Kuning melamar Putri Rantam dan pada akhirnya menikah. Raden Kuning pun lupa akan tugasnya untuk menumpas Prabu Sepanjang.

Mengetahui kejadian itu, Sang raja siluman, Prabu Sepanjang mendapatkan ide untuk membalas dendam kepada pasukan Mataram dengan merubah wujudnya sebagai seorang laki-laki bernama Sonta dan mengabdikan diri kepada mertua Raden Kuning, Kyai Keramat sebagai kamuflase misi balas dendamnya. Semenjak Sonta  menjadi pengikut Kyai Keramat, banyak terjadi kematian aneh dikalangan pasukan Mataram. Kematian demi kematian yang semakin banyak akhirnya membuat Pangeran Purboyo resah dan akhirnya berkonsultasi kepada sang ayah, Panembahan Senopati. Sang raja Mataram itu bersemedi mencari petunjuk kepada Sang Penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul atas apa yang terjadi di hutan Kedu. Dalam persemediannya inilah ia mendapatkan jawaban bahwa penyebab semua kejadian ini adalah laki-laki bernama Sonta, abdi Kyai Keramat.

Atas wisik tersebut, Panembahan Senopati memberitahu anaknya, Pangeran Purboyo, dan lantas meneruskan informasi ini kepada Kyai Keramat.

Pada waktu itu Sonta sedang menikmati balas dendamnya dengan senang hati. Sonta merasa gembira karena telah berhasil menyengsarakan pasukan Mataram dari penduduk desa tersebut. Bagi Kyai Keramat yang lagi menikmati istirahatnya, agak terkejut melihat Pangeran Purboyo beserta pengiringnya datang di rumahnya. Pangeran Purboyo memberitahukan bahwa kedatangannya ialah bermaksud memberi tahu bahwa pembuat malapetaka di desa itu adalah Sonta, abdi Kyai Keramat. Tentu saja Kyai Keramat gugup mendengar pemberitahuan dari Pengeran Purboyo. Menurut Kyai Keramat, Sonta itu seorang abdi yang lugu, yang tidak mempunyai keistimewaan.

Mendengar pembicaraan Pangeran Purboyo dengan Kyai Keramat tersebut, Sonta lari meninggalkan rumah Kyai Keramat. Kepergian Sonta itu diketahui Kyai Keramat dari bayang-bayang Sonta. Dikejarnya Sonta. Sesampai di suatu tempat terjadilah adu kekuatan antara Sonta dan Kyai Keramat. Ternyata Sonta itu penyamaran dari Jin Sepanjang. Dan Sonta lebih sakti daripada Kyai Keramat. Maka tewaslah Kyai Keramat. Sedang Raja Jin Sepanjang atau Sonta kabur meninggalkan tempat itu.

Pangeran Purboyo mengetahui perkelahian antara dua orang sakti tersebut, tidak dapat mencegahnya. Akhirnya jenazah Kyai Keramat dimakamkan di tempat perkelahian itu. Dan tempat tersebut sampai sekarang dinamai Desa Keramat.

Nyai Bogem melihat mayat suaminya, marahlah ia mengejar Sonta yang melarikan diri ke arah timur.

Ternyata Nyai Bogem dapat mengejar Sonta di suatu tempat. Terjadilah pertempuran antara Sonta dan Nyai Bogem. Karena kesaktian Sonta yang tidak tertandingi, tewaslah Nyai Bogem.

Pangeran Purboyo memerintahkan agar mayat Nyai Bogem dimakamkan di tempat pertempuran itu. Sampai sekarang tempat tersebut dinamai Desa Bogeman.

Melihat peristiwa beruntun, yaitu kematian Kyai Keramat dan Nyai Bogem maka Pangeran Purboyo memerintahkan Tumenggung Mertoyudo untuk membinasakan Sonta. Dalam pertempuran antara Sonta dan Tumenggung Mertoyudo, ternyata Sontalah yang unggul dalam pertempuran tersebut. Tewaslah Tumenggung Mertoyuda. Kemudian Pangeran Purbaya, memerintahkan agar jenazah Mertoyuda dimakamkan di tempat pertempuran tersebut. Maka desa tersebut dinamai Mertoyudan.

Kematian demi kematian terjadi, sampai Tumenggung Mertoyuda bernasib naas di tangan Sonta. Hal itu membuat perasaan Raden Krincing tersinggung sebagai salah satu Senopati andalah kerajaan Mataram. Raden Krincing bersikeras ingin membinasakan Sonta. Pertempuran terjadi, Sonta tidak dapat dikalahkan. Tewaslah Raden Krincing.

Pangeran Purboyo sedih hatinya melihat kejadian tersebut. Untuk mengenang jasa Raden Krincing, Pangeran Purboyo memerintahkan jenazahnya dimakamkan di tempat itu. Dan tempat tersebut dinamai Desa Krincing hingga kini.

Berbagai kejadian yang dialami dan dilihat Pangeran Purboyo, membuat Pangeran Purboyo marah besar. Kemudian Pangeran Purboyo memerintahkan pasukannya untuk membinasakan Sonta.

Habis sudah kesabaran Pangeran Purboyo mengetahui para abdinya tewas ditangan Si Raja Siluman, Ia pun memerintahkan semua pasukanya untuk memburu Sonta. Terdesak oleh kejaran pasukan Mataram dan Pangeran Purboyo, Sonta kabur dan masuk kedalam hutan. Dengan melakukan strategi pengepungan mengelilingi hutan dengan sangat rapat dan tanpa celah oleh pasukan Mataram atau strategi ini lebih dikenal sebagai ‘Tepung Gelang’ atau ‘Ateping Temu Gelang’, Sonta tidak bisa kabur kemana-mana lagi. Ia terpaksa bersembunyi diatas pohon ditengah hutan. Namun ia tidak bisa mengelabuhi kesaktian Sang Pangeran. Dihajarlah Sonta oleh Pangeran Purboyo hingga ia tewas jatuh terjelembab ke tanah. Lokasi tewasnya Sonta ini konon menjadi asal mula desa Santan di Magelang.

Keanehan terjadi takala jasad Sonta berubah menjadi wujud asli Sang Raja Siluman Prabu Sepanjang. Pertempuran keduapun terjadi antara Prabu Sepanjang dan Pangeran Purboyo. Pertempuran dahsyat pun terjadi, ilmu – ilmu kanuragan dan jurus andalan masing-masing dikeluarkan. Singkat cerita, Prabu Sepanjangpun tewas ditangan Pangeran Purboyo. Sesaat setelah Prabu Sepanjang tewas, tiba – tiba muncul asap hitam keluar dari jasadnya yang membumbung tinggi dan menutupi langit Kedu sehingga gelap gulita. Sedikit demi sedikit, kegelapan itu mulai sirna diikuti dengan musnahnya pula jasad Prabu Sepanjang. Jasad itu ternyata  berubah menjadi sebuah tombak. Ternyata Prabu Sepanjang adalah jelmaan sebuah pusaka azimat sakti berbentuk bilah tombak bertangkai kayu yang panjang. Pangeran Purbaya pun memerintahkan untuk menanam atau menguburkan tombak itu kesebuah bukit yang mana konon bukit itu adalah Gunung Tidar.

Dalam riwayat ini, maka dapat ditarik kesimpulan asal muasal nama Magelang merupakan sebuah nama lokasi strategi pengepungan Pangeran Purboyo atas raja Siluman Prabu Sepanjang. Strategi yang dalam bahasa jawa disebut ‘Tepung Gelang’ atau ‘Ateping Temu Gelang’ yang bermakna mengepung rapat seperti gelang inilah yang konon menjadi dasar penamaan Magelang.

Legenda Gunung Pamaton Pamoksan Maharaja Suryanata



Gunung Pamaton adalah gunung yang terdapat di kecamatan Aranio, Banjar. Pamaton berasal dari kata 'pamuatan' dalam bahasa Banjar yang artinya tempat memuat penumpang/barang karena gunung tersebut diibaratkan sebagai tempat berlabuh. Memang kebanyakan penamaan tempat di Kalsel berasal dari kosakata atau hal-hal yang berhubungan dengan sungai atau laut. Gunung Pamaton dianggap gunung yang keramat bagi suku Banjar.

Bahkan pada zaman dahulu, masyarakat Banjar yang tinggal di sekitar Gunung Pamaton jika akan menggelar hajatan bisa meminjam piring dan mangkok melamin di Gunung Pamkaton melalui perantara orang pintar yang memiliki akses langsung dengan makhluk dari alam gaib itu. Meski diyakini benda-benda itu masih ada dan tersimpan rapi di kerajaan gaib, namun tradisi meminjam piring dan mangkok melamin itu saat ini sudah tidak ada karena makhluk dari kerajaan gaib di Gunung Pamaton enggan lagi mengeluarkan benda-benda itu ke alam nyata. Padahal bukan hanya piring dan mangkok yang ada di kerajaan gaib tersebut. Bahkan konon tahta Pangeran Surya Ananta dan Puteri Junjung Buih di kerajaan Nagara Dipa, terbuat dari emas murni. Sementara mahkotanya emas bertabur permata mulia seperti zamrud dan intan berlian. Begitu juga dengan keris Naga Runting dan Tipa Salira, dimana gagang dan warangkanya bertatahkan emas dan intan berlian. Benda-benda pusaka dari kejaan gaib tersebut hingga saat ini masih menjadi incaran para pelaku spiritual di Banjar. “Bahkan orang-orang dari luar Banjar juga banyak yang mencoba peruntungan dengan ikut memburu benda pusaka tersebut,” 

Disebutkan bahwa digunung Pamaton terdapat pintu masuk kedunia ghaib yang diberi nama Pintu Gerbang Kerajaan Pamaton, tempat Yang Mulia Sri Paduka Pangeran Suryanata bertahta. Diketahui Kerajaan Pamaton adalah pusat kerajaan ghaib di Kalimantan (Kerajaan Banjar). Sejak zaman dahulu hingga sekarang gunung Pamaton dijadikan tempat tirakat atau bertapa oleh siapapun yang ingin mencari harta, ilmu dan kesaktian/kedikdayaan. Hanya orang yang dikehendaki atau zuriat yang mendapat ridho dari Allah SWT yang dapat melihat kerajaan ghaib ini. Berdasarkan cerita orang-orang yang pernah masuk ke Kerajaan Ghaib ini, kehidupan di Pamaton sangat modern dan ramai sekali.

Yang Mulia Sri Paduka Pangeran Suryanata adalah seorang putera Raja Majapahit, bertahta di Kerajaan Banjar pada abad XIV Masehi. Beliau mempunyai 2 orang putera yaitu Pangeran Surya Gangga Wangsa dan Pangeran Surya Wangsa. 

Pada suatu hari Yang Mulia Pangeran Suryanata bersama permaisuri Puteri Junjung Buih mengadakan kerasmin (acara keramaian) luar biasa serta menjamu semua pejabat kerajaan dan masyarakat. Tatkala semua orang sedang asyik dan ramai, tiba-tiba Yang Mulia Pangeran Suryanata berbicara pada rakyat Negeri Banjar, bahwa Baginda akan kembali pulang ketempat asalnya (kayangan) dan memberi petuah-petuah untuk dilaksanakan dan di indahkan sepeninggalnya nanti, agar rakyat negeri Banjar selalu tenteram, damai dan sejahtera. Setelah berbicara dengan sekejap ghaib lah Baginda beserta Permaisuri. Ketika itu umur Baginda kira-kira 50 tahun.

Selanjutnya Pangeran Surya Gangga Wangsa diangkat menjadi Raja dengan Gelar Maharaja Surya Gangga Wangsa dan Lambung Mangkurat tetap menjadi Mangkubumi. Dari keturunan Yang Mulia Pangeran Suryanata lahir raja-raja banjar selanjutnya hingga sekarang.

Seorang raja akan diangkat harus melalui upacara badudus dengan air yang diambil dari sumber mata air yang diambil diantaranya dari Candi Agung Amuntai, Batu Tiring, Candi Laras dan Gunung Pamaton.

Gunung Pamaton adalah sebuah gunung di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Digunung ini pernah terjadi peristiwa sejarah terkait dengan peristiwa Perang Banjar (1859-1905)

Gunung Pamaton disebut sebagai tanda batas wilayah Kesultanan Banjar dan wilayah kekuasaan Belanda, dalam kontrak perjanjian Kesultanan Banjar dengan Belanda tanggal 04 Mei 1826 (26 Ramadhan 1241).

Gunung Pamaton juga disebut dalam surat wasiat Sultan Adam Al Wasik Billah yang dibuat pada Senin, 12 Shafar 1259. yaitu batas wilayah yang diberikan kepada Pangeran Hidayatullah.

Pada masa Perang Banjar, Gunung Pamaton dijadikan basis pejuang, benteng perlawanan dan tempat pertempuran melawan colonial Belanda. 

Berikut beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang berhubungan dengan situs Gunung Pamaton pada masa Perang Banjar.

1. Perang Banjar dimulai tanggal 18 April 1859 ditandai penyerangan benteng Belanda di tambang batubara Oranye Nassau, Pengaron. Serangan dilakukan para pejuang dari Muning Pimpinan Pangeran Antasari yang berbasis disekitar Riam Kiwa dan Gunung Pamaton.

2.  Juni 1861. Pangeran Hidayatullah mengatur rencana serangan umum terhadap Kota Martapura pada tanggal 20 Juni 1861, sayangnya rencana itu bocor, Pasukan Belanda yang di pimpin Mayor Koch melakukan serangan secara besar-besaran sebelum serangan umum ke benteng Gunung Pamaton. Serangan ini dapat digagalkan dan banyak menimbulkan korban dipihak Belanda seperti Letnan TerDwerde, Kopral Grimm dan beberapa serdadu Belanda lainnya.

3.  Agustus 1861, kembali Mayor Koch memimpin pasukan menyerbu Benteng Pamaton, namun sekali lagi usaha menangkap Pangeran Hidayatullah gagal, karena benteng terlebih dahulu dikosongkan.

4.  Benteng Gunung Pamaton dipertahankan oleh para pemimpin perang yang gagah berani, seperti Pangeran Hidayatullah Demang Lehman, Tumenggung Gamar, Kiai Puspa Yuda Negara dan pahlawan wanita Nyai Cakrawati.

Demikian Sedikit Sejarah Mengenai Gunung Pamaton Banjar

Sejarah Singkat Mbah Kyai Mino Ponpes Nurul Qodim



Pesantren Nurul Qadim di Desa Kalikajar Kulon Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo didirikan oleh KH. Hasyim atau yang cukup dikenal dengan sebutan Kiai Mino. Kini pesantren ini diasuh oleh KH. Hasan Abdul Jalal Hasyim dan memiliki banyak santri hingga ke luar daerah.
Di daerah Jabung wetan  K. Asfina dan Nyai Asfina mempunyai 8 putra putri
Lelaki 2 perumpuan 6 diantaranya :
Ky Zainal Arifin           Sumberan
Nyai Dul                      Jabung Wetan
Nyai Umar                  Jabung Wetan
Nyai Misdan               Jabung Wetan
Nyai Buwat                 Kalikajar
Nyai Saduya              Jabung Wetan
Nyai Enggi                 Jabung Wetan
Ky Mino                       Kalikajar
Ky Mino anak yang paling terakhir
Kelahiran Ky Mino pada tahun 1902
Umur Ky Mino 85 Tahun
Hajji pada tahun 1970 M.
Mendirikan Musholla pertama pada tahun 1945 M
Ky Mino menikah dengan Nyai Maryam ( Nyai Rodina ) yang mempunyai putra : 2
Guuluh ( Gamar )
Beetoh ( Jasuli )
Hal ini sebelum menunaikan Ibadah Hajji, tapi setelah Hajji Ky Mino mempunyai Putra 2 lagi :
Nyai Salama
KH. Hasan Abd. Jalal
Proses kelahiran K. Mino
            Suatu ketika K. Asfina pergi kepengajian ada seorang kiai yang menceritakan proses kelahiran imam Syafi’I yang mana isi cerita itu bapak imam Syafi’I mentirakatkan dan mendo’akan anaknya yang bernama imam Syafi’I yang masih ada di kandungan, dan K. Asfina mendengarkan dengan sungguh-sugguh ( konsentrasi ) setelah pulang dari pengajian dan menceritakan tentang isi pengajian ( ceramah ) kepada Ny. Asfina dan K. Asfina berkata; “Dik guleh deteng pangajien, ano can kiai dik, mon terro endieh anak sholeh tarakat aki ben tueh aki ka pangiran” dettih kauleh sareng empian mulai lambe’ sala kebei anak, tak tarakat aki ben ta’ ben tueh aki ka pagiran sapen malem saben siang.(dik, saya datang dari pengajian, kata kiai, kalau ingin punya anak sholeh harus ditirakati, minta pertolongan Allah jadi kita dari dulu salah dalam membuat anak, tidak ditirakati siang malam) Lalu Nyi Asfina berkata ; “ Tore kang kauleh mangken andek, tore tarakat aki ben tue aki ka pangiran ma’le endik anak se sholeh. (ayo kang, saya sekarang mau. Ayo kita tirakati, minta pertolongan Allah agar memiliki anak yang sholeh)
            Mulai malam itu juga Nyai Asfina pergi kebelakang rumahnya mengambuil sapu lidi, oleh Nyai Asfina sapu lidi itu disucikan dan dilepas ikatannya lalu diletakkan di tempat sholat, dan di setiap malamnya K. Asfina dan Nyai Asfina wiridan (berdo’a), K. Asfina di depan dan Nyai Asfina di belakang ber wiridan(berdo’a) menggunakan lidi-lidi itu secara bergantian dari K. Asfina lidi-lidi itu diberikan pada Nyai Asfina dan Nyai Asfina mengikuti wiridan yang di baca K. Asfina. Setelah lidi-liditersebut habis di depan K. Asfina lalu oleh Nyai Asfina di kembalikan lagi kedepan K. Asfina begitu seterusnya sampai subuh untuk mendo’akan kandungannya. Tentang wiridan yamg dibaca adalah Istighfar dan Sholawat laluberdo’a semuga mempunyai anak yang sholeh, sejak saat itulah mereka istiqomah wiridan ( dimalam hari) dan pada siang harinya K. Asfina dan Nyai Asfina berpuasa sampai menjelang kelahiran kandungan nyai Asfina dan lahirlah K. Mino (KH. Moch. Hasyim / Mino).
Waktu kecil Ky Mino pernah mondok di genggong pajarakan di dalem KH Syamsuddin dan pernah Ngaji pada KH Halima ( Tunjungan ) dan waktu ngaji Ky Mino menurut KH Halima kurang begitu pintar , kalau menulis di pisah-pisah seperti menulis jalan   ج ل ن tak lama kemudian berhenti mondok lalu kawin dengan Nyai Rantina Jabung Wetan , tak lama kemudian berpisah dengan Istrinya di sebabkan tidak ada kecocokan kemudian Ky Mino kembali lagi ke Pondok kira-kira 3 tahun dan menjadi Khaddam (Santri Ndalem) KH Syamsuddin, jika KH Syamsuddin membaca Al- Qur’an dan Kitab Maka Ky Mino mendengarkan, setelah itu berhenti mondok.
Menurut KH. Halima “ Ky Mino bisah dedtih bellinah pangiran karna olle sebeb oreng towah ben barokanah guruh”.(Ky Mino bisa jadi waliyullah karena mendapatkan barokahnya orang tua dan guru).
Waktu ada di pondok Ky Mino pernah suatu hari ada kucing yang jatuh kesumur lalu oleh Ky Mino di ambil dan dibawa keatas.
Kedatangan Ky Mino ke PP Zainul Hasan Genggong kira- kira pada tahun 1930/1931 M. Ky Mino menjadi khaddam KH. Syamsuddin ( luwai ) KH. Moh. Hasan . pekerjaan beliau sehari-sehari membuat tabing (Widek/gedek), dan memberi makan kuda, mengairi sawah, serta mencari ikan.
Pertama K. Mino datang ke Genggong langsung suwan ke KH. Syamsuddin, di saat itu ada orang yang membuat tabing, lalu Kiyai bertanya kepada mino, apakah kamu bisa membuat tabing ? dan mino menjawab ; bisa dan hasilnya memuaskan dan itulah awal mulanya Ky Mino menjadi haddam KH Syamsuddin. Ketika Ky Mino menjadi haddam, pekerjaan sehari-seharinya mencari rumput, untuk memberi makan kuda milik KH Symsuddin hasil pemberian dari saudara bisan KH syamsuddin, Pangeran Joyo dari Pegalangan Kidul, dan pekerjaan Ky Mino ketiga selalu mengairi sawah milik KH Syamsuddin yang terletak di barat PP. Genggong. Kegiatan yang berupa ibadah / mencari ilmu ialah mengaji Al kitab dan sullam safinah, langsung kepada KH Syamsuddin setelah solat Dhuhur. Setelah ngaji mino langsung mencari ikan disungai mulai dari genggong sampai pajarakan tanpa sepengetahuan gurunya. Dan hasil tangkapan nya sangat banyak dan semuanya di berikan kepada gurunya.
Yang kedua ibadah Ky Mino mulai solat maghrib sampai jam 10 beriktikaf di masjid setelah baru turun dari masjid dan tidur di tempat yang selalu di lewati oleh kiai. Dan melakukan solat tahjjud ketika jam dua dan subuhnya dibangunkan oleh kiai untuk mengumandangkan adzan. Konon Ky Mino tukang adzan solat subuh. Dan Kyai Hosnan tukang adzan solat maghrib, begitulah aktifitas sehari-hari di pondok pesantren genggong selama kurang lebih 3 tahun. 
Dan setiap aktifitasnya Ky Mino tidak pernah dikasih makan kalau tidak berjumpa dengan Ibu Nyai, kalau berjumpa dengan Ibu Nyai, Ky Mino di beri makan,  konon ketika makan sampai tiga suapan, Ky Mino di gertak oleh KH Syamsuddin dan kiai berkata “kamu jangan banyak makan karena saya tidak punya beras” akhirnya Ky Mino tidak menghabiskan makanannya, begitulah setiap harinya. Sedangkan tujuan KH Syamsuddin melarang Ky Mino makan banyak bukan karena tidak punya beras tetapi untuk melatih haddam tercintanya ridho dan tujuan tersebut tidak diketahui oleh Ky Mino karena setiap kali makan, Ky Mino selalu di tegur oleh gurunya, maka Ky Mino mengambil keputusan tidak akan memberi makan kuda dan mengerjakan sesuatu apapun kalau ada Ibu Nyai karena khawatir dikasih makan.
Kejadian- kejadian aneh di Pondok Genggong
Pernah suatu hari Ky Mino di suruh mengairi sawah oleh KH Syamsuddin, sesampainya di sawah oleh kiai mino langsung mengairi sawahnya kemudian di tinggal karena waktu itu airnya bagian sawahnya KH Syamsuddin.  Beberapa  jam kemudian Ky Mino kembali ke sawah untuk melihat sawah yang di airi, apakah sudah penuh apakah belum dan setibanya di sawah Ky Mino terkejut melihat sawahnya tidak ada airnya sama sekali. Akhirnya Ky Mino pergi ke hulu untuk menutup saluran air ( sangatan ). Setelah sampai kehulu terkejut karena melihat saluran air yang kesawahnya Ky Mino tertutup batang pohon pisang ( katebong ) dan di atasnnya tertancap sebilah pedang dan k. mino tahu bahwa pedang tersebut milik seorang bajingan yang sawahnya bersampingan dengan sawahnya KH Syamsuddin dan airnya di arahkan ke sawah bajingan tersebut. Akhirnya Ky Mino pulang dan melaporkan kejadian tersebut kepada guru dan guru berkata kenapa kau tidak cabut saja pedang tersebut dan kau buka saluran airnya dan Ky Mino menjawab, “saya takut’ dan sang guru berkata lagi, “kamu takut? kamu laki-laki atau perempuan.k. mino diam tidak menjawab lalu sang guru berkata, “mari kita ke sawah bersama-sama”. Sesampainya di sawah k.mino disuruh mencabut pedang tersebut lalu membuka saluran air dan menutup saluran air ke arah sang bajingan setelah itu Ky Mino melihat sang bajingan dari kejauhan,mengetahui kejadian tersebut, KH Syamsuddin berkata k.mino tolong kamu jangan disini dan saya mau sembunyi.  K        Mino hanya menuruti perintah sang guru namun dalam berkata ‘” engko’ esorro a jegeh, kiai ngetek, reken engko’ soro pate’en, nyamanah dibi’, (Saya disuruh jaga, kiai sembunyi, emangnya saya disuruh dibunuh, seenaknya sendiri).
Akhirnya sang bajingan semakin dekat dan ketika hampir dekat ke Ky Mino , KH Syamsuddin berdehem. Mendengar dehemen KH Syamsuddin sang bajingan jatuh terjungkir ke sawah. Dan mengira itu deheman Ky mino. Jadi setiap kali sang bajingan bertemu atau berpapasan dengan Ky Mino selalu menjauh karena takut ke Ky Mino. mengingat kejadian tersebut, bermula dari itulah Ky Mino menjadi seorang pemberani.
Suatu hari Ky Mino sedang membuat sapu lidi tiba-tiba Ky Hosnan datang dari pasar, kemudian muncullah keinginan K Mino untuk menggojlok Ky Hosnan. Ky Mino berkata:”Hai Madrai’ (Nama asli Ky Hosnan) kamu dipanggil Ibu Nyai katanya ikannya disuruh cepat dimasak.”Mendengar hal itu Ky Hosnan terburu-buru untuk mencuci dan memasak ikan , ketika ikan sudah masak Ky Hosnan langsung mengantarkan ke Ibu Nyai. Kemudian Ibu Nyai berkata : “Oh..kamu sudah datang ?lo..ikannya sudah masak ? kok cepat. Mendengar hal itu Ky Hosnan menyadari bahwa dirinya sudah dipermainkan oleh Ky Mino.
Setelah beberapa hari dari kejadian tersebut ketika Ky Mino datang dari menyabit (cari rumput) dan diketahui oleh Ky Hosnan, maka disaat itulah muncullah keinginan untuk membalas Ky Mino. Ahirnya Ky Hosan berkata pada Ky Mino: “Hai Mino, cepat kamu dipanggil Kiai katanya kamu mau diajak Mios (bepergian). Ahirnya Ky Mino meletakkan rumputnya dan segera mandi. Setelah berpenampilan rapi Ky Mino menghadap sang Guru, dan betapa terkejutnya Ky Mino ketika sang Guru berkata : “ Kamu sudah datang Mino? dan tolong kuda-kuda itu dikasih makan.Dengan kejadian tersebut maka Ky Mino menyadari bahwa dirinya dibalas oleh Ky Hosnan.
Pesan sang Guru ( KH Syamsuddin ) kepada Ky Mino.
“ Cong be’en mon terro aobeeh kalakonnah eteppa’en ojen derres, be’en duli adua’ cong”(nak, kamu kalau ingin berubah kelakuannya, ketika hujan deras, kamu cepat berdo’a) Selelah pulang dari pondok dan berkeluarga, Konon di jabung ada pabrik dan Ky Mino bekerja di pabrik tersebut, sepulangnya dari pabrik di pertengahan jalan di guyur hujan yang sangat deras, ketika itu juga Ky Mino langsung ber do’a dengan menjerit dan ber do’a “  Duh gusteh obe’aki kalakuan kauleh gusteh ”(Duh Gusti, rubahlah kelakuan hambamu ini Gusti!.) doa tersebut  di lakukan karena Ky Mino ingat kepada dawuh (pesan) sang Guru.
Kepatuhan, Ketaatan dan ketakutan Ky Mino pada Gurunya ( KH. Moh, Hasan Genggung )
Ketika bulan Ramadhan Ky Mino menjaga jidur (beduk) ketika ada di pondok untuk menjaga adzan maghrib, disuatu ketika maghrib kurang 1 menit Ky Mino langsung memukul beduk dan pukulan beduk tersebut di dengar oleh Ky Moh Hasan, Lalu Ky Moh Hasan bertanya, “ siapa nepbu jidur kik buruh.?” (sipa yang menabuh beduk barusan) mendengar seruhan Gurunya tersebut Ky Mino langsung jatuh pingsan dikarnakan sangat takut dan ta’dimnya pada sang Guru.
Pesan terahir K. Mino
Suatu ketika menjelang wafat K. Mino yang sedang berbaring di tempat tidur, lalu Nyai Maryam berkata ; “ dek remma jih empian pon palemanah? de’ remmah anak-anak en?” (gimana jih (haji) sampean sudah mau pulang? Bagaimana dengan anak-anaknya?) lalu K. Mino menjawab, “  Dinah engko’ endik anak lakek e dinnak (K. Jalal) (tidak apa-apa, saya punya anak laki-laki disini !! (K. Jalal)) e berek engkok endik anak lakek kiah (K. Fauzi) (dibarat, (desa sumberan)saya juga punya anak laki-laki !! (K. Fauzi)),  K. Mino berkata lagi “ ye mon santreh, mon endik kapentingan; ye ngajih neng kobornah engko” , surat yasin sareng tahlil, ye etue akinah bikengkok “. (dan santri, kalau punya kepentingan, ya ngaji di pesareanku, surat yasin dan tahlil, ya akan aku do’akan !!)
Perkembangan Pesantren Nurul Qodim
Pada awal didirikan oleh Kiai Mino, pesantren ini hanyalah sebuah musholla yang kemudian berubah menjadi sebuah masjid. Dari waktu ke waktu, banyak orang tua yang mengirimkan putra-putrinya untuk menimba ilmu. Mendapati perkembangan jumlah santri itu, Kiai Mino kemudian mendirikan tempat kegiatan belajar mengajar yang layak dan nyaman. Maka, berdirilah gedung madrasah sebanyak tiga lokal. Sayang, empat tahun kemudian kegiatan belajar mengajar di gedung madrasah anyar itu “bubar”. Itu terjadi setelah ada kendala dari sektor tenaga pengajar.
“Kegiatan belajar mengajar di madrasah itu terus merosot hingga akhirnya vakum lantaran kurangnya tenaga pengajar dan minimnya fasilitas pendidikan,” terang Pengasuh Pesantren Nurul Qadim saat ini Kiai Hasan Abdul Jalal Hasyim.
Madrasah diniyah (madin) yang awalnya berjaya itu, tinggal kenangan. Lokal kelas dan sejumlah fasilitas lainnya mulai tidak terurus. Hal itu berlangsung sampai dengan tahun 1964. Ditahun yang sama, menantu Kiai Mino, Kiai Nuruddin Musyiri mencoba kembali membangun madin itu dari tidur panjangnya.
Alumnus Pesantren Zainul Hasan (Zaha) Genggong Pajarakan itu membangunkan madin dengan memilih proses belajar mengajar di pagi hari. Madrasah anyar itu diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hasan. Tidak hanya itu, Kiai Nuruddin juga membuka kembali asrama santri yang sempat mangkrak. Syukur, kini madin yang penuh dengan pelajaran-pelajaran salaf itu semakin berjaya.
“Sejak itu, pesantren ini terus berkembang pesat. Santrinya ada yang dari Madura, Cirebon, Banyuwangi, Jember dan paling banyak dari masyarakat sekitar pesantren,” jelas Kiai Hasan.
Kiai Nuruddin bersama KH.  Hasan Abdul Jalal (putra almarhum Kiai Mino) terus berupaya mengembangkan sektor pendidikan di pesantrennya. Terlebih, setelah melihat banyak santrinya yang telah lulus dari madin masih ingin terus mondok. Sayangnya, pesantren belum mempunyai sekolah lanjutan. Melihat hal itu, Kiai Nuruddin bersama Kiai Jalal bahu membahu pada tahun 1970 mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Tetapi pelajarannya khusus pelajaran-pelajaran salaf bersumber dari kitab-kitab peninggalan ulama-ulama salaf. Atau lebih terkenal dengan sebutan kitab kuning.
Empat tahun kemudian atau pada tahun 1974, pesantren Nurul Qadim kembali kebingungan dengan alumni MTs-nya. Mereka bingung mencari sekolah lanjutan. Kebingungan itu akhirnya dijawab oleh pihak pesantren dengan mendirikan Madrasah Aliyah (MA).
“Semua itu dilakukan untuk melanjutkan pelajaran yang sudah diperoleh di madin. Begitu juga yang aliyah (MA) untuk melanjutkan pelajaran yang sudah didapat sewaktu masih di MTs,” kenangnya bangga.
Dengan berkembangnya sektor pendidikan, berdampak pula pada semakin membludaknya santri. Sehingga pada tahun 1979, pihak pesantren kembali mendirikan asrama untuk santri putri. Asrama itu diberi nama Pesantren Putri Nurul Qadim Banat I. “Alhamdulillah, jumlah santri semakin banyak. Sehingga harus kembali mendirikan asrama santri putri dengan nama Pesantren Putri Nurul Qadim Banat II pada tahun 1988 silam,” pungkasnya.    

Kisah Mbah Rindik Pendiri Desa Tuwel


Untuk menghidupi wilayah Tegal yang baru dibuka, Ki Gede Sebayu jelas membutuhkan pasokan air untuk mengairi lahan-lahan pertanian warga. Untuk itulah, beliau sebagai bupati pertama Tegal meminta bantuan tiga orang ‘dugdeng’ untuk mengupayakan pengairan ini. Untuk pengairan wilayah barat ke selatan, dipercayakan kepada Mbah Mayakerti (Bumijawa), wilayah barat ke utara dipasrahkan kepada Mbah Siketi (Dukuh Benda), dan wilayah tengah ke timur kepada Mbah Rindik (Tuwel).

Nama asli Mbah Rindik ialah Raden Abdul Hamid, masih keturunan Sunan Gunung Jati dan merupakan mantan pasukan Mataram. Dalam pengembaraan gerilyanya, ia memutuskan untuk menetap di lereng bagian utara Gunung Slamet. Sebagaimana umumnya hutan belantara, banyak bersemayam makhluk-makhluk halus nan garang. Tentu saja Mbah Rindik musti menundukkan para mbaurekso ini dulu sebelum bisa tenang menempati wilayah yang akan dibuka.

Beliaupun bertapa di dalam hutan, di atas sebongkah batu besar yang kemudian dijuluki sebagai ‘Batu Sakti’. Setelah bermujahadah sekian lama, beliau pun mampu taklukkan dedemit hutan yang menyerupa Kliwon si Ular Besar, Macan Putih, dan Banaspati dengan perkenan Allah.

Setelah steril, beliau mulai babat alas dan membuka pemukiman baru. Makin ramailah penghuni wilayah itu, termasuk Mbah Sinjem, kawan baik Mbah Rindik yang merupakan pembawa panji Kraton Mataram semasa perang dahulu. Daerah ini kemudian bernama Tuwel yang konon berasal dari kata Arab ‘thowiil’ (panjang). Memang wilayah Desa Tuwel terbentang panjang dari selatan ke utara, ada belasan dusun di desa ini. Masyarakat desa menjuluki beliau ‘Rindik’ sebab cara berjalan beliau yang pelan (indik-indik). Makin lama makin terasa kebutuhan irigasi bagi sawah-sawah warga.

Seiring dengan instruksi Ki Gede Sebayu, Mbah Rindik pun mulai menyusur bantaran Kali Gung yang berhulu dari Gunung Slamet. Di sebuah air terjun sisi selatan Dusun Guci, beliau bermujahadah. Tirakat beliau membuahkan hasil, atas izin Allah memancarlah mata air panas dari balik curug yang menambah debit air Kali Gung. Aliran sungai ini terbagi menjadi arus Kali Gung dan arus menuju Banyumudal Suniarsih, keduanya bertemu kembali di Kalibakung yang di kemudian hari dibuatkan bendungan oleh Ki Gede Sebayu di Desa Danawarih.

Dari aliran Kali Gung ini pulalah Mbah Rindik menggali parit sepanjang persawahan Desa Tuwel dari ujung selatan hingga ujung utara. Hingga hari ini, parit galian beliau menjadi sungai kecil yang masih dimanfaatkan warga desa sebagai instrumen irigasi. Mata air panas temuan beliau pun masih memancar deras, tepatnya di balik Curug Sigeong, dekat gerbang tiket Obyek Wisata Guci. Batu Sakti tempat beliau bertapa, masih kokoh berdiam dikerubungi rimbunan bambu di tepi kali kecil. Sedangkan jasad Mbah Rindik bersama sahabatnya, Mbah Sinjem, dimakamkan di Dusun Dukuh Tere Desa Tuwel, dekat pemakaman umum masyarakat.

Karomah Dan Keajaiban Membaca Sholawat



Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Imam para utusan, penutup para Nabi, diutus pembawa rahmat bagi alam semesta, panglima bagi orang-orang yang memiliki muka bercahaya, pemberi syafaat bagi orang-orang yang berdosa, dan pemilik bendara pujian pada hari pembalasan. Semoga shalawat juga tercurah atas keluarganya yang bersih dan para shahabatnya.

Allah memerintahkan Kepada umat manusia untuk membaca shalawat kepada nabi Muhammad, karena Nabi Muhammad adalah Habibullah atau Kekasih Allah yang tinggi kedudukannya.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {56}

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. 33:56)

Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali maka Allah akan membalasnya sepuluh kali.

Pelayan kedua wahyu, penggemar dua tanah suci, dan pecinta utusan Allah bagi bangsa jin dan manusia berkata, “risalah ini saya himpun untuk menjelaskan tentang keajaiban membawa shalawat kepada penghulu anak Adam. Saya himpun sebagai hadiah bagi para pembawa shalawat Nabi. Saya sertakan tuliskan beberapa hadits tentang shalawat yang saya sertakan rujukan dan faedahnya

1. Dari Abu Bakar as-Shiddiq berkata bahwa aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda:

من صلي علي كنت شفيعه يوم القيامة

Barangsiapa yang bershalawat kepadaku, maka aku akan memberinya syafaat pada hari kiamat. (Hadits riwayat Ibnu Syahiin dalam at-Targhib dan Ibnu Basykawal).

2. Dari Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda:

من صلى عليك واحدة صلى الله عليه وسلم عشرا ورفع له عشر درجات

Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali shalawat, maka Allah akan membalas sepuluh kali shalawat dan mengangkatnya sepuluh derajat. (Dikeluarkan Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu Abu Syaibah, al-Bazzar, Ibnu Syahiin dan al-Ismaili dengan sanad ma’lul).

3. Dari Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda:

“البخيل الذي من ذكرت عنده فلم يصل علي”.

Manusia bakhil adalah orang yang disebut namaku di sisinya, tetapi tidak membaca shalawat kepadaku. (Dikeluarkan Imam at-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa hadits hasan shahih. Dan juga dikeluarkan Imam Nasa’i, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

4. Dari Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda:

“من سره أن يكتالَ بالمكيالِ الأوفى إذا صلَّى علينا أهل البيت فليقل: اللهم صلِّ على محمدٍ النبيِّ الأمي وأزواجه أمهات المؤمنين وذريته وأهل بيته، كما صليت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ”.

Barangsiapa yang ingin mendapat balasan dengan takaran yang penuh ketika membaca shalawat kepada kami, ahli bait, maka hendaknya membaca: Allahumma Shalli Ala Muhammad an-Nabi al-Ummi, Wa Azwajihi Ummahatil Mukminin Wa Dzurriatihi Wa Ahli Baitihi, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Innaka Hamidun Majid (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, seorang nabi yang ummi, kepada isteri-isterinya sebagai ibunda kaum mukminin, anak cucunya dan keluarganya sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. (Dikeluarkan Imam an-Nasa’i)

5. Hadits Dari Abu Mas’ud.

عن أبي مسعود الأنصاري أنه قال: أتانا رسول اللّه صلى الله عليه وسلم في مجلس سعد بن عبادة فقال له بشير بن سعد: أمرنا اللّه أن نصلي عليك يارسول اللّه، فكيف نصلي عليك؟ فسكت رسول اللّه صلى الله عليه وسلم حتى تمنينا أنه لم يسأله، ثم قال رسول اللّه صلى الله عليه وسلم “قولوا: اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما صليت على آل إبراهيم؛ ٌ و بارك على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما باركت على آل إبراهيم؛ في العالمين إنك حميدٌ مجيدٌ”. والسلام كما قد علمتم

Dari Abu Mas’ud berkata: Pernah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda hadir ditengah kami sementara kami sedang berada di majlisnya Sa’ad bin Ubadah. Maka Basyir bin Sa’ad bertanya kepada beliau: Allah telah memerintahkan kepada kami bershalawat kepadamu, bagaimanakah cara bershalawat kepadamu. Abu Mas’ud berkata: Maka Rasulullah diam, sehingga kami ingin kalau sekiranya ia (Basyir bin Saad) tidak bertanya kepada beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda: Ucapkanlah Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Wa Bararik Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Fil Aalamina Innaka Hamidun Majid. (Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim atas sekalian semesta alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia). Adapun salam sebagaimana yang kalian ketahui. ( Dikeluarkan Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan al-Hakim).

6. Dari Ibnu Abu Laila berkata bahwa Ka’ab bin Ujrah berkata: Maukah kami aku beri suatu hadiah? Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda telah hadir di tengah kami, maka kami bertanya: Kami telah mengetahui bagaimana mengucapkan salam kepadamu, tapi bagaimana membaca shalawat kepadamu. Beliau bersabda: Ucapkanlah

“اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما صليت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ، اللهمَّ بارك على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما باركت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ”.

Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim Innaka Hamidun Majid, Allahumma Bararik Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Innaka Hamidun Majid.(Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maka Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. (Dikeluarkan Bukhari dan Muslim serta Abu Daud)

7. Dari Ibnu Abu Laila berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda: Hadirlah kalian. Maka kamipun hadir. Ketika naik mimbar pada tangga pertama beliau mengucapkan ‘Amin’, kemudian naik mimbar pada tangga kedua beliau mengucapkan ‘Amin’. Kemudian naik mimbar pada tangga ketiga beliau juga mengucapkan ‘Amin’. Setelah usai khutbah, beliau turun dari mimbar, maka kami bertanya kepada beliau: Wahai Rasulullah kami mendengar darimu sesuatu yang belum pernah kami dengar darimu sebelumnya. Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda: Sesungguhnya Jibril datang kepadaku lalu berkata: Semoga semakin jauh dari Allah, orang yang menemui Ramadhan namun tidak diampuni dosanya. Maka aku katakan Amin. Ketika aku naik mimbar pada tangga kedua, Jibril berkata: Semoga semakin jauh dari Allah, orang yang namamu disebut namun dia tidak membaca shalawat kepadamu, maka aku katakan Amin. Ketika aku naik mimbar pada tangga ketiga, Jibril berkata: Semoga semakin jauh dari Allah, orang yang menemui kedua orang tuanya dalam keadaan tua renta, atau salah satunya, namun dia tidak masuk surga. Maka aku katakan Amin. ( Dikeluarkan Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim dan beliau berkata: Sanadnya shahih).

8. Dari Abu Humaid as-Sa’idi bahwa mereka berkata: Wahai Rasulullah bagaimana kami membaca shalawat kepadamu, maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda: Ucapkanlah:

“اللهم صلِّ على محمدٍ وأزواجه وذريته، كما صليت على آل إبراهيم، وبارك على محمدٍ وأزواجه وذريته، كما باركت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ”.

Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Azwaajihi Wa Dzurriyatihi, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Wa Barik Ala Muhammad Wa Azwaajihi Wa Dzurriyatihi, Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Innaka Hamidun Majid. (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, isteri-isterinya dan anak-anak cucunya, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim. Berkahilah Muhammad, isteri-isterinya dan anak-anak cucunya, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. (Dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim).

9. Abu Usaid berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bersabda: Jika diantara kamu masuk masjid maka ucapkanlah shalawat dan salam kepada nabi dan bacalah:

اللهم صلي علي محمد اللَّهمَّ افتح لي أبواب رحمتك، فإِذا خرج فليقل: اللَّهمَّ إنِّي أسألك من فضلك”.

“Allahumma Shalli Ala Muhammad, Allahumma Iftah Li Abwaaba Rahmatik, ( Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, ya Allah bukalah untukku pintu-pintu rahmat-Mu) dan jika keluar dari Masjid, hendaklah ia ucapkan “Allahumma Inni As’aluka Min Fadzlik. Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu sebagian dari karunia-Mu) (Dikeluarkan Imam Muslim dan Abu Daud secara ringkas)

10. Hadits Abu Said al-Khudri

عن أبي سعيد الخدري؛ قال:- قلنا يا رسول الله! هذا السلام عليك قد عرفناه. فكيف الصلاة؟ قال ((قولوا: اللهم صل على محمد عبدك ورسولك كما صليت على آل إبراهيم. وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم)).

Dari Abu Said al-Khudri berkata bahwa kami bertanya: Wahai Rasulullah, Salam kepadamu kami telah mengetahui, maka bagaimanakah kami bershalawat kepadamu? Beliau Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Ucapkanlah: Allahumma Shalli Ala Muhammad Abdika Warasulika Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim. Wabarik Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad Kama Barakta Ala Ibrahim. (Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad, hamba-Mu dan utusan-Mu, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim). (Dikelurkan Bukhari)

Manfaat, Karomah dan Keajaiban Membaca Shalawat

- Membaca shalawat sebagai bentuk realisasi ketaatan kepada perintah Allah Ta’ala.
- Menjalankan Allah dalam membaca shalawat.
- Mencontoh / menauladani para malaikat-Nya.
- Mendapat balasan sepuluh rahmah dari Allah setiap membaca sekali shalawat.
- Diangkat sepuluh derajat karena membaca sekali shalawat.
- Ditulis sepuluh kebaikan bagi yang membaca sekali shalawat.
- Dihapus sepuluh keburukan bagi yang membaca sekali shalawat.
- Menjadi sebab utama dikabulkan doa.
- Menjadi sebab meraih syafaat Nabi.
- Mendapat pengampunan dari Allah.
- Allah akan mencukupi hidupnya dari berbagai macam keluh kesah.
- Sebagai sebab dekatnya seorang hamba dengan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam nanti pada hari kiamat.
- Shalawat bisa mengganti dan menduduki ibadah shadaqoh.
- Menjadi sebab terpenuhi berbagai macam hajat kebutuhan.
- Meraih shalawatnya Allah dan shalawatnya para malaikat atasnya.
- Menjadi sebab seseorang meraih kesucian dan kemuliaan.
- Orang yang gemar membaca shalawat akan mendapat kabar gembira sebelum matinya.
- Akan meraih keamanan dan keselamatan dari rintangan hari kiamat.
- Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam akan menjawab shalawat dan salam kepada orang-orang yang membaca shalawat dan salam kepadanya.
- Bisa membantu seorang hamba mengingatkan sesuatu yang terlupa.
- Menjadi sebab berkahnya suatu majlis agar tidak kembali pulang dalam keadaan merugi dan cacat.
- Membaca shalawat mampu mengusir dan melenyapkan kemiskinan.
- Membaca shalawat mampu menghilangkan penyakit bakhil dari seorang hamba.
- Menjadi selamatnya seorang hamba dari doanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang buruk, karena beliau mendoakan celaka bagi yang mendengar nama disebut tidak membaca shalawat.
- Membaca shalawat menjadi jalan menuju sorga.
- Selamat dari busuknya majlis karena membaca shalawat.
- Membaca shalawat menjadi penyempurna bagi pembicaraan pada saat berkhutbah.
- Menjadi sebab sempurnanya cahaya seorang hamba pada saat meniti titian (Siroth).
- Membaca shalawat akan mengeluarkan seseorang dari sifat kasar dan keras kepala.
- Menjadi sebab langgengnya pujian Allah atasnya.
- Mendatangkan keberkahan kepada orang yang membaca shalawat.
- Orang yang membaca shalawat akan meraih rahmat dari Allah.
- Sebagai bukti cinta Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam secara abadi.
- Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam akan selalu mencintai orang yang membaca shalawat.
- Menjadi sebab seorang hamba meraih hidayah.
- Nama orang yang membaca shalawat akan disampaikan kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam
- Menjadi sebab teguhnya kaki pada saat meniti titian (Siroth).
- Dengan membaca shalawat berarti seseorang telah menunaikan haknya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam atasnya.
- Mengandung dzikir dan syukur kepada Allah.
- Shalawat adalah doa karena dengan membaca shalawat berarti telah memuji khalilullah dan kekasih-Nya. Dengan itu berarti telah mendoakan baik untuknya.

Mendidik Anak Dengan Kelembutan Kasih Sayang


Akal manusia yang mana yang tidak tunduk dan takjub dengan ajaran Islam yang paripurna, terhadap anak-anak pun ada ajaran yang dianjurkan dan telah diteladankan dengan kemudahan untuk mengikutinya. Subhanallah, betapa beruntungnya orang-orang yang beriman.

Sering kita dapati seseorang yang mendidik anaknya dengan cara yang keras…dengan menggunakan pukulan..bahkan tendangan…

Bahkan jika tangannya telah lelah memukul maka iapun menggunakan tongkat atau cambuk untuk memukul anaknya. Sementara jika bertemu dengan sahabat-sahabatnya jadilah ia orang yang paling lembut dan ramah.

Memang benar bahwa boleh bagi seorang ayah atau ibu untuk mendidik anaknya dengan memukul, akan tetapi hal itu keluar dari hukum asal. Karena hukum asal dalam mendidik…bahkan dalam segala hal adalah dengan kelembutan. Kita –sebagai orang tua- tidak boleh berpindah kepada metode pemukulan kecuali jika kondisinya mendesak. Itupun tidak boleh dengan pemukulan yang semena-mena, semau kita, seperti pukulan yang menimbulkan bekas…terlebih lagi yang mematahkan tulang…

Sering syaitan menghiasi para orang tua dengan  menjadikan mereka menyangka bahwa metode kekerasan dalam mendidik anak-anak adalah metode yang terbaik dan praktis serta metode yang singkat dan segera mendatangkan keberhasilan. Karena dengan kekerasan dalam sekejap sang anak menjadi penurut. '

Ingatlah ini semua hanyalah was-was syaitan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

"Tidaklah kelembutan pada sesuatupun kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatupun kecuali akan memperburuknya"(Dishahihkan oleh Al-Albani)

Memang benar…jika seorang anak disikapi keras maka ia akan nurut dan patuh…akan tetapi hanya sekejap dan sementara…

Kenyataan yang ada menunjukan bahwa jika seorang ayah atau ibu yang senantiasa memukuli dan mengerasi anak-anak mereka akan menimbulkan dampak buruk:

-         Jadilah kedua orang tua tersebut berhati keras…, hilang kelembutan dari mereka, karena mereka telah membiasakan kekerasan dalam hati mereka

-         Bahkan anak-anak mereka yang sering mereka pukuli pun menjadi keras…, keras dan kasar sikap mereka dan juga keras hati mereka.

-         Bahkan tidak jarang sang anak yang dikerasi maka semakin menjadi-jadi keburukannya.  Terutama jika sang anak merasa aman dari control kedua orang tuannya. Hal ini menunjukan sikak keras terhadap seringnya tidak membuahkan keberhasilan dalam mendidik anak-anak

-         Kalaupun metode kekerasan berhasil merubah sang anak menjadi seorang anak yang "tidak nakal" maka bagaimanapun akan berbeda hasilnya dengan seorang anak yang dibina dengan kelembutan. Seorang anak yang "tidak nakal" yang merupakan buah metode kekerasan tidak akan memiliki kelembutan dalam sikap dan tutur kata serta kelembutan hati yang dimiliki oleh seorang anak yang dididik dengan penuh kelembutan !!.

Ketika bangsa Indonesia mencanangkan tentang betapa pentingnya mencerdaskan kehidupan bangsa, Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam telah memberikan teladan dan bukti secara konkret bagaimana mencerdaskan generasi bangsa itu. Apalagi jika bukan melalui akhlakul karimah.
Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata;

دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

“Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (isterinya) telah mengasuh dan menyusui Ibrahim ‘alaihissalam (putra Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil Ibrahim dan menciumnya. Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlinang air mata. Lalu berkatalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu kepada beliau, Mengapa Anda menangis, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya (tangisan) ini adalah rahmat (kasih sayang),” lalu beliau kembali menangis. Setelah itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sungguh kedua mata telah mencucurkan air mata, hati telah bersedih, hanya saja kami tidaklah mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kami. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim betul-betul bersedih.” (HR. Al-Bukhari no. 1303)

Hadits yang dituturkan oleh Anas bin Malik itu menyiratkan betapa tingginya rasa cinta Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam terhadap anak-anak.

Dengan kata lain, andaikata putra beliau Ibrahim hidup, Rasulullah pasti akan memuliakan dan menyayanginya sepenuh hati, hingga tumbuh rasa aman dan nyaman sang putra dengan sikap dan perilaku beliau sebagai seorang ayah dan siap mengemban amanah kehidupan sebagai Muslim yang jujur, tangguh dan visioner.

Rasa Kasih Sayang

Subhanallah, mencium anak dalam Islam bukan dilihat sebagai urusan kecil, meski tidak sedikit yang menyepelekannya. Ternyata, Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam melihat perkara biasa dan mau mencium anak-anak.

جَاءَ أَعْرَابِى إِلَى النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ

“Datang seorang Arab Badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium mereka”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu.” (HR: Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317)

Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- berkata :

قَبَّلَ النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ ، وَعِنْدَهُ الأقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا ، فَقَالَ الأقْرَعُ : إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ : مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin 'Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro' bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro' berkata, "Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallampun melihat kepada Al-'Aqro' lalu beliau berkata, "Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati" (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318)

Dalam kisah yang sama dari 'Aisyah –semoga Allah meridhoinya- ia berkata :

جَاءَ أَعْرَابِى إِلَى النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ

"Datang seorang arab badui kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu" (HR Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317)

Ibnu Batthool rahimahullah berkata,"Menyayangi anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhoi oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh Allah. Tidakkah engkau perhatikan Al-Aqro' bin Haabis menyebutkan kepada Nabi bahwa ia memiliki 10 orang anak laki-laki tidak seorangpun yang pernah ia  cium, maka Nabipun berkata kepada Al-Aqro' ((Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayang)).

Maka hal ini menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah kepadanya merupakan perkara yang mendatangkan rahmat Allah. Tidak engkau perhatikan bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggendong (*cucu beliau) Umaamah putrinya Abul 'Aash (*suami Zainab putri Nabi) di atas leher beliau tatkala beliau sedang sholat?, padahal sholat adalah amalan yang paling mulia di sisi Allah dan Allah telah memerintahkan kita untuk senantiasa khusyuk dan konsentrasi dalam sholat. Kondisi Nabi yang menggendong Umaamah tidaklah bertentangan dengan kehusyu'an yang diperintahkan dalam sholat. Nabi kawatir akan memberatkan Umaamah (*si kecil cucu beliau) kalau beliau membiarkannya dan tidak digendong dalam sholat.

Pada sikap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini merupakan teladan yang paling besar bagi kita, maka hendaknya kita meneladani beliau dalam menyayangi anak-anak baik masih kecil maupun yang besar, serta berlemah lembut kepada mereka"

Mencium anak adalah manivestasi dari iman dalam bentuk kasih sayang. Jadi, siapa yang tidak pernah menciumm anak-anaknya, hampir bisa dipastikan, ia tidak pernah merasakan kehadiran rasa yang mulia tersebut di dalam hatinya.

Itulah mengapa, belakangan banyak ditemukan bahwa pada setiap perilaku menyimpang anak, baik dalam bentuk kenakalan dan ‘kejahatan’ lebih sering disebabkan oleh kurang atau bahkan tiadanya kasih sayang dari orangtua. Jawaban Rasulullah bahwa, “Aku tidak kuasa berbuat apa-apa kalau sampai Allah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu” menunjukkan betapa perkara mencium anak adalah perkara pangkal yang jika absen dari diri seorang ayah (lebih-lebih seorang ibu) pasti akan menimbulkan bahaya yang tidak ringan.

Anas Bin Malik radhiallahu anhu berkata :

«مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»، قَالَ: «كَانَ إِبْرَاهِيمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ، فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ فَيَدْخُلُ الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ، وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا، فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ، ثُمَّ يَرْجِعُ»

“Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak dari pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Putra Nabi (yang bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah Awaali di Kota Madinah. Maka Nabipun berangkat (ke rumah ibu susuan tersebut) dan kami bersama beliau. lalu beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata dalam keadaan penuh asap. Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi. Nabipun mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali.” (HR Muslim no 2316)

Ada pelajaran penting di atas bahwa ternyata mencium si buah hati akan mendatangkan rahmat Allah. Beda halnya jika kita perlakukan mereka dengan kasar. Kita kadang tergoda dengan godaan syaithon yang menyuruh kita bersikap kasar ketika kita melihat tingkah laku anak yang tidak kita sukai, padahal ada cara yang lebih bijak. Mencium dan menyayangi mereka serta mendidik mereka dengan menjauhi cara memukul, itu akan lebih baik karena datangnya rahmat Allah. Lemah lembut itulah sikap pertama, bukanlah dengan kekasaran.

Dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِى عَلَى مَا سِوَاهُ

“Sesungguhnya Allah Maha Penyantun, Dia menyukai sifat penyantun (lemah lembut). Allah akan memberikan sesuatu dalam sikap santun yang tidak diberikan pada sikap kasar dan sikap selain itu.” (HR. Muslim no. 2593)

Juga dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya sikap lemah lembut tidak akan berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika lemah lembut itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR. Muslim no. 2594)

Oleh karena itu, membangun bangsa tidak bisa mengabaikan bagaimana setiap diri memperhatikan bangunan kasih sayang terhadap keluarga. Jika setiap ayah berakhlak sebagaimana Nabi Shallallahu Alayhi Wasallam terhadap anak-anak, insha Allah keberkahan negeri ini akan terpelihara. Semoga.*

Keutamaan Menyayangi Anak Perempuan


Seseorang yang mendidik anaknya dengan baik dan menyayangi mereka, terutama anak perempuan, maka akan mendapatkan keutamaan yang besar. Dengan didikan dan kasih sayang bisa mengantarkan orang tuanya masuk surga dan terselamatkan dari siksa neraka.

Sebagian adat dan budaya di dunia masih banyak yang mengutamankan anak laki-laki dibanding anak perempuan. Bahkan ada yang beranggapan bahwa kelahiran anak perempuan merupkan sebuah tanda akan datangnya kesialan bagi keluarga. Sedangkan anak laki-laki, dianggap penerus yang akan menjadi kebanggaan.

Terkadang suami rela menceraikan istri yang tidak kunjung mendapat anak laki-laki. Sejak zaman jahiliyah, anak perempuan memang kerap kali mendapatkan diskriminasi, bahkan orang tua akan merasa terhina jika anaknya bukan laki-laki.

Sejatinya anak laki-laki dan perempuan adalah sama. Namun karena kecenderungan orang tua yang menyukai anak laki-laki, maka Islam pun memberi perhatian lebih terhadap hal ini. Allah SWT menjanjikan kebaikan kepada orang tua yang memuliakan anak perempuan. Seperti apa keutamaannya?

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ »

“Ada seorang wanita masuk ke tempatku dan bersamanya ada dua anak gadisnya. Wanita itu meminta sesuatu. Tetapi aku tidak menemukan sesuatu apa pun di sisiku selain sebiji kurma saja. Lalu aku memberikan padanya. Kemudian wanita tadi membaginya menjadi dua untuk kedua anaknya itu, sedangkan ia sendir tidak makan sedikit pun dari kurma tersebut. Setelah itu ia berdiri lalu keluar.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke tempatku, lalu saya ceritakan hal tadi kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu karena anak-anak perempuan seperti itu, lalu ia berbuat baik kepada mereka maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang untuknya dari siksa neraka.” (HR. Bukhari no. 5995 dan Muslim no. 2629)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ »

“Saya didatangi oleh seorang wanita miskin yang membawa kedua anak gadisnya. Lalu saya memberikan makanan kepada mereka berupa tiga buah kurma. Wanita itu memberikan setiap sebiji kurma itu kepada kedua anaknya dan sebuah lagi diangkat lagi ke mulutnya. Namun, kedua anaknya itu meminta kurma yang hendak dimakannya tersebut. Kemudian wanita tadi memotong buah kurma yang hendak dimakan itu menjadi dua bagian dan diberikan pada kedua anaknya.

Keadaan wanita itu membuat saya takjub, maka saya beritahukan perihal wanita itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk wanita itu masuk surga karena perbuatannya atau akan dibebaskan juga dari siksa neraka.” (HR. Muslim no. 2630).

Keutamaan Menyayangi dan Berbuat Baik pada Anak Perempuan

Dua hadits di atas menunjukkan mengenai hukum mendidik anak dan berbuat baik pada mereka. Jika anak tersebut perempuan, maka lebih tekankan lagi. Pahala mendidik anak perempuan lebih besar berdasarkan hadits yang dikemukakan di atas.

Apa alasannya kenapa sampai Islam lebih perhatian pada pendidikan anak perempuan? Ada beberapa alasan di sini:

1- Karena ada sebagian orang yang kurang suka dengan anak perempuan seperti pada masa Jahiliyyah sebelum Islam. Itulah mengapa sampai disebut dalam hadits yang dikaji ini, anak wanita itu adalah ujian karena umumnya banyak yang tidak suka. Sebagaimana diterangkan pula mengenai keadaan orang musyrik. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.” (QS. An Nahl: 58).

2- Nafkah yang diberikan pada perempuan lebih banyak.

3- Mendidik anak perempuan lebih susah.

4- Pendidikan yang baik pada anak perempuan akan membuat mereka mewariskan didikan tersebut pada anak-anaknya nanti dan wanita itulah yang bertindak sebagai pendidik di rumah.

Juga dijanjikan dalam hadits bahwa siapa yang mendidik anak perempuannya dengan baik maka ia akan terbentengi dari siksa neraka dan dijanjikan masuk surga. Dalam hadits lainnya, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ (وَضَمَّ أَصَابِعَهُ)

“Siapa yang mendidik dua anak perempuan hingga ia dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku dan dia ….” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekatkan jari jemarinya. (HR. Muslim no. 2631). Artinya, begitu dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dua hadits yang kami sebutkan di awal, di situ diajarkan pula bagaimanakah besarnya kasih sayang ibu kepada anak-anaknya.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...