Senin, 08 November 2021

Bangsa Yang Tinggal Dibumi Sebelum Penciptaan Nabi Adam


Bumi yang kita pijak saat ini usianya sudah miliaran tahun. Sebelum akhirnya dihuni oleh manusia pertama yakni Nabi Adam, bumi menurut ahli tafsir sudah ditinggali oleh beberapa makhluk.

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman Dalam Surat Al-Baqarah ayat 30

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'" Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau!" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”

Sebagian umat bertanya-tanya, adakah bangsa sebelum diciptakannya Nabi Adam AS di bumi?
Bangsa Jin diciptakan dua ribu tahun lebih awal dari penciptaan Adam As. Dasarnya adalah riwayat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Ra.,

خلق الله تعالى بني الجان قبل آدم بألفي سنة

Allah ta’ala telah menciptakan banu al-Jān dua ribu tahun sebelum Nabi Adam As.

Sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (26) وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ (27)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr: 26-27).

Jawabannya adalah Bangsa Nisnas (mungkin golongan Banunal Janna atau selepas Banunal Janna). Yang konon merupakan bangsa yang ada di Bumi sebelum Nabi Adam diciptakan oleh Allah.

Mereka hidup satu masa dengan bangsa Jin dan Dinosaurus.

Bangsa Nisnas hidup di kutub bagian utara bumi. Salah satu peninggalan bangsa ini adalah kota Sbetzbergen.

Di Sbetzbergen banyak sekali lukisan tentang manusia yang bentuknya menyerupai hewan. Sbetzbergen terletak dekat sekali dengan lingkar kutub. Di sana matahari hanya bersinar sekitar setengah bulan dalam satu tahun, dan selebihnya gelap gulita. Kegelapan tersebut hanya diterangi oleh Aurora Borealis.

Konon, bangsa Nisnas mempunyai kekuatan yang sangat hebat, serta ilmu pengetahuan mereka berkembang sangat pesat. Namun, mereka menggunakan kepandaian itu untuk berperang. Bumi pun mengalami kehancuran.

Kemudian, Tuhan mengirimkan pasukan Azazil untuk menghancurkan bangsa Nisnas. Bangsa itu "kocar-kacir" melihat kedatangan bangsa Azazil. Akhirnya, musnahlah mereka. Kemudian, Allah Menggantikan khalifah di bumi, yaitu nabi Adam A.S.

Awalnya bangsa Jin adalah penduduk bumi. Namun, mereka disingkirkan sampai ke samudera oleh pasukan Jin yang diperintah oleh Allah untuk memerangi mereka. Pemimpin pasukan ini adalah Iblis. Kisah ini diriwayatkan dari Ishaq, dari Juwaibir dan ‘Utsman,

أن الله تعالى خلق الجن وأمرهم بعمارة الأرض فكانوا يعبدون الله جل ثناؤه حتى طال بهم الأمد فعصوا الله عزّ وجلّ وسفكوا الدماء. وكان فيهم ملك يقال له: يوسف. فقتلوه فأرسل الله تعالى عليهم جندًا من الملائكة كانوا في السماء الدنيا كان يقال لذلك الجند الجن فيهم إبليس. وهو على أربعة آلاف فهبطوا فأفنوا بني الجان من الأرض وأجلوهم عنها وألحقوهم بجزائر البحر. وسكن إبليس والجند الذين كانوا معه الأرض فهان عليهم العمل وأحبّوا المكث فيها.

Allah ta’ala menciptakan jin dan memerintahkan mereka untuk memakmurkan (membangun peradaban) bumi. Mereka dahulu rajin beribadah kepada Allah sampai waktu yang sangat lama, mereka terus bermaksiat kepada Allah sampai terjadi pertumpahan darah. Diantara mereka, ada seorang malaikat yang bernama Yusuf. Para jin kemudian membunuhnya, lalu Allah (murka dan) mengutus sekelompok tentara dari barisan malaikat yang tinggal di langit dunia. Diantara mereka, ada jin yang ikut berperang yang disebut Iblis. Malaikat itu berjumlah empat ribu orang, lalu mereka turun ke bumi, lalu memusnahkan bangsa Jin itu di muka Bumi sampai mengusir mereka (dari daratan) ke samudera. Kemudian, malaikat yang memerangi Jin tadi, termasuk jin Iblis, mendiami bumi. Lalu amal mereka menjadi kembali buruk dan mereka lebih senang berdiam di bumi.

Riwayat ini cukup populer di kalangan para ulama. Diantaranya dikutip oleh al-Qunawi dalam karyanya Hāshiyatu al-Qūnāwī ‘alā Tafsīr al-Imām al-Baiḍāwī, komentar yang bernuansa sufistik dari Tafsir al-Baidhawi. Jika berdasarkan riwayat ini, nampaknya antara malaikat dan jin pada awalnya tidak ada pemisahan. Karena jin yang kemudian disebut Iblis karena sangat taat, juga digolongkan kedalam golongan malaikat.

Bangsa Nisnas yang selamat dari serangan Azazil pun melarikan diri.

Mereka yang mempunyai wujud setengah manusia dan setengah ikan lari ke laut, dan hidup di palung yang sangat dalam. Sementara mereka yang mempunyai sayap terbang jauh ke luar bumi. Mungkin inilah yang belakangan disebut sebagai alien.

Mereka tidak melupakan tanah kelahiran mereka, yaitu bumi. Sesekali, mereka menghampiri bumi, karena nenek moyang mereka berasal dari bumi.

Ada kisah menyatakan bahawa sebahagian bangsa Nisnas ini telah berpindah ke planet-planet lain. Namun sesekali mereka mengunjungi bumi untuk menyebarkan pengetahuan yang mereka kuasai. Merekalah yang mengajarkan bangsa Mesir tulisan Hieroglyph, membuat Piramid dan ilmu-ilmu kedoktoran. Mereka jugalah dalang dibalik perang Mahabharata, Nazca Line, Peradaban Inca, Cristal Skull, Candi Prambanan, Vimanas dan kewujudan Teotihuacan. Mungkin objek aneh yang kita lihat di langit dikenali UFO itu adalah mereka.

Pada zaman dahulu mereka mendapat panggilan dewa. Kenderaan yang mereka naiki mengeluarkan api/cahaya yang sangat terang hasil 'teknologi', namun dianggap ajaib oleh manusia purba. Mustahil manusia biasa zaman purba dapat membangunkan sesuatu yang rumit seperti Piramid Mesir atau Candi-candi tanpa ada campur tangan dari makhluk lain yang mempunyai kemampuan sangat tinggi. Ini adalah salah satu contoh bahawa mereka masih ada dan ingin diketahui.

Artefak-artefak peninggalan bangsa ini juga ditemui beberapa lokasi antaranya Sweden dan Norwegia. Ramai pengkaji yang cuba merungkai misteri ini. Peninggalan bangsa ini terlalu banyak kekeliruan sehinggakan sukar untuk dipecahkan kaitannya dan akhirnya peneliti hanya dapat mengacaukan satu keyakinan iaitu berasaskan teori. Oleh kerana itu mereka berpendapat lebih baik perkara tersebut dibiarkan menjadi rahsia.

Doa Tolak Bala


Tak ada satu pun manusia yang tahu peristiwa apa bakal terjadi esok hari. Bisa saja ada musibah menghampiri. Sebab musibah bisa saja menjadi ujian bagi seorang mukmin untuk mengasah dan meningkatkan keimanan.

Tak ada seorang pun yang menginginkan dirinya ditimpa musibah atau bala. Anda, saya, begitu kita semua. Namun, yang namanya bala kadang bisa datang dan terjadi tanpa disangka-sangka.

Meski segala cara dilakukan, jika memang takdirnya harus terjadi, maka pasti akan terjadi. Hanya saja meski begitu kita tentu tetap dituntut untuk waspada dan lebih berhati-hati.

Dalam setiap kesempatan, ada baiknya kita juga memohon pada Sang Penentu Takdir untuk menjauhkan segala bala dan musibah yang akan menimpa kita dengan membaca doa tolak bala.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seperti diriwayatkan dalam Hadits Bukhari bersabda:

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِوَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ

"Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian." (HR. Bukhari)

Adapun lafal doanya adalah sebagai berikut:

 اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ الخَيْرِ وَأَبْوَابَ البَرَكَةِ وَأَبْوَابَ النِّعْمَةِ وَأَبْوَابَ الرِّزْقِ وَأَبْوَابَ القُوَّةِ وَأَبْوَابَ الصِّحَّةِ وَأَبْوَابَ السَّلَامَةِ وَأَبْوَابَ العَافِيَةِ وَأَبْوَابَ الجَنَّةِ اللَّهُمَّ عَافِنَا مِنْ كُلِّ بَلَاءِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ وَاصْرِفْ عَنَّا بِحَقِّ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَبِيِّكَ الكَرِيْمِ شَرَّ الدُّنْيَا وَعَذَابَ الآخِرَةِ،غَفَرَ اللهُ لَنَا وَلَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

Allaahummaftah lanaa abwaabal khair, wa abwabal barakah, wa abwaaban ni'mah, wa abwaabar rizqi, wa abwaabal quwwah, wa abwaabas shihhah, wa abwaabas salaamah, wa wa abwaabal 'aafiyah, wa abwaabal jannah. Allaahumma 'aafinaa min kulli balaa'id duniyaa wa 'adzaabil aakhirah, washrif 'annaa bi haqqil Qur'aanil 'adziim wa nabiiyikal kariim syarrad duniyaa wa 'adzaabal aakhirah. Ghafarallaahu lanaa wa lahum bi rahmatika yaa arhamar raahimiin. Subhaana rabbika rabbil 'izzati 'an maa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi rabbil 'aalamiin.

“Ya Allah, bukalah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu kenikmatan, pintu rezeki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu afiyah, dan pintu surga. Ya Allah, jauhkan kami dari semua ujian dunia dan siksa akhirat. Palingkan kami dari keburukan dunia dan siksa akhirat dengan hak Al-Qur’an yang agung dan derajat nabi-Mu yang pemurah. Semoga Allah mengampuni kami dan mereka. Wahai, zat yang maha pengasih. Maha suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga salam tercurah kepada para rasul. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,”

Doa yang lain

اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلَآءَ وَالْبَلَآءَ وَالْوَبَآءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالْمِحَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بَلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّى شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Allohummadfa’ ‘annalgholaa-a walbalaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a walmunkaro wassuyuufal mukhtalifata wassyadaa ida wal mihana maa dhoharo minha wamaa bathona min baladinaa hada khosotan wamin buldanil muslimiina ‘aamatan ‘aala kulli syai’in qodiirun.

Artinya :
"Ya Tuhan , hindarkanlah dari kami kekurangan pangan cobaan hidup penyakit-penyakit wabah , perbuatan-perbuatan keji dan munkar , ancaman-ancaman yang beraneka ragam paceklik-paceklik dan segala ujian , yang lahir maupun batin dari negeri kami ini pada khususnya dan dari seluruh negeri kaum muslimin pada umumnya , alasannya ialah sesungguhnya Engkau atas segala sesuatu ialah kuasa."

Sebelum membaca doa berikut ini, seseorang dianjurkan sebelumnya telah membaca Surat Al-Fatihah:

اللَّهُمَّ بِحَقِّ الفَاتِحَةِ وَسِرِّ الفَاتِحَةِ، يَا فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَمِّ، يَا مَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَمُ، وَيَا دَافِعَ البَلَاءِ يَا اللهُ يَا رَحْمَنُ، وَيَا دَافِعَ البَلَاءِ يَا اللهُ يَا رَحِيْمُ.

Artinya

“Ya Alloh, dengan hakikat dan rahasia Al Fatihah, wahai pemberi jalan keluar, wahai pembuka atas kegelisahan, waha Tuhan yang kepada hamba-Nya mengampuni dan menyayangi, wahai penolak bala ya Alloh wahai pengasih, wahai penolak bala ya Alloh wahai penyayang,”

Setelah membaca doa ini, seseorang dianjurkan untuk menutupnya dengan shalawat dan pujian singkat berikut ini:

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ و َصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامً عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَالحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

Artinya:

“Semoga Alloh memberi shalawat untuk Sayyidina Muhammad SAW, keluarga, dan semua sahabatnya. Maha suci Alloh dari segala apa yang mereka sifatkan. Salam Alloh untuk para rosul-Nya. Segala puji bagi Alloh tuhan semesta alam,”

Jaga Lisan Dan Hati-hati Saat Bicara



Bani Adam adalah makhluk yang lemah, serba kekurangan, dan menjadi tempat kesalahan. Demikianlah fakta yang akan dijumpai bila setiap orang jujur akan hakikat dirinya. Ia lemah dari segala sisi: tubuhnya, semangatnya, keinginannya, imannya, dan lemah kesabarannya. Dengan keadaan seperti ini, Allah ‘azza wa jalla dengan kemahabijaksanaan-Nya memberikan beban syariat sesuai dengan kesanggupannya.
Terkadang kelemahan ini menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat. Menzalimi diri sendiri, orang lain, bahkan menzalimi Allah ‘azza wa jalla. Keadaan demikian banyak terjadi pada manusia khususnya yang tidak mendapat hidayah dan rahmat dari Allah ‘azza wa jalla. Allah ‘azza wa jallaberfirman:

إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”(al-Ahzab: 72)

Banyak sekali faktor yang mendorong manusia untuk berbuat kesalahan atau kemaksiatan. Terkadang dorongan itu datang dari dalam diri sendiri dan terkadang dari luar. Berbahagialah orang yang mengerti kelemahan dirinya.
Salah satu bagian tubuh yang paling mudah menjerumuskan manusia ke dalam kemaksiatan adalah lisan. Sungguh betapa ringan lisan ini digerakkan untuk bermaksiat kepada Allah ‘azza wa jalla. Serta betapa berat untuk diajak berzikir kepada Allah ‘azza wa jalla.

Demikan hakikat lisan sebagaimana ucapan Abu Hatim rahimahullah, “Lisan memiliki peraba tersendiri yang tidak hanya digunakan untuk mengetahui asin atau tidaknya makanan dan minuman, panas dan dingin, atau manis dan pahit. Lisan sangat tanggap apabila telinga mendengar sebuah berita, baik atau buruk, benar atau salah. Sangat tanggap pula bila mata melihat suatu kejadian, baik atau buruk. Lisan dengan mudahnya bercerita dengan mengumbar apa saja yang menyentuhnya. Ingatlah, lidah itu tak bertulang.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Sahih, HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Namun bukan berarti engkau diam dari suatu kemungkaran dan diam untuk mengucapkan kebenaran. “Setan bisu”, itulah gelar dan panggilan seseorang yang diam dari kemungkaran dan tidak mau menyuarakan kebenaran.

Seringkali kali saat asik mengobrol tiba-tiba pembicaraan mengarah kepada pembicaraan tentang orang tertentu yang tidak hadir di majelis tersebut dengan mebicarakan kejelekannya dan sebagainya, dan tanpa disadari mereka semua telah menggunjingnya atau mengghibahnya.

Nabi menjelaskan definisi ghibah dalam sebuah haditsriwayat Muslim sebagai berikut:

أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Kemudian beliau bersabda : “Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci”. Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?” Beliau menjawab, “Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah menfitnah (mengucapkan suatu kedustaan)”. (HR. Muslim)

Hal ini juga telah dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu.

عَنْ حَمَّاد عَنْ إبْرَاهِيْمَ قَالَ : كَانَ اِبْنُ مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ : الْغِيْبَةُ أَنْ تَذْكُرَ مِنْ أَخِيْكَ مَا تَعْلَمُ فِيْهِ. وَإِذَا قُلْتَ مَا لَيْسَ فِيْهِ فَذَاكَ الْبُهْتَانُ

“Dari Hammad dari Ibrahim, dia berkata : Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata :”Ghibah adalah engkau menyebutkan apa yang kau ketahui pada saudaramu, dan jika engkau mengatakan apa yang tidak ada pada dirinya berarti itu adalah kedustaan”.

Imam Nawawi mengatakan, “Ghibah adalah ketika kamu membicarakan seseorang dengan sesuatu yang dia tidak menyukainya, baik itu ada pada badan, dunia, akhiratnya atau dengan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Baik itu dengan cara engkau melakukannya dengan menyebut, menulis, memberikan kode, atau dengan mengisyaratkan kepadanya dengan matamu atau tanganmu atau kepalamu.”

Masuk juga kedalam perbuatan ghibah meniru gaya bicara, atau cara jalan seseorang untuk merendahkan datau menertawakannya.

Keharaman Ghibah

Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an yang menunjukkan tentang haramnya ghibah.
Ghibah atau menggunjing adalah salah satu dosa besar yang Allah umpamakan dengan seseorang yang memakan daging saudaranya sendiri. Allah berfirman:

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat di atas menyatakan:

إنما ضرب الله هذا المثل للغيبه لأن أكل لحم الميت حرام مستقذر و كذا الغيبه حرام فى الدين و قبيح فى النفوس

Allah membuat perumpamaan ini untuk ghibah karena memakan daging bangkai itu haram dan menjijikkan. Begitu juga ghibah itu haram dalam agama dan buruk dalam jiwa. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi hlm 16/346).

Betapa jijiknya perihal menggunjing orang lain. Orang yang bernikmat-nikmat dengan menbicarakan kejelekan orang lain sama saja dengan bernikmat-nikmat dengan daging bangkainya.

Dari Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau bercierita:

قلت للنبي صلى الله عليه وسلم حسبك من صفية كذا وكذا قال غير مسدد تعني قصيرة. فقال: لقد قلت كلمة لو مزجت بماء البحر لمزجته. قالت: وحكيت له إنسانا. قال: ما أحب أني حكيت إنسانا وأن لي كذا وكذا.

“Aku pernah mengatakan pada Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam: “Cukuplah kalau Shafiyah ini begini dan begitu. Maksudnya berbadan pendek!” Maka beliau bersabda: “Sungguh dirimu telah mengucapkan sebuah kalimat yang sekiranya dihapus dengan air laut tidak akan sanggup menghapusnya”. Pernah juga aku menceritakan seseorang dihadapan beliau, lantas beliau berkata: “Aku tidak suka aku menceritakan tentang orang lain, dan pada diriku begini dan begitu.” (HR. Abu Dawud no. 4875 dan at-Tirmidzi no. 2520. Beliau berkata hasan shahih)

Imam Nawawi berkata dalam mengomentari hadits ini, “maksud ‘merubahnya’ adalah mencampurinya sehingga berubah rasa atau baunya karena saking busuk dan buruknya. Hadits ini adalah salah satu bentuk teguran yang paling keras atau bahkan ia adalah yang paling keras, dan saya tidak mengetahui hadits yang mencela perbuatan ghibah yang sampai seperti ini.”

Diantara hikmah di haramkannya ghibah adalah karena ia dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan. Ghibah juga dapat mencemarkan nama baik seseorang dan mengganggu kehormatannya.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallauh ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketika aku dinaikkan ke langit (dimi’rajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, Wahai Jibril, siapa mereka itu? Jibril menjawab, ‘Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka.” (HR. Abu daud No.4235)

Dalam riwayat yang lain :

قَالَ رَسُوْلُ الله : لَمَّا عُرِجَ بِيْ, مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَ صُدُوْرَهُمْ فَقُلْتُ : مَنْ هَؤُلآء يَا جِبْرِيْلُِ؟ قَالَ : هَؤُلآء الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسَ وَيَقَعُوْنَ فِيْ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya: ”Siapakah mereka ya Jibril?”. Jibril menjawab: ”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatan mereka”. 

Keharaman Mendengarkan Ghibah

Perbuatan ghibah tidak bisa jika pelaku hanya diri atau dengan kata lain seseorang tidak mungkin menggunjing jika tanpa partner. Oleh karena itu sebagaimana menggunjing orang lain haram, begitu juga mendengarkan gunjingan terhadap orang lain juga haram. Orang yang bernikmat-nikmat dengan mendengarkan ghibah sama dosanya dengan yang mengghibah.

Imam Nawawi berkata, “Ketahuilah bahwasanya sebagaimana hukum ghibah adalah haram, maka begitu juga haram mendengarkan dan menyetujuinya. Sehingga wajib bagi seseorang jika mendengar orang lain memulai ghibah untuk melarangnya jika ia tidak takut hal tersebut akan membahayakannya, jika ia takut akan membahayakannya maka wajib baginya untuk mengingkarinya dengan hatinya dan meninggalkan majelis tersebut jika ia dapat meninggalkannya, jika ia mampu mengingkarinya dengan lisannya, atau menghentika ghibah tersebut dengan menggantikannya dengan pembicaraan lain, maka harus ia lakukan, jika tidak ia berdosa.”

Renungan Sejenak

Betapa buruknya akibat yang didapatkan dari perbuatan ghibah. Berapa banyak persahabatan yang berakhir dengan permusuhan, berapa banyak tali silaturrahim antara keluarga terputus. Ghibah sangatlah merusak hubungan antara manusia.

Jika seseorang hendak mengghibah orang lain karena kekurangan jasmani yang Allah berikan kepadanya, maka ia harus ingat bahwa kekurangan yang ada pada orang tersebut adalah bukan kehendaknya dan ia tidak mungkin bisa merubahnya, sehingga jika ia mengejek atau menggunjing seseorang karena kekurangan pada fisiknya, maka secara tidak langsung ia telah mengejek Allah yang menciptakannya. Sama halnya dengan orang yang melihat suatu lukisan kemudian ia mengatakan bahwa lukisan tersebut jelek, maka yang ia cela sebenarnya bukanlah lukisan tersebut, namun orang yang melukislah yang ia cela karena ia tidak ahli dalam melukis.

Jika melihat kekurangan pada orang lain terdapat pada penampilannya yang kurang rapi, atau ia memiliki sifat yang kurang terpuji, alangkah baiknya jika kita bersikap jentel dan langsung menyampaikannya kepadanya dengan cara yang baik, dengan demikian kita akan mendapatkan pahala karena telah melaksanakan amar ma’ruf. Atau seandainya tidak ingin menasehatinya, maka lebih baik diam. Jangan sampai kita bersikap pengecut dengan menutup mulut dihadapannya namun dari belakang membicarakan kekurangannya kepada orang lain.

Setiap orang pastilah memiliki kekurangan, alangkah baiknya jika kita menyibukkan diri dengan mengintropeksi dan mencari kekurangan diri kita sendiri, kemudian berusaha untuk menutupi kekurangan tersebut. Daripada membicarakan kekurangan orang lain yang belum tentu kita lebih baik darinya.

Ulama salaf berkata:

إذا أراد الله بعبد خيرا بصره بعيوب نفسه

“Jika Allah ingin kebaikan terhadap seorang hamba, maka ia akan menampakkan kepada hamba tersebut aib-aib yang ada pada dirinya.”

Hati-hatilah jika anda suka duduk atau berkumpul dengan orang-orang senang membicarakan kejelekan orang lain, membahas aib dan kekurangan mereka, atau mencemari nama baik mereka, karena ketika anda tidak hadir di perkumpulan tersebut bisa jadi anda adalah orang berikutnya yang akan menjadi objek pembicaraan mereka!!

Kapan Boleh Mengghibah?

Al-Imam an-Nawawi rahimahullahberkata, “Ghibah dibolehkan dengan tujuan syariat yang tidak mungkin mencapai tujuan tersebut melainkan dengannya.”

Dibolehkan ghibah pada enam perkara:
1- Ketika terzalimi.
2- Meminta bantuan untuk menghilangkan kemungkaran.
3- Meminta fatwa.
4- Memperingatkan kaum muslimin dari sebuah kejahatan atau untuk menasihati mereka.
5- Ketika seseorang menampakkan kefasikannya.
6- Memanggil seseorang yang dia terkenal dengan nama itu.
(Riyadhus Shalihin, bab “Apa-apa yang Diperbolehkan untuk Ghibah”)

Alangkah lebih indahnya jika hidup bersosial dengan baik tanpa unsur mencari kesalahan orang lain demi panjat sosial. Sibuk dengan megoreksi kesalahan sendiri dan memperbaikinya  jauh lebih bijak daripada mencari kesalahan orang laindan menyebarkanya.

Bukannkah Allah akan membantu menutupi kesalahan dan ain seseorang ketika seseoramh tersebut mampu men utupi kesalahan dan aib saudaranya? Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi menyebutkan:

منْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِي الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya.”

Sholawat Syajaroh Syaikh Achmad Al-Badawi


Shalawat Nuraniyah atau Shalawat Badawi Kubra atau Shalawat Syajarah al-Ashl an-Nuraniyyah merupakan salah satu shalawat agung milik Quthb al-Aqthab Sayyidi Asy-Syaikh Al-Imam Ahmad Al-Badawi Radhiyallahu 'Anhu.

Syaikh Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi lahir di Kota Fes, Maroko pada tahun 596 H./1199 M adalah seorang imam sufi, wali kutub dan pendiri thariqah Al-Badawiyah. Beliau dijuluki Al-Badawi selalu menutup wajahnya seperti kebiasaan Arab Badui. Kakek beliau sebelumnya bermukim di Jazirah Arab. Kakek beliau datang di Fes Maroko akibat semakin brutalnya aksi Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi terhadap kalangan Alawiyin

Nasab Al-Badawi dari jalur ayah sampai kepada sayyidina Husein bin Ali, bin Fathimah Az-Az-Zahra' binti Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam. Berdasarkan kesepakatan ulama nasab, dan ahli sejarah, secara lengkap nasab beliau adalah Ahmad bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Ismail bin Umar bin Ali bin Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin Muhammad al-Jawwad bin Ali Ridlo bin Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib.

Sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi wafat di Thanta pada hari selasa 12 Rabiul Awal 675 H / 24 Agustus 1276 M, saat berusia 79 tahun. Dari tangannya muncul banyak wali-wali abdal dan kutub. Allahumansyur nafahatirridlwani alaih, wa amiddana bil asrarillati auda'taha ladaih. Amin

Berikut ini teks Shalawat Nuraniyyah selengkapnya:

أَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ الْاَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ وَلُمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ الْإِنْسَانِيَّةِ وَأَشْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجِسْمَانِيَّةِ وَمَعْدِنِ الْاَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ الْاِسْطِفَائِيَّةِ صَاحِبِ الْقَبْضَةِ وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ مَنْ أَنْدَرَجَتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَئِهِ فَهُمْ مِنْهُ وَإِلَيْهِ وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَمَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَاَمَتَّ وَاَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Allohumma sholli wasallim wabaarik ‘alaa sayyidinaa wamawlaanaa Muhammadin syajarotil ashlin nuuroo niyyati , walam ‘atil Qob dhotir rohmaaniyyati, Wa afdholil kholiqotil insaniyyah, Wa asyrofil shuurotil jasmaaniyyati wa ‘ma’ dinil asroorir robbaa niyyati wa khozaaa-inil ‘uluumil ishthifaa-iyyati, shoohibil Qobdhotil ashliyyati walbah jatis saniyyati warrutbatil ‘aliyyati manin darojatin nabiyyuuna tahta liwaa-ihi fahum minhu wa-ilayhi washolli wasallim wabaarik ‘alayhi wa ‘alaa aalihii wa shohbihii ‘adada maa kholaqta wa rozaqta wa amatta wa ahyayta ilaa yawmi tub ‘a tsu man afnayta wasallim tasliimaan ka tsiiroo walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Terjemahan Sholawat Badawiyah Kubro

“Ya Allaah limpahkanlah shalawat, kesejahteraan, dan keberkahan kepada penghulu dan pemimpin (Nabi) Muhammad; pohon asal cahaya; cahaya genggaman Sang Rahman; insan paling utama; gambaran jasmani yang paling mulia; sumber rahasia-rahasia ke-Tuhan-an; khazanah ilmu-ilmu pilihan; pemilik genggaman kealian; keelokan yang luhur; derajat yang tinggi, yang semua Nabi berteduh di bawah panjinya, maka (para Nabi) mereka bersumber darinya dan akan menuju padanya; dan (limpahkanlah) shalawat, kesejahteraan, dan keberkahan kepadanya dan (limpahkan pula) kepada keluarganya; sebanyak jumlah makhluk yang Engkau ciptakan; yang Engkau berikan rizki; yang Engkau matikan; yang Engkau hidupkan; (hingga ketika) hari (di mana) Engkau bangkitkan mereka yang Engkau matikan sebelumnya; dan (limpahkanlah) kesejahteraan sebanyak-banyaknya; dan segala puji hanya bagi Allaah, Tuhan semesta alam.”

Penjelasan dan Khasiat Shalawat Nuraniyyah

Dalam kitab Afdhalush Shalawat 'Alaa Sayyidis Saadaat karya ulama besar, Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani, dijelaskan mengenai keutamaan shalawat di atas, sebagai berikut:

أما الصلاة الأولى التي أولها اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا محمد شجرة الأصل النورانية ولمعة القبضة الرحمانية إلى آخرها. فقد قال سيدي أحمد الصاوي ذكر بعضهم أنها تقرأ عقب كل صلاة سبعاً وأن كل مائة منها بثلاثة وثلاثين من دلائل الخيرات

Artinya:

"Adapun shalawat yang pertama yang diawali dengan kalimat "Allahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaa sayyidina wa maulana Muhammad Syajaratil Ashlin Nuraniyyah wa lam'atil qabdhatir rahmaaniyyah dan seterusnya, maka mengenai shalawat ini Sayyidi as-Syaikh Ahmad Ash-Shawi telah mengatakan sebagai berikut, "Sebagian ulama telah menyebutkan bahwa shalawat ini dibaca sebanyak 7 x setiap kali selesai shalat, dan sesungguhnya setiap 100 x bacaan dari shalawat tersebut sebanding dengan 33 bacaan kitab shalawat Dalailul Khairat."

. وقال العلامة السيد أحمد بنزيني دحلان مفتي الشافعية بمكة المشرفة رحمه الله تعالى في مجموعة له ذكر فيها جملة صلوات على النبي صلى الله عليه وسلم وفوائدها ونبذة من التصوف ذكر كثير من العارفين أن الصلاة المنسوبة للقطب الكامل سيدي أحمد البدوي رضي الله عنه سبب لحصول كثير من الأنوار وانكشاف كثير من الأسرار 

Artinya:

"Al-'Allamah As-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, mufti Syafi'iyah di Makkah Musyarafah, rahimahullahu ta'ala,  di dalam ktab Majmu'ah-nya telah menyebutkan sejumlah shalawat kepada kanjeng nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan faidah-faidahnya, dan tulisan-tulisan yang membahas tentang tasawuf, menyatakan bahwa banyak di antara ulama ahli makrifat telah menegaskan bahwasanya shalawat yang dinisbatkan kepada al-Quthbil Kaamil Sayyidid As-Syaikh Ahmad al-Badawi Radhiyallahu 'Anhu merupakan sebab atau piranti untuk memperoleh banyak pencerahan dan tersingkapnya banyak asrar atau rahasia-rahasia ketuhanan."

 وهي من أعظم الأسباب للاتصال بالنبي صلى الله عليه وسلم في المنام واليقظة وهي سبب في وصول كثير إلى مرتبة القطبانية وفيها أسرار في تسهيل الرزق الظاهري وهو رزق الأشباح والباطني وهو رزق الأرواح أعني العلوم والمعارف وبها يحصل النصر على النفس والشيطان وسائر الأعداء ولها خواص كثيرة لا تعد ولا تحصى وذكروا أن قراءة ثلاث مرات منها بقراءة دلائل الخيرات

Artinya: "Shalawat Nuraniyah di atas merupakan di antara sekian shalawat yang bisa menjadi penyebab utama untuk berjumpa dengan kanjeng nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di dalam mimpi dan dalam keadaan sadar atau terjaga. Dan shalawat Nuraniyah ini menjadi sebab pula dalam kaitannya sebagai tangga yang telah dijadikan alat menapak orang-orang yang sampai pada derajat quthub. Dan di dalamnya terkandung asrar atau rahasia-rahasia untuk mempermudah rizki materi, rizki bathin, yaitu rizki spriitual, ilmu-ilmu dan makrifat yang dengan ilmu itu kita dapat mengalahkan nafsu, syaithan, dan seluruh musuh, dan shalawat Nuraniyah memiliki khasiat yang banyak sekali yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Sebagian ulama menyebutkan bahwasanya membaca shalawat Nuraniyah sebanyak 3 kali sama nilainya dengan membaca satu kali kitab Dalail al-Khairat."

وينبغي لقارئها أن يكون في وقت قراءتها مستحضراً لأنوار النبي صلى الله عليه وسلم وعظمته في قلبه وأنه السبب الأعظم في وصول كل خير والواسطة العظمى والنور الأعظم ولا يقرؤها الشخص إلا وهو متطهر فمن واظب على قراءتها بهذه الشروط كل يوم مائة مرة واستمر على ذلك أربعين يوماً مع الاستقامة يحصل له من الأنوار والخير ما لا يعلم قدره إلا الله تعالى ومن واظب على قراءتها كل يوم ثلاث مرات بعد صلاة الصبح وثلاثاً بعد المغرب يرى لها أسراراً كثيرة والله الموفق للصواب

Artinya:

"Seyogyanya bagi orang yang mengamalkannya mampu menghadirkan cahaya-cahaya dan keagungan kanjeng nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di dalam qalbunya, memikirkan bahwasanya beliau merupakan as-sabab al-a'dzam dalam mencapai setiap kebaikan sert perantara dan nur agung.  Dan janganlah membacanya kecuali dalam keadaan suci lahir batin. Barangsiapa yang mendawamkan atau mengistiqamahkan diri untuk mengamalkannya dengan menetapi persyaratan ini setiap hari sebanyak 100 kali dan ia lakukan selama 40 hari secara istiqamah terus-menerus, maka dengan izin Allah ia akan mendapakan cahaya-cahaya dan kebaikan-kebaikan yang ia sendiri tidak akan mampu mengetahui nilainya kecuali hanya Allah t'ala semata, dan barangsiapa yang bersedia senantiasa mengamalkannya secara istiqamah setiap hari sebanyak 3 kali setelah shalat subuh, dan 3 kali setelah shalat maghrib, maka ia akan melihat asrar atau rahasia-rahasia yang melimpah ruah. Wallaahul Muwafiq Lish Shawab." .

Catatan dan cara :
1.Untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan.
Puasa sunah 3 hari, dimulai hari selasa, rabu dan kamis. Selama puasa sholawat dibaca 21 kali setiap ba`da sholat. Ba`da puasa bacalah secara istiqomah 7 kali setiap ba`da sholat. Insya Allah apa yang dicita-citakan akan dapat diraih. ( Riwayat Salafush Sholih )

2.Untuk bertemu dengan Nabi Muhammad SAW
Sebagian ulama mengatakan : barang siapa setiap hari membaca sholawat ini secara istiqomah selama 40 hari maka akan datang padanya keajaiban Nur Allah SWT, dan kebaikan yang tak ada yang tahu ukurannya kecuali Allah SWT. Stelah itu dibaca terus setiap hari 3 kali ba`da shubuh dan maghrib.
( Riwayat Salafush Sholih )

3.Untuk mendapatkan Hajat.
Al-Mukarom KH. Hanifun Nusuk (Gus Nif), Pekalongan mengatakan bahwa sholawat ini mempunyai asror yang luar biasa dan keras. Untuk semua hajat, sebagai senjata pamungkas dari serangan dhahir dan bathin. Jika untuk mendapatkan hajat maka bacalah selama 3 hari ba`da shubuh setelah salam sebelum berkata-kata sebanyak 100 kali. Tidak diragukan lagi hajat itu akan terkabul. Bi idznillah Insya Allah
( Ijazah : KH.Hanifun Nusuk, Pekalongan )

4.Didawamkan rutin setiap ba’da maghrib 3x, Insya Allah tidak akan menghadapi cobaan yang menghinakan, seperti turun karier, jabatan dan derajatnya. ( Ijazah : Al-Maghfurlah KH.Kholil Bisri, Rembang )

5.Jika dibaca setiap mengakhiri bilangan seratus dari bacaan sholawat sebelumnya ( Sholawat Nurul Anwar), dalam jangka waktu 41 hari, apa yang dihajatkan misalnya kenaikan pangkat dan lain-lain akan terkabulkan dengan izin Allah .( Ijazah : Al-Maghfurlah KH.Kholil Bisri, Rembang )

6.Sebaiknya dibaca sekali setiap selesai sholat maghrib dan shubuh secara rutin, untuk memperoleh berkah dalam hidup. .( Ijazah : Al-Maghfurlah KH.Kholil Bisri, Rembang )

7.Atau bagi pembaca yang mengalami persoalan persoalan yang rumit/hajat besar seperti ingin menikah tapi belum ada biaya, pengen punya rumah atau apapun itu yang menurut pembaca sulit sekali untuk diraih, dicoba saja untuk membaca shalawat ini 500 kali dalam satu majlis dan dalam keadaan suci dari hadast.Niscaya hajatnya itu akan kesampaian ! .( Ijazah : Al-Maghfurlah KH.Kholil Bisri, Rembang )

8.Jika anda dirampok/kemalingan, pembaca bacakan sholawat ini 1111 kali, Insya Allah jika tidak dikembalikan maka perampok/maling itu akan mendapat malapetaka.
( Ijazah : KH.Ahmad Zainuri Rosyid, Kendal )

9.Bagi anda yang ingin membeli sesuatu misalnya sawah,tanah atau rumah orang lain, supaya dikasih harga murah.Sholawat ini diwiridkan 11 kali ba’da sholat fardhu.Insya Allah, anda akan diberi harga murah meriah. ( Ijazah : KH.Ahmad Zainuri Rosyid, Kendal )

10.Untuk mengusir perkumpulan maksiat didesa/kampung yang sering dipakai untuk minuman keras, judi atau apasaja yang haram, coba bacakan diair sebanyak 1000 kali setelah rampung air itu disiramkan ketempat biasa yang sering dipakai untuk berkumpul mereka yang maksiat.Insya Allah bubar.
( Ijazah : KH.Ahmad Zainuri Rosyid, Kendal )

11. Siapa yang membaca Sholawat Badawiyyah 3 x (Subuh & Maghrib), maka akan mendapatkan pahala seperti pahalanya membaca "Dalaailul Khairat" sampai khatam.

(Menurut hadrah al 'arif billah Al Habib Sayid "Ali ibn "Abdirrohman Al Habsyi dalam kitab Fadhilatus Shalawat). (Ijazah Mawlana al-Habib Luthfi bin Ali bin Yahya)

-BACALAH SHOLAWAT INI 1/3x TIAP USAI SHOLAT FARDU DAN DIBACA 7x TIAP MAU TIDUR.

- Para Arifbillah menganjurkan membaca Shalawat ini tiga kali setiap setelah sholat Subuh dan sholat Maghrib. Terutama para tokok thariqoh Syadziliyah dan Allawiyah

FADHILAH:

-Terhindar dari sihir dan dari segala kejahatan lahir dan batin.

-Kerezekian

-Mendapat cahaya batin dan terbuka beberapa rahasia yang ghoib.

Perhatian ! Sholawat ini besar sekali pengaruhnya, bukan sekedar biasa. Sebaiknya dijadikan wiridan rutin.

Sholawat ini juga dapat untuk melunturkan sihir/guna-guna dengan cara dibaca di air 41 kali kemudian diminumkan dan dimandikan kepada yang terkena sihir/guna-guna itu.

Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Imam Ahmad al-Badawiy yang al-Faqir miliki adalah:

احمد الحسني عن الشيخ العلامة المحدث عبد الله بن عبد القادر التليدي الطنجي الكرفطي المغربي وهو عن الحافظ أحمد بن محمد بن الصديق الغماري وهو عن العلامة عبد الباقي ابن علي اللكنوي عن فضل الرحمن بن أهل الله المرادبادي عن عبد العزيز بن أحمد بن عبد الرحيم الدهلوي عن أبيه عن أبي الطاهر ابن محمد بن ابراهيم بن حسن الكردي عن أبيه عن عبد الباقي الحنبلي عن عبد الرحمن بن يوسف البهوتي الحنبلي عن الامام عبد الوهاب بن احمد الشعراني عن الامام جلال الدين السيوطي عن عبد الرحمن بن أحمد بن عبد الحمن بن أحمد القمصي البارنباري القاهري الشافعي عن أبيه عن جده عن عبد العال عن سيدي الامام أحمد البدوي رضي الله عنه وقدس الله أسراره الشريفة .

Doa Dalam Menyembelih Hewan Untuk Aqiqoh


Aqiqah adalah sunnah Rasul yang didefinisikan sebagai penyembelihan hewan dalam rangka penebusan seorang anak. Sebab, sebagaimana sabda Nabi saw dalam hadits riwayat Abu Dawud nomor 1522, tubuh seorang anak itu tergadaikan sampai ia diaqiqahi:

الْغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ اْلسَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسَهُ وَيُسَمَّى

"Seorang anak tergadaikan dengan (tebusan) aqiqah yang disembelih untuknya di hari yang ke tujuh, dicukur rambut kepalanya dan diberi nama.” 

Hewan yang disembelih dalam Aqiqoh ialah dua ekor kambing bagi anak lelaki dan satu ekor kambing bagi anak perempuan. Kriteria tentang kambing yang bagaimana yang layak dijadikan sebagai aqiqoh sama dengan kambing yang layak untuk berkurban. 

Alat yang dipakai untuk menyembelih binatang aqiqah dan binatang lainnya umumnya berupa pisau, golok, dan parang. Bahkan di industri memakai alat potong yang lebih canggih, namun bentuknya tetap mirip pisau. Supaya kepingan yang disembelih tidak alot alasannya yaitu tumpulnya alat potong, maka dianjurkan untuk mengasah alat potong sampai tajam. Dengan hal demikian, akan mengurangi tindak aniaya ketika pemotongan. Berikut yaitu hadist shahihyang diriwayatkan oleh Muslim (13/1955-Nawawi), Ibnu Majah (3670), Abdurrazzaq (8603-8604) dan Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa (899).

Dari Syaddad bin Aus RA ia berkata, “Dua hal yang saya hafal dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia berkata:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَ

“Sesungguhnya Allah memerintahkan biar berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah binatang yang akan disembelih”

Usahakan binatang akan disembelih tidak melihat ketika pengasahan alat potong
Menyembelih binatang aqiqah dan binatang lainnya harus dengan pisau yang tajam. Hal tersebut untuk mengurangi rasa sakit yang terlalu lama. Ada 2 hadist shahih yang menjelaskan perihal perihal tidak dibolehkannya memperlihatkan pengasahan pisau kepada binatang yang akan disembelih. Hadist yang pertama diriwayatkan oleh Al-Baihaqi (9/280), Al-Hakim (3/233), Abdurrazzaq (8609).
Hadist ini dishahihkan oleh Al-Hakim. Selanjutnya juga disepakati oleh Adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. Pada isnad oleh Al-Baihaqi rijalnya tsiqat. Perawi yang berjulukan Abdullah bin Ja’far Al-Farisi yaitu tsiqah berdasarkan Adz-Dzahabi dalam As-Siyar : Imam Al-Alamah. Kemudian juga ditsiqahkan oleh Ibnu Mandah. Lafazh hadistnya yaitu sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu ia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamati seorang lelaki yang meletakkan kakinya di atas pipi (sisi) kambing dalam keadaan ia mengasah perangnya sedangkan kambing tersebut memandang kepadanya, maka ia mengatakan:
أَتُرِيْدُ أَنْ تَمِيْتَهَا مَوْتَات هَلاَ حَدَدْتَ شَفْرَتَكَ قَبْلَ أَنْ تَضْجَعَهَا

“Tidaklah diterima hal ini. Apakah engkau ingin benar-benar mematikannya. (dalam riwayat lain : Apakah engkau ingin mematikannya dengan beberapa kematian).”
Hadist yang kedua diriwayatkan oleh Abdurrazzaq (8606-8608). Sanad yang ada didalamnya ada kelemahan alasannya yaitu bercampurnya hafalan Shalih Maula At-Tauamah. Isinya yaitu jangan menajamkan alat potong di depan binatang yang disembelih. Berikut yaitu kutipan hadistnya:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata:
“Jika salah seorang dari kalian menajamkan parangnya maka janganlah ia menajamkannya dalam keadaan kambing yang akan disembelih melihatnya”
Menggiring binatang ke arah tempat pemotongan dengan baik
Sesudah berbuat baik terhadap binatang sembelihan dan mengasah pisau, selanjutnya binatang dibawa ke tempat penyembelihan dengan cara baik-baik. Mengenai hal ini ada dalil hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi (9/281), Abdurrazzaq (8605) dan isnadnya munqathi (terputus), alasannya yaitu Ibnu Sirin tidak bertemu dengan Umar, maka isnadnya dlaif. Namun demikian ada hadits lain yang menjelaskan keharusan bersikap baik (rahmah) pada hewan. Oleh alasannya yaitu itu, hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi tersebut maknanya shahih. Berikut yaitu kutipannya
Ibnu Sirin menyampaikan bahwa Umar Radhiyallahu anhu melihat seseorang menyeret kambing untuk disembelih kemudian ia memukulnya dengan pecut, maka Umar berkata dengan mencelanya:
“Giring binatang ini kepada maut dengan baik”
Jadi akhlak menyembelih binatang aqiqah dan binatang lain itu diatur terperinci dalam Islam, bukan hanya do’a menyembelih binatang aqiqoh saja. Rasulullah Muhammad yaitu nabi yang penyayang terhadap sesama makhluk.
Membaringkan binatang yang akan di potong dan menghadapkannya ke arah kiblat
Mengenai dalil menyembelih binatang aqiqah dan binatang lainnya dalam posisi terbaring berasal dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Beliau mendapati Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepada sahabatnya untuk dibawakan kibas (sejenis kambing). Kemudian Rasulullah mengambil kibas itu dan membaringkannya. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyembelihnya.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِى سَوَادٍ وَيَبْرُكُ فِى سَوَادٍ وَيَنْظُرُ فِى سَوَادٍ فَأُتِىَ بِهِ لِيُضَحِّىَ بِهِ فَقَالَ لَهَا « يَا عَائِشَةُ هَلُمِّى الْمُدْيَةَ ».ثُمَّ قَالَ « اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ ». فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ ثُمَّ قَالَ « بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ». ثُمَّ ضَحَّى بِهِ.

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meminta diambilkan seekor kambing kibasy. Beliau berjalan dan bangun serta melepas pandangannya di tengah orang banyak. Kemudian ia dibawakan seekor kambing kibasy untuk ia buat qurban. Beliau berkata kepada ‘Aisyah, “Wahai ‘Aisyah, bawakan kepadaku pisau“. Beliau melanjutkan, “Asahlah pisau itu dengan batu“. ‘Aisyah pun mengasahnya. Lalu ia membaringkan kambing itu, kemudian ia bersiap menyembelihnya, kemudian mengucapkan, “Bismillah. Ya Allah, terimalah qurban ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat Muhammad”. Kemudian ia menyembelihnya
Imam an Nawawi rahimahullah menyampaikan bahwa hadits tersebut di atas memperlihatkan keutamaan menyembelih binatang dalam posisi terbaring. Menyembelih binatang dalam posisi bangun atau berlutut yaitu tidak dianjurkan dan kurang tepat. Hal tersebut merupakan salah satu sikap ihsan terhadap binatang sembelihan.
Cara menyembelih binatang aqiqah dan lainnya dengan cara dibaringkan merupakan tawaran yang disepakati oleh jumhur ulama berdasarkan hadits-hadits yang ada. Oleh alasannya yaitu itu, sebaiknya setiap muslim yang menyembelih hewan, dianjurkan untuk mengikuti apa yang telah disepakati para ulama tersebut. Membaringkan binatang sembelihan binatang yang benar yaitu dengan posisi kiri binatang tersebut berada dibawah (menempel tanah atau lantai). Cara ini memudahkan orang yang akan menyembelih untuk mengambil pisau dengan asisten dan menahan kepala binatang dengan tangan kiri.
Setelah itu, penyembelih meletakkan kaki kirinya di leher sisi kanan binatang yang disembelih. Dalam hal ini ada dalil yang diriwayatkan Anas berikut:

ضَحَّى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ ، فَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا يُسَمِّى وَيُكَبِّرُ ، فَذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ .

“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berqurban dengan dua ekor kambing kibasy putih. Aku melihat ia menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu ia membaca basmalah dan takbir, kemudian ia menyembelih keduanya
Hewan yang disembelih miring dengan menghadap kiblat. Hal ini didasarkan pada sikap Umar bin Khattab yang diriwayatkan oleh Nafi’,

أَنَّ اِبْنَ عُمَرَ كَانَ يَكْرَهُ أَنْ يَأْكُلَ ذَبِيْحَةَ ذَبْحِهِ لِغَيْرِ القِبْلَةِ.

“Sesungguhnya Ibnu Umar tidak suka memakan daging binatang yang disembelih dengan tidak menghadap kiblat.”
Menurut Syaikh Abu Malik, menghadapkan binatang ke arah kiblat bukanlah syarat dalam penyembelihan hewan. Jika memang hal ini yaitu syarat, tentu Allah akan menjelaskannya. Mengarahkan binatang sembelihan ke arah kiblat hanyalah mustahab (dianjurkan).
Mengucapkan tasmiyah (basmalah) dan takbir
Ketika akan menyembelih disyari’atkan membaca “Bismillaahi wallaahu akbar”, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik. Untuk bacaan bismillah (tidak perlu ditambahi Ar Rahman dan Ar Rahiim) hukumnya wajib sebagaimana telah dijelaskan di muka. Adapun bacaan takbir – Allahu akbar – para ulama setuju jikalau aturan membaca takbir ketika menyembelih ini yaitu sunnah dan bukan wajib.
Memotong pada kepingan yang tepat
Maksud dari menyembelih yaitu memotong urat leher, kerongkongan, kanal pernafasan dan kanal darah sehingga binatang lebih cepat mati (meninggal). Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata : Penyembelihan dilakukan di sekitar kerongkongan dan labah. Labah yaitu lekuk yang ada di atas dada dan unta juga disembelih di tempat ini.
Disunnahkan saat menyembelih binatang untuk ‘aqiqoh dengan membaca:

بِسْمِ اللهِ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ ، هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلاَن

Bismillah Allahu Akbar Allaahumma minka wa laka, haadzihi ‘aqiiqotu fulaan (Dengan Nama Allah, Allah adalah Yang Terbesar, Ya Allah ini dariMu dan untukMu. Ini adalah aqiqoh fulaan)
Penyebutan ‘fulaan’ itu diganti dengan nama anak yang diaqiqohi tersebut.
Hal ini sesuai hadits yang diriwayatkan al-Baihaqy dalam as-Sunan al-Kubro dan Abu Ya’la dalam Musnadnya:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : يُعَقُّ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ ، وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ ، قَالَتْ عَائِشَةُ : فَعَقَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ شَاتَيْنِ شَاتَيْنِ يَوْمَ السَّابِعِ ، وَأَمَرَ أَنْ يُمَاطَ عَنْ رَأْسِهِ الأَذَى وَقَالَ : اذْبَحُوا عَلَى اسْمِهِ وَقُولُوا بِسْمِ اللهِ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ ، هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلاَنٍ

Dari Aisyah –radhiyallahu anha- beliau berkata: Anak laki-laki diaqiqohi dengan dua kambing yang setara. Dan anak perempuan satu kambing. Aisyah berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengaqiqohi al-Hasan dan al-Husain masing-masing dua kambing pada hari ketujuh (kelahiran). Beliau memerintahkan agar pada kepala anak itu dihilangkan kotoran. Dan beliau bersabda: Sembelihlah dengan (juga) menyebut nama (anak yang akan diaqiqahi). Ucapkan: Bismillah Allahu Akbar Allaahumma minka wa laka, haadzihi ‘aqiiqotu fulaan (Dengan Nama Allah, Allah adalah Yang Terbesar, Ya Allah ini dariMu dan untukMu. Ini adalah aqiqoh fulaan).
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnus Sakan dan dinyatakan sanadnya hasan oleh anNawawiy dalam al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab. Diriwayatkan juga oleh Ibnul Mundzir dan dinyatakan hasan.
Hal ini juga ditunjang oleh pendapat seorang Tabi’i Qotadah, yang menyatakan:

يُسَمِّى عَلَى الْعَقِيقَةِ كَمَا يُسَمِّى عَلَى الأُضْحِيَّةِ : بِسْمِ اللهِ ، عَقِيقَةُ فُلاَنٍ

Mengucapkan bismillah saat (akan menyembelih) aqiqoh sebagaimana mengucapkan bismillah pada binatang kurban, dengan mengucapkan: Bismillah, aqiqoh fulaan (riwayat Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih, para perawinya adalah rijal al-Bukhari dan Muslim)
Al-Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah juga menyebutkan pendapat ini adalah pendapat al-Imam Ahmad dalam Tuhfatul Mauduud fii Ahkaamil Mauluud:

ولهذا يستحب أن يقال عليها ما يقال على الأضحية قال أبو طالب سألت أبا عبد الله إذا أراد الرجل أن يعق كيف يقول قال يقول باسم الله ويذبح على النية كما يضحي بنيته يقول هذه عقيقة فلان بن فلان ولهذا يقول فيها اللهم منك ولك ويستحب فيها ما يستحب في الأضحية

Karena itu, disunnahkan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan pada saat penyembelihan kurban. Abu Tholib berkata: Aku bertanya Abu Abdillah (Ahmad bin Hanbal): Jika seorang ingin (menyembelih) aqiqoh, apa yang dibacanya? Beliau menjawab: Ia mengucapkan Bismillah dan menyembelih dengan (menyebut niat). Ia berkata: Ini adalah aqiqoh fulaan bin fulaan. Karena itu saat menyembelih itu ia mengucapkan: Allaahumma minka wa laka ( Ya Allah ini adalah dariMu dan untukMu). Disukai melakukan padanya (aqiqoh) sebagaimana disukai melakukannya pada penyembelihan binatang kurban (Tuhfatul Mauduud fii Ahkaamil Mauluud (1/70)).
Namun kalaupun seseorang hanya mengucapkan Bismillah saat menyembelih aqiqoh dan tidak melafadzkan niat bahwa aqiqoh ini dari anak tertentu, maka yang demikian tidak mengapa. Ibnul Mundzir menyatakan:

وإن نوى العقيقة ولم يتكلم به أجزأه إن شاء الله

Jika dia berniat aqiqoh dan tidak mengucapkannya maka yang demikian sudah cukup baginya InsyaAllah (Tuhfatul Mauduud fii Ahkaamil Mauluud (1/93)).
Catatan : hadits Aisyah di atas memiliki ‘illat karena mayoritas jalur periwayatan mengandung ‘an-anah dari Ibnu Juraij, hanya periwayatan dari Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang tidak. Ibnu Juraij, meski beliau adalah rijaal al-Bukhari dan Muslim namun beliau dikenal sebagai mudallis. Namun, riwayat ini insyaAllah bisa dikuatkan dengan riwayat yang shahih maqthu’ dari Qotadah. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan 2 jalur periwayatan dari Qotadah, yang salah satu sanadnya shahih. Syaikh al-Albany dalam kitab Qishshotul Masiihid Dajjaal (1/99) mengisyaratkan bahwa riwayat shahih maqthu’ dari Tabi’i hukumnya adalah marfu’ mursal.
Doa menyembelih binatang aqiqah sesuai sunnah sebaiknya diketahui oleh orang yang ditugaskan untuk memotong binatang tersebut, baik kambing ataupun domba. Dengan mempelajari ilmu sebelum beramal, maka seseorang mampu melaksanakan amal tersebut dengan benar tak terkecuali dengan tata cara menyembelih kambing aqiqah. Berikut ini aadalah teks bacaan doa ketika menyembelih kambing aqiqah atau domba aqiqah. Ini yaitu kumpulan doa untuk aqiqah anak dalam bahasa Arab dan latin beserta terjemahan dalam bahasa Indonesia.

بِسْمِ اللهِ وَبِاللهِ، اَللَّهُمَّ عَقِيْقَةٌ عَنْ فُلاَنِ بْنِ فُلاَن لَحْمُهَا بِلَحْمِهِ وَعَظْمُهَا بِعَظْمِهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا وِقَآءً لآلِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ وَآلِهِ السَّلاَمُ

Bismillâhi wa billâhi, Allâhumma `aqîqatun `an fulan bin fulan, lahmuhâ bilahmihi wa `azhmuhâ bi`azhmihi. Allâhummaj`alhâ wiqâan liâli Muhammadin `alayhi wa âlihis salâm.
Artinya:
Dengan nama Allah dan dengan Allah, aqiqah ini dari fulan bin fulan, dagingnya dengan dagingnya, tulangnya dengan tulangnya. Ya Allah, jadikan aqiqah ini sebagai tanda kesetiaan kepada keluarga Muhammad SAW
Doa aqiqah diatas yaitu bacaan doa aqiqah untuk anak pria atau bayi laki-laki. Untuk teks bacaan doa aqiqah anak wanita atau bayi perempuan, maka nama fulan bin fulan diganti dengan fulanah binti fulanah (nama anak tersebut).
Alternatif doanya adalah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَللّهُم‍َّ رَبِّىْ, هَذِهِ عَقِيْقَةُ … بِنْ…. دَمُهَا بِدَمِهِ وَلَحْمُهَا بِلَحْمِهِ وَعَظْمُهَا بِعَظْمِهِ وَجِلْدُهَا بِجِلْدِهِ وَشَعْرُهَا بِشَعْرِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا فِدَاءً لِ…بن….مِنَ النَّارِ

Bismillahirrokhmanirrokhiym. Allahumma Robbi Hadzihi ‘Aqyqotu…….bin….damuhaa bidamihi walakhmuhaa bilakhmihi wa-adhmuhaa biadhmihi wajilduhaa bijildihi wa-ssya’ruhaa bi-ssya’rihi Allahumma aj’alhaa fidaa an li………bin………..minannaar
Artinya: Ya Allah, wahai Tuhanku, binatang ini yaitu aqiqah untuk….bin… (sebutkan namanya), dimana darahnya (hewan) yaitu menebus darahnya (anak), dagingnya (hewan) untuk menebus dagingnya (anak), tulangnya (hewan) yaitu untuk menbus tulangnya (anak), kulitnya (hewan) yaitu untuk menebus kulitnya (anak) dan bulunya (hewan) untuk menebus rambutnya (anak). Ya Allah, hendaklah Engkau menyebabkan aqiqah ini sebagai tebusan untuk….bin…. (sebutkan namanya) dari neraka.
Dasar dari pelaksanaan tersebut yaitu hadist yang diriwayatkan Al-Baihaqi dan jago hadist lainnya:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم: عق عن الحسن والحسين شاتين يوم السابع وأمر أن يماط عن رأسه الأذى وقال اذبحوا على اسمه وقولوا بسم الله والله أكبر اللهم لك وإليك هذه عقيقة فلان

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaqiqahi Al-Hasan dan Al-Husain dengan dua ekor kambing pada hari ketujuh, dan diperintahkan biar rambut kepalanya dicukur. Lalu ia berkata, sembelihlah atas namanya, ucapkanlah, “Bismillah wallahu akbar. Allahumma laka wa ilaik. Hadzihi aqiqah fulan.” (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, ini milik-Mu dan untuk-Mu. Ini yaitu aqiqah untuk si fulan.”
Fulan disini bermakna anak biasanya laki-laki, untuk wanita disebut fulanah. Namun hadist di atas mampu diterapkan baik untuk bayi pria maupun perempuan.
Doa walimah al-‘Aqiqah

اللهم احْفَظْهُ مِنْ شَرِّالْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَأُمِّ الصِّبْيَانِ وَمِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَالْعِصْيَانِ وَاحْرِسْهُ بِحَضَانَتِكَ وَكَفَالَتِكَ الْمَحْمُوْدَةِ وَبِدَوَامِ عِنَايَتِكَ وَرِعَايَتِكَ أَلنَّافِذَةِ نُقَدِّمُ بِهَا عَلَى الْقِيَامِ بِمَا كَلَّفْتَنَا مِنْ حُقُوْقِ رُبُوْبِيَّتِكَ الْكَرِيْمَةِ نَدَبْتَنَا إِلَيْهِ فِيْمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَلْقِكَ مِنْ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَأَطْيَبُ مَا فَضَّلْتَنَا مِنَ الْأَرْزَاقِ اللهم اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَأَهْلِ الْخَيْرِ وَأَهْلِ الْقُرْآنِ وَلَا تَجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الشَّرِ وَالضَّيْرِ وَ الظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ

“Allâhummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni.”
“Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia. Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.”

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...