Minggu, 07 November 2021

Adakah Sholat Kafarot???



Shalat adalah kewajiban yang dibatasi waktunya
Allah berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

“Sesungguhnya shalat merupakan kewajiban bagi orang beriman yang telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa: 103).

Dalam shalat wajib, ada batas awal dan ada batas akhir. Orang yang mengerjakan shalat setelah batas akhir statusnya batal, sebagaimana orang yang mengerjakan shalat sebelum masuk waktu, juga batal.

Sehingga hukum asal shalat wajib harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan. Dan tidak boleh keluar dari hukum asal ini, kecuali karena ada sebab yang diizinkan oleh syariat, seperti alasan bolehnya menjamak shalat.
Alasan lain yang membolehkan seseorang shalat di luar waktu adalah ketika dia memiliki udzur di luar kesengajaannya. Seperti karena ketiduran atau kelupaan.

Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَسِيَ صَلَاةً، أَوْ نَامَ عَنْهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu shalat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR. Ahmad 11972 dan Muslim 1600).

Dan itulah satu-satunya kaffarah yang diizinkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia harus segera shalat ketika ingat atau ketika bangun. Selain cara itu, tidak ada kaffarah baginya.

Dalam riwayat lain, juga dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَسِىَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا ، لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ

“Siapa yang lupa shalat, maka dia harus shalat ketika ingat. Tidak ada kaffarah untuk menebusnya selain itu.” (HR. Bukhari 597 & Muslim 1598)

Kita bisa simak, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan,

لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ

“Tidak ada kaffarah untuk menebusnya selain itu.”

Artinya, tidak ada model kafarah lainnya. Sehingga kita bisa meyakini bahwa riwayat di atas 100% dusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dusta atas nama Abu Bakr dan Ali radhiyallahu ‘anhu.

Disebutkan dalam hadis yang lain bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan suatu perjalanan bersama para shahabat. Di malam harinya, mereka singgah di sebuah tempat untuk beristirahat. Namun mereka kesiangan dan yang pertama bangun adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sinar matahari.

Kemudian, beliau berwudhu dan beliau memerintahkan agar azan dikumandangkan. Lalu, beliau melaksanakan shalat qabliyah subuh, kemudian beliau perintahkan agar seseorang beriqamah, dan beliau melaksanakan shalat subuh berjemaah. Para sahabatpun saling berbisik, ‘Apa penebus untuk kesalahan yang kita lakukan karena telat shalat?’ Mendengar komentar mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِيَّ النَّوْمِ تَفْرِيطٌ، إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلَاةَ حَتَّى يَجِيءَ وَقْتُ الصَّلَاةَ الْأُخْرَى، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلْيُصَلِّهَا حِينَ يَنْتَبِهُ لَهَا

“Sesungguhnya ketiduran bukan termasuk menyia-nyiakan shalat. Yang disebut menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang menunda shalat, hingga masuk waktu shalat berikutnya. Siapa yang ketiduran hingga telat shalat maka hendaknya dia laksanakan ketika bangun…” (HR. Muslim 1594)
Jika Meninggalkan dengan Sengaja, tidak ada Kaffarahnya

Konsekuensi dari keterangan di atas, orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, tidak ada kaffarah baginya. Karena hakekatnya dia shalat di luar waktu. Sementara dia tidak memiliki udzur, karena dia lakukan secara sengaja.

Lalu bagaimana cara menebus kesalahan karena meninggalkan shalat dengan sengaja?

Cara menebusnya adalah dengan memperbanyak shalat sunah. Karena shalat sunah bisa menambal kekurangan dari shalat wajib yang dilakukan hamba ketika di hari hisab.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita proses hisab amal hamba,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ

Amal manusia pertama yang akan dihisab kelak di hari kiamat adalah shalat. Allah bertanya kepada para Malaikatnya – meskipun Dia paling tahu – “Perhatikan shalat hamba-Ku, apakah dia mengerjakannya dengan sempurna ataukah dia menguranginya?” Jika shalatnya sempurna, dicatat sempurna, dan jika ada yang kurang, Allah berfirman, “Perhatikan, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunah?.” jika dia punya  shalat sunah, Allah perintahkan, “Sempurnakan catatan shalat wajib hamba-Ku dengan shalat sunahnya.” (HR. Nasai 465, Abu Daud 864, Turmudzi 415, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Berdasarkan hadis ini, para ulama menganjurkan, bagi siapa saja yang meninggalkan shalat wajib, agar segera bertaubat dan perbanyak melakukan shalat sunah. Dengan harapan, shalat sunah yang dia kerjakan bisa menjadi penebus kesalahannya.

Syaikhul Islam mengatakan,

وتارك الصلاة عمدا لا يشرع له قضاؤها ، ولا تصح منه ، بل يكثر من التطوع ، وهو قول طائفة من السلف

“Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, tidak disyariatkan meng-qadhanya. Dan jika dilakukan, shalat qadhanya tidak sah. Namun yang dia lakukan adalah memperbanyak shalat sunah. Ini meruapakan pendapat sebagian ulama masa silam.” (Al-ikhtiyarot, hlm. 34).

Keterangan lain disampaikan Ibnu Hazm,

من تعمد ترك الصلاة حتى خرج وقتها فهذا لا يقدر على قضائها أبداً، فليكثر من فعل الخير وصلاة التطوع؛ ليُثَقِّل ميزانه يوم القيامة؛ وليَتُبْ وليستغفر الله عز وجل

“Siapa yang sengaja meninggalkan shalat sampai keluar waktunya, maka selama dia tidak bisa mengqadha’-nya. Hendaknya dia memperbanyak amal soleh dan shalat sunah, agar memperberat timbangannya keelah di hari kiamat. Dia harus bertaubat dan banyak istighfar.” (al-Muhalla, 2/279).

Shalat kafarat dilakukan sejumlah rakaat shalat fardlu. Lima kali waktu shalat—Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh—total 17 rakaat. Sebagian pihak setuju atas tradisi tersebut, sementara sebagian yang lain melarangnya. Shalat kafarat diniatkan untuk mengqadha shalat fardlu yang diragukan ditinggalkan atau yang tidak sah. Ada keterangan bahwa shalat kafarat ini dapat mengganti shalat yang ditinggalkan semasa hidupnya sampai 70 tahun dan dapat melengkapi kekurangan-kekurangan dalam shalat yang dilakukan disebabkan waswas atau lainnya.
Bagaimana hukum Islam memandang pelaksanaan shalat kafarat?

Terdapat diskusi panjang mengenai status hukum shalat kafarat. Mufti Hadlramaut Yaman, Syekh Fadl bin Abdurrahman mengumpulkan perbedaan pandangan para ulama dalam kitabnya, Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi Hukmi Shalat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf. 

Ulama berbeda pandangan tentang hukum melakukan shalat kafarat, antara yang membolehkan dan mengharamkannya.

Pandangan yang membolehkan di antaranya karena pertimbangan sebagi berikut:

Pertama, bertendensi pada pendapat al-Qadli Husain yang membolehkan mengqadha shalat fardlu yang diragukan ditinggalkan. Pendapat tersebut sebagaimana keterangan berikuti ini:

  فرع ) قال القاضي لو قضى فائتة على الشك فالمرجو من الله تعالى أن يجبر بها خللا في الفرائض أو يحسبها له نفلا وسمعت بعض أصحاب بني عاصم يقول : إنه قضى صلوات عمره كلها مرة ، وقد استأنف قضاءها ثانيا ا هـ قال الغزي وهي فائدة جليلة عزيزة عديمة النقل ا هـ إيعاب 

“Cabangan permasalahan: al-Qadli Husain berkata, bila seseorang mengqadha shalat fardlu yang ditinggalkan secara ragu, maka yang diharapkan dari Allah shalat tersebut dapat mengganti kecacatan dalam shalat fardlu atau paling tidak dianggap sebagai shalat sunah. Saya mendengar bahwa sebagian ashabnya Bani Ashim berkata, bahwa ia mengqadha seluruh shalat seumur hidupnya satu kali dan memulai mengqadhanya untuk kedua kalinya. Al-Ghuzzi mengatakan, ini adalah faidah yang agung, yang jarang sekali dikutip oleh ulama.” (Syekh Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal, juz.2, halaman 27)

Dalam redaksi yang lain disampaikan:

إن الشك في عبادة بدنية أو مالية يجوز تعليق نية قضائها إن كان عليه وإلا فتطوع

“Keraguan dalam ibadah badan atau harta, boleh menggantungkan niat qadhanya, bila betul ada tanggungan maka statusnya wajib, bila tidak, maka berstatus sunah.” (Syekh Fadl bin Abdurrahman al-Tarimi al-Hadlrami, Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi Hukmi Shalat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf, halaman 4)

Kedua, tidak ada orang yang meyakini keabsahan shalat yang baru saja ia kerjakan, terlebih shalat yang dulu-dulu.

Ketiga, larangan shalat kafarat dikarenakan ada kekhawatiran shalat tersebut cukup untuk mengganti shalat yang ditinggalkan selama setahun, ketika kekhawatiran tersebut hilang, maka hukum haram hilang.

Keempat, mengikuti amaliyyah para pembesar ulama dan para wali Allah yang ahli makrifat billah, di antaranya Sayyidi Syekh Fakr al-Wujud Abu Bakr bin Salim, Habib Ahmad bin Hasan al-Athas, al-Imam Ahmad bin Zain al-Habsyi dan banyak lainnya. Shalat tersebut rutin dilakukan dan diimbau oleh para pembesar ulama di Yaman. Bahkan di masjid Zabid Yaman shalat kafarat ini rutin dilakukan secara berjamaah.

Mengikuti amaliyyah para wali dan ulama ‘ârifin (ahli ma'rifat) tanpa diketahui dalil istinbathnya dari hadits Nabi, sudah cukup untuk menjadi hujjah membolehkan shalat kafarat ini. Syekh Abdul Wahhab al-Sya’rani dalam kitab Tanbih al-Mughtarrin, sebagaimana dikutip dalam Kasyf al-Khafa’ mengatakan:

ومن القوم إذا لم يجدوا لذلك العمل دليلا من سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم الثابتة في كتب الشريعة يتوجهون بقلوبهم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فإذا حضروا بين يديه سألوه عن ذلك وعملوا بما قاله لهم ولكن مثل هذا خاض بأكابر الرجال

“Di antara kaum, apabila mereka tidak memiliki dalil dari sunah Nabi yang ditetapkan dalam kitab syari’ah, mereka menghadap hatinya kepada Rasul, bila sudah berhadapan dengan Nabi, mereka bertanya kepada beliau dan mengamalkan apa yang dikatakan Nabi, akan tetapi yang demikian ini khusus untuk para pembesar sufi.” 

فإن قيل فهل لصاحب هذا المقال أن يأمر الناس بما أمره رسول الله صلى الله عليه وسلم بفعله وقوله؟ الجواب لا ينبغي له ذلك لأنه أمر زائد على السنة الصحيحة الثابتة من طريق النقل ومن أمر الناس بشيء زائد على ما ثبت من طريق النقل فقد كلف الناس شططا اللهم إلا أن يشاء أحد ذلك فلا حرج عليه كما هو شأن مقلدي المذاهب المستنبطة من الكتاب والسنة والله أعلم

“Bila ditanya, apakah sufi yang mendapat amaliyyah dari Nabi boleh memerintahkan orang lain sebagaimana Nabi memerintahkan kepadanya? Jawabannya, tidak sebaiknya hal tersebut dilakukan, sebab merupakan perkara tambahan atas sunah shahih, barang siapa memerintahkan manusia perkara yang melebihi sunah Nabi yang dicetuskan berdasarkan riwayat yang sahih, maka ia telah memberi beban kerancauan kepada mereka. Kecuali bila ada orang yang dengan sukarela mengikutinya, maka tidak ada masalah, sebagaimana keadaan para pengikut mazhab-mazhab yang bersumber dari al-Quran dan hadits.” (Syekh Fadl bin Abdurrahman al-Tarimi al-Hadlrami, Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi hukmi Shalat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf, halaman 43)

Syekh Abdurrahman bin Syekh Ahmad Bawazir sebagaimana dikutip dalam Kasyf al-Khafa mengatakan:

ولا شك أن العارف بالله فخر الوجود أبا بكر بن سالم ممن يقلد في الصلاة المذكورة لأن العارف لا يتقيد بمذهب كما في الإبريز للشيخ عبد العزيز الدباغ بل قال فيه إن مذهب الولي العارف بالله أقوى من المذاهب الأربعة. انتهى

“Tidak diragukan lagi bahwa al-Arif billah Fakr al-Wujud Syekh Abu Bakr bin Salim adalah termasuk tokoh yang mengikuti amaliyyah shalat kafarat/ baraah ini, sebab orang yang ahli makrifat tidak terikat dengan mazhab tertentu, seperti keterangan dalam kitab al-Ibriznya Syekh Abdul Aziz al-Dabbagh, bahkan beliau mengatakan, sesungguhnya mazhabnya wali yang al-Arif billah lebih kuat dibandingkan dengan mazhab empat.” (Syekh Fadl bin Abdurrahman al-Tarimi al-Hadlrami, Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi Hukmi Shalat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf, halaman 48)

Pandangan yang mengharamkan setidaknya karena berbagai pertimbangan berikut:

Pertama, tidak ada tuntunan yang jelas dari hadits Nabi atau kitab-kitab syari’ah, sehingga melakukannya tergolong isyra’u ma lam yusyra’(mensyariatkan ibadah yang tidak disyari’atkan) atau ta’athi bi ‘ibadatin fasidah (melakukan ibadah yang rusak).

Kedua, pengkhususan shalat kafarat pada akhir Jumat bulan Ramadhan tidak memiliki dasar yang jelas dalam syari’at.

Ketiga, terdapat keterangan sharih dari pakar fikih otoritatif mazhab Syafi’i, Syekh Ibnu Hajar al-Haitami sebagai berikut:

وأقبح من ذلك ما اعتيد في بعض البلاد من صلاة الخمس في هذه الجمعة عقب صلاتها زاعمين أنها تكفر صلوات العام أو العمر المتروكة وذلك حرام أو كفر لوجوه لا تخفى

“Yang lebih buruk dari itu adalah tradisi di sebagian daerah berupa shalat 5 waktu di jumat ini (jumat akhir Ramadhan) selepas menjalankan shalat jumat, mereka meyakini shalat tersebut dapat melebur dosa shalat-shalat yang ditinggalkan selama setahun atau bahkan semasa hidup, yang demikian ini adalah haram atau bahkan kufur karena beberapa sisi pandang yang tidak samar.” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz.2, halaman 457)

Mengomentari statemen di atas, Syekh al-Syarwani mengatakan:

قوله ( وذلك ) أي الزعم المذكور قوله ( لوجوه إلخ ) منها إسقاط القضاء وهو مخالف للمذاهب كلها كردي

“Ucapan Syekh Ibnu Hajar, yang demikian ini adalah haram atau bahkan kufur karena beberapa sisi pandang yang tidak samar, di antaranya adalah dapat menggugurkan kewajiban mengqadha shalat, hal ini menyalahi seluruh mazhab-mazhab.” (Syekh Abdul Hamid al-Syarwani, Hasyiyah al-Syarwani ‘ala al-Tuhfah, juz.2, halaman 457)

Keempat, hadits tentang shalat kafarat tidak dapat dibuat dalil, karena tidak memiliki sanad yang jelas.

Kesimpulan ikhtilaf mengenai hukum shalat kafarat terangkum dalam statemen Mufti Syekh Salim bin Said Bukair al-Hadlrami yang dikutip Kasyf al-Khafa’ sebagai berikut:

ما قولكم في صلاة الخمسة الفروض التي تصلى آخر جمعة من رمضان هل هي جائزة شرعا أم لا؟ وهل أحد نص عليها من العلماء وفعلها غير الشيخ أبو بكر وأولاده أفيدونا؟!
الجواب الحمد لله صلاة الفروض آخر جمعة من رمضان قضاء فوائت ليس على يقين منها، وتسمى صلاة البراءة، اختلف العلماء فيها، فقال بتحريمها جماعة كالشيخ ابن حجر وبامخرمة وغيرهما. وقال بجوازها كثير من علماء اليمن، وكانت تصلى بجامع زبيد كما قال الناشري، قال ولا يتركها إلا القليل انتهى. وهي محط رجال العلم وأئمة الفتوى وقد صلاها جماعة من الأئمة الورعين البارعين في علمي الظاهر والباطن كالفخر الشيخ أبي بكر بن سالم والإمام العلامة أحمد بن زين الحبشي والإمام الحبيب عمر بن زين بن سميط والحبيب العلامة أحمد بن محمد المحضار والعلامة الحبيب أحمد بن حسن العطاس والحبيب العلامة سالم بن حفيظ بن الشيخ بن أبي بكر بن سالم والحبيب العلامة عبد الله بن عبد الرحمن بن الشيخ أبي بكر بن سالم وغيرهم من علماء اليمن وحضر موت.

“Bagaimana pendapat anda tentang shalat lima waktu yang dilakukan di ahir Jumat Ramadhan, boleh atau tidak? Apakah ada salah seorang ulama yang membolehkannya dan mengamalkannya selain Syekh Abu Bakr bin Salim dan anak-anaknya?.

Jawaban, segala puji bagi Allah, shalat fardlu lima waktu di akhir Jumat bulan Ramadhan merupakan shalat untuk mengqadha shalat fardlu yang tidak diyakini ditinggalkan, shalat ini disebut dengan shalat bara’ah, ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Segolongan ulama seperti Syekh Ibnu Hajar, Syekh Bamakhramah dan lainnya mengharamkan. Dan mayoritas ulama Yaman membolehkannya, shalat ini dilakukan di masjid Jami’ Zabid seperti yang dikatakan imam al-Nasyiri, beliau mengatakan, tidak meninggalkan shalat ini kecuali segelintir orang. Shalat bara’ah ini adalah amaliyyah para tokoh ilmu dan imam-imam fatwa, shalat ini dilakukan oleh para imam yang wira’i, yang menonjol dalam ilmu zhahir dan batin, seperti al-Fakhr Syekh Abu Bakr bin Salim, al-‘Allamah Ahmad bin Zain al-Habsyi, Habib Umar bin Zain bin Smith, Habib Ahmad bin Muhammad al-Mihdlar dan ulama Hadlramaut yang lain.”

فقد أقامها كل من المذكورين في جهاتهم وبلدانهم وأمر بها وأقرها الإمام الحجة الحبيب عبد الرحمن بن عبد الله بلفقيه وهو الذي كان يلقبه الإمام الحبيب عبد الله الحداد بـ "علامة الدنيا"...إلى أن قال.... وكفى بهذا الإمام وبمن تقدم ذكرهم من أئمة الدين والعلماء الورعين حجة في جواز هذه الصلاة ، وإذا لم تقم بهم وبأمثالهم الحجة فيمن تقوم الحجة؟. 

“Mereka-mereka ini melakukan shalat bara’ah di daerah-daerahnya dan memerintahkan orang untuk melakukannya, kebolehan shalat ini juga diamini oleh Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih yang dijuluki oleh Habib Abdullah al-Haddad dengan “orang sangat alim di dunia.” Cukuplah imam ini dan imam-imam lain yang disebutkan sebelumnya dari para imam agama dan ulama yang wira’i, dijadikan sebagai hujjah kebolehan shalat bara’ah, bila tida bisa, lantas siapa lagi ulama yang bisa dijadikan hujjah?

وقد قال بجواز القضاء مع الشك القاضي حسين والغزي كما في الجمل على المنهج والإمام الغزالي في الإحياء وفي ذلك أعظم دليل وأقوى حجة لما قاله وعمله هؤلاء الأئمة بل لو لم يقل بجواز هذه الصلاة ويفعلها إلا الشيخ أبو بكر بن سالم قوله وفعله كما في الحجة فإنه من كبار العلماء وأئمة الدين

“Al-Qadli Husain dan al-Ghuzzi membolehkan shalat qadha beserta keraguan seperti dalam Hasyiyah al-Jamal dan al-Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’, ini adalah dalil dan hujjah terkuat dari apa yang dikatakan dan diamalkan imam-imam yang tersebut di atas. Bahkan, andai saja yang membolehkan dan melakukan shalat ini hanya Syekh Abu Bakr bin Salim, maka sudah cukup, sesungguhnya beliau tergolong pembesar ulama dan imam-imam agama.” (Syekh Fadl bin Abdurrahman al-Tarimi al-Hadlrami, Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi hukmi shalat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf, halaman 37)

Demikian penjelasan mengenai ikhtilaf ulama tentang shalat kafarat atau shalat bara’ah, semoga bisa saling menghargai atas perbedaan tersebut, karena keduanya sama-sama memiliki argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Yang perlu ditegaskan adalah, keyakinan bahwa shalat kafarat diyakini sebagai pengganti shalat fardlu yang ditinggalkan selama satu tahun, sama sekali tidak dibenarkan, sebab kewajiban bagi orang yang meninggalkan shalat, baik sengaja atau lupa, adalah mengqadhanya satu persatu, ulama tidak ikhtilaf dalam hal ini. Shalat kafarat dimaksudkan sebagai langkah antisipasi (ihtiyath) saja. 

Sholawat Wushtho Imam Ibnu 'Arobi


SHOLAWAT WUSTHO (TENGAH-TENGAH)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاللهِ الْعَــلِيِّ الْعَظِــيْمِ, لَا إلٰهَ إلَّا اللهُ أَسْأَلُكَ الْحَقَّ الْـمُبِــيْنِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِــيْنِ. رَبَّنَا أمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُوْلَ فَاكْـتُــبْنَا مَعَ الشَّاهِدِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَأَبَرَّ وَأكْرِمْ وَأَنْعِمْ عَلٰى الْعِزِّ الشَّامِــخِ وَالْـمَجْدِ الْبَازِخِ وَالنُّوْرِ الطَّامِحِ وَالْحَقِّ وَالْوَاضِحِ مِيْمِ الْـمَمْلَــكَةِ وَحَاءِ الرَّحْمَةِ وَمِيْمِ الْعِلْمِ وَدَالِ الدَّالَةِ وَأَلْفِ الذَّاتِ وَحَاءِ الرَّحْمَوَاتِ وَمِيْمِ الْـمَلَـــكُوْتِ وَدَالِ الدَّايَةِ وَجِيْمِ الْجَــبَرُوْتِ وَلَامِ اْلأَلْطَافِ الْخَفِيَّةِ وَرَاءِ الرَّأْفَةِ الْحَقِيَّةِ وَنُوْنِ الْـمِنَنِ وَعَيْنِ الْعِنَايَةِ وَكَافِ الْــكِفَايَةِ وَيَاءِ السِّيَادَةِ وَسِيْنِ السَّعَادَةِ وَقَافِ الْقُرْبَةِ وَطَاءِ السُّلْطَانَةِ وَرَاءِ الْعُرْوَةِ وَوَاوِ الْوُثْـــقٰى, وَصَادِ الْعِصْمَةِ وَعَلٰى آلِهِ جَوَاهِرِ عِلْمِهِ وَأَصْحَابِهِ مَنْ أصْبَحَ بِــهِمُ الدِّيْنِ فِى حِرْزِ حَرِيْزٍ. صَلَوَاتُـكَ الْـمُهَــيْمِنَةُ بِعَظَمَةِ جَلَالِكَ الْـمُشَرَّفَةِ الْـمُكَرَّمَةِ بِعَظِيْمِ نَوَالِكَ بِدَوَامِ مُلْــكِكَ لَا انْــتِــهَاءَ لَهَا سَامِــيَّةً بِسَمَوِّ رِفْعَــتِكَ لَا انْــقِضَاءَ لَهَا صَلَاةً تَفُوْقُ وَتَفْضُلُ وَتَلِيْقُ بِمَجْدِ كَرَمِكَ وَعَظْمِ فَضْلِكَ, أَنْتَ لَهَا أهْلٌ لَا يَــبْلُغُ كَـنْــهُهَا وَلَا يَقْدِرُ وَقَدَّرَهَا كَمَا يَنْبَغِى لِشَرَفِ نُبُوَّتِهِ وَعَظِيْمِ قَدْرِهِ وَكَمَا هُوَ لَهَا أهْلٌ, صَلاةً تَفْرُجُ عَنَّا هُمُوْمَ حَوَادِثِ اْلإخْتِــيَارِ وَتَمْحُوْ بِـهَا عَنَّا ذُنُوْبَ وَجَوِّدْنَا بِمَاءِ سَمَاءِ الْقُرْبَةِ حَيْثُ لَا حَيْثُ وَلَا بَـــيْنَ وَلَا أَيْنَ وَلَا كَيْفَ وَلَا جِهَّةَ وَلَا قَرَارٍ, وَتُغِيْــبَنَا بِمَا فِى غِيَاهِبِهِ غُيُوْبَ أنْوَارِ أَحَدِيَّــتِكَ فَلَا نَشْعُرُ تَعَاقَبَ اللَّيْلِ وَالنَّــهَارِ, وَتَحْوِلْنَا بِـهَا سِمَاحَ رِيَاحٍ فُتُوْحَ حَقَائِـــقٍ بَدِيْعَ جَمَالٍ نَبِـــيِّكَ مُحَمَّدٍ نِالْـمُخْتَارِ وَتُخْفِنَا بِـهَا أسْرَارَ أنْوَارِ زَيْنُوْنِـــيَّــتِكَ فىِ مِشْكَةِ الزُّجَاجَةِ الْـمُحَمَّدِيَّـةِ, فَتَضَاعَفَ أنْوَارُنَا بِلَا امْــتِرَاءٍ وَلَا حَدٍّ وَلَا انْحِصَارٍ.
 (يَارَبِّ يَااللهُ 3×) (يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ 3×) يَاذَاالْجَلَالِ وَاْلإكْرَامِ (يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِـــيْنَ 3×) نَسْأَلُكَ بِدَقَائِــقِ مَعَانِىَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ الْـمُتَلَاطِمَةِ أمْوَاجِهَا فِى بَحْرِ بَاطِنِ خَزَائِنِ عِلْمِكَ الْـمَخْزُوْنِ, وَبِـــآيَــآتِــهِ اَلبَــيِّنَاتِ الزَّاهِرَاتِ الْبَاهِرَاتِ عَلٰى مَظْهَرِ إنْسَانِ عَيْنِ سِرِّكَ الْـمَحْصُوْنِ أنْ تَذْهَبَ عَنَّا ظُلَامَ الْفَقْدِ بِنُوْرِ أنْسِ الْـمَجْدِ وَأَنْ تَــكْسُوْنَ مِنْ حُلُلِ صِفَاتِ كَمَالِ سَيِّـدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ  نُوْرَ الْجَلَالَةِ, وَأَنْ تَسْقِــيْنَا مِنْ كَوْثَرِ مَعْرِفَــتِهِ رَحِيْقِ تَسْلِيْمِ تَسْنِيْمِ شَرَابِ الرِّسَالَةِ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى الْجُوْدِ اْلأَكْرَمِ وَالنُّوْرِ اْلأفْخَمِ وَالْعِزِّ اْلأعْظَمِ وَالْـمَبْعُوْثِ بِالْقَيْلِ اْلأقْوَامِ وَمِنَّةِ اللهِ عَلٰى كُلِّ فَصِيْحٍ وَأَعْجَمٍ, سَيِّـدِنَا وَنَبِــيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ قُطْبُ رَحَـى النَّبِيِّــيْنَ وَنُقْطَةِ دَائِرَةِ الْـمُرْسَلِــيْنَ الْـمُخَاطَبُ فِى الْكِــتَابِ الْـمَكْنُوْنِ ﴿مَا أنْتَ بِنِعْمَة رَبِّكَ بِمَجْنُوْنٍ. وَإنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ, القلم : 2-3 ﴾ الْـمَوْصُوْفُ بِقَوْلِكَ الْكَرِيْمِ وَإِنَّـكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِالنُّوْرِ اْلأوَّلِ وَالسِّرِ اْلأنْزَهِ اْلأقْوَالِ اْلأكْمَلِ عَيْنِ الرَّحْمَةِ الرَّبَانِيَّةِ وَبَهْجَةِ اْلإخْتِرَاعَاتِ اْلأكْوَانِــيَّةِ وَصَاحِبِ الْـمِلَّةِ اْلإسْلَامِيَّةِ وَالْحَقَائِقِ الْعَلَانِــيَّةِ نُوْرِ كُلِّ شَيْئٍ وَهَدَاهُ وَسِرِّ كُلِّ سِرٍّ وَسَنَاهُ, مَنْ فَتَحْتَ بِهِ خَزَائِنَ الْحِكْمَةَ وَالرَّحْمَوٰتِ وَمَنَحْتَ بِظُهُوْرِهِ أنْوَارِ الْـمُلْكِ وَالْـمَلَــكُوْتِ قُطْبُ دَائِرَةِ الْكَمَالِ وَطُوْرُ تَجَالِيَّةِ الْجَلَالِ وَياقُوْتَةِ تَاجِ الْـمَحَاسِنِ اْلجَمَالِ إنْسَانِ عَيْنِ الْـمَظَاهِرِ اْلإلٰهِيَّةِ وَلَطِيْفَةِ تُرُوْحَاتِ الْحَضْرَةِ الْقُدْسِيَّةِ مَدَدِ اْلأمْدَادِ وَجَوَادِ الْجُوْدِ وَوَاحِدِ الآحَدِ وِسِرِّ الْوُجُوْدِ وَاسِطَةِ عَقْدِ السُّلُوْكِ وَشَرَفِ اْلأمْـــلَاكِ وَالْـمُلُوْكِ بَدْرِ الْـمَعَارِفِ فِى سَمٰوٰاتِ الدَّقَائِــقِ وَشَمْسِ الْعَوَارِفِ فِى عُرُوْشِ الْحَقَائِــقِ بَابِكَ اْلأعْظَمِ وَصِرَاطِكَ الْـمُسْتَقِيْمِ اْلأقْوَامِ وَبَرْقِ اللَّامِعِ وَنُوْرِكَ السَّاطِعِ وَمَعْنَاكَ الَّذِى هُوَ فِى كُلِّ قَلْبٍ سَلِيْمٍ طَالِعٍ وَسِرِّكَ الْـمُنَــزَّهِ السَّارِى فِى جُزْئِــيَّاتِ الْعَالَمِ وَكُـلِّيَاتِهِ عُلْوِيَاتِهِ وَسُفْلِيَاتِهِ مِنْ جَوْهَرٍ وَعَرْضٍ وَوَسَائِطٍ وَبِسَاطٍ غَيْبِ أسْرَارِ الذَّاتِ وَمَشْرِقِ أنْوَارِ الصِّفَاتِ وَمَظْهَرِ التَّـــجَلِيَّاتِ بِأَنْوَارِهِ السَّبَحَاتِ مِنْ سَنَاءِ السُّرَادِقَاتِ بِأرْوَاحِ التَّرْوِيْحَاتِ, الْـمُصَلَّى فِى مَحَارِبِهِ جَمِيْعَ الْجَمْعِ بِأَحْمَدَ. وَالْقَارِىُ بِفُرْقَانٍ بِمُحَمَّدٍ, وَالْقَائِمُ فِى الْـمُلْكِ بِشَرْعِهِ وَجَلَالِهِ, وَالرَّاحِمُ فِى الْـمَلَــكُوْتِ بِرَحْمَتِهش وَجَمَالِهِ, عَيْنُ غَيْبِكَ الْكَامِلَةِ وَخَلِيْفَتِكَ عَلٰى ْالإطْلَاقِ فِى مَمْلَــكَـتِكَ الشَّامِلَةِ.
صَلِّ اللّٰهُمَّ عَلَيْهِ صَلَاةً تُعَرِّفُنِى بِـهَا إيَّاهُ فِى مُرَاتَبِهِ وَعَوَالِـِمِه وَمَوَاطِنِهِ وَمُعَالِـِمِه حَتَّى أشْهَدَهُ بِعَيْنِ الْعِيَانِ لَا بِالدَّلِيْلِ وَالْبُرْهَانِ. وَأَعْرِفُهُ بِالتَّحْقِيْقِ فِى كُلِّ مَوْطِنٍ وَطرِيْقٍ, وَأَرٰى سُرْيَانَ سِرِّهِ فِى اْلأكْوَانِ, وَمَعْنَاهُ الْــمَشْرِقُ فِى مَجَالِيَّةِ الْحَسَانِ,  وَاجْعَلِ اللّٰهُمَّ مُوْرِدِىْ شَمْسِ حَقِيْقَتِهِ وَمِنْ نُوْرِ بَدْرِ  شَرِيْعَتِهِ, حَتَّى أَسْتَضِيْئَ فِى كُلِّ جَهْلِى بِأَنْوَارِ حَقَائِـقِ مَعَارِفِهِ, وَآنِسْنِى فِى غُرْبَةِ مَسْرَاىَ بَـــإيْنَاسِ لَطَائِفِهِ, وَاحْمِلْنِى إِلٰى حَضْرَتِهِ اْلأقْدَسِيَّةِ اْلأحْمَدِيَّةِ, عَلٰى كَاهِلِ الشَّرِيْعَةِ الـْمُحَمَّدِيَّةِ وَعُمْرٍ أوْطَارٍ نَقْصِى بِأطْوَارٍ, وَالْبِسْنِى مِنْ خَلْعِ جَلَالِهِ وَجَمَالِهِ, وَافْرِدْنِى فِى حُبِّهِ كَمَا أَفْرَدْتُهُ فِى حُسْنِهِ وَإحْسَانِهِ, وَاخْصُصْنِى بِخَصَائِصَ قُرْبِهِ وَامْتِنَانِهِ, حَتَّى أكُوْنَ وَارِثًا لَهُ بِهِ لَدَيْهِ, وَنَاظِرًا مِنْهُ إِلَيْهِ, وَجَامِعًا لَهُ بِهِ عَلَيْهِ.
اَللّٰهُمَّ وَصَلِّ عَلَيْهِ صَلَاتَكَ اْلأَزَلِيَّةَ اْلأحَدِيَّةَ فِى مَظَاهِرِكَ اْلأبَدِيَّةِ الْوَاحِدِيَّةِ, مِمَّا تُوَحِّدُ تَجَلِّيْكَ وَتُــكَاثِرُ فِى الْفَرْدِ الْعَدَدِ, وَأشْرَقَتْ أنْوَارُ الصِّفَاتِ بِتَوَالِى الْـمَدَدِ, وَاتَّسَعَتْ رُبُوْبِــيَّةُ الْحَكِيْمِ وَتَقَدَّسَتْ سُبُحَاتُ الْعِلْمِ بِتَسْبِيْحَاتِ التَّمْجِيْدِ وَالتَّــكْرِيْمِ, بِلِسَانِ الْعَدَمِ فِى أَزَلِ اْلأزَالِ وَتَقَدَّسَ اْلوَاحِدُ بِصِفَاتِى الْجَلَالِ وَالْجَمَالِ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ سَلَامَ الْفَرْدَانِـــيَّةِ مَا تَعَدَّدَتْ مَرَاتِبُ الْعَدَدِيَّةِ فِى وَحْدَةِ الْـمُرَاقِى دَرَجَاتِهِ الْعُلُوْيَّةِ فىِ مَقَامَاتِ الْعبُوُدِيَّةِ بِتَوَالِى شُهُوْدِ الرَّحْمَةِ الذَّاتِيَّةِ, وَانْدَرَج اْلأنْوَارُ الصِّفَاتِـــيَّةِ, فىِ الـْمَجَالَّاتِ اْلأْطْوَارِيَّةِ وَالْـمَطَارَاتِ الْــمُلْـــكِيَّةِ, وَسَجَدَتْ لَهُ اْلأرْوَاحُ االرُّوْحَانِــيَّةِ فِى مَحَارِبِ اْلآدَمِيَّةِ فِى جَمِيْعِ حَيْطَةِ الْـمُحِيْطَةِ اْلأَحَدِيَّةِ بِأنْوَارِ السُّبُوْحِيَّةِ الْكَاتِـــبَةِ الْـمَعْنَوِيَّة فِى ْالأَلْوَاحِ الشُّهُوْدِيَّةِ بِاْلأسْرَارِ الْخَفِيَّةِ عَنِ اْلإدْرَاكَاتِ الْبَشَرِيَّةِ,
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ صَلَاةً وَسَلَامًا مَا يَتَقَدَّسُ فِيْـهِمَا عَنْ عَوَارِضِ اْلإمْـكَانِ لِوُجُوْدِ اتِّصَافِهِ بِالْكَمَالَاتِ, وَعُمُوْمِ عِصْمَتِهِ فِى جَمِيْعِ الْخَطَرَاتِ, مَا تَنَــزَّهَ شَامِخُ عِزِّهِ عَنِ النُّقْصِ وَالسُّلُوْبِ, وَثَبَتَ رَاسِخُ مَجْدِهِ بِالذَّاتِ وَالْوُجُوْبِ, وَارْضَ عَنْ أصْحَابِهِ أَئِمَّةِ اْلهُدٰى لِـمَنِ اهْتَدٰى, وَنُجُوْمُ اْلإقْتِدَاءِ لِـمَنِ اقْتَدٰى مَا تَعَاقَبَتْ أدْوَارُ اْلأنْوَارِ وَأَشْرَقَتْ أنْوَارُ اْلأسْرَارِ بِاْلأَسْرَارِ , وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَـمِــيْنَ.       

مجموعة أحزاب وأوراد, لشيخ الأكبر محي الدين محمد بن عربلتى الحاتمى
( صحيفة : 39-42)

Istiqomah Dalam Muroqobah


Sedikit tentang pentingnya istiqomah dalam muraqabah.


Pertama kali saat kita sedang membaca sholawat berulang-ulang, terkadang kepala ini terasa pusing berat, kenapa demikian? karena otak sadar diajak wisata ke satu dunia dengan fenomena yang sama sekali tidak dimengerti oleh otak kita. Itu artinya kita sedang menuju ke dunia tertentu, yakni Muraqabah.

Kemudian pada hari-hari berikutnya rasa pusing itu berangsur-angsur hilang. Terkadang jika bermunajatnya dalam intensitas lebih, badan bisa meriang dan tidak jelas jenis penyakitnya.

Ada juga saat selesai bermujahadah reaksi kita berubah bukan ketenteraman yang kita dapatkan namun haluan hati ini menjadi dongkol, jengkel, ingin ngamuk dan sebagainya. Lalu siapa yang bisa menaklukkan perasaan semacam ini? tetap tabah dan istiqopmah lah yang mampu menggedor pintu tebal yang berlapis daya adikodrati itu.

Memang dari sananya disetting demikian dan sangat sulit untuk ditembus. kalau pintu kegaiban atau dimensi X itu mudah ditembus ya gawat. Bisa-bisa banyak kematian disana-sini hanya gara-gara kesurupan, hanya gara-gara kerasukan jin dan lain sebagainya.

Tak perlu marah, tak perlu dongkol,  Karena oleh Allah dimensi tersebut dibuat seperti itu kok, enjoy saja lah saat bermunajat sukma.

Gelap, itu adalah zona dimana tidak ada satu cahayapun yang menerangi dinding-dinding kita. KIra-kira butuh 15-20 menit (tergantung jiwa masing-masing) lagi akan muncul seberkas cahaya, bisa berupa lorong goa yang panjang dan ada seberkas cahaya didalamnya dan sebagainya.

Maka, untuk memasuki dimensi X masuklah ke lorong cahaya tersebut, lorong goa itu aman untuk kita masuki tanpa adanya efek apapun. Karena itu adalah gerbang energi, dan dari situlah suatu maqom (kedudukan) seseorang dengan cahaya terang berbinar. cahaya didalam lorong itulah keadaan nyata kita saat ini.

Begitulah Ayat-ayat / tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan kepada ahli dzikir sesuai ayat "Tanyakan kepada ahli dzikir, jika kamu tidak mengetahuinya" karena ahli dzikir dapat mengetahui atau bahkan melihat kedudukan atau problem seseorang. Ini bukan karena hasil kerja khodam ataupun perewangan, cahaya itu muncul atas kehendak Allah yang ditunjukkan kepada orang-orang yang mau berdzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya. Begitulah cara Allah menghidupi dan memelihara hamba-hamba-Nya.

Lihatlah...! para supranaturalis yang menuju lorong cahaya secara tidak sadar menggunakan Antem Kromo dan Pujamantra tertentu, itu sama saja ajian itu mengebor jiwa kita, ya bobol jadinya dan alam bawah sadar pun jebol. Sehingga walaupun dia tidak menggunakan konsentrasi atau pujamantra dia b isa nembus dimensi X.

Nah... biasanya bagi pengamal model ilmu tembus / ilmu terawangan semacam ini baru terkena letupan energi sedikit saja bisa muntah darah dan terkadang bisa majnun (gila) atau mati. Makanya, demi keamanan, mereka menggunakan perewangan (dalam bahasa arab disebut Khodam). Itu artinya sama juga kita keluar dari mulut buaya masuk di mulut komodo hahahahaha.....

jadi, saat kita bermunajat, harus tetap tabah, dan istiqomah, itulah inti dari muraqabah hingga kita benar-benar bisa nembus maqom / kedudukan kita.

Sholawat Mishbahudz-Dzolam


Sholawat Misbahudz-dzolam yang artinya “sholawat cahaya kegelapan”  Syekh Nuruddin As-Syaawani dalam kitab Afdholus Sholawat 'ala nabi karya Syekh Yusuf An-Nabhani ra. Berikut bacaan sholawanya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ, وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهِيْمَ, فِى الْعَالَـمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَا نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَدَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ beserta keluarganya, seperti sholawat kesejahteraan yang telah Engkau berikan kepada  nabi Ibrahim ﷺbeserta keluarganya. Limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad ﷺ  beserta keluarganya seperti keberkahan yang telah Engkau limpahkan kepada Nabi Ibrahim ﷺ, Sesungguhnya Engkaulah Dzat yang maha terpuji lagi Maha Mulia. Limpahan kesejahteraan dan keberkahan sebanyak makhluk-Mu, sebanyak Ridlo-Mu, sebanyak perhiasan (keindahan) Arasy-Mu, sebanyak kalimat-kalimat-Mu, seperti (sebanyak) orang-orang yang mengingat dan berdzikir kepada-Mu, dan sebanyak orang-orang yang lupa mengingat-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَى أَفْضَلِ مَخْلُوْقَاتِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسِلِّمْ, عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَدَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

Ya Alah, limpahkanlah sebaik-baiknya kesejahteraan kepada Nsebaik-baiknya makhluk-Mu, junjungan kami Nabi Muhammad ﷺbeserta keluarga dan para sahabtanya dengan keselamatan yang nyata, sebanyak bilangan ilmu-Mu dan sebanyak kalimat-kalimat-Mum, sebanyak orang-orang yang mengingat-Mu dan sebanyak orang-orang yang lupa berdzikir kepada-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ, عَدَدَ مَا فِى السَّمَوَاتِ وَمَا فِى اْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا, وَأَجْرِ لُطْفَكَ فِى أُمُوْرِنَا وَالْـمُسْلِمِيْنَ أَجْمَعِيْنَ, يَارَبَّ الْعَالَـمِيْنَ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan da keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ sebagai hamba-Mu, utusan-Mu, nabi-Mu, seorang Nabi yang ummy beserta keluarga dan para sahabatnya. Sebanyak apa-apa yang ada di lamngit dan apa-apa yang di bumi dan diantara keduanya. Dasn limpahkanlah kelembutan-Mu terhadap urusan kami dan urusan orang-orang muslim semuanya. Duhai Tuhan sekalian alam. 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ عَدَدَ مَا كَانَ وَعَدَدَ مَا يَكُوْنُ وَعَدَدَ مَا هُوَ كَائِنٌ فِى عِلْمِ اللهِ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ beserta keluarga dan para sahabatnya sebanyak apa-apa yang sudah ada dan apa-apa yang belum ada, sebanyak apa-apa yang nyata di dalam ilmu-Nya Allah.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلأَرْوَاحِ. وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى جَسَدِهِ فِى اْلأَجْسَادِ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى قَبْرِهِ فِى الْقُبُوْرِ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى اسْمِهِ فِى اْلأَسْمَآءِ

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada ruh junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ didalam setiap ruh, dan jasadnya dalam setiap jasad, kuburnya disetiap kubur, dan limpahkanlah kesejahteraan serta keselamtaman atas namanya di semua nama yang ada di langit.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْعَلَامَةِ وَالْغَمَامَةِ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ pemilik Alamah dan Ghomamah.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِىْ هُوَ أَبْهَى مِنَ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ حَسَنَاتِ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ نَبَاتِ اْلأَرْضِ وَأَوْرَاقش اَلأَشْجَارِ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ nabi yang lebih terang daripada matahari dan rembulan, Ya dan limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ sebnaya kebaikan Abu bakar dan Umar, Limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ sebanyak tumbuhan yang ada di bumi dan sebanyak dedaunan dipepohonan.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ الَّذِىْ جَمَعْتَ بِهِ شَتَاتُ النُّفُوْسِ وَنَبِيِّكَ الَّذِىْ جَلَّيْتَ بِهِ ظَلَامَ الْقُلُوْبِ, وَحَبِيْبِكَ الَّذِىْ اخْتَرْتَهُ عَلَى كُلِّ حَبِيْبٍ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ sebagai hamba-Mu yang telah Engklau satukan dengannya segala nafas dari para nabi-Mu yang telah Engkau muliakan gelapnya hati dengan dirinya, kekasih-Mu yang telah Engkau pilih diantara semua para kekasih.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِىْ جَآءَ بِالْحَقِّ الْـمُبِيْنِ, وَأَرْسَلْتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَـمِيْنَ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ yang datang denagn kebenaran hyang nyata, dan seorang nabi yang  Engkau utus sebagai rahmat bagi seluruh alam.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْـمَلِيْحِ صَاحِبِ الْـمَقَامِ اْلأَعْلَى وَاللِّسَانِ الْفَصِيْحِ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ yang manis, sang pemilik maqom (kedudukan) yang tertinggi da pelilik lisan yang paling fasih.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا يَنْبَغِى لِشَرَفِ نُبُوَّتِهِ وَلِعَظِيْمِ قَدْرِهِ الْعَظِيْمِ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ, وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ الْـمُطَاعِ اْلأَمِيْنِ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ seperti bacaan shsolawat yang pantas bagi kenabiannya, dan bagi keagungannya. Limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ kedudukan yang nyata atas pangkatnya yang mulia. Limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ seorang Rasul yang mulia yang dapat dipercaya.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْحَبِيْبِ وَعَلَى أَبِيْهِ إبْرَاهِيْمَ الْخَلِيْلِ, وَعَلَى أخِيْهِ مُوْسَى الْكَلِيْمِ, وَعَلَى رُوْحِ اللهِ عِيْسَى اْلأَمِيْنِ, وَعَلَى دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى وَعَلَى أَلِهِمْ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ sebagai seorang kekasih, dan juga kepada bapaknya nabi Ibrahim kekasih Allah, juga kepada saudaranya Nabi Musa Kalilummoh (yang berbicara dengan Allah) juga kepada nabi isa Ruhillah yang dipercaya, juga kepada nabi Dawud dan Nabi Sulaiman serta Nabi Yahya beserta keluarga mereka, seperti bacaan sholawatnya orang-orang yang mengingat-Mu dan orang-orang yang lupa dengan-Mu.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَيْنِ الْعِنَايَةِ وَزَيْنِ الْقِيَامَةِ وَكَنْزِ الْهِدَايَةِ وَطِرَازِ الْحُلَّةِ وَعَرُوْسِ الْـمَمْلَكَةِ وَلِسَانِ الْحُجَّةِ وَشَفِيْعِ اْلأُمَّةِ وَإِمَامِ الْحَضَرَةِ وَنَبِيِّ الرَّحْمَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آدَمَ وَنُوْحٍ وَإبْرَاهِيْمَ الْخَلِيْلِ وَعَلَى أخِيْهِ مُوْسَى الْكَلِيْمِ وَعَلَى رُوْحِ اللهِ عِيْسَى اْلأَمِيْنِ وَعَلَى دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَزَكَرِيَّا وَعَلَى أَلِهِمْ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ           
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ manik mata, perhiasan hari kiamat, gudangnya petunjuk, ikatan yang terlepas, pengantin di singgasana keagungan, lisannya hujjah, penolong umat, pemimpinnya orang-orang yang ada di sisi Allah, nabi yang mmebawa rahmat, junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ dan juga kepada Nabi Adam, nabi Nuh, nabi Ibrahim, nabi Musa, nabi Isa, nabi dawud, nabi Sulaiman, nabi Zakariya, beserta keluarga mereka sebanyak orang-orang yang ingat k\epada-Mu dan orang-orang yang lupa

Sholawat 'Aliyil Qodir Dan Selainnya


Shalawat merupakan salah satu amalan yang utama dan dianjurkan dalam Al Qur'an dan Hadits.

Rasulullah saw bersabda :

مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ» رواه النسائي وأحمد وغيرهما وهو حديث صحيح

“Barangsiapa yang membaca sholawat kepadaku satu kali, maka Alloh akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan akan dihapuskan sepuluh kesalahan (dosa) baginya, serta akan ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”
[HR. An-Nasa’i, Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim, dishahihkan oleh Ibnu Hibban rahimahullah, al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, juga oleh Ibnu hajar dalam “Fathul Baari”.

Banyak sekali jenis dan macam shalawat yang bisa diamalkan,salah satunya adalah shalawat yang berjudul Al 'Alil qodri (pangkat yang tinggi).

صلاة العالي القدر

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الْحَبِيبِ الْعَالِي الْقَدْرِ الْعَظِيمِ الْجَاهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

ALLOHUMMA SHOLLI WASALLIM WABARIK ‘ALA SAYIDINA MUHAMMADIN NABIYIL UMMIYYIL HABIBIL ‘ALIYIL QODIRIL ‘ADZIMIL JAHI WA ‘ALA ALIHI ASHOHBIHI WASALLIM.

Artinya :
Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam dan berkah kepada junjungna kami Muhammad SAW yang Ummy, yang menjadi kekasih Tuhan SWT yang tinggi (luhur) pangkatnya dan yang agung kemuliaannya. Serta limpahkanlah pula atas keluarga dan para sahabatnya.

هذه صلاة العالي القدر نقل الشيخ الصاوي في شرحه على صلوات الدردير والعلامة محمد الأمير الصغير في ثبته عن الإمام السيوطي أن من لازم عليها كل ليلة جمعة ولو مرة لم يلحده في قبره إلا النبي صلى الله عليه وسلم وذكر فوائد هذه الصلاة السيد أحمد دحلان في مجموعته بأبسط مما ذكر

Ini adalah sholawat al ali al qodri, syeh ahmad as showi menukil dalam syarahnya atas sholawat dardir dan al allamah muhaamd al amir as shoghir dalam kitab tsabatnya dari imam as suyuti bahwa : orang yang melazimkan baca sholawat ini setiap malam jum'at walaupun hanya sekali maka tdk akan menguburkan di dalam kuburnya kecuali Nabi shollallohu alaihi wasallam. Dan sayyid ahmad dahlan meuturkan faedah ini dalam kitab majmu'nya dengan penjelasan yg luas daripada yg disebut.

ونص عبارته ومن الصيغ الفاضلة التي ذكر كثير من العارفين أن من داوم عليها ليلة الجمعة ولو مرة واحدة ينكشف لروحه مثال روح النبي صلى الله عليه وسلم عند الموت وعند دخول القبر حتى يرى أن النبي صلى الله عليه وسلم هو الذي يلحده. قال بعض العارفين وينبغي لمن داوم عليها أن يقرأها كل ليلة عشر مرات وليلة الجمعة مائة مرة حتى يفوز بهذا الفضل والخير الجسيم إن شاء الله تعالى وهي هذه اللهم صل على سيدنا محمد النبي الأمي الحبيب العالي القدر العظيم الجاه وعلى آله وصحبه وسلم

Teks ibarotnya sayyid ahmad dahlan adalah sbb :

Termasuk sheghot yg utama yg dituturkan oleh kebanyakan arifin bahwa barang siapa mendawamkan membacanya pada malam jum'at walaupun hanya sekali maka akan terbuka hijab bagi ruhnya permisalan ruhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam ketika meninggal dan ketika masuk kekuburan sehingga dia melihat Nabi shollallohu alaihi wasallam beliaulah yg menguburkannya. Sebagian arifin berkata : seyogyanya bagi yg mendawamkannya membaca setiap malam sepuluh kali dan malam jum'at seratus kali hingga mendapatkan keutamaan ini dan kebaikan yg besar, insya Allah ta'ala, yaitu baca sholawat ini :

Allahumma sholli alaa sayyidinaa muhammadin an nabiyyil ummiyyi al habiib al a'liyyil qodry al adhiimil jaahi wa alaa alihi washohbihi wasallim.

SHOLAWAT DZATIYAH SYAIKH AKBAR MUHYIDDIN IBNU ‘AROBI

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى الطَّلْعَةِ الذَّاتِ الْـمُطْلَسِمِ, وَالْغَيْثِ الْـمُطْمَطَمِ, وَالْكَمَالِ الْـمُكَــتَّمِ, لَاهَوْتِ الْجَمَالِ وَنَاسُوْتِ الْوِصَالِ, وَطَلْعَةِ الْحَقِّ هَوِيَّةِ إنْسَانِ اْلأَزَلِ فِى نَشْرِ  مَنْ لَمْ يَزَلْ. مَنْ أَقَمْتَ بِهِ نَوَاسِيْتَ الْفَرْقِ إِلَى طَرِيْقِ الْحَقِّ, فَصَلِّ اللّٰهُمَّ بِهِ مِنْهُ فِيْهِ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَـــثِـــيْرًا. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَـمِــيْنَ.

BISMILLAH HIRROHMANIRROHIIM.

ALLOHUMMA SHOLLI WASALLIM WA BARIK ‘ALA THOL’ATI DZATIL MUTHLASIMI, WAL GHOITSIL MUTHMATHOMI, WAL KAMALIL MUKATTAMI, LAAHAUTIL JAMALI WANAASUTIL WISHOLI, WATHOL’ATIL HAQQI HAWIYYATI INSAANIL AZALI FII NASYRI MAL LAM YAZAL. MAN AQOMTA BIHI NAWASIITAL FARQI ILAA THORIQI FASHLI. ALLOHUMMA BIHI MINHU FIIHI ‘ALAIHI WASALLIM TASLIIMAN KATSIRO. WAL HAMDU LLILLAHI ROBBIL ‘ALAMIIN.

Sholawat Fathul Azal

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّـدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّـدِنَا مُحَمَّدٍ عَرْشِ اسْتَوَاءِ تَجَلِّيَاتِكَ وَكـنهِ هَوِيَّةٌ تَـــنْزِلَاتُـكَ, النُّوْرِ اْلأزْهَرِ وَالسِّرِّ اْلأَبْـهَرِ, وَالْفَرْدِ الْجَامِعِ وَالْوِتْرِ اْلوَاسِعِ صَلَاةً اُشَاهِدُ بِـهَا عَجَائِبَ الْـمَلَــكُوْتِ وَاسْتَجَلِّى بِـهَا عَرَائِسَ الْجَبَرُوْتِ وَأَسْتَمْطِرُ بِـهَا غُيُوْثَ الرَّحْمَوَتِ وَارْتَضَ بِـهَا عَنْ عَلَائِـقَةِ نَاسُوْتِ اْلبــهمُوْتِ, يَا لَاهَوْتَ كُـلِّ نَاسُوْتِ يَااللهُ, فَبِفَيْضِ فَتْـحُكَ السُّبْحِ الْوَسَعِيِّ  وَبِوِتْرِ كَشْفِكَ اْلقُدُّوْسِ اْلجَمْعِيِّ أَظْهِرْ عَلَىيَّ مَظَاهِرَ الْجَلَالَةِ اْلعُظْمَى, وَرَقِّــنِى بِـهَا مَقَامَ شُهُوْدِكَ اْلأَسْمَى, يَااَللهُ يُوْهٍ وَاهٍ هُوَ يَاهُوَ يَاهُوَ يَامَنْ هُوَ اَنْتَ اَنْتَ هُوَ يُوْهٍ يَاجَلِيْلُ يَاهُوَ يَامَنْ لَا هُوَ إلَّا أَنْتَ, هُوَ يَاهُوَ حَقِّقْ بِحَقَائِـــقِ هُوَيَـــتِــكَ هُوَيَــتِىْ, وَأَطْلِــقْنِى مِنْ قُيُوْدِ إنِـيَّـــــتِىْ لِأَكُــوْنَ بِـكَ لَكَ وَاَدُلُّ بِكَ عَلَيْكَ مِنْ حَيْثُ تَحْقِــيْــقِ اْلأَحَدِيَّــةِ.
يَا أَحَدُ أَنْتَ هُوَ اْلأَحَدُ الْـمُنْـفَرِدُ بِاْلأَحَدِيَّــةِ, وَاْلأَحَدُ الْقَائِمُ بِالْوَاحِدِيَّــةِ يَاأَحَدُ, سُلْطَانُ أَحَدِيَّــتُكَ مُحَكَّمُ أَمْرَ كُـلَّ أَحَدٍ, وَأَنْتَ هُوَ اْلأَحَدُ الْـمُطْلَقُ وَاْلأَحَدُ الْفَرْدُ الْـمُحَقِّــقُ يَاأَحَدُ, لَاانْقِسَامَ لِأَحَدِيَّـــتِـكَ وَلَا شَفْعَ وَلَا مُقَاوَمَ لِوَاحِدِيَّــتِكَ وَلَا جَمْعَ يَا أَحَدُ, أَظْهَرْتَ فَنَاءَ كُـلَّ أَحَدٍ بِبَقَاءِ أَحَدِيَّــتِكَ وَجَمَعْتَ مُتَــفَرِّقَــاتِ اْلآحَدِ بِااسْتِــيْلَاءٍ وَاحِدِيَّـــتِكَ يَاأَحَدُ, أَطْلِعْنِى أَسْرَارَ اْلأَحَدِيَّةِ فِى آفَاقِ اْلوَاحِدِيَّةِ بِوَاسِطَةِ أَحْمَدَ أَحْمَدَ الْهَــيْــئَاتِ, وَالْقِيَامِ عَلَى أَقْدَامِ الثَّــبَاتِ فِى مُرُوْجِ سَاعَاتِ إطْلَاقَاتِ مَزِيَّــاتِ ﴿ وَوَجَدَكَ ضَآلًا فَهَدٰى﴾ فَأَشْهَدَكَ مُتَجَرَّدًا مِنْ أطْوَارِ الْبَشَرِيَّةِ مُتَجَلِّيًا بِخَلْعِ أَنْوَارِ الْأخْلَاقِ اْلأَحْمَدِيَّةِ, مُبْتَهْجَأَ شَّمْسِ الْقُرُبَاتِ الْـمُحَمَّدِيَّةِ وَأَرَاكَ بِكَ مِنْ حَيْثُ تُدَاعِى التَّقْدِيْسِ بِالتَّحْقِيْقِ أَفْتَمَارُوْنَهُ عَلٰى مَا يُرٰى وَأَثْبِتُ بِكَ مَعَكَ مُتَمَسِّكًا بِعَرِيِّ  وَلِـــيَرْبِطَ على قُلُوْبِكُمْ وَيُـثَبِّتَ بِهِ اْلأَقْدَامَ فَأَقُوْمُ بِأَكْمَالِــيَّــتِكَ عَلٰى أَحْكَامِ رُبُوْبِــيَّــتِكَ وَبِأَفْضَلِيَّــتِكَ عَلٰى حُقُوْقِ عُبُوْدِيَّــتِكَ مَشْمُوْلًا بِشُمُوْلِ الْخِطَابِ, وَالْـمُكَالَـمَةِ مُــتَــبَرِّقَعًا مِنْ سُبُحَاتِ الْقُرْبِ بِخِمَارِ الْـمُنَادِمَةِ فَانْطِقُ بِكَ لَكَ فَتَعَالٰى اللهُ الْـمَلِكُ اْلحَقُّ ﴿ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضٰى إِلَيْكَ وَحْيُهُۖ وَقُلْ رَبِّى زِدْنِى عِلْمًا﴾ وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّـدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Sholawat Akbariyah Imam Ibnu 'Arobi


Sholawat Akbariyah Wirid Syaikh Muhyiddin Achmad bin 'Ali Ibnu 'Arobi. Maklum,  beliau ini merupakan seorang tokoh tasawuf tingkat tinggi, seorang Mursyid yang setiti dan ngati-ati, orang yang benar-benar sudah ada di tataran 'arif billah.

Dalem banget makna yang terkandung di dalam bacaan sholawat akbariyah ini, penuh dengan nilai-nilai sastra kelas tinggi. butuh pemikiran yang jernih untuk memaknainya, jikalau bukan sastrawan, pasti akan kesulitan.   

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللّهُمَّ أَفْضِ صِلَّةَ صَلَوَاتِك. وَسَلَامَةً تَسْلِيْمَاتِكَ. عَلَى أَوَّلِ التَّعَيُّنَاتِ الْـمُفَاضَةِ مِنَ العَمَامِ الرَّيَّانِى. وآخِرِ التَّنَزُّلَاتِ الـْمُضَافَةِ إِلَى النَّوْعِ اْلإِنْسَانِيِّ. الْـمُهَاجِرِ مِنْ مَكَّةَ كَانَ اللهُ وَلَمْ يَـكُنْ لَهُ مَعَهُ شَيْئٌ ثَانٍ. إِلَى مَدِيْنَةٍ وَهُوَ اْلآنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَانَ. مُحْصِيُّ عَوَالِمِ الْحَضَرَاتِ اْلإِلَهِيَّةِ الْخَمْسِ فىِ وُجُوْدِ (وَكُـلَّ شَيْئٍ أَحْصَيْنَاهُ فِى إِمَامٍ مُبِــيْنٍ) وَرَاحِمٍ سَائِلِيِّ اسْتِعْدَادَاتِـهَا بِنِدَائِهِ وُجُوْدِهِ (وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَـمِيْنَ). نُقْطَةِ الْبَسْمَلَةِ الْجَامِعَةِ لَـمَّا يَكُوْنُ وَلَـمَّا كَانَ. وَنُقْطَةُ اْلأَمْرِ الْجَوَّالَةِ بِدَوَائِرِ اْلأَكْوَان. سِرِّ الْهُوِيَّةِ فِى كُلِّ شَيْئٍ سَارِيةٌ. وَعَنْ كُلِّ شَيْئٍ مُجَرَّدَةٌ وَعَارِيَةٌ. أَمِيْنِ اللهِ عَلٰى خَزَائِنِ الْفَوَاضِلِ وَمُسْتَوْدَعِهَا, وَمُقْسِّمُهَا عَلَى حَسْبِ اْلقَوَابِلِ وَمُوَزِّعُهَا. كَلِمَةَ اْلإِسْمِ اْلأَعْظَم.ِ وَفَاتِحَةِ الْكَنْزِ الْـمُطْلَسَمِ. الْـمَظْهَرِ اْلأتَمِّ الْجَامِعِ بَيْنَ الْعُبُوْدِيَّةِ وَالرُّبُوْبِيَّةِ. وَالنَّشْءِ اْلأَعَمِّ الشَّامِلِ لِلْإِمْكَانِيَّةِ وَالْوُجُوْبِيَّةِ. الطَّوْدِ اْلأَشَمِّ الَّذِىْ لَمْ يُزَحْزِحْهُ تَجَلِيِّ التَّعَيُّنَاتِ عَنْ مَقَامِ التَّمْكِيْنِ. وَالْبَحْرِ الْخِضَمِّ الَّذِىْ لَمْ تُعَكِّرُهُ جَيْفُ الْغَفَلَاتِ عَنْ صَفَاءِ الْيَقِيْنِ. الْقَلَمِ النُّوْرَانِيِّ الْجَارِىْ بِمِدَادِ الْحُرُوْفِ الْعَالِيَاتِ. وَالنَّفْسِ الرَّحْمَانِيِّ السَّارِيِّ بِمَوَادِّ الْكَلِمَاتِ التَّآمَّاتِ. الْفَيْضِ اْلأَقْدَسِ الذَّاتِيِّ الَّذِىْ تَعَيَّنَتْ بِهِ اْلأَعْيَانُ وَاسْتِعْدَادَاتُهَا. وَالْفَيْضِ الْـمُقَدَّسِ الصِّفَاتِيِّ الَّذِىْ تَــكَوَّنَتْ بِهِ اْلأَكْوَانُ وَاسْتِمْدَادَاتُهَا. مَطْلَعِ الشَّمْسِ الذَّاتِ فىِ سَمَاءِ اْلأَسْمَآءِ وَالصِّفَاتِ, وَمَنْبَعِ نُوْرِ اْلإِفَاضَاتِ فىِ رِيَاضِ النَّسَبِ وَاْلإِفَاضَاتِ. خَطِّ الْوَحْدَةِ بَيْنَ قَوْسَىْ اْلأَحَدِيَّةِ وَالْوَاحِدِيَّةِ. وَوَاسِطَةِ التَّنَزُّلِ مِنْ سَمَآءِ اْلأَزَلِيَّةِ إِلَى أَرْضِ اْلأَبَدِيَّةِ. النُّسْخَةِ الصُّغْرٰى الَّتِى تَفَرَّعَتْ عَنْهَا الْكُبْرٰى. وَالدُّرَّةِ الْبَيْضَآءِ الَّتِى تَنَزَّلَتْ إِلَى الْيَاقُوْتَاتِ الْحَمْرَاءِ. جَوْهَرَةِ الْحَوَادِثِ اْلإِمْكَانِيَّةِ الَّتِى لَا تَخْلُوْ عَنِ الْحَرَكَةِ وَالسُّكُوْنِ. وَمَادَةِ الْكَلِمَةِ الْفَهْوَانِيَّةِ الطَّالِعَة مِنْ كِنِّ كُنْ إِلَى شَهَادَةِ فَيَكُوْنُ. هُيُوْلَ الصُّوْرِ الَّتِى لَا تَتَجَلَّى بِإِحْدَاهَا مَرَّةً لِاثْنَيْنِ. وَلَا بِصُوْرَةٍ مِنْهَا لِأَحَدٍ مَرَّتَيْنِ. قُرْآنِ الْجَمْعِ الشَّامِلِ لِلْـمُمْتَنَعِ وَالْعَدِيْمِ. وَفُرْقَانِ الْفَرْقِ الْفَاضِلِ بَيْنَ الْحَادِثِ وَالْقَدِيْمِ. صَائِمِ نَهَارِ "إنِّى أَبِيْتُ عِنْدَ رَبِّى". وَقَائِمِ لَيْل تَنَامُ "عَيْنَايَ وَلَا يَنَامُ قَلْبِى". وَاسِطَةِ مَا بَيْنَ الْوُجُوْدِ وَالْعَدَمِ "مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ". وَرَابِطَةِ تَعَلُّقِ الْحُدُوْثِ بِالْقِدَمِ "بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ". فَذْلَــكَةِ دَفْتَرِ اْلأَوَّلِ وَاْلآخِرِ. وَمَرْكَزِ إحَاطَةِ الْبَاطِنِ وَالظَّاهِرِ. حَبِيْبِكَ الَّذِى اسْتَجْلَيْتَ بِهش جَمَالَ ذَاتِكَ عَلَى مِنَصَّةِ تَجَلِّيَاتِكَ. وَنَصَبْتَهُ قِبْلَةً لِتَوَجُّهَتِكَ فىِ جَامِعِ تَجَلِّيَاتِكَ. وَخَلَعْتَ عَلَيْهِ خِلْعَةَ الصِّفَاتِ وَاْلأَسْمَآءِ. وَتَوَجْتَهُ بِتَاجِ الْخِلَافَةِ الْعُظْمَى. وَأَسْرَيْتَ بِجَسَدِهِ يَقَظَةً مِنَ الْـمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى اْلـمَسْجِدِ اْلأَقْصَى. حَتىَّ انْتَهَى إِلَى سِدْرَةِ الْـمُنْتَهَى. وَتَرَقَّى إِلَى قَابِ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنٰى. فَانْسَرَّ فُؤَادُهُ بِشُهُوْدِكَ حَيْثُ لَا صَبَاحَ وَلَا مَسَاءَ. مَا كَذَّبَ الْفُؤَادُ مَا رَأٰى. وَقَرَّ بَصَرُهُ بِوُجُوْدِكَ حَيْثُ لَا خَلَآءَ وَلَا مَلَآءَ. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. صَلِّ اللهُمَّ عَلَيْهِ صَلَاةً يَصِلُ بِهَا فَرْعِيُّ إِلَى أَصْلِيِّ . وَبَعْضِيِّ إِلَى كُلِيِّ . لِتَتَّحِدَ ذَاتِيِّ بِذَاتِهِ. وَصِفَاتِيِّ بِصِفَاتِهِ. وَتَقَرَّ الْعَيْنُ بِالْعَيْن.ِ وَيَفِرَّ الْبَيَنُ مِنَ الْبَيَنِ. وَسَلِّمْ عَلَيْهِ سَلَامًا أَسْلَمُ بِهِ فِى مُتَابِعَتِهِ مِنَ التَّخَلُفِ. وَأَسْلَمُ فىِ طَرِيْقِ شَرِيْعَتِهِ مِنَ التَّعَسُف.ِ لِأَفْتَحَ بَابَ مَحَبَّتِكَ إيَّايَ بِمِفْتَاحِ مُتَابِعَتِهِ. وَأَشْهَدَكَ فِى حَوَاسِيِّ وَأَعْضَايَ مِنْ مِشْكَاةِ شَرْعِهِ وَطَاعَتِهِ. وَأَدْخُلَ وَرَاءَهُ إِلٰى حِصْنِ لَا إلَهَ إِلَّا اللهُ. وَفِى أَثَرِهِ إِلَى خَلْوَةِ لِى وَقْتٌ مَعَ اللهِ. إذْ هُوَ بَابُكَ الَّذِى مَنْ لَمْ يَقْصُدْكَ مِنْهُ سُدَّتْ عَلَيْهِ الطُرُقُ وَاْلأَبْوَابُ. وَرُدَّ بِعَصَا اْلأَدَبِ إِلَى إصْطَبْلِ الدَّوَابِ. (اللهُمَّ يَا رَبِّ يَا مَنْ لَيْسَ حِجَابُهُ إِلَّا النُّوْرَ. وَلَا خِفَاؤُهُ إِلَّا شِدَّةَ الظُّهُوْرِ. أَسْأَلُكَ بِكَ فِى مَرْتَبَةِ إطْلَاقِكَ عَنْ كُلِّ تَقْيِيْد.ٍ الَّتِى تَفْعَلُ فِيْهَا مَا تَشَآءُ وَتُرِيْدُ. وَبِكَشْفِكَ عَنْ ذَاتِكَ بِالْعِلْمِ النُّوْرِىِّ. وَتَحَوُّلِكَ فِى صُوَرِ أَسْمَآئِكَ وَصِفَاتِكَ بِالْوُجُوْدِ الصُّوْرِيِّ. أَنْ تُصَلِّيَ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ تَـكْحَلُ بِهَا بَصِيْرَتِى بِالنُّوْرِ الْـمَرْشُوْشِ فِى اْلأَزَلِ. لِأَشْهَدَ فِنَاءَ مَا لَمْ يَـكُنْ وَبَقَاءَ مَا لَمْ يَزَل.ْ وَأَرٰى اْلأَشْيَآءَ كَمَا هِيَ فِى أَصْلِهَا مَعْدُوْمَةً مَفْقُوْدَةً. وَكَوْنَهَا لَمْ تَشَمَّ رَائِحَةَ الْوُجُوْدِ فَضْلًا عَنْ كَوْنِهَا مَوْجُوْدَةً. وَأَخْرِجْنِى اللهُمَّ بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِ مِنْ ظُلْمَةِ أَنَانِيَّتِى إِلَى النُّوْرِ. وَمِنْ سَمَآءِ تَوْحِيْدِكَ إِيَّاكَ مَا تُطَهِّرُنِى بِهِ مِنْ رِجْسِ الشِّرْكِ وَاْلإِشْرَاكِ. وَأَنْعِشْنِى بِالْـمَوْتَةِ اْلأُوْلَى وَالْوِلَادَةِ الثَّانِيَّةِ. وَأَحْيِنِى بِالْحَيَاةِ الْبَاقِيَّةِ فِى هَذِهِ الدُّنْيَا الْفَانِيَّةَ. وَاجْعَلْ لِى نُوْرًا أَمْشِى بِهِ النَّاسُ. وَأَرٰى بِهِ وَجْهَكَ أَيْنَمَا تَوَلَّيْتُ بِدُوْنِ اشْتِبَاهٍ وَلَا إِلْتِبَاسٍ. نَاظِرًا بِعَيْنَي الْجَمْعِ وَالْفَرْقِ. فَاصِلًا بِحُكْمِ الْقَطْعِ بَيْنَ الْبَاطِلِ وَالْحَقِّ. دَآلًّا بِكَ عَلَيْكَ. وَهَادِيًا بِإِذْنِكَ إِلَيْكَ. يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 3×)
(صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَتَقَبَّلُ بِهَا دُعَائِى. وَتُحَقِّقَ بِهَا رَجَائِى. وَعَلٰى آلِهِ آلِ الشُّهُوْدِ وَالْعِرْفَانِ. وَأَصْحَابِهِ أَصْحَابَ الذَّوْقِ وَالْوِجْدَان.ِ مَا انْتَشَرَتْ طُرَّهُ لَيْلِ الْكَيَّانِ. وَأَسْفَرَتْ غُرَّةُ جَبِيْنِ الْعَيَّانِ. آمِيْنٌ 3×) وَسَلَامٌ عَلَى الْـمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ.

Tradisi Sowan Kyai Saat Syawal


Sowan adalah tradisi santri berkunjung kepada kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk atas sebuah permasalahan yang diajukannya, atau mengharapkan doa dari kyai atau sekedar bertatap muka silaturrhim saja. Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah saw bahwa bersilaturhim dapat menjadikan umur dan rizqbi bertambah panjang. Sowan dapat dilakukan oleh santri secara individu atau bersama-sama. Bisanya seorang kyai akan menerima para tamu dengan lapang dada.

Bagi wali santri yang hendak menitipkan anaknya di pesantren, sowan kepada kyai sangat penting. Karena dalam kesempatan ini ia akan memasrahkan anaknya untuk dididik di pesantren oleh sang kyai. Begitu pula dengan calon santri, inilah kali pertama ia melihat wajah kyainya yang akan menjadi panutan sepanjang hidupnya.

Sowan tidak hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar di pesantren. Banyak santri yang telah hidup bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi kyainya hanya sekedar ingin bersalaman semata. Atau sengaja datang membawa permasalahan yang hendak ditanyakan kepada kyai tentang berbagai masalah yang dihadapinya.

Hal ini menjadikan bahwa hubungan kyai santri tidak pernah mengenal kata putus. Kyai tetap menjadi guru dan santri tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren istilah alumni hanya menunjuk pada batasan waktu formal belaka, dimana seorang santri pernah belajar di sebuah pesantren tertentu. Tidak termasuk di dalamnya hubungan guru-murid. Meskipun telah manjadi alumni pesantren A, seseorang akan tetap menjadi santri atau murid Kyai A.

Di beberapa daerah tradisi sowan memiliki momentumnya ketika idul fitri tiba. Biasanya, seorang kyai sengaja mempersiapkan diri menerima banyak tamu yang sowan kepadanya. Mereka yang sowan tidaklah sebatas para santri yang pernah berguru kepadanya, namun juga masyarakat, tetangga dan bahkan para pejabat tidak pernah berguru langsung kepadanya. Mereka datang dengan harapan mendapatkan berkah dari kealiman seorang kyai. Karena barang siapa  bergaul dengan penjual minyak wangi, pasti akan tertular semerbaknya bau wangi.

Pada bulan syawal sowan kepada kyai merupakan sesuatu yang utama bagi kalangan santri. Hampir sama pentingnya dengan mudik untuk berjumpa keuarga dan kedua orang tua. Pantas saja, karena kyai bagi santri adalah guru sekaligus berlaku sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali mereka yang kembali pulang dari perantauan menjadikan sowan kepada kyai sebagai alasan penting mudik di hari lebaran. Bagi santri yang telah jauh berkelana mengarungi kehidupan, kembali ke pesantren dan mencium tangan kyai merupakan ‘isi ulang energi’ recharger untuk menghadapi perjalanan hidup ke depan. Seolah setelah mencium tangan kyai dan bermuwajjahah dengannya semua permasalahan di depan pasti akan teratasi. Semua itu berlaku berkat do’a orang tua dan kyai.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh Ibn Hajar al-Asqolani dalam fathul Bari

قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ : تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل يُسْتَحَبُّ.

Artinya : Imam Nawawi berkata : mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan hal yang demikian itu disunahkan.

Demikianlah tradisi sowan ini berlangsung hingga sekarang. Para santri meyakini benar bahwa seorang kyai yang alim dan zuhud jauh lebih dekat kepada Allah swt dibandingnkan manusia pada umumnya. Karena itulah para santri sangat mengharapkan do’a dari para kyai. Karena do’a itu niilainya lebih dari segudang harta. Inilah yang oleh orang awam banyak diisitlahkan dengan tabarrukan, mengharapkan berkah dari do’a kyai yang mustajab karena kezuhudannya, ke-wirai-annya dan kealimanyya.

Dengan demikian optimism dalam menghadapi kehidupan dengan berbagai macam permasalahnnya merupakan nilai posittif yang tersimpan di balik tradisi sowan. Sowan model inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ مَا لَهُ مَا لَهُ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ ” .رواه البخاري .

Dari Abu Ayyub Al-Anshori r.a bahwa ada seorang berkata kepada Nabi saw., “Beritahukanlah kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia? Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan ber-silaturahimlah.” (Bukhari).

Artinya hanya silatrrahim yang bernialai positiflah yang akan diganjar oleh Allah sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam kedua haditsnya. Bukan silatrrahim yang bernilai negative yaitu silaturrahim yang melanggar aturan syariat Islam.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...