Senin, 01 November 2021

Tidak Ada Yang Sama Dalam Kehidupan

 

Dunia adalah tempat ujian. Semua sisi kehidupan ini adalah ujian. Ada yang diuji dengan kekayaannya, ada yang diuji dengan jabatannya, ada pula yang diuji dengan wajah tampannya. Dan salah satu ujian bagi manusia adalah harus hidup dalam perbedaan. Memang bukan hal mudah untuk bisa menerima perbedaan di sekitar kita. Namun itulah ujian dari Allah untuk meningkatkan kualitas diri setiap manusia. Dalam ayat itu, Allah swt sama sekali tidak membahas perbedaan yang ada, namun pada akhir ayat itu Allah memfokuskan agar manusia berlomba dalam kebaikan. Tak usah sibuk dengan perbedaan yang dipilih orang, berlombalah untuk menjadi lebih baik dihadapan-Nya.

Allah ta’ala berfirman :

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” [QS. Faathir : 32].

Al-Haafidh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

ثم قسمهم إلى ثلاثة أنواع ، فقال: { فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ } وهو: المفرط في فعل بعض الواجبات، المرتكب لبعض المحرمات. { وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ } وهو: المؤدي للواجبات، التارك للمحرمات، وقد يترك بعض المستحبات، ويفعل بعض المكروهات. { وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ } وهو: الفاعل للواجبات والمستحبات، التارك للمحرمات والمكروهات وبعض المباحات.

“Kemudian Allah (dalam ayat di atas) membagi mereka (manusia) dalam tiga golongan. Allah ta’ala berfirman : ‘lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri’, yaitu orang yang lalai dalam menjalankan sebagian kewajiban dan mengerjakan sebagian yang diharamkan. (Firman Allah ta’ala : ) ‘dan di antara mereka ada yang pertengahan’, yaitu orang-orang yang menunaikan apa-apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa-apa yang diharamkan, dengan meninggalkan sebagian amal yang disunnahkan dan mengerjakan sebagian amal yang dimakruhkan. (Firman Allah ta’ala : ) ‘dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah’, yaitu orang yang mengerjakan apa-apa yang diwajibkan dan disunnahkan, serta meninggalkan apa-apa yang diharamkan dan dimakruhkan, serta sebagian yang dimubahkan” [Tafsiir Al-Qur’aanil-‘Adhiim, 11/322]•

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ اللَّيْثِيُّ أَبُو ضَمْرة، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ [عَلِيِّ] بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَزْدِيِّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قَالَ اللَّهُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، فَأَمَّا الَّذِينَ سَبَقُوا فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَأَمَّا الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسِبُونَ حِسَابًا يسيرا، وأماالَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي طُولِ الْمَحْشَرِ، ثُمَّ هُمُ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ بِرَحْمَتِهِ، فَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ}

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad Al-Laisi Abu Hamzah, dari Musa ibnu Uqbah, dari Ali ibnu Abdullah Al-Azdi, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna ayat berikut: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32) Bahwa adapun orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab; dan orang-orang yang pertengahan ialah mereka yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan. Adapun orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri adalah orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat dariku, kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya; mereka adalah orang-orang yang mengatakan seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Fathir: 34-35)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أُسَيْدُ بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ} قَالَ: "فَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُحْبَسُ حَتَّى يُصِيبَهُ الْهَمُّ وَالْحُزْنُ، ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari seorang lelaki, dari Abu Sabit, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir: 32) Lalu Beliau Saw. bersabda: Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan, kemudian dimasukkan ke dalam surga.

وَرَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنِ الْأَعْمَشِ قَالَ: ذَكَرَ أَبُو ثَابِتٍ أَنَّهُ دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَجَلَسَ إِلَى جَنْبِ أَبِي الدَّرْدَاءِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ، آنِسْ وَحْشَتِي، وَارْحَمْ غُرْبَتِي، وَيَسِّرْ لِي جَلِيسًا صَالِحًا. قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: لَئِنْ كُنْتَ صَادِقًا لَأَنَا أَسْعَدُ بِكَ مِنْكَ، سَأُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ أُحَدِّثْ بِهِ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنْهُ، ذَكَرَ هَذِهِ الْآيَةَ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ} ، فَأَمَّا السَّابِقُ بِالْخَيْرَاتِ فَيَدْخُلُهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ وَأَمَّا الْمُقْتَصِدُ فَيُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا، وَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُصِيبُهُ فِي ذَلِكَ الْمَكَانِ مِنَ الْغَمِّ وَالْحُزْنِ، وَذَلِكَ قَوْلُهُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ}

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy yang telah mengatakan bahwa Abu Sabit masuk ke dalam masjid, lalu duduk di sebelah Abu Darda r.a. Maka Abu Sabit berdoa, "Ya Allah, hiburlah diriku dalam kesendirianku dan belas kasihanilah aku dalam keterasinganku, dan mudahkanlah bagiku mendapat teman duduk yang saleh." Maka Abu Darda berkata, "Jika engkau benar, berarti aku lebih berbahagia daripada kamu. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang kudengar dari Rasulullah Saw. dan aku belum pernah menceritakannya sejak aku mendengarnya. Aku mendengar beliau Saw. membaca ayat berikut: 'Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan ' (Fathir: 32) Bahwa adapun orang yang lebih cepat berbuat kebaikan-kebaikan, maka ia memasuki surga tanpa hisab. Orang yang pertengahan, maka ia hanya mendapat hisab yang ringan. Dan orang yang aniaya kepada dirinya sendiri, maka ia mengalami kesedihan dan kesusahan di tempat pemberhentiannya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.” (Fathir: 34)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَزيز، حَدَّثَنَا سَلَامَةُ، عَنْ عَقِيل، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَوْف بْنُ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "أُمَّتِي ثَلَاثَةُ أَثْلَاتٍ: فَثُلُثٌ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، وَثُلُثٌ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، وَثُلُثٌ يُمَحَّصون وَيُكْشَفُونَ، ثُمَّ تَأْتِي الْمَلَائِكَةُ فَيَقُولُونَ: وَجَدْنَاهُمْ يَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ". يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: صَدَقُوا، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا، أَدْخِلُوهُمُ الْجَنَّةَ بِقَوْلِهِمْ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ" وَاحْمِلُوا خَطَايَاهُمْ عَلَى أَهْلِ النَّارِ، وَهِيَ الَّتِي قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ} [الْعَنْكَبُوتِ: 13] ،وَتَصْدِيقُهَا فِي الَّتِي فِيهَا ذِكْرُ الْمَلَائِكَةِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا} فَجَعَلَهُمْ ثَلَاثَةَ أَنْوَاعٍ ، وَهُمْ أَصْنَافٌ كُلُّهُمْ، فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ، فَهَذَا الَّذِي يُكْشَفُ وَيُمَحَّصُ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aziz, telah menceritakan kepada kami Salamah, dari Aqil, dari Ibnu Syihab, dari Auf ibnu Malik r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Umatku terbagi menjadi tiga golongan (kelak di hari kiamat), sebagian dari mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab; sebagian yang lainnya lagi mendapat hisab yang ringan, kemudian masuk ke dalam surga, dan sebagian yang terakhir dicuci dan dibersihkan (dari dosa-dosanya di dalam neraka). Kemudian para malaikat datang, lalu berkata, "Kami menjumpai mereka mengatakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah semata.” Lalu Allah Swt. berfirman, "Mereka benar, bahwa tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah yang akan memasukkan mereka ke dalam surga berkat ucapan mereka, 'Tidak ada Tuhan selain Allah semata, ' dan bebankanlah dosa-dosa mereka kepada ahli neraka.” Hal inilah yang dimaksudkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka,dan beban-beban mereka sendiri. (Al-Ankabut: 13) Dibenarkan pula hadis ini oleh ayat yang di dalamnya disebutkan para malaikat. Firman Allah Swt. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32) Maka Allah menjadikan mereka tiga gelombang, yang semuanya terdiri dari beberapa golongan; di antara mereka ada yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, maka golongan inilah yang dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu.

Predikat riwayat ini garib.

Dan apabila hal ini telah ditetapkan, maka sesungguhnya ayat ini mengandung makna yang umum mencakup ketiga golongan dari umat ini. Para ulama dari kalangan umat ini merupakan orang-orang yang paling diprioritaskan mendapat nikmat ini, dan mereka adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat rahmat ini.

Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَة ، عَنْ قَيْسِ بْنِ كَثِيرٍ قَالَ: قَدِمَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ إِلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ -وَهُوَ بِدِمَشْقَ-فَقَالَ: مَا أَقْدَمَكَ أيْ أَخِي؟ قَالَ: حَدِيثٌ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ أَمَا قَدِمْتَ لِتِجَارَةٍ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ لِحَاجَةٍ؟ قَالَ: لَا؟ قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ إِلَّا فِي طَلَبِ هَذَا الْحَدِيثِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالَمِ مَنْ فِي السموات وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالَمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمِنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ".

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Asim, ibnu Raja' ibnu Haiwah, dari Qais ibnu Kasir, yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan penduduk Madinah datang kepada Abu Darda r.a. yang saat itu berada di Dimasyq, maka Abu Darda bertanya, "Apakah yang mendorongmu datang ke mari, hai saudaraku?" Lelaki itu menjawab, "Suatu hadis yang ada berita sampai kepadaku bahwa engkau telah menceritakannya dari Rasulullah Saw." Abu Darda r.a. bertanya, "Bukankah engkau datang untuk ber­dagang?" Lelaki itu menjawab, "Bukan." Abu Darda bertanya, "Benarkah engkau datang hanya untuk mencari hadis tersebut?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Abu Darda berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan membawanya menempuh suatu jalan menuju ke surga. Dan sesungguhnya para malaikat benar-benar menaungkan sayap-sayapnya karena rela kepada penuntut ilmu, dan sesungguh­nya semua makhluk —baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi— benar-benar memohonkan ampunan bagi orang yang alim, sehingga ikan-ikan yang ada di air(memohonkan ampun pula buatnya). Dan keutamaan orang alim atas seorang ahli ibadah(yang tidak alim), seperti keutamaan rembulan di atas semua bintang lainnya. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi itu tidak meninggalkan dinar dan tidak pula dirham, melainkan yang ditinggalkan mereka hanyalah ilmu; maka barang siapa yang mengambilnya, berarti ia telah mengambil bagian yang berlimpah.

Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkannya melalui hadis Kasir ibnu Qais; dan di antara mereka ada yang menyebutkannya Qais ibnu Kasir, dari Abu Darda r.a. Dan kami telah menyebutkan jalur-jalur hadis ini berikut perawinya di dalam Syarah Kitabul Ilmu, bagian dari kitab Sahih Bukhari, alhamdulillah.

Allah ta’ala membagi beberapa keadaan manusia berdasarkan tingkat amal perbuatan ketaatannya kepada-Nya. Ada di antara yang beramal sedikit, ada yang beramal banyak. Ada yang banyak bermaksiat, ada pula yang sedikit bermaksiat.

Jika kita tengok keadaan salaf kita dari kalangan shahabat, tabii’in, dan atbaa’ut-taabi’iin, dapat kita lihat bahwa mereka pun bertingkat-tingkat dalam masalah amal.

Saya contohkan dari kalangan shahabat. Ada di antara mereka yang bersegera beramal apa saja yang dia dengar dan ketahui dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dia lah Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu yang mendahului shahabat-shahabat yang lain.

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ يَعْنِي الْفَزَارِيَّ، عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا؟، قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ "

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Umar : Telah menceritakan kepada kami Marwaan, yaitu Al-Fazzaariy, dari Yaziid – ia adalah Ibnu Kaisaan - , dari Abu Haazim Al-Asyjaa’iy, dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Siapakah di antara kalian yang memasuki waktu pagi dalam keadaan berpuasa di hari ini?”. Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu menjawab : “Aku”. Beliau kembali bertanya : “Siapakah di antara kalian yang telah mengiringi jenazah pada hari ini?”. Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu menjawab : “Aku”. Beliau kembali bertanya : “Siapakah di antara kalian yang telah memberi makan kepada orang miskin pada hari ini?”. Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu menjawab : “Aku”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya : “Siapakah di antara kalian yang telah membesuk orang sakit pada hari ini?”. Abu Bakr menjawab : “Aku”. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam  bersabda : “Tidaklah seluruh perkara tersebut terkumpul pada diri seseorang melainkan dia akan masuk surga”[Diriwayatkan oleh Muslim no. 1028].

Ada di antara shahabat yang sangat rajin dan bersemangat menjalankan satu ibadah, lebih dari yang lainnya.

حدثني أبو الطاهر. قال: سمعت عبدالله بن وهب يحدث عن يونس، عن ابن شهاب. ح وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب. أخبرني يونس عن ابن شهاب. أخبرني سعيد بن المسيب وأبو سلمة بن عبدالرحمن ؛ أن عبدالله بن عمرو بن العاص قال: أخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه يقول: لأقومن الليل ولأصومن النهار، ما عشت. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم "آنت الذي تقول ذلك ؟ " فقلت له: قد قلته، يا رسول الله ! فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "فإنك لا تستطيع ذلك. فصم وأفطر. ونم وقم. وصم من الشهر ثلاثة أيام. فإن الحسنة بعشر أمثالها. وذلك مثل صيام الدهر" قال قلت: فإني أطيق أفضل من ذلك. قال: "صم يوما وأفطر يومين" قال قلت: فإني أطيق أفضل من ذلك، يا رسول الله ! قال: "صم يوما وأفطر يوما. وذلك صيام داود (عليه السلام) وهو أعدل الصيام" قال قلت: فإني أطيق أفضل من ذلك. قال رسول الله عليه وسلم: "لا أفضل من ذلك".

Telah menceritakan kepadaku Abu Thaahir, ia berkata : Aku mendengar ‘Abdullah bin Wahb menceritakan dari Yuunus, dari Ibnu Syihaab  Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahyaa : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb : Telah mengkhabarkan kepadaku Yahyaa, dari Ibnu Syihaab : Telah mengkhabarkan kepadaku Sa’iid bin Al-Musayyib dan Abu Salamah bin ‘Abdirrahmaan : Bahwasannya ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam diberitahukan bahwasannya ia (‘Abdullah) berkata : ‘Sungguh aku akan shalat di seluruh malam dan puasa di seluruh siang di sepanjang hayatku’. Maka beliau bersabda : “Apakah engkau yang mengatakan hal itu ?”. Aku menjawab : “Ya, aku telah mengatakannya wahai Rasulullah”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup mengerjakannya. Berpuasalah dan berbukalah. Tidurlah dan shalat malam-lah. Berpuasalah tiga hari dalam sebulan, karena satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Hal itu sebanding dengan puasa sepanjang masa”. Aku berkata : “Sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu”. Beliau bersabda : “Kalau begitu, berpuasalah sehari, lalu berbuka dua hari”. Aku berkata : “Sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu wahai Rasulullah”. Beliau bersabda : “Kalau begitu, berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari. Itu adalah puasa Nabi Daawud ‘alaihis-salaam. Itu adalah puasa yang paling adil”. Aku berkata : “Sesungguhnya aku mampu melakukan lebih dari itu”. Beliau bersabda : “Tidak ada puasa yang lebih baik dari itu” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1159].

Namun, ada shahabat memilih amalan yang lebih ringan daripada yang dirutinkan ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhum.

وحدثني هارون بن عبدالله ومحمد بن رافع. قالا: حدثنا ابن أبي فديك عن الضحاك بن عثمان، عن إبراهيم بن عبدالله بن حنين، عن أبي مرة مولى أم هانئ، عن أبي الدرداء؛ قال: أوصاني حبيبي صلى الله عليه وسلم بثلاث. لن أدعهن ما عشت: بصيام ثلاثة أيام من كل شهر. وصلاة الضحى. وبأن لا أنام حتى أوتر.

Dan telah menceritakan kepada kami Haaruun bin ‘Abdillah dan Muhammad bin Raafi’, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Fudaik, dari Adl-Dlahhaak bin ‘Utsmaan, dari Ibraahiim bin ‘Abdillah bin Hunain, dari Abu Murrah maula Ummi Haani’, dari Abud-Dardaa’, ia berkata : “Kekasihku shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mewasiatkan kepadaku tiga hal yang tidak aku tinggalkan selama hayatku : Berpuasa tiga hari pada setiap bulan, shalat Dluhaa, dan agar aku tidak tidur sebelum melakukan witir” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 722].

Bahkan ada di antara shahabat malah tidak mengerjakan shalat malam.

أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ قَالَ يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قَالَ فَاطَّلَعَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصَارِ تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ مَاءِ وُضُوئِهِ مُعَلِّقٌ نَعْلَيْهِ بِيَدِهِ الشِّمَالِ فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَاطَّلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ مَرْتَبَتِهِ الأُولَى فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَاطَّلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ مَرْتَبَتِهِ الأُولَى فَلَمَّا قَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اتَّبَعَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فَقَالَ لَهُ إِنِّي لاحَيْتُ أَبِي فَأَقْسَمْتُ إِنِّي لاَ أَدْخُلُ عَلَيْهِ ثَلاثَ لَيَالٍ فَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ تُؤْوِيَنِي إِلَيْكَ حَتَّى تَحِلَّ يَمِينِي فَعَلْتَ قَالَ نَعَمْ قَالَ أَنَسٌ فَكَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ ثَلاثَ لَيَالٍ فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ بِشَيْءٍ غَيْرَ أَنَّهُ إِذَا تَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللَّهَ وَكَبَّرَهُ حَتَّى يَقُومَ لِصَلاةِ الْفَجْرِ فَيُسْبِغَ الْوُضُوءَ قَالَ عَبْدُ اللهِ غَيْرَ أَنَّى لاَ أَسْمَعُهُ يَقُولُ إِلا خَيْرًا فَلَمَّا مَضَتِ الثَّلاثُ اللَّيَالِي وَكِدْتُ أَنْ أَحْتَقِرَ عَمَلَهُ قُلْتُ يَا عَبْدَ اللهِ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ بَيْنِي وَبَيْنَ وَالِدِي غَضَبٌ وَلا هَجْرٌ وَلَكِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لَكَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ فِي ثَلاثَةِ مَجَالِسَ يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَاطَّلَعْتَ أَنْتَ فِي تِلْكَ الثَّلاثِ مَرَّاتٍ فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ إِلَيْكَ فَأَنْظُرَ مَا عَمَلُكَ فَأَقْتَدِيَ بِكَ فَلَمْ أَرَكَ تَعْمَلُ كَبِيرَ عَمَلٍ فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِكَ مَا قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَا هُوَ إِلا مَا رَأَيْتَ فَانْصَرَفْتُ عَنْهُ فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي وَقَالَ مَا هُوَ إِلا مَا رَأَيْتَ غَيْرَ أَنِّي لاَ أَجِدُ فِي نَفْسِي غِلاً لأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَلا أَحْسِدُهُ عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ وَهِيَ الَّتِي لاَ نُطِيقُ

Telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhriy, dari Anas bin Maalik, ia berkata : Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau bersabda : “Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga”. Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudlu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal. Esok harinya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi : “Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga”. Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya. Besok harinya lagi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga”. Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal. Setelah itu Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut : “Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu”. Dia menjawab : “Silakan”. Anas berkata bahwa ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang shalat malam. Hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu. Abdullah juga mengatakan : “Aku tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik”. Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja ‘Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata : “Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda : ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga’.’ Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau. Maka, aku ingin menginap di rumahmu ini untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata demikian ?”. Kemudian laki-laki Anshar itu menjawab : “Aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, kecuali apa yang telah engkau lihat”. Mendengar jawaban itu, akupun pulang. Namun ketika aku sudah berpaling, ia memanggilku, lalu berkata : “Aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, kecuali apa yang telah engkau lihat. Hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya”. ‘Abdullah bin ‘Amru berkata kepadanya : “Inilah amalan yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Al-Mubaarak dalam Az-Zuhd, hal. 220-221 no. 694].

Dan bahkan...., ada shahabat yang tidak menambah amalan sunnah kecuali apa yang diwajibkan saja.

حدثنا إسماعيل قال: حدثني مالك بن أنس، عن عمه أبي سهيل بن مالك، عن أبيه، أنه سمع طلحة بن عبيد الله يقول: جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم من أهل نجد، ثائر الرأس، يسمع دوي صوته ولا يفقه ما يقول، حتى دنا، فإذا هو يسأل عن الإسلام، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (خمس صلوات في اليوم والليلة) فقال: هل علي غيرها؟ قال: (لا إلا أن تطوع). قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (وصيام رمضان). قال هل علي غيره؟ قال: (لا إلا أن تطوع). قال: وذكر له رسول الله صلى الله عليه وسلم الزكاة، قال: هل علي غيرها؟ قال: (لا إلا أن تطوع). قال: فأدبر الرجل وهو يقول: والله لا أزيد على هذا ولا أنقص، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (أفلح إن صدق).

Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Maalik bin Anas, dari pamannya yang bernama Abu Suhail bin Maalik, dari ayahnya, bahwasannya ia mendengar Thalhah bin ‘Ubaidillah berkata : Datang seorang laki-laki penduduk Najd kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, kepalanya telah beruban, gaung suaranya terdengar tetapi tidak bisa dipahami apa yang dikatakannya kecuali setelah dekat. Ternyata ia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Shalat lima waktu dalam sehari semalam”. Ia bertanya lagi : “Adakah aku punya kewajiban shalat lainnya ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Tidak, melainkan hanya amalan sunnah saja”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian menyebutkan puasa di bulan Ramadlan. Ia bertanya lagi : “Adakah aku mempunyai kewajiban puasa selainnya ?”. Beliau menjawab : “Tidak, melainkan hanya amalan sunnah saja”. Perawi (Thalhah) mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian menyebutkan tentang zakat kepadanya. Maka ia pun kembali bertanya : “Adakah aku punya kewajiban lainnya ?”. Beliau menjawab : “Tidak, melainkan hanya amalan sunnah saja”. Perawi mengatakan : Selanjutnya orang ini pergi seraya berkata : “Demi Allah, saya tidak akan menambahkan dan tidak akan mengurangi ini”. Mendengar hal itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun berkata : “Niscaya ia akan beruntung jika ia benar-benar melakukannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 46]•

Dan bahkan,...... ada sebagian shahabat yang melakukan kekeliruan yang kemudian ditegakkan hadd kepadanya.

وحدثنا محمد بن العلاء الهمذاني. حدثنا يحيى بن يعلى (وهو ابن الحارث المحاربي) عن غيلان (وهو ابن جامع المحاربي)، عن علقمة بن مرثد، عن سليمان بن بريدة، عن أبيه. قال: ........قال: ثم جاءته امرأة من غامد من الأزد. فقالت: يا رسول الله! طهرني. فقال (ويحك! ارجعي فاستغفري الله وتوبي إليه). فقالت: أراك تريد أن ترددني كما رددت ماعز بن مالك. قال: (وما ذاك؟) قالت: إنها حبلى من الزنى. فقال (آنت؟) قالت: نعم. فقال لها (حتى تضعي ما في بطنك). قال: فكفلها رجل من الأنصار حتى وضعت. قال: فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: قد وضعت الغامدية. فقال (إذا لا نرجمها وندع لها ولدها صغيرا ليس له من يرضعه). فقام رجل من الأنصار فقال: إلى رضاعه. يا نبي الله! قال: فرجمها.

Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-‘Alaa’ Al-Hamdzaaniy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ya’laa (ia adalah Ibnul-Haarits Al-Muhaaribiy), dari Ghailaan (ia adalah Ibnu Jaami’ Al-Muhaaribiy), dari ‘Alqamah bin Martsad, dari Sulaimaan bin Burairad, dari ayahnya, ia berkata : “.....Kemudian datanglah seorang wanita dari daerah Ghaamid dari kalangan suku Al-Azd, ia berkata : ‘Wahai Rasulullah, sucikanlah aku !’. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Celakalah kamu ! Pulanglah dan beristighfarlah kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya’. Lalu wanita itu berkata : ‘Aku melihat engkau ingin menolakku sebagaimana engkau telah menolak Ma’iz bin Maalik’. Beliau bersabda : ‘Apa maksudnya ?’. Ia berkata : ‘Sesungguhnya ia telah hamil karena zina’. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Apakah (wanita itu) engkau ?’. Ia menjawab : ‘Ya, benar’. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya : ‘Kembalilah, hingga engkau melahirkan kandunganmu’. Buraidah (perawi) berkata : ‘Lalu wanita itu ditanggung seorang laki-laki Anshar sampai melahirkan’. Kemudian laki-laki itu datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : ‘Sesungguhnya wanita Ghamidiyyah itu telah melahirkan’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Kalau begitu, kami belum akan merajamnya, karena ia meninggalkan anaknya yang masih kecil dan tidak ada orang yang menyusuinya’. Lalu seorang laki-laki dari kalangan Anshar berdiri dan berkata : ‘Wahai Nabi Allah, serahkan kepadaku penyusuannya !’. Buraidah berkata : ‘Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam merajamnya’ [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1695].

Perhatikanlah wahai sahabat...  bagaimana keadaan para shahabat yang dikatakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai sebaik-baik generasi dan bintang penjaga umat.

Betapa baik dan tinggi kedudukan mereka, mereka tetaplah manusia, sama seperti kita. Mereka bertingkat-tingkat dalam hal iman dan amal. Ada yang lebih ataupun kurang.

Jika keadaan para shahabat saja seperti itu, bagaimana pula keadaan kita ?. Sehebat apapun seseorang, tentu ada lebih dan kurangnya. Ada di antara mereka yang unggul di satu hal, namun kurang dalam hal yang lain. (Mungkin), ada sebagian di antara kita yang ibadahnya ‘luar biasa’, namun kurang bisa berinteraksi dengan orang lain. Ada sebagian di antaranya yang rajin ikut ta’lim kesana dan kemari, namun susah diajak ta’awun dalam dakwah. Ada sebagian di antaranya yang diberikan kecerdasan dalam teoritis ilmu-ilmu agama, namun agak kurang dalam kekuatan implementasinya. Dan seterusnya dan seterusnya.

Seringkali kita menjadikan apa yang ada pada diri kita menjadi satu standar yang harus berlaku pada orang lain. Jika kita rajin shalat malam, maka orang lain pun ‘wajib’ shalat malam. Jika kita rajin ta’lim, maka orang lain pun ‘wajib’ rajin ta’lim. Jika kita aktif dalam dakwah, maka orang lain pun ‘wajib’ seperti itu pula. Apa-apa yang tidak berkesesuaian dengan diri kita dari orang lain, kita anggap sebagai satu cela. Tidak jarang hal itu berlanjut menjadi kekakuan, kekurangharmonisan, dan ajang bermasam muka. Kita anggap berketus kata sebagai media utama pengamalan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

الدين النصيحة

“Agama itu nasihat”.

agar,.... orang yang bersangkutan ‘menyadari kesalahannya’ yang selanjutnya melakukan apa yang kita lakukan.

Islam tidaklah bertujuan menjadikan manusia sama, akan tetapi Islam bertujuan untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah semata dengan mengamalkan syari’at yang ada di dalamnya, yang itu bisa terwujud dengan media nasihat. Allah ta’ala telah berfirman :

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang” [QS. Al-Balad : 17].

Al-Haafidh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

وقوله: { وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ } أي: كان من المؤمنين العاملين صالحا، المتواصين بالصبر على أذى الناس، وعلى الرحمة بهم. كما جاء في الحديث: "الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء" وفي الحديث الآخر: "لا يَرْحَم اللهُ من لا يَرْحَم الناس"

“Dan firman-Nya : ‘dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang’, yaitu : ia termasuk orang-orang mukmin yang selalu mengerjakan amal shalih dan senantiasa memberikan wasiat/nasihat untuk bersabar dari gangguan orang lain serta berkasih sayang dengan mereka. Hal itu sebagaimana terdapat dalam hadits : ‘Orang-orang yang mengasihi akan selalu dikasihi oleh Yang Maha Pengasih (Allah). Kasihilah orang-orang yanga ada di bumi, niscaya engkau akan dikasihi orang Dzat yang ada di langit”. Dan juga dalam hadits yang lain : ‘Allah tidak mengasihi orang-orang yang tidak mengasihi manusia’” [Tafsiir Al-Qur’aanil-‘Adhiim, 14/362].

Nasihat dan dakwah adalah untuk mengajak yang jauh untuk mendekat, mengajak yang lemah beramal menjadi rajin beramal. Bukan sebaliknya, mengajak yang lemah menjadi semakin lemah dan malas, serta mengajak yang jauh menjadi semakin jauh.

Kewajiban kita – jika kita tahu sesuatu (dan telah mengamalkannya) – hanyalah menyampaikan. Karena kita tahu :

لأن يهدى بك رجل واحد خير لك من حمر النعم

“Seandainya Allah memberikan hidayah seseorang melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik bagimu daripada onta merah (harta dunia yang sangat berharga)”.

Jika diterima alhamdulillah. Jika belum, maka sabar, berdoa, dan terus berusaha untuk mendapatkan onta merah. Jangan sampai hilang dan terlepas.

Allah ta’ala telah menciptakan bermilyar manusia dengan berbagai keadaannya. Di antaranya kita, ibu kita, ayah kita, teman kita, tetanga kita, relasi kita, dan yang lainnya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jika kita melihat orang lain penuh kekurangan, maka tidaklah beda jauh dengan diri kita. Banyak kelebihan yang mungkin dimiliki orang lain yang tidak ada pada diri kita.da Yang Sama Dalam Kehidupan

Murtadnya Penduduk Oman Setelah Wafatnya Rosululloh SAW


Tentang penduduk Oman ini, mereka telah menerima da'wah Islam, dan Rasulullah SAW pernah mengutus 'Amr bin Al-'Aash kepada mereka. Namun setelah Rasulullah SAW wafat, muncul di tengah-tengah mereka seorang laki-laki bernama Dzut Taaj Laqiith bin Maalik Al-Azdiy yang mengaku menjadi Nabi.

Di dalam Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan :

اَمَّا اَهْلُ عُمَانَ فَنَبَغَ فِيْهِمْ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ ذُو التَّاجِ لَقِيْطُ بْنُ مَالِكِ اْلاَزْدِيُّ وَ كَانَ يُسَامَى فِي الْجَاهِلِيَّةِ الْجُلَنْدَي، فَادَّعَى النُّبُوَّةَ اَيْضًا، وَ تَابَعَهُ الْجَهَلَةُ مِنْ اَهْلِ عُمَانَ، فَتَغَلَّبَ عَلَيْهَا وَ قَهَّرَ جَيْفَرًا وَ عَبَّادًا وَ اَلْجَأَهُمَا اِلىَ اَطْرَافِهَا مِنْ نَوَاحِي الْجِبَالِ وَ الْبَحْرِ، فَبَعَثَ جَيْفَرٌ اِلىَ الصّدّيْقِ فَاَخْبَرَهُ الْخَبَرَ وَ اسْتَجَاشَهُ.

Adapun penduduk Oman, setelah Rasulullah SAW wafat, muncullah di tengah-tengah mereka seorang laki-laki bernama Dzut Taaj Laqiith bin Maalik Al-Azdiy yang pada masa Jahiliyyah ia setara dengan Al-Julanda raja Oman, dan dia mengaku menjadi Nabi. Ia diikuti oleh orang-orang bodoh dari penduduk Oman, Akhirnya dia berhasil menguasai Oman setelah mengalahkan Jaifar dan 'Abbad, keduanya adalah anak Julanda. Bahkan ia berhasil mendesak keduanya hingga ke ujung daerah Oman, ke wilayah pegunungan dan lautan. Kemudian Jaifar mengirimkan utusannya kepada Abu Bakar Ash-Shiddiiq untuk melaporkan peristiwa tersebut dan untuk meminta bantuan.

فَبَعَثَ اِلَيْهِ الصّدّيْقِ بِاَمِيْرَيْنِ وَ هُمَا حُذَيْفَةُ بْنُ مِحْصَنٍ الْحِمْيَرِيُّ وَ عَرْفَجَةُ اْلبَارِقِيُّ مِنَ اْلاَزْدِ، حُذَيْفَةُ اِلىَ عُمَانَ وَ عَرْفَجَةُ اِلىَ مَهْرَةَ، وَ اَمَرَهُمَا اَنْ يَجْتَمِعَا وَ يَتَّفِقَا وَ يَبْتَدِئَا بِعُمَانَ وَ حُذَيْفَةُ هُوَ اْلاَمِيْرُ، فَاِذَا سَارُوْا اِلىَ بِلاَدِ مَهْرَةَ فَعَرْفَجَةُ اْلاَمِيْرُ.

Maka Abu Bakar Ash-Shiddiiq lalu mengutus dua orang pemimpin pasukan, yaitu Hudzaifah bin Mihshan Al-Himyariy dan 'Arfajah (bin Hartsamah) Al-Bariqiy dari Al-Azdiy. Hudzaifah ditugaskan ke Oman sedangkan 'Arfajah ditugaskan ke Mahrah. Abu Bakar memerintahkan keduanya supaya berkumpul dan memulai penyerangan dari Oman, dan Hudzaifah lah yang menjadi panglima pasukan. Tetapi apabila mereka berjalan ke Mahrah, maka 'Arfajah lah yang menjadi panglima pasukan.

وَ قَدْ قَدَّمْنَا اَنَّ عِكْرِمَةَ بْنَ اَبِي جَهْلٍ لَمَّا بَعَثَهُ الصّدّيْقُ اِلىَ مُسَيْلِمَةَ وَ اَتْبَعَهُ بِشُرَحْبِيْلَ بْنِ حَسَنَةَ، عَجَلَ عِكْرِمَةُ وَ نَاهَضَ مُسَيْلِمَةُ قَبْلَ مُجِيْءِ شُرَحْبِيْلَ لِيَفُوْزَ بِالظَّفَرِ وَحْدَهُ، فَنَالَهُ مِنْ مُسَيْلِمَةَ قَرْحٌ وَ الَّذِيْنَ مَعَهُ، فَتَقَهْقَرَ حَتَّى جَاءَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ، فَقَهَرَ مُسَيْلِمَةَ كَمَا تَقَدَّمَ، وَ كَتَبَ اِلَيْهِ الصّدّيْقُ يَلُوْمُهُ عَلَى تَسَرُّعِهِ، قَالَ: لاَ اَرَيَنَّكَ وَلاَ اَسْمَعَنَّ بِكَ اِلاَّ بَعْدَ بَلاَءٍ، وَ اَمَرَهُ اَنْ يَلْحَقَ بِحُذَيْفَةَ وَ عَرْفَجَةَ اِلىَ عُمَانَ، وَ كُلٌّ مِنْكُمْ اَمِيْرٌ عَلَى جَيْشِهِ، وَ حُذَيْفَةُ مَا دُمْتُمْ بِعُمَانَ فَهُوَ اَمِيْرُ النَّاسِ، فَاِذَا فَرَغْتُمْ فَاذْهَبُوْا اِلىَ مَهْرَةَ، فَاِذَا فَرَغْتُمْ مِنْهَا فَاذْهَبْ اِلىَ الْيَمَنِ وَ حَضَرَمَوْتَ فَكُنْ مَعَ الْمُهَاجِرِ بْنِ اَبِي اُمَيَّةَ، وَ مَنْ لَقِيْتَهُ مِنَ الْمُرْتَدَّةِ بَيْنَ عُمَانَ اِلىَ حَضَرَمَوْتَ وَ الْيَمَنِ فَنَكّلْ بِهِ.

Sebelumnya telah kami terangkan bahwa 'Ikrimah bin Abu Jahl ketika memimpin pasukan yang dikirim oleh Abu Bakar Ash-Shiddiiq untuk memerangi Musailimah dan Abu Bakar memperkuat dengan pasukan Syurahbil bin Hasanah yang bergerak di belakangnya, namun 'Ikrimah tergesa-gesa menyerang Musailimah sebelum datang pasukan Syurahbil karena ingin segera untuk mendapatkan kemenangan. Ternyata ia mendapat serangan balasan yang telak dari Musailimah dan membuat pasukannya terpukul mundur, sehingga datanglah Khalid bin Walid dan berhasil mengalahkan Musailimah. Selanjutnya Abu Bakar Ash-Shiddiiq mengirim surat kecaman kepada 'Ikrimah atas ketergesa-gesaannya itu. Dalam surat itu Abu Bakar berkata, "Aku tidak melihatmu dan tidak mendengarmu kecuali sesudah datang bencana".

Kemudian 'Ikrimah diperintahkan untuk mengikuti pasukan Hudzaifah dan 'Arfajah yang menuju Oman, Abu Bakar berpesan, "Setiap orang dari kalian ditugaskan memimpin pasukannya masing-masing, dan ketika kalian berada di Oman, maka Hudzaifah lah pemimpin tertinggi kalian. Dan jika telah selesai tugas di sana, maka berangkatlah menuju Mahrah. Dan apabila telah selesai, maka berangkatlah ke Yaman dan Hadlaramaut, bergabunglah dengan Muhajir bin Abu Umayyah. Siapa saja yang kamu hadapi dari kaum murtad antara Oman dan Hadlaramaut dan Yaman, maka berilah pelajaran supaya jera.

فَسَارَ عِكْرِمَةُ لِمَا اَمَرَهُ بِهِ الصّدّيْقُ، فَلَحِقَ حُذَيْفَةَ وَ عَرْفَجَةَ قَبْلَ اَنْ يَصِلاَ اِلىَ عُمَانَ، وَ قَدْ كَتَبَ اِلَيْهِمَا الصّدّيْقُ اَنْ يَنْتَهِيَا اِلىَ رَأْيِ عِكْرِمَةَ بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنَ السَّيْرِ مِنْ عُمَانَ اَوِ الْمَقَامِ بِهَا، فَسَارُوْا، فَلَمَّا اقْتَرَبُوْا مِنْ عُمَانَ رَاسَلُوْا جَيْفَرًا، وَ بَلَغَ لَقِيْطَ بْنَ مَالِكٍ مَجِيْءُ الْجَيْشِ، فَخَرَجَ فِي جُمُوْعِهِ فَعَسْكَرَ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ دَبَا وَهِيَ مِصْرُ تِلْكَ اْلبِلاَدِ وَ سُوْقُهَا الْعُظْمَى، وَ جَعَلَ الذَّرَارِيَ وَ اْلاَمْوَالَ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ لِيَكُوْنَ اَقْوَى لِحَرْبِهِمْ،

Kemudian berangkatlah 'Ikrimah ke tempat yang diperintahkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan ia berhasil menyusul Hudzaifah dan 'Arfajah sebelum keduanya tiba di Oman. Abu Bakar Ash-Shiddiiq telah berpesan kepada mereka berdua supaya mengikuti pendapat 'Ikrimah setelah selesai dari Oman atau ketika tinggal di sana. Kemudian mereka berjalan bersama, dan ketika telah dekat dengan Oman mereka mengirim surat kepada Jaifar. Namun dari pihak musuh, Laqiith bin Maalik sudah mendengar kedatangan pasukan Islam tersebut, lalu ia keluar membawa seluruh pasukannya dan mendirikan kemah di suatu tempat yang bernama Daba, yaitu ibu kota negeri itu dan yang di dalamnya ada pasar terbesar. Dan Laqiith membawa anak-anak, kaum wanita dan harta benda di belakang pasukan agar mereka semakin gigih berperang.

وَ اجْتَمَعَ جَيْفَرٌ وَ عَبَّادٌ بِمَكَانٍ وَ يُقَالُ لَهُ صُحَارُ، فَعَسْكَرَا بِهِ وَ بَعَثَا اِلىَ اُمَرَاءِ الصّدّيْقِ. فَقَدِمُوْا عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ، فَتَقَابَلَ الْجَيْشَانِ هُنَالِكَ، وَ تَقَاتَلُوْا قِتَالاً شَدِيْدًا، وَ ابْتُلِىَ الْمُسْلِمُوْنَ وَ كَادُوْا اَنْ يُوَلُّوْا، فَمَنَّ اللهُ بِكَرَمِهِ وَ لُطْفِهِ اَنْ بَعَثَ اِلَيْهِمْ مَدَدًا فِي السَّاعَةِ الرَّاهِنَةِ مِنْ بَنِي نَاجِيَةَ وَ عَبْدِ اْلقَيْسِ فِي جَمَاعَةٍ مِنَ اْلاُمَرَاءِ، فَلَمَّا وَصَلُوْا اِلَيْهِمْ كَانَ الْفَتْحُ وَ النَّصْرُ، فَوَلَّى الْمُشْرِكُوْنَ مُدْبِرِيْنَ، وَ رَكِبَ الْمُسْلِمُوْنَ ظُهُوْرَهُمْ فَقَتَلُوْا مِنْهُمْ عَشْرَةَ آلاَفِ مُقَاتِلٍ وَ سَبَّوُا الذَّرَارِيَ وَ اَخَذُوا اْلاَمْوَالَ وَ السُّوْقَ بِحَذَافِيْرِهَا، وَ بَعَثُوْا بِالْخُمُسِ اِلىَ الصّدّيْقِ رض مَعَ اَحَدِ اْلاُمَرَاءِ وَ هُوَ عَرْفَجَةُ، ثُمَّ رَجَعَ اِلىَ اَصْحَابِهِ.

Ketika itu Jaifar dan 'Abbad berkumpul di sebuah tempat yang bernama Shuhar. Mereka menempatkan tentaranya di sana. Kemudian mereka mengirim surat kepada para pemimpin pasukan yang ditugaskan Abu Bakar, lalu mereka bergabung dengan tentara kaum muslimin. Maka bertemulah di sana dua pasukan besar sehingga terjadi pertempuran yang dahsyat. Ketika itu kaum muslimin benar-benar diuji, dan hampir-hampir mereka mundur. Namun berkat kemuliaan Allah dan kelembutan-Nya, akhirnya dalam keadaan yang gawat itu Allah mengirim bantuan dari Bani Najiyah dan 'Abdul Qais dengan rombongan para pemimpin pasukan. Setelah bantuan itu bergabung, maka kaum muslimin meraih kemenangan. Dan orang-orang musyrik lari kocar-kacir mundur ke belakang dan dikejar oleh pasukan muslimin. Pada waktu itu mereka berhasil membunuh 10.000 orang dan menawan para wanita dan anak-anak. Mereka juga berhasil mengambil alih seluruh harta, kemudian seperlimanya dikirim kepada Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA yang dibawa oleh salah seorang pimpinan, yaitu 'Arfajah. Kemudian ia kembali kepada pasukannya.

Memerangi kaum murtad negeri Mahrah.

وَ اَمَّا مَهْرَةُ فَاِنَّهُمْ لَمَّا فَرَغُوْا مِنْ عُمَانَ كَمَا ذَكَرْنَا، سَارَ عِكْرِمَةُ بِالنَّاسِ اِلىَ بِلاَدِ مَهْرَةَ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْجُيُوْشِ وَ مَنْ اَضِيْفَ اِلَيْهَا حَتَّى اقْتَحَمَ عَلَى مَهْرَةَ بِلاَدِهَا، فَوَجَدَهُمْ جُنْدَيْنِ عَلَى اَحَدِهِمَا (وَهُمُ اْلاَكْثَرُ) اَمِيْرٌ يُقَالُ لَهُ اَلْمُصَبَّحُ، اَحَدُ بَنِي مُحَارِبٍ، وَ عَلَى اْلجُنْدِ اْلآخَرِ اَمِيْرٌ يُقَالُ لَهُ: شِخْرِيْتٌ، وَ هُمَا مُخْتَلِفَانِ، وَكَانَ هذَا اْلاِخْتِلاَفُ رَحْمَةً عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ.

Adapun negeri Mahrah, setelah kaum muslimin selesai menaklukkan Oman, kemudian 'Ikrimah bersama pasukannya dan tentara yang bergabung dengannya berjalan menuju negeri Mahrah, hingga mereka menyerbu negeri Mahrah tersebut. Ternyata di sana mereka mendapati musuh terbagi menjadi dua pasukan. Pasukan pertama (yang jumlahnya lebih besar) di bawah pimpinan seorang pemimpin yang bernama Mushabbah dari bani Muharib, sedangkan yang kedua dibawah pimpinan seorang amir yang bernama Syikhriit. Dan pada waktu itu kedua pimpinan ini sedang berselisih, maka perselisihan mereka itu merupakan rahmat bagi tentara mu'miniin.

فَرَاسَلَ عِكْرِمَةُ شِخْرِيْتًا فَاَجَابَهُ وَ انْضَافَ اِلىَ عِكْرِمَةَ فَقَوِيَ بِذلِكَ الْمُسْلِمُوْنَ، وَ ضَعُفَ جَأْشُ الْمُصَبَّحِ، فَبَعَثَ اِلَيْهِ عِكْرِمَةُ يَدْعُوْهُ اِلىَ اللهِ وَ اِلىَ السَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ، فَاغْتَرَّ بِكَثْرَةِ مَنْ مَعَهُ وَ مُخَالَفَةٍ لِشِخْرِيْتٍ فَتَمَادَى عَلَى طُغْيَانِهِ، فَسَارَ اِلَيْهِ عِكْرِمَةُ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْجُنُوْدِ فَاقْتَتَلُوْا مَعَ الْمُصَبَّحِ اَشَدَّ مِنْ قِتَالِ دَبَا الْمُتَقَدّمِ، ثُمَّ فَتَحَ اللهُ بِالظَّفَرِ وَ النَّصْرِ، فَفَرَّ الْمُشْرِكُوْنَ وَ قُتِلَ الْمُصَبَّحُ، وَ قُتِلَ خَلْقٌ كَثِيْرٌ مِنْ قَوْمِهِ، وَ غَنِمَ الْمُسْلِمُوْنَ اَمْوَالَهُمْ، فَكَانَ فِي جُمْلَةِ مَا غَنِمُوْا اَلْفَا نَجِيْبَةٍ، فَخَمَّسَ عِكْرِمَةُ ذلِكَ كُلَّهُ وَ بَعَثَ بِخُمُسِهِ اِلىَ الصّدّيْقِ مَعَ شِخْرِيْتٍ، وَ اَخْبَرَهُ بِمَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ وَ اْلبِشَارَةِ مَعَ رَجُلٍ يُقَالُ لَهُ السَّائِبُ، مِنْ بَنِي عَابِدٍ مِنْ مَخْزُوْمٍ.

Maka 'Ikrimah segera mengirim surat kepada Sikhriit mengajak untuk bersatu dengan 'Ikrimah, dan ternyata ajakan itu disambut baik oleh Syikhriit, lalu ia bergabung dengan 'Ikrimah, sehingga membuat pasukan kaum muslimin menjadi semakin kuat, dan menjadi lemahlah hati Mushabbah. Kemudian 'Ikrimah mengajak pasukan Mushabbah agar mereka kembali kepada agama Allah dan patuh serta tha'at. Namun Mushabbah merasa bangga  dengan jumlah pasukannya yang banyak dan karena berselisih dengan Syikhriit, maka dia tetap di dalam kesesatannya.

Akhirnya 'Ikrimah memerintahkan tentaranya untuk menyerbu musuh, maka pecahlah pertempuran yang sangat dahsyat yang lebih dahsyat daripada penaklukan Daba sebelumnya. Akhirnya Allah memberikan pertolongan dan kemenangan kepada pasukan muslimin. Orang-orang musyrik melarikan diri, sedangkan Mushabbah sendiri mati terbunuh. Dan pada waktu itu banyak dari tentara musuh yang terbunuh. Kemudian kaum muslimin berhasil mendapatkan ghanimah yang banyak. Dari sekian banyaknya harta rampasan perang itu terdapat 2.000 ekor hewan tunggangan yang baik. Kemudian 'Ikrimah membagikan ghanimah tersebut, dan mengirimkan seperlimanya kepada Abu Bakar Ash-Shiddiiq yang dibawa oleh Syikhriit sambil membawa berita gembira tentang kemenangan ini kepada beliau. Sebelum Shikhriit tiba, berita kemenangan ini telah dibawa oleh seorang laki-laki yang bernama As-Saaib dari bani 'Aabid dari qabilah Makhzuum. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Demikianlah, setelah Rasulullah SAW wafat tidak ada satupun tempat di Jazirah 'Arab kecuali penduduknya ada yang murtad. Maka Abu Bakar Ash-Shiddiiq segera mengirim pasukannya sebagai bantuan kepada kaum muslimin yang berada di tempat-tempat tersebut. Setiap pertempuran antara kaum muslimin dengan kaum murtad selalu dimenangkan oleh pasukan muslimin. Alhamdu lillah.

Kaum muslimin berhasil membunuh banyak kaum murtad dan mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak. Dengan itu mereka menjadi lebih kuat dalam menghadapi musuh-musuh yang ada. Seperlima dari harta rampasan itu dikirimkan kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq untuk disalurkan kepada kaum muslimin agar mereka lebih kuat.

Pasukan Islam selalu menumpas gerakan kaum murtad sehingga tidak tinggal di Jazirah 'Arab melainkan orang-orang yang patuh dan tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya, dan ahli dzimmah seperti penduduk Najran dan lainnya. Peperangan ini terjadi di tahun 11 H dan awwal tahun 12 H.

Kisah Murtadnya Warga Bahrain Dan Kembalinya Kepada Islam


Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

كَانَ مِنْ خَبْرِهِمْ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ قَدْ بَعَثَ الْعَلاَءَ بْنَ الْحَضْرَمِيّ اِلىَ مُلْكِهَا الُمُنْذِرِ بْنِ سَاوَي الْعَبْدِيّ، وَ اَسْلَمَ عَلَى يَدَيْهِ وَ اَقَامَ فِيْهِمُ اْلاِسْلاَمَ وَ الْعَدْلَ، فَلَمَّا تُوُفّيَ رَسُوْلُ اللهِ ص، تُوُفّيَ الْمُنْذِرُ بَعْدَهُ بِقَلِيْلٍ.


Dahulu pada masa Rasulullah SAW, beliau pernah mengutus Al-'Alaa' bin Hadlramiy ke kerajaan Bahrain, yang pada waktu itu rajanya bernama Al-Mundzir bin Saawaa Al-'Abdiy. Kemudian Raja tersebut masuk Islam di hadapan Al-'Alaa' dan raja tersebut menegakkan Islam dan keadilan terhadap rakyatnya. Setelah Rasulullah SAW wafat, tidak lama kemudian Al-Mundzir juga wafat.

وَ كَانَ قَدْ حَضَرَ عِنْدَهُ فِي مَرَضِهِ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ. فَقَالَ لَهُ: يَا عَمْرُو، هَلْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَجْعَلُ لِلْمَرِيْضِ شَيْئًا مِنْ مَالِهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، اَلثُّلُثَ. قَالَ: مَاذَا اَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: اِنْ شِئْتَ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى اَقْرِبَائِكَ، وَ اِنْ شِئْتَ عَلَى الْمَحَاوِيْجِ، وَ اِنْ شِئْتَ جَعَلْتَهُ صَدَقَةً مِنْ بَعْدِكَ حَبْسًا مَحْرَمًا. فَقَالَ: اِنّي اَكْرَهُ اَنْ اَجْعَلَهُ كَالْبَحِيْرَةِ وَ السَّائِبَةِ وَ الْوَصِيْلَةِ وَ الْحَامِ، وَ لكِنّي اَتَصَدَّقُ بِهِ. فَفَعَلَ وَ مَاتَ. فَكَانَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ يَتَعَجَّبُ مِنْهُ. البداية و النهاية 6: 720

Pada waktu sakit, 'Amr bin 'Aash sempat datang menjenguknya. Al-Mundzir berkata kepada 'Amr, "Ya 'Amr, apakah Rasulullah SAW membolehkan seseorang yang sakit berwashiyat dari sebagian hartanya ?". 'Amr menjawab, "Ya, sepertiga dari hartanya". Kemudian Al-Mundzir berkata, "Apa yang sebaiknya aku perbuat dengan sepertiga itu ?". 'Amr menjawab, "Jika engkau mau, boleh engkau sedeqahkan kepada kerabatmu, dan jika engkau mau boleh juga engkau sedeqahkan kepada orang-orang yang membutuhkannya (faqir-miskin), dan jika engkau mau bisa engkau waqafkan". Lalu Al-Mundzir berkata, "Aku tidak suka jika hartaku dijadikan seperti Bahiirah, Saaibah, Washiilah maupun Haam, tetapi aku akan menyedeqahkan hartaku itu". Akhirnya Al-Mundzir melaksanakannya. Dan setelah itu iapun wafat. Dan 'Amr bin 'Aash sangat kagum kepadanya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 720]

فَلَمَّا مَاتَ الُمُنْذِرُ ارْتَدَّ اَهْلُ الْبَحْرَيْنِ وَ مَلَّكُوْا عَلَيْهِمُ الْغَرُوْرَ، وَ هُوَ الْمُنْذِرُ بْنُ النُّعْمَانِ بْن الْمُنْذِرِ. وَقَالَ قَائِلُهُمْ: لَوْ كَانَ مُحَمَّدٌ نَبِيًّا مَا مَاتَ. وَ لَمْ يَبْقَ بِهَا بَلْدَةٌ عَلَى الثَّبَاتِ سِوَى قَرْيَةٍ يُقَالُ لَهَا جُوَاثَا، كَانَتْ اَوَّلَ قَرْيَةٍ اَقَامَتِ الْجُمُعَةَ مِنْ اَهْلِ الرّدَّةِ، كَمَا ثَبَتَ ذلِكَ فِي الْبُخَارِي عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ.

Namun setelah Al-Mundzir wafat, penduduk Bahrain berubah menjadi murtad dan mereka mengangkat Al-Gharuur, yaitu Al-Mundzir bin Nu'man bin Mundzir menjadi raja mereka. Ada diantara mereka yang berkata, "Seandainya Muhammad itu betul seorang Nabi, pastilah dia tidak akan mati". Dan tidak ada satupun dari daerah yang berada di Bahrain yang penduduknya tetap memegang keislamannya kecuali satu kota saja, yaitu kota Juwaatsaa. Kota inilah yang pertama kali mengadakan shalat Jum'at dari sekian banyak orang-orang  yang murtad, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu 'Abbas sebagai berikut :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ قَالَ: اِنَّ اَوَّلَ جُمْعَةٍ جُمّعَتْ بَعْدَ جُمْعَةٍ فِى مَسْجِدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنَ الْبَحْرَيْنِ. البخارى 1: 215

Dari 'Ibnu 'Abbas, bahwasanya ia berkata, "Sesungguhnya yang pertama kali diadakan shalat Jum'at setelah di masjidnya Rasulullah SAW adalah masjidnya 'Abdul Qais di kota Juwaatsaa di negeri Bahrain". [HR. Bukhari juz 1, hal. 215]

وَ قَدْ حَاصَرَهُمُ الْمُرْتَدُّوْنَ وَ ضَيَّقُوْا عَلَيْهِمْ، حَتَّى مَنَعُوْا مِنَ اْلاَقْوَاتِ وَ جَاعُوْا جُوْعًا شَدِيْدًا حَتَّى فَرَّجَ اللهُ، وَ قَدْ قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَذْفٍ، اَحَدُ بَنِي بَكْرِ بْنِ كِلاَبٍ، وَ قَدْ اِشْتَدَّ عَلَيْهِ الْجُوْعُ:

Seluruh penduduk yang murtad telah mengepung kota Juwaatsaa ini dan memboikotnya. Sampai-sampai makananpun tidak boleh masuk kepada mereka sehingga membuat mereka menderita kelaparan, sampai Allah memberikan jalan keluar kepada mereka. Ada salah seorang dari mereka, yaitu 'Abdullah bin Hadzaf, seorang laki-laki yang berasal dari Bani Bakar bin Kilaab membacakan sya'irnya dalam keadaan lapar :

اَلاَ اَبْلَغَ اَبَا بَكْرٍ رَسُوْلاً - وَ فِتْيَانَ الْمَدِيْنَةِ اَجْمَعِيْنَا

فَهَلْ لَكُمْ اِلىَ قَوْمٍ كِرَامٍ - قُعُوْدٍ فِي جُوَاثَا مُحْصَرِيْنَا

كَاَنَّ دِمَاءَهُمْ فِي كُلّ فَجّ - شُعَاعَ الشَّمْسِ يَغْشَى النَّاظِرِيْنَا

تَوَكَّلْنَا عَلَى الرَّحْمنِ اِنَّا - قَدْ وَجَدْنَا الصَّبْرَ لِلْمُتَوَكّلِيْنَا

Apakah tidak ada yang dapat membawa berita kepada Abu Bakar,
Dan penduduk Madinah seluruhnya.
Adakah diantara kalian yang memperhatikan suatu kaum yang mulia,
Yang terduduk di kota Juwaatsaa dalam keadaan terkepung.
Seolah-olah darah mereka mengalir di mana-mana,
Laksana cahaya matahari yang menutupi orang yang melihatnya,
Kami bertawakkal kepada Allah yang Maha Pemurah, sungguh kami,
Kami mendapati keshabaran selalu bersama orang-orang yang bertawakkal.

وَ قَدْ قَامَ فِيْهِمْ رَجُلٌ مِنْ اَشْرَافِهِمْ، وَ هُوَ الْجَارُوْدُ بْنُ الْمَعَلّى، وَ كَانَ مِمَّنْ هَاجَرُوْا اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص خَطِيْبًا وَ قَدْ جَمَعَهُمْ فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ عَبْدِ الْقَيْسِ، اِنّي سَائِلُكُمْ عَنْ اَمْرٍ فَاَخْبِرُوْنِي اِنْ عَلِمْتُمُوْهُ، وَ لاَ تُجِيْبُوْنِيْ اِنْ لَمْ تَعْلَمُوْهُ. فَقَالُوْا: سَلْ. قَالَ: اَتَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ كَانَ للهِ اَنْبِيَاءُ قَبْلَ مُحَمَّدٍ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: تَعْلَمُوْنَهُ اَمْ تَرَوْنَهُ؟ قَالُوْا: نَعْلَمُهُ. قَالَ: فَمَا فُعِلُوْا؟ قَالُوْا: مَاتُوْا. قَالَ: اِنَّ مُحَمَّدًا ص مَاتَ كَمَا مَاتُوْا، وَ اِنّيْ اَشْهَدُ اَنْ لاَ الهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالُوْا: وَ نَحْنُ اَيْضًا نَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ اَنْتَ اَفْضَلُنَا وَ سَيّدُنَا. وَ ثَبَتُوْا عَلَى اِسْلاَمِهِمْ وَ تَرَكُوْا بَقِيَةَ النَّاسِ فِيْمَا هُمْ فِيْهِ.

Kemudian salah seorang dari pembesar mereka mengumpulkan kaumnya, lalu berdiri berpidato di hadapan mereka, yaitu Al-Jaaruud bin Al-Ma'alliy, dia termasuk orang yang pernah hijrah kepada Rasulullah SAW, dia berkata, "Wahai keturunan 'Abdul Qais, aku bertanya kepada kalian tentang suatu perkara, tolong berikan jawabannya jika kalian mengetahuinya, dan tolong jangan kalian jawab jika kalian tidak mengetahuinya". Mereka berkata, "Ya, silahkan bertanya". Dia berkata, "Tahukah kalian, bahwa Allah mempunyai Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW ?". Mereka menjawab, "Ya, benar". Kemudian dia bertanya lagi, "Kalian mengetahuinya atau pernah melihatnya ?". Mereka menjawab, "Kami mengetahuinya". Kemudian ia bertanya lagi, "Bagaimana keadaan mereka sekarang ?". Mereka menjawab, "Semuanya telah mati". Dia berkata, "Maka sesungguhnya Muhammad SAW juga telah mati sebagaimana mereka telah mati. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu adalah utusan Allah". Maka serentak mereka juga mengatakan. "Kami juga bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah". "Dan engkaulah orang yang paling mulia diantara kami dan engkaulah pemimpin kami". Akhirnya mereka tetap istiqamah pada keislaman mereka, dan mereka meninggalkan orang-orang banyak yang tersesat. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 720]

وَ بَعَثَ الصّدّيْقُ رض اِلَيْهِمُ الْعَلاَءَ بْنَ الْحَضْرَمِيّ. فَلَمَّا دَنَا مِنَ الْبَحْرَيْنِ جَاءَ اِلَيْهِ ثُمَامَةُ بْنُ اُثَالٍ فِيْ مَحْفَلٍ كَبِيْرٍ، وَجَاءَ كُلُّ اُمَرَاءِ تِلْكَ النَّوَاحِيْ فَانْضَافُوْا اِلىَ جَيْشِ الْعَلاَءِ بْنِ الْحَضْرَمِيّ، فَاَكْرَمَهُمُ الْعَلاَءُ وَ تَرَحَّبَ بِهِمْ وَ اَحْسَنَ اِلَيْهِمْ.

Kemudian Abu Bakar RA mengutus Al-'Alaa' bin hadlramiy kepada mereka. Setelah mendekati Bahrain, datanglah Tsumaamah bin Utsaal dengan membawa tentara yang banyak, dan berdatangan pula seluruh pemimpin yang berada di sekitarnya untuk bergabung dengan tentaranya Al-'Alaa' bin Hadlramiy. Maka 'Alaa' sangat menghormati dan menghargai mereka, serta memperlakukan mereka dengan baik. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Karamah Al-'Alaa' bin Hadlramiy

Al-'Alaa' adalah salah seorang dari sekian banyak shahabat Nabi yang senior dan termasuk orang yang berilmu, banyak beribadah dan mustajab doanya. Dalam peperangan ini terjadi karamah (peristiwa yang luar biasa). Ketika mereka singgah di suatu tempat, yaitu ketika pasukan belum sempat istirahat, tiba-tiba unta-unta mereka menjadi beringas dan lari dengan membawa seluruh perbekalan tentara, baik berupa kemah, makanan dan minuman. Sehingga pasukan berhenti di tempat itu dalam keadaan tidak punya apapun selain  pakaian yang melekat di badan saja. Dan peristiwa ini terjadi pada malam hari. Mereka tidak berhasil mengejar seekor untapun. Akhirnya saat itu mereka ditimpa kegelisahan dan kesedihan yang sangat, sehingga sebagian mereka berwashiyat kepada sebagian yang lainnya.

فَنَادَى مُنَادِي الْعَلاَءِ فَاجْتَمَعَ النَّاسُ اِلَيْهِ، فَقَالَ: اَيُّهَا النَّاسُ، اَلَسْتُمُ الْمُسْلِمِيْنَ؟ اَلَسْتُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟. اَلَسْتُمْ اَنْصَارَ اللهِ؟ قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: فَاَبْشِرُوْا، فَوَاللهِ لاَ يَخْذُلُ اللهُ مَنْ كَانَ فِي مِثْلِ حَالِكُمْ.

Lalu salah seorang pembantu Al-'Alaa' memanggil dan mengumpulkan mereka. Setelah mereka berkumpul kemudian Al-'Alaa' mulai berbicara :

Wahai saudara-saudara sekalian, bukankah kalian orang islam ? Bukankah kalian sedang berperang di jalan Allah ? Bukankah kalian orang-orang yang menolong agama Allah ?". Mereka menjawab, "Ya, benar". Al-'Alaa' melanjutkan lagi, "Bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan orang-orang yang keadaannya seperti kalian ini".

وَ نُوْدِيَ بِصَلاَةِ الصُّبْحِ حِيْنَ طَلَعَ الْفَجْرُ فَصَلَّى بِالنَّاسِ، فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ جَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَ جَثَا النَّاسُ، وَ نَصَبَ فِي الدُّعَاءِ وَ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَ فَعَلَ النَّاسُ مِثْلَهُ حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ وَ جَعَلَ النَّاسُ يَنْظُرُوْنَ اِلَى سَرَابِ الشَّمْسِ يَلْمَعُ مَرَّةً بَعْدَ اُخْرَى وَ هُوَ يَجْتَهِدُ فِي الدُّعَاءِ، فَلَمَّا بَلَغَ الثَّالِثَةَ اِذَا قَدْ خَلَقَ اللهُ اِلىَ جَانِبِهِمْ غَدِيْرًا عَظِيْمًا مِنَ الْمَاءِ الْقَرَاحِ، فَمَشَى النَّاسُ اِلَيْهِ فَشَرِبُوْا وَ اغْتَسَلُوْا، فَمَا تَعَالَى النَّهَارُ حَتَّى اَقْبَلَتِ اْلاِبِلُ مِنْ كُلّ فَجّ بِمَا عَلَيْهَا، لَمْ يَفْقِدِ النَّاسُ مِنْ اَمْتِعَتِهِمْ سِلْكًا. فَسَقَوُا اْلاِبِلَ عَلَلاً بَعْدَ نَهْلٍ. فَكَانَ هذَا مِمَّا عَايَنَ النَّاسُ مِنْ آيَاتِ اللهِ بِهذِهِ السَّرِيَّةِ.

Kemudian adzan Shubuh dikumandangkan ketika terbit fajar, lalu Al-'Alaa' shalat berjama'ah bersama seluruh pasukan. Setelah selesai shalat, Al-'Alaa' duduk bersimpuh dengan kedua lututnya dan orang-orangpun duduk pula mengikutinya. Lalu ia berdoa dengan bersungguh-sungguh sambil mengangkat tangannya, dan orang-orangpun berbuat hal yang sama, hingga matahari terbit dan orang-orang melihat cahaya matahari semakin terang sedikit demi sedikit, dan Al-'Alaa' terus bersungguh-sungguh dalam berdo'a. Kemudian tiba-tiba Allah ciptakan untuk mereka tepat di samping mereka kolam yang besar, penuh dengan air yang bersih. Maka Al-'Alaa' dan pasukannya segera mendatangi tempat itu, mereka minum dan mandi sepuasnya. Dan ketika matahari mulai meninggi, tiba-tiba seluruh unta-unta mereka kembali berdatangan dari segala penjuru, lengkap dengan perbekalan yang ada di atas punggungnya. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa kehilangan walau hanya seutas tali. Kemudian mereka segera memberi minum unta-unta mereka sepuasnya. Dan ini merupakan karamah (peristiwa yang luar biasa) yang disaksikan oleh orang banyak, sekaligus merupakan tanda kebesaran Allah bagi pasukan ini.Alloohu a'lam. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Kemenangan kaum muslimin dan kekalahan kaum murtad di Bahrain.

Kemudian datanglah pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Al-'Alaa' bin Hadlramiy yang dikirim oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq untuk membebaskan kota Juwaatsaa dari kepungan orang-orang murtad. Ketika mendekati Bahrain pasukan Al-'Alaa' telah diperkuat dengan pasukan Tsumamah bin Utsaal.

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

لَمَّا اقْتَرَبَ مِنْ جُيُوْشِ الْمُرْتَدَّةِ وَقَدْ حَشَدُوْا وَجَمَعُوْا خَلْقًا عَظِيْمًا نَزَلَ وَنَزَلُوْا، وَبَاتُوْا مُتَجَاوِرِيْنَ فِي الْمَنَازِلِ. فَبَيْنَمَا الْمُسْلِمُوْنَ فِي اللَّيْلِ اِذْ سَمِعَ الْعَلاَءُ اَصْوَاتًا عَالِيَةً فِي جَيْشِ الْمُرْتَدّيْنَ، فَقَالَ: مَنْ رَجُلٌ يَكْشِفُ لَنَا خَبَرَ هؤُلاَءِِ؟ فَقَامَ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَذْفٍ فَدَخَلَ فِيْهِمْ.

Ketika Al-'Alaa' bin Hadlramiy mendekati pasukan orang-orang yang murtad, sedangkan mereka telah mengumpulkan personil yang banyak sekali, lalu Al-'Alaa' memberhentikan pasukannya. Padahal musuh juga berhenti di dekatnya. Mereka bermalam di tempat yang saling berdekatan. Pada suatu malam Al-'Alaa' mendengar suara hiruk pikuk dari pasukan kaum murtad, maka ia berkata, "Siapa diantara kalian yang siap untuk mencari informasi tentang mereka ?". Maka bangkitlah 'Abdullah bin Hadzaf, lalu dia berjalan memasuki sarang musuh.

فَوَجَدَهُمْ سُكَارَى لاَ يَعْقِلُوْنَ مِنَ الشَّرَابِ. فَرَجَعَ اِلَيْهِ فَاَخْبَرَهُ. فَرَكِبَ الْعَلاَءُ مِنْ فَوْرِهِ وَ الْجَيْشُ مَعَهُ فَكَبَسُوْا اُولئِكَ فَقَتَلُوْهُم قَتْلاً عَظِيْمًا، وَقَلَّ مَنْ هَرَبَ مِنْهُمْ، وَاسْتَوْلَى عَلَى جَمِيْعِ اَمْوَالِهِمْ وَحَوَاصِلِهِمْ وَ اَثْقَالِهِمْ، فَكَانَتْ غَنِيْمَةً عَظِيْمَةً جَسِيْمَةً.

Setelah 'Abdullah bin Hadzaf matuk kepada mereka, ternyata ia mendapati musuh dalam keadaan mabuk, mereka tidak sadar karena pengaruh minuman keras. Kemudian 'Abdullah segera kembali dan memberitahukan hal itu kepada Al-'Alaa'. Maka Al-'Alaa' segera menaiki kudanya beserta pasukannya maju menyerang musuh. Maka pada malam itu juga mereka banyak membunuh musuh, dan sedikit sekali yang bisa melarikan diri dari mereka. Dan pasukan Islam berhasil menguasai semua harta musuh, hasil bumi maupun perbekalan mereka. Dan itu merupakan harta rampasan perang yang banyak sekali.

وَ كَانَ الْحُطَمُ بْنُ ضُبَيْعَةَ اَخُوْ بَنِي قَيْسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ مِنْ سَادَاتِ الْقَوْمِ نَائِمًا، فَقَامَ دَهْشًا حِيْنَ اقْتَحَمَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَيْهِمْ فَرَكِبَ جَوَادَهُ فَانْقَطَعَ رِكَابُهُ فَجَعَلَ يَقُوْلُ: مَنْ يُصْلِحُ لِي رِكَابِيْ ؟ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي اللَّيْلِ فَقَالَ: اَنَا اُصْلِحُهَا لَكَ، اِرْفَعْ رِجْلَكَ. فَلَمَّا رَفَعَهَا ضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَقَطَعَهَا مَعَ قَدَمِهِ، فَقَالَ لَهُ: اَجْهِزْ عَلَيَّ. فَقَالَ: لاَ اَفْعَلُ. فَوَقَعَ صَرِيْعًا. كُلَّمَا مَرَّ بِهِ اَحَدٌ يَسْأَلُهُ اَنْ يَقْتُلَهُ، فَيِأْبَى، حَتَّى مَرَّ بِهِ قَيْسُ بْنُ عَاصِمٍ، فَقَالَ لَهُ: اَنَا الْحُطَمُ فَاقْتُلْنِي! فَقَتَلَهُ. فَلَمَّا وَجَدَ رِجْلَهُ مَقْطُوْعَةً نَدِمَ عَلَى قَتْلِهِ وَقَالَ: وَ اسُوَأْتَاهْ، لَوْ اَعْلَمُ مَا بِهِ لَمْ اُحَرّكْهُ.

Tersebutlah bahwa Al-Hutham bin Dlubai'ah saudara Bani Qais bin Tsa'labah termasuk tokoh kaumnya, pada waktu itu ia sedang tidur. Ketika kaum muslimin menyerbu mereka, ia terbangun dalam keadaan terkejut dan langsung melompat ke atas kudanya, namun sayang tempat pijakannya terputus, maka dia berkata, "Siapa yang bisa memperbaiki tempat pijakanku ini ?". Lalu datanglah seorang dari tentara kaum muslimin pada malam itu dan berkata, "Aku bisa memperbaikinya untukmu, angkatlah kakimu". Ketika ia mengangkat kakinya, maka seketika itu tentara Islam tersebut memenggal kakinya hingga terputus bersama tapak kakinya, lalu dia berteriak, "Bunuhlah saja diriku !", lalu dijawab oleh tentara Islam tersebut, "Tidak, aku tidak mau". Akhirnya ia jatuh tersungkur. Setiap kali ada orang yang melewatinya, ia meminta supaya membunuhnya. Namun orang-orang tidak mau membunuhnya, sehingga Qais bin 'Ashim melewatinya, maka ia berkata kepadanya, "Aku adalah Hutham, maka bunuhlah aku". Maka Qais pun membunuhnya. Ketika Qais melihat bahwa kakinya telah terpotong, maka dia merasa menyesal karena telah membunuhnya, dan ia berkata, "Oh, alangkah buruknya, seandainya aku mengetahui apa yang menimpamu, pasti engkau tidak akan kusentuh".

ثُمَّ رَكِبَ الْمُسْلِمُوْنَ فِي آثَارِ الْمُنْهَزِمِيْنَ، يَقْتُلُوْنَهُمْ بِكُلّ مِرْصَدٍ وَ طَرِيْقٍ، وَ ذَهَبَ مَنْ فَرَّ مِنْهُمْ اَوْ اَكْثَرُهُمْ فِي الْبَحْرِ اِلىَ دَارَيْنِ رَكِبُوْا اِلَيْهَا السُّفُنَ.

Kemudian kaum muslimin mengejar musuh yang melarikan diri. Kaum muslimin berhasil membunuh mereka di berbagai tempat dan jalan. Dan kebanyakan diantara mereka melarikan diri menuju laut menyeberang ke Darain. Mereka naik perahu, lari ke Darain.

ثُمَّ شَرَعَ الْعَلاَءُ بْنُ الْحَضْرَمِيّ فيِ قَسْمِ الْغَنِيْمَةِ. وَ نَقَلَ اْلاَثْقَالَ وَ فَرَغَ مِنْ ذلِكَ وَ قَالَ لِلْمُسْلِمِيْنَ: اِذْهَبُوْا بِنَا اِلىَ دَارَيْنِ لِنَغْزُوَ مَنْ بِهَا مِنَ اْلاَعْدَاءِ، فَاَجَابُوْا اِلىَ ذلِكَ سَرِيْعًا، فَسَارَ بِهِمْ حَتَّى اَتَى سَاحِلَ الْبَحْرِ لِيَرْكَبُوْا فِي السُّفُنِ، فَرَأَى اَنَّ الشُّقَّةَ بَعِيْدَةٌ لاَ يَصِلُوْنَ اِلَيْهِمْ فِي السُّفُنِ حَتَّى يَذْهَبَ اَعْدَاءُ اللهِ.

Kemudian Al-'Alaa' bin Hadlramiy membagi harta rampasan perang. Setelah pembagian ghanimah selesai dan barang-barang telah dinaikkan ke kendaraan, lalu Al-'Alaa' berkata kepada tentaranya, "Mari kita berangkat menuju Darain untuk memerangi musuh yang berada di sana!". Maka semua pasukan mematuhi perintahnya. Mereka mulai bergerak sehingga sampai di tepi pantai dan bersiap-siap untuk mengejar perahu musuh. Namun jarak antara mereka dengan perahu musuh cukup jauh yang tidak mungkin terkejar, hingga musuh-musuh Allah itu berhasil melarikan diri.

فَاقْتَحَمَ الْبَحْرَ بِفَرَسِهِ وَ هُوَ يَقُوْلُ: يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا حَكِيْمُ يَا كَرِيْمُ، يَا اَحَدُ يَا صَمَدُ، يَا حَيُّ يَا مُحْيِ، يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ يَا رَبَّنَا. وَ اَمَرَ الْجَيْشَ اَنْ يَقُوْلُوْا ذلِكَ وَ يَقْتَحِمُوْا، فَفَعَلُوْا ذلِكَ فَاَجَازَ بِهِمُ الْخَلِيْجَ بِاِذْنِ اللهِ يَمْشُوْنَ عَلَى مِثْلِ رَمْلَةٍ دَمْثَةٍ فَوْقَهَا مَاءٌ لاَ يَغْمُرُ اَخْفَافَ اْلاِبِلِ وَلاَ يَصِلُ اِلىَ رُكَبِ الْخَيْلِ، وَ مَسِيْرَتُهُ لِلسُّفُنِ يَوْمٌ وَ لَيْلَةٌ، فَقَطَعَهُ اِلَى السَّاحِلِ اْلآخَرِ، فَقَاتَلَ عَدُوَّهُ وَ قَهَّرَهُمْ وَ احْتَازَ غَنَائِمَهُمْ.

Kemudian Al-'Alaa' segera masuk ke laut dengan kudanya sambil berdo'a, "Ya Allah Yang Maha Penyayang diantara para penyayang, ya Allah Yang Maha Bijaksana, ya Allah yang Maha Mulia, ya Allah Yang Maha Esa, ya Allah Tempat bergantung, ya Allah Yang Maha Hidup, ya Allah Yang Maha Menghidupkan, ya Allah Yang Maha Berdiri sendiri, ya Allah Yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan, tidak ada Tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami".

Dan ia memerintahkan tentaranya untuk mengucapkan do'a yang sama dan langsung masuk ke laut bersama kuda mereka. Dan pasukan pun melakukannya. Akhirnya dengan idzin Allah mereka dapat menyeberangi teluk tersebut dengan mengendarai kuda, mereka berjalan seperti berjalan di atas padang pasir yang datar yang di atasnya ada airnya, namun tidak sampai sebatas kaki unta dan tidak sampai sebatas lutut kuda. Padahal perjalanan ini jika ditempuh dengan perahu memakan waktu sehari-semalam, namun pasukan muslimin berhasil sampai di tepi pantai seberang. Mereka lalu memerangi musuh hingga mengalahkan mereka dan mengambil harta rampasan perang mereka.

ثُمَّ رَجَعَ فَقَطَعَهُ اِلىَ الْجَانِبِ اْلآخَرِ فَعَادَ اِلىَ مَوْضِعِهِ اْلاَوَّلِ، وَ ذلِكَ كُلُّهُ فِي يَوْمٍ، وَلَمْ يَتْرُكْ مِنَ الْعَدُوّ مُخْبِرًا، وَ اسْتَاقَ الذَّرَارِيَ وَ اْلاَنْعَامَ وَ اْلاَمْوَالَ، وَلَمْ يَفْقِدُ الْمُسْلِمُوْنَ فِي الْبَحْرِ شَيْئًا سِوَى عُلَيْقَةَ فَرَسٌ لِرَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَمَعَ هذَا رَجَعَ الْعَلاَءُ فَجَاءَهُ بِهَا، ثُمَّ قَسَمَ غَنَائِمَ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْهِمْ، فَاَصَابَ الْفَارِسُ اَلْفَيْنِ وَ الرَّاجِلُ اَلْفًا مَعَ كَثْرَةِ الْجَيْشِ.

Kemudan mereka kembali lagi ke sisi pantai pertama. Perjalanan pulang pergi mereka menyeberangi teluk tersebut hanya memakan waktu satu hari saja. Dan Al-'Alaa' tidak menyisakan seorang musuhpun untuk membawa berita.

Kemudian Al-'Alaa' mulai menggiring para tawanan anak-anak dan wanita, binatang ternak dan harta mereka. Tidak seorangpun dari kaum muslimin yang kehilangan di laut tersebut kecuali seekor kuda yang bernama 'Ulaiqah. Namun Al-'Alaa' berhasil membawanya kembali. Kemudian Al-'Alaa' membagi-bagikan harta rampasan perang kepada pasukannya. Setiap penunggang kuda berhasil mendapatkan bagian 2.000 dinar, dan setiap pejalan kaki mendapatkan bagian 1.000 dinar, padahal pasukannya juga banyak. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Tentang Al-'Alaa' menyeberangi lautan ini, Ibnul Atsiir dalam kitabnya Al-Kaamil fit Taariikh juga menyebutkan sebagai berikut :

وَقَالَ لَهُمْ: قَدْ اَرَاكُمُ اللهُ مِنْ ايتِهِ فِي الْبَرّ لَتَعْتَبِرُوْا بِهَا فِي الْبَحْرِِ، فَانْهَضُوْا اِلىَ عَدُوّكُمْ وَاسْتَعْرِضُوا الْبَحْرَ. وَ ارْتَحَلَ وَ ارْتَحَلُوْا حَتَّى اقْتَحَمَ الْبَحْرَ عَلَى الْخَيْلِ وَ اْلاِبِلِ وَ الْحَمِيْرِ وَ غَيْرِ ذلِكَ، وَ فِيْهِمُ الرَّاجِلُ، وَ دَعَا وَ دَعَوْا. وَ كَانَ مِنْ دُعَائِهِمْ: يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا كَرِيْمُ، يَا حَلِيْمُ، يَا اَحَدُ، يَا صَمَدُ، يَا حَيُّ، يَا مُحْيِي الْمَوْتَى، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ يَا رَبَّنَا! فَاجْتَازَوْا ذلِكَ الْخَلِيْجَ بِاِذْنِ اللهِ يَمْشُوْنَ عَلَى مِثْلِ رَمْلَةٍ فَوْقَهَا مَاءٌ يَغْمُرُ اَخْفَافَ اْلاِبِلِ.

Dan Al-'Alaa' berkata, "Allah telah memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya di darat, maka hendaklah kalian mengambil pelajaran dengannya di laut, maka kejarlah musuh kalian, dan seberangilah lautan itu. Kemudian Al-'Alaa' berangkat dengan naik kuda menyeberangi lautan. Dan pasukannya pun mengikutinya, sehingga mereka berhasil menyeberangi lautan, ada yang naik kuda, ada yang naik unta, ada yang naik himar dan ada pula yang berjalan kaki. Dan ketika Al-'Alaa' berdoa, merekapun turut berdo'a. Dan diantara do'a mereka ialah (yang artinya), "Ya Allah Yang Maha Penyayang diantara para penyayang, ya ya Allah yang Maha Mulia, ya Allah Yang Maha Penyantun, ya Allah Yang Maha Esa, ya Allah Tempat bergantung, ya Allah Yang Maha Hidup, ya Allah Yang Menghidupkan orang-orang yang mati, ya Allah Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, tidak ada Tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami".

Dan dengan idzin Allah mereka dapat menyeberangi teluk tersebut seperti berjalan di atas padang pasir yang di atasnya ada air, yang hanya mencapai kaki unta. [Al-Kaamil fit Taariikh juz 2, hal. 227]

وَكَتَبَ اِلَى الصّدّيْقِ فَاَعْلَمَهُ بِذلِكَ، فَبَعَثَ الصّدّيْقُ يَشْكُرُهُ عَلَى مَا صَنَعَ، وَقَدْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي مُرُوْرِهِمْ فِي الْبَحْرِ، وَهُوَ عَفِيْفُ بْنُ الْمُنْذِرِ:

      * اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللهَ ذَلَّلَ بَحْرَهُ

            * وَ اَنْزَلَ بِالْكُفَّارِ اِحْدَى الْجَلاَئِلِ

      * دَعَوْنَا اِلىَ شِقّ الْبِحَارِ

            * فَجَاءَنَا بِاَعْجَبَ مِنْ فَلَقِ الْبِحَارِ اْلاَوَائِلِ

Kemudian Al-'Alaa' mengirim surat kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq memberitahukan kemenangan ini. Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiiq mengirim utusan sebagai tanda terima kasihnya kepada Al-'Alaa' atas apa yang telah ia capai. Dan salah satu diantara pasukan muslimin, yaitu 'Afiif bin Mundzir membuat sya'ir yang artinya :

Tidakkah kamu lihat bagaimana Allah telah menaklukkan laut-Nya,
Dan menurunkan kepada orang-orang kafir hukuman-Nya,
Kami berdo'a kepada Tuhan yang pernah membelah lautan,

Maka Dia mendatangkan kepada kami keajaiban yang lebih hebat dari yang terdahulu. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...