Senin, 01 November 2021

Kholifah Abu Bakar Ash-shiddiq Memerangi Kaum Murtad


Setelah Rasulullah SAW wafat dan AbuBakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah, maka berdatanganlah para utusan orang-orang ‘Arab ke Madinah, mereka mengakui kewajiban shalat, namun mengingkari kewajiban zakat, dan ada pula yang enggan menyerahkannya kepada Abu Bakar Ash-shiddiiq, dengan berdalih ayat :

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهّرُهُمْ وَ تُزَكّيْهِمْ بِهَا وَصَلّ عَلَيْهِمْ، اِنَّ صَلوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ، وَ اللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ. التوبة: 103

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. At-Taubah : 103]

Mereka berkata, “Kami tidak akan membayarkan zakat kami kecuali kepada orang yang do’anya menenteramkan hati kami”.

Sebagian shahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar membiarkan orang yang tidak mau membayar zakat tersebut sambil berusaha melunakkan hati mereka hingga iman dalam dada mereka kembali kuat dan akhirnya kembali membayar zakat. Namun Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak menerima usulan itu, dan tetap bersikeras menumpas mereka. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 702]

Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا تُوُفّيَ النَّبِيُّ ص وَ اسْتُخْلِفَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ كَفَرَ مَنْ كَفَرَ مِنَ اْلعَرَبِ، قَالَ عُمَرُ: يَا اَبَا بَكْرٍ، كَيْفَ تُقَاتِلُ النَّاسَ ؟ وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، فَمَنْ قَالَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ عَصَمَ مِنّى مَالَهُ وَ نَفْسَهُ اِلاَّ بِحَقّهِ وَ حِسَابُهُ عَلَى اللهِ. قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: وَ اللهِ َلاُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَ الزَّكَاةِ، فَاِنَّ الزَّكَاةَ حَقُّ اْلمَالِ. وَ اللهِ، لَوْ مَنَعُوْنِى عَنَاقًا كَانُوْا يُؤَدُّوْنَهَا اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهَا، قَالَ عُمَرُ: فَوَ اللهِ، مَا هُوَ اِلاَّ اَنْ رَأَيْتُ اَنْ قَدْ شَرَحَ اللهُ صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ لِلْقِتَالِ، فَعَرَفْتُ اَنَّهُ اْلحَقُّ. البخارى 8: 50

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Setelah Nabi SAW wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, dan orang-orang bangsa ‘Arab kembali kafir, maka ‘Umar (bin Khaththab) berkata kepada Abu Bakar, “Hai Abu Bakar, mengapa engkau akan memerangi mereka ? padahal Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan “Laa ilaaha illallooh (tidak ada Tuhan selain Allah), maka barangsiapa telah mengucapkan Laa ilaaha illallooh, berarti dia telah menjaga hartanya dan dirinya dariku, melainkan dengan haknya, sedangkan urusannya terserah kepada Allah”. Maka Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, sungguh aku akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang dahulu mereka biasa menyerahkannya kepada Rasulullah SAW, pastilah akan kuperangi mereka karenanya..

Lalu ‘Umar berkata, “Demi Allah, tidaklah yang demikian itu melainkan aku melihat bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka, dan aku mengerti bahwa itulah yang benar”. [HR. Bukhari juz 8, hal. 50]

Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا تُوُفّيَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اسْتُخْلِفَ اَبُوْ بَكْرٍ بَعْدَهُ وَ كَفَرَ مَنْ كَفَرَ مِنَ اْلعَرَبِ، قَالَ عُمَرُ ابْنُ اْلخَطَّابِ ِلاَبِى بَكْرٍ: كَيْفَ تُقَاتِلُ النَّاسَ ؟ وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، فَمَنْ قَالَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ فَقَدْ عَصَمَ مِنّى مَالَهُ وَ نَفْسَهُ اِلاَّ بِحَقّهِ وَ حِسَابُهُ عَلَى اللهِ. فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: وَ اللهِ َلاُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَ الزَّكَاةِ، فَاِنَّ الزَّكَاةَ حَقُّ اْلمَالِ. وَ اللهِ، لَوْ مَنَعُوْنِى عِقَالاً كَانُوْا يُؤَدُّوْنَهُ اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهِ، فَقَالَ عُمَرُ بْنَُ اْلخَطَّابِ: فَوَ اللهِ، مَا هُوَ اِلاَّ اَنْ رَأَيْتُ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ قَدْ شَرَحَ صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ لِلْقِتَالِ، فَعَرَفْتُ اَنَّهُ اْلحَقُّ. مسلم 1: 51

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Setelah Rasulullah SAW wafat kemudian Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, dan orang-orang bangsa ‘Arab kembali kafir, maka ‘Umar (bin Khaththab) berkata kepada Abu Bakar,“Mengapa engkau akan memerangi mereka ? padahal Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan “Laa ilaaha illallooh (tidak ada Tuhan selain Allah), maka barangsiapa telah mengucapkan Laa ilaaha illallooh, berarti dia telah menjaga hartanya dan dirinya dariku, melainkan dengan haknya, sedangkan urusannya terserah kepada Allah”. Maka Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, sungguh aku akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan untuk menyerahkan zakat kepadaku yang dahulu mereka biasa menyerahkannya kepada Rasulullah SAW, pastilah akan kuperangi mereka karenanya..

Lalu ‘Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah, tidaklah yang demikian itu melainkan aku melihat bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka, dan aku mengerti bahwa itulah yang benar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 51]

Bukhari meriwayatkan bahwa agama Islam dibangun atas lima perkara :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بُنِيَ اْلاِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ اِقَامِ الصَّلاَةِ، وَ اِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ اْلحَجّ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ. البخارى 1: 8

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu didirikan atas lima perkara, : Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan, mendirikan shalat, membayar zakat, berhajji, dan puasa Ramadlan. [HR. Bukhari juz 1, hal. 8]

Al-Hafidh Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Shalih bin Kaisan, dia berkata :

لَمَّا كَانَتِ الرّدَّةُ، قَامَ اَبُوْ بَكْرٍ فِي النَّاسِ، فَحَمِدَ اللهَ وَ اَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ هَدَى فَكَفَى، وَ اَعْطَى فَاَغْنَى، اِنَّ اللهَ بَعَثَ مُحَمَّدًا ص وَ اْلعِلْمُ شَرِيْدٌ وَ اْلاِسْلاَمُ غَرِيْبٌ طَرِيْدٌ، قَدْ رَثَّ حَبْلُهُ وَ خَلُقَ عَهْدُهُ وَ ضَلَّ اَهْلُهُ مِنْهُ، وَ مَقَتَ اللهُ اَهْلَ اْلكِتَابِ فَلاَ يُعْطِيْهِمْ خَيْرًا لِخَيْرِ عِنْدِهِمْ، وَ لاَ يَصْرِفُ عَنْهُمْ شَرًّا لِشَرّ عِنْدِهِمْ، قَدْ غَيَّرُوْا كِتَابَهُمْ وَاَلْحَقُوْا فِيْهِ مَا لَيْسَ مِنْهُ، وَ اْلعَرَبُ اْلآمِنُوْنَ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ فِي مَنْعَةٍ مِنَ اللهِ لاَ يَعْبُدُوْنَهُ وَ لاَ يَدْعُوْنَهُ، فَاَجْهَدُهُمْ عَيْشًا، وَ اَضَلُّهُمْ دِيْنًا، فِي ظِلْفٍ مِنَ اْلاَرْضِ مَعَ مَا فِيْهِ مِنَ السَّحَابِ فَخَتَمَهُمُ اللهُ بِمُحَمَّدٍ، وَ جَعَلَهُمُ اْلاُمَّةَ اْلوُسْطَى، نَصَرَهُمْ بِمَنِ اتَّبَعَهُمْ، وَ نَصَرَهُمْ عَلَى غَيِرِهِمْ، حَتَّى قَبَضَ اللهُ نَبِيَّهُ ص فَرَكِبَ مِنْهُمُ الشَّيْطَانُ مَرْكَبَهُ الَّذِيْ اَنْزَلَهُ عَلَيْهِ، وَ اَخَذَ بِاَيْدِيْهِمْ، وَ بَغَى هَلْكَتَهُمْ. وَمَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ، قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ، اَفَاِنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى اَعْقَابِكُمْ، وَ مَنْ يَّنْقَلِبْ عَلى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللهَ شَيْئًا، وَ سَيَجْزِى اللهُ الشَّاكِرِيْنَ.  ال عمران: 144

Ketika kemurtadan terjadi, maka Abu Bakar berpidato di hadapan manusia. Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya, dia berkata, “Segala puji bagi Allah, yang telah memberi petunjuk dan kecukupan, memberikan ni’mat-Nya dan memberi kekayaan, sesungguhnya Allah ketika mengutus Muhammad SAW, pada waktu itu dalam kondisi ilmu tercerai-berai, Islam dalam keadaan asing dan dimusuhi, tali agama tempat berpegang telah lapuk dan perjanjian mereka dengan Allah telah mereka lupakan, akhirnya mereka sesat. Adapun Ahli Kitab, maka Allah telah membenci mereka, Allah tidak memberikan kepada mereka kebaikan yang ada pada mereka, dan tidak pula memalingkan mereka dari kejelekan yang ada pada mereka. Mereka telah merubah-rubah kitab suci mereka dan memasukkan perkara yang bukan isi Kitab ke dalamnya.

Adapun bangsa ‘Arab, mereka merasa aman, mengira mendapat perlindungan Allah, padahal mereka tidak menyembah Allah dan tidak berdo’a kepada-Nya. Merekalah orang yang paling sulit kehidupannya, paling sesat agamanya, terombang-ambing dalam kebathilan, pindah ke sana kemari, hingga Allah menyatukan mereka dengan datangnya Nabi Muhammad SAW, dan Allah menjadikan mereka ummat yang pertengahan, Allah memenangkan mereka dengan para pengikutnya, dan Allah mengangkat mereka di atas seluruh bangsa. Akhirnya Allah mewafarkan Nabinya SAW, maka syaithan menyiapkan kendaraannya untuk menggiring mereka, dan menginginkan agar mereka binasa. Allah berfirman (yang artinya) Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudlarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [QS. Ali ‘Imraan : 144]

.Lalu Abu Bakar melanjutkan pidatonya :

اِنَّ مَنْ حَوْلَكُمْ مِنَ اْلعَرَبِ مَنَعُوْا شَاتَهُمْ وَ بَعِيْرَهُمْ، وَلَمْ يَكُوْنُوْا فِي دِيْنِهِمْ: وَ اِنْ رَجَعُوْا اِلَيْهِ اَزْهَدُ مِنْهُمْ يَوْمَهُمْ هذَا، وَ لَمْ تَكُوْنُوْا فِي دِيْنِكُمْ اَقْوَى مِنْكُمْ يَوْمَكُمْ هذَا، عَلَى مَا قَدْ تَقَدَّمَ مِنْ بَرَكَةِ نَبِيّكُمْ ص، وَ قَدْ وَكَّلَكُمْ اِلىَ اْلمَوْلَى اْلكَافِي، الَّذِي وَجَدَهُ ضَالاًّ فَهَدَاهُ، وَ عَائِلاً فَاَغْنَاهُ. وَكُنْتُمْ عَلى شَفَا حُفْرَةٍ ِمّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ ِمّنْهَا.الاية. ال عمران: 103

Sesungguhnya orang-orang ‘Arab di sekitar kalian menolak menyerahkan zakat kambing dan unta mereka, yang selama ini mereka tidak pernah sebakhil hari ini, jika mereka mau kembali kepada kebenaran, berarti hari ini mereka menjadi orang yang paling zuhud dan tidak pernah kalian memegang agama sekuat hari ini, sebagaimana yang telah kalian rasakan keberkahan nabi kalian. Beliau telah menyerahkan urusan kalian kepada Allah Yang Maha Mencukupi, Yang mendapati diri beliau sebelumnya tersesat, kemudian Dia memberi beliau petunjuk, mendapati beliau dalam keadaan miskin, lalu Dia mencukupi beliau. Allah berfirman (yang artinya), “dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya…. sampai akhir ayat”.  [QS. Ali ‘Imraan : 103]

Kemudian Abu Bakar melanjutkan pidatonya

وَ اللهِ لاَ اَدَعُ اَنْ اُقَاتِلَ عَلَى اَمْرِ اللهِ حَتَّى يُنْجِزَ اللهُ وَعْدَهُ، وَ يُوْفِي لَنَا عَهْدَهُ، وَ يُقْتَلُ مَنْ قُتِلَ مِنَّا شَهِيْدًا مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ، وَ بَقِىَ مَنْ بَقِيَ مِنْهَا خَلِيْفَتُهُ وَ ذُرّيَّتُهُ فِي اَرْضِهِ، قَضَاءُ اللهِ اْلحَقُّ، وَ قَوْلُهُ الَّذِيْ لاَ خَلْفَ لَهُ.وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلاَرْضِ. الاية، النور: 55، ثُمَّ نَزَلَ. البداية و النهاية 6: 703

Demi Allah, aku tidak akan membiarkannya, akan kuperangi mereka sebagaimana Allah telah memerintahkannya, hingga Dia memenuhi janji-Nya dan menyempurnakan bagi kita janji-Nya, sehingga ada diantara kita yang terbunuh mati syahid dan akan dimasukkan ke dalam surga, dan akan tersisa diantara kita orang-orang sebagai generasi penerus dan khalifah di muka bumi ini. Sesungguhnya ketentuan Allah adalah haq dan janji-Nya tidak akan Dia ingkari.

وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلاَرْضِ. النور: 55

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi…sampai akhir ayat, [QS. An-Nuur : 55]

Kemudian beliau turun dari mimbar. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 703]

Ketika Rasulullah SAW wafat, orang-orang ‘Arab kembali murtad, kecuali penduduk dua masjid, Makkah dan Madinah. Adapun qabilah Asad dan Ghathafan telah murtad di bawah pimpinan Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadiy, seorang dukun, dan murtad pula suku Kindah dan sekutunya di bawah pimpinan Al-‘Asy’ats bin Qais Al-Kindiy. Kemudian diikuti oleh suku Mudzhij dan sekutunya di bawah pimpinan Al-Aswad bin Ka’ab Al-‘Ansiy seorang dukun. Demikian pula dengan suku Rabi’ah di bawah pimpinan Al-Ma’ruur bin Nu’maan bin Mundzir. Adapun Bani Hanifah masih tetap di bawah pimpinan Musailamah bin Habib Al-Kadzdzaab. Kemudian murtad pula bani Sulaim di bawah pimpinan Al-Fuja’ah, yang nama aslinya Anas (Iyas) bin ‘Abdullah bin Abdi Yaalil. Adapun bani Tamim mereka murtad di bawah komando Sajah, seorang wanita dukun. Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

قَالَ اْلقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ: اِجْتَمَعَتْ اَسَدٌ وَ غَطَفَانُ وَ طَيّءٌ عَلَى طُلَيْحَةَ اْلاَسَدِيّ، وَ بَعَثُوْا وُفُوْدًا اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ، فَنَزَلُوْا عَلَى وُجُوْهِ النَّاسِ فَاَنْزَلُوْهُمْ اِلاَّ اْلعَبَّاسَ، فَحَمَلُوْا بِهِمْ اِلىَ اَبِي بَكْرٍ، عَلَى اَنْ يُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَ لاَ يُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَعَزَمَ اللهُ ِلاَبِي بَكْرٍ عَلَى اْلحَقّ وَ قَالَ: لَوْ مَنَعُوْنِي عِقَالاً لَجَاهَدْتُهُمْ، فَرَدَّهُمْ فَرَجَعُوْا اِلىَ عَشَائِرِهِمْ، فَاَخْبَرُوْهُمْ بِقِلَّةِ اَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ، وَ طَمَعُوْهُمْ فِيْهَا، فَجَعَلَ اَبُوْ بَكْرٍ اْلحَرَسَ عَلَى اَنْقَابِ اْلمَدِيْنَةِ، وَ اَلْزَمَ اَهْلَ اْلمَدِيْنَةِ بِحُضُوْرِ اْلمَسْجِدِ وَ قَالَ: اِنَّ اْلاَرْضَ كَافِرَةٌ، وَ قَدْ رَأَى وَفْدُهُمْ مِنْكُمْ قِلَّةً، وَ اِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ لَيْلاً يَأْتُوْنَ اَمْ نَهَارًا، وَ اَدْنَاهُمْ مِنْكُمْ عَلَى بَرِيْدٍ، وَ قَدْ كَانَ اْلقَوْمُ يُؤَمّلُوْنَ اَنْ نَقْبَلَ مِنْهُمْ وَ نُوَادِعَهُمْ وَ قَدْ اَبَيْنَا عَلَيْهِمْ، فَاسْتَعِدُّوْا وَ اَعِدُّوْا. البداية و النهاية 6: 704

Al-Qashim bin Muhammad berkata, “Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi’ bersatu di bawah pimpinan Thulaihah Al-Aswad dan mereka mengirim duta ke Madinah, mereka berhenti tepat di tengah kerumunan orang. Mereka diterima orang banyak, kecuali ‘Abbas, kemudian mereka dibawa kepada Abu Bakar, kemudian menyatakan pernyataan mereka untuk tetap menegakkan shalat, tetapi tidak membayar zakat. Namun Allah mengilhamkan kebenaran kepada Abu Bakar, ia berkata, “Seandainya mereka menolak membayar zakat kepadaku, pasti aku akan perangi mereka”. Kemudian Abu Bakar menyuruh mereka untuk pulang, lalu mereka kembali ke qabilah masing-masing. Mereka lalu membawa berita kepada kaum masing-masing bahwa penduduk kota Madinah jumlahnya hanya sedikit sambil berusaha meyaqinkan mereka bahwa kota Madinah mudah direbut.

Kemudian Abu Bakar segera membuat posko-posko keamanan di setiap perbatasan kota Madinah, dan mewajibkan seluruh penduduk Madinah untuk menghadiri jama’ah di masjid. Beliau berkata, “Sesungguhnya sekarang bumi ini dipenuhi orang kafir dan mereka melihat bahwa jumlah kalian hanya sedikit dan kalian tidak tahu bahwa mereka akan menyerbu siang maupun malam. Musuh yang paling dekat dari kalian sekarang sejauh satu barid. (Mereka) ingin agar kita membiarkan mereka dan menerima persyaratan mereka. Namun secara tegas keingingan mereka kita tolak. Oleh karena itu bersiap-siaplah dan persiapkan diri kalian. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 704]

“Maka tidak lama kemudian, tepatnya setelah tiga hari, mereka datang menyerbu kota Madinah, sementara sebagian dari pasukan mereka ditinggalkan di Dzu Husay, bersiap-siap untuk membantu mereka”.

Kemudian para penjaga keamanan yang ditugaskan oleh Abu Bakar memberitahukan kepada Abu Bakar bahwa musuh telah menyerang. Maka Abu Bakar memerintahkan agar mereka tetap berada di tempat. Kemudian Abu Bakar keluar membawa seluruh jama’ah masjid untuk menyerbu mereka, maka musuh-musuh lari kocar-kacir, lalu kaum muslimin mengejar mereka dengan naik unta, kemudian ketika mereka sampai di Dzi Husay pasukan yang disiapkan sebagai bala bantuan tadi datang menyerbu, namun jumlah kaum muslimin lebih banyak, sehingga memenangkan pertempuran.

Abu Bakar memerangi kaum murtad di sekitar Madinah.

وَ فِي جُمَادَى اْلآخِرَةِ رَكِبَ الصّدّيْقُ فِي اَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ وَ اُمَرَاءِ اْلاَنْقَابِ اِلىَ مَنْ حَوْلَ اْلمَدِيْنَةِ مِنَ اْلاَعْرَابِ الَّذِيْنَ اَغَارُوْا عَلَيْهَا، فَلَمَّا تَوَاجَهَ هُوَ وَ اَعْدَاؤُهُ مِنْ بَنِي عَبْسٍ وَ بَنِي مُرَّةَ وَ ذُبْيَانَ وَ مَنْ نَاصَبَ مَعَهُمْ مِنْ بَنِي كِنَانَةَ وَ اَمَدَّهُمْ طُلَيْحَةُ بِابْنِهِ حِبَالٍ، فَلَمَّا تَوَاجَهَ اْلقَوْمُ كَانُوْا قَدْ صَنَعُوْا مَكِيْدَةً وَ هِيَ اَنَّهُمْ عَمَدُوْا اِلىَ اَنْحَاءٍ فَنَفَخُوْهَا ثُمَّ اَرْسَلُوْهَا مِنْ رُؤُوْسِ اْلجِبَالِ، فَلَمَّا رَأَتْهَا اِبِلُ اَصْحَابِ الِصِدّيْقِ نَفَرَتْ وَ ذَهَبَتْ كُلَّ مَذْهَبٍ فَلَمْ يَمْلِكُوْا مِنْ اَمْرِهَا شَيْئًا اِلَى اللَّيْلِ وَ حَتَّى رَجَعَتْ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ. البداية و النهاية 6: 705

Pada bulan Jumadil akhir tahun 11 H, Abu Bakar dengan penduduk Madinah dan para pimpinan di perbatasan berangkat menyerbu orang-orang ‘Arab di pegunungan yang murtad di sekitar Madinah atau ikut membantu musuh yang sebelumnya menyerang Madinah.

Ketika pasukan Abu Bakar bertemu dengan musuh yang berasal dari Bani ‘Abs, Bani Murrah, Dzubyaan dan yang ikut bersama mereka dari Bani Kinanah, datang pula bala bantuan musuh dari Thulaihah bersama anaknya (ada yang mengatakan keponakannya) yang bersama Hibal. Ketika dua pasukan ini bertemu, musuh berhasil membuat tipu daya dengan membuat suara-suara yang ditiup dari atas gunung yang membuat unta-unta pasukan Abu Bakar lari kocar-kacir ketika mendengarnya, maka hingga malam hari mereka belum dapat ditumpas, dan akhirnya pasukan kaum muslimin kembali ke Madinah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 705]

فَلَمَّا وَقَعَ مَا وَقَعَ ظَنَّ اْلقَوْمُ بِاْلمُسْلِمِيْنَ اْلوَهْنَ، وَ بَعَثُوْا اِلىَ عَشَائِرِهِمْ مِنْ نَوَاحِيَ آخَرَ، فَاجْتَمَعُوْا، وَ بَاتَ أَبُو بَكْرٍ رض قَائِمًا لَيْلَهُ يُعَبّئُ النَّاسَ، ثُمَّ خَرَجَ عَلَى تَعْبِئَةٍ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ، وَ عَلَى مَيْمَنَتِهِ النُّعْمَانُ بْنُ مُقَرّنٍ، وَ عَلَى اْلمَيْسَرَةِ اَخُوْهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ مُقَرّنٍ، وَ عَلَى السَّاقَةِ اَخُوْهُمَا سُوَيْدُ بْنُ مُقَرّنٍ، فَمَا طَلَعَ اْلفَجْرُ اِلاَّ وَ هُمْ وَ اْلعَدُوُّ فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ، فَمَا سَمِعُوْا لِلْمُسْلِمِيْنَ حَسًّا وَ لاَ هَمْسًا حَتَّى وَضَعُوْا فِيْهِمُ السُّيُوْفَ، فَمَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ حَتَّى وَلَّوْهُمُ اْلاَدْبَارَ، وَ غَلَبُوْهُمْ عَلَى عَامَّةِ ظَهْرِهِمْ، وَ قُتِلَ حِبَالٌ، وَ اتَّبَعَهُمْ اَبُو بَكْرٍ حَتَّى نَزَلَ بِذِي اْلقَصَّةِ، وَ كَانَ اَوَّلَ اْلفَتْحِ، وَذَلَّ بِهَا اْلمُشْرِكُوْنَ، وَ عَزَّ بِهَا اْلمُسْلِمُوْنَ وَ وَثَبَ بَنُوْ ذُبْيَانَ وَ عَبْسٍ عَلَى مَنْ فِيْهِمْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ فَقَتَلُوْهُمْ، وَ فَعَلَ مِنْ وَرَاءِهِمْ كَفِعْلِهِمْ، فَحَلَفَ اَبُو بَكْرٍ لَيَقْتُلَنَّ مِنْ كُلّ قَبِيْلَةٍ بِمَنْ قَتَلُوْا مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ زِيَادَةً. البداية و النهاية 6: 705

Setelah kejadian ini musuh menganggap bahwa kaum muslimin sudah lemah. Mereka lalu mengirim utusan kepada suku-suku mereka agar mendatangkan bala bantuan dari arah lain. Maka merekapun mulai berkumpul.

Malam itu Abu Bakar dalam keadaan siaga sambil memberi pengarahan dan motivasi kepada kaum muslimin. Di akhir malam, beliau keluar dengan membawa seluruh pasukan untuk menyerbu musuh. Di sayap kanan pasukan dipimpin oleh An-Nu’maan bin Muqarrin, di sayap kiri berdiri saudaranya ‘Abdullah bin Muqarrin. Dan di garis tengah pasukan dipimpin oleh Suwaid bin Muqarrin. Ketika fajar terbit kedua pasukan telah bertemu, musuh tidak menyadari kedatangan kaum muslimin sedikitpun, hingga pedang-pedang kaum muslimin menyerang mereka. Dan ketika matahari terbit, mereka lari tunggang-langgang sambil dihujani anak panah kaum muslimin dari belakang. Dalam peperangan ini Hibal terbunuh, dan Abu Bakar mengejar mereka hingga sampai di Dzu Qashshah. Dan inilah awal kemenangan. Orang-orang musyrikin dihinakan dan kaum muslimin menjadi mulia dan disegani.

Sebelumnya Banu Dzubyaan dan ‘Abs telah menyerang kaum muslimn dan membunuhnya, begitu pula pasukan yang menyertai mereka di belakang juga ikut berbuat hal yang sama. Maka Abu Bakar berjanji akan membunuh setiap suku sebanyak mereka membunuh jiwa kaum muslimin, dan bahkan lebih. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 705]

فَكَانَتْ هذِهِ اْلوَقَعَةُ مِنْ اَكْبَرِ اْلعَوْنِ عَلَى نَصْرِ اْلاِسْلاَمِ وَ اَهْلِهِ، وَ ذلِكَ اِنَّهُ عَزَّ اْلمُسْلِمُوْنَ فِي كُلّ قَبِيْلَةٍ، وَ ذَلَّ اْلكُفَّارُ فِي كُلّ قَبِيْلَةٍ، وَ رَجَعَ اَبُوْ بَكْرِ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ مُؤَيَّدًا مَنْصُوْرًا سَالِمًا غَانِمًا، وَ طَرَقَتِ اْلمَدِيْنَةَ فِي اللَّيْلِ صَدَقَاتُ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ، وَ صَفْوَانَ وَ الزّبْرِقَانِ، اِحْدَاهَا فِي اَوَّلِ اللَّيْلِ، وَ الثَّانِيَةُ فِي اَوْسَطِهِ وَ الثَّالِثَةُ فِي آخِرِهِ، وَ قَدِمَ بِكُلّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ بَشِيْرٌ مِنْ اُمَرَاءِ اْلاَنْقَابِ، فَكَانَ الَّذِي بَشَّرَ بِصَفْوَانَ سَعْدُ بْنُ اَبِي وَقَّاصٍ، وَ الَّذِي بَشَّرَ بِالزّبْرِقَانِ عَبْدُ الرَّحْمنُ بْنُ عَوْفٍ، وَ الَّذِي بَشَّرَ بِعَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ، وَ يُقَالُ اَبُو قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيُّ رض وَ ذلِكَ عَلَى رَأْسِ سِتّيْنَ لَيْلَةً مِنْ مُتَوَفَّى رَسُوْلِ اللهِ ص. البداية و النهاية 6: 706

Peperangan ini merupakan sebesar-besar pertolongan atas kemenangan Islam dan kaum muslimin. Dengan peperangan ini kaum muslimin disegani di setiap qabilah ‘Arab, dan orang-orang kafir di setiap qabilah menjadi hina dina. Akhirnya Abu Bakar kembali ke Madinah dengan selamat dan membawa kemenangan dan harta rampasan perang.

Pada malam harinya mulai berdatangan ke Madinah zakat yang diserahkan oleh ‘Adiy bin Hatim, Shafwan, dan Az-Zibriqan. Utusan pertama datang di awwal malam, kedua di tengah malam dan yang ketiga di akhir malam. Dan berita gembira ini dibawa oleh pimpinan posko keamanan yang berada di perbatasan. Orang yang membawa berita kedatangan Shafwan adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dan orang yang membawa berita kedatangan Az-Zibriqan adalah ‘Abdur Rahman bin ‘auf, dan orang yang memberitakan kedatangan ‘Adiy bin Hatim adalah ‘Abdullah bin Mas’ud (ada yang mengatakan Abu Qatadah Al-Anshariy). Peristiwa ini terjadi tepatnya enam puluh malam setelah wafatnya Rasulullah SAW. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 706]

Kembalinya pasukan Usamah.

Beberapa hari kemudian, pasukan Usamah bin Zaid kembali ke Madinah, ia langsung ditunjuk oleh Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai amir di kota Madinah. Kemudain beliau memerintahkan agar pasukan muslimin mempersiapkan pasukan kuda mereka.

ثُمَّ رَكِبَ اَبُو بَكْرٍ فِي الَّذِيْنَ كَانُوْا مَعَهُ فِي اْلوَقْعَةِ اْلمُتَقَدّمَةِ اِلىَ ذِي اْلقَصَّةِ، فَقَالَ لَهُ اْلمُسْلِمُوْنَ: لَوْ رَجَعْتَ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ وَ اَرْسَلْتَ رَجُلاً، فَقَالَ: وَ اللهِ لاَ اَفْعَلُ وَ َلاُوَاسِيَنَّكُمْ بِنَفْسِي، فَخَرَجَ فِي تَعْبِئَتِهِ اِلىَ ذِيْ حُسَىْ وَ ذِي اْلقَصَّةِ، وَ النُّعْمَانُ وَ عَبْدُ اللهِ وَ سُوَيْدٌ بَنُوْ مُقَرّنٍ عَلَى مَا كَانُوْا عَلَيْهِ، حَتَّى نَزَلَ عَلَى اَهْلِ الرَّبَذَةِ بِاْلاَبْرَقِ وَ هُنَاكَ جَمَاعةٌ مِنْ بَنِي عَبْسٍ وَ ذُبْيَانَ وَ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي كِنَانَةَ، فَاقْتَتَلُوْا فَهَزَمَ اللهُ اْلحَارِثَ وَ عَوْفًا وَ اَخَذَ اْلحَطِيْئَةَ اَسِيْرًا فَطَارَتْ بَنُو عَبْسٍ وَ بَنُو بَكْرٍ، وَ اَقَامَ اَبُو بَكْرٍ عَلَى اْلاَبْرَقِ اَيَّامًا وَ قَدْ غَلَبَ بَنِي ذُبْيَانَ عَلَى اْلبِلاَدَ، وَ قَالَ: حَرَامٌ عَلَى بَنِي ذُبْيَانَ اَنْ يَتَمَلَّكُوْا هذِهِ اْلبِلاَدَ، اِذْ غَنَمَنَاهَا اللهُ وَ حَمِىَ اْلاَبْرَقَ بِخُيُوْلِ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ اَرْعَى سَائِرَ بِلاَدِ الرَّبَذَةِ. وَ لَمَّا فَرَّتْ عَبْسٌ وَ ذُبْيَانُ صَارُوْا اِلىَ مُؤَازَرَةِ طُلَيْحَةَ وَهُوَ نَازِلٌ عَلَى بَزَاخَةَ. البداية و النهاية 6: 706

Kemudian Abu Bakar keluar membawa pasukan yang sebelumnya ikut bertempur bersamanya di Dzil Qashshah. Kemudian kaum muslimin menyarankan agar beliau tidak usah berangkat. Mereka berkata, “Sebaiknya engkau kembali ke Madinah, cukup engkau mengirimkan seseorang untuk memimpin pasukan”. Namun Abu Bakar berkata, “Demi Allah, aku tidak akan kembali karena aku akan membantu kalian dengan diriku”.

Setelah itu beliau segera keluar membawa pasukannya ke Dzil Husay dan Dzil Qashshah, sedangkan An-Nu’man, ‘Abdullah dan Suwaid putra –putra Muqarrin tetap dalam formasi semula hingga mereka sampai di perkampungan Rabadzah di Abraq, di sana mereka bertemu dengan sekelompok orang dari bani ‘Abs dan Dzubyaan serta Bani Kinanah. Maka terjadilah pertempuran, dan Allah memberikan kekalahan kepada Al-Harits dan ‘Auf, sedangkan Al-Hathi’ah menjadi tawanan. Akhirnya bani ‘Abs dan Dzubyaan lari tunggang-langgang . Abu Bakar berhasil menguasai Al-Abraq dan tinggal di sana beberapa hari, sedangkan Bani Dzubyaan menelan kekalahan di seluruh pelosok negeri.

Abu Bakar berkata, “Haram bani Dzubyaan tinggal di tempat mereka, karena Allah menjadikan negeri mereka rampasan perang untuk kami”.

Kemudian Abu Bakar menjadikan Al-Abraq sebagai wilayah untuk penggembalaan kuda kaum muslimin, dan menjadikan seluruh tanah Rabadzah sebagai tempat penggembalaan.

Setelah bani ‘Abs dan Dzubyaan melarikan diri, lalu mereka bergabung dengan Thulaihah yang berdiam di Bazakhah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 706]

Abu Bakar Ash-Shiddiq berangkat ke Dzul Khashshah dan melantik 11 pimpinan pasukan.

Setelah pasukan Usamah beristirahat, Abu Bakar Ash-Shiddiq berangkat dengan pedang terhunus membawa pasukan Islam dari Madinah menuju Dzul Qashshah, yang berjarak satu marhalah dari Madinah. Sementara ‘Ali bin Abu Thalib RA memegang kendali kendaraan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Para shahabat termasuk ‘Ali dan lainnya berusaha membujuk Abu Bakar untuk kembali ke Madinah dan supaya menugaskan shahabat yang lain yang gagah berani untuk memimpin pasukan memerangi orang-orang ‘Arab di pegunungan. Akhirnya Abu Bakar memenuhi permintaan mereka, dan melantik sebelas pemimpin pasukan.

Daruquthni meriwayatkan sebagai berikut :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: لَمَّا بَرَزَ اَبُوْ بَكْرٍ اِلىَ اْلقَصَّةِ وَ اسْتَوَى عَلَى رَاحِلَتِهِ، اَخَذَ عَلِيُّ بْنُ اَبِى طَالِبٍ بِزِمَامِهَا وَ قَالَ: اِلىَ اَيْنَ يَا خَلِيْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ؟ اَقُوْلُ لَكَ مَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَوْ مَ اُحُدٍ. لِمَ سَيْفُكَ وَ لاَ تُفَجّعْنَا بِنَفْسِكَ، وَ ارْجِعْ اِلىَ اْلمَدِيْنَةِ. فَوَ اللهِ َلاِنْ فَجَعْنَا بِكَ لاَ يَكُوْنُ ِلـْلاِسْلاَمِ نِظَامٌ اَبَدًا. فَرَجَعَ. البداية و النهاية 6: 707

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Ketika Abu Bakar keluar ke Dzul Qashshah, beliau berada di atas untanya, ‘Ali bin Abu Thalib memegang kendalinya dan berkata, “Akan kemana wahai Khalifah Rasulullah ? Aku bertanya kepadamu sebagaimana Rasulullah SAW bertanya pada perang Uhud. “Untuk apa pedangmu, dan janganlah menyusahkan kami sebab dirimu”. Kembalilah ke Madinah. Demi Allah, sungguh jika kami susah sebab dirimu tidak akan ada keteraturan untuk Islam ini selamanya”. Akhirnya Abu Bakar pun mau kembali (ke Madinah). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 707]

As-Saajiy juga meriwayatkan sebagai berikut :

Dari ‘Aisyah, ia berkata : Ayahku (Abu Bakar) keluar dengan pedang terhunus, naik unta ke lembah Qashshah. Lalu ‘Ali bin Abu Thalib datang, kemudian memegang kendali unta Abu Bakar dan bertanya, “Akan ke mana wahai Khalifah Rasulullah ?. Aku bertanya kepadamu sebagaimana Rasulullah bertanya pada perang Uhud. “Untuk apa pedangmu, dan janganlah menyusahkan kami sebab dirimu”. Demi Allah, sungguh jika kami kena mushibah sebab dirimu, maka tidak akan ada sepeninggalmu untuk Islam ini keteraturan selamanya”. Akhirnya Abu Bakar mau kembali, dan beliau mengirimkan pasukan. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 707]

Diriwayatkan dari Qasim bin Muhammad, ia berkata :

لَمَّا اسْتَرَاحَ اُسَامَةُ وَ جُنْدُهُ، وَ قَدْ جَاءَتْ صَدَقَاتٌ كَثِيْرَةٌ تَفْضُلُ عَنْهُمْ، قَطَعَ اَبُوْ بَكْرٍ اْلبُعُوْثَ، وَ عَقَدَ اْلاَلْوِيَةَ: فَعَقَدَ اَحَدَ عَشَرَ لِوَاءً، عَقَدَ لِخَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ وَ اَمَّرَهَ بِطُلَيْحَةَ بْنِ خُوَيْلِدٍ، فَاِذَا فَرَغَ سَارَ اِلىَ مَالِكِ بْنِ نُوَيْرَةَ بِاْلبُطَاحِ اِنْ اَقَامَ لَهُ. وَ لِعِكْرِمَةَ بْنِ اَبِي جَهْلٍ، وَ اَمَّرَهُ بِمُسَيْلِمَةَ.

وَ بَعَثَ شُرَحْبِيْلَ بْنَ حَسَنَةَ فِي اَثَرَةٍ اِلىَ مُسَيْلِمَةَ اْلكَذَّابِ، ثُمَّ اِلىَ بَنِي قُضَاعَةَ. وَ لِلْمُهَاجِرِ بْنِ اَبِي اُمَيَّةَ، وَ اَمَّرَهُ بِجُنُوْدِ اْلعَنْسِيّ وَ مَعُوْنَةَ اْلاَبْنَاءِ عَلَى قَيْسِ بْنِ مَكْشُوْحٍ. وَ ذلِكَ ِلاَنَّهُ كَانَ قَدْ نَزَعَ يَدَهُ مِنَ الطَّاعَةِ.
وَ لِخَالِدِ بْنِ سَعِيْدِ بْنِ اْلعَاصِ اِلىَ مَشَارِفِ الشَّامِ.
وَ لِعَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ اِلىَ جُمَّاعِ قُضَاعَةَ وَ وَدِيْعَةَ وَ اْلحَارِثِ.
وَ لِحُذَيْفَةَ بْنِ مِحْصَنِ اْلغَطَفَانِيّ وَ اَمَّرَهُ بِاَهْلِ دَبَا وَ بِعَرْفَجَةَ وَ هَرْثَمَةَ وَ غَيْرِ ذلِكَ. لِطَرَفَةَ بْنِ حَاجِبٍ وَ اَمَّرَهُ بِبَنِي سُلَيْمٍ وَ مَنْ مَعَهُمْ مِنْ هَوَازِنَ.
وَ لِسُوَيْدِ بْنِ مُقَرّنٍ، وَ اَمَّرَهُ بِتِهَامَةَ اْليَمَنِ.
وَ ِللْعَلاَءِ بْنِ اْلحَضْرَمِيّ، وَ اَمَّرَهُ بِاْلبَحْرَيْنِ. البداية و النهاية 6: 707

Setelah Usamah dan pasukannya beristirahat dan datang harta zakat yang banyak dan melimpah dari mereka, lalu Abu Bakar memutuskan untuk mengirimkan pasukan-pasukannya, dan beliau menyerahkan sebelas panji kepada para pemimpin pasukan. Beliau memberikan panji kepada :

  1.  Khalid bin Walid, ia bertugas menumpas Thulaihah bin Khuwailid. Apabila selesai, dilanjutkan menumpas Malik bin Nuwairah di Buthah, jika mereka mengadakan perlawanan.
  2.  ‘Ikrimah bin Abu Jahl, ditugaskan menumpas Musailimah.
  3.  Syurahbil bin Hasanah, ia ditugaskan mengikuti ‘Ikrimah menuju Musailimah Al-Kadzdzaab, kemudian ke Bani Qudla’ah.
  4.  Muhajir bin Abu Umayyah, ia diperintahkan menumpas pasukan Al-‘Ansiy dan sebagai bantuan para putra raja Yaman untuk menundukkan Qais bin Maksyuh, karena ia telah melepaskan diri dari ketha’atan terhadap pemerintahan kaum muslimin.
  5.  Khalid bin Sa’id bin Al-‘Ash, diperintahkan berangkat menuju perbatasan kota Syam.
  6.  ‘Amr bin Al-‘Ash, ditugaskan ke tempat bergabungnya Qudla’ah, Wadi’ah dan Harits.
  7.  Hudzaifah bin Mihshan Al-Ghathafaniy diperintahkan menumpas penduduk Daba.
  8.  ‘Arfajah bin Hartsamah diperintahkan berangkat ke Mahrah.
  9.  Tharafah bin Hajib diperintahkan menuju Bani Sulaim dan suku Hawazin.
10.  Suwaid bin Muqarrin diperintahkan menuju Tihamah Yaman.
11.  Al-‘Alaa’ bin Al-Hadlramiy diperintahkan menuju Bahrain.

[Al-Bidayah wan Nihaayah juz 6, hal. 707]

Perjalanan Khalid bin Walid RA dari Dzul Qashshah untuk memerangi kaum murtad.

رَوَى اْلاِمَامُ اَحْمَدَ مِنْ طَرِيْقِ وَحْشِيّ بْنِ حَرْبٍ، اَنَّ اَبَا بَكْرِ الصّدّيْقِ لَمَّا عَقَدَ لِخَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ عَلَى قِتَالِ اَهْلِ الرّدَّةِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: نَعَمْ عَبْدُ اللهِ وَ اَخُو العَشِيْرَةِ، خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ، سَيْفٌ مِنْ سُيُوْفِ اللهِ سَلَهُ اللهُ عَلَى اْلكُفَّارِ وَ اْلمُنَافِقِيْنَ، وَ لَمَّا تَوَجَّهَ خَالِدٌ مِنْ ذِي اْلقَصَّةِ وَ فَارَقَهُ الصّدّيْقِ، وَ اَعَدَهُ اَنَّهُ سَيَلْقَاهُ مِنْ نَاحِيَةِ خَيْبَرَ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ اْلاُمَرَاءِ – وَ اَظْهَرُوْا ذلِكَ لِيُرَعّبُوا اْلاَعْرَابَ وَ اَمَرَهُ اَنْ يَذْهَبَ اَوَّلاً اِلىَ طُلَيْحَةَ اْلاَسَدِيّ، ثُمَّ يَذْهَبَ بَعْدَهُ اِلىَ بَنِيْ تَمِيْمٍ، وَ كَانَ طُلَيْحَةَ بْنُ خُوَيْلِدٍ فِيْ قَوْمِهِ بَنِيْ اَسَدٍ، وَ فِيْ غَطَفَانَ، وَ انْضَمَّ اِلَيْهِمْ بَنُوْ عَبْسٍ وَ ذُبْيَانَ، وَ بَعَثَ اِلىَ بَنِيْ جَدِيْلَةَ وَ اْلغَوْثِ وَ طَيّءٍ يَسْتَدْعِيْهِمْ اِلَيْهِ، فَبَعَثُوْا اَقْوَامًا مِنْهُمْ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ، لِيَلْحَقُوْهُمْ عَلَى اَثَرِهِمْ سَرِيْعًا، وَ كَانَ الصّدّيْقُ، قَدْ بَعَثَ عَدِيَّ بْنَ حَاتِمٍ قَبْلَ خَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ، وَ قَالَ لَهُ: اَدْرِكْ قَوْمَكَ لاَ يَلْحَقُوْا بِطُلَيْحَةَ فَيَكُوْنَ دِمَارَهُمْ، فَذَهَبَ عَدِيٌّ الىَ قَوْمِهِ بَنِيْ طَيّءٍ فَاَمَرَهُمْ اَنْ يُبَايِعُوا الصّدّيْقَ، وَ اَنْ يُرَاجِعُوْا اَمْرَ اللهِ، فَقَالُوْا: لاَ نُبَايِعُ اَبَا اْلفَصْلِ اَبَدًا. يَعْنُوْنَ اَبَا بَكْرٍ رض. فَقَالَ: وَ اللهِ لَيَأْتِيَنَّكُمْ جَيْشٌ فَلاَ يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتَّى تَعْلَمُوْا اَنَّهُ اَبُو اْلفَحْلِ اْلاَكْبَرِ، وَلَمْ يَزَلْ عَدِيٌّ يَفْتِلُ لَهُمْ فِي الذّرْوَةِ وَ اْلغَارِبِ حَتَّى لاَنُوْا، وَ جَاءَ خَالِدٌ فِي اْلجُنُوْدِ وَ عَلَى مُقَدّمَةِ اْلاَنْصَارِ الَّذِيْنَ مَعَهُ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، وَ بَعَثَ بَيْنَ يَدَيْهِ ثَابِتَ بْنَ اَقْرَمَ، وَ عُكَّاشَةَ بْنَ مِحْصَنٍ طَلِيْعَةً، فَتَلْقَاهُمَا طُلَيْحَةُ وَ اَخُوْهُ سَلَمَةُ فِيْمَنْ مَعَهُمَا، فَلَمَّا وَجَدَا ثَابِتًا وَ عُكَّاشَةَ تَبَارَزُوْا فَقَتَلَ عُكَّاشَةَ حبَالُ بْنُ طُلَيْحَةَ، وَ قِيْلَ: بَلْ كَانَ قَتَلَ حِبَالاً قَبْلَ ذلِكَ وَ اَخَذَ مَا مَعَهُ، وَ حَمَلَ عَلَيْهِ طُلَيْحَةُ فَقَتَلَهُ وَ قَتَلَ هُوَ وَ اَخُوْهُ سَلَمَةُ، ثَابتَ بْنَ اَقْرَمَ، وَجَاءَ خَالِدٌ بِمَنْ مَعَهُ فَوَجَدُوْهُمَا صَرِيْعَيْنِ، فَشَقَّ ذلِكَ عَلَى اْلمُسْلِمِيْنَ. البداية و النهاية 6: 709.

وَ قَدْ قَالَ طُلَيْحَةُ فِي ذلِكَ: عَشِيَّةَ غَادَرْتَ ابْنَ اَقْرَمَ ثَاوِيًا. وَ عُكَاشَةَ اْلعَمِيّ تَحْتَ مَجَالِ اَقَمْتَ لَهُ صَدْرِ اْلحَمَالَةِ اِنَّهَا مُعَوَّدَةً قَبْلَ اْلكَمَاةِ نِزَالِ، فَيَوْمَ تَرَاهَا فِي اْلجَلاَلِ مَصُوْنَةً وَ يَوْمَ تَرَاهَا فِي ظِلاَلِ عَوَالِي وَ اِنْ يَكُ اَوْلاَدِ اَصِبْنَ وَ نُسْوَةً فَلَمْ يَذْهَبُوْا فَرْغًا بِقَتْلِ حِبَالَ

وَ مَالَ خَالِدٌ اِلىَ بَنِيْ طَيّءٍ، فَخَرَجَ اِلَيْهِ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ فَقَالَ: اَنْظِرْنِي ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ، فَاِنَّهُمْ قَدِ اسْتَنْظَرُوْنِي حَتَّى يَبْعَثُوْا اِلىَ مَنْ تَعَجَّلَ مِنْهُمْ اِلىَ طُلَيْحَةَ حَتىَّ يَرْجِعُوْا اِلَيْهِمْ، فَاِنَّهُمْ يَخْشَوْنَ اِنْ تَابَعُوْكَ.

اَنْ يَقْتَلَ طُلَيْحَةُ مَنْ سَارَ اِلَيْهِ مِنْهُمْ، وَ هذَا اَحَبُّ اِلَيْكَ مِنْ اَنْ يُعَجّلَهُمْ اِلىَ النَّارِ، فَلَمَّا كَانَ بَعْدَ ثَلاَثٍ جَاءَهَ عَدِيٌّ فِي خَمْسِمِائَةِ مُقَاتِلٍ مِمَّنْ رَاجَعَ اْلحَقَّ، فَانْضَافُوْا اِلىَ جَيْشِ خَالِدٍ، وَ قَصَدَ خَالِدٌ بَنِيْ جَدِيْلَةَ، فَقَالَ لَهُ: ياَ خَالِدُ، اَجّلْنِيْ اَيَّامًا حَتَّى اتِيَهُمْ فَلَعَلَّ اللهَ اَنْ يُنْقِذَهُمْ كَماَ اَنْقَذَ طَيّئًا، فَاَتَاهُمْ عَدِيٌّ فَلَمْ يَزَلْ بِهِمْ حَتَّى تَابَعُوْهُ، فَجَاءَ خَالِدًا بِاِسْلاَمِهِمْ، وَ لَحِقَ بِالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهُمْ اَلْفُ رَاكِبٍ، فَكَانَ عَدِيٌّ خَيْرَ مَوْلُوْدٍ وَ اَعْظَمَهُ بَرَكَةً عَلَى قَوْمِهِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، البداية و النهاية 6: 709

Imam Ahmad meriwayatkan dari jalan Wahsyi bin Harb, bahwa ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq melantik Khalid bin Walid sebagai panglima perang untuk menumpas orang-orang murtad, ia berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Walid, ia laksana pedang dari pedang-pedang Allah yang terhunus atas orang-orang kafir dan orang munafiq. [HR. Ahmad juz 1, hal. 29, no. 43]

Ketika Khalid berangkat dari Dzul Qashshah dan berpisah dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Bakar berjanji akan bertemu dengannya di dekat Khaibar beserta seluruh pemimpin pasukan, langkah demikian untuk menunjukkan kekuatan agar orang-orang ‘Arab di pegunungan merasa takut. Abu Bakar memerintahkan agar terlebih dahulu Khalid menumpas Thulaihah Al-Asadiy, setelah itu baru ke Bani Tamim. Ketika itu Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadiy berada diantara kaumnya di perkampungan Bani Asad, di Ghathafan, yang turut pula bergabung dengan mereka Bani ‘Abs dan Dzubyan.

(Thulaihah) mengirim utusan kepada Bani Jadilah dan Ghauts dari suku Thayyi’ agar bergabung bersama mereka. Lalu mereka segera mengirimkan pasukan untuk menyusul dan bergabung dengan pasukan Thulaihah.

Dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

Abu Bakar Ash-Shiddiq telah mengirim ‘Adiy bin Hatim sebelum Khalid bin Walid, dan berpesan kepadanya, “Temuilah kaummu, jangan sampai mereka bergabung dengan Thulaihah yang menyebabkan mereka menjadi binasa. Dan ‘Adiy sudah berangkat menuju kaumnya suku Thayyi’ dan memerintahkan mereka untuk berbai’at kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan agar kembali kepada agama Allah. Namun mereka menjawab, “Kami tidak akan membai’at Abul Fashl selama-lamanya, yaitu Abu Bakar RA”. (Abul Fashl, artinya Bapak anak unta. Mereka menganggap Abu Bakar orang yang lemah, tidak punya kekuatan seperti anak unta). ‘Adiy berkata, “Demi Allah, bala tentaranya akan datang menyerang kalian dan akan memerangi kalian hingga kalian mengetahui bahwa beliau benar-benar Abul Fahl (bapak unta jantan) yang paling besar”. ‘Adiy terus menerus membujuk mereka dan menakut-nakuti mereka sehingga akhirnya mereka berubah menjadi lunak dan mau menerimanya.

Setelah Khalid dan tentaranya datang, dan diantara tokoh Anshar yang ikut saat itu adalah Tsabit bin Qais bin Syammaas, dan Khalid lebih dahulu mengirim Tsabit bin Aqram dan ‘Ukkasyah bin Mihshan sebagai mata-mata kepada Thulaihah, maka keduanya bertemu dengan Thulaihah dan saudaranya yaitu Salamah bersama orang-orang yang menyertainya. Setelah Thulaihah dan Salamah bertemu dengan Tsabit dan ‘Ukkasyah, lalu mereka perang tanding, lalu Hibal bin Thulaihah membunuh ‘Ukkasyah. Ada yang mengatakan, “Bahkan peristiwanya : ‘Ukkasyah yang berhasil membunuh Hibal dan mengambil apa yang ada padanya. Baru kemudian datanglah Thulaihah dan langsung membunuh ‘Ukkasyah, lalu Thulaihah dan Salamah membunuh Tsabit bin Aqram.

Kemudian Khalid datang dengan pasukannya dan melihat kedua shahabat itu telah gugur, dan kesedihan menimpa kaum muslimin. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 709]

Kemudian Khalid segera berangkat ke Bani Thayyi’, lalu beliau disambut oleh ‘Adiy bin Hatim. Kemudian ‘Adiy bin Hatim berkata, “Berilah aku waktu tiga hari, sebab mereka minta waktu dariku tiga hari agar mereka dapat mengirim utusan kepada Thulaihah dan menunggu hingga utusan tersebut kembali. Mereka takut jika mengikutimu sekarang maka utusan mereka kepada Thulaihah akan dibunuhnya. Dan ini tentu lebih baik daripada engkau menyegerakan mereka masuk neraka (dengan memerangi mereka dalam keadaan murtad)”.

Setelah berlalu tiga hari ‘Adiy bin Hatim datang kepada Khalid dengan membawa 500 pasukan yang terdiri dari suku Thayyi’ yang kembali kepada kebenaran, maka dengan itu jumlah pasukan Khalid kian bertambah.

Selanjutnya Khalid bermaksud menuju Bani Jadilah, maka ‘Adiy berkata padanya, “Hai Khalid, beri tangguhlah aku beberapa hari hingga aku mendatangi mereka, semoga Allah menyelamatkan mereka sebagaimana Dia menyelamatkan Thayyi’”.

Kemudian ‘Adiy bin Hatim mendatangi mereka dan membujuk mereka hingga akhirnya mereka mau mengikutinya. Kemudian ‘Adiy membawa mereka datang kepada Khalid dengan keislaman mereka. Dan mereka itu ada seribu penunggang kuda yang memperkuat pasukan muslim. Dengan demikian ‘Adiy bin Hatim adalah orang yang paling baik dan yang paling membawa berkah bagi kaumnya, semoga Allah meridlai mereka. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 709]

Peperangan Buzakhah dan penyerangan ke Bani Asad.

Ibnu Katisr menyebutkan dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :

ثُمَّ سَارَ خَالِدٌ حَتَّى نَزَلَ بِاَجَأٍ وَ سَلْمَى، وَعَبَّى جَيْشَهُ هُنَالِكَ وَ اْلتَقَى مَعَ طُلَيْحَةَ اْلاَسَدِيّ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ: بَزَاخَةُ، وَ وَقَفَتْ اَحْيَاءٌ كَثِيْرَةٌ مِنَ اْلاَعْرَابِ يَنْظُرُوْنَ عَلَى مَنْ تَكُوْنُ الدَّائِرَةُ، وَ جَاءَ طُلَيْحَةُ فِيْمَنْ مَعَهُ مِنْ قَوْمِهِ وَ مَنْ اِلْتَفَّ مَعَهُمْ وَ انْضَافَ اِلَيْهِمْ، وَ قَدْ حَضَرَ مَعَهُ عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنٍ فِي سَبْعِمِائَةٍ مِنْ قَوْمِهِ بَنِي فَزَارَةَ، وَ اصْطَفَّ النَّاسُ، وَ جَلَسَ طُلَيْحَةُ مُلْتَفًّا فِي كِسَاءٍ لَهُ يَتنَبَّأُ لَهُمْ يَنْظُرُ مَا يُوْحَى اِلَيْهِ فِيْمَا يَزْعُمُ، وَ جَعَلَ عُيَيْنَةُ يُقَاتِلُ مَا يُقَاتِلُ، حَتَّى اِذَا ضَجَرَ مِنَ اْلقِتَالِ يَجِيْءُ اِلىَ طُلَيْحَةَ وَ هُوَ مُلْتَفٌّ فِي كِسَائِهِ فَيَقُوْلُ: اَجَاءَكَ جِبْرِيْلُ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ، فَيَرْجِعُ فَيُقَاتِلُ، ثُمَّ يَرْجِعُ فَيَقُوْلُ لَهُ مِثْلَ ذلِكَ، وَ يَرُدُّ عَلَيْهِ مِثْلَ ذلِكَ، فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ قَالَ لَهُ: هَلْ جَاءَكَ جِبْرِيْلُ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَمَا قَالَ لَكَ؟ قَالَ: قَالَ لِي: اِنَّ لَكَ رَحَاءً كَرَحَاهُ وَ حَدِيْثًا لاَ تَنْسَاهُ، قَالَ يَقُوْلُ عُيَيْنَةُ اَظُنُّ اَنْ قَدْ عَلِمَ اللهُ سَيَكُوْنُ لَكَ حَدِيْثٌ لاَ تَنْسَاهُ، ثُمَّ قَالَ: يَا بَنِي فَزَارَةَ اِنْصَرَفُوْا، وَ انْهَزَمَ وَ انْهَزَمَ النَّاسُ عَنْ طُلَيْحَةَ، فَلَمَّا جَاءَهُ اْلمُسْلِمُوْنَ رَكِبَ عَلَى فَرَسٍ كَانَ قَدْ اَعَدَّهَا لَهُ، وَ اَرْكَبَ امْرَأَتَهُ النَّوَّارَ عَلَى بَعِيْرٍ لَهُ، ثُمَّ انْهَزَمَ بِهَا اِلىَ الشَّامِ وَ تَفَرَّقَ جَمْعُهُ، وَ قَدْ قَتَلَ اللهُ طَائِفَةً مِمَّنْ كَانَ مَعَهُ،

فَلَمَّا اَوْقَعَ اللهُ بِطُلَيْحَةَ وَ فَزَارَةَ مَا اَوْقَعَ، قَالَتْ بَنُوْ عَامِرٍ وَ سُلَيْمٍ وَ هَوَازنُ: نَدْخُلُ فِيْمَا خَرَجْنَا مِنْهُ، وَ نُؤْمِنُ بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ، وَ نُسَلّمُ لِحُكْمِهِ فِي اَمْوَالِنَا وَ اَنْفُسِنَا قُلْتُ:

وَ قَدْ كَانَ طُلَيْحَةُ اْلاَسَدِيّ اِرْتَدَّ فِي حَيَاةِ النَّبِيّ ص، فَلَمَّا مَاتَ رَسُوْلُ اللهِ ص قَامَ بِمُؤَازَرَتِهِ عُيَيْنَةَ بْنِ حِصْنٍ مِنْ بَدْرٍ، وَ ارْتَدَّ عَنِ اْلاِسْلاَمِ، وَ قَالَ لِقَوْمِهِ: وَ اللهِ لَنَبِيٌّ مِنْ بَنِي اَسَدٍ اَحَبُّ اِلَيَّ مِنْ نَبِي هَاشِمٍ، وَ قَدْ مَاتَ مُحَمَّدٌ وَ هذَا طُلَيْحَةُ فَاتَّبَعُوْهُ، فَوَافَقَ قَوْمُهُ بَنُوْ فَزَارَةَ عَلَى ذلِكَ، فَلَمَّا كَسَرَهُمَا خَالِدٌ هَرَبَ طُلَيْحَةُ بِامْرَأَتِهِ اِلَى الشَّامِ، فَنَزَلَ عَلَى بَنِي كَلْبٍ، وَ اَسَرَ خَالِدٌ عُيَيْنَةَ بْنَ حِصْنٍ، وَ بَعَثَ بِهِ اِلَى الْمَدِيْنَةِ مَجْمُوْعَةً يَدَاهُ اِلَى عُنُقِهِ، فَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ وَ هُوَ كَذلِكَ فَجَعَلَ اْلوِلْدَانُ وَ اْلغِلْمَانُ يَطْعَنُوْنَهُ بَاَيْدِيْهِمْ، وَ يَقُوْلُوْنَ: اَيْ عَدُوَّ اللهِ، اِرْتَدَدْتَ عَنِ اْلاِسْلاَمِ ؟ فَيَقُوْلُ: وَ اللهِ مَا كُنْتُ امَنْتُ قَطُّ، فَلَمَّا وَقَفَ بَيْنَ يَدَيِ الصّدّيْقِ اِسْتَتَابَهَ وَ حَقَنَ دَمَهُ، ثُمَّ حَسُنَ اِسْلاَمَهُ بَعْدَ ذلِكَ، وَ كذلِكَ مَنَّ عَلَى قُرَّةِ بْنِ هُبَيْرَةَ، وَ كَانَ اَحَدَ اْلاُ مَرَاءِ مَعَ طُلَيْحَةَ، فَاَسَرَّهُ مَعَ عُيَيْنَةَ،

وَ اَمَّا طُلَيْحَةُ فَاِنَّهُ رَاجِعُ اْلاِسْلاَمِ بَعْدَ ذلِكَ اَيْضًا، وَ ذَهَبَ اِلىَ مَكَّةَ مُعْتَمِرًا اَيَّامَ الصّدّيْقِ، وَ اسَتَحْيَى اَنْ يُّوَاجِهَهُ مُدَّةَ حَيَاتِهِ، وَ قَدْ رَجَعَ فَشَهِدَ اْلقِتَالَ مَعَ خَالِدٍ، وَ كَتَبَ الصّدّيْقُ اِلَى خَالِدٍ: اَنِ اسْتَشِرْهُ فِي اْلحَرْبِ وَ لاَ تُؤَمّرُهُ يَعْنِي مُعَامَلَتَهُ لَهُ بِنَقِيْضِ مَا كَانَ قَصْدُهُ مِنَ الرّيَاسَةِ فِي اْلبَاطِنِ. وَ هذَا مِنْ فِقْهِ الصّدّيْقِ رض وَ اَرْضَاهُ، وَ قَدْ قَالَ خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ لِبَعْضِ اَصْحَابِ طُلَيْحَةَ مِمَّنْ اَسْلَمَ وَ حَسُنَ اِسْلاَمُهُ: اَخْبِرْنَا عَمَّا كَانَ يَقُوْلُ لَكُمْ طُلَيْحَةُ مِنَ اْلوَحْيِ، فَقَالَ: اِنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: اَلْحَمَامُ وَ اْليَمَامُ

وَ الصُّرَدُ وَ الصَّوَامُ،

قَدْ صُمْنَ قَبْلَكُمْ بِاَعْوَامِ

لَيَبْلُغَنَّ مَلَكُنَا اْلعِرَاقَ وَالشَّامَ، البداية و النهاية 6: 711

Kemudian Khalid berjalan menuju gunung Ajaa’ dan Salma. Di sana beliau menyiapkan tentara, dan ternyata mereka bertemu dengan Thulaihah Al-Asadiy di suatu tempat yang bernama Buzakhah.

Ketika itu orang-orang ‘Arab gunung menyaksikan pertempuran hebat antara kedua pasukan tersebut sambil menunggu-nunggu siapa akhirnya yang akan kalah. Thulaihah datang membawa kaumnya dan orang-orang yang bergabung dengan tentaranya, dan ketika itu ‘Uyainah bin Hishnin juga ikut dengan membawa 700 orang dari kaum Bani Fazarah.

Pasukan berbaris, sedangkan Thulaihah duduk berselimut seolah-olah sedang menerima wahyu, (Thulaihah ini termasuk salah seorang yang mengaku menjadi Nabi) menunggu apa yang diwahyukan kepadanya menurut anggapan mereka, sementara ‘Uyainah terus berperang mati-matian. Kemudian setelah ia lelah karena berperang, ‘Uyainah mendatangi Thulaihah yang sedang berselimut, lalu bertanya, “Apakah Jibril telah datang kepadamu ?”. Dia menjawab, “Belum”. Kemudian ‘Uyainah kembali bertempur. Kemudian kembali menemuinya dan bertanya sebagaimana pertanyaan sebelumnya. Tetapi Thulaihah masih menjawab dengan jawaban yang sama. Pada yang ketiga kalinya ‘Uyainah datang lagi dan bertanya, “Apakah Jibril telah datang kepadamu ?”. Thulaihah menjawab, “Ya”. ‘Uyainah bertanya, “Apa yang dikatakannya kepadamu ?”. Thulaihah menjawab, “Dia berkata kepadaku, “Sesunguhnya engkau memiliki penggiling gandum seperti penggilingannya dan akan mengalami peristiwa yang tidak akan engkau lupakan”. ‘Uyainah berkata, “Aku yakin Allah telah mengetahui bahwa kelak akan terjadi atas dirimu peristiwa yang tidak akan engkau lupakan”.

Kemudian dia berkata kepada kaumnya, “Hai Bani Fazarah, kembalilah kalian”. Maka pasukannya berangkat meninggalkan Thulaihah. Oleh karena itu ketika kaum muslimin mendatangi Thulaihah, dia melarikan diri dengan mengendarai kudanya yang telah disiapkannya, sedangkan istrinya yang bernama An-Nawwar naik unta. Kemudian keduanya melarikan diri menuju negeri Syam, sementara pengikutnya lari kocar-kacir, dan Allah telah membinasakan sebagian dari pengikutnya.

Thulaihah Al-Asadiy murtad semasa Rasulullah SAW masih hidup. Ketika Rasulullah SAW wafat, dia dibantu oleh ‘Uyainah bin Hishnin bin Badar, yang juga murtad keluar dari Islam. ‘Uyainah pernah berkata kepada kaumnya, “Demi Allah, Nabi dari Bani Asad lebih aku cintai daripada Nabi dari Bani Hasyim. Muhammad telah mati, maka ikutilah Thulaihah”. Ternyata kaumnya dari Bani Fazarah setuju dan mengikutinya.

Ketika keduanya dikalahkan oleh Khalid, maka Thulaihah lari ke Syam dengan membawa istrinya dan di sana tinggal bersama Bani Kalb. Kemudian Khalid menawan ‘Uyainah bin Hishnin dan mengirimnya ke Madinah dalam keadaan terikat kedua tangannya ke lehernya. Ia dibawa masuk ke Madinah dalam kondisi demikian, lalu anak-anak menusuk-nusuknya dengan tangan mereka sambil berkata, “Hai musuh Allah, kamu telah murtad dari Islam, ya ?”. Ia menjawab, “Demi Allah, dahulu aku sama sekali belum beriman”. Setelah ia dihadapkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyuruhnya bertaubat, dan beliau mengampuninya. Akhirnya ia pun bertaubat, dan setelah itu baik pula keislamannya.

Dan begitu pula Abu Bakar memperlakukan Qurrah bin Hubairah, salah satu pimpinan pengikut Thulaihah yang tertawan bersama ‘Uyainah.

Adapun Thulaihah, dia pun akhirnya kembali bertaubat dan masuk Islam, dan ia pun berangkat menunaikan ibadah ‘umrah menuju Makkah pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dia malu bertatap muka dengan Ash-Shiddiq selama hidupnya. Namun dia sungguh-sungguh bertaubat dan ikut bersama Khalid dalam beberapa pertempuran. Bahkan Abu Bakar pernah menulis surat kepada Khalid, “Ajaklah Thulaihah bermusyawarah dalam siasat perang, tetapi jangan engkau angkat dia menjadi amir pasukan”. Abu bakar menyuruh Khalid agar memperlakukannya dengan baik. Bertolak belakang dengan apa yang telah diperbuatnya dan keinginannya terhadap jabatan dan kedudukan. Dan ini merupakan bukti kecerdasan Abu Bakar RA.

Khalid bin Walid RA pernah bertanya kepada sebagian pengikut Thulaihah yang telah baik keislamannya, “Beritahukanlah kepada kami apa yang diwahyukan kepada Thulaihah”. Maka ia menjawab, “Dia pernah berkata :

اَلْحَمَامُ وَ اْليَمَامُ

            وَ الصُّرَدُ وَ الصَّوَامُ

قَدْ صُمْنَ قَبْلَكُمْ بِاَعْوَامِ

            لَيَبْلُغَنَّ مُلْكُنَا اْلعِرَاقَ وَ الشَّامَ


merpati dan burung yamam,

            burung shuradi dan shawam,

mereka telah berpuasa bertahun-tahun sebelum kalian,

            pasti kerajaan kami akan sampai menguasai ‘Iraq dan Syam

[Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 710]

وَكَانَ سَيّدُ اْلاُمَرَاءِ وَ رَأْسُ الشُّجَعَانِ الصَّنَادِيْدِ اَبُوْ سَلَيْمَانَ خَالِدُ بْن اْلوَلِيْدِ.

* وقد كتب أبو بكر الصديق إلى خالد بن الوليد حين جاءه أنه كسر طليحة ومن كان في صفه وقام بنصره فكتب إليه: لنردك ما أنعم الله به خيرا واتق الله في أمرك، فإن الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون، جد في أمرك ولا تلن ولا تظفر بأحد من المشركين قتل من المسلمين إلا نكلت به، ومن أخذت ممن حاد الله أو ضاده ممن بري أن في ذلك

صلاحا فاقتله * فأقام خالد ببزاخة شهرا، يصعد فيها ويصوب ويرجع إليها في طلب الذين وصاه بسلبهم الصديق، فجعل يتردد في طلب هؤلاء شهرا يأخذ بثأر من قتلوا من المسلمين الذين كانوا بين أظهرهم حين ارتدوا، فمنهم من حرقه بالنار، ومنهم من رضخه بالحجارة، ومنهم من رمى به من شواهق الجبال، كل هذا ليعتبر بهم من يسمع بخبرهم من مرتدة العرب، رضي الله عنه * وقال الثوري عن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب قال: لما قدم وفد بزاخة - أسد وغطفان - على أبي بكر يسألونه الصلح، خيرهم أبو بكر بين حرب مجلية حطة مخزية، فقالوا: يا خليفة رسول الله أما الحرب المجلية فقد عرفناها، فما الحطة المخزية ؟ قال: تؤخذ منكم الحلقة والكراع وتتركون أقواما يتبعون أذناب الابل حتى يرى الله خليفة نبيه والمؤمنين أمرا يعذرونكم به، وتؤدون ما أصبتم منا، ولا نؤدي ما أصبنا منكم، وتشهدون أن قتلانا في الجنة وأن قتلاكم في النار، وتدون قتلانا ولا ندي قتلاكم، فقال عمر: أما قولك: تدون قتلانا، فإن قتلانا قتلوا على أمر الله لا ديات لهم، فامتنع عمر وقال عمر في الثاني: نعم ما رأيت * رواه البخاري من حيث الثوري بسنده مختصرا.

وقعة أخرى كان قد اجتمع طائفة كثيرة من الفلال يوم بزاخة من أصحاب طليحة، من بني غطفان فاجتمعوا إلى امرأة يقال لها: أم زمل - سلمى بنت ملك بن (1) حذيفة - وكانت من سيدات العرب، كأمها أم قرفة، وكان يضرب بأمها المثل في الشرف لكثرة أولادها وعزة قبيلتها وبيتها، فلما اجتمعوا إليها ذمرتهم لقتال خالد، فهاجوا لذلك، وناشب إليهم آخرون من بني سليم وطئ وهوازن وأسد، فصاروا جيشا كثيفا وتفحل أمر هذه المرأة، فلما سمع بهم خالد بن الوليد سار إليهم، واقتتلوا قتالا شديدا وهي راكبة على جمل أمها الذي كان يقال له من يمس جملها فله مائة من الابل وذلك لعزها، فهزمهم خالد وعقر جملها وقتلها وبعث بالفتح إلى الصديق رضي الله عنه.

Kisah Pasukan Muslim Masuk Syam


Ibnu Katsir menyebutkan di dalam Kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :

فَلَمَّا اسْتَقَرُّوْا بِهَا بِمَنْ مَعَهُمْ مِنَ اْلاَعَاجِمِ وَ اْلاَعَارِبِ قَصَدَهُمْ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْجُنُوْدِ، وَ قَسَمَ الْجَيْشَ ثَلاَثَ فِرَقٍ، وَ اَغَارَ عَلَيْهِمْ لَيْلاً وَ هُمْ نَائِمُوْنَ فَاَنَامَهُمْ وَلَمْ يَفْلِتْ مِنْهُمْ اِلاَّ الْيَسِيْرُ فَمَا شُبّهُوْا اِلاَّ بِغَنَمٍ مُصَرَّعَةٍ. البداية و النهاية 6: 746

Setelah pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang 'Ajam dan orang-orang 'Arab berkumpul (di Mudloyyah), lalu Khalid segera berangkat mengejar mereka dengan membawa pasukannya. Ia membagi tentaranya menjadi tiga bagian. Pada malam hari secara tiba-tiba pasukan Khalid menyerang tentara musuh yang sedang tidur. Khalid benar-benar membuat mereka tidur selamanya. Dan tidak ada yang selamat kecuali sedikit sekali, mereka tidak ubahnya seperti kambing-kambing yang disembelih. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]

وَقَدْ رَوَى ابْنُ جَرِيْرٍ عَنْ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ: اِنْتَهَيْنَا فِي هذِهِ الْغَارَةِ اِلىَ رَجُلٍ يُقَالُ لَهُ حَرْقُوْصُ بْنُ النُّعْمَانِ النَّمِرِيُّ وَ حَوْلَهُ بَنُوْهُ وَ بَنَاتُهُ وَ امْرَأَتُهُ، وَقَدْ وُضِعَ لَهُمْ جَفْنَةٌ مِنْ خَمْرٍ وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ: اَحَدٌ يَشْرَبُ هذِهِ السَّاعَةَ وَ هذِهِ جُيُوْشُ خَالِدٍ قَدْ اَقْبَلَتْ. فَقَالَ لَهُمْ: اِشْرَبُوْا شُرْبَ وِدَاعٍ فَمَا اَرَى اَنْ تَشْرَبُوْا خَمْرًا بَعْدَهَا، فَشَرِبُوْا. وَ جَعَلَ يَقُوْلُ اَلاَ يَا اَسْقِيَانِي قَبْلَ نَائِرَةِ الْفَجْرِ، لَعَلَّ مَنَايَانَا قَرِيْبٌ وَلاَ نَدْرِي. قَالَ: فَهَجَمَ النَّاسُ عَلَيْهَ فَضُرِبَ رَجُلٌ رَأْسُهُ فَاِذَا هُوَ فِي جَفْنَتِهِ وَ اَخَذَتْ بَنُوْهُ وَ بَنَاتُهُ وَ امْرَأَتُهُ. البداية و النهاية 6: 746

Ibnu Jarir meriwayatkan dari 'Adiy bin Haatim, ia berkata, "Dalam penyerbuan ini kami mendapati seorang laki-laki yang bernama Harqush bin Nu'man An-Namiriy, ia sedang dikelilingi oleh para putra-putrinya dan juga istrinya. Dan disuguhkan di tengah-tengah mereka satu panci berisi khomr. Mereka berkata, "Seseorang minum pada saat ini, dan tentara Khalid telah datang". Lalu orang laki-laki itu berkata kepada mereka, "Minumlah kalian sebagai minum perpisahan, dan aku tidak akan melihat kalian minum khomr sesudah itu", lalu mereka meminumnya. Lalu seorang laki-laki berkata, "Wahai saudaraku, berilah minum aku sebelum fajar menyingsing, barangkali kematian kita telah dekat, sedang kita tidak mengetahui". Kemudian tentara Khalid menyerbu, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang dipenggal kepalanya masuk ke panci tersebut, lalu diambil oleh putra-putrinya dan istrinya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]

وَقَدْ قُتِلَ فِي هذِهِ الْمَعْرَكَةِ رَجُلاَنِ كَانَا قَدْ اَسْلَمَا وَ مَعَهُمَا كِتَابٌ مِنَ الصّدّيْقِ بِاْلاَمَانِ وَلَمْ يَعْلَمْ بِذلِكَ الْمُسْلِمُوْنَ، وَ هُمَا عَبْدُ الْعُزَّى بْنُ اَبِي رُهْمِ بْنِ قَرَاوِشَ قَتَلَهُ جَرِيْرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْبَجَلِيُّ، وَ اْلآخَرُ لَبِيْدُ بْنُ جَرِيْرٍ قَتَلَهُ بَعْضُ الْمُسْلِمِيْنَ. فَلَمَّا بَلَغَ خَبَرُهُمَا الصّدّيْقَ وَدَاهُمَا وَ بَعَثَ بِالْوُصَاةِ بِاَوْلاَدِهِمَا. وَ تَكَلَّمَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فِي خَالِدٍ بِسَبَبِهِمَا كَمَا تَكَلَّمَ فِيْهِ بِسَبَبِ مَالِكِ بْنِ نُوَيْرَةَ، فَقَالَ لَهُ الصّدّيْقُ: كَذلِكَ يُلْقَي مَنْ يُسَاكِنُ اَهْلَ الْحَرْبِ فِي دِيَارِهِمْ. البداية و النهاية 6: 746

Pada pertempuran itu ada dua orang laki-laki yang telah masuk Islam dan telah mendapat jaminan keamanan oleh Abu Bakar Ash-shiddiq, tetapi tidak diketahui oleh pasukan muslimin. Mereka adalah 'Abdul 'Uzza bin Abi Ruhmin Qoroowisy yang dibunuh oleh Jarir bin 'Abdullah Al-Bajaliy. Dan yang seorang lagi bernama Labiid bin Jarir, yang dibunuh oleh sebagian pasukan muslimin. Setelah berita terbunuhnya dua orang tersebut sampai kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq membayar diyat mereka, dan beliau mengirim utusan untuk menyampaikan pesan kepada anak-anak mereka. Dengan sebab terbunuhnya dua orang tersebut, maka 'Umar bin Khaththab menegur Khalid sebagaimana dulu 'Umar pernah menegur dengan keras kepada Khalid karena terbunuhnya Malik bin Nuwairah. Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata kepada 'Umar, "Begitulah terjadi pada orang yang di negeri musuh yang sedang diperangi". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]

Peperangan Ats-Tsaniy dan Az-Zumail

Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :

ثُمَّ كَانَتْ وَقْعَةُ الثَّنِى وَ الزُّمَيْلِ وَقَدْ بَيَّتُوْهُمْ فَقَتَلُوْا مَنْ كَانَ هُنَالِكَ مِنَ اْلاَعْرَابِ وَ اْلاَعَاجِمِ، فَلَمْ يَفْلِتْ مِنْهُمْ اَحَدٌ وَلاَ انْبَعَثَ بِخَبَرٍ. ثُمَّ بَعَثَ خَالِدٌ بِالْخُمُسِ مِنَ اْلاَمْوَالِ وَ السَّبْيِ اِلىَ الصّدّيْقِ. وَقَدْ اِشْتَرَى عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ مِنْ هذَا السَّبْيِ جَارِيَةً مِنَ الْعَرَبِ وَ هِيَ ابْنَةُ رَبِيْعَةَ بْنِ بُجَيْرٍ التَّغْلِبِيّ، فَاسْتَوْلَدَهَا عُمَرَ وَ رُقَيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ. البداية و النهاية 6: 747

Kemudian terjadi peperangan Ats-Tsaniy dan Az-Zumail. Kaum muslimin menyerang mereka di waktu malam. Akhirnya berhasil membunuh orang-orang 'Arab dan orang-orang 'Ajam yang berada di sana. Tidak seorangpun yang bisa meloloskan diri dan tidak bisa minta bantuan. Setelah peperangan selesai, Khalid lalu mengirimkan seperlima dari hasil rampasan perang dan para tawanan wanita dan anak-anak kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada waktu itu 'Ali bin Abu Thalib membeli tawanan seorang wanita dari kalangan 'Arab, yaitu putri Rabi'ah bin Bujair At-Taghlibiy, yang dari wanita ini nantinya terlahir putra-putri beliau yang bernama 'Umar dan Ruqoyyah, semoga Allah meridlai mereka semuanya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]

Peperangan Al-Firaadl

Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :

ثُمَّ سَارَ خَالِدٌ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اِلىَ وَقْعَةِ الْفِرَاضِ وَ هِيَ تَخُوْمُ الشَّامَ وَ الْعِرَاقَ وَ الْجَزِيْرَةَ. فَاَقَامَ هُنَالِكَ شَهْرَ رَمَضَانَ مُفْطِرًا لِشُغْلِهِ بِاْلاَعْدَاءِ. وَلَمَّا بَلَغَ الرُّوْمَ اَمْرُ خَالِدٍ وَ مُضِيْرُهُ اِلىَ قُرْبِ بِلاَدِهِمْ حَمَوْا وَ غَضَبُوْا وَ جَمَعُوْا جُمُوْعًا كَثِيْرَةً، وَاسْتَمَدُّوْا تَغْلِبَ وَ اِيَادَ وَ النَّمِرَ، ثُمَّ نَاهَدُوْا خَالِدًا. فَحَالَتِ الْفُرَاتُ بَيْنَهُمْ. فَقَالَتِ الرُّوْمُ لِخَالِدٍ: اُعْبُرْ اِلَيْنَا. وَ قَالَ خَالِدٌ لِلرُّوْمِ: بَلِ اعْبُرُوْا اَنْتُمْ. فَعَبَرَتِ الرُّوْمُ اِلَيْهِمْ. وَ ذلِكَ لِلنّصْفِ مِنْ ذِي الْقَعْدَةِ سَنَةَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ، فَاقْتَتَلُوْا هُنَالِكَ قِتَالاً عَظِيْمًا بَلِيْغًا. ثُمَّ هَزَمَ اللهُ جُمُوْعَ الرُّوْمِ وَ تَمَكَّنَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ اِقْتِفَائِهِمْ، فَقُتِلَ فِي هذِهِ الْمَعْرَكَةِ مِائَةُ اَلْفٍ.

Kemudian Khalid berjalan beserta pasukannya menuju Al-Firaadl, yaitu daerah yang berbatasan dengan negeri Syam, 'Iraq dan Jazirah. Di sana beliau bermukim selama bulan Ramadlan dalam keadaan berbuka (tidak berpuasa) karena kesibukannya memerangi musuh.

Setelah berita kedatangan Khalid sampai ke kerajaan Romawi dan pasukan Islam telah mendekati daerah kekuasaannya, mereka geram dan marah. Dan langsung mengumpulkan pasukan dalam jumlah besar. Mereka juga minta bantuan kepada qabilah Taghlib, Iyaad, dan Namir. Kemudian mereka segera menyongsong Khalid. Namun kedua pasukan ini dipisahkan oleh sungai Eufrat. Pasukan Romawi berkata kepada Khalid, "Menyeberanglah kemari". Namun Khalid menjawab, "Kalianlah yang seharusnya menyeberang kemari !". Akhirnya tentara Romawi menyeberangi sungai dan menyerang kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan bulan Dzulqa'dah tahun 12 H. Maka terjadilah peperangan yang amat dahsyat antara kedua pasukan tersebut. Kemudian Allah mengalahkan tentara Romawi tersebut, dan kaum muslimin berhasil mendapat kemenangan dan menguasai mereka. Dalam peperangan ini yang terbunuh sebanyak 100.000 jiwa.

وَ اَقَامَ خَالِدٌ بَعْدَ ذلِكَ بِالْفِرَاضِ عَشْرَةَ اَيَّامٍ، ثُمَّ اَذِنَ بِالْقُفُوْلِ اِلىَ الْحِيْرَةِ لِخَمْسٍ بَقِيْنَ مِنْ ذِي الْقَعْدَةِ، وَ اَمَرَ عَاصِمَ بْنَ عَمْرٍو اَنْ يَسِيْرَ فِي الْمُقَدَّمَةِ وَ اَمَرَ شَجَرَةَ بْنَ اْلاَعَزّ اَنْ يَسِيْرَ فِي السَّاقَةِ، وَ اَظْهَرَ خَالِدٌ اَنَّهُ يَسِيْرُ فِي السَّاقَةِ. البداية و النهاية 6: 747

Setelah itu Khalid tinggal di Al-Firaadl selama sepuluh hari, kemudian beliau menginstruksikan kepada pasukannya untuk kembali ke Hiirah lima hari sebelum berakhirnya bulan Dzulqo'dah. Kemudian ia memerintahkan 'Aashim bin 'Amr agar berangkat terlebih dahulu sebagai rombongan depan, dan Khalid memerintahkan Syajarah bin Al-A'azzi agar berjalan di rombongan belakang, dan Khalid memperlihatkan seolah-olah ia berjalan di rombongan belakang. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]

Keberangkatan Khalid ke Makkah untuk ibadah Hajji pada tahun 12 H

وَ سَارَ خَالِدٌ فِي عِدَّةٍ مِنْ اَصْحَابِهِ وَ قَصَدَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَسَارَ اِلىَ مَكَّةَ فِي طَرِيْقٍ لَمْ يَسْلُكْ قَبْلَهُ قَطُّ، وَ يَأْتِي لَهُ فِي ذلِكَ اَمْرٌ لَمْ يَقَعْ لِغَيْرِهِ، فَجَعَلَ يَسِيْرُ مُتَعَسّفًا عَلَى غَيْرِ جَادَّةٍ حَتَّى انْتَهَى اِلىَ مَكَّةَ فَاَدْرَكَ الْحَجَّ فِي هذِهِ السَّنَةِ.

Kemudian Khalid dengan beberapa shahabatnya berangkat menuju Masjidil Haraam, beliau berjalan ke Makkah melalui jalan yang belum pernah ditempuh sebelumnya, jadi beliau berhasil melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Khalid berjalan santai tanpa rintangan hingga sampai ke kota Makkah, dan melaksanakan hajji tahun ini.

ثُمَّ عَادَ فاَدْرَكَ اَمْرَ السَّاقَةِ قَبْلَ اَنْ يَصِلُوْا اِلَى الْحِيْرَةِ. وَ لَمْ يَعْلَمْ اَحَدٌ بِحَجّ خَالِدٍ هذِهِ السَّنَةِ اِلاَّ الْقَلِيْلُ مِنَ النَّاسِ مِمَّنْ كَانَ مَعَهُ، وَلَمْ يَعْلَمْ اَبُوْ بَكْرٍ الصّدّيْقُ بِذلِكَ اَيْضًا اِلاَّ بَعْدَمَا رَجَعَ اَهْلُ الْحَجّ مِنَ الْمَوْسِمِ. فَبَعَثَ يَعْتُبُ عَلَيْهِ فِي مُفَارَقَتِهِ الْجَيْشَ. وَ كَانَتْ عُقُوْبَتُهُ عِنْدَهُ اَنْ صَرَفَهُ مِنْ غَزْوِ الْعِرَاقِ اِلىَ غَزْوِ الشَّامِ، وَ قَالَ لَهُ فِيْمَا كَتَبَ اِلَيْهِ يَقُوْلُ لَهُ:
وَ اِنَّ الْجُمُوْعَ لَمْ تَشْجُ بِعَوْنِ اللهِ شَجْيَكَ فَلَنُهَنّئَكَ اَبَا سُلَيْمَانَ النّيَّةَ وَ الْحَظْوَةَ، فَاَتْمِمْ يُتْمِمِ اللهُ لَكَ وَلاَ يَدْخُلَنَّكَ عَجَبٌ فَتَخْسُرُ وَ تَخْذُلُ، وَ اِيَّاكَ اَنْ تَدُلَّ بِعَمَلٍ فَاِنَّ اللهَ لَهُ الْمَنُّ وَ هُوَ وَلِيُّ الْجَزَاءِ. البداية و النهاية 6: 747

Setelah selesai (menunaikan ibadah hajji), kemudian Khalid kembali ke tengah-tengah pasukan yang sedang menuju Hiirah. Dan tidak ada yang tahu mengenai hajjinya Khalid pada tahun ini kecuali beberapa orang saja yang berangkat bersamanya. Abu Bakar Ash-Shiddiq sendiri juga tidak tahu yang demikian itu, kecuali setelah orang-orang yang mengerjakan hajji pada musim itu pulang ke Madinah. Kemudian Abu Bakar mengirimkan surat kecaman kepadanya karena telah meninggalkan pasukan. Dan sebagai hukumannya, Khalid ditarik dari medan peperangan di 'Iraq, kemudian ditempatkan di negeri Syam. Abu Bakar menulis dalam suratnya :

Sesungguhnya dengan pertolongan Allah pasukanmu tidak merasa sedih atas kepergianmu, maka kami ucapkan selamat atas niatmu dan langkahmu wahai Abu sulaiman. Maka sempurnakanlah perjalananmu, niscaya Allah pun akan menyempurnakannya. Dan jangan sekali-kali kamu merasa bangga dan kagum pada dirimu yang menyebabkan engkau rugi dan terhina. Dan janganlah kamu merasa bangga dengan menunjukkan hasil perbuatanmu, karena sesungguhnya Allah lah yang telah memberikan ni'mat dan kemudahan kepadamu. Dan Dia lah Tuhan yang Maha Memberi balasan. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]

Di dalam Kitab Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

سَنَةَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ مِنَ الْهِجْرَةِ اسْتَهَلَتْ هذِهِ السَّنَةُ وَ الصّدّيْقُ عَازِمٌ عَلَى جَمْعِ الْجُنُوْدِ ليَبْعَثَهُمْ اِلىَ الشَّامِ، وَ ذلِكَ بَعْدَ مَرْجِعِهِ مِنَ الْحَجّ عَمَلاً بِقَوْلِهِ تَعَالَى: ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قَاتِلُوا الَّذِيْنَ يَلُوْنَكُمْ مّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوْا فِيْكُمْ غِلْظَةً، وَ اعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. التوبة: 123. وَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلاخِرِ. التوبة: 29. وَ اقْتِدَاءٌ بِرَسُوْلِ اللهِ ص فَاِنَّهُ جَمَعَ الْمُسْلِمِيْنَ لِغَزْوِ الشَّامِ، وَ ذلِكَ عَامَ تَبُوْكَ حَتَّى وَصَلَهَا فِي حَرّ شَدِيْدٍ وَ جُهْدٍ، فَرَجَعَ عَامَهُ ذلِكَ. ثُمَّ بَعَثَ قَبْلَ مَوْتِهِ اُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ مَوْلاَهُ لِيَغْزُوَ تَخُوْمَ الشَّامِ كَمَا تَقَدَّمَ.

وَلَمَّا فَرَغَ الصّدّيْقُ مِنْ اَمْرِ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ بَسَطَ يَمِيْنَهُ اِلىَ الْعِرَاقِ. فَبَعَثَ اِلَيْهَا خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ، ثُمَّ اَرَادَ اَنْ يَبْعَثَ اِلىَ الشَّامِ كَمَا بَعَثَ اِلىَ الْعِرَاقِ،

Pada awwal tahun 13 Hijriyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berusaha keras untuk mengumpulkan pasukan yang akan dikirim untuk menaklukkan Syam, dan hal itu dilakukannya sepulangnya beliau dari menunaikan ibadah hajji, karena mengamalkan firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an :

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قَاتِلُوا الَّذِيْنَ يَلُوْنَكُمْ مّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوْا فِيْكُمْ غِلْظَةً، وَ اعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. التوبة: 123

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. [QS, At-Taubah : 123]

Dan firman Allah SWT

قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلاخِرِ. التوبة: 29

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian [QS. At-Taubah : 29].

Dan beliau melakukan demikian untuk mengikuti langkah-langkah Rasulullah SAW yang telah mengumpulkan pasukan muslimin untuk memerangi Syam pada perang Tabuk, dan beliau berhasil mencapainya dengan susah payah dalam kondisi panas yang menyengat, dan beliau kembali ke Madinah pada tahun itu juga. Kemudian beliau mengutus Usamah bin Zaid (maula Rasulullah SAW) sebelum wafat beliau untuk memerangi daerah jajahan Syam sebagaimana telah diterangkan. Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memulihkan kondisi Jazirah 'Arab, lalu beliau mengirimkan pasukannya ke 'Iraq dibawah pimpinan Khalid bin Walid, kemudian setelah itu Abu Bakar menghendaki mengirim Khalid bin Walid ke Syam sebagaimana beliau dahulu mengirimnya ke 'Iraq.

فَشَرَعَ فِي جَمْعِ اْلاُمَرَاءِ فِي اَمَاكِنَ مُتَفَرّقَةٍ مِنْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ. وَكَانَ قَدْ اِسْتَعْمَلَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ عَلَى صَدَقَاتِ قُضَاعَةَ مَعَهُ اْلوَلِيْدُ بْنُ عُقْبَةَ فِيْهِمْ، فَكَتَبَ اِلَيْهِ يَسْتَنْفِرُهُ اِلىَ الشَّامِ:

اِنّي كُنْتُ قَدْ رَدَدْتُكَ عَلَى الْعَمَلِ الَّذِيْ وَلاَّكَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص مَرَّةً وَسَمَّاهُ لَكَ اُخْرَى، وَقَدْ اَحْبَبْتُ اَبَا عَبْدِ اللهِ اَنْ اُفْرِغَكَ لِمَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ فِي حَيَاتِكَ وَمَعَادِكَ مِنْهُ، اِلاَّ اَنْ يَكُوْنَ الَّذِيْ اَنْتَ فِيْهِ اَحَبَّ اِلَيْكَ.

فَكَتَبَ اِلَيْهِ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ:

اِنّي سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ اْلاِسْلاَمِ، وَ اَنْتَ عَبْدَ اللهِ الرَّامِي بِهَا وَ الْجَامِعُ لَهَا، فَانْظُرْ اَشَدَّهَا وَ اَخْشَاهَا، فَارْمِ بِي فِيْهَا.

وَ كَتَبَ اِلىَ الْوَلِيْدِ بْنِ عُقْبَةَ بِمِثْلِ ذلِكَ. وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهُ، وَ اَقْبَلاَ بَعْدَ مَا اسْتَخْلَفَا فِي عَمَلِهِمَا اِلىَ الْمَدِيْنَةِ.

Abu Bakar mulai mengumpulkan para panglima dari berbagai tempat di Jazirah 'Arab. Sebelumnya beliau telah menugaskan untuk urusan zakat Bani Qudha'ah kepada 'Amr bin Al-'Aash bersama Walid bin 'Uqbah yang berada bersama mereka, lalu Abu Bakar menulis surat kepada 'Amr bin Al-'Aash untuk ditugaskan berangkat ke Syam.

Sesungguhnya aku telah menarik kembali tugasmu sebagai pemungut zakat, sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW kepadamu, lalu menggantikanmu kepada tugas yang lain. Aku berkeinginan wahai Abu 'Abdillah, untuk mengkonsentrasikanmu pada tugas yang lebih baik bagimu untuk dunia dan akhiratmu, kecuali jika engkau memang merasa tugas yang sudah kamu jalankan itu lebih engkau sukai".

Kemudian 'Amr bin Al-'Aash menjawab surat Abu Bakar :

Sesungguhnya aku ini bagaikan anak panah dari sekian banyak anak panah Islam. Dan engkau wahai hamba Allah, orang yang memanah dan mengumpulkannya, maka lihatlah sasaran yang paling berat dan yang paling dikhawatirkan, maka panahkanlah aku ke sana !".

Abu Bakar juga menulis surat kepada Al-Walid bin 'Uqbah yang seperti itu. Dan Al-Walid bin 'Uqbah juga membalas dengan jawaban seperti itu juga. Kemudian keduanya kembali ke Madinah setelah mereka menunjuk penggantinya.

Pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk memotivasi pasukan muslimin

وَلَمَّا اجْتَمَعَ عَنْدَ الصّدّيْقِ مِنَ الْجُيُوْشِ مَا اَرَادَ، قَامَ فِي النَّاسِ خَطِيْبًا، فَاثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ اَهْلُهُ، ثُمَّ حَثَّ النَّاسَ عَلَى الْجِهَادِ، فَقَالَ: اَلاَ لِكُلّ اَمْرٍ جَوَامِعُ، فَمَنْ بَلَغَهَا فَهِيَ حَسْبُهُ، وَ مَنْ عَمِلَ للهِ كَفَاهُ اللهُ، عَلَيْكُمْ بَالْجِدّ وَ الْقَصْدِ فَاِنَّ الْقَصْدَ اَبْلَغُ، اَلاَ اِنَّه ُلاَ دِيْنَ لاَحَدٍ لاَ اِيْمَانَ لَهُ، وَلاَ اِيْمَانَ لِمَنْ لاَ خَشْيَةَ لَهُ، وَلاَ عَمَلَ لِمَنْ لاَ نِيَّةَ لَهُ، اَلاَ وَ اِنَّ فِي كِتَابِ اللهِ مِنَ الثَّوَابِ عَلَى الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ لِمَا يَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ اَنْ يُحِبَّ اَنْ يَخُصَّ بِهِ، هِيَ النَّجَاةُ الَّتِي دَلَّ اللهُ عَلَيْهَا، اِذْ نَجَّى بِهَا مِنَ الْخِزْيِ، وَ اَلْحَقَ بِهَا اْلكَرَامَةَ. البداية و النهاية 7: 5

Ketika jumlah pasukan yang diharapkan Abu Bakar telah berkumpul, kemudian beliau berdiri berpidato di hadapan pasukan. Beliau memuji Allah dengan pujian sebagaimana mestinya, kemudian beliau memberi semangat kepada pasukan untuk berjihad, beliau berkata, "Ingatlah, setiap perkara pasti memiliki puncaknya. Barangsiapa yang mencapainya, maka cukuplah baginya, dan barangsiapa beramal karena Allah, maka Allah akan mencukupinya. Hendaklah kalian bersungguh-sungguh dalam bekerja dan jangan berlebihan. Perkara yang pertengahan itulah yang terbaik. Ingatlah, sesungguhnya tidak ada agama bagi orang yang tidak ada keimanan baginya, dan tidak ada iman bagi orang yang tidak ada rasa takut (kepada Allah) baginya. Tidak ada amal bagi orang yang tidak ada niat baginya. Ingatlah, sesungguhnya pahala jihad yang begitu besarnya dalam kitab Allah membuat seorang muslim harus berusaha keras mendapatkannya. Itulah keselamatan yang Allah telah menunjukkannya. Dengannya Allah akan menyelamatkan seseorang dari kehinaan, dan dengannya Allah akan memberikan kemuliaan. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 5]

Pembentukan pasukan dan pelantikan para panglima pasukan.

ثُمَّ عَقَدَ لِوَاءً يَزِيْدَ بْنَ اَبِي سُفْيَانَ وَ مَعَهُ جُمْهُوْرُ النَّاسِ، وَ مَعَهُ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو، وَ اَشْبَاهُهُ مِنْ اَهْلِ مَكَّةَ. وَ خَرَجَ مَعَهُ مَاشِيًا يُوَصّيْهِ بِمَا اِعْتَمَدَهُ فِي حَرْبِهِ وَ مَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَ جَعَلَ لَهُ دِمَشْقَ.

وَ بَعَثَ اَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ عَلَى جُنْدٍ آخَرَ، وَ خَرَجَ مَعَهُ مَاشِيًا يُوَصّيْهِ، وَ جَعَلَ لَهُ نِيَابَةَ حِمْصَ. وَ بَعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَ مَعَهُ جُنْدٌ آخَرُ وَ جَعَلَهُ عَلَى فَلِسْطِيْنَ. وَ اَمَرَ كُلَّ اَمِيْرٍ اَنْ يَسْلُكَ طَرِيْقًا غَيْرَ طَرِيْقِ اْلاخَرِ، لِمَا لَحَظَ فِي ذلِكَ مِنَ الْمَصَالِحِ.

وَ كَانَ الصّدّيْقُ اِقْتَدَى فِي ذلِكَ بِنَبِيّ اللهِ يَعْقُوْبَ حِيْنَ قَالَ لِبَنِيْهِ: يبَنِيَّ لاَ تَدْخُلُوْا مِنْ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّ ادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرّقَةٍ، وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مّنَ اللهِ مِنْ شَيْءٍ، اِنِ الْحُكْمُ اِلاَّ للهِ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ عَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكّلُوْنَ. يوسف: 67.

Setelah itu Abu Bakar Ash-Shiddiq mulai melantik para panglimanya serta menyerahkan panji-panji perang kepada masing-masing panglima. :

Kemudian Abu Bakar menyerahkan panji kepada Yazid bin Abu Sufyan, dia memimpin pasukan yang paling banyak. Ia juga dibantu oleh Suhail bin 'Amr dan orang-orang seperti dirinya dari kalangan penduduk Makkah. Abu Bakar mengantarkan pasukan Yazid bin Abu Sufyan, beliauberjalan kaki sambil memberikan pesan-pesan kepadanya bagaimana taktik berperang yang beliau pegangi bersama kaum muslimin dan beliau menyerahkan kepadanya untuk menaklukan kota Damaskus.

Abu bakar juga mengutus Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah dengan membawa tentaranya. Sambil berjalan Abu bakar juga memberikan pesan-pesan serta menyerahkan kepadanya untuk menaklukkan kota Himsha (Homs).

Abu Bakar mengutus juga 'Amr bin Al-'Aash beserta pasukannya untuk menaklukkan Palestina.

Dan Abu Bakar memerintahkan kepada semua panglima untuk berpencar lewat jalan yang berbeda-beda, karena beliau memandang bahwa cara yang demikian itu banyak mendatangkan kebaikan. Abu Bakar Ash-Shiddiq berpendapat demikian karena meniru pesan Nabi Ya'qub AS ketika menasehati putra-putranya :

وَقَالَ يبَنِيَّ لاَ تَدْخُلُوْا مِنْ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرّقَةٍ، وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مّنَ اللهِ مِنْ شَيْءٍ، اِنِ الْحُكْمُ اِلاَّ للهِ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ عَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكّلُوْنَ. يوسف: 67

Dan Ya'qub berkata, "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun daripada (taqdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". [QS. Yuusuf : 67]

فَكَانَ سُلُوْكُ يَزِيْدَ ابْنِ اَبِي سُفْيَانَ عَلَى تَبُوْكَ. قَالَ الْمَدَائِنِيُّ بِاِسْنَادِهِ عَنْ شُيُوْخِهِ قَالُوْا: وَ كَانَ بَعْثُ اَبِي بَكْرٍ هذِهِ الْجُيُوْشَ فِي اَوَّلِ سَنَةِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ. قَال مُحَمَّدُ بْنُ اِسْحَاقَ عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ: خَرَجَ اَبُوْ بَكْرٍ مَاشِيًا وَ يَزِيْدُ ابْنُ اَبِي سُفْيَانَ رَاكِبًا فَجَعَلَ يُوَصّيْهِ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: اُقْرِئُكَ السَّلاَمَ وَ اَسْتَوْدِعُكَ اللهَ، ثُمَّ انْصَرَفَ وَ مَضَى يَزِيْدُ وَ اَجَدَّ السَّيْرُ.

Adapun jalan yang ditempuh oleh Yazid bin Abu Sufyan adalah melalui Tabuk. Berkata Al-Madaain dengan sanadnya dari guru-gurunya, mereka berkata, "Khalifah Abu Bakar mengirim para pasukan ini adalah pada permulaan tahun 13 hijriyah. Berkata Muhammad bin Ishaaq dari Shalih bin Kaisan, ia berkata : Abu Bakar keluar dengan berjalan kaki, sedangkan Yazid bin Abu Sufyan naik kendaraan, beliau memberikan pesan-pesan kepadanya. Setelah selesai, Abu Bakar berkata, "Uqriukas salaam wa astaudi'akallooh (Aku ucapkan selamat kepadamu dan aku titipkan kamu kepada Allah). Kemudian beliau berpaling, sedangkan Yazid beserta pasukannya terus berjalan dengan semangat.

ثُمَّ تَبِعَهُ شُرَحْبِيْلُ بْنُ حَسَنَةَ، ثُمَّ اَبُوْ عُبَيْدَةَ مَدَدًا لَهُمَا، فَسَلَكُوْا غَيْرَ ذلِكَ الطَّرِيْقِ. وَ خَرَجَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ حَتَّى نَزَلَ الْعَرَمَاتِ مِنْ اَرْضِ الشَّامِ. وَ يُقَالُ اِنَّ يَزِيْدَ بْنَ اَبِيسُفْيَانَ نَزَلَ الْبَلْقَاءَ اَوَّلاً. وَ نَزَلَ شُرَحْبِيْلُ بِاْلاُرْدُنِ، وَ يُقَالُ بِبُصْرَى. وَ نَزَلَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بِالْجَابِيَةِ. وَ جَعَلَ الصّدّيْقُ يَمُدُّهُمْ بِالْجُيُوْشِ، وَ اَمَرَ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ اَنْ يَنْضَافَ اِلىَ مَنْ اَحَبَّ مِنَ اْلاُمَرَاءِ. وَ يُقَالُ اِنَّ اَبَا عُبَيْدَةَ لَمَّا مَرَّ بِاَرْضِ الْبَلْقَاءِ قَاتَلَهُمْ حَتَّى صَالَحُوْهُ، وَ كَانَ اَوَّلَ صُلْحٍ وَقَعَ بِالشَّامِ.

Kemudian berangkat pula pasukan yang dipimpin oleh Syurahbil bin Hasanah, kemudian pasukan Abu 'Ubaidah. Mereka mengambil jalan yang berbeda.

Dan berangkat pula 'Amr bin Al-'Aash dengan pasukannya, hingga singgah di Al-'Aromaat di daerah Syam. Ada yang mengatakan bahwa Yazid bin Abu Sufyan singgah di Balqoo' lebih dahulu. Syurahbil dengan pasukannya singgah di Yordania (ada yang mengatakan di Bushro), sedangkan Abu 'Ubaidah beserta pasukannya singgah di AlJaabiyah. Kemudian Khalifah Abu Bakar menambah pasukan, beliau memerintahkan kepada masing-masing supaya bergabung kepada siapa yang ia inginkan diantara para panglima di atas. Ada yang mengatakan bahwa pasukan Abu 'Ubaidah ketika melewati negeri Balqoo', Abu 'ubaidah memerangi mereka sehingga negeri Balqoo' membuat perjanjian perdamaian dengan Abu 'Ubaidah, dan itu merupakan pertama kali terjadinya perdamaian di negeri Syam. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 6]

Khalid bin Sa'id bin Al-'Aash ketika telah datang dari Yaman, ia lalu menghadap Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kemudian beliau mengangkatnya menjadi pimpinan pasukan yang dikirim ke Taimaa'.

Di dalam kitab Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

قَالَ ابْنُ جَرِيْرٍ: وَلَمَّا انْتَهَى خَالِدُ بْنُ سَعِيْدٍ اِلىَ تَيْمَاءَ اجْتَمَعَ لَهُ جُنُوْدٌ مِنَ الرُّوْمِ فِي جَمْعٍ كَثِيْرٍ مِنْ نَصَارَى اْلعَرَبِ، مِنْ غِيْرَا وَ تَنُوْخٍ وَ بَنِيْ كَلْبٍ وَ سَلِيْحٍ وَ لَخَمٍ وَ جُذَامٍ وَ غَسَّانَ. فَتَقَدَّمَ اِلَيْهِمْ خَالِدُ بْنُ سَعِيْدٍ، فَلَمَّا اقْتَرَبَ مِنْهُمْ تَفَرَّقُوْا عَنْهُ وَدَخَلَ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ فِي اْلاِسْلاَمِ،

Ibnu Jarir berkata, "Ketika Khalid bin Sa'id sampai di Taimaa' ternyata tentara Romawi telah mengumpulkan pasukan besar yang terdiri dari warga 'Arab Nashrani yang berasal dari Ghiro, Tanukh, Bani Kalb, Salih, Lakhm, Judzam dan Ghassan dalam keadaan siap bertempur. Kemudian Khalid bin Sa'id maju mendekati mereka. Setelah Khalid bin Sa'id mendekat, mereka lari kocar-kacir dan banyak yang masuk Islam.

وَ بَعَثَ اِلَى الصّدّيْقُ يُعْلِمُهُ بِمَا وَقَعَ مِنَ اْلفتْحِ، فَاَمَرَهُ الصّدّيْقِ اَنْ يَتَقَدَّمَ وَلاَ يَحْجُمَ، وَ اَمَدَّهُ بِاْلوَلِيْدِ بْنِ عُتْبَةَ وَ عِكْرِمَةَ بْنِ اَبِي جَهْلٍ وَ جَمَاعَةٍ. فَسَارَ اِلىَ قَرِيْبٍ مِنْ اِيْلِيَاءَ فَالْتَقَى هُوَ وَ اَمِيْرٌ مِنَ الرُّوْمِ يُقَالُ لَهُ مَاهَانُ فَكَسَرَهُ. وَلَجَأَ مَاهَانُ اِلَى دِمَشْقَ، فَلَحِقَهُ خَالِدُ بْنُ سَعِيْدٍ، وَ بَادَرَ الْجُيُوْشُ اِلَى لُحُوْقِ دِمَشْقَ وَ طَلَبَ الْحَظْوَةَ، فَوَصَلُوْا اِلَى مَرْجِ الصَّفْرَاءِ، فَانْطَوَتْ عَلَيْهِ مَسَالِحُ مَاهَانَ وَ اَخَذُوْا عَلَيْهِمُ الطَّرِيْقَ، وَ زَحَفَ مَاهَانُ فَفَرَّ خَالِدُ بْنُ سَعِيْدٍ، فَلَمْ يَرِدْ اِلَى ذِي الْمَرْوَةِ. وَ اسْتَحْوَذَ الرُّوْمُ عَلَى جَيْشِهِمْ اِلاَّ مَنْ فَرَّ عَلَى الْخَيْلِ. وَ ثَبَتَ عِكْرِمَةُ بْنُ اَبِي جَهْلٍ وَ قَدْ تَقَهْقَرَ عَنِ الشَّامِ قَرِيْبًا وَ بَقِيَ رِدَءًا لِمَنْ نَفَرَ اِلَيْهِ.

Kemudian Khalid bin Sa'id mengirim surat kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq memberitakan tentang kemenangan tersebut. Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkannya untuk terus maju dan jangan mundur. Lalu Abu Bakar mengirimkan bala bantuan pasukan dibawah pimpinan Al-Walid bin 'Utbah dan 'Ikrimah bin Abu Jahl.

Pasukan Islam terus berjalan mendekati Iiliyaa'. Sesampainya di sana, bertemulah Khalid bin Sa'id dengan salah seorang panglima Romawi yang bernama Maahaan. Dan Khalid bin Sa'id berhasil mengalahkannya, sedangkan Maahaan akhirnya lari ke Damaskus, dan Khalid beserta pasukannya terus mengejarnya hingga ke Damaskus dan menuju Hadhwah. Setelah pasukan muslimin sampai di Marjish Shofroo', ternyata pasukan Maahaan balik menyerang dan menutup jalan kaum muslimin. Maahaan terus menyerbu dan akhirnya Khalid bin Sa'id melarikan diri ke Dzul Marwah. Pasukan Romawi berhasil mengalahkannya, kecuali yang melarikan diri dengan kuda-kuda mereka.

Pada waktu itu 'Ikrimah bin Abu Jahl tetap tegar dengan pasukannya. Sebelumnya ia juga dipukul mundur dari Syam. Akhirnya pasukannya menjadi tempat berlindung bagi pasukan Khalid bin Sa'id yang melarikan diri.

وَ اَقْبَلَ شُرَحْبِيْلُ بْنُ حَسَنَةَ مِنَ الْعِرَاقِ مِنْ عِنْدِ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيْدِ اِلَى الصّدّيْقِ، فَاَمَّرَهُ عَلَى جَيْشِهِ وَ بَعَثَهُ اِلَى الشَّامِ، فَلَمَّا مَرَّ بِخَالِدِ بْنِ سَعِيْدٍ بِذِي الْمَرْوَةِ، اَخَذَ جُمْهُوْرَ اَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ هَرَبُوْا اِلَى ذِي الْمَرْوَةِ.

Ketika Syurahbil datang kepada Abu Bakar dari sisi Khalid bin Walid dari 'Iraq, lalu Abu Bakar mengangkatnya sebagai panglima pasukan dan mengirimnya ke Syam. Ketika dia melewati Khalid bin Sa'id di Dzil Marwah, dia mengambil sebagian besar pasukan Khalid bin Sa'id yang melarikan diri ke Dzil Marwah.

ثُمَّ اجْتَمَعَ عِنْدَ الصّدّيْقِ طَائِفَةٌ مِنَ النَّاسِ فَاَمَّرَ عَلَيْهِمْ مُعَاوِيَةَ بْنَ اَبِي سُفْيَانَ وَ اَرْسَلَهُ وَرَاءَ اَخِيْهِ يَزِيْدَ بْنِ اَبِي سُفْيَانَ. وَلَمَّا مَرَّ بِخَالِدِ بْنِ سَعِيْدٍ اَخَذَ مَنْ كَانَ بَقِيَ مَعَهُ بِذِي الْمَرْوَةِ اِلَى الشَّامِ. ثُمَّ اَذِنَ الصّدّيْقُ لِخَالِدِ بْنِ سَعِيْدٍ فِي الدُّخُوْلِ اِلَى الْمَدِيْنَةِ وَ قَالَ: كَانَ عُمَرُ اَعْلَمَ بِخَالِدٍ. البداية و النهاية 7: 7

Kemudian berkumpullah pasukan yang banyak pada Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian beliau mengangkat Mu'awiyah bin Abu Sufyan sebagai panglima dan menugaskan supaya berangkat ke Syam mengikuti saudaranya, yaitu Yazid bin Abu Sufyan. Dan ketika melewati Khalid bin Sa'id, dia mengambil pasukan yang tersisa di Dzul Marwah untuk dibawa ke Syam. Kemudian Abu Bakar Ash-Sgiddiq mengijinkan Khalid bin Sa'id kembali ke Madinah. Beliau berkata, "Dahulu 'Umar telah memberitahukan tentang Khalid". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 7]

Awwal peperangan di negeri Syam

Di dalam kitab tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

وَ يُقَالُ اِنَّ اَوَّلَ حَرْبٍ وَقَعَ بِالشَّامِ اَنَّ الرُّوْمَ اجْتَمَعُوْا بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ اْلعَرَبَةُ مِنْ اَرْضِ فِلِسْطِيْنَ، فَوَجَّهَ اِلَيْهِمْ اَبَا اُمَامَةَ اْلبَاهِلِيَّ فِي سَرِيَّةٍ فَقَتَلَهُمْ وَ غَنِمَ مِنْهُمْ، وَ قَتَلَ مِنْهُمْ بِطْرِيْقًا عَظِيْمًا. ثُمَّ كَانَتْ بَعْدَ هذِهِ وَقْعَةُ مَرْجِ الصَّفْرَاءِ، اُسْتُشْهِدَ فِيْهَا خَالِدُ بْنُ سَعِيْدِ بْنِ اْلعَاصِ وَ جَمَاعَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. وَ يُقَالُ اِنَّ الَّذِي اُسْتُشْهِدَ فِي مَرْجِ الصَّفْرَاءِ اِبْنٌ لِخَالِدِ بْنِ سَعِيْدٍ، وَ اَمَّا هُوَ فَفَرَّ حَتَّى اِنْحَازَ اِلَى اَرْضِ الْحِجَازِ. فَاللهُ اَعْلَمُ، حَكَاهُ ابْنُ جَرِيْرٍ. البداية و النهاية 7: 6

Disebutkan tentang awwal peperangan yang terjadi di Syam, bahwa Romawi telah menyiapkan pasukannya di suatu tempat yang bernama Al-'Arabah di wilayah Palestina. Yazid bin Abu Sufyan segera memerintahkan Abu Umamah Al-Bahiliy untuk bergerak menuju ke sana dengan sejumlah pasukan. Dan dia berhasil mengalahkan musuh dan membawa harta rampasan, dan terbunuh pula seorang pangilma Romawi yang diagungkan. Kemudian setelah itu, terjadi perang Marjish Shofroo'. Dalam peperangan ini gugurlah sejumlah pasukan muslimin, termasuk Khalid bin Sa'id bin Al-'Aash. Namun ada yang mengatakan bahwa yang gugur di peperangan Marjish Shofroo' itu bukan Khalid bin Sa'id, tetapi putranya Khalid bin Sa'id, adapun Khalid bin Sa'id sendiri melarikan diri ke daerah Hijaz, walloohu a'lam. Demikian diungkapkan oleh Ibnu Jarir. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 6]

Peristiwa Penting Pada Tahun 12H


Beberapa peristiwa yang terjadi pada tahun 12 H

Pengumpulan Nash Al-qur'an

Pada tahun tersebut Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tertulis di lempengan-lempengan batu, pelepah-pelepah kurma, dan yang dihafal oleh para shahabat. Yang demikian itu setelah terjadi perang Yamamah yang sangat dahsyat, yang banyak menelan korban jiwa.

Ketika Nabi SAW wafat, Al-Qur'an sudah lengkap dan tersusun sebagaimana sekarang ini dan dihafal oleh para shahabat, namun belum terkumpul dalam satu mushhaf, baru pada zaman Khalifah Abu Bakar itulah Al-Qur'an dikumpulkan menjadi satu mushhaf.

Terjadinya pengumpulan Al-Qur'an itu berawal dari usul (pemikiran) 'Umar bin Khaththab yang terus-menerus mengusulkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq supaya Al-Qur'an dihimpun menjadi satu nuskhoh.

Usul 'Umar ini pada mulanya ditolak oleh Abu Bakar dengan alasan karena tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW, tetapi 'Umar terus mendesak, sehingga akhirnya Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit, salah seorang penulis wahyu di zaman Nabi SAW. Abu Bakar lalu menyampaikan pemikiran beliau kepadanya. Setelah Zaid bin Tsabit mendengarkan apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, pada mulanya Zaid bin Tsabit menolak pemikiran itu dengan alasan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika menolak usulnya 'Umar bin Khaththab. Namun akhirnya Zaid bin Tsabit bisa menerima pemikiran beliau.

Kemudian mulailah Abu Bakar mengumpulkan para shahabat yang betul-betul hafal Al-Qur'an dan juga shahabat-shahabat yang telah menulisnya menurut imla' dari Nabi SAW.

Beliau meminta kepada sidang supaya berunding untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Maka dengan senang hati dan patuh para shahabat bekerja bersama-sama menyatukan pendapat antara orang-orang yang menghafal Al-Qur'an dengan orang-orang yang menulisnya.

Ketika pekerjaan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an itu sampai kepada firman Allah surat At-Taubah : 128-129, ternyata ayat tersebut ketika diperiksa dari tulisan-tulisan yang terkumpul tidak ada, padahal dalam hafalan-hafalan ayat tersebut ada. Kejadian tersebut cukup menyibukkan para shahabat dalam sidang penulisan itu. Kemudian para shahabat menyelidiki lebih lanjut, dan akhirnya ditemukan juga tulisan ayat tersebut ada pada seorang shahabat yang bernama Abu Huzaimah bin Aus Al-Anshariy. Begitu pula tentang ayat 23 surat Al-Ahzaab yang berbunyi :

مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ، فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضى نَحْبَه، وَ مِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلاً. الاحزاب: 23

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), [QS. Al-Ahzaab : 23]

Ayat Al-Qur'an tersebut mereka dapati tulisannya pada Khuzaimah bin Tsabit.

Demikianlah para shahabat bekerja dengan teliti dan cermat dalam menulis dan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an sampai selesai di bawah pengawasan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Tentang pengumpulan Al-Qur'an ini Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ رض قَالَ: اَرْسَلَ اِلَيَّ اَبُو بَكْرٍ مَقْتَلَ اَهْلِ الْيَمَامَةِ، فَاِذَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عِنْدَهُ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ رض: اِنَّ عُمَرَ اَتَانِي فَقَالَ: اِنَّ الْقَتْلَ قَدِ اسْتَحَرَّ يَوْمَ الْيَمَامَةِ بِقُرَّاءِ الْقُرْآنِ، وَ اِنّي اَخْشَى اَنْ يَسْتَحِرَّ الْقَتْلُ بِالْقُرَّاءِ بِالْمَوَاطِنِ فَيَذْهَبَ كَثِيْرٌ مِنَ الْقُرْآنِ، وَ اِنّي اَرَى اَنْ تَأْمُرَ بِجَمْعِ الْقُرْآنِ. قُلْتُ لِعُمَرَ: كَيْفَ تَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ عُمَرُ: هذَا وَ اللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي حَتَّى شَرَحَ للهُ صَدْرِي لِذلِكَ وَ رَأَيْتُ فِي ذلِكَ الَّذِيْ رَأَى عُمَرُ.

Dari 'Ubaid bin As-Sabbaaq bahwasanya Zaid bin Tsabit RA berkata : Abu Bakar mengutus seseorang kepadaku setelah perang Yamamah. Dan (setelah saya datang kepada beliau) ternyata 'Umar bin Khaththab berada di sisinya. Abu Bakar RA berkata, "Sesungguhnya 'Umar datang kepadaku dan berkata, "Sesungguhnya perang Yamamah sangat berat, yang menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, dan sungguh aku khawatir peperangan di berbagai tempat akan menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, sehingga dengan demikian banyak dari ayat-ayat Al-Qur'an juga akan hilang. Maka aku berpendapat, sebaiknya engkau segera memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur'an".

Aku berkata kepada 'Umar, "Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". 'Umar menjawab, "Demi Allah, ini adalah ide yang baik". 'Umar terus-menerus membujukku hingga Allah melapangkan dadaku untuk hal itu, dan akhirnya aku sependapat dengan 'Umar".

قَالَ زَيْدٌ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: اِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ، لاَ نَتَّهِمُكَ وَقَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْيَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص. فَتَتَبَّعِ الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ. فَوَاللهِ لَوْ كَلَّفُوْنِيْ نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الْجِبَالِ مَا كَانَ اَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا اَمَرَنِيْ مِنْ جَمْعِ الْقُرْآنِ. قُلْتُ: كَيْفَ تَفْعَلُوْنَ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ: هُوَ وَ اللهِ خَيْرٌ.

Zaid bin Tsabit berkata : Abu Bakar berkata (kepadaku), "Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak meragukanmu. Dan dahulu kamulah yang menulis wahyu untuk Rasulullah SAW. Karena itu, carilah (tulisan-tulisan) ayat-ayat Al-Qur'an dan kumpulkanlah". Zaid berkata, "Demi Allah, seandainya mereka memerintahkanku untuk memindahkan sebuah gunung diantara gunung-gunung itu, niscaya hal itu tidaklah lebih berat bagiku daripada mengerjakan apa yang beliau perintahkan kepadaku untuk mengumpulkan Al-Qur'an". Aku berkata, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, hal itu sangat baik".

فَلَمْ يَزَلْ اَبُو بَكْرٍ يُرَاجِعُنِي حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِيْ لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رض. فَتَتَبَّعْتُ الْقُرْآنَ اَجْمَعُهُ مِنَ الْعُسُبِ وَ اللّخَافِ وَ صُدُوْرِ الرّجَالِ حَتَّى وَجَدْتُ آخِرَ سُورَةِ التَّوْبَةِ مَعَ اَبِي خُزَيْمَةَ اْلاَنْصَارِيّ، لَمْ اَجِدْهَا مَعَ اَحَدٍ غَيْرِهِ: لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ.... حَتَّى خَاتِمَةِ بَرَاءَةَ. فَكَانَتِ الصُّحُفُ عِنْدَ اَبِي بَكْرٍ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ عِنْدَ عُمَرَ حَيَاتَهُ، ثُمَّ عِنْدَ حَفْصَةَ بِنْتِ عُمَرَ رض. البخارى 6: 98

Abu Bakar terus-menerus membujukku, hingga Allah pun melapangkan dadaku, sebagaimana melapangkan dada Abu Bakar dan 'Umar RA, lalu aku pun mulai mencari tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an, dan mengumpulkannya dari pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu dan dari hafalan para shahabat, sehingga aku mendapatkan akhir dari surat At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshariy, yang aku tidak mendapatkannya pada seorang pun selainnya. Yakni ayat Laqod jaa-akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum  hingga akhir surat Al-Barooah (yang artinya) "Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu..", hingga akhir surat Al-Barooah. Kemudian (setelah terkumpul) mushhaf Al-Qur'an itu, lalu disimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada 'Umar semasa hidupnya, lalu berpindah lagi ke tangan Hafshah binti 'Umar RA. [HR. Bukhari juz 6, hal. 98]

Tirmidzi juga meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ حَدَّثَهُ قَالَ: بَعَثَ اِلَيَّ اَبُو بَكْرٍ الصّدّيْقُ مَقْتَلَ اَهْلِ اليَمَامَةِ فَاِذَا عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ عِنْدَهُ، فَقَالَ: اِنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ قَدْ اَتَانِي فَقَالَ: اِنَّ القَتْلَ قَدْ اِسْتَحَرَّ بِقُرَّاءِ القُرْآنِ يَوْمَ اليَمَامَةِ، وَ اِنّي لاَخْشَى اَنْ يَسْتَحِرَّ القَتْلُ بِالقُرَّاءِ فِي الْمَوَاطِنِ كُلّهَا فَيَذْهَبَ قُرْآنٌ كَثِيْرٌ، وَاِنّي اَرَى اَنْ تَأْمُرَ بِجَمْعِ القُرْآنِ. قَالَ اَبُو بَكْرٍ لِعُمَرَ: كَيْفَ اَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ فَقَالَ عُمَرُ: هُوَ وَ اللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ يُرَاجِعُنِي فِي ذلِكَ حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَ عُمَرَ، وَ رَأَيْتُ فِيْهِ الَّذِي رَأَى.

Dari 'Ubaid bin As-Sabbaaq bahwasanya Zaid bin Tsabit menceritakan kepadanya, ia berkata : Abu Bakar Ash-Shiddiq mengutus seseorang kepadaku setelah perang Yamamah. Dan (setelah saya datang kepada beliau) ketika itu 'Umar bin Khaththab berada di sisi beliau. Abu Bakar berkata, "Sungguh 'Umar bin Khaththab datang kepadaku dan berkata, "Sungguh perang Yamamah sangat berat yang menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, dan aku sangat khawatir peperangan di berbagai tempat akan menimpa para penghafal Al-Qur'an, lalu banyak yang gugur, sehingga ayat-ayat Al-Qur'an banyak yang hilang. Maka aku berpendapat sebaiknya engkau segera memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur'an". Abu Bakar berkata kepada 'Umar, "Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". 'Umar berkata, "Demi Allah, hal itu sangat baik". 'Umar terus-menerus membujukku sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana Allah melapangkan dada 'Umar, dan akupun sependapat dengan 'Umar".

قَالَ زَيْدٌ: قَالَ اَبُو بَكْرٍ: اِنَّكَ شَابٌّ عَاقِلٌ لاَ نَتَّهِمُكَ، قَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ لِرَسُوْلِ اللهِ ص الْوَحْيَ فَتَتَبَّعِ القُرْآنَ. قَالَ: فَوَاللهِ لَوْ كَلَّفُوْنِيْ نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الجِبَالِ مَا كَانَ اَثْقَلَ عَلَيَّ مِنْ ذلِكَ. قُلْتُ: كَيْفَ تَفْعَلُوْنَ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ اَبُو بَكْرٍ: هُوَ وَاللهِ خَيْرٌ.

Zaid (bin Tsabit) berkata : Abu Bakar berkata (kepadaku), "Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang cerdas, kami tidak meragukanmu, dahulu kamu juga menulis wahyu untuk Rasulullah SAW, karena itu kumpulkanlah tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an". (Zaid bin Tsabit) berkata, "Demi Allah, seandainya mereka menyuruhku untuk memindahkan sebuah gunung diantara gunung-gunung itu, tidak lebih berat bagiku daripada tugas yang demikian itu. Aku berkata : Bagaimana kalian akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, hal itu sangat baik".

فَلَمْ يَزَلْ يُرَاجِعُنِي فِي ذلِكَ اَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَهُمَا: صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ.فَتَتَبَّعْتُ القُرْآنَ اَجْمَعُهُ مِنَ الرّقَاعِ وَالعُسُبِ وَاللّخَافِ، يَعْنِي الْحِجَارَةَ وَالرّقَاقَ وَصُدُوْرِ الرّجَالِ، فَوَجَدْتُ آخِرَ سُوْرَةِ بَرَاءَةَ مَعَ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ: لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمِ. الترمذى 4: 246، رقم: 5101، هذا حديث حسن صححيح

Abu Bakar dan 'Umar terus-menerus membujukku, sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana melapangkan dada keduanya, yaitu Abu Bakar dan 'Umar. Lalu aku kumpulkan tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an (yang ditulis) dikulit, pelepah-pelepah kurma, dan lempengan-lempengan batu, juga dari hafalan para shahabat, hingga kudapatkan akhir surat Al-Barooah pada shahabat Khuzaimah bin Tsabit, yaitu Laqod jaa-akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum hariishun 'alaikum bil mu'miniina rouufur rohiim (128) fain tawallau faqul hasbiyalloohu laa ilaaha illaa huu, 'alaihi tawakkaltu wa huwa robbul 'arsyil adhiim (129) (yang artinya): "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (128) Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, "'Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (129) [At-Taubah : 128-129][HR. Tirmidzi juz 4, hal. 246, no. 5101]

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, syarah Tirmidzi disebutkan :

وَعِنْدَ بْنِ اَبِي دَاوُدَ فِي الْمَصَاحِفِ مِنْ طَرِيْقِ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ حَاطِبٍ قَالَ: قَامَ عُمَرُ فَقَالَ: مَنْ كَانَ تَلَقَّى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ فَلْيَأْتِ بِهِ، وَكَانُوْا يَكْتُبُوْنَ ذلِكَ فِي الصُّحُفِ وَاْلاَلْوَاحِ وَالْعُسُبِ. قَالَ وَكَانَ لاَ يَقْبَلُ مِنْ اَحَدٍ شَيْئًا حَتَّى يَشْهَدَ شَاهِدَانِ. وَ هذَا يَدُلُّ عَلَى اَنَّ زَيْدًا كَانَ لاَ يَكْتَفِي بِمُجَرَّدِ وِجْدَانِهِ مَكْتُوبًا حَتَّى يَشْهَدَ بِهِ مَنْ تَلَقَّاهُ سَمَاعًا، مَعَ كَوْنِ زَيْدٍ كَانَ يَحْفَظُهُ، وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ مُبَالَغَةً فِي اْلاِحْتِيَاطِ. تحفة الاحوذى 8: 514

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashoohif, dari jalan Yahya bin 'Abdur Rahman bin Haathib, ia berkata : 'Umar (bin Khaththab) berdiri lalu berkata, "Barangsiapa dahulu mendapatkan langsung dari Rasulullah SAW sesuatu dari ayat-ayat Al-Qur'an, maka hendaklah ia datang dengan membawanya". Dan para shahabat dahulu mereka menulis (ayat-ayat Al-Qur'an) di lembaran-lembaran, di lempengan-lempengan batu dan pada pelepah-pelepah kurma. Dan Zaid bin Tsabit tidak mau menerima sesuatu sehingga ada dua orang yang mau bersaksi. Dan ini menunjukkan bahwa Zaid bin Tsabit tidak cukup hanya mendapatkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tertulis, sehingga ada orang yang bersaksi yang betul-betul pernah mendengar dari Nabi SAW. Begitulah Zaid bin Tsabit menjaganya, dan ia lakukan yang demikian itu karena sangat berhati-hati. [Tuhfatul Ahwadzi juz 8, hal. 514]

وَعِنْدَ بْنِ اَبِي دَاوُدَ اَيْضًا مِنْ طَرِيْقِ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ قَالَ لِعُمَرَ وَلِزَيْدٍ: اُقْعُدَا عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ، فَمَنْ جَاءَكُمَا بِشَاهِدَيْنِ عَلَى شَيْءٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ فَاكْتُبَاهُ. (وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ مَعَ اِنْقِطَاعِهِ). تحفة الاحوذى 8: 514

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud juga dari jalan Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, bahwasanya Abu Bakar berkata kepada 'Umar dan Zaid (bin Tsabit), "Duduklah kalian berdua di depan pintu masjid, lalu barangsiapa yang datang kepada kalian berdua menyampaikan sesuatu dari kitab Allah dengan dua orang saksi, maka tulislah". [Tuhfatul Ahwadzi juz 8, hal. 514, para perawinya tsiqat, tetapi munqathi']

Ali menikah dengan Umamah binti Zainab, 'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid, Aslam menebus dirinya dari 'Umar, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji.

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

وَفِيْهَا تَزَوَّجَ عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ بِاُمَامَةَ بِنْتِ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُوْلِ اللهِ ص، وَ هِيَ مِنْ اَبِي اْلعَاصِ بْنِ الرَّبِيْعِ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ اْلاَمَوَيّ، وَ قَدْ تُوُفّيَ اَبُوْهَا فِي هذَا اْلعَامِ وَ هذِهِ هِيَ الَّتِي كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَحْمِلُهَا فِي الصَّلاَةِ فَيَضَعُهَا اِذَا سَجَدَ وَ يَرْفَعُهَا اِذَا قَامَ. البداية و النهاية 6: 747

Pada tahun itu pula 'Ali bin Abu Thalib menikah dengan Umamah binti Zainab binti Rasulullah SAW, yaitu putri Abul 'Aash bin Rabi' bin 'Abdi Syamsin Al-Amawiy, yang ayahnya wafat pada tahun itu juga. Umamah ini adalah cucu Rasulullah SAW yang dahulu ketika kecil beliau SAW pernah menggendongnya diwaktu shalat, apabila beliau sujud, ia diletakkan, dan apabila beliau berdiri, beliau menggendongnya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]

Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يُصَلّى وَ هُوَ حَامِلٌ اُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ ِلاَبِى اْلعَاصّ ابْنِ رَبِيْعَةَ ابْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَاِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا، وَ اِذَا قَامَ حَمَلَهَا. البخارى 1: 131

Dari Abu Qatadah Al-Anshariy, bahwasanya Rasulullah SAW pernah shalat dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah SAW yaitu anak perempuan Abul 'Ash bin Rabi'ah bin 'Abdi Syamsin, "Lalu apabila sujud, beliau meletakkannya. Dan apabila berdiri, beliau menggendongnya lagi.[HR Bukhari juz 1, hal. 131]

عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ ص يَؤُمُّ النَّاسَ وَ اُمَامَةُ بِنْتُ اَبِى اْلعَاصِ وَ هِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيّ ص عَلَى عَاتِقِهِ، فَاِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَ اِذَا رَفَعَ مِنَ السُّجُوْدِ اَعَادَهَا. مسلم 1: 385

Dari Abu Qatadah Al-Anshariy, ia berkata, "Saya melihat Nabi SAW sedang mengimami orang banyak, sedangkan Umamah binti Abil 'Ash yaitu anak perempuan Zainab binti Nabi SAW berada di pundak beliau. Lalu apabila ruku', beliau meletakkannya, dan apabila bangkit dari sujud, beliau menggendongnya lagi". [HR. Muslim juz 1, hal. 385]

'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

وَ فِيْهَا تَزَوَّجَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَاتِكَةَ بِنْتَ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ، وَ هِيَ ابْنَةُ عَمّهِ، وَ كَانَ لَهَا مُحِبًّا وَبِهَا مُعْجِبًا وَ كَانَ لاَ يَمْنَعُهَا مِنَ الْخُرُوْجِ اِلىَ الصَّلاَةِ وَ يَكْرَهُ خُرُوْجَهَا، فَجَلَسَ لَهَا ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الطَّرِيْقِ فِي ظُلْمَةٍ، فَلَمَّا مَرَّتْ ضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى عَجُزِهَا، فَرَجَعَتْ اِلَى مَنْزِلِهَا وَلَمْ تَخْرُجْ بَعْدَ ذلِكَ. وَقَدْ كَانَتْ قَبْلَهُ تَحْتَ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ فِيْمَا قِيْلَ، فَقُتِلَ عَنْهَا. وَ كَانَتْ قَبْلَ زَيْدٍ تَحْتَ عَبْدِ اللهِ ابْنِ اَبِي بَكْرٍ، فَقُتِلَ عَنْهَا، وَ لَمَّا مَاتَ عُمَرُ تَزَوَّجَهَا بَعْدَهُ الزُّبَيْرُ، فَلَمَّا قُتِلَ خَطَبَهَا عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ، فَقَالَتْ اِنّي اَرْغَبُ بِكَ عَنِ الْمَوْتِ، وَ امْتَنَعَتْ عَنِ التَّزَوُّجِ حَتَّى مَاتَتْ. البداية و النهاية 6: 748

Pada tahun tersebut 'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid bin 'Amr bin Nufail, ia adalah putri pamannya. 'Umar sangat sayang dan cinta kepadanya. 'Umar tidak suka ia keluar (ke masjid) untuk shalat, tetapi 'Umar tidak melarangnya. Pada suatu malam 'Umar duduk di pinggir jalan dalam kegelapan, ketika 'Atikah lewat, lalu 'Umar memukul pantatnya dengan tangan. Lalu 'Atikah pulang ke rumah, dan sesudah itu ia tidak keluar lagi. Ada yang mengatakan, sebelum menjadi istri 'Umar bin Khaththab 'Atikah menjadi istri Zaid bin Khaththab, kemudian Zaid bin Khaththab gugur (pada perang Yamamah). Sebelum menjadi istri Zaid bin Khaththab, ia menjadi istri 'Abdullah bin Abu Bakar. Lalu ia menjadi janda karena 'Abdullah bin Abu Bakar gugur dalam peperangan. Dan (di kemudian hari) setelah 'Umar wafat, Ia dinikahi oleh Zubair. Dan setelah Zubair terbunuh, 'Ali bin Abu Thalib meminangnya, tetapi ia menjawab, "Saya tidak suka kematian menimpamu". Dan akhirnya 'Atikah tidak mau menikah lagi sampai wafat. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

Aslam menebus dirinya dari 'Umar.

وَفِيْهَا اِشْتَرَى عُمَرَ مَوْلاَهُ اَسْلَمُ ثُمَّ صَارَ مِنْهُ اَنْ كَانَ اَحَدُ سَادَاتِ التَّابِعِيْنَ، وَ ابْنُهُ زَيْدُ بْنُ اَسْلَمَ اَحَدُ الثّقَاتِ الرُّفَعَاءِ. البداية و النهاية

Pada tahun itu Aslam menebus dirinya dari 'Umar bin Khaththab, kemudian ia menjadi salah satu diantara tokoh tabi'in dan putranya yang bernama Zaid bin Aslam termasuk salah seorang yang dapat dipercaya lagi tinggi kedudukannya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji.

وَفِيْهَا حَجَّ بِالنَّاسِ اَبُو بَكرِ الصّدّيْقُ رض وَ اسْتَخْلَفَ عَلَى الْمَدِيْنَةِ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ. رَوَاهُ ابْنُ اِسحَاقَ عَنِ العَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَعْقُوْبَ مَوْلَى الْحُرَقَةِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي سَهْمٍ عَنْ اَبِي مَاجِدَةَ، قَالَ: حَجَّ بِنَا اَبُوْ بَكْرٍ فِي خِلاَفَتِهِ سَنَةَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ. البداية و النهاية

Pada tahun itu Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji dengan para shahabat, dan beliau mewakilkan kepemimpinan di Madinah kepada 'Utsman bin 'Affan, demikian diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Al-'Alaa' bin 'Abdur Rahman bin Ya'qub maula Huraqah dari seorang laki-laki dari Bani Sahmin dari Abu Majidah, ia berkata, "Abu Bakar berhajji bersama kami pada tahun 12 Hijriyah ketika beliau menjadi Khalifah. (Namun sebagian 'ulama mengatakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak berhajji di masa kekhalifahannya, dan pada musim hajji tahun 12 Hijriyah tersebut beliau mengutus 'Umar bin Khaththab atau 'Abdur Rahman bin 'Auf untuk memimpin rombongan hajji, walloohu a'lam). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

Para shahabat yang wafat pada tahun 12 H.

Para shahabat yang wafat pada tahun itu adalah :

1. Basyiir bin Sa'd bin Tsa'labah Al-Khozrojiy.

Beliau adalah ayah An-Nu'man bin Basyiir. Beliau pernah ikut perang Badr dan perang-perang sesudahnya. Ada yang meriwayatkan bahwa beliau adalah orang yang pertama-tama masuk Islam dari orang-orang Anshar. Dan beliau adalah orang yang pertama-tama berbai'at kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dari kalangan Anshar. Beliau ikut perang bersama Khalid bin Walid sehingga gugur pada perang 'Ainut Tamr. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

2. Abu Martsad Al-Ghanawiy.

Nama aslinya adalah Mu'aadz bin Al-Hushain. Ada yang mengatakan Ibnu Hushain bin Yarbu' bin 'Amr bin Yarbu' bin Kharasyah bin Sa'ad bin Tharif bin Khailan bin Ghunmin bin Ghaniy bin A'shar bin Sa'ad bin Qais bin Ghailan bin Mudlar bin Nizaam Abu Martsad Al-Ganawiy. Beliau bersama putranya, yaitu Martsad pernah ikut perang Badr, dan tidak ada bapak bersama anaknya ikut perang Badr selain mereka berdua. Adapun putranya yang bernama Martsad gugur pada perang Rajii'. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]

3. Abul 'Aash bin Ar-Rabii'.

Abul 'Aash bin Rabii', Ibnu 'Abdul 'Uzza bin 'Abdi Syamsin bin 'Abdi Manaaf bin Qushai Al-Qurasyiy Al-'Absyamiy, suami putri Rasulullah SAW yang tertua, yaitu Zainab. Beliau sangat baik dan sangat cinta kepada Zainab. Ketika kaum muslimin menyuruhnya supaya dia menceraikan Zainab ketika Rasulullah SAW telah menjadi Nabi, Abul 'Aash menolaknya.

Abul 'Aash adalah putra saudara perempuan Khadijah binti Khuwailid, ibunya bernama Haalah (ada yang mengatakan nama ibunya Hindun binti Khuwailid). Adapun Abul 'Aash nama aslinya ada yang mengatakan Laqiith, dan itulah yang masyhur, dan ada yang mengatakan namanya Muhsyim, dan ada yang mengatakan Husyaim. Pada perang Badr beliau masih menjadi tentara orang kafir, lalu beliau ditangkap oleh kaum muslimin dan menjadi tawanan. Kemudian saudaranya yang bernama 'Amr bin Rabii' datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa tebusan berupa kalung yang dahulu dipakaikan kepada Zainab ketika Abul 'Aash menikah dengannya. Setelah Rasulullah SAW melihat kalung tersebut, beliiau merasa iba sehingga melepaskan Abul 'Aash dengan syarat supaya Abul 'Aash mengirim Zainab ke Madinah. Abul 'Aash pun menepati perjanjian tersebut. Abul 'Aash masih tetap dalam kekafirannya di Makkah, sampai menjelang Fathu Makkah.

Kemudian ia keluar ikut rpmbongan dagang Quraisy, lalu dihadang pasukan Zaid bin Haritsah, lalu rombongan Quraisy tersebut dibunuh, dan unta beserta dagangannya menjadi rampasan. Sedangkan Abul 'Aash melarikan diri ke Madinah, minta jaminan perlindungan kepada istrinya, dan Zainab pun melindunginya, maka Rasulullah SAW menerima perlindungannya. Kemudian Rasulullah SAW mengembalikan harta orang Quraisy yang ada bersamanya.

Kemudian Abul 'Aash kembali ke Makkah, lalu mengembalikan harta kepada pemiliknya. Kemudian Abul 'Aash masuk islam dan bersyahadat dengan syahadat yang sebenarnya. Lalu ia berhijrah ke Madinah, dan akhirnya Rasulullah SAW mengembalikan Zainab kepadanya dengan nikah yang dahulu. Jarak waktu berpisahnya Abul 'Aash dengan Zainab sampai berkumpulnya kembali adalah 6 tahun. Peristiwa berkumpulnya kembali itu terjadi setelah 2 tahun diharamkannya wanita muslimat pada orang-orang musyrik, pada tahun 'umrah Hudaibiyah. Namun ada pula yang mengatakan Rasulullah SAW mengembalikan Zainab kepada Abul 'Aash dengan nikah baru, walloohu a'lam.

Perlu diketahui bahwa setelah Rasulullah SAW wafat, yaitu pada Rabi'ul awwal tahun 11 Hijriyah, kemudian diantara para shahabat yang wafat adalah sebagai berikut :

 1. Fathimah RA (ia wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW)
 2. Ummu Aiman (Barakah binti Tsa'labah).
 3. Tsabit bin Arqam bin Tsa'labah.
 4. Tsabit bin Qais bin Syammaas Al-Anshariy.
 5. Hazn bin Abi Wahbin.
 6. Zaid bin Khaththab bin Nufail Al-Qurasyiy (saudaranya 'Umar bin Khaththab).
 7. Saalim bin 'Ubaid
 8. Abu Dujaanah (Simaak bin Khorosyah)
 9. Syuja' bin Wahb
10. Ath-Thufail bin 'Amr bin Tharif
11. 'Abbaad bin Bisyr bin Waqsy.
12. As-Saaib bin 'Utsman bin Madh'un
13. As-Saaib bin Al-'Awwaam (saudaranya Zubair bin 'Awwaam)
14. 'Abdullah bin Suhail bin 'Amr
15. 'Abdullah bin 'Abdullah bin Ubay bin Salul.
16. 'Abdullah bin Abu Bakar Ash-Shiddiq
17. 'Ukkaasyah bin Mihshon.
18. Ma'nun bin 'Adiy
19. Abu Hudzaifah bin 'Utbah bin Rabi'ah.
20. Maalik bin 'Amr
21. Yaazid bin Raqiisy.
22. Al-Hakam bin Sa'iid bin Al-'Aash bin Umayyah.
23. Hasan bin Maalik bin Buhainah.
24. 'Aamir bin Al-Bakr.
25. Maalik bin Rabii'ah.
26. Abu Umayyah, Shafwan bin Umayyah.
27. Yaziid bin Aus
28. Huyaiy (ada yang mengatakan namanya Ma'laa) bin Haaritsah Ats-Tsaqafiy.
29. Habiib bin Asiid
30. Al-Walid bin 'Abdi Syamsin.
31. 'Abdullah bin 'Amr bin Bujrah 'Adawiy.
32. Abul Qais bin Al-Haarits bin Qais As-Sahmiy.
33. Abdullah bin Al-Haarits bin Qais.
34. 'Abdullah bin Makhromah.
35. 'Amr bin Uwais bin Sa'd.
36. Saliith bin 'Amr Al-'Aamiriy.
37. Rabii'ah bin Abi Khorosyah Al-'Aamiriy.
38. 'Abdullah bin Al-Haarits bin Rohdloh.
39. 'Umaaroh bin Hazn bin Zaid An-Najjaariy (saudaranya 'Amr bin Hazn).
40. 'Uqbah bin 'Aamir bin Naabiy bin Zaid.
41. Tsaabit bin Hazaal.
42. Abu 'Uqail bin 'Abdillah bin Tsa'labah.
43. 'Abdullah bin 'Atiik.
44. Raafi' bin Sahl.
45. Haajib bin Yaziid.
46. Sahl bin 'Adiy.
47. Maalik bin Aus.
48. 'Umar bin Aus.
49. Thalhah bin 'Utbah.
50. Raabah maula Al-Haarits.
51. Juz'un bin Malik bin 'Aamir.
52. Waraqah bin Iyaas bin 'Amr
53. Marwan bil Al-'Abbaas
54. 'Aamir bin Tsabit
55. Bisyr bin 'Abdullah Al-Khozrojiy.
56. Kulaib bin Tamiim.
57. 'Abdullah bin 'Itbaan.
58. Iyaash bin Wadii'ah.
58. Asiid bin Yarbuu'
60. Sa'd bin Haaritsah.
61. Sahl bin Hammaan.
62. Muhaasin bin Humair.
63. Salamah bin Mas'ud (ada yang mengatakan : Mas'ud bin Sinaan).
64. Dlomroh bin 'Iyaadl.
65. 'Abdullah bin Unais.
66. Abu Habbah bin Ghoziyah Al-Maaziniy.
67. Khabbaab bin Zaid.
68. Habiib bin 'Amr bin Mihshon.
69. Tsaabit bin Khoolid
70. Farwah bin An-Nu'maan.
71. 'Aaidz bin Maa'ish.
72. Yazid bin Tsaabit bin Adl-Dlahhaak (saudaranya zaid bin Tsaabit).

[Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 734]

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...