Senin, 01 November 2021

Kisah Peperangan Sayidina Kholid Bin Walid Rd


Di dalam kitab Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah oleh Ibnu Katsir disebutkan sebagai berikut :

اِسْتَهَلَتْ هذِهِ السَّنَةَ وَجُيُوْشُ الصّدّيْقِ وَ اُمَرَاؤُهُ الَّذِيْنَ بَعَثَهُمْ لِقِتَالِ اَهْلِ الرّدَّةِ جَوَّالُوْنَ فِي الْبِلاَدِ يَمِيْنًا وَ شِمَالاً لِتَمْهِيْدِ قَوَاعِدِ اْلاِسْلاَمِ وَ قِتَالِ الطُّغَاةِ مِنَ اْلاَنَامِ حَتَّى رَدَّ شَارِدُ الدّيْنِ بَعْدَ ذَهَابِهِ وَرَجَعَ الْحَقُّ اِلىَ نِصَابِهِ وَ تَمَهَّدَتْ جَزِيْرَةُ الْعَرَبِ وَ صَارَ الْبَعِيْدُ اْلاَقْصَى كَالْقَرِيْبِ اْلاَدْنَى.

Pada tahun ini pasukan muslimin yang dikirim oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk memerangi kaum murtad dan para pemimpinnya telah tersebar berkeliling di negeri-negeri ke kanan dan ke kiri untuk meletakkan dan memperkokoh kekuatan Islam dan memerangi orang-orang yang dhalim sehingga mengembalikan wibawa agama ini setelah hilangnya, dan kebenaran kembali ke asalnya dan seluruh jazirah 'Arab menjadi mudah dijangkau, bahkan tempat yang sangat jauhpun terasa sangat dekat.

وَ قَدْ قَالَ جَمَاعَةٌ مِنْ عُلَمَاءِ السَّيْرِ وَ التَّوَارِيْخِ اِنَّ وَقْعَةَ الْيَمَامَةِ كَانَتْ فِي رَبِيْعِ اْلاَوَّلِ مِنْ هذِهِ السَّنَةِ، وَ قِيْلَ اِنَّهَا كَانَتْ فِي اَوَاخِرِ الَّتِيْ قَبْلَهَا، وَ الْجَمْعُ بَيْنَ الْقَوْلَيْنِ اَنَّ اِبْتِدَاءَهَا كَانَ فِي السَّنَةِ الْمَاضِيَةِ وَ انْتِهَاءَهَا وَقَعَ فِي هذِهِ السَّنَةِ اْلآتِيَةِ.

Segolongan ahli sejarah dan tarikh mengatakan bahwa perang Yamamah terjadi pada bulan Rabi'ul awwal tahun ini, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa peperangan tersebut terjadi pada akhir tahun sebelumnya (11H). Namun kedua pendapat tersebut bisa dikompromikan bahwa peperangan Yamamah itu dimulai tahun lalu (11 H) dan selesainya tahun berikutnya (12 H). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 736]

وَقَدْ قِيْلَ اِنَّ وَقْعَةَ جُوَاثَا وَ عُمَانَ وَ مَهْرَةَ وَ مَا كَانَ مِنَ الْوَقَائِعِ الَّتِي اَشَرْنَا اِلَيْهَا اِنَّمَا كَانَتْ فِي سَنَةِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ وَ فِيْهَا كَانَ قُتِلَ الْمُلُوْكُ اْلاَرْبَعَةُ حَمْدٌ وَ مَحْرَسٌ وَ اَبْضَعَةُ وَ مَشْرَحَا وَ اُخْتُهُمُ الْعَمْرَدَةُ الَّذِيْنَ وَرَدَ الْحَدِيْثُ فِي مُسْنَدِ اَحْمَدَ بِلَعْنِهِمْ وَ كَانَ الَّذِيْ قَتَلَهُمْ زِيَادُ بْنُ لَبِيْدٍ اْلاَنْصَارِيُّ

Dan ada yang mengatakan bahwa perang di Juwatsa, Oman, Mahrah dan peristiwa-peristiwa yang telah kami tunjukkan itu terjadi pada tahun 12 H, yang dalam peperangan tersebut terbunuh 4 orang raja yang terla'nat, yaitu Hamdun Mahros, Abdla'ah dan Masyroha, dan saudara perempuan mereka 'Amrodah yang dibunuh oleh Ziyaad bin Labiid Al-Anshariy sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Ahmad. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 736]

Pengiriman Khalid bin Walid ke negeri 'Iraq.

 لَمَّا فَرَغَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ مِنَ الْيَمَامَةِ بَعَثَ اِلَيْهِ الصّدّيْقُ اَنْ يَسِيْرَ اِلىَ الْعِرَاقِ وَ اَنْ يَبْدَأَ بِفَرْجِ الْهِنْدِ وَ هِيَ اْلاُبُلَّةُ وَ يَأْتِيَ اْلعِرَاقَ مِنْ اَعَالِيْهَا، وَ اَنْ يَتَأَلَّفَ النَّاسَ وَ يَدْعُوَهُمْ اِلىَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ، فَاِنْ اَجَابُوْا، وَ اِلاَّ اَخَذَ مِنْهُمُ الْجِزْيَةَ، فَاِنِ امْتَنَعُوْا عَنْ ذلِكَ قَاتَلَهُمْ، وَ اَمَرَهُ اَنْ لاَ يُكْرِهَ اَحَدًا عَلَى الْمَسِيْرِ مَعَهُ وَلاَ يَسْتَعِيْنَ بِمَنْ اِرْتَدَّ عَنِ اْلاِسْلاَمِ وَ اِنْ كَانَ عَادَ اِلَيْهِ، وَ اَمَرَهُ اَنْ يَسْتَصْحِبَ كُلَّ امْرِئٍ مَرَّ بِهِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.

Setelah Khalid bin Walid selesai dari menaklukkan Yamamah, kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan Khalid bin Walid supaya ke 'Iraq dan agar memulai dari selat Hindia (Faraj Al-Hindi), yaitu yang terkenal dengan nama Al-Ubullah, kemudian barulah menuju ke 'Iraq dari daerah bagian atasnya.

Abu Bakar memerintahkan kepada Khalid untuk menarik hati masyarakat dan mengajak mereka agar menyembah Allah 'Azza wa Jalla. Maka jika mereka mau menerima ajakan itu, mereka selamat. Jika mereka tidak mau, maka Khalid supaya mengambil jizyah dari mereka. Dan jika mereka menolak jizyah, maka mereka supaya diperangi. Abu Bakar berpesan kepada Khalid agar tidak memaksa seorangpun untuk ikut pasukannya. Dan supaya tidak meminta bantuan kepada orang yang murtad dari Islam meskipun ia telah kembali kepada Islam. Dan Abu Bakar berpesan agar Khalid bersikap ramah terhadap orang Islam yang ditemuinya.

وَ شَرَعَ اَبُوْ بَكْرٍ فِي تَجْهِيْزِ السَّرَايَا وَ الْبُعُوْثَ وَ الْجُيُوْشَ اِمْدَادًا لِخَالِدٍ رض، قَالَ الْوَاقِدِيُّ اُخْتُلِفَ فِي خَالِدٍ فَقَائِلٌ يَقُوْلُ مَضَى مِنْ وَجْهِهِ ذلِكَ مِنَ الْيَمَامَةِ اِلىَ الْعِرَاقِ وَ قَائِلٌ يَقُوْلُ رَجَعَ مِنَ الْيَمَامَةِ اِلىَ الْمَدِيْنَةِ ثُمَّ سَارَ اِلىَ الْعِرَاقِ مِنَ الْمَدِيْنَةِ فَمَرَّ عَلَى طَرِيْقِ الْكُوْفَةِ حَتَّى انْتَهَى اِلىَ الْحِيْرَةِ. قُلْتُ: وَ الْمَشْهُوْرُ الْاَوَّلُ.

Setelah itu Abu Bakar mulai mempersiapkan pasukan dan tentaranya untuk dikirim sebagai bala bantuan pasukan Khalid RA. Al-Waqidi berkata, "Ahli sejarah berbeda pendapat tentang berangkatnya pasukan Khalid ini. Ada yang mengatakan bahwa Khalid berangkat langsung dari Yamamah menuju 'Iraq. Dan ada yang mengatakan bahwa Khalid kembali terlebih dahulu ke Madinah baru berangkat menuju 'Iraq melalui jalan Kufah hingga berhenti di Al-Hiiroh. Aku (Ibnu Katsir) berkata, "Yang masyhur adalah pendapat yang pertama tadi". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 737]

Tanggal keberangkatan Khalid ke 'Iraq.

وَ قَدْ ذَكَرَ الْمَدَائِنِيُّ بِاِسْنَادِهِ اَنَّ خَالِدًا تَوَجَّهَ اِلىَ الْعِرَاقِ فِي الْمُحَرَّمِ سَنَةَ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ فَجَعَلَ طَرِيْقَهُ الْبَصْرَةَ وَ فِيْهَا قَطْبَةُ بْنُ قَتَادَةَ وَ عَلَى اْلكُوْفَةِ الْمُثَنَّى بْنُ حَارِثَةَ الشَّيْبَانِيُّ وَ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ اِسْحَاقَ عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ اِنَّ اَبَا بَكْرٍ كَتَبَ اِلىَ خَالِدٍ اَنْ يَسِيْرَ اِلىَ الْعِرَاقِ، فَمَضَى خَالِدٌ يُرِيْدُ الْعِرَاقَ حَتَّى نَزَلَ بِقَرَيَاتٍ مِنَ السَّوَادِ يُقَالُ لَهَا بَانْقِيَا وَ بَارْسُوْمَا وَ صَاحِبُهَا حَابَانُ فَصَالَحَهُ اَهْلُهَا. قُلْتُ وَقَدْ قَتَلَ مِنْهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ قَبْلَ الصُّلْحِ خَلْقًا كَثِيْرًا، وَ كَانَ الصُّلْحُ عَلَى اَلْفِ دِرْهَمٍ وَ قِيْلَ دِيْنَارٍ فِي رَجَبَ، وَ كَانَ الَّذِي صَالَحَهُ بُصْبُهْرَي بْنُ صَلُوْبَا وَ يُقَالُ صَلُوْبَا بْنُ بُصْبُهْرَي، فَقَبِلَ مِنْهُمْ خَالِدٌ وَ كَتَبَ لَهُمْ كِتَابًا

Al-Madainiy menyebutkan dengan sanadnya bahwa Khalid bergerak menuju 'Iraq pada bulan Muharram tahun 12 H melalui jalan Bahsrah. Ketika itu gubernur di sana bernama Qothbah bin Qatadah, sedangkan gubernur di Kufah bernama Al-Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaibaniy.

Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Shalih bin Kaisan, ia berkata, "Sesungguhnya Abu Bakar menulis surat kepada Khalid agar berjalan menuju 'Iraq. Maka bergeraklah Khalid menuju 'Iraq, sehingga ia berhenti di beberapa kota, seperti Baniqiya dan Barsuma (Barusma) yang wali kotanya pada waktu itu bernama Haaban. Kemudian penduduk kota ini memilih damai dengan pasukan Khalid. Aku (Ibnu Katsir) berkata, sebelumnya pasukan muslimin telah berperang dengan mereka, sehingga dari mereka banyak yang terbunuh, akhirnya mereka berdamai dengan syarat mereka membayar jizyah sebanyak 1.000 dirham, ada yang mengatakan 1.000 dinar. Kesepakatan damai ini terjadi pada bulan Rajab dan ditandatangani oleh Bushbuhra bin Shaluba (ada yang mengatakan Shaluba bin Bushbuhra). Khalid menerima perdamaian ini serta menuliskan untuk mereka jaminan keamanan. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 737]

ثُمَّ اَقْبَلَ حَتَّى نَزَلَ الْحِيْرَةَ فَخَرَجَ اِلَيْهِ اَشْرَافُهَا مَعَ قَبِيْصَةَ بْنِ اِيَاسِ بْنِ حَيَّةَ الطَّائِيّ وَ كَانَ اَمَّرَهُ عَلَيْهَا كِسْرَى بَعْدَ النُّعْمَانِ بْنِ الْمُنْذِرِ. فَقَالَ لَهُمْ خَالِدٌ: اَدْعُوْكُمْ اِلىَ اللهِ وَ اِلىَ اْلاِسْلاَمِ، فَاِنْ اَجَبْتُمْ اِلَيْهِ فَاَنْتُمْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، لَكُمْ مَا لَهُمْ وَ عَلَيْكُمْ مَا عَلَيْهِمْ، فَاِنْ اَبَيْتُمْ فَالْجِزْيَةُ، فَاِنْ اَبَيْتُمْ فَقَدْ اَتَيْتُكُمْ بِاَقْوَامٍ هُمْ اَحْرَصُ عَلَى الْمَوْتِ مِنْكُمْ عَلَى الْحَيَاةِ، جَاهَدْنَاكُمْ حَتَّى يَحْكُمَ اللهُ بَيْنَنَا وَ بَيْنَكُمْ.

فَقَالَ لَهُ قَبِيْصَةُ: مَالَنَا بِحَرْبِكَ مِنْ حَاجَةٍ بَلْ نُقِيْمُ عَلَى دِيْنِنَا وَ نُعْطِيْكُمُ الْجِزْيَةَ. فَقَالَ لَهُمْ خَالِدٌ: تَبًّا لَكُمْ اِنَّ اْلكُفْرَ فَلاَةٌ مُضِلَّةٌ فَاَحْمَقُ الْعَرَبِ مَنْ سَلَكَهَا. ثُمَّ صَالَحَهُمْ عَلَى تِسْعِيْنَ اَلْفًا وَ فِي رِوَايَةٍ مِائَتَيْ اَلْفِ دِرْهَمٍ فَكَانَتْ اَوَّلَ جِزْيَةٍ اُخِذَتْ مِنَ الْعِرَاقِ وَ حُمِلَتْ اِلىَ الْمَدِيْنَةِ هِيَ وَ الْقَرَيَاتُ قَبْلَهَا الَّتِى صَالَحَ عَلَيْهَا ابْنُ صَلُوْبَا.

Kemudian Khalid bin Walid melanjutkan perjalanan hiigga berhenti di Al-Hiirah. Kemudian keluarlah para pembesar kota tersebut bersama Qabiishah bin Iyaas bin Hayyah Ath-Thoo'iy, dia yang diangkat oleh Kisra sebagai penguasa kota itu setelah An-Nu'maan bin Mundzir. Kemudian Khalid berkata kepada mereka, "Aku mengajak kalian untuk menyembah Allah dan masuk Islam. Maka jika kalian mau menerimanya, maka kalian akan diperlakukan sama dengan kaum muslimin, dan kalian mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan mereka. Tetapi jika kalian tidak mau masuk Islam, maka kalian harus membayar jizyah. Tetapi kalau kalian menolaknya, maka sungguh aku datang kepada kalian dengan membawa orang-orang yang mereka itu sangat mengharapkan mati sebagaimana kalian sangat mengharapkan untuk hidup. Maka kami akan memerangi kalian sehingga Allah memberi keputusan antara kami dengan kalian".

Kemudian Qabiishah memberi jawaban, "Kami tidak menginginkan berperang dengan kamu, tetapi kami ingin tetap berada pada agama kami, dan kami bersedia membayar jizyah kepada kalian". Khalid berkata, "Celaka kalian, sesungguhnya kekafiran itu adalah pemikiran yang menyesatkan, dan sebodoh-bodoh orang 'Arab adalah orang yang  memilih jalan itu". Kemudian Khalid menerima perdamaian dengan mereka itu dengan perjanjian membayar jizyah sebesar 90.000 dirham. (dalam riwayat lain 200.000 dirham). Jizyah ini dan jizyah yang dari kota-kota sebelumnya yang diberikan oleh Ibnu Sholuba adalah merupakan pertama kali jizyah yang diambil dari daerah 'Iraq yang dikirimkan ke Madinah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 737]

Khalid bin Walid berkirim surat ke Al-Madaain.

Kemudian Khalid bin Walid mengirim surat kepada para pejabat Kisra di Al-Madaain, kepada para penguasa dan para pembantunya, sebagaimana yang disebutkan oleh Hisyam bin Al-Kalbiy dari Abu Mukhonnaf dari Mujaahid dari Asy-Sya'biy, ia berkata, "Bani Baqiilah telah membacakan kepadaku suratnya Khalid bin Walid kepada penguasa di Madaain itu, sebagai berikut :

مِنْ خَالِدٍ ابْنِ الْوَلِيْدِ اِلىَ مَرَازِبَةِ اَهْلِ فَارِسَ.

سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى. اَمَّا بَعْدُ فَالْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ فَضَّ خَدَمَكُمْ وَ سَلَبَ مُلْكَكُمْ وَ وَهَّنَ كَيْدَكُمْ وَ اِنَّ مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَ اسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا وَ اَكَلَ ذَبِيْحَتَنَا فَذلِكُمُ الْمُسْلِمُ الَّذِيْ لَهُ مَالَنَا وَ عَلَيْهِ مَا عَلَيْنَا، اَمَّا بَعْدُ فَاِذَا جَاءَكُمْ كِتَابِي فَابْعَثُوْا اِلَيَّ بِالرَّهْنِ وَ اعْتَقِدُوْا مِنّي الذّمَّةَ وَ اِلاَّ فَوَالَّذِيْ لاَ اِلهَ غَيْرُهُ لاَبْعَثَنَّ اِلَيْكُمْ قَوْمًا يُحِبُّوْنَ الْمَوْتَ كَمَا تُحِبُّوْنَ اَنْتُمُ الْحَيَاةَ.

Dari Khalid bin Walid kepada para penguasa penduduk Persia.

Keselamatan semoga tercurahkan kepada siapasaja yang mau mengikuti petunjuk. Adapun sesudah itu, maka segala puji bagi Allah yang akan mencerai-beraikan para pembantu kalian dan yang akan melepas kerajaan kalian dan melemahkan tipu daya kalian. Sesungguhnya barangsiapa yang mau melaksanakan shalat sebagaimana shalat kami, menghadap qiblat kami, dan memakan sembelihan kami, maka itulah yang namanya orang Islam. Adapun sesudah itu, maka apabila telah datang suratku ini kepada kalian, maka kirimkanlah jaminan kalian kepadaku dan percayalah kalian akan mendapatkan jaminan perlindungan dariku. Tetapi jika kalian tidak mau, maka Demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, sungguh aku akan mengirimkan kepada kalian orang-orang yang mereka itu cinta mati sebagaimana kamu sekalian cinta hidup. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 738]

Penaklukan selat Hindia (perang Dzaatus Salaasil)

Ketika Khalid berangkat dari Yamamah menuju 'Iraq, Khalid membagi pasukannya menjadi 3 (tiga) bagian, dan mereka tidak melewati satu jalan, salah satu pasukannya yang dipimpin oleh Mutsanna dengan penunjuk jalannya Dhofar, mereka datang dua hari sebelum kedatangan Khalid. Sedangkan pasukan yang dipimpin 'Adiy bin Hatim dan 'Ashim bin 'Amr dengan penunjuk jalannya Malik bin 'Abbad dan Salim bin Nashr, kedatangan mereka pun tidak berama, yaitu selisih satu hari. Sedangkan pasukan Khalid dengan penunjuk jalannya Raafi', berangkatnya paling akhir. Dan mereka semua itu telah sepakat untuk bertemu di Al-Hafir, baru kemudian memerangi musuh.

Di dalam kitab Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

وَ كَانَ فَرْجُ الْهِنْدِ اَعْظَمَ فُرُوْجِ فَارِسَ بَأْسًا وَ اَشَدَّهَا شَوْكَةً، وَ كَانَ صَاحِبُهُ يُحَارِبُ فِي الْبَرّ وَ الْهِنْدِ فِي الْبَحْرِ وَ هُوَ هُرْمُزٌ. فَكَتَبَ اِلَيْهِ خَالِدٌ. فَبَعَثَ هُرْمُزٌ بِكِتَابِ خَالِدٍ اِلىَ شِيْرَي بْنِ كِسْرَى وَ اَرْدِشِيْرَ بْنِ شِيْرَي، وَ جَمَعَ هُرْمُزٌ وَ هُوَ نَائِبُ كِسْرَى جُمُوْعًا كَثِيْرَةً، وَ سَارَ بِهِمْ اِلىَ كَاظِمَةَ، وَ عَلَى مُجَنَّبَتَيْهِ قُبَاذُ وَ اَنُوْشَجَانَ وَ هُمَا مِنْ بَيْتِ الْمَلِكِ، وَقَدْ تَفَرَّقَ الْجَيْشُ فِي السَّلاَسِلِ لِئَلاَّ يَفِرُّوْا. وَ كَانَ هُرْمُزُ هذَا مِنْ اَخْبَثِ النَّاسِ طَوِيَّةً وَ اَشَدّهِمْ كُفْرًا، وَ كَانَ شَرِيْفًا فِي الْفُرْسِ. وَ كَانَ الرَّجُلُ كُلَّمَا ازْدَادَ شَرَفًا زَادَ فِي حِلْيَتِهِ، فَكَانَتْ قَلَنْسُوَةُ هُرْمُزٍ بِمِائَةِ اَلْفٍ.

Selat Hindia ini merupakan pertahanan bangsa Persia yang paling kuat. Raja Persia yang terkenal dengan raja Hurmuz selalu memerangi penduduk ('Arab) di daratan dan memerangi penduduk Hindia di lautan. Maka Khalid menulis surat kepadanya (menerangkan maksud kedatangannya). Setelah membaca surat Khalid tersebut, kemudian Hurmuz langsung mengirim surat Khalid tersebut kepada Syira bin Kisra dan Ardisyir bin Syira. Kemudian Hurmuz (sebagai wakilnya Kisra) mengumpulkan pasukan sebanyak-banyaknya, lalu bergerak menuju kota Kadhimah.

Formasi pasukannya di sayap kiri dan sayap kanan dimpimpin oleh Qubaadz dan Anu Syajaan (keduanya dari keluarga istana). Dan pasukan tersebut dibatasi dengan rantai panjang agar mereka tidak lari. Hurmuz adalah seorang yang terkenal sangat bengis, kejam, dan amat sangat kekafirannya. Meskipun demikian dia dianggap bangsawan mulia di kalangan kerajaan Persia.

Kebiasaan dalam kerajaan Persia semakin tinggi derajat kebangsawanan seseorang maka akan semakin banyak atribut perhiasan yang dikenakannya. Maka topi yang dikenakan Hurmuz pada waktu itu senilai 100.000 dinar.

وَ قَدِمَ خَالِدٌ وَ مَنْ مَعَهُ مِنَ الْجَيْشِ وَ هُمْ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ اَلْفًا، فَنَزَلَ تِجَاهَهُمْ عَلَى غَيْرِ مَاءٍ. فَشَكَى اَصْحَابُهُ ذلِكَ. فَقَالَ جَالِدُوْهُمْ حَتَّى تُجِلُّوْهُمْ عَنِ الْمَاءِ فَاِنَّ اللهَ جَاعِلُ الْمَاءِ لاَصْبَرَ الطَّائِفَتَيْنِ. فَلَمَّا اسْتَقَرَّ بِالْمُسْلِمِيْنَ الْمَنْزِلَ وَ هُمْ رُكْبَانٌ عَلَى خُيُوْلِهِمْ بَعَثَ اللهُ سَحَابَةً فَاَمْطَرَتْهُمْ حَتَّى صَارَ لَهُمْ غُدْرَانُ مِنْ مَاءٍ فَقَوِيَ الْمُسْلِمُوْنَ بِذلِكَ وَ فَرِحُوْا فَرَحًا شَدِيْدًا.

Setelah Khalid dengan tentaranya yang berjumlah 18.000 personil tiba di tempat tersebut, kemudian Khalid menempatkan pasukannya tepat menghadap ke arah musuh. Namun sayangnya pasukan ini tidak memmpunyai persediaan air, maka para tentaranya mengeluh dan melaporkan hal itu kepada Khalid. Kemudian Khalid berkata, "Usirlah mereka itu sehingga kalian bisa mendapatkan air, karena Allah hanya akan memberikan air kepada salah satu dari dua pasukan yang paling shabar".

Ketika kaum muslimin mulai mempersiapkan tempat tinggal, dan mereka masih di atas kuda, tiba-tiba Allah SWT mengirim awan tebal dan hujan yang lebat sehingga akhirnya mereka mempunyai persediaan air yang melimpah. Dengan demikian tentara Islam menjadi semakin kuat dan mereka sangat bergembira..

فَلَمَّا تَوَاجَهَ الصَّفَّانِ وَ تَقَاتَلَ الْفَرِيْقَانِ تَرَجَّلَ هُرْمُزٌ وَ دَعَا اِلىَ النَّزَالِ. فَتَرَجَّلَ خَالِدٌ وَ تَقَدَّمَ اِلىَ هُرْمُزٍ، فَاخْتَلَفَا ضَرْبَتَيْنِ وَ احْتَضَنَهُ خَالِدٌ وَجَاءَتْ حَامِيَّةُ هُرْمُزٍ فَمَا شَغَلَهُ عَنْ قَتْلِهِ، وَ حَمَلَ الْقَعْقاَعُ بْنُ عَمْرٍو عَلَى حَامِيَّةِ هُرْمُزٍ فَاَنَامُوْهُمْ، وَ انْهَزَمَ اَهْلُ فَارِسَ وَ رَكِبَ الْمُسْلِمُوْنَ اَكْتَافَهُمْ اِلىَ اللَّيْلِ، وَ اسْتَحْوَذَ الْمُسْلِمُوْنَ وَ خَالِدٌ عَلَى اَمْتِعَتِهِمْ وَ سِلاَحِهِمْ فَبَلَغَ وَقْرَ اَلْفِ بَعِيْرٍ، وَ سُمّيَتْ هذهِ الْغَزْوَةُ ذاتَ السَّلاَسِلِ لِكَثْرَةِ مَنْ سَلْسَلَ بِهَا مِنْ فُرْسَانِ فَارِسَ

Ketika kedua pasukan saling berhadapan dan mulai berperang, Hurmuz turun dari kudanya seraya mengajak berperang tanding. Maka Khalid segera turun menyambut tantangan Hurmuz dan langsung maju ke arah Hurmuz, lalu kedua pedang mereka mulai beraksi saling menyerang. Khalid berhasil mencekik leher Hurmuz dengan tangannya, sehingga bangkitlah kemarahan Hurmuz, namun dengan kemarahannya itu ia tidak dapat membunuh Khalid. Kemudian Al-Qa'qa' bin 'Amr segera menyerang pasukan Hurmuz karena kemarahan panglimanya sehingga pasukan muslimin berhasil mengalahkan mereka. Dan pasukan Persia kalah (tercerai-berai). Kaum muslimin terus mengejar pasukan musuh yang lari hingga malam hari. Akhirnya Khalid beserta kaum muslimin berhasil menguasai seluruh harta dan senjata mereka. Peperangan ini disebut dengan perang Dzaatus Salaasil (yang mempunyai rantai), karena banyaknya para penunggang kuda Persia yang menggunakan rantai.

وَ اَفَلَتْ قُبَاذُ وَ   اَنُوْ شَجَانَ. وَ لَمَّا رَجَعَ الطُلَّبُ نَادَى مُنَادِي خَالِدٍ بِالرَّحِيْلِ، فَسَارَ بِالنَّاسِ و تَبِعَتْهُ اْلاَثْقَالُ حَتَّى نَزَلَ بِمَوْضِعِ الْجِسْرِ اْلاَعْظَمِ مِنَ الْبَصْرَةِ الْيَوْمَ. وَ بَعَثَ بِالْفَتْحِ وَ الْبِشَارَةِ وَ الْخُمُسِ مَعَ زِرّ ابْنِ كُلَيْبٍ اِلىَ الصّدّيْقِ وَ بَعَثَ مَعَهُ بِفِيْلٍ. فَلَمَّا رَآهُ نِسْوَةُ اَهْلِ الْمَدِيْنَةِ جَعَلْنَ يَقُلْنَ: اَمِنْ خَلْقِ اللهِ هذَا اَمْ شَيْءٌ مَصْنُوْعٌ؟.

Pada peperangan ini Qubadz dan Anu Syajaan berhasil melarikan diri. Ketika pasukan yang mengejar musuh sudah kembali, Khalid segera memerintahkan pasukannya untuk berangkat meninggalkan tempat dengan membawa harta rampasan perang yang sangat banyak, hingga mereka berhenti, singgah di dekat jembatan besar (di kota Bashrah sekarang). Dan Khalid mengirimkan seperlima dari harta rampasan perang tersebut kepada Abu Bakar Ash-Shiddiiq dengan membawa berita kemenangan yang dibawa oleh Zirr bin Kulaib. Khalid juga mengirimkan bersamanya seekor gajah besar, dan ketika para wanita Madinah melihatnya, mereka kaget dan bertanya-tanya, "Gajah ini ciptaan Allah atau buatan manusia ?".

فَرَدَّهُ الصّدّيْقُ مَعَ زِرّ وَ بَعَثَ اَبُوْ بَكْرٍ. لَمَّا بَلَغَهُ الْخَبَرُ اِلَى خَالِدٍ فَنَفَلَهُ سَلْبَ هُرْمُزٍ وَ كَانَتْ قَلَنْسُوَتُهُ بِمِائَةِ اَلْفٍ وَ كَانَتْ مُرْصِعَةً بِالْجَوْهَرِ. وَ بَعَثَ خَالِدٌ اْلاُمَرَاءَ يَمِيْنًا وَ شِمَالاً يُحَاصِرُوْنَ حُصُوْنًا هُنَالِكَ، فَفَتَحُوْهَا عُنْوَةً وَ صُلْحًا، وَ اَخَذُوْا مِنْهَا اَمْوَالاً جُمَّةً، وَ لَمْ يَكُنْ خَالِدٌ يَتَعَرَّضُ لِلْفَلاَّحِيْنَ مَنْ لَمْ يُقَاتِلْ مِنْهُمْ وَلاَ اَوْلاَدِهِمْ، بَلْ لِلْمُقَاتَلَةِ مِنْ اَهْلِ فَارِسَ.

Kemudian gajah tersebut dikembalikan oleh Abu bakar dan dibawa kembali oleh Zirr (sambil membawa surat untuk Khalid). Kemudian Khalid menyerahkan rampasan pakaian Hurmuz. Dan ternyata topinya saja seharga 100.000 dinar yang terbuat dari intan permata. Kemudian Khalid mengirim para pemimpin pasukan untuk mengepung benteng-benteng yang ada di sekitarnya. Hingga akhirnya mereka berhasil menaklukkan seluruhnya, baik secara paksa ataupun dengan jalan damai. Dan pasukan muslimin kembali mendapatkan harta yang sangat banyak.

Pada waktu itu Khalid sama sekali tidak mengganggu para petani, karena mereka dan anak-anaknya tidak ikut berperang melawan kaum muslimin. Sebab itu yang diperangi hanyalah pasukan Persia saja. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 738]

Peperangan Al-Madzar (Ats-Tsiniy).

Tak berapa lama kemudian, tepatnya pada bulan Shafar tahun 12 H, pecah kembali peperangan Al-Madzar yang disebut juga dengan peperangan Tsiniy (peperangan sungai). Ibnu Jarir berkata, "Pada waktu itu orang-orang berkata, "Dalam bulan Shafar ini akan terbunuh setiap penguasa yang congkak, di tempat bertemunya beberapa sungai.

Peperangan ini terjadi karena Hurmuz telah mengirim surat kepada Ardisyir dan Syira tentang kedatangan Khalid ke kotanya setelah dari Yamamah. Maka Syira segera mengirimkan tentaranya lengkap dengan seorang panglima yang bernama Qarin bin Qiryanis.

Setelah bantuan ini sampai ke Hurmuz, ternyata seluruh pasukan Hurmuz telah dikalahkan (sebagaimana yang telah kami sebutkan). Qarin sempat berjumpa dengan sisa-sisa pasukan Persia yang melarikan diri. Kemudian pasukan yang tersisa ini menggabungkan diri dengan pasukan Qarin, lalu mereka berunding serta sepakat untuk kembali dan menyerang Khalid.

فَسَارُوْا اِلىَ مَوْضِعٍ يُقَالُ لَهُ الْمَذَارُ وَ عَلَى مُجَنَّبَتَيِ قَارِنٍ قُبَاذُ وَ اَنُوْشَجَانَ، فَلَمَّا انْتَهَى الْخَبَرُ اِلىَ خَالِدٍ قَسَمَ مَا كَانَ مَعَهُ مِنْ اَرْبَعَةِ اَخْمَاسِ غَنِيْمَةِ يَوْمِ ذَاتِ السَّلاَسِلِ، وَ اَرْسَلَ اِلىَ الصّدّيْقِ بِخَبَرِهِ مَعَ اْلوَلِيْدِ بْنِ عُقْبَةَ، وَ سَارَ خَالِدٌ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْجُيُوْشِ حَتَّى نَزَلَ عَلَى الْمَذَارِ وَ هُوَ عَلَى تَعْبِئَتِهِ، فَاقْتَتَلُوْا قِتَالَ حَنْقٍ وَحَفِيْظَةٍ، وَ خَرَجَ قَارِنٌ يَدْعُوْ اِلىَ البِرَازِ فَبَرَزَ اِلَيْهِ خَالِدٌ وَ ابْتَدَرَهُ الشَّجْعَانُ مِنَ اْلاُمَرَاءِ فَقَتَلَ مَعْقِلُ بْنُ اْلاَعْشَى بْنِ النَّبَّاشِ قَارِنًا وَ قَتَلَ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ قُبَاذَ وَ قَتَلَ عَاصِمٌ اَنُوْشَجَّانَ وَ فَرَّتِ الْفُرْسُ وَ رَكِبَهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ فِي ظُهُوْرِهِمْ، فَقَتَلُوْا مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَلاَثِيْنَ اَلْفًا وَ غَرِقَ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ فِي اْلاَنْهَارِ وَالْمِيَاهِ.

Kemudian mereka mulai bergerak ke suatu tempat yang disebut Al-Madzar. Di sayap kiri dan sayap kanan pasukan Qarin ini dipimpin oleh Qubaadz dan Anu Syajaan. Ketika berita ini sampai kepada Khalid bin Walid, maka Khalid segera membagi-bagikan empat perlima dari harta rampasan perang Dzaatus Salaasil, kemudian mengirim utusan bernama Al-Walid bin 'Uqbah untuk membawa laporan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq mengenai musuh. Kemudian Khalid mulai bergerak dengan pasukannya menuju Al-Madzar, lalu Khalid memberikan pengarahan kepada pasukannya.

Maka di tempat tersebut terjadilah peperangan yang sangat dahsyat. Kemudian Qarin mengajak berperang tanding. Maka Khalid langsung menyambutnya, namun seseorang dari amirnya, yaitu Ma'qil bin Al-'Asya bin An-Nabbasy yang sangat pemberani mendahului Khalid membunuh Qarin. Dan 'Adiy bin Hatim berhasil membunuh Qubaadz, sedangkan 'Ashim membunuh Anu Syajaan. Melihat para pemimpin mereka telah tewas, maka pasukan Persia lari tunggang langgang, lalu dikejar oleh tentara muslimin. Pada waktu itu tentara Khalid berhasil membunuh 30.000 personil pasukan Persia, dan banyak dari mereka yang hanyut di sungai. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 739]

Kemudian Khalid tetap berada di Al-Madzar dan membagi-bagi rampasan perang yang didapatkan oleh pasukannya. Dan Qarin yang telah terbunuh ini telah mencapai puncak kebangsawanannya di kalangan bangsa Persia.

Kemudian Khalid mengumpulkan sisa-sisa harta rampasan, lalu membagi menjadi lima bagian, yang seperlima dikirimkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq sambil membawa berita kemenangan yang ketika itu dibawa oleh Sa'id bin An-Nu'man saudara bani 'Adiy bin Ka'ab. Adapun Khalid masih tetap di sana hingga selesai membagi empat perlima dari harta rampasan dan tawanan perang dari kaum wanita dan anak-anak yang berhasil mereka dapatkan ketika mengepung benteng-benteng musuh, kecuali kaum petani, sebab mereka telah sepakat untuk membayar jizyah. Dan diantara tawanan perang tersebut terdapat Habib, yaitu ayahnya Al-Hasan Al-Bashriy yang ketika itu beragama Nashraniy, dan Mafannah maula 'Utsman serta Abu Ziyad maula Al-Mughirah bin Syu'bah. Setelah itu Khalid mengangkat Sa'id bin An-Nu'man sebagai pimpinan pasukan, dan ia menunjuk Suwaid bin Muqarrin untuk mengurusi jizyah, dan Khalid memerintahkannya supaya turun ke Al-Hafir untuk mengumpulkan harta. Adapun Khalid masih tetap singgah di tempat tersebut untuk mencari informasi tentang musuh.

Perang Walajah.

Perang Walajah ini terjadi pada bulan Shafar tahun 12 H. Ibnu Katsir menyebutkan di dalam Kitab Tarikhnya :

ثُمَّ كَانَ اَمْرُ اْلوَلَجَةِ فِي صَفَرَ اَيْضًا مِنْ هذِهِ السَّنَةِ فِيمَا ذَكَرَهُ ابْنُ جَرِيْرٍ. وَ ذلِكَ لاَنَّهُ لَمَّا انْتَهَى الْخَبَرُ بِمَا كَاَن بِالْمَذَارِ مِنْ قِبَلِ قَارِنٍ وَ اَصْحَابِهِ اِلىَ اَرْدِشِيْرَ وَ هُوَ مَلِكُ الْفُرْسِ يَوْمَئِذٍ بَعَثَ اَمِيْرًا شُجَّاعًا يُقَالُ لَهُ اْلاَنْدَرْزَغَرُ، وَ كَانَ مِنْ اَبْنَاءِ السَّوَادِ وُلِدَ بِالْمَدَائِنِ وَ نَشَأَ بِهَا، وَ اَمَدَّهُ بِجَيْشٍ آخَرَ مَعَ اَمِيْرٍ يُقَالُ لَهُ بَهْمَنْ جَاذَوَيْهِ فَسَارُوْا حَتَّى بَلَغُوْا مَكَانًا يُقَالُ لَهُ الْوَلَجَةُ.

Pertempuran di Walajah juga terjadi pada bulan Shafar tahun ini (12 H), sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir. Peperangan ini terjadi setelah berita kekalahan Qarin dan pasukannya di Al-Madzar sampai kepada Ardisyir yang ketika itu ia sebagai Raja Persia. Maka ia segera mengirim panglima perangnya yang paling pemberani, yang bernama Al-Andar Zaghar, ia seorang putra dari wilayah jajahan Persia yang lahir di Madaain dan dibesarkan di sana. Kemudian pasukan ini diperkuat dengan pasukan lain yang dipimpin oleh Bahman Jadzawaih. Kemudian mereka berangkat hingga tiba di suatu tempat yang bernama Al-Walajah.

فَسَمِعَ بِهِمْ خَالِدٌ فَسَارَ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْجُنُوْدِ وَ وَصَّى مَنْ اِسْتَخْلَفَهُ هُنَاكَ بِالْحَذَرِ وَ قِلَّةِ الْغَفْلَةِ. فَنَازَلَ اَنْدَرْزَغَرَ وَ مَنْ نَاشَبَ مَعَهُ وَ اجْتَمَعَ عِنْدَهُ بِالْوَلَجَةِ، فَاقْتَتَلُوْا قِتَالاً شَدِيْدًا هُوَ اَشَدُّ مِمَّا قَبْلَهُ حَتَّى ظَنَّ الْفَرِيْقَانِ اَنَّ الصَّبْرَ قَدْ فَرَغَ. وَ اسْتَبْطَأَ كَمِيْنَهُ الَّذِي كَانَ قَدْ اَرْصَدَهُمْ وَرَاءَهُ فِي مَوْضِعَيْنِ فَمَا كَانَ اِلاَّ يَسِيْرًا حَتَّى خَرَجَ الْكَمِيْنَانِ مِنْ هَاهُنَا وَ مِنْ هَاهُنَا، فَفَرَّتْ صُفُوْفُ اْلاَعَاجِمِ، فَاَخَذَهُمْ خَالِدٌ مِنْ اَمَامِهِمْ وَ الْكَمِيْنَانِ مِنْ وَرَائِهِمْ، فَلَمْ يَعْرِفْ رَجُلٌ مِنْهُمْ مَقْتَلَ صَاحِبِهِ، وَ هَرَبَ الْاَنْذَرْزَغَرُ مِنَ الْوَقْعَةِ فَمَاتَ عَطْشًا.

Ketika Khalid mendengar keberangkatan mereka, ia segera berangkat menuju Walajah dengan membawa tentaranya. Khalid berpesan kepada wakilnya di Al-Madzar agar selalu waspada terhadap musuh, dan jangan sampai lengah.

Setelah tiba di Walajah, Khalid langsung menyerbu pasukan Andar Zaghar dan pasukan yang bergabung dengannya, maka terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat yang lebih hebat daripada sebelumnya, sehingga kedua pasukan mengira bahwa keshabaran telah habis. Sebelumnya Khalid sengaja menginstruksikan kepada dua pasukan pembantunya agar bersembunyi di belakang musuh dan selalu berjaga-jaga dan melihat situasi. Tak lama kemudian keluarlah mereka dari sana-sini menyerbu musuh. Mendapat serangan itu pasukan Persia lari tunggang langgang, dikepung dari dua arah. Khalid menyerbu dari depan dan dua pasukan yang lain menyerbu dari belakang, hingga mereka tidak lagi mengetahui kawan yang terbunuh. Adapun Andar Zaghar langsung melarikan diri dari medan perang dan mati kehausan.

وَقَامَ خَالِدٌ فِي النَّاسِ خَطِيْبًا فَرَغَّبَهُمْ فِي بِلاَدِ اْلاَعَاجِمِ وَ زَهَّدَهُمْ فِيْ بِلاَدِ الْعَرَبِ، وَ قَالَ: اَلاَ تَرَوْنَ مَا هَاهُنَا مِنَ اْلاَطْعِمَاتِ، وَ بِاللهِ لَوْ لَمْ يُلْزِمْنَا الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَ الدُّعَاءَ اِلَى اْلاِسْلاَمِ، وَ لَمْ يَكُنْ اِلاَّ الْمَعَاشُ لَكَانَ الرَّأْيُ اَنْ نُقَاتِلَ عَلَى هذَا الرّيْفِ حَتَّى نَكُوْنَ اَوْلَى بِهِ وَ نُوَلّي الْجُوْعَ وَ اْلاِقْلاَلَ مَنْ تَوَلاَّهُ مِمَّنْ اِثَّاقَلَ عَمَّا اَنْتُمْ عَلَيْهِ. ثُمَّ خَمَّسَ الْغَنِيْمَةَ وَ قَسَمَ اَرْبَعَةَ اَخْمَاسِهَا بَيْنَ الْغَانِمِيْنَ وَ بَعَثَ الْخُمُسَ اِلىَ الصّدّيْقِ، وَ اَسَرَ مَنْ اَسَرَ مِنْ ذَرَارِى الْمُقَاتَلَةِ، وَ اَقَرَّ الْفَلاَّحِيْنَ بِالْجِزْيَةِ. البداية و النهاية 6: 739

Kemudian Khalid berdiri di hadapan pasukannya, ia berpidato memberikan spirit kepada pasukannya untuk menaklukkan negeri 'Ajam sambil menganjurkan mereka agar tidak merasa puas dengan negeri-negeri 'Arab yang mereka kuasai. Khalid berkata, "Tidakkah kalian lihat di sini begitu melimpah ruahnya makanan ? Demi Allah, seandainya Allah tidak mewajibkan kita untuk berjihad di jalan Allah dan mengajak manusia kepada Islam, dan hidup kita hanya untuk makan saja, maka kita pasti akan berperang untuk merebut kota yang subur ini hingga menguasainya, dan kita meninggalkan kelaparan dan kemiskinan yang pernah kita rasakan. Kemudian Khalid membagi harta rampasan perang, ia membagikan empat perlima harta rampasan perang kepada pasukannya, dan mengirimkan seperlimanya kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada waktu itu Khalid juga banyak menawan para wanita dan anak-anak dari pasukan musuh. Dan Khalid menetapkan kepada para petani untuk membayar jizyah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah : 6, 739]

Perang Ulayyas

Perang Ulayyas ini juga terjadi di bulan Shafar tahun 12 H. Dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan :

ثُمَّ كَانَتْ وَقْعَةُ اُلَيَّسَ فِي صَفَرَ اَيْضًا وَ ذلِكَ اَنَّ خَالِدًا كَانَ قَدْ قَتَلَ يَوْمَ الْوَلَجَةِ طَائِفَةً مِنْ بَكْرِ بْنِ وَائِلٍ مِنْ نَصَارَى الْعَرَبِ مِمَّنْ كَانَ مَعَ الْفُرْسِ، فَاجْتَمَعَ عَشَائِرُهُمْ وَ اَشَدُّهُمْ حَنْقًا عَبْدُ اْلاَسْوَدِ الْعَجَلِيُّ وَ كَانَ قَدْ قُتِلَ لَهُ ابْنٌ بِاْلاَمْسِ. فَكَاتَبُوا اْلاَعَاجِمَ، فَاَرْسَلَ اِلَيْهِمْ اَرْدِشِيْرُ جَيْشًا فَاجْتَمَعُوْا بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ اُلَيَّسُ.

Perang Ulayyas juga terjadi di bulan Shafar (12 H). Peperangan ini terjadi karena pada perang Walajah Khalid telah membunuh beberapa orang dari Bani Bakar bin Waail, dari kaum Nashrani 'Arab yang berada di bawah kekuasaan Persia. Maka berkumpullah seluruh keturunan Bani Bakar bin Waail. Yang paling besar dendamnya adalah 'Abdul Aswad Al-'Ajaliy, disebabkan karena pada peperangan yang lalu anaknya mati terbunuh. Kemudian mereka segera menulis surat kepada orang-orang 'Ajam, lalu ditindak lanjuti oleh Ardisyir dengan mengirimkan bantuan pasukan kepada mereka. Kemudian mereka berkumpul di suatu tempat yang bernama Ulayyas.

فَبَيْنَمَا هُمْ قَدْ نَصَبُوْا لَهُمْ سِمَاطًا فِيْهِ طَعَامٌ يُرِيْدُوْنَ اَكْلَهُ اِذْ غَافَلَهُمْ خَالِدٌ بِجَيْشِهِ. فَلَمَّا رَأَوْهُ اَشَارَ مَنْ اَشَارَ مِنْهُمْ بِاَكْلِ الطَّعَامِ وَعَدَمِ اْلاِعْتِنَاءِ بِخَالِدٍ. وَ قَالَ اَمِيْرُ كِسْرَى بَلْ نَنْهَضُ اِلَيْهِ، فَلَمْ يَسْمَعُوْا مِنْهُ. فَلَمَّا نَزَلَ خَالِدٌ تَقَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ جَيْشِهِ وَ نَادَى بِاَعْلَى صَوْتِهِ لِشُجْعَانَ مِنْ هُنَالِكَ مِنَ اْلاَعْرَابِ: اَيْنَ فَلاَنٌ؟ اَيْنَ فُلاَنٌ؟ فَكُلُّهُمْ تَلَكَّأُوْا عَنْهُ اِلاَّ رَجُلاً يُقَالُ لَهُ مَالِكُ بْنُ قَيْسٍ مِنْ بَنِي جَذَرَةَ، فَاِنَّهُ بَرَزَ اِلَيْهِ. فَقَالَ لَهُ خَالِدٌ: يَا ابْنَ الْخَبِيْثَةِ، مَا جَرَأَكَ عَلَيَّ مِنْ بَيْنِهِمْ وَ لَيْسَ فِيْكَ وَفَاءٌ؟ فَضَرَبَهُ فَقَتَلَهُ

Ketika mereka telah mempersiapkan makanan di meja makan, dan mereka siap memakannya, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan tentara Khalid. Setelah mereka melihat tentara Khalid datang, banyak diantara mereka yang mengisyaratkan untuk segera makan dan tidak usah mempedulikan pasukan Khalid. Sedangkan panglima pasukan mereka memerintahkan supaya segera bangkit menghadapi tentara Khalid, akan tetapi perintah itu tidak didengar oleh para prajuritnya.

Setelah Khalid datang, lalu maju ke depan pasukannya dan menyeru sekeras suaranya, ia mengajak perang tanding sambil memanggil para jagoan 'Arab, "Mana si Fulan….?. Mana si Fulan….?". Semuanya tidak ada yang berani maju, kecuali seorang yang bernama Malik bin Qais dari Bani Jadzarah, hanya dia yang berani maju melawan Khalid. Khalid berkata kepadanya, "Hai anak wanita keji, mengapa hanya dirimu yang berani melawanku dari seluruh kaummu, sedangkan kamu tidak pantas melawanku ?". Khalid lalu memukulnya dengan pedang, dan langsung menewaskannya.

وَ نَفَرَتِ اْلاَعَاجِمُ عَنِ الطَّعَامِ وَ قَامُوْا اِلىَ السّلاَحِ فَاقْتَتَلُوْا قِتَالاً شَدِيْدًا جِدًّا، وَ الْمُشْرِكُوْنَ يَرْقُبُوْنَ قُدُوْمَ بَهْمَنَ مَدَدًا مِنْ جِهَةِ الْمَلِكِ اِلَيْهِمْ، فَهُمْ فِي قُوَّةٍ وَ شِدَّةٍ وَ كَلْبٍ فِي الْقِتَالِ، وَ صَبَرَ الْمُسْلِمُوْنَ صَبْرًا بَلِيْغًا. وَ قَالَ خَالِدٌ: اَللّهُمَّ لَكَ عَلَيَّ اِنْ مَنَحْتَنَا اَكْتَافَهُمْ اَنْ لاَ اَسْتَبْقِيَ مِنْهُمْ اَحَدًا اَقْدِرُ عَلَيْهِ حَتَّى اُجْرِيَ نَهْرَهُمْ بِدِمَائِهِمْ.

Pasukan Persia lalu berlarian meninggalkan makanan mereka dan mengambil senjata, maka terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat. Pada waktu itu pasukan musyrikin menunggu kedatangan bantuan Bahmanjadzawaih yang dikirim oleh raja Persia. Mereka itu sangat kuat, gigih dan terlatih dalam peperangan. Di sisi lain pasukan kaum muslimin benar-benar shabar dan tangguh dalam menghadapi tentara musuh.

Khalid berdo'a, "Ya Allah, aku bersumpah atas Nama-Mu, jika Engkau memenangkan kami atas mereka, maka semaksimalnya tidak satupun dari mereka aku sisakan hidup dan akan aku alirkan sungai mereka dengan darah mereka".

ثُمَّ اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ مَنَحَ الْمُسْلِمِيْنَ اَكْتَافَهُمْ، فَنَادَى مُنَادِي خَالِدٍ اْلاَسْرَ اْلاَسْرَ، لاَ تَقْتُلُوْا اِلاَّ مَنْ اِمْتَنَعَ مِنَ اْلاَسْرِ. فَاَقْبَلَتِ الْخُيُوْلُ بِهِمْ اَفْوَاجًا يُسَاقُوْنَ سَوْقًا وَ قَدْ وَكَّلَ بِهِمْ رِجَالاً يَضْرِبُوْنَ اَعْنَاقَهُمْ فِي النَّهْرِ، فَفُعِلَ ذلِكَ بِهِمْ يَوْمًا وَ لَيْلَةً وَ يَطْلُبُهُمْ فِي الْغَدِ وَ مِنْ بَعْدِ الْغَدِ، وَ كُلَّمَا حَضَرَ مِنْهُمْ اَحَدٌ ضُرِبَتْ عُنُقُهُ فِي النَّهْرِ.

Kemudian Allah 'Azza wa Jalla memenangkan pasukan Islam. Salah seorang dari pasukan Khalid menyeru, "Tawanlah mereka, tawanlah mereka, jangan dibunuh kecuali yang tidak mau ditawan !". Tiba-tiba pasukan berkuda datang berduyun-duyun, lalu menggiring mereka ke tepi sungai. Dan Khalid telah menugaskan pasukannya untuk memenggal kepala musuh dan mencampakkan mereka ke sungai. Satu hari satu malam mereka bekerja memenggal kepala musuh, dan terus mengejar tentara musuh yang lari pada keesokan harinya dan hari berikutnya, setiap kali pasukan musuh tertangkap langsung dipenggal di sungai.

وَ قَدْ صُرِفَ مَاءُ النَّهْرِ اِلىَ مَوْضِعٍ آخَرِ، فَقَالَ لَهُ بَعْضُ اْلاُمَرَاءِ اِنَّ النَّهْرَ لاَ يَجْرِيْ بِدِمَائِهِمْ حَتَّى تُرْسِلَ الْمَاءَ عَلَى الدَّمِ فَيَجْرِيْ مَعَهُ فَتَبِرُّ بِيَمِيْنِكَ. فَاَرْسَلَهُ. فَسَالَ النَّهْرُ دَمًا عَبِيْطًا فَلِذلِكَ سُمّيَ نَهْرَ الدَّمِ اِلىَ الْيَوْمِ. فَدَارَتِ الطَّوَاحِيْنُ بِذلِكَ الْمَاءِ الْمُخْتَلِطِ بِالدَّمِ الْعَبِيْطِ مَا كَفَى الْعَسْكَرُ بِكَمَالِهِ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ وَ بَلَغَ عَدَدُ الْقَتْلَى سَبْعِيْنَ اَلْفًا، وَلَمَّا هَزَمَ خَالِدُ الْجَيْشَ وَ رَجَعَ مَنْ رَجَعَ مِنَ النَّاسِ عَدَلَ خَالِدٌ اِلىَ الطَّعَامِ الَّذِيْ كَانُوْا قَدْ وَضَعُوْهُ لِيَأْكُلُوْهُ فَقَالَ لِلْمُسْلِمِيْنَ: هذَا نَفَلٌ. فَانْزِلُوْا فَكُلُوْا! فَنَزَلَ النَّاسُ فَاَكَلُوْا عَشَاءً. البداية و النهاية 6: 740

Pada waktu itu air sungai telah dialirkan ke tempat lain. Sebagian pimpinan pasukan mengusulkan kepada Khalid, "Sesungguhnya sungai ini tidak akan dapat mengalir hanya dengan darah mereka saja, oleh karena itu bukalah saluran air itu dan alirkan darah dengan aliran air sungai ini, dengan demikian engkau dapat menepati sumpahmu". Maka Khalid segera mengalirkan air ke sungai, maka sungai itupun mengalir bercampur dengan darah, dan sejak itulah sungai itu dinamakan Sungai Darah, sampai hari ini.

Situasi telah berubah, dengan air yang bercampur darah itu pasukan memerlukan waktu tiga hari. Adapun musuh yang terbunuh mencapai sekitar 70.000 orang. Dan ketika Khalid telah berhasil mengalahkan musuh, dan orang-orang telah kembali, Khalid menuju ke tempat makanan tentara Persia yang telah mereka hidangkan, lalu berkata kepada kaum muslimin, "Ini adalah rezqi tambahan, kemarilah dan makanlah !". Maka mereka  lalu menyantap makanan tersebut sebagai makan malam. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 740]

Ketika mempersiapkan makanan, orang-orang Persia meletakkan di atas makanan mereka kain serbet yang banyak. Orang-orang 'Arab yang berasal dari dusun bertanya-tanya, "Untuk apa kain-kain ini ?". Mereka mengira bahwa kain-kain itu adalah pakaian. Orang-orang yang tinggal di kota, berkata, "Pernahkah kalian mendengar orang yang hidupnya penuh dengan kesenangan (raqiiqul 'Aisy) ?". Mereka menjawab, "Ya". Orang-orang yang tinggal di kota itu berkata lagi, "Inilah raqiiqul 'Aisy". Sejak saat itu mereka menamakannya dengan Riqaaq, sedangkan sebelumnya mereka menyebutnya dengan Al-'Uud.

Ibnu Katsir di dalam Al-Bidaayah wan Nihaayah menyebutkan sebagai berikut :

رَكِبَ خَالِدٌ فِي جُيُوْشِهِ فَسَارَ حَتَّى انْتَهَى اِلىَ الْاَنْبَارِ، وَ عَلَيْهَا رَجُلٌ مِنْ اَعْقَلِ الْفُرْسِ وَ اَسْوَدِهِمْ فِي اَنْفُسِهِمْ يُقَالُ لَهُ شِيْرَزَاذُ. فَاَحَاطَ بِهَا خَالِدٌ وَ عَلَيْهَا خَنْدَقٌ وَ حَوْلَهُ اَعْرَابٌ مِنْ قَوْمِهِمْ عَلَى دِيْنِهِمْ، وَ اجْتَمَعَ مَعَهُمْ اَهْلُ اَرْضِهِمْ فَمَانَعُوْا خَالِدًا اَنْ يَصِلَ اِلىَ الْخَنْدَقِ فَضَرَبَ مَعَهُمْ رَأْسًا.

Khalid (bin Walid) segera berangkat bersama tentaranya hingga mereka tiba di Al-Anbar. Ternyata negeri itu dipimpin oleh seorang yang sangat cerdas dan sangat dihormati di kalangan bangsa Persia, dia bernama Syirazaadz. Khalid segera mengepung wilayah tersebut yang dikelilingi dengan parit, sedangkan di sekitarnya tinggal orang-orang 'Arab dari kaum yang seagama dengan mereka. Penduduk negeri itu bersatu padu untuk mencegah Khlaid agar tidak dapat menyeberangi parit yang mereka buat.

وَ لَمَّا تَوَاجَهَ الْفَرِيْقَانِ اَمَرَ خَالِدٌ اَصْحَابَهُ فَرَشَقُوْهُمْ بِالنّبَالِ حَتَّى فَقَأُوْا مِنْهُمْ اَلْفَ عَيْنٍ، فَتَصَايَحَ النَّاسُ ذَهَبَتْ عُيُوْنُ اَهْلِ اْلاَنْبَارِ، وَ سُمّيَتْ هذِهِ الْغَزْوَةُ ذَاتَ الْعُيُوْنِ. فَرَاسَلَ شِيْرَزَاذُ خَالِدًا فِي الصُّلْحِ. فَاشْتَرَطَ خَالِدٌ اُمُوْرًا اِمْتَنَعَ شِيْرَزَاذُ مِنْ قَبُوْلِهَا.

Setelah kedua pasukan tersebut saling berhadapan, Khalid memerintahkan kepada para tentaranya supaya menghujani mereka dengan anak panah, sehigga berhasil membutakan seribu mata musuh, maka orang-orang berteriak "Telah buta mata penduduk Anbar". Oleh karena itu peperangan ini disebut dengan perang Dzaatul 'Uyuun (yang mempunyai mata). Akhirnya pimpinan mereka Syirazaadz mengirim surat kepada Khalid meminta untuk berdamai. Lalu Khalid memberikan beberapa macam persyaratan yang membuat Syirazaadz tidak dapat menerimanya.

فَتَقَدَّمَ خَالِدٌ اِلىَ الْخَنْدَقِ فَاسْتَدْعَي بِرَذَايَا اْلاَمْوَالِ مِنَ اْلاِبِلِ فَذَبَحَهَا حَتَّى رَدَمَ الْخَنْدَقَ بِهَا وَجَازَ هُوَ وَ اَصْحَابُهُ فَوْقَهَا. فَلَمَّا رَأَى شِيْرَزَاذُ ذلِكَ اَجَابَ اِلىَ الصُّلْحِ عَلَى الشُّرُوْطِ الَّتِي اشْتَرَطَهَا خَالِدٌ، وَ سَأَلَهُ اَنْ يَرُدَّهُ اِلىَ مَأْمَنِهِ

Kemudian Khalid maju menuju parit, lalu meminta supaya didatangkan unta-unta yang kurus-kurus dan unta-unta afkiran yang jelek-jelek, kemudian Khalid menyembelihnya dan mencampakkannya ke dalam parit hingga menutup parit tersebut dengan bangkai-bangkai unta. Dengan demikian Khalid dan pasukannya bisa menyeberangi parit tersebut. Ketika Syirazaadz melihat Khalid mulai masuk menyerbu bersama pasukannya, dia segera menerima segala persyaratan damai yang ditetapkan Khalid, dan dia meminta agar Khalid mengembalikannya ke tempat yang aman.

فَوَفَى لَهُ خَالِدٌ بِذلِكَ، وَ خَرَجَ شِيْرَزَاذُ مِنَ اْلاَنْبَارِ وَ تَسَلَّمَهَا خَالِدٌ، فَنَزَلَهَا وَ اطْمَأَنَّ بِهَا. وَ تَعَلَّمَ الصَّحَابَةُ مِمَّنْ بِهَا مِنَ الْعَرَبِ الْكِتَابَةَ الْعَرَبِيَّةَ، وَ كَانَ اُولئِكَ الْعَرَبُ قَدْ تَعَلَّمُوْهَا مِنْ عَرَبٍ قَبْلَهُمْ وَ هُمْ بَنُوْ اِيَادٍ كَانُوْا ِبِهَا فِيْ زَمَانِ بُخْتَنَصَرَ حِيْنَ اَبَاحَ الْعِرَاقَ لِلْعَرَبِ. وَ اَنْشَدُوْا خَالِدًا قَوْلَ بَعْضِ اِيَادٍ يَمْتَدِحُ قَوْمَهُ:

         قَوْمِي اِيَادُ لَوْ اَنَّهُمْ اُمَمٌ

         اَوْ لَوْ اَقَامُوْا فَتُهْزَلُ النَّعَمُ.
     
         قَوْمٌ لَهُمْ بَاحَةُ الْعِرَاق

          اِذَا سَارُوْا جَمِيْعًا وَ اللَّوْحُ وَ الْقَلَمُ.

ثُمَّ صَالَحَ خَالِدٌ اَهْلَ الْبَوَازِيْجِ وَ كَلْوَاذِي. قَالَ: ثُمَّ نَقَضَ اَهْلُ اْلاَنْبَارِ وَ مَنْ حَوْلَهُمْ عَهْدَهُمْ لَمَّا اِضَّرَبَتْ بَعْضُ اْلاَحْوَالِ وَلَمْ يَبْقَ عَلَى عَهْدِهِ سِوَى الْبَوَازِيْجِ وَ بَانِقِيَا.

Maka Khalid mengabulkan permintaannya. Akhirnya Syirazaadz keluar dari Al-Anbar, dan Khalid menerima penyerahan benteng tersebut. Kemudian Khalid menempati benteng tersebut dengan aman dan tenteram. Kemudian para shahabat banyak yang belajar menulis 'Arab dari penduduk 'Arab yang bermuqim di situ. Dahulu penduduk 'Arab di situ mempelajari tulis-menulis dari orang-orang 'Arab dari Bani Iyaad, yang mereka telah bermuqim di sana sejak zaman Bukhtanashar (Nebukadnezar), ketika ia mengijinkan bangsa 'Arab menetap di 'Iraq. Penduduk di situ membacakan sya'ir kepada Khalid dari perkataan Bani Iyaad yang memuji kaumnya :

Kaumku, Iyaad adalah sesosok ummat,

Seandainya mereka bertamu, maka akan disembelihkan unta,

Kaum kebanggaan 'Iraq

Apabila mereka berjalan, pasti seluruhnya membawa buku dan pena.

Kemudian Khalid juga membuat kesepakatan damai dengan penduduk Al-Bawaaziij dan penduduk Kalwaadzi.

Ternyata di kemudian hari ketika terjadi kegoncangan, penduduk Anbar dan orang-orang di sekitarnya melanggar kesepakatan mereka dan tidak satupun yang tetap memegang perjajian dengan benar kecuali penduduk Al-Bawaaziij dan Baaniqiya.

قَالَ سَيْفٌ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيْزِ بْنِ سِيَاهٍ عَنْ حَبِيْبِ بْنِ اَبِي ثَابِتٍ قَالَ: لَيْسَ لاَحَدٍ مِنْ اَهْلِ السَّوَادِ عَهْدٌ قَبْلَ الْوَقْعَةِ اِلاَّ بَنُوْ صَلُوْبَا وَ هُمْ اَهْلُ الْحِيْرَةِ وَ كَلْوَاذِي وَقُرًى مِنْ قُرَى الْفُرَاتِ. غَدَرُوْا حَتَّى دَعَوْا اِلَى الذّمَّةِ بَعْدَ مَا غَدَرُوْا.

Saif (bin 'Umar) meriwayatkan dari 'Abdul 'Aziz bin Siyah dari Habib bin AbuTsabit, dia berkata, "Setelah terjadi kegoncangan, tidak satupun dari penduduk ahli Dzimmah yang masih tetap memegang perjanjian dengan kaum muslimin, kecuali bani Sholuuba dari penduduk Hiirah dan Kalwaadzi dan beberapa kota di sekitar sungai Eufrat. Mereka melanggar perjanjian sehingga ditaklukkan untuk kedua kalinya dan mereka kembali menjadi ahli dzimmah.

وَ قَالَ سَيْفٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسٍ، قُلْتُ لِلشَّعْبِيّ اُخِذَ السَّوَادُ عُنْوَةً وَ كُلُّ اَرْضٍ اِلاَّ بَعْضَ الْقَلاَعِ وَ الْحُصُوْنِ؟ قَالَ: بَعْضٌ صَالَحَ وَ بَعْضٌ غَالَبَ. قُلْتُ: فَهَلْ لاَهْلِ السَّوَادِ ذِمَّةٌ اِعْتَقَدُوْهَا قَبْلَ الْحَرْبِ؟ قَالَ: لاَ وَ لكِنَّهُمْ لَمَّا دُعُوْا وَ رَضُوْا بِالْخَرَاجِ وَ اُخِذَ مِنْهُمْ صَارُوْا ذِمَّةً. البداية و النهاية 6: 743

Saif (bin 'Umar) meriwayatkan dari Muhammad bin Qais : Aku bertanya kepada Asy-Sya'biy, "Apakah seluruh negeri-negeri tersebut ditaklukkan dengan peperangan kecuali beberapa benteng saja ?". Ia menjawab, "Sebagian dengan cara damai, dan sebagian dengan cara ditaklukkan". Aku bertanya lagi, "Apakah penduduknya menjadi ahli dzimmah sebelum peperangan terjadi ?". Ia menjawab, "Tidak, namun setelah mereka menerima kesepakatan damai dan mau membayar jizyah, sejak itulah mereka menjadi Ahlu Dzimmah". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 743]

Peperangan 'Ainut Tamr.

Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah menyebutkan sebagai berikut :

لَمَّا اسْتَقَلَّ خَالِدٌ بِاْلاَنْبَارِ اِسْتَنَابَ عَلَيْهَا الزَبْرَقَانَ بْنَ بَدْرٍ. وَ قَصَدَ عَيْنَ التَّمْرِ، وَبِهَا يَوْمَئِذٍ مِهْرَانُ بْنُ بَهْرَامٍ جُوْبِيْنَ فِي جَمْعٍ عَظِيْمٍ مِنَ الْعَرَبِ وَ حَوْلَهُمْ مِنَ اْلاَعْرَابِ طَوَائِفُ مِنَ النَّمِرِ وَ تَغْلِبَ وَ اِيَادٍ وَ مَنْ لاَقَاهُمْ وَ عَلَيْهِمْ عَقَّةُ بْنُ اَبِي عَقَّةَ. فَلَمَّا دَنَا خَالِدٌ، قَالَ عَقَّةُ لِمِهْرَانَ: اِنَّ الْعَرَبَ اَعْلَمُ بِقِتَالِ الْعَرَبِ فَدَعْنَا وَ خَالِدًا. فَقَالَ لَهُ: دُوْنَكُمْ وَ اِيَّاهُمْ، وَ اِنِ احْتَجْتُمْ اِلَيْنَا اَعْنَاكُمْ. فَلاَمَتِ الْعَجَمُ اَمِيْرَهُمْ عَلَى هذَا. فَقَالَ: دَعُوْهُمْ، فَاِنْ غَلَبُوْا خَالِدًا فَهُوَ لَكُمْ، وَ اِنْ غُلِبُوْا قَاتَلْنَا خَالِدًا وَ قَدْ ضَعُفُوْا وَ نَحْنُ اَقْوِيَاءُ، فَاعْتَرَفُوْا لَهُ بِفَضْلِ الرَّأْيِ عَلَيْهِمْ.

Setelah Khalid menguasai Al-Anbar, ia menunjuk Az-Zabarqan bin Badr sebagai penggantinya di kota itu. Lalu Khalid bergerak menuju 'Ainut Tamr. Pada waktu itu kota 'Ainut Tamr dipimpin oleh Mihran bin Bahram Jubin. Maka dengan pasukan yang besar dari orang-orang 'Arab dan beberapa suku dari orang 'Arab gunung sekitarnya dari Bani Namir, Taghlib, Iyaad, dan suku-suku lain yang bersekutu dengan mereka, dengan dipimpin oleh seorang panglima yang bernama 'Aqqah bin Abi 'Aqqah telah siap untuk menghadapi kedatangan pasukan Khalid.

Ketika Khalid telah mendekati pasukan musuh, panglima 'Aqqah berkata kepada Mihran, "Sesungguhnya orang 'Arab lebih mengetahui bagaimana cara berperang dengan orang 'Arab, maka biarkanlah kami saja yang menghadapi pasukan Khalid".

Mihran menjawab, "Terserah kalian, perangilah mereka. Dan jika kalian butuh bantuan, kami segera membantu kalian". Kemudian orang-orang 'Ajam merasa kesal dan mencela sikap pemimpin mereka. Maka (Mihran) menjawab, "Biarkan mereka bertempur, jika pasukan mereka berhasil mengalahkan pasukan Khalid, maka kemenangan itu juga kemenangan kalian. Tetapi jika pasukan Khalid berhasil mengalahkan mereka, barulah kita bertindak memerangi Khalid yang pasukannya telah kehabisan tenaga dan telah melemah, sedangkan tenaga kita masih kuat". Akhirnya mereka mengakui kepiawaian pemimpin mereka.

وَ سَارَ خَالِدٌ وَ تَلَقَّاهُ عَقَّةُ. فَلَمَّا تَوَاجَهُوْا قَالَ خَالِدٌ لِمُجَنّبَتَيْهِ: اِحْفَظُوْا مَكَانَكُمْ فَاِنّي حَامِلٌ، وَ اَمَرَ حَمَاتَهُ اَنْ يَكُوْنُوْا مِنْ وَرَائِهِ، وَ حَمَلَ عَلَى عَقَّةَ وَ هُوَ يُسَوّي الصُّفُوْفَ فَاحْتَضَنَهُ وَ اَسَرَّهُ وَ انْهَزَمَ جَيْشُ عَقَّةَ مِنْ غَيْرِ قِتَالٍ، فَاَكْثَرُوْا فِيْهِمُ اْلاَسْرُ.

Kemudian Khalid terus berjalan, dan kini berhadapan dengan pasukan 'Aqqah. Setelah mereka berhadapan, Khalid berpesan kepada pasukannya yang berada di sayap kanan dan kiri, "Pertahankanlah posisi kalian, aku akan menyerbu ke dalam barisan musuh". Dan Khalid berpesan kepada pasukan yang berada di belakangnya agar tetap melindunginya. Kemudian Khalid maju mengejar 'Aqqah yang sedang merapikan barisan tentaranya, dan Khalid menyerangnya hingga berhasil menawannya. Dengan tertawannya pemimpin mereka, maka kalahlah pasukan 'Aqqah tanpa terjadi peperangan, dan banyak pasukan 'Aqqah yang ditawan.

وَ قَصَدَ خَالِدٌ حِصْنَ عَيْنِ التَّمْرِ. فَلَمَّا بَلَغَ مِهْرَانَ هَزِيْمَةُ عَقَّةَ وَ جَيْشِهِ نَزَلَ مِنَ الْحِصْنِ وَ هَرَبَ وَ تَرَكَهُ، وَ رَجَعَتْ فُلاَلُ نَصَارَى اْلاَعْرَابِ اَلىَ الْحِصْنِ فَوَجَدُوْهُ مَفْتُوْحًا فَدَخَلُوْهُ وَ احَتَمَوْا بِهِ، فَجَاءَ خَالِدٌ وَ اَحَاطَ بِهِمْ وَ حَاصَرَهُمْ اَشَدَّ الْحِصَارِ. فَلَمَّا رَأَوْا ذلِكَ، سَأَلُوْهُ الصُّلْحَ. فَاَبَى اِلاَّ اَنْ يَنْزِلُوْا عَلَى حُكْمِهِ. فَجَعَلُوْا فِي السَّلاَسِلِ وَ تُسَلَّمُ الْحِصْنُ. ثُمَّ اَمَرَ فَضُرِبَتْ عُنُقُ عَقَّةَ وَ مَنْ كَانَ اُسِرَ مَعَهُ وَ الَّذِيْنَ نَزَلُوْا عَلَى حُكْمِهِ اَيْضًا اَجْمَعِيْنَ. وَ غَنِمَ جَمِيْعَ مَا فِي ذلِكَ الْحِصْنِ.

Setelah itu Khalid bergerak menuju benteng pertahanan 'Ainut Tamr. Setelah Mihran mendengar kekalahan tentara 'Aqqah, dia segera turun dari benteng dan pergi melarikan diri meninggalkan benteng tersebut. Ketika sebagian dari pasukan Nashrani 'Arab kembali ke benteng, maka mereka mendapati benteng telah terbuka, lalu mereka masuk dan berlindung di dalamnya. Lalu Khalid datang dan mengepung benteng itu dengan ketat. Setelah musuh melihat yang demikian itu, maka mereka menawarkan kepada Khalid untuk berdamai. Khalid menolak tawaran tersebut dan memaksa agar mereka mau menerima keputusan apapun dari Khalid. Dengan terpaksa mereka pasrah menerima keputusan Khalid. Khalid memutuskan supaya mereka seluruhnya dirantai dan bentengnya diserahkan kepada Khalid. Kemudian Khalid memerintahkan agar 'Aqqah, para tawanan dan seluruh orang-orang yang menerima keputusan Khalid tersebut dibunuh, lalu mereka semua dipenggal lehernya. Dengan demikian Khalid berhasil menguasai seluruh barang-barang yang terdapat di dalam benteng tersebut.

وَ وَجَدَ فِي الْكَنِيْسَة ِالَّتِي بِهِ اَرْبَعِيْنَ غُلاَمًا يَتَعَلَّمُوْنَ اْلاِنْجِيْلَ وَ عَلَيْهِمْ بَابٌ مُغْلَقٌ فَكَسَرَهُ خَالِدٌ وَ فَرَّقَهُمْ فِي اْلاُمَرَاءِ وَ اَهْلِ الْغِنَاءِ. وَ كَانَ حُمْرَانُ صَارَ اِلىَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ مِنَ الْخَمْسِ وَ مِنْهُمْ سِيْرِيْنُ وَالِدُ مُحَمَّدِ بْنِ سِيْرِيْنَ اَخَذَهُ اَنَسُ بْنُ مَالِكٍ وَ جَمَاعَةٌ آخَرُوْنَ مِنَ الْمَوَالِيَ الْمَشَاهِيْرِ اَرَادَ بِهِمْ وَ بِذَرَارِيْهِمْ خَيْرًا. البداية و النهاية 6: 744.

Dan Khalid mendapati sebuah gereja dalam keadaan terkunci, sedang di dalamnya terdapat empat puluh anak yang sedang mempelajari kitab Injil. Khalid menghancurkan pintunya, lalu membagi-bagikan anak-anak tersebut kepada para pimpinan orang-orang kaya. Diantara mereka ada Humran yang menjadi maula 'Utsman bin 'Affan yang pada waktu itu berusia lima tahun, dan diantara mereka terdapat pula Sirin yang kelak menjadi ayahnya Muhammad bin Sirin yang diambil oleh Anas bin Maalik, dan masih banyak lagi yang kelak menjadi tokoh ternama yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan.

لَمَّا فَرَغَ خَالِدٌ مِنْ عَيْنِ التَّمْرِ قَصَدَ اِلَى دُوْمَةِ الْجَنْدَلِ وَ اسْتَخْلَفَ عَلَى عَيْنِ التَّمْرِ عُوَيْمِرَ بْنَ الْكَاهِنِ اْلاَسْلَمِيَّ. فَلَمَّا سَمِعَ اَهْلُ دُوْمَةِ الْجَنْدَلِ بِمَسِيْرِهِ اِلَيْهِمْ بَعَثُوْا اِلَى اَحْزَابِهِمْ مِنْ بَهْرَاءَ وَ تَنُوْخَ وَ كَلْبٍ وَ غَسَّانَ وَ الضَّجَاعِمِ. فَاَقْبَلُوْا اِلَيْهِمْ وَ عَلَى غَسَّانَ وَ تَنُوْخَ ابْنُ اْلاَيْهَمِ وَ عَلَى الضَّجَاعِمِ ابْنُ الْحَدْرَجَانِ. وَ جِمَاعُ النَّاسِ بِدُوْمَةٍ اِلَى رَجُلَيْنِ اُكَيْدِرِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ وَ الْجَوْدِيّ بْنِ رَبِيْعَةَ، فَاخْتَلَفَا، فَقَالَ اُكَيْدِرٌ: اَنَا اَعْلَمُ النَّاسِ بِخَالِدٍ لاَ اَحَدَ اَيْمَنِ طَائِرٍ مِنْهُ فِي حَرْبٍ وَلاَ اَحَدَ مِنْهُ وَلاَ يَرَى وَجْهَ خَالِدٍ قَوْمٌ اَبَدًا قَلُّوْا اَمْ كَثُرُوْا اِلاَّ اِنْهَزَمُوْا عَنْهُ، فَاَطِيْعُوْنِي وَ صَالِحُوا الْقَوْمَ. فَاَبَوْا عَلَيْهِ. فَقَالَ: لَنْ اُمَالِئَكُمْ عَلَى حَرْبِ خَالِدٍ. وَ فَارَقَهُمْ.

Setelah Khalid selesai menaklukkan 'Ainut Tamr, kemudian Khalid menuju ke Dumatul Jandal. Khalid menunjuk 'Uwaimir bin Al-Kahin Al-Aslamiy untuk memimpin wilayah 'Ainut Tamr. Ketika penduduk Dumatul Jandal mengetahui kedatangan pasukan Khalid, mereka segera mengirim surat minta bantuan kepada sekutu mereka, yaitu Bani Bahraa', Tanukh, Kalb, Ghassaan dan Adl-Dlajaa'im. Kemudian mereka berdatangan. Dari Ghassaan dan Tanukh dipimpin Ibnu Aiham, sedangkan dari Dlajaa'im dipimpin oleh Ibnul Hadrajaan. Kemudian seluruh pasukan di Dumatul Jandal berkumpul dibawah dua pimpinan, yaitu Ukaidir bin 'Abdul Malik dan Al-Jaudiy bin Rabi'ah. Namun keduanya berselisih, Ukaidir berkata, "Aku yang paling mengerti karakter Khalid, tidak ada orang yang lebih sigap dalam berperang dari dirinya, dan tidak ada yang lebih keras dalam berperang daripada dirinya, dan tidak satupun pasukan yang melihat wajah Khalid, baik jumlah mereka sedikit ataupun banyak, kecuali akan kalah. Oleh karena itu, ikutilah perkataanku. Lebih baik kita berdamai saja dengan mereka". Namun pasukannya menolak pendapatnya. Lalu dia berkata kepada mereka, "Aku tidak akan ikut kalian memerangi Khalid". Lalu dia pergi meninggalkan mereka.

فَبَعَثَ اِلَيْهِ خَالِدٌ عَاصِمَ بْنَ عَمْرٍو فَعَارَضَهُ فَاَخَذَهُ. فَلَمَّا اَتَى بِهِ خَالِدًا اَمَرَ فَضُرِبَتْ عُنُقُهُ وَ اُخِذَ مَا كَانَ مَعَهُ. ثُمَّ تَوَاجَهَ خَالِدٌ وَ اَهْلُ دُوْمَةِ الْجَنْدَلِ وَ عَلَيْهِمُ الْجَوْدِيُّ بْنُ رَبِيْعَةَ وَ كُلُّ قَبِيْلَةٍ مَعَ اَمِيْرِهَا مِنَ اْلاَعْرَابِ. وَ جَعَلَ خَالِدٌ دُوْمَةً بَيْنَهُ وَ بَيْنَ جَيْشِ عِيَاضِ بْنِ غَنْمٍ. وَ افْتَرَقَ جَيْشُ اْلاَعْرَابِ فِرْقَتَيْنِ، فِرْقَةٌ نَحْوَ خَالِدٍ وَ حَمَلَ خَالِدٌ عَلَى مَنْ قِبَلَهُ وَ حَمَلَ عِيَاضٌ عَلَى اُولئِكَ. فَاَسَرَ خَالِدٌ الْجَوْدِيَّ وَ اَسَرَ اْلاَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ وَدِيْعَةً. وَ فَرَّتِ اْلاَعْرَابُ اِلىَ الْحِصْنِ فَمَلَأُوْهُ وَ بَقِيَ مِنْهُمْ خَلْقٌ ضَاقَ عَلَيْهِمْ، فَعَطَفَتْ بَنُوْ تَمِيْمٍ عَلَى مَنْ هُوَ خَارِجُ الْحِصْنِ فَاَعْطَوْهُمْ مِيْرَةً فَنَجَا بَعْضُهُمْ.

Kemudian Khalid mengirim utusan kepadanya yang bernama 'Ashim bin 'Amr untuk menangkapnya. Ketika dibawa ke hadapan Khalid, Khalid memerintahkan agar membunuhnya, lalu dipenggal lehernya, lalu seluruh harta miliknya diambil. Kemudian Khalid dan pasukannya berhadapan dengan pasukan Dumatul Jandal yang dipimpin oleh Al-Jaudiy bin Rabi'ah. Setiap qabilah dipimpin oleh seorang pemimpin dari kalangan 'Arab. Kemudian Khalid membagi wilayah yang akan diserbu menjadi dua bagian, sebagian Dumatul Jandal akan ditanganinya dan sebagian yang lainnya akan ditangani oleh 'Iyadl bin Ghanmin, sehingga pasukan musuh terpecah menjadi dua bagian. Sebagian menghadapi pasukan Khalid, dan sebagian lagi menghadapi pasukan 'Iyadl. Masing-masing pasukan bergerak menyerbu pasukan musuh. Khalid berhasil menawan Al-Jaudiy, sedangkan Al-Aqra' bin Habis berhasil menawan Wadi'ah. Melihat peristiwa itu para pasukan musuh dari warga 'Arab berlarian memasuki benteng dan memenuhinya. Namun jumlah mereka yang begitu banyak tidak dapat tertampung dalam benteng tersebut. Melihat yang demikian itu, Bani Tamim merasa kasihan terhadap orang-orang yang berada di luar benteng, lalu berusaha menyelamatkan mereka dengan memberikan makanan hingga akhirnya sebagian dari mereka selamat.

وَ جَاءَ خَالِدٌ فَضَرَبَ اَعْنَاقَ مَنْ وَجَدَهُ خَارِجَ الْحِصْنِ وَ اَمَرَ بِضَرْبِ عُنُقِ الْجَوْدِيّ وَ مَنْ كَانَ مَعَهُ مِنَ اْلاُسَارَى اِلاَّ اُسَارَى بَنِيْ كَلْبٍ فَاِنَّ عَاصِمَ بْنَ عَمْرٍو وَ اْلاَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ وَ بَنِي تَمِيْمٍ اَجَارُوْهُمْ. فَقَالَ لَهُمْ خَالِدُ: مَالِي وَ مَالَكُمْ اَتَحْفَظُوْنَ اَمْرَ الْجَاهِلِيَّةِ وَ تُضَيّعُوْنَ اَمْرَ اْلاِسْلاَمِ؟ فَقَالَ لَهُ عَاصِمُ بْنُ عَمْرٍو: اَتَحْسُدُوْنَهُمُ الْعَافِيَةَ وَ تُحَوّذُوْنَهُمُ الشَّيْطَانَ.

Kemudian Khalid datang, ia membunuh pasukan musuh yang berada di luar benteng. Setelah itu ia memerintahkan agar membunuh Al-Jaudiy dan orang-orang yang ditawan bersamanya, kecuali tawanan dari Bani Kalb karena telah diberikan jaminan keamanan oleh 'Ashim bin 'Amr, Aqra' bin Habis dan Bani Tamim. Kemudian Khalid bertanya kepada mereka, "Kenapa kalian berbuat begini ? Apakah kalian masih berpegang teguh dengan ikatan jahiliyyah dan meninggalkan ikatan Islam ?". Namun 'Ashim bin 'Amr menjawab, "Apakah kamu cemburu kepada keselamatan mereka dan menyerahkan mereka menjadi mangsa syaithan ?".

ثُمَّ اَطَافَ خَالِدٌ بِالْبَابِ فَلَمْ يَزَلْ عَنْهُ حَتَّى اِقْتَلَعَهُ. وَ اقْتَحَمُوا الْحِصْنَ فَقَتَلُوْا مَنْ فِيْهِ مِنَ الْمُقَاتِلَةِ وَسَبَّوْا الذَّرَارِيَ. فَبَايَعُوْهُمْ بَيْنَهُمْ فِيْمَنْ يَزِيْدَ وَ اشْتَرَى خَالِدٌ يَوْمَئِذٍ ابْنَةَ الْجَوْدِيّ وَ كَانَتْ مَوْصُوْفَةً بِالْجَمَالِ. وَ اَقَامَ بِدُوْمَةِ الْجَنْدَلِ وَرَدَّ اْلاَقْرَعَ اِلَى اْلاَنْبَارِ ثُمَّ رَجَعَ خَالِدٌ اِلَى الْحِيْرَةِ، فَتَلَقَّاهُ اَهْلَهَا مِنْ اَهْلِ اْلاَرْضِ بِالتّقْلِيْسِ، فَسَمِعَ رَجُلاً مِنْهُمْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهِ مَرَّ بِنَا فَهذَا يَوْمٌ فَرِحَ الشَّرُّ. البداية و النهاية 6: 745

Kemudian Khalid berjalan mendekati pintu benteng dan berusaha untuk merobohkannya, dan akhirnya pintu tersebut pun roboh. Mulailah pasukan menyerbu benteng dan membunuh pasukan musuh yang berada di dalamnya, dan menawan para wanita dan anak-anak. Kemudian pasukan tersebut memperjual-belikan tawanan diantara sesama mereka. Pada waktu itu Khalid membeli putri Al-Jaudiy yang terkenal sangat cantik.

Setelah penaklukan Dumatul Jandal, Khalid tinggal sejenak di tempat tersebut, dan memerintahkan Aqra' untuk kembali ke Al-Anbar. Kemudian Khalid kembali ke Hiirah dan ia disambut oleh penduduknya dengan memukul rebana. Khalid mendengar salah seorang dari mereka berkata kepada kawannya, "Singgahilah kami, hari ini adalah hari gembira yang diliputi bencana". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 745]

Perang Al-Hushaid

Tentang peperangan Al-Hushaid, Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidaayah wan Nihaayah menyebutkan sebagai berikut :

قَالَ سَيْفٌ عَنْ مُحَمَّدٍ وَ طَلْحَةَ وَ الْمُهَلَّبِ قَالُوْا: وَ كَانَ خَالِدٌ اَقَامَ بِدُوْمَةِ الْجَنْدَلِ فَظَنَّ اْلاَعَاجِمُ بِهِ وَ كَاتَبُوْا عَرَبَ الْجَزِيْرَةِ فَاجْتَمَعُوْا لِحَرْبِهِ وَ قَصَدُوا اْلاَنْبَارَ يُرِيْدُوْنَ انْتِزَاعَهَا مِنَ الزَّبْرَقَانِ وَ هُوَ نَائِبُ خَالِدٍ عَلَيْهَا. فَلَمَّا بَلَغَ ذلِكَ الزَّبْرَقَانَ كَتَبَ اِلىَ الْقَعْقَاعِ بْنِ عَمْرٍو نَائِبِ خَالِدٍ عَلَى الْحِيْرَةِ. فَبَعَثَ الْقَعْقَاعُ اَعْبَدَ ابْنَ فَدَكِي السَّعْدِيَّ وَ اَمَرَهُ بِالْحُصَيْدِ وَ بَعَثَ عُرْوَةَ بْنَ اَبِي الْجَعْدِ اَلْبَارِقِيَّ وَ اَمَرَهُ بِالْخَنَافِسِ

Ketika Khalid bermukim di Dumatul Jandal, orang-orang 'Ajam mengira bahwa Khalid akan bermukim lama di sana. Kemudian mereka menulis surat kepada warga 'Arab Jazirah untuk bersama-sama memeranginya. Dan mereka berjalan menuju Anbar dengan maksud merebutnya dari tangan Az-Zabraqan, wakil Khalid di sana. Ketika Az-Zabraqan mendengar berita itu, ia menulis surat kepada Al-Qa'qaa' bin 'Amr (wakil Khalid di Hiirah), lalu Al-Qa'qaa' segera memerintahkan A'bad bin Fadaki As-Sa'diy untuk berangkat menuju Hushaid, dan mengirim 'Urwah bin Abul Ja'diy Al-Bariqiy menuju Al-Khanaafis.

وَ رَجَعَ خَالِدٌ مِنْ دُوْمَةٍ اِلَى الْحِيْرَةِ وَ هُوَ عَازِمٌ عَلَى مُصَادَمَةِ اَهْلِ الْمَدَائِنِ مَحَلَّةِ كِسْرَى لَكِنَّهُ يَكْرَهُ اَنْ يَفْعَلَ ذلِكَ بِغَيْرِ اِذْنِ اَبِي بَكْرِ الصّدّيْقِ وَ شَغَلَهُ مَا قَدِ اجْتَمَعَ مِنْ جُيُوْشِ اْلاَعَاجِمِ مَعَ نَصَارَى اْلاَعْرَابِ يُرِيْدُوْنَ حَرْبَهُ، فَبَعَثَ الْقَعْقَاعَ بْنَ عَمْرٍو اَمِيْرًا عَلَى النَّاسِ فَالْتَقَوْا بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ الْحُصَيْدُ

Setelah Khalid kembali dari Dumatul Jandal dan tiba di Hiirah dan ia berkeinginan keras untuk menaklukkan Madaain, tempat bermukim raja Kisra, namun ia merasa segan melakukan hal itu tanpa ijin Abu Bakar Ash-Shiddiiq terlebih dahulu. Dan ia juga disibukkan menghadapi pasukan 'Ajam yang telah bersekutu dengan pasukan Nashrani 'Arab yang ingin memerangi dirinya. Maka Khalid mengutus Al-Qa'qaa' bin 'Amr sebagai pimpinan pasukan. Kemudian mereka berhadapan dengan pasukan musuh di suatu tempat yang benama Al-Hushaid.

وَ عَلَى الْعَجَمِ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ رُوزْبَهْ وَ اَمَدَّهُ اَمِيْرٌ آخَرُ يُقَالُ لَهُ زَرْمَهِرُ فَاقْتَتَلُوْا قِتَالاً شَدِيْدًا وَ هُزِمَ الْمُشْرِكُوْن فَقَتَلَ مِنْهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا وَ قَتَلَ الْقَعْقَاعُ بِيَدِهِ زَرْمَهِرَ وَ قَتَلَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ عِصْمَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الضَّبّيُّ رُوزْبَهْ وَ غَنِمَ الْمُسْلِمُوْنَ شَيْئًا كَثِيْرًا وَ هَرَبَ مَنْ هَرَبَ مِنَ الْعَجَمِ فَلَجَأُوْا اِلىَ مَكَانٍ يُقَالُ لَهُ خَنَافِسُ. فَسَارَ اِلَيْهِمْ اَبُوْ لَيْلَى بْنُ فَدَكِي السَّعْدِيُّ. فَلَمَّا اَحَسُّوْا بِذلِكَ سَارُوْا اِلىَ الْمُضَيَّحِ. البداية و النهاية 6: 746

Pasukan 'Ajam dipimpin oleh Ruzbah, yang dibantu panglima lain bernama Zarmahir. Maka terjadilah pertempuran yang dahsyat. Dan akhirnya orang-orang musyrik berhasil dikalahkan. Waktu itu tentara Islam berhasil membunuh pasukan musuh dalam jumlah besar, dan ada Al-Qa'qaa' berhasil membunuh Zarmahir dengan tangannya sendiri. Dan seseorang yang bernama 'Ishmah bin 'Abdullah Ad-Dlabbiy berhasil membunuh Ruzbah.

Kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yang banyak. Sebagian dari tentara 'Ajam berhasil melarikan diri ke suatu tempat yang bernama Khanaafis. Kemudian Abu Laila bin Fadaki As-Sa'diy berangkat mengejar mereka. Setelah musuh mengetahui yang demikian itu akhirnya mereka melarikan diri menuju Al-Mudloyyah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]

Kisah Terbunuhnya Malik Bin Nuwairoh


Di antara peristiwa sejarah yang sering ditimbulkan oleh golongan Syi’ah untuk memburukkan sahabat-sahabat r.a. serta mengelirukan Ahlus Sunnah ialah kisah kononnya Khalid bin al-Walid telah membunuh Malik bin Nuwairah dalam keadaan Islam kemudian berzina dengan isterinya. Kesannya bukan hanya Khalid yang diburuk-burukkan oleh Syi’ah tetapi Sayyidina Abu Bakar r.a. yang memegang jawatan khalifah pada ketika itu turut menerima nasib yang sama.

Namun begitu apakah benar segalanya sebagaimana yang diwar-warkan oleh mereka itu atau setakat manakah yang menepati kebenaran dan manakah yang merupakan tambahan fitnah golongan pembenci sahabat Nabi s.a.w. ini.

Untuk mendapatkan gambaran sebenar peristiwa tersebut maka semestinya kita semua meneliti semula lembaran sejarah yang terpahat di dalam catatan ulama silam. Kalau diteliti kepada riwayat-riwayat berkenaan peristiwa ini di dalam kitab-kitab sejarah maka akan ditemui percanggahan antara satu sama lain. Tetapi bagi golongan Ahl as-Sunnah Wa al-Jamaah yang meletakkan kepercayaan dan sangka baik kepada golongan sahabat r.a. kerana berpegang kepada al-Quran dan as-Sunnah akan menjadikan riwayat-riwayat yang menyebut baik tentang mereka dan mengenepikan yang sebaliknya. Namun begitu bagi golongan yang busuk hatinya kerana berminat terhadap perkara-perkara yang busuk dan sentiasa menjadikan keutamaan mereka adalah bencikan terhadap golongan sahabat r.a. iaitu golongan Syi’ah, riwayat-riwayat yang menampakkan kekurangan dan kerendahan sahabat akan menjadi santapan serta hidangan lazat mereka walaupun riwayat tersebut tersangat lemah dan langsung tidak boleh dijadikan sandaran.

Peristiwa ini dikenali dalam sejarah sebagai peristiwa Pembunuhan Malik bin Nuwairah yang dilakukan oleh Khalid bin al-Walid r.a di zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Siddiq r.a.

Malik bin Nuwairah adalah petugas yang ditugaskan untuk mengumpul zakat dari kaumnya, Bani Hanzalah, namun apabila wafatnya Rasulullah s.a.w dan muncul gerakan nab-nabi palsu serta murtadnya kabilah-kabilah arab dan ada yang enggan membayar zakat (beranggapan zakat sudah tidak wajib lagi) maka Malik bin Nuwairah termasuk dalam kalangan mereka yang enggan menunaikan zakat.

Saidina Khalid bin al-Walid r.a adalah antara panglima yang diarahkan oleh Khalifah Rasulillah, Abu Bakar al-Siddiq r.a untuk memimpin ekspedisi Jihad menentang mereka yang murtad ini.

Riwayat-riwayat menunjukkan bahawa Malik bin Nuwairah telah ditawan dalam pertempuran dengan mereka yang enggan membayar zakat lalu mereka dibawa kepada Khalid bin al-Walid r.a, kemudian berlaku percanggahan maklumat antara pasukan tentera yang menawan Bani Hanzalah ini, di mana pasukan yang dipimpin Abu Qatadah al-Ansari r.a menyatakan mereka mendapati Bani Hanzalah melaungkan azan dan solat bersama mereka sedangkan kumpulan yang diutuskan Khalid bin al-Walid r.a untuk mengintip Bani Hanzalah menyatakan bahawa mereka tidak melaungkan azan dan tidak pula menunaikan solat.

Lalu Khalid bin al-Walid r.a mengambil laporan yang dilaporkan oleh tentera pengintip kerana boleh jadi sahaja mereka ini menunaikan solat semasa tibanya pasukan Abu Qatadah al-Ansari r.a secara hiprokrit dan munafiq, maka beliau mengarahkan suapaya tawanan Bani Hanzalah ini termasuk Malik bin Nuwairah dihukum bunuh.

Namun, Abu Qatadah al-Ansari r.a tidak berpuas hati lalu segera melaporkannya kepada Khalifah Abu Bakar al-Siddiq r.a, lalu Abu Bakar al-Siddiq r.a melihat Khalid bin al-Walid r.a telah melakukan takwil dalam tindakannya ini dan tersalah maka Khalid tidak berhak dihukum namun Abu Bakar al-Siddiq r.a membayar diat dan membebaskan tawanan dan mengekalkan Khalid sebagai panglima kaum muslimin.

Di dalam Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

كَانَ قَدْ صَانَعَ سَجَاحَ حِيْنَ قَدِمَتْ مِنْ اَرْضِ الْجَزِيْرَةِ، فَلَمَّا اتَّصَلَتْ بِمُسَيْلِمَةَ لَعَنَهُمَا اللهُ، ثُمَّ تَرَحَّلَتْ اِلىَ بِلاَدِهَا، فَلَمَّا كَانَ ذلِكَ، نَدِمَ مَالِكُ بْنُ نُوَيْرَةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ اَمْرِهِ، وَ تَلَوَّمَ فِي شَأْنِهِ، وَ هُوَ نَازِلٌ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ: الْبُطَاحُ، فَقَصَدَهَا خَالِدٌ بِجُنُوْدِهِ وَ تَاَخَّرَتْ عَنْهُ اْلاَنْصَارُ، وَ قَالُوْا: اِنَّا قَدْ قَضَيْنَا مَا اَمَرَنَا بِهِ الصّدّيْقُ، فَقَالَ لَهُمْ خَالِدٌ: اِنَّ هذَا اَمْرٌ لاَ بُدُّ مِنْ فِعْلِهِ، وَ فُرْصَةٌ لاَ بُدَّ مِنِ انْتِهَازِهَا، وَ اِنَّهُ لَمْ يَأْتِنِيْ فِيْهَا كِتَابٌ، وَ اَنَا اْلاَمِيْرُ وَ اِلَيَّ تِرَدُ اْلاَخْبَارُ، وَ لَسْتُ بِالَّذِيْ اُجْبِرُكُمْ عَلَى الْمَسِيْرِ، وَ اَنَا قَاصِدُ اْلبُطَاحِ.

Dahulu Malik menemani Sajaah ketika datang dari tanah Jazirah, namun ketika Sajaah berhubungan dengan Musailimah semoga Allah mela’nat keduanya, kemudian kembali ke negerinya, Malik merasa menyesal dan mencela dirinya. Ia berdiam di suatu tempat yang bernama Al-Buthah. Kemudian Khalid dengan bala tentaranya menuju ke tempat tersebut. Namun sebagian kaum Anshar enggan untuk mengikutinya. Mereka berkata, “Kita telah menjalankan apa yang diperintahkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq”.

Lalu Khalid berkata kepada mereka, “Hal ini harus dilakukan, karena ini adalah kesempatan yang tidak boleh terlewatkan. Walaupun tidak ada surat perintah kepadaku, tetapi aku adalah pimpinan kalian dan akulah yang bertanggungjawab. Tetapi aku tidak memaksa kalian untuk mengikutiku, yang jelas aku akan ke Buthah”

فَسَارَ يَوْمَيِنِ ثُمَّ لَحِقَهُ رَسُوْلُ اْلاَنْصَارِ يَطْلُبُوْنَ مِنْهُ اْلاِنْتِظَارَ، فَلَحِقُوْا بِهِ، فَلَمَّا وَصَلَ الْبُطَاحَ وَ عَلَيْهَا مَالِكُ بْنُ نُوَيْرَةَ، فَبَثَّ خَالِدٌ السَّرَايَا فِي الْبُطَاحِ يَدْعُوْنَ النَّاسَ، فَاسْتَقْبَلَهُ اُمَرَاءُ بَنِي تَمِيْمٍ بِالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَ بَذَلُوا الزَّكَوَاتِ، اِلاَّ مَا كَانَ مَالِكُ بْنُ نُوَيْرَةَ فَاِنَّهُ مُتَحَيّرٌ فِي اَمْرِهِ، مُتَنَحّ عَنِ النَّاسِ، فَجَاءَتْهُ السَّرَايَا فَاَسَرُوْهُ وَ اَسَرُوْا مَعَهُ اَصْحَابَهُ،

Kemudian Khalid berjalan selama dua hari, kemudian utusan kaum Anshar menyusul Khalid, meminta supaya Khalid menunggu mereka. Akhirnya kaum Anshar tersebut bergabung lagi. Ketika mereka sampai di Al-Buthah dan Malik bin Nuwairah berdiam di situ, Khalid segera menyebar pasukan ke sekitar Al-Buthah untuk berda’wah kepada orang banyak, lalu para pemimpin Bani Tamim menyambut dengan baik, patuh dan tha’at. Mereka juga mau mengeluarkan zakat, kecuali Malik bin Nuwairah, dia dalam keadaan bingung untuk berbuat dan menyendiri dari orang banyak. Kemudian tentara Khalid datang dan langsung menangkap Malik dan teman-temannya.

وَاخْتَلَفَتِ السَّرِيَةُ فِيْهِمْ، فَشَهِدَ اَبُوْ قَتَادَةَ الْحَارِثُ بْنُ رِبْعِيّ اْلاَنْصَارِيُّ، اَنَّهُمْ اَقَامُوا الصَّلاَةَ، وَقَالَ آخَرُوْنَ: اِنَّهُمْ لَمْ يُؤَذّنُوْا وَلاَ صَلَّوْا، فَيُقَالُ اِنَّ اْلاُسَارَى بَاتُوْا فِي كُبُوْلِهِمْ فِي لَيْلَةٍ شَدِيْدَةِ الْبَرْدِ، فَنَادَى مُنَادي خَالِدٍ: اَنْ اَدْفِئُوْا اَسْرَاكُمْ، فَظَنَّ اْلقَوْمُ اَنَّهُ اَرَادَ الْقَتْلَ، فَقَتَلُوْهُمْ، وَ قَتَلَ ضِرَارُ بْنُ اْلاَزُوْرِ مَالِكَ بْنَ نُوَيْرَةَ،

Kemudian pasukan kaum muslimin berselisih mengenai status tawanan ini. Abu Qatadah Al-Harits bin Rib’iy Al-Anshariy bersyahadat lalu angkat bicara, “Sesungguhnya mereka itu telah mendirikan shalat”.Sedangkan yang lain berpendapat, “Sesungguhnya mereka tidak mengumandangkan adzan dan tidak mengerjakan shalat”.

Diriwayatkan bahwa para tawanan itu bermalam dalam keadaan terbelenggu di malam yang sangat dingin, lalu salah seorang penyeru Khalid menyerukan, “Hangatkanlah para tawanan kalian !”. Lalu sebagian tentara menganggap bahwa ini adalah perintah untuk membunuh mereka, maka seluruh tawanan dibunuh. Dan Dlirar bin Al-Azur membunuh Malik bin Nuwairah.

فَلَمَّا سَمِعَ الدَّاعِيَةَ خَرَجَ وَ قَدْ فَرَغُوْا مِنْهُمْ، فَقَالَ: اِذَا اَرَادَ اللهُ اَمْرًا اَصَابَهُ. وَاصْطَفَى خَالِدُ امْرَاَةَ مَالِكِ بْنِ نُوَيْرَةَ، وَهِيَ اُمُّ تَمِيْمٍ ابْنَةُ الْمِنْهَالِ، وَ كَانَتْ جَمِيْلَةً، فَلَمَّا حَلَّتْ بَنَي بِهَا،

Ketika Khalid mendengar suara teriakan, ia segera keluar menemui mereka. Namun ternyata mereka telah habis dibunuh, lalu Khalid berkata, “Jika Allah menghendaki suatu urusan, pasti terlaksana”.

Lalu Khalid memilih istrinya Malik bin Nuwairah yaitu Ummu Tamim binti Minhaal, ia wanita yang cantik. Setelah ia selesai, lalu Khalid berkumpul dengannya.

وَ يُقَالُ: بَلِ اسْتَدْعَى خَالِدٌ مَالِكَ بْنَ نُوَيْرَةَ فَاَنْبَهَ عَلَى مَا صَدَرَ مِنْهُ مِنْ مُتَابَعَةِ سَجَاحَ، وَعَلَى مَنْعِهِ الزَّكَاةَ، وَقَالَ: اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّهَا قَرِيْنَةُ الصَّلاَةِ ؟ فَقَالَ مَالِكٌ: اِنَّ صَاحِبَكُمْ كَانَ يَزْعُمُ ذلِكَ، فَقَالَ: اَهُوَ صَاحِبُنَا وَ لَيْسَ بِصَاحِبِكَ ؟ يَا ضِرَارُ اِضْرِبْ عُنُقَهُ، فَضُرِبَتْ عُنُقُهُ

Ada yang mengatakan bahwa sebelumnya Khalid memanggil Malik bin Nuwairah dan ia mencela segala yang telah dilakukan oleh Malik karena mengikuti Sajaah dan tidak mau membayar zakat, Khalid berkata, “Tidakkah engkau tahu bahwa zakat itu seiring dengan shalat ?”. Malik menjawab, “Begitulah yang dikatakan oleh shahabat kalian”. Khalid berkata, “Berarti ia adalah shahabat kami dan bukan shahabatmu”. Wahai Dlirar, penggallah lehernya !”. Lalu dipenggallah lehernya.

 وَقَدْ تَكَلَّمَ اَبُوْ قَتَادَةَ مَعَ خَالِدٍ فِيْمَا صَنَعَ وَ تَقَاوَلاَ فِي ذلِكَ حَتىَّ ذَهَبَ اَبُوْ قَتَادَةَ فَشَكَاهُ اِلىَ الصّدّيْقِ، وَ تَكَلَّمَ عُمَرُ مَعَ اَبِي قَتَادَةَ فِي خَالِدٍ: وَ قَالَ لِلصّدّيْقِ: اِعْزِلْهُ فَاِنَّ فِي سَيْفِهِ رَهَقًا، فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ لاَ اَشِيْمُ سَيْفًا سَلَّهُ اللهُ عَلَى الْكُفَّارِ، وَ جَاءَ مُتَمّمُ بْنُ نُوَيْرَةَ فَجَعَلَ يَشْكُوْ اِلىَ الصّدّيْقِ خَالِدًا، وَ عُمَرُ يُسَاعِدُهُ فَوَدَاهُ مِنْ عِنْدِهِ

Ketika Abu Qatadah mempermasalahkan perbuatan Khalid terhadap Malik, hingga akhirnya Abu Qatadah melaporkan Khalid kepada Abu Bakar, ‘Umar berbincang dengan Qatadah tentang masalah Khalid ini hingga ‘Umar berkata kepada Abu Bakar, “Pecatlah Khalid dari jabatannya, sesungguhnya pedangnya terlampau kejam”. Namun Abu Bakar menjawab, “Aku tidak akan menyarungkan pedang yang dihunus oleh Allah untuk memerangi orang-orang kafir”. Setelah itu Mutammim bin Nuwairah datang melaporkan kepada Abu bakar Ash-Shiddiq atas perbuatan Khalid (dan menuntut diyat), dan ‘Umar membantunya hingga akhirnya Abu Bakar Ash-Shiddiq membayar diyat untuknya.

لَمْ يَزَلْ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ رض يُحَرّضُ الصّدّيْقَ وَ يَذْمُرُهُ عَلَى عَزْلِ خَالِدٍ عَنِ اْلاِمْرَةِ وَ يَقُوْلُ: اِنَّ فِي سَيْفِهَ لَرَهَقًا، حَتَّى بَعَثَ الصّدّيْقُ اِلىَ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيْدِ فَقَدِمَ عَلَيْهِ الْمَدِيْنَةَ، وَ قَدْ لَبِسَ دِرْعَهُ الَّتِي مِنْ حَدِيْدٍ، وَ قَدْ صَدِئَ مِنْ كَثْرَةِ الدّمَاءِ، وَ غَرَزَ فِي عِمَامَتِهِ النَّشَابَ الْمُضَمَّخَ بِالدّمَاءِ، فَلَمَّا دَخَلَ الْمَسْجِدَ قَامَ اِلَيْهِ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَانْتَزَعَ اْلاَسْهُمَ مِنْ عِمَامَةِ خَالِدٍ فَحَطَمَهَا، وَقَالَ: اَرِيَاءٌ قَتَلْتَ امْرَأً مُسْلِمًا ثُمَّ نَزَوْتَ عَلَى امْرَأَتِهِ، وَاللهِ لاَرْجُمَنَّكَ بِالْجَنَادِلِ. وَ خَالِدٌ لاَ يُكَلّمُهُ، وَ لاَ يَظُنُّ اِلاَّ اَنْ رَأَى الصّدّيْقُ فِيْهِ كَرَأْيِ عُمَرَ، حَتَّى دَخَلَ عَلَى اَبِي بَكْرٍ فَاعْتَذَرَ اِلَيْهِ فَعَذَرَهُ وَتَجَاوَزَ عَنْهُ مَا كَانَ مِنْهُ فِي ذلِكَ وَ وَدَى مَالِكَ بْنَ نُوَيْرَةَ،

‘Umar masih terus-menerus menganjurkan dan mendorong Abu Bakar Ash-Shiddiq agar memecat kedudukan Khalid, ia berkata, “Sesungguhnya pedangnya terlampau kejam !”. Hingga akhirnya Abu Bakar Ash-Shiddiq mengirim utusan agar membawa Khalid ke Madinah. Khalid datang ke Madinah masih memakai baju perangnya yang terbuat dari besi yang di sana-sini mulai berkarat disebabkan terkena darah.

Dan ia menancapkan anak-anak panah yang berlumuran darah di sorbannya. Setelah Khalid masuk masjid, lalu ‘Umar bin khaththab bangkit lalu mengambil panah-panah yang ada di sorbannya Khalid dan menghancurkannya, ‘Umar berkata, “Apakah kamu ingin pamer ? Kamu telah membunuh orang Islam, lalu kamu kawini istrinya. Demi Allah, aku pasti akan merajammu dengan batu-batu besar”. Khalid diam tidak menjawab perkataan ‘Umar, dan ia tidak menyangka melainkan pendapatnya Abu Bakar sama seperti pendapatnya ‘Umar, sehingga ia masuk kepada Abu Bakar, lalu mengemukakan alasannya. Ternyata Abu Bakar mamaafkan perbuatannya, dan membayar diyatnya Malik bin Nuwairah.

فَخَرَجَ مِنْ عِنْدِهِ وَ عُمَرُ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ، فَقَالَ خَالِدٌ: هَلُمَّ اِلَيَّ يَا ابْنَ اُمّ شَمْلَةَ، فَلَمْ يَرِدْ عَلَيْهِ وَ عَرَفَ اَنَّ الصّدّيْقَ قَدْ رَضِيَ عَنْهُ، وَ اسْتَمَرَّ اَبُوْ بَكْرٍ بِخَالِدٍ عَلى اْلاِمْرَةِ،

Kemudian ia keluar dari tempatnya Abu Bakar, sedangkan ‘Umar duduk di dalam masjid, lalu Khalid  berkata, “Kemarilah wahai putra Ummu syamlah”, Tetapi ‘Umar tidak datang kepadanya, karena tahu bahwa Abu Bakar telah ridla kepadanya dan meneruskan kepemimpinan Khalid.

اِنْ كَانَ قَدِ اجْتَهَدَ فِي قَتْلِ مَالِكِ بْنِ نُوَيْرَةَ وَ اَخْطَأَ فِي قَتْلِهِ، كَمَا اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَمَّا بَعَثَهُ اِلىَ بَنِي جَذِيْمَةَ فَقَتَلَ اُولئِكَ اْلاُسَارَى الَّذِيْنَ قَالُوْا: صَبَأْنَا صَبَأْنَا، وَلَمْ يُحْسِنُوْا اَنْ يَقُوْلُوْا: اَسْلَمْنَا، فَوَدَاهُمْ رَسُوْلُ اللهِ ص حَتَّى رَدَّ اِلَيْهِمْ مِلْيَغَةَ الْكَلْبِ، وَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ: اَللّهُمَّ اِنّي اَبْرَأُ اِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدٌ، وَ مَعَ هذَا لَمْ يُعْزَلْ خَالِدٌ عَلَى اْلاِمْرَةِ

Sebenarnya Khalid telah berijtihad ketika membunuh Malik bin Nuwairah dan keliru dalam ijtihadnya, sebagaimana pernah juga Khalid ketika diutus oleh Rasulullah SAW kepada Bani Jadzimah Khalid membunuh para tawanan tersebut karena mengatakan, “shaba’naa, shaba’naa (maksud mereka sebenarnya “Kami telah masuk Islam, kami telah masuk Islam). Mereka mengatakannya demikian karena mereka sulit mengucapkan “Aslamnaa” (kami telah masuk Islam). Akhirnya Rasulullah SAW membayar diyat para tawanan tersebut dan Rasulullah mengembalikan bejana tempat  minum anjing milik mereka. Beliau berdoa sambil mengangkat tangan, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang diperbuat Khalid”. Walaupun demikian Rasulullah SAW tidak memecatnya dari jabatannya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 714]

Peristiwa yang terjadi dimasa Rasulullah tersebut diriwayatkan juga oleh Bukhari sebagai berikut :

عَنْ سَالِمٍ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: بَعَثَ النَّبِيُّ ص خَالِدَ بْنَ اْلوَلِيْدِ اِلىَ بَنِى جَذِيْمَةَ فَدَعَا هُمْ اِلىَ اْلاِسْلاَمِ فَلَمْ يُحْسِنُوْا اَنْ يَقُوْلُوْا اَسْلَمْنَا فَجَعَلُوْا يَقُوْلُوْنَ: صَبَأْنَا صَبَأْنَا. فَجَعَلَ خَالِدٌ يَقْتُلُ مِنْهُمْ وَ يَأْسِرُ وَ دَفَعَ اِلىَ كُلّ رَجُلٍ مِنَّا أَسِيْرَهُ حَتَّى اِذَا كَانَ يَوْمٌ اَمَرَ خَالِدٌ اَنْ يَقْتُلَ كُلُّ رَجُلٍ مِنَّا أَسِيْرَهُ فَقُلْتُ: وَ اللهِ لاَ اَقْتُلُ أَسِيْرِى، وَ لاَ يَقْتُلُ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِى اَسِيْرَهُ حَتَّى قَدِمْنَا عَلَى النَّبِيّ ص فَذَكَرْنَاهُ لَهُ فَرَفَعَ النَّبِيُّ ص يَدَهُ فَقَالَ: اَللّهُمَّ اِنّى اَبْرَأُ اِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدٌ مَرَّتَيْنِ. البخارى 5: 107

Dari Salim dari ayahnya, ia berkata : Nabi SAWpernah mengutus Khalid bin Walid ke Banu Jadzimah. Ia mengajak mereka masuk Islam, lalu mereka tidak mengatakan, "Kami masuk Islam", tetapi mereka berkata, "Kami berganti agama, kami berganti agama" (maksud mereka : Kami mau menerima Islam). Lalu Khalid membunuh sebagian diantara mereka dan menawannya, dan ia menyerahkan tawanan kepada setiap orang diantara kami. Sehingga pada suatu hari Khalid menyuruh setiap orang diantara kami untuk membunuh tawanannya. Maka saya berkata, "Demi Allah, saya tidak akan membunuh tawananku, dan tidak ada seorangpun diantara teman-temanku yang membunuh tawanannya, sehingga kami datang kepada Nabi SAW. Lalu kami menceritakan hal itu kepada beliau. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang telah diperbuat Khalid". Beliau berdoa demikian dua kali. [HR. Bukhari juz 5, hal. 107]

Muhammad bin Syakir mengemukakan pendapatnya dengan berkata:

ومما يؤيد خالد وأن مالكاً مات مرتداً أن متمماً لما أنشد عمر مراثيه في مالك قال له عمر: والله لوددت أني أحسن الشعر فأرثي أخي زيداً بمثل ما رثيت أخاك، فقال متمم: لو أن أخي مات على ما مات عليه أخوك ما رثيته، فقال عمر رضي الله عنه ما عزاني أحد عن أخي بأحسن مما عزاني به متمم.

Bermaksud: Di antara perkara yang menyokong Khalid bahawa Malik bin Nuwairah mati dalam keadaan murtad ialah sesungguhnya Mutammim (saudara Malik bin Nuwairah) telah memperdengarkan syair ratapannya kerana kematian Malik di hadapan Sayyidina Umar r.a. lalu Sayyidina Umar r.a berkata kepadanya: “Demi Allah! Seandainya aku seorang penyair yang baik, aku juga akan mengucapkan syair ratapan di atas kematian saudaraku Zaid”. Lalu Mutammim bin Nuwairah berkata: “Sekiranya saudara saya meninggal dunia sebagaimana saudara tuan (mati dalam keadaan Islam), tentulah saya bersyair meratapinya”. Lalu Sayyidina Umar r.a. berkata: “Tidak ada seorangpun menyampaikan ucapan takziah kepadaku kerana kematian saudaraku lebih baik daripada apa yang diucapkan oleh Mutammim bin Nuwairah”.( Fawaat al-Wafayaat jil. 3 hal. 23. Syair dan kisah dialog antara Sayyidina Umar r.a. dan Mutammim tersebut dinukilkan oleh Abu Bakr Ahmad bin Marwan ad-Dinwari melalui beberapa sanad di dalam kitabnya Al-Mujalasah wa Jawahir al-Ilm jil. 7 hal. 226, jil. 5 hal. 188 dan jil. 3 hal. 72. Riwayat yang sama juga terdapat di dalam kitab Bulugh al-Arab jil. 2 hal. 172)

Jelas daripada apa yang dikemukakan ini menunjukkan bahawa saudara Malik bin Nuwairah iaitu Mutammim meratapi Malik kerana ia mati dalam keadaan murtad.

Masalah kedua yang ditimbulkan Syi’ah berkaitan peristiwa ini ialah mengapa Sayyidina Abu Bakar r.a. tidak mengenakan hukum had ke atas Khalid bin al-Walid yang telah membunuh Malik bin Nuwairah dan kabilahnya. Umar dan Ali r.a. mahu supaya Khalid dihukum rejam. Mereka mengemukakan rujukan antaranya al-Isabah jil. 3 hlm.336.

Kalau diperhatikan kepada kitab-kitab sejarah maka akan jelaslah mengapa Abu Bakar r.a. tidak mahu mengenakan hukuman had terhadap Khalid di atas apa yang telah berlaku. Kalaulah dikatakan bahawa Khalid r.a. memang bersalah di atas apa yang dilakukan olehnya maka Abu Bakar r.a. mempunyai alasan mengapa dia tidak mengenakan hukuman terhadap Khalid r.a. tetapi kalau diperhatikan kepada riwayat-riwayat yang dikemukakan sebelum ini jelas bahawa kesilapan bukan datangnya daripada Khalid r.a. tetapi orang lain seperti di dalam fakta pertama dan berdasarkan fakta-fakta yang lain Khalid r.a. tidak bersalah di dalam tindakannya. Di antara alasan yang dikemukakan oleh Abu Bakar r.a. di dalam dialognya dengan Umar r.a. ialah:

قال عمر لأبي بكر: إِن خالداً قد زنى فارجمه، قال: ما كنت أرجمه؛ فإِنه تأول فأخطأ. قال: فإِنه قد قتل مسلماً فاقتله، قال: ما كنت أقتله فإِنه تأول فأخطأ. قال فاعزله، قال ما كنت أغمد سيفاً سله الله عليهم.

Umar r.a. berkata kepada Abu Bakar r.a.: “Sesungguhnya Khalid telah berzina maka rejamlah dia”. Abu Bakar r.a. menjawab: “Aku tidak akan merejamnya kerana dia telah mentakwilkan tetapi dia tersilap”. Umar berkata lagi: “Sesungguhnya dia telah membunuh seorang muslim maka bunuhlah dia”. Abu Bakar menjawab: “Aku tidak akan membunuhnya kerana dia telah mentakwilkan tetapi dia tersilap”. Umar r.a. berkata lagi: “Pecatlah dia”. Abu Bakar r.a. menjawab: “Aku tidak akan menyarungkan pedang yang telah dihunuskan oleh Allah terhadap mereka (orang-orang kafir)”.( Al-Mukhtasar fi Akhbar Khair al-Basyar jil. 1 hal. 108. Tarikh Abi al-Fida’ jil. 1 hal. 242, Al-Isabah fi Tamyiz as-Sahabah jil. 5 hal. 754, Tarikh Ibnu Khaldun jil. 2 hal. 73)

Begitu juga di dalam riwayat-riwayat yang lain alasan yang diberikan oleh Sayyidina Abu Bakar r.a. hampir sama dengan riwayat di atas. Alasan yang diberikan oleh beliau mempunyai asasnya kerana berlaku peristiwa yang hampir sama kepada Khalid r.a. ketika Rasulullah s.a.w. menghantarkan beliau kepada Bani Jazimah sebagaimana yang direkodkan oleh Imam al-Bukhari di dalam sahihnya:

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ إِلَى بَنِي جَذِيمَةَ فَلَمْ يُحْسِنُوا أَنْ يَقُولُوا أَسْلَمْنَا فَقَالُوا صَبَأْنَا صَبَأْنَا فَجَعَلَ خَالِدٌ يَقْتُلُ وَيَأْسِرُ وَدَفَعَ إِلَى كُلِّ رَجُلٍ مِنَّا أَسِيرَهُ فَأَمَرَ كُلَّ رَجُلٍ مِنَّا أَنْ يَقْتُلَ أَسِيرَهُ فَقُلْتُ وَاللَّهِ لَا أَقْتُلُ أَسِيرِي وَلَا يَقْتُلُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِي أَسِيرَهُ فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ مَرَّتَيْنِ

Daripada Ibnu Umar r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. menghantar Khalid bin al-Walid kepada Bani Jazimah maka mereka tidak pandai menyebut (أَسْلَمْنَا) iaitu kami telah memeluk Islam tetapi mereka menyebut (صَبَأْنَا صَبَأْنَا) bermaksud kami telah tinggal agama kepada agama yang lain Khalid pun mula membunuh dan menawan lalu memberikan kepada setiap orang daripada kami tawanannya dengan memerintahkan setiap orang daripada kami supaya membunuh tawanannya. Aku berkata: “Demi Allah! Aku tidak akan membunuh tawananku dan tidak boleh seorangpun dari sahabatku membunuh tawanannya”. Maka kami pun menyebutkan perkara ini kepada Nabi s.a.w. maka Baginda pun berkata: “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlepas diri kepada-Mu daripada apa yang oleh Khalid bin al-Walid” sebanyak dua kali”.( Sahih al-Bukhari Bab Jika Pemerintah Memutuskan Dengan Zalim Ataupun Dengan Keputusan Yang Berjanggah Dengan Keputusan Ahli Ilmu Maka Keputusan Hakim Itu Ditolak. Kisah ini juga terdapat di dalam kitab-kitab hadith dan sejarah yang lain)

Di dalam peristiwa ini walaupun Rasulullah s.a.w. tidak menyenangi apa yang dilakukan oleh Khalid namun begitu Baginda tidak memecat atau menghukumnya di atas kesilapan yang dilakukan olehnya.

Sebagai tambahan tiada dikemukakan di dalam mana-mana kitab sejarah bahawa Sayyidina Ali r.a. turut sama mendesak supaya Abu Bakar r.a. supaya menghukum Khalid r.a.

Masalah ketiga berkaitan peristiwa ini ialah berkenaan kononnya Khalid telah berzina dengan isteri Malik atau berkahwin sebelum habis eddahnya.

Berlaku percanggahan di dalam riwayat-riwayat sejarah berkenaan perkara ini. Namun begitu kebanyakan kitab sejarah menyebutkan dengan jelas bahawa Khalid telah berkahwin dengan Ummu Tamim (antaranya ialah al-Isabah jil. 5 hal. 754, Fawaat al-Wafayaat jil. 3 hal. 23) dan sebahagiannya dengan jelas mengatakan bahawa ia berlaku setelah selesai eddahnya.(antaranya ialah al-Mukhtasar fi Akhbar Khair al-Basyar jil. 1 hal. 108, Tarikh Abi al-Fida’ jil. 1 hal. 242, Tarikh ath-Thabari jil. 2 hal. 253)

Di antara sejarawan yang mengatakan bahawa beliau berkahwin dengan Ummu Tamim ialah Ibnu Kathir. Selepas mengemukakan kisah yang telah berlaku beliau berkata:

واصطفى خالد امرأة مالك بن نويرة، وهي أم تميم ابنة المنهال، وكانت جميلة، فلما حلت بني بها

Dan Khalid telah memilih isteri Malik bin Nuwairah iaitu Ummu Tamim binti Minhal. Ia adalah seorang yang cantik. Bilamana telah habis eddahnya maka Khalid tinggal bersama dengannnya.(Al-Bidayah wa an-Nihayah jil. 6 hal. 354)

Berdasarkan kepada fakta-fakta tersebut maka boleh dikatakan andaikata terdapat riwayat yang mengatakan Khalid telah berzina dengan Ummu Tamim atau berkahwin dan bersama dengannya sebelum tamat eddahnya maka ianya berlaku disebabkan kekeliruan yang mungkin timbul daripada sebahagian perawi.

Kisah Terbunuhnya Musailamah alkadzab


Di antara keyakinan di dalam agama Islam yang tidak dapat diganggu gugat adalah bahwa nabi Muhammad bin Abdullah Al-Hasyimi Al-Qurasyi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah kepada seluruh bangsa di dunia, dari kalangan jin dan manusia. Dan bahwa beliau adalah penutup seluruh para nabi dan rasul, tidak ada lagi nabi dan rasul setelah beliau. Maka barangsiapa mengaku sebagai nabi atau rasul, pembawa syari’at baru atau tanpa syari’at baru, setelah nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau membenarkan pengakuan seseorang sebagai nabi, sesungguhnya ikatan Islam telah lepas dari dirinya.

Diriwayatkan

وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي .

“Sesungguhnya akan ada tiga puluh orang pendusta di tengah umatku. Mereka semua mengaku nabi. Padahal, aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.”

Takhrij

Hadits ini diriwayatkan Abu Dawud (3710), At-Tirmidzi (2145), Ibnu Majah (3942), Ahmad (21361), Al-Baihaqi dalam Dala`il An-Nubuwwah (2901), Ibnu Wadhdhah dalam Al-Bida’ (249), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (8509), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (7361), dan Ath-Thabarani dalam Musnad Asy-Syamiyyin (2623); dari Tsauban bin Bujdud RA. At-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih.” Al-Hakim berkata, “Hadits ini shahih menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim, namun mereka berdua tidak mengeluarkannya.” Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Tahqiq Misykat Al-Mashabih (5406), Shahih Sunan Abi Dawud (4252), Shahih Sunan At-Tirmidzi (2219), dan Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir (2654).

Dengan matan sedikit berbeda, hadits tentang akan munculnya nabi palsu juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3340), Muslim (7526), At-Tirmidzi (2144), Ahmad (6930), dan Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (199); dari Abu Hurairah RA.

Ats-Tsauriy berkata : Diriwayatkan dari Qais bin Muslim dari Thariq bin Syihab, ia berkata :

لَمَّا قَدِمَ وَفْدُ بُزَاخَةَ - اَسَدٌ وَ غَطَفَانُ - عَلَى اَبِي بَكْرٍ يَسْأَلُوْنَهُ الصُّلْحَ، خَيَّرَهُمْ اَبُوْ بَكْرٍ بَيْنَ حَرْبٍ مُجْلِيَةٍ اَوْ حِطَّةٍ مُخْزِيَةٍ، فَقَالُوْا: يَا خَلِيْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ اَمَّا اْلحَرْبُ اْلمُجْلِيَةُ فَقَدْ عَرَفْنَاهَا، فَمَا اْلحِطَّةُ اْلمُخْزِيَةُ ؟ قَالَ: تُؤْخَذُ مِنْكُمُ اْلحَلْقَةُ وَ اْلكُرَاعُ وَ تَتْرُكُوْنَ اَقْوَامًا يَتَّبِعُوْنَ اَذْنَابَ اْلاِبِلِ حَتَّى يَرَى اللهُ خَلِيْفَةَ نَبِيّهِ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ اَمْرًا يُعَذّرُوْنَكُمْ بِهِ، وَ تُؤَدُّوْنَ مَا اَصَبْتُمْ مِنَّا، وَ لاَ نُؤَدّيْ مَا اَصَبْنَا مِنْكُمْ، و تَشْهَدُوْنَ اَنَّ قَتْلاَنَا فِي اْلجَنَّةِ وَ اَنَّ قَتْلاَكُمْ فِي النَّارِ، وَ تَدُوْنَ قَتْلاَنَا وَ لاَ نَدِي قَتْلاَكُمْ. البداية و النهاية.6: 711

Ketika utusan Buzakhah datang, yaitu Bani Asad dan Ghathafaan kepada Abu Bakar meminta perdamaian, maka Abu Bakar memberikan kepada mereka dua pilihan. Pilihan pertama, peperangan yang mengusir, atau pilihan kedua, perdamaian yang menghinakan. Mereka bertanya, "Wahai Khalifah Rasulullah, adapun peperangan yang mengusir, kami sudah paham, lalu apa yang dimaksud dari perdamaian yang menghinakan ?".Beliau berkata, "Akan diambil dari kalian seluruh tanah kalian, kemudian kalian biarkan orang-orang lain membajak sawah ladang kalian, sehingga Allah mmperlihatkan kepada khalifah nabi-Nya dan kaum mu'minin perkara yang dapat memberikan keringanan bagi kalian, Kemudian kalian wajib membayar apa yang kalian dapatkan dari kami, dan kami tidak membayar dari apa yang kami dapatkan dari kalian. Kalian harus bersaksi bahwa orang yang terbunuh dari kami masuk surga dan orang yang terbunuh dari kalian masuk neraka. Kalian harus membayar denda terhadap orang-orang yang terbunuh dari kami, tetapi kami tidak membayar denda dari orang yang terbunuh dari kalian. Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 711]

'Umar berkata, "Adapun perkataanmu "Kalian membayar diyat (denda) terhadap orang kami yang terbunuh", itu tidak sesuai bagi mereka, sebab tentara kita terbunuh dalam rangka menjalankan perintah Allah. Oleh karena itu tidak ada diyatnya”. Pada awwalnya 'Umar tidak setuju dengan pendapat Abu Bakar itu, namun akhirnya ia mengatakan, "Benar pendapatmu".

Kisah Ummu Ziml

Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah, Ibnu Katsir menyebutkan sebagai berikut :

كَانَ قَدِ اجْتَمَعَ طَائِفَةٌ كَثِيْرَةٌ مِنَ اْلفَلاَلِ يَوْمَ بُزَاخَةَ مِنْ اَصْحَابِ طُلَيْحَةَ مِنْ بَنِي غَطَفَانَ فَاجْتَمَعُوْا اِلَى امْرَأَةِ يُقَالُ لَهَا: اُمُّ زِمْلٍ (سَلْمَى بِنْتُ مَلِكِ بْنِ حُذَيْفَةَ)  وَ كَانَتْ مِنْ سَيّدَاتِ اْلعَرَبِ، كَاُمّهَا اُمّ قِرْفَةَ، وَ كَانَ يَضْرِبُ بِاُمّهَا اْلمَثَلُ فِي الشَّرَفِ لِكَثْرَةِ اَوْلاَدِهَا وَ عِزَّةِ قَبِيْلَتِهَا وَ بَيْتِهَا، فَلَمَّا اجْتَمَعُوْا اِلَيْهَا ذَمَرَتْهُمْ لِقِتَالِ خَالِدٍ، فَهَاجَوْا لِذلِكَ، وَ نَاشَبَ اِلَيْهِمْ اخَرُوْنَ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ وَ طَيّئٍ وَ هَوَازِنَ و اَسَدٍ، فَصَارُوْا جَيْشًا كَثِيْفًا وَ تَفَحَّلَ اَمْرُ هذِهِ اْلمَرْأَةِ، فَلَمَّا سَمِعَ بِهِمْ خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ سَارَ اِلَيْهِمْ، وَ اقْتَتَلُوْا قِتَالاً شَدِيْدًا وَ هِيَ رَاكِبَةٌ عَلَى جَمَلِ اُمّهَا الَّذِيْ كَانَ يُقَالُ لَهُ مَنْ يَمَسَّ جَمَلَهَا فَلَهُ مِائَةٌ مِنَ اْلاِبِلِ وَ ذلِكَ لِعِزّهَا، فَهَزَمَهُمْ خَالِدٌ وَ عَقَرَ جَمَلَهَا وَ قَتَلَهَا وَ بَعَثَ بِاْلفَتْحِ اِلَى الصّدّيْقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. البداية و النهاية 6: 711

Para pengikut Thulaihah dari Bani Ghathafaan telah berkumpul di bawah pimpinan seorang wanita yang bernama Ummu Ziml Salma binti Malik bin Hudzaifah (di suatu tempat yang disebut Dhafar). Wanita ini termasuk bangsawan Arab, ibunya bernama Qirfah, beliau sangat terkenal dengan kemuliaannya. Ketika orang-orang tersebut berkumpul di sekelilingnya, ia memberikan semangat dan dorongan agar mereka menyerang Khalid. Maka semangat mereka menjadi bangkit, apalagi setelah bergabungnya Banu Sulaim, Thayyi', Hawazin dan Bani Asad bersama mereka. Terkumpullah pada mereka pasukan yang banyak, dan semakin kokoh pula kedudukan wanita ini.

Ketika Khalid mendengar berita ini, ia segera berangkat menuju mereka. Maka terjadilah pertempuran yang hebat. Wanita itu mengendarai unta ibunya, yang konon katanya, "Barangsiapa bisa menyentuh unta jantan ini, ia akan mendapatkan seratus unta". Yang demikian itu disebabkan kemuliaannya. Namun Khalid berhasil mengalahkan mereka dan berhasil menyembelih unta tersebut, dan membunuh wanita itu. Setelah itu Khalid mengirim utusan untuk membawa berita gembira kemenangan ini kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 711]

Ketika banyak orang yang murtad dari Islam, penduduk Bani Tamim berbeda-beda pendapatnya. Sebagian dari mereka ada yang murtad dan enggan membayar zakat, sebagian lainnya masih tetap membayar zakat kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dan ada pula yang berdiam diri, tidak mengambil sikap, sambil melihat situasi. Dalam kondisi yang demikian, datanglah Sajaah binti Haarits bin Suwaid bin 'Uqfan At-Taghlibiyah dari Al-Jaziirah, ia dari kalangan Nashrani 'Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Ia didukung oleh para pengikutnya dan orang-orang yang bergabung dengan pasukannya, dan mereka sepakat untuk menyerang Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.

Ketika melewati negeri Bani Tamim, dia mengajak Bani Tamim untuk bergabung dengannya. Ternyata banyak dari kalangan awwam mengikuti ajakannya. Diantara mereka adalah Malik bin Nuwairah At-Tamimi, 'Utharid bin Hajib dan sekelompok pembesar Bani Tamim. Sementara itu di sisi lain sebagian Bani Tamim tidak mau mengikuti seruannya. Kemudian mereka sepakat agar tidak terjadi peperangan diantara mereka. Namun ketika Malik bin Nuwairah akan meninggalkan Sajaah, ia memalingkan keinginannya dan memberikan semangat kepada Sajaah untuk menaklukkan Bani Yarbu'. Akhirnya mereka sepakat untuk memerangi banyak orang.

Mereka bertanya, "Siapa yang pertama kali kita perangi ?". Maka Sajaah menjawab dengan sajaknya :

Siapkan pasukan berkuda,

                        Bersiap-siaplah untuk merampas,

Kemudian serbulah Rabbab

                        Sebab mereka tidak memiliki perlindungan

Setelah itu Bani Tamim berhasil merubah keputusan Sajaah. Kemudian Sajaah dan pasukannya berangkat ke Yamamah untuk memerangi Musailimah bin Habib Al-Kadzdzaab. Namun kaumnya segan terhadap Musailimah, karena mereka mendengar tentang kekuasaannya yang besar. Kaumnya berkata, "(Musailimah itu) kekuasaannya sangat besar dan kuat". Sajaah berkata kepada kaumnya, "Hendaklah kalian pergi ke Yamamah dan pukullah genderang perang seperti pukulan merpati, sesungguhnya peperangan pasti terjadi dan kalian tidak akan mendapat cela setelah itu". Maka mereka bersiap-siap untuk memerangi Musailimah.

Ketika Musailimah mendengar keberangkatan mereka menuju negerinya, dia merasa takut terhadap wanita itu yang akan merampas negerinya. Apalagi dia sedang sibuk bersiap-siap memerangi Tsumamah bin Utsal, ditambah lagi Tsumamah dibantu 'Ikrimah bin Abu Jahl dengan seluruh tentara kaum muslimin yang pada waktu itu mereka sedang singgah di dekat negerinya menunggu kedatangan Khalid bin Walid.

Maka Musailimah segera mengirim utusan kepada Sajaah meminta perlindungan kepadanya dan berjanji akan memberikan separo dari hasil bumi yang dahulu untuk orang Quraisy jika dia mengurungkan niatnya. Bahkan dia mengirim surat kepadanya untuk bertemu dengannya di tengah-tengah kaumnya, lalu Musailimah segera menemuinya dengan membawa empat puluh orang penunggang kuda, mereka bertemu dalam satu kemah. Ketika keduanya bertemu dan Musailimah menawarkan padanya separo dari hasil bumi, maka  Sajaah langsung menerima tawaran tersebut.

Musailimah berkata, "Allah akan mendengar orang yang mendengar, dan akan memberikan baginya kebaikan dengan ambisinya, urusannya pasti akan berjalan dengan lancar”. Setelah itu Sajaah berkata, "Aku bersaksi bahwa kamu adalah seorang Nabi". Kemudian Musailimah bertanya, "Maukah kamu aku nikahi, dan dengan itu kita akan memiliki seluruh harta 'Arab ?". Sajaah menjawab, "Ya, aku mau". Kemudian Sajaah tinggal bersama Musailimah tiga hari, setelah itu dia kembali kepada kaumnya.

Kaumnya bertanya kepada Sajaah, "Apa mahar pernikahanmu ?". Dia menjawab, "Musailimah tidak memberikan mahar padaku sedikitpun". Mereka berkata, "Alangkah jeleknya seorang wanita terhormat seperti dirimu dinikahi tanpa mahar", lalu Sajaah mengirim utusan kepada Musailimah untuk meminta maharnya. Musailimah berkata kepadanya, "Kirimkan padaku seorang muadzdzin kalian". Lalu Sajaah mengirimkan muadzdzin, yaitu Syabat bin Rib'iy. Musailimah berkata kepadanya, "Serukan di tengah-tengah kaummu bahwa Musailimah bin Habib utusan Allah telah mengurangi dua shalat yang diajarkan Muhammad kepada kalian, yaitu shalat Shubuh dan 'Isyak. Itulah mahar dari Musailimah untuk Sajaah".

Setelah itu Sajaah kembali ke negerinya, yang demikian itu ketika ia mendengar bahwa tentara Khalid telah mendekat ke negeri Yamamah. Dia kembali ke Al-Jaziirah setelah memungut separo hasil bumi Yamamah dari Musailimah. Setelah itu dia menetap di tengah-tengah kaumnya, yakni Bani Taghlib, hingga zaman Mu'awiyah RA. Dan terakhir Mu'awiyah mengusir mereka pada tahun jama'ah, (yakni tahun 40 Hijriyah). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 714]

Kisah Terbunuhnya Musailamah

Di dalam tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

ثُمَّ تَذَامَرَ الصَّحَابَةُ بَيْنَهُمْ وَ قَالَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ: بِئْسَ مَا عَوّدْتُمْ اَقْرَانُكُمْ، وَ نَادَوْا مِنْ كُلّ جَانِبٍ: اَخْلِصْنَا يَا خَالِدُ، فَخَلَصَتْ ثُلَّةٌ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ

Situasi semakin genting, lalu para shahabat saling memberi semangat, Tsabit bin Qais bin Syammas menyerukan, “Alangkah jelek perbuatan kalian terhadap rekan-rekan kalian”. Ia mulai menyeru ke setiap penjuru, “Bantulah kami wahai Khalid”. Lalu sebagian dari kaum Muhajirin dan Anshar berdatangan membantu.

وَ حَمَى الْبَرَاءُ بْنُ مَعْرُوْرٍ، وَ كَانَ اِذَا رَأَى الْحَرْبَ أَخَذَتْهُ الْعِرْوَاءُ فَيَجْلِسُ عَلَى ظَهْرِ الرّحَالِ حَتَّى يَبُوْلَ فِي سَرَاوِيْلِهِ، ثُمَّ يَثُوْرُ كَمَا يَثُوْرُ اْلاَسَدُ. وَ قَاتَلَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ قِتَالاً لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ.وَجَعَلَتِ الصَّحَابَةُ يَتَوَاصَوْنَ بَيْنَهُمْ وَ يَقُوْلُوْنَ: يَا اَصْحَابَ سُوْرَةِ اْلبَقَرَةِ، بَطَلَ السّحْرُ الْيَوْمَ. وَ حَفَرَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ لِقَدَمَيْهِ فِي اْلاَرْضِ اِلَى اَنْصَافِ سَاقَيْهِ، وَ هُوَ حَامِلُ لِوَاءِ اْلاَنْصَارِ بَعْدَ مَا تَحَنَّطَ وَ تَكَفَّنَ، فَلَمْ يَزَلْ ثَابِتًا حَتَّى قُتِلَ هُنَاكَ

Disebutkan bahwa Al-Baraa’ bin Ma’rur jika melihat peperangan bergejolak, semangatnya terbakar, dirinya bergetar hebat, lalu ia duduk di atas punggung kendaraannya hingga terkencing-kencing dalam celananya. Kemudian ia menyerang laksana singa. Dan kaum Bani Hanifah pada waktu itu berperang luar biasa. Para shahabat saling berpesan satu dengan lainnya dan saling berkata, “Wahai penghafal surat Al-Baqarah, hari ini sihir akan hancur”. Adapun Tsabit bin Qais telah mengubur kedua kakinya ke dalam lubang hingga pertengahan kedua betisnya, sambil membawa panji Anshar setelah memakai minyak wangi dan kain kafan, dia tetap tegar di tempat itu hingga akhirnya terbunuh di tempat tersebut.

وَقَالَ الْمُهَاجِرُوْنَ لِسَالِمٍ مَوْلَى اَبِي حُذَيْفَةَ: اَ تَخْشَى اَنْ نُؤْتَى مِنْ قِبَلِكَ؟ فَقَالَ: بِئْسَ حَامِلُ اْلقُرْآنِ اَنَا اِذًا، وَ قَالَ زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ: اَيُّهَا النَّاسُ عَضُّوْا عَلَى اَضْرَاسِكُمْ وَ اضْرِبُوْا فِي عَدُوّكُمْ وَ امْضُوْا قَدَمًا، وَ قَالَ: وَ اللهِ لاَ اَتَكَلَّمُ حَتَّى يَهْزِمَهُمُ اللهُ اَوْ اَلْقَى اللهَ فَاُكَلّمَهُ بِحُجَّتِي، فَقُتِلَ شَهِيْدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Orang-orang Muhajirin berkata kepada Salim Maula Abu Hudzaifah, “Apakah engkau tidak takut jika musuh berhasil menjebol pertahananmu ?”. Dia menjawab, “Kalau hal itu terjadi, alangkah buruk diriku sebagai pembawa Al-Qur’an”.

Zaid bin Al-Khaththab berkata, “Wahai saudara-saudaraku sekalian, gigitlah dengan geraham kalian, dan bunuhlah musuh-musuh kalian, majulah dan seranglah !”. Ia juga berkata, “Demi Allah, aku bersumpah tidak akan berbicara hingga Allah mengalahkan mereka atau sehingga aku bertemu dengan-Nya dan akan aku sampaikan hujjahku !”. Akhirnya ia terbunuh sebagai syahid, semoga Allah meridlainya.

وَ قَالَ اَبُوْ حُذَيْفَةَ: يَا اَهْلَ اْلقُرْآنِ زَيّنُوْا اْلقُرْآنَ بِالْفِعَالِ، وَ حَمَلَ فِيْهِمْ حَتَّى اَبْعَدَهُمْ وَ اُصِيْبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. وَ حَمَلَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ حَتَّى جَاوَزَهُمْ، وَسَارَ لِجِبَالِ مُسَيْلِمَةَ وَ جَعَلَ يَتَرَقَّبُ اَنْ يَصِلَ اِلَيْهِ فَيَقْتُلُهُ، ثُمَّ رَجَعَ ثُمَّ وَقَفَ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ وَ دَعَا الْبَرَازَ، وَ قَالَ: اَنَا ابْنُ الْوَلِيْدِ الْعَوْدِ، اَنَا ابْنُ عَامِرٍ وَ زَيْدٍ، ثُمَّ نَادَى بِشِعَارِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَكَانَ شِعَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ يَا مُحَمَّدَاهْ، وَ جَعَلَ لاَ يَبْرُزُ لَهُمْ اَحَدٌ اِلاَّ قَتَلَهُ، وَ لاَ يَدْنُوْ مِنْهُ شَيْءٌ اِلاَّ اَكَلَهُ

Abu Hudzaifah berkata, “Wahai ahlil Qur’an, hiasilah Al-Qur’an dengan perbuatan kalian”. Kemudian dia menyerbu musuh hingga masuk ke dalam, dan akhirnya iapun terbunuh, semoga Allah meridlainya.

Khalid bin Walid menyerbu ke tempat musuh hingga melewati mereka, dia terus berjalan sambil mencari tendanya Musailimah, kemudian dia kembali dan berdiri diantara dua pasukan sambil menantang untuk perang tanding , ia berteriak, “Aku adalah putra Al-Walid Al-‘Aud, aku Ibnu ‘Amir dan Zaid”. Kemudian ia memanggil dengan syi’ar kaum muslimin, yang ketika itu adalah, “Ya Muhammadaah”. Setiap kali ada yang maju melayaninya pasti akan terbunuh olehnya, dan tidaklah seorang musuh yang mendekat kecuali pasti akan dihabisinya.

وَدَارَتْ رَحَى الْمُسْلِمِيْنَ ثُمَّ اقْتَرَبَ مِنْ مُسَيْلِمَةَ فَعَرَضَ عَلَيْهِ النّصْفَ وَ الرُّجُوْعَ اِلىَ الْحَقّ، فَجَعَلَ شَيْطَانُ مُسَيْلِمَةَ يُلَوّي عُنُقَهُ، لاَ يَقْبَلُ مِنْهُ شَيْئًا، وَكُلَّمَا اَرَادَ مُسَيْلِمَةُ يُقَارِبُ مِنَ اْلاَمْرِ صَرَفَهُ عَنْهُ شَيْطَانُهُ،

Dan bergantilah situasi dan kaum muslimin menguasai keadaan, kemudian Khalid bin Walid mendekati Musailimah, menawarkan kepadanya separo (bumi Yamamah) dan kembali kepada kebenaran, lalu syaithannya Musailimah menggelengkan lehernya, tidak mau menerima apapun darinya. Setiap kali Musailimah ingin menerima tawaran Khalid, maka syaithannya Musailimah memalingkannya.

فَانْصَرَفَ عَنْهُ خَالِدٌ وَ قَدْ مَيَّزَ خَالِدٌ الْمُهَاجِرِيْنَ مِنَ اْلاَنْصَارِ مِنَ اْلاَعْرَابِ، وَ كُلُّ بَنِيْ اَبٍ عَلَى رَايَتِهِمْ، يُقَاتِلُوْنَ تَحْتَهَا، حَتَّى يَعْرِفَ النَّاسُ مِنْ اَيْنَ يُؤْتُوْنَ، وَ صَبَرَتِ الصَّحَابَةُ فِي هذَا الْمَوْطِنِ صَبْرًا لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ، وَلَمْ يَزَالُوْا يَتَقَدَّمُوْنَ اِلَى نُحُوْرِ عَدُوّهِمْ حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِمْ، وَ وَلَّى الْكُفَّارُ اْلاَدْبَارَ، وَاتَّبَعُوْهُمْ يَقْتُلُوْنَ فِي اَقْفَائِهِمْ وَ يَضَعُوْنَ السُّيُوْفَ فِي رِقَابِهِمْ حَيْثُ شَاءُوْا، حَتَّى اَلْجَأُوْهُمْ اِلَى حَدِيْقَةِ الْمَوْتِ،

Kemudian Khalid kembali, dan ia telah memisah-misahkan antara kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan orang-orang ‘Arab. Dan tiap-tiap qabilah masing-masing membawa panji dan berperang di bawah panji mereka. Dengan cara itu orang-orang bisa mengetahui dari mana mereka itu datang. Pada peperangan ini tampak keuletan dan keshabaran para shahabat yang tiada tandingannya. Mereka terus menerus maju ke arah musuh hingga Allah menaklukkan musuh dan orang kafir lari tunggang langgang. Kaum muslimin terus mengejar mereka dan menebas leher-leher mereka, dan mengayunkan pedang menurut yang mereka kehendaki. Hingga akhirnya orang kafir terdesak sampai kepada kebun kematian (hadiqatul maut).

وَ قَدْ اَشَارَ عَلَيْهِمْ مُحَكَّمُ الْيَمَامَةُ وَ هُوَ مُحَكَّمُ بْنُ الطُّفَيْلِ لَعَنَهُ اللهُ بِدُخُوْلِهَا فَدَخَلُوْهَا وَ فِيْهَا عَدُوُّ اللهِ مُسَيْلِمَةُ لَعَنَهُ اللهُ. وَ اَدْرَكَ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ اَبِي بَكْرٍ مُحَكَّمَ بْنَ الطُّفَيْلِ فَرَمَاهُ بِسَهْمٍ فِي عُنُقِهِ وَ هُوَ يَخْطُبُ فَقَتَلَهُ، وَ اَغْلَقَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ الْحَدِيْقَةَ عَلَيْهِمْ، وَ اَحَاطَ بِهِمُ الصَّحَابَةُ.

Pemimpin Yamamah, Muhakkam bin thufail, semoga Allah mela’natnya, telah memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam kebun, maka masuklah seluruhnya ke dalam kebun yang di dalamnya terdapat Musailimah Al-Kadzdzab musuh Allah. ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar melihat Muhakkam bin Thufail, lalu memanahnya dengan anak panah yang menghunjam tepat di lehernya hingga tewas saat sedang berpidato di depan kaumnya. Setelah seluruhnya masuk, Bani Hanifah mengunci pintu kebun tersebut, sementara di luar para shahabat telah mengepung mereka.

وَ قَالَ الْبَرَاءُ بْنُ مَالِكٍ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ اَلْقُوْنِيْ عَلَيْهِمْ فِي الْحَدِيْقَةِ، فَاحْتَمَلُوْهُ فَوْقَ الْجُحَفِ وَ رَفَعُوْهَا بِالرّمَاحِ حَتَّى اَلْقَوْهُ عَلَيْهِمْ مِنْ فَوْقِ سُوْرِهَا، فَلَمْ يَزَلْ يُقَاتِلُهُمْ دُوْنَ بَابِهَا حَتَّى فَتَحَهُ، وَدَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْحَدِيْقَةَ مِنْ حِيْطَانِهَا وَ اَبْوَابِهَا يَقْتُلُوْنَ مَنْ فِيْهَا مِنَ الْمُرْتَدَّةِ مِنْ اَهْلِ الْيَمَامَةِ، حَتَّى خَلَصُوْا اِلىَ مُسَيْلِمَةَ لَعَنَهُ اللهُ، وَ اِذَا هُوَ وَاقِفٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ، وَ هُوَ يُرِيْدُ يَتَسَانَدُ لاَ يَعْقِلُ مِنَ الْغَيْظِ. وَ كَانَ اِذَا اعْتَرَاهُ شَيْطَانُهُ اَزْبَدَ حَتَّى يَخْرُجَ الزَّبَدُ مِنْ شِدْقَيْهِ، فَتَقَدَّمَ اِلَيْهِ وَحْشِيُّ بْنُ حَرْبٍ مَوْلَى جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، قَاتِلُ حَمْزَةَ، فَرَمَاهُ بِحَرْبَتِهِ فَاَصَابَهُ وَ خَرَجَتْ مِنَ الْجَانِبِ اْلآخَرِ، وَ سَارَعَ اِلَيْهِ اَبُوْ دُجَّانَةَ سِمَاكُ بْنُ خَرَشَةَ، فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَسَقَطَ، فَنَادَتِ امْرَأَةٌ مِنَ الْقَصْرِ: وَا اَمِيْرَ اْلوَضَاءَةِ، قَتَلَهُ الْعَبْدُ اْلاَسْوَدُ،

Baraa’ bin Malik kemudian berkata, “Wahai kaum muslimin, lemparkan aku ke dalam kebun !”. Lalu mereka membawanya ke atas tameng besi, dan mengangkatnya dengan beberapa tombak, lalu mereka lemparkan beramai-ramai hingga melewati pagar kebun tersebut. Baraa’ bin Malik terus bertempur di dekat pintu sehingga ia berhasil membuka pintunya. Akhirnya kaum muslimin berhasil masuk ke dalam kebun, baik dari pintunya maupun dari dindingnya, membunuh orang-orang murtad penduduk Yamamah yang berada di dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai ke tempat Musailimah yang terla’nat itu. Waktu itu dia sedang berdiri di salah satu pagar kebun yang berlubang, seolah-olah dia seekor unta jantan abu-abu yang gagah. Dia ingin bersandar dalam keadaan tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena kemarahannya yang memuncak. Biasanya, jika syaithannya datang, maka dia akan mengeluarkan buih dari mulutnya. Lalu Wahsyi bin Harb Maula Jubair bin Muth’im (pembunuh Hamzah) datang mendekatinya dan dengan cepat ia melemparkan tombaknya ke arah Musailimah tepat mengenai dadanya hingga tembus ke belakang. Dengan cepat Abu Dujanah Simak bin Kharasyah datang dan menebasnya dengan pedangnya hingga Musailimah terjatuh. Perempuan dari dalam istana menjerit, “Aduhai malangnya nasib pemimpin kita, dia dibunuh oleh budak hitam” [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 717-718]

Wahsyiy menceritakan sehubungan dengan terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut :

فَلَمَّا قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَخَرَجَ مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابُ، قُلْتُ: لاَخْرُجَنَّ اِلَى مُسَيْلِمَةَ لَعَلّي اَقْتُلُهُ فَاُكَافِئَ بِهِ حَمْزَةَ. قَالَ: فَخَرَجْتُ مَعَ النَّاسِ فَكَانَ مِنْ اَمْرِهِ مَا كَانَ، قَالَ: فَاِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ ثَائِرُ الرَّأْسِ. قَالَ: فَرَمَيْتُهُ بِحَرْبَتِي فَاَضَعُهَا بَيْنَ ثَدْيَيْهِ حَتَّى خَرَجَتْ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ. قَالَ: وَ وَثَبَ اِلَيْهِ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ عَلَى هَامَتِهِ. البخارى 5: 37

Setelah Rasulullah SAW wafat, maka muncullah Musailimah Al-Kadzdzaab. Aku berkata, "Aku akan berusaha mencari Musailimah, semoga aku dapat membunuhnya untuk menebus kesalahanku karena telah membunuh Hamzah, "lalu aku keluar bersama orang-orang yang akan memerangi Musailimah. Sebuah kesempatan yang kutunggu-tunggu. Tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki berdiri di salah satu dinding yang berlubang, seolah-olah ia unta abu-abu yang berambut kusut." Wahsyi melanjutkan ceritanya, "Lalu aku lempar dengan tombakku hingga tepat mengenai di tengah-tengah dadanya sampai tembus ke belakang". Wahsyi berkata, "Lalu seorang laki-laki Anshar menyerangnya dan memenggal kepalanya dengan pedang”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 37]

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...