Rabu, 27 Oktober 2021

PENJELASAN TENTANG KEBERKAHAN HUJAN



Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)

”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS. Al Waqi’ah [56] : 68-69)

Di antara keberkahan hujan adalah manusia dapat minum darinya, serta hewan-hewan ternak dan melata. Ia juga dapat menumbuhkan buah-buahan, pepohonan, dan rerumputan.

Oleh karena itu, air dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup sebagaimana firman Allah ta’ala :

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [QS. Al-Anbiyaa’ : 30].

Padahal mereka menyaksikan semua makhluk tumbuh sedikit demi sedikit dengan jelas dan gamblang. Semuanya itu menunjukkan adanya Pencipta, Yang Membuat semuanya, Berkehendak Memilih, dan Mahakuasa atas segala sesuatu.

فَفِي كُلّ شَيْءٍ لَهُ آيَة ... تَدُلّ علَى أنَّه وَاحد ...

Pada segala sesuatu terdapat tanda (yang menunjukkan kekuasaan)-Nya, bahwa Dia adalah Maha Esa.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ikrimah, bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya, "Apakah pada permulaannya penciptaan malam lebih dahulu, ataukah siang lebih dahulu?" Ibnu Abbas menjawab, "Bagaimanakah menurut kalian, langit dan bumi saat keduanya masih menjadi satu, tentu di antara keduanya tiada lain kecuali hanya kegelapan. Demikian itu agar kalian mengetahui bahwa malam itu terjadi sebelum siang."

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Hatim dari Hamzah ibnu Abu Muhammad, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya menanyakan langit dan bumi yang dahulunya suatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya. Ibnu Umar berkata, " Pergilah kepada syekh itu, lalu tanyakanlah kepadanya, kemudian datanglah kamu kemari dan ceritakanlah kepadaku apa yang telah dikatakannya." Lelaki itu pergi menemui Ibnu Abbas dan menanyakan masalah itu kepadanya. Ibnu Abbas menjawab, "Ya, memang dahulunya langit itu terpadu, tidak dapat menurunkan hujan; dan bumi terpadu (dengannya) sehingga tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan. Setelah Allah menciptakan bagi bumi orang yang menghuninya, maka Dia memisahkan langit dari bumi dengan menurunkan hujan, dan memisahkan bumi dari langit dengan menumbuhkan tetumbuhan." Lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas. Maka Ibnu Umar berkata, "Sekarang aku mengetahui bahwa Ibnu Abbas telah dianugerahi ilmu tentang Al-Qur'an. Dia benar, memang demikianlah pada asal mulanya." Ibnu Umar mengatakan, "Sebelumnya aku sering mengatakan bahwa betapa beraninya Ibnu Abbas dalam menafsirkan Al-Qur'an, sekarang aku mengetahui bahwa dia benar-benar telah dianugerahi ilmu takwil Al-Our'an."

Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa langit ini dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu, tidak dapat menurunkan hujan, lalu menurunkan hujan. Bumi ini juga dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan, lalu dijadikan dapat menumbuhkan tetumbuhan.

Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Saleh Al-Hanafi tentang makna firman-Nya: bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang terpadu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al-Anbiya: 30) Bahwa langit dahulunya menyatu, lalu dipisahkan menjadi tujuh lapis langit; dan bumi dahulunya menyatu, lalu dipisah-pisahkan menjadi tujuh lapis.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, hanya ditambahkan dalam riwayatnya bahwa langit dan bumi menjadi tidak saling berkaitan.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahkan langit dan bumi pada mulanya saling melekat; setelah langit ditinggikan dan ditampakkan darinya bumi ini, maka kejadian inilah yang disebutkan 'pemisahan' dalam Al-Qur'an.

Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa langit dan bumi merupakan suatu yang terpadu, lalu dipisahkan di antara keduanya oleh udara ini.

Firman Allah Swt.:

{وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ}

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.(Al-Anbiya: 30)

Yakni air merupakan asal mula dari semua makhluk hidup.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو الْجَمَاهِرِ ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنِ أَبِي مَيْمُونَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِذَا رَأَيْتُكَ قَرَّتْ عَيْنِي، وَطَابَتْ نَفْسِي، فَأَخْبِرْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ، قَالَ: "كُلُّ شَيْءٍ خُلِقَ مِنْ مَاءٍ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Jamahir, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Abu Maimunah, dari Abu Hurairah, bahwa ia pernah berkata kepada Nabi Saw., "Wahai Nabiyullah, apabila aku melihatmu pandanganku menjadi tenang dan hatiku senang. Maka ceritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu." Rasulullah Saw. bersabda:Segala sesuatu diciptakan dari air.

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، عَنِ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي إِذَا رَأَيْتُكَ طَابَتْ نَفْسِي، وَقَرَّتْ عَيْنِي، فَأَنْبِئْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ. قَالَ: "كُلُّ شَيْءٍ خُلِقَ مِنْ مَاءٍ" قَالَ: قُلْتُ: أَنْبِئْنِي عَنِ أَمْرٍ إِذَا عملتُ بِهِ دَخَلَتُ الْجَنَّةَ. قَالَ: "أفْش السَّلَامَ، وَأَطْعِمِ الطَّعَامَ، وصِل الْأَرْحَامَ، وَقُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، ثُمَّ ادْخُلِ الجنَّة بِسَلَامٍ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah, dari Abu Maimunah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ia pernah mengatakan kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apabila aku melihatmu, jiwaku merasa senang dan pandangan mataku merasa tenang. Maka ceritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu." Rasulullah Saw. bersabda: Segala sesuatu diciptakan dari air. Aku berkata lagi, "Ceritakanlah kepadaku tentang suatu amalan yang bila kukerjakan dapat mengantarkan diriku untuk masuk surga." Rasulullah Saw. bersabda: Sebarkanlah salam, berilah makan, bersilaturahmilah, dan salatlah di malam hari di saat manusia sedang tidur, maka kamu dapat masuk surga dengan selamat.

Abdus Samad dan Affan serta Bahz telah meriwayatkan hadis ini dari Hammam. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid, sanadnya sesuai dengan syarat Sahihain, hanya Abu Maimunah adalah salah seorang perawi kitab sunan, nama aslinya Sulaim. Imam Turmuzi menilainya sahih. Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan hadis ini secara mursal dari Qatadah.

Allah tabaaraka wa ta’ala telah mensifatkan manfaat dan keberkahan turunnya hujan kepada makhluknya sebagai satu nikmat pada banyak ayat dalam Al-Qur’an Al-Kariim. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala :

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ * يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

‌“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”[QS. An-Nahl : 10-11].

Allah Swt. berfirman:

{لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ}

pada sebagian dari air hujan itu kalian beroleh minuman. (An-Nahl: 10)

Artinya, air hujan itu dijadikan oleh Allah berasa tawar dan mudah diminum oleh kalian, Dia tidak menjadikannya berasa asin.

{وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ}

dan dari sebagiannya pepohonan (menjadi subur),yang pada (tempat tumbuhnya) kalian menggembalakan ternak kalian. (An-Nahl: 10)

Dengan kata lain, dari pengaruh air hujan itu Allah menjadikan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat kalian jadikan sebagai tempat untuk meng­gembalakan ternak kalian. Ibnu Abbas, Ikrimah, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

{فِيهِ تُسِيمُونَ}

yang pada (tempat tumbuhnya) kalian menggembalakan ternak kalian. (An-Nahl: 10)

Yakni kalian menggembalakan ternak kalian, berasal dari kata as-saum yang artinya gembala. Dikatakan Al-ibilus sa-imah, artinya unta yang digembalakan.

Ibnu Majah telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. melarang melakukan penggembalaan sebelum matahari terbit.

Firman Allah Swt.:

{يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ}

Dia menumbuhkan bagi kalian dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. (An-Nahl: 11)

Allah menumbuhkan semuanya dari bumi dengan air yang sama, tetapi hasilnya berbeda jenis, rasa, warna, bau. dan bentuknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (An-Nahl: 11)

Yakni petunjuk dan bukti yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَأَنزلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ}

Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untuk kalian dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kalian sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (An-Naml: 60)


Juga firman-Nya :

وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا * لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا * وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)” [QS. Al-Furqaan : 48-50].

Ayat ini menggambarkan kemampuan Allah Yang Mahasempurna dan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, yaitu bahwa Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira akan datangnya awan sesudahnya. Angin itu bermacam-macam sifat dan karakteristiknya; di antaranya ada angin yang membuyarkan awan, ada yang membawanya, ada yang menggiringnya, ada angin yang bertiup sebelum kedatangan awan yang membawa kabar gembira, ada angin yang kencang yang menyapu bumi, ada pula angin yang membuahi awan agar menurunkan hujannya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:

{وَأَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا}

dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48)

Yakni sebagai sarana untuk bersuci. Lafaz tahur sama wazan-nya dengan lafaz sahur dan wajur serta lafaz lainnya yang semisal. Demikianlah menurut pendapat yang paling sahih mengenainya. Adapun mengenai pendapat orang yang mengatakan bahwa lafaz tahur merupakan wazan fa'ul yang bermakna fa'il atau ia sebagai isim yang di-mabni-kan untuk mubalagah dan ta'addi, maka masing-masing dari dua pendapat ini mengandung kemusykilan bila ditinjau dari segi lugah(bahasa). Pem­bahasan mengenai masalah ini secara rinci tidak akan diuraikan di sini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku berikut sanadnya sampai kepada Humaid At-Tawil, dari Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia bersama Abul Aliyah di suatu hari yang hujan masuk ke dalam kota Basrah, jalan-jalan di kota Basrah kotor karenanya. Tetapi Abul Aliyah salat, maka aku (perawi) bertanya kepadanya mengenai perbuatannya itu. Lalu ia membaca firman Allah Swt. yang mengatakan: dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48) Dan ia berkata bahwa kekotoran tempat salatnya itu telah disucikan oleh air hujan.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, dari Daud, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah menurunkannya dalam keadaan amat bersih (suci lagi menyucikan), tiada sesuatu pun yang membuatnya najis.

Diriwayatkan dari Abu Sa'id yang telah mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw.”Wahai Rasulullah, bolehkah kami berwudu dari air sumur Buda'ah, sedangkan ke dalam sumur itu sering dilemparkan sampah dan bangkai anjing?" Rasulullah Saw. menjawab:

"إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ"

Sesungguhnya air itu suci lagi menyucikan, tiada sesuatu pun yang menajiskannya.

Imam Syafii telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Ahmad yang menilainya sahih; Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula, yang dinilai oleh Imam Turmuzi sebagai hadis hasan, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya pula.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Asy'as, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Yasar, dari Khalid ibnu Yazid yang mengatakan, "Ketika kami berada di majelis Abdul Malik ibnu Marwan, lalu mereka (orang-orang yang hadir) membicarakan masalah air, maka Khalid ibnu Yazid mengatakan, 'Air itu ada yang ber­asal dari langit (air hujan) dan ada yang berasal dari laut yang menguap, lalu menjadi awan dan menimbulkan guruh dan kilat. Adapun air yang berasal dari laut, maka ia tidak dapat menimbulkan tetumbuhan. Yang dapat menumbuhkan tetumbuhan adalah air yang berasal dari langit."

Telah diriwayatkan dari Ikrimah yang pernah mengatakan bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan Allah dari langit, melainkan dapat menumbuhkan suatu tumbuhan di muka bumi, atau suatu mutiara di laut. Selain Ikrimah mengatakan bahwa kalau jatuh ke bumi menumbuhkan jewawut, dan kalau jatuh ke laut menumbuhkan mutiara.

Firman Allah Swt.:

{لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا}

agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah)yang mati. (Al-Furqan: 49)

Yakni tanah yang telah lama menunggu kedatangan hujan, sedangkan ia dalam keadaan kering, tiada tetumbuhan padanya dan tiada suatu pohon pun. Setelah datang kepadanya kehidupan (air hujan), maka ia menjadi hidup dan dipenuhi oleh tetumbuhan yang memiliki bunga-bungaan yang beraneka warna. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ}

kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah. (Al-Hajj: 5), hingga akhir ayat.

Adapun firman Alah Swt.:

{وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا}

dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. (Al-Furqan: 49)

Artinya, agar dapat minum darinya semua makhluk hidup —baik manusia maupun hewan yang sangat membutuhkannya— buat minum mereka, juga mengairi tanaman dan pohon berbuah mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا}

Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28),.hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

{فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا}

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah meng­hidupkan bumi yang sudah mati. (Ar-Rum: 50), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Swt.:

{وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا}

Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya). (Al-Furqan: 50)

Maksudnya, Kami turunkan hujan di suatu kawasan, sedangkan di lain kawasan tidak Kami turunkan; dan Kami tiupkan awan melewati suatu kawasan dan melampauinya menuju ke kawasan yang lain, lalu kawasan itu diberi hujan yang cukup sehingga menjadi subur, sedangkan kawasan yang sesudahnya tidak kebagian hujan barang setetes pun. Allah sengaja memperbuat demikian karena mempunyai alasan dan hikmah yang hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya.

Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan, tiadalah suatu tahun mempunyai hujan yang lebih banyak daripada tahun yang lain, tetapi Allah-lah yang mempergilirkannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian dibacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:

{وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا}

Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 50)

Yaitu agar mereka mengambil pelajaran melalui bumi yang dihidupkan oleh Allah Swt. sesudah matinya melalui air hujan, bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang mati dan tulang-belulang yang telah hancur. Atau agar orang yang tidak beroleh hujan menjadi ingat bahwa sesungguhnya tidak sekali-kali ia mengalami musim kering hanyalah karena suatu dosa yang dilakukannya. Karena itu, ia sadar dan menghentikan perbuatan dosanya.

قَالَ عُمَر مَوْلَى غُفْرَة: كَانَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِي مَوْضِعِ الْجَنَائِزِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا جِبْرِيلُ، إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَعْلَمَ أمْرَ السَّحَابِ؟ " قَالَ: فَقَالَ جِبْرِيلُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، هَذَا مَلِكُ السَّحَابِ فَسَلْهُ. فَقَالَ: تَأْتِينَا صَكاك مُخَتَّمة: اسْقِ بِلَادَ كَذَا وَكَذَا، كَذَا وَكَذَا قَطْرَةً.

Umar maula Uqbah pernah mengatakan bahwa pada suatu ketika Jibril a.s. ikut mengantar jenazah hingga sampai di tempat pengebumian­nya. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hai Jibril, sesungguhnya saya ingin mengetahui tentang hal ikhwal awan." Maka Jibril menjawab, "Hai Nabi Allah, inilah malaikat penjaga awan, maka tanyakanlah langsung kepadanya." Malaikat penjaga awan berkata, "Didatangkan kepada kami surat perintah yang bercap (di dalamnya tertulis perintah)' Siramilah negeri anu dan anu dengan siraman hujan!'."

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, hadis berpredikat mursal.

Firman Allah Swt.:          

{فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا}

maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 50)

Ikrimah mengatakan bahwa manusia yang dimaksud ialah orang-orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu." Apa yang diutarakan oleh Ikrimah ini senada dengan apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diketengahkan di dalam kitabSahih Muslim yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari bersabda kepada para sahabatnya sehabis hujan di malam harinya:

"أَتَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ" قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَاكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ. وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ"

"Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Tuhan Kalian?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi Saw. bersabda, "Sebagian di antara hamba-hamba-Kupagi hari ini ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yangmengatakan, 'Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, ' maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu,' maka orang itu kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.”

Juga firman Allah tabaaraka wa ta’ala :

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ * وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ * رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ

“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.”[QS. Qaaf : 9-11].

Yang dimaksud dengan tanah yang mati ialah tanah yang tandus; setelah Allah menurunkan air hujan padanya, maka suburlah tanah itu dan menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang subur lagi berbunga dan lain sebagainya yang memukaukan pandangan mata keindahannya, padahal sebelum itu tanah tersebut tidak ada tetumbuhannya. Maka setelah hujan diturunkan kepadanya, menjadi subur dan hijaulah karena tumbuh-tumbuhannya. Demikianlah perumpamaan hari berbangkit sesudah mati, dan demikianlah perumpamaan Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati di hari kemudian nanti.

Pemandangan serta bukti yang nyata ini merupakan sebagian dari kekuasaan Allah Swt. Yang Mahabesar, bahkan lebih besar daripada apa yang diingkari oleh orang-orang yang tidak percaya dengan adanya hari berbangkit. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ}

Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu’min: 57)

{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan)sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.(Al-Ahqaf: 33)

Dan firman Allah Swt.:

{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}

Dan sebagian dari tanda-tanda-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39)

Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.

Sebagai tanda syukur kepada Allah atas nikmat hujan yang telah diberikan ini, sebaiknya kita mengilmui beberapa hal seputar musim hujan. Untuk tulisan pertama, kami akan menjelaskan amalan-amalan yang semestinya dilakukan seorang muslim ketika hujan turun. Setelah itu, kita akan memperjari fenomena kilatan petir dan geledek. Dan terakhir kita akan mengkaji bersama mengenai beberapa keringanan di musim penghujan.

Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan

[1] Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Tatkala Mendung

Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى نَاشِئاً فِي أُفُقٍ مِنْ آفَاِق السَمَاءِ، تَرَكَ عَمَلَهُ- وَإِنْ كَانَ فِي صَلَاةٍ- ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ؛ فَإِنْ كَشَفَهُ اللهُ حَمِدَ اللهَ، وَإِنْ مَطَرَتْ قَالَ: “اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً”

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna, pen) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya –meskipun dalam shalat- kemudian beliau kembali melakukannya lagi (jika hujan sudah selesai, pen). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika turun hujan, beliau mengucapkan, “Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat].”

’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ ) »

”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam mulai menenangkan hatinya. ’Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan, ”Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum ’Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), ”Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka.” (QS. Al Ahqaf [46] : 24)”

Ibnu Hajar mengatakan, ”Hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya.”

[2] Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan

Apabila Allah memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca do’a,

اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً

“Allahumma shoyyiban naafi’aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”

Itulah yang Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,

إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً »

”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.

Ibnu Baththol mengatakan, ”Hadits ini berisi anjuran untuk berdo’a ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan.”

Al Khottobi mengatakan, ”Air hujan yang mengalir adalah suatu karunia.”

[3] Turunnya Hujan, Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Do’a

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

’Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ المَطَرِ

“Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.”

[4] Ketika Terjadi Hujan Lebat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].”

Ibnul Qayyim mengatakan, ”Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam supaya berdo’a agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do’a di atas.”

Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa do’a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya.

[5] Mengambil Berkah dari Air Hujan

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى

“Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.”

An Nawawi menjelaskan, “Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.”

An Nawawi selanjutnya mengatakan, ”Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama Syafi’iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia menanyakannya untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain.”

Dalam hal mencari berkah dengan air hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata,

أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ، يَقُوْلُ: “يَا جَارِيَّةُ ! أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً [ق: 9].

”Apabila turun hujan, beliau mengatakan, ”Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga bajuku”.” Lalu beliau membacakan (ayat) [yang artinya], ”Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya).” (QS. Qaaf [50] : 9)”

[6] Dianjurkan Berwudhu dengan Air Hujan

Ibnu Qudamah mengatakan, ”Dianjurkan untuk berwudhu dengan air hujan apabila airnya mengalir deras.”

Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air yang deras mengalir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

اُخْرُجُوا بِنَا إلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللَّهُ طَهُورًا ، فَنَتَطَهَّرَمِنْهُ وَنَحْمَدَ اللّهَ عَلَيْهِ

”Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci.” Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini.”

Namun, hadits di atas adalah hadits yang lemah karena munqothi’ (terputus sanadnya) sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi.

Ada hadits yang serupa dengan hadits di atas dan shahih,

كَانَ يَقُوْلُ إِذَا سَالَ الوَادِي ” أُخْرُجُوْا بِنَا إِلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللهُ طَهُوْرًا فَنَتَطَهَّرُ بِهِ “

“Apabila air mengalir di lembah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci”. Kemudian kami bersuci dengannya.”

[7] Janganlah Mencela Hujan

Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah Ta’ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, “Aduh!! hujan lagi, hujan lagi”.

Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50] : 18)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ

“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam."

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti."

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ

”Janganlah kamu mencaci maki angin.”

Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.

Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, “Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat”, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.

Intinya, mencela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan mencela Pencipta hujan yaitu Allah Ta’ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya sebagaimana telah diterangkan dalam point-point sebelumnya.

[8] Berdo’a Setelah Turunnya Hujan

Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ »

“Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.”

Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.

Penjelasan Al-qur'an Tentang Hujan Meteor


Hujan bebatuan dari langit adalah hukuman yang masih akan berlangsung sampai masa mendatang. Allah SWT berfirman :

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ

‌Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya). (QS. Al-An’am [6]: 65)

Ketika Allah Swt. berfirman: kemudian kalian kembali mempersekutukan-Nya. (Al-An'am: 64) Maka Allah Swt. mengiringinya dengan firman selanjutnya yang mengatakan: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian.” (Al-An'am: 65) Yakni sesudah Dia menyelamatkan kalian.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Isra, yaitu;

{رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا * وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا * أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلا * أَمْ أَمِنْتُمْ أَنْ يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ الرِّيحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ تَبِيعًا}

Tuhan kalian adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untuk kalian, agar kalian mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian. Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia; maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu selalu tidak berterima kasih. Maka apakah kalian merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kalian atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa)batu-batu kecil? Dan kalian tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kalian. Atau apakah kalian merasa aman dari dikembalikan-Nya kalian ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kalian angin topan(badai) dan ditenggelamkan-Nya kalian disebabkan kekafiran kalian. Dan kalian tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan)Kami. (Al-Isra: 66-69)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, di dalam suatu riwayat dari Muslim ibnu Ibrahim telah disebutkan bahwa Harun Al-A'war telah menceritakan kepada kami, dari Ja'far ibnu Sulaiman, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Bahwa hal ini ditujukan kepada orang-orang musyrik.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Ayat ini ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Saw., tetapi Allah memaafkan mereka.
Dalam pembahasan berikut kami ketengahkan beberapa hadis dan asar yang menerangkan masalah ini, hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan, hanya kepada Dialah kami bertawakal, dan hanya kepada Dialah kami berpegang teguh.
Imam Bukhari rahimahullah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian dan dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya). (Al-An'am: 65) Yalbisakum,mencampurkan kalian; berasal dari kata iltibas yang artinya campur aduk. Lafaz yalbasu artinya mereka bercampur. Syiya’an, golongan-golongan.

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ: "أَعُوُذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذِهِ أَهْوَنُ -أَوْ قَالَ: هَذَا أَيْسَرُ".

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Amr ibnu Dinar, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. mengucapkan, "Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. mengucapkan, "Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan(yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. berkata, "Ini adalah yang paling ringan —atau— paling mudah."
Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari di dalam kitab Tauhid, dari Qutaibah, dari Hammad dengan lafaz yang sama. Imam Nasai telah meriwayatkannya pula di dalam kitab Tafsir melalui Qutaibah dan Muhammad ibnun Nadr ibnu Musawir serta Yahya ibnu Habib ibnu Addi, keempat-empatnya dari Hammad ibnu Zaid dengan lafaz yang sama.
Al-Humaidi di dalam kitab Musnad-nya telah meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, bahwa ia pernah mendengar Jabir menceritakan hadis ini dari Nabi Saw. Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya telah meriwayatkannya dari Abu Ya'la Al-Mausuli, dari Abu Khaisamah, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama.
Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Adam ibnu Abu Iyas dan Yahya ibnu Abdul Hamid serta Asim ibnu Ali, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama.  Said Ibnu Manshur meriwayatkannya dari Hammad ibnu Zaid dan Sufyan ibnu Uyaynah, keduanya dari Amr ibnu Dinar dengan lafaz yang sama.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه فِي تَفْسِيرِهِ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا مقدام ابن دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا بن لَهِيعَةَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ" {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ" {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا} قَالَ: "هَذَا أَيْسَرُ"، وَلَوِ اسْتَعَاذَهُ لَأَعَاذَهُ

Jalur lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Miqdam ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Luhai'ah, dari Khalid ibnu Yazid, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah, uDialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Aku berlindung kepada Allah dari hal tersebut." atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. berkata pula, "Aku berlindung kepada Allah dari hal tersebut." atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang bertentangan). (Al-An'am: 65) Maka Nabi Saw. bersabda, "Ini lebih mudah."
Dengan kata lain, seandainya seseorang meminta perlindungan kepada Allah dari hal ini, niscaya Dia akan melindunginya.
Banyak hadis yang berkaitan dengan ayat ini, salah satunya ialah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad-nya;

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ -عَنْ رَاشِدٍ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ الْمُقْرَئِيُّ -عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} فَقَالَ: "أَمَا إِنَّهَا كَائِنَةٌ، وَلَمْ يَأْتِ تَأْوِيلُهَا بَعْدُ".

disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar (yakni Ibnu Abu Maryam), dari Rasyid (yaitu Ibnu Sa'd Al-Miqra’i), dari Sa'd ibnu Abu Waqqas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya:Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya hal tersebut pasti terjadi, tetapi masih belum tiba saat takwilnya(kejadiannya).
Imam Turmuzi mengetengahkannya dari Al-Hasan ibnu Arfah, dari Isma'il ibnu Ayyasy, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib.

حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَعْلَى -هُوَ ابْنُ عُبَيْدٍ -حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ، عَنْ عَامِرِ ابن سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى مَسْجِدِ بَنِي مُعَاوِيَةَ، فَدَخَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَصَلَّيْنَا مَعَهُ، فَنَاجَى رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، طَوِيلًا قَالَ سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا "سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ، فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِيهَا".

Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'la (yaitu Ibnu Ubaid), telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hakim, dari Amir ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari ayahnya yang menceritakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. hingga sampailah kami di masjid Bani Mu'awiyah. Lalu Nabi Saw. masuk dan salat dua rakaat, kami pun ikut salat bersamanya. Nabi Saw. bermunajat kepada Tuhannya cukup lama, kemudian beliau bersabda: 'Aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, yaitu aku memohon agar umatku tidak dibinasakan oleh tenggelam (banjir), maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar umatku tidak dibinasakan oleh paceklik, maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar Dia tidak menjadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka, tetapi Dia tidak mengabulkan permintaanku'.”
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim sendiri. Imam Mus­lim meriwayatkannya di dalamKitabul Fitan, dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair, keduanya dari Abdullah ibnu Numair; dan dari Muhammad ibnu Yahya ibnu Amr, dari Marwan ibnu Mu'awiyah, keduanya dari Usman ibnu Hakim dengan sanad yang sama.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.  Disebutkan bahwa Imam Ahmad telah mengatakan bahwa ia telah membaca dari Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Malik, dari Abdullah ibnu Abdullah ibnu Jabir ibnu Atik, dari Jabir ibnu Atik yang mengatakan, "Pernah datang kepada kami Abdullah ibnu Umar di kampung Bani Mu'awiyah, yaitu suatu kampung di antara kampung-kampung orang-orang Ansar; lalu Ibnu Umar berkata, Tahukah kamu, di manakah Rasulullah Saw. pernah salat di masjid kalian ini?' Jabir ibnu Atik menjawab, 'Ya,' seraya mengisyaratkan ke arah suatu bagian dari masjid itu. Ibnu Umar bertanya lagi, 'Tahukah kalian, tiga perkara apakah yang didoakan oleh Nabi Saw. di tempat itu?' Aku (Jabir) menjawab, 'Ya.' Ibnu Umar berkata, 'Kalau demikian, ceritakanlah ketiga hal itu kepadaku.' Aku menjawab, 'Rasulullah Saw. berdoa agar mereka tidak dapat dikalahkan oleh musuh dari selain mereka sendiri, dan agar mereka jangan dibinasakan oleh paceklik, maka Allah memberikan keduanya itu kepada Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw. berdoa semoga jangan dijadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka, tetapi Allah tidak memperkenankannya.' Ibnu Umar menjawab, 'Kamu benar, dan masih terus-menerus akan terjadi fitnah sampai hari kiamat'."
Tetapi hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab hadis pun dari kitab Sittah, hanya sanadnya jayyid dan kuat.

حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ حَكِيمٍ بْنِ عَبَّادٍ عَنْ حُنَيف عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَخْبَرَنِي حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حَرَّةِ بَنِي مُعَاوِيَةَ، قَالَ: فَصَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ، فَأَطَالَ فِيهِنَّ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ فَقَالَ: حَبَسْتُكَ؟ قَلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنِّي سَأَلْتُ اللَّهَ ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِغَرَقٍ، فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِي".

Hadis yang lain, Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Hakim ibnu Hakim ibnu Abbad, dari Khasif, dari Ubadah ibnu Hanif, dari Ali ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Huzaifah ibnul Yaman, bahwa ia berangkat bersama dengan Rasulullah Saw. menuju perkampungan Bani Mu'awiyah. Lalu beliau Saw. Melakukan salat sebanyak delapan rakaat yang dilakukannya dalam waktu yang cukup lama. Setelah itu beliau berpaling ke arahku, lalu bersabda, "Aku telah menahanmu, hai Huzaifah." Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui (mengapa kami tertahan)." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku telah memohon tiga perkara kepada Allah maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku satu perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dikuasai oleh musuh dari selain kalangan mereka sendiri, maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku meminta kepada-Nya agar janganlah mereka dibinasakan oleh tenggelam (banjir), maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah keganasan mereka dijadikan di antara sesama mereka, tetapi Dia menolak permintaanku ini.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Ishaq.

حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ بْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ، عَنْ رَجَاءٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَطْلُبُهُ فَقِيلَ لِي: خَرَجَ قَبْلُ. قَالَ: فَجَعَلْتُ لَا أَمُرُّ بِأَحَدٍ إِلَّا قَالَ: مَرَّ قَبْلُ. حَتَّى مَرَرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَائِمًا يُصَلِّي. قَالَ: فَجِئْتُ حَتَّى قُمْتُ خَلْفَهُ، قَالَ: فَأَطَالَ الصَّلَاةَ، فَلَمَّا قَضَى صلاته قلت: يا رسول الله، لقد صليت صَلَاةً طَوِيلَةً؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي غَرَقًا، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِر عَلَيْهِمْ عَدُوًّا لَيْسَ مِنْهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَرَدَّهَا عَلَيَّ".

Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Humaid, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnul A'masy, dari Raja Al-Ansari, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang menceritakan, "Aku datang untuk menemui Rasulullah Saw. Maka dikatakan kepadaku bahwa beliau baru saja keluar. Tidak sekali-kali aku bersua dengan seseorang (dalam rangka menyusul beliau), melainkan dikatakan kepadaku bahwa beliau Saw. baru lewat. Hingga aku bersua dengannya dan kujumpai beliau sedang berdiri dalam salatnya. Maka aku datang dan berdiri di belakangnya (bermakmum), dan ternyata Nabi Saw. lama dalam melakukan salatnya. Setelah Nabi Saw. menyelesaikan salatnya, aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, engkau telah mengerjakan salat yang cukup lama.' Maka Rasulullah Saw. menjawab: 'Sesungguhnya aku telah mengerjakan salat dengan penuh rasa harap dan takut(kepada-Nya). Sesungguhnya aku meminta kepada Allah Swt. tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dibinasakan oleh banjir, dan Dia memberiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka tidak dikuasai oleh musuh selain dari kalangan mereka, maka Dia memberiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah keganasan mereka dijadikan di antara sesama mereka, tetapi Dia menolak permintaanku yang ini'.”
Ibnu Majah meriwayatkannya di dalam Bab "Fitan", dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair dan Ali ibnu Muhammad, keduanya dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Abu Uwwanah, dari Abdullah ibnu Umair, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Mu'az ibnu Jabal, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal atau mendekatinya.

حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ بُكَيْر بْنِ الْأَشَجِّ، أَنَّ الضَّحَّاكَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْقُرَشِيَّ حَدَّثَهُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ صَلَّى سُبْحَة الضُّحَى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ. فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُهُ أَلَّا يَبْتَلِيَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ، فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ، فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُم شِيَعًا، فَأَبَى عَلَيَّ".

Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma'ruf, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Bukair ibnul Asyaj, bahwa Ad-Dahhak ibnu Abdullah Al-Qurasyi pernah menceritakan kepadanya dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan melakukan salat duha sebanyak delapan rakaat. Setelah selesai dari salatnya Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya aku telah mengerjakan salat ragbah dan rahbab (dengan penuh rasa harap dan takut kepada-Nya), dan aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan diuji dengan paceklik, maka Dia memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan dikuasai oleh musuh mereka, maka Dia memperkenan­kannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bersengketa, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Imam Nasai telah meriwayatkannya di dalam Bab "Salat", dari Muhammad ibnu Salamah, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang semisal.

حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، قَالَ: قَالَ الزُّهْرِيُّ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ أَبِيهِ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ -مَوْلَى بَنِي زُهْرَةَ، وَكَانَ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -أَنَّهُ قَالَ: رَاقَبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ صَلَّاهَا كُلَّهَا، حَتَّى كَانَ مَعَ الْفَجْرِ فَسَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ صِلَاتِهِ، قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ صَلَّيْتَ اللَّيْلَةَ صَلَاةً مَا رَأَيْتُكَ صَلَّيْتَ مِثْلَهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَجَلْ، إِنَّهَا صَلَاةُ رَغَب ورَهَب. سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُهْلِكَنَا بِمَا أَهْلَكَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَنَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْنَا عَدُوًّا مِنْ غَيْرِنَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يَلْبِسَنَا شِيَعًا، فَمَنَعَنِيهَا".

Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnu Abu Hamzah yang mengatakan bahwa Az-Zuhri pernah berkata, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, dari Abdullah ibnu Khabbab, dari ayahnya — yaitu Khabbab ibnul Art maula Bani Zuhrah— yang pernah ikut dalam perang Badar bersama Rasulullah Saw. Khabbab ibnul Art mengatakan bahwa dia menjumpai Rasulullah Saw. di suatu malam, pada malam itu Rasulullah Saw. menghabiskan waktunya dengan salat hingga dekat waktu subuh. Setelah Rasulullah Saw. selesai dari salatnya, maka ia menemuinya dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah mengerjakan suatu salat pada malam ini yang belum pernah aku melihatmu melakukan hal yang semisal sebelumnya." Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:Memang benar, sesungguhnya salat yang baru kulakukan itu adalah salat yang penuh dengan harap dan rasa takut kepada Allah. Aku telah memohon tiga perkara kepada Tuhanku dalam salat tersebut. Maka Dia hanya memberiku dua perkara, sedangkan yang satunya lagi tidak diberikan kepadaku. Aku memohon kepada-Nya agar janganlah Dia membinasakan kita dengan azab yang pernah ditimpakan kepada umat-umat sebelum kita, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah kita dikalahkan oleh musuh dari luar golongan kita, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah Dia mencampurkan kami dalam golongan-golongan yang saling bertentangan, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
‌Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Syu'aib ibnu Abu Hamzah dengan lafaz yang sama, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui jalur yang lainnya lagi, demikian pula Ibnu Hibban di dalam kitabSahih­nya berikut kedua sanadnya dari Saleh ibnu Kaisan. Imam Turmuzi meriwayatkannya di dalam Bab "Fitan" melalui hadis An-Nu'man ibnu Rasyid, keduanya dari Az-Zuhri dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
‌حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ فِي تَفْسِيرِهِ: حَدَّثَنِي زِيَادُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيُّ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ، حَدَّثَنِي نَافِعُ بْنُ خَالِدٍ الْخُزَاعِيُّ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، فَقَالَ: "قَدْ كَانَتْ صَلَاةَ رَغْبَة ورَهْبَة، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثًا، أَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُصِيبَكُمْ بِعَذَابٍ أَصَابَ بِهِ مَنْ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَيْكُمْ عَدُوًّا يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ فَمَنَعَنِيهَا".
‌Hadis yang lain. Abu Ja'far ibnu Jarir di dalam kitabTafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ziyad ibnu Abdullah Al-Muzanni, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Abu Malik, telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah melakukan suatu salat yang ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna. Kemudian beliau Saw. bersabda:Sesungguhnya salat tadi adalah salat yang penuh dengan rasa harap dan takut kepada-Nya. Aku memohon tiga perkara kepada Allah Swt. dalam salat itu. Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara. Aku memohon kepada Allah agar kalian jangan ditimpa oleh azab seperti azab yang telah menimpa orang-orang sebelum kalian, maka Dia memperkenankannya bagiku Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah kalian dikuasai oleh musuh yang menghalalkan kehormatan kalian, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah kalian dijadikan berbagai golongan yang saling bertentangan, sebagian dari kalian merasakan keganasan sebagian yang lain, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
‌Abu Malik mengatakan bahwa lalu ia bertanya kepada Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, "Apakah ayahmu benar-benar mendengarnya langsung dari mulut (lisan) Rasulullah Saw.?" Ia menjawab, "Ya, aku mendengar ayahku menceritakan hadis ini, bahwa dia mendengarnya langsung dari lisan Rasulullah Saw."
‌حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ: قَالَ مَعْمَر، أَخْبَرَنِي أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحْبي، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أوْس؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ حَتَّى رَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ مُلْك أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مَا زُوي لِي مِنْهَا، وَإِنِّي أُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَبْيَضَ وَالْأَحْمَرَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بسنَة بِعَامَّةٍ وَأَلَّا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا يلبسهم شيعا، وألا يذيق بعضهم بأس بعض. فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ. وَإِنِّي قَدْ أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ ألا أهلكتهم بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِمَّنْ سِوَاهُمْ فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَقْتُلُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَسْبِي بَعْضًا". قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "وَإِنِّي لَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي إِلَّا الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ، فَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي أُمَّتِي، لَمْ يُرْفَعْ عَنْهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
‌Hadis yang lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, bahwa Ma'mar mengatakan, "Telah menceritakan kepadaku Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Al-Asy'as As-San'ani, dari Abu Asma Ar-Rahbi, dari Syaddad ibnu Aus, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah melipatkan bumi untukku sehingga aku dapat melihat belahan timur dan belahan baratnya, dan sesungguhnya kerajaan umatku kelak akan mencapai sejauh apa yang dilipatkan darinya untukku. Dan sesungguhnya aku dianugerahi dua buah perbendaharaan, yaitu yang putih dan yang merah. Dan sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanku agar janganlah umatku dibinasakan oleh paceklik yang umum, janganlah mereka dikuasai oleh musuh sehingga mereka semua dibinasakan secara menyeluruh, janganlah mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bertentangan, dan jangan(pula) sebagian dari mereka merasakan keganasan sebagian yang lain. Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, sesungguhnya Aku apabila telah memutuskan suatu keputusan, maka keputusan-Ku itu tidak dapat dicabut lagi. Dan sesungguhnya Aku memberimu untuk umatmu bahwa sama sekali Aku tidak akan membinasakan mereka dengan paceklik yang menyeluruh, dan Aku tidak akan membiarkan mereka dikuasai oleh musuh dari selain kalangan mereka sendiri yang akibatnya mereka akan dibinasakan oleh musuhnya secara menyeluruh, sehingga sebagian dari mereka membinasakan sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka menahan sebagian yang lain.” Syaddad ibnu Aus melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. bersabda:Sesungguhnya aku tidak merasa khawatir terhadap umatku kecuali adanya imam-imam yang menyesatkan, karena apabila pedang (jihad) telah ditetapkan di antara umatku, maka ia tidak akan dihapuskan dari mereka sampai hari kiamat.
‌Hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab Sittahpun, tetapi sanadnya jayyid dan kuat.
‌Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Zaid, Abbad ibnu Mansur, dan Qatadah; ketiga-tiganya dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma, dari Sauban, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal.
‌حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْهَاشِمِيُّ وَمَيْمُونُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ الْحَسَنِ الْحَنَفِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ نَافِعِ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ -وَكَانَ أَبُوهُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ -: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى وَالنَّاسُ حَوْلَهُ، صَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ. قَالَ: فَجَلَسَ يَوْمًا فَأَطَالَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى بَعْضٍ: أَنِ اسْكُتُوا، إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ لَهُ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ أَطَلْتَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى بَعْضٍ: إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْكَ. قَالَ: "لَا وَلَكِنَّهَا كَانَتْ صَلَاةَ رَغْبة وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ فِيهَا ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُعَذِّبَكُمْ بِعَذَابٍ عَذَّبَ بِهِ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا يَسْتَبِيحُهَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبسَكم شِيعًا وَأَلَّا يُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، فَمَنَعَنِيهَا"
‌Hadis yang lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Ibnu Murdawaih, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isma'il ibnu Ibrahim Al-Hasyimi dan Maimun ibnu Ishaq ibnul Hasan Al-Hanafi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Abu Malik Al-Asyja'i, dari Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, dari ayahnya yang berpredikat sebagai salah seorang sahabat Rasulullah Saw. dan termasuk salah seorang sahabat yang ikut dalam baiat di bawah pohon. Ia menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila melakukan salat, sedangkan orang-orang berada di sekitarnya, maka beliau lakukan salatnya secara ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna. Maka pada suatu hari Rasulullah Saw. duduk (dalam salatnya) dalam waktu yang cukup lama sehingga sebagian dari para sahabat berisyarat kepada sebagian yang lain bahwa sebaiknya kita diam, karena sesungguhnya sedang turun suatu wahyu kepada Nabi Saw. Setelah Nabi Saw. menyelesaikannya, maka seseorang dari kaum yang hadir berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lama sekali dalam dudukmu, sehingga sebagian dari kami berisyarat kepada sebagian yang lain bahwa sesungguhnya sedang turun suatu wahyu kepadamu." Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, tetapi salat yang baru kulakukan itu adalah salat ragbah dan rahbah, aku telah memohon kepada Allah dalam salatku itu tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan tidak memberiku yang satunya lagi. Aku telah meminta kepada Allah agar Dia jangan mengazab kalian dengan suatu azab yang pernah Dia timpakan kepada orang-orang sebelum kalian, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah Dia menguasakan umatku kepada musuh yang berbuat seenak hatinya kepada mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya janganlah Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan yang saling bertentangan, dan janganlah Dia merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
‌Perawi (Abu Malik Al-Asyja'i) berkata kepada Nafi' ibnu Khalid, "Apakah ayahmu memang mendengarnya dari Rasulullah Saw.?" Nafi' menjawab, "Ya, aku mendengar ayahku mengatakan bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah Saw. sebanyak bilangan jari-jemariku yang sepuluh ini."
‌حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ -هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الْمُؤَدِّبُ -حَدَّثَنَا لَيْثٌ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِي وَهْبٍ الْخَوْلَانِيِّ، عَنْ رَجُلٍ قَدْ سَمَّاهُ، عَنْ أَبِي بَصْرَة الْغِفَارِيِّ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَرْبَعًا فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يَجْمَعَ أُمَّتِي عَلَى ضَلَالَةٍ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ كَمَا أَهْلَكَ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يلبسهم شيعا وألا يذيق بعضهم بأس بعض، فَمَنَعَنِيهَا"
‌Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah mencerita­kan kepada kami Yunus (yaitu Ibnu Muhammad Al-Muaddib), telah menceritakan kepada kami Lais (yaitu Ibnu Sa'd), dari Abu Wahb Al-Khaulani, dari seorang lelaki yang ia sebutkan namanya, dari Abu Basrah Al-Gifari, seorang sahabat Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku empat perkara, maka Dia memberiku tiga perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon kepada Allah hendaknya Dia jangan menghimpunkan umatku dalam suatu kesesatan, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah Dia menguasakan mereka kepada musuh selain dari kalangan mereka sendiri, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah hendaknya Dia jangan membinasakan mereka dengan paceklik sebagaimana Dia telah membinasakan umat-umat sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah Swt. hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
‌Hadis ini tidak diketengahkan oleh seorang pun dari kalangan pemilik kitab sunnah yang enam.
‌حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا أَبُو حُذَيْفَةَ الثَّعْلَبِيُّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاقة، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَة السَّوَائي، عَنْ عَلِيٍّ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثَ خِصَالٍ فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تُهْلِكْ أُمَّتِي جُوعًا فَقَالَ: هَذِهِ لَكَ. قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تُسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ -يَعْنِي أَهْلَ الشِّرْكِ -فَيَجْتَاحَهُمْ. قَالَ ذَلِكَ لَكَ قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تَجْعَلْ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ". قَالَ: "فَمَنَعَنِي هَذِهِ"
‌Hadis yang lain, Imam Tabrani mengatakan bahwa telah mencerita­kan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah As-Sa'labi, dari Ziyad ibnu Ilaqah, dari Jabir ibnu Samurah As-Sawaf, dari Ali, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua di antaranya dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau binasakan umatku dengan kelaparan.” Maka Dia menjawab, "Ini Kuberikan kepadamu.” Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau kuasakan mereka kepada musuh selain dari mereka sendiri —yakni orang-orang musyrik—yang akibatnya mereka akan dibinasakan sampai ke akar-akarnya.”Dia menjawab, "Kuberikan hal itu kepadamu " Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka.” Tetapi Dia tidak memberikan yang ini kepadaku.
‌حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الدَّرْدَاءِ الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "دَعَوْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يَرْفَعَ عَنْ أُمَّتِي أَرْبَعًا، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ، وَأَبَى عَلَيَّ أَنْ يَرْفَعَ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ. دَعَوْتُ رَبِّي أَنْ يَرْفَعَ الرَّجْمَ مِنَ السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ الْأَرْضِ، وألا يلبسهم شيعا، وألا يذيق بعضهم بأس بَعْضٍ، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ الرَّجْمَ مِنَ السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ الْأَرْضِ، وَأَبَى اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَ اثْنَتَيْنِ: الْقَتْلَ، والهَرج".
‌Hadis yang lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim,dari Ahmad ibnu Muhammad ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abud Darda Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abdullah ibnu Kaisan, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah berdoa memohon kepada Tuhanku agar Dia menghapuskan dari umatku empat perkara, maka Allah menghapuskan dari mereka dua perkara dan menolak permintaanku yang duanya lagi, Dia tidak mau menghapuskan dari mereka kedua hal itu. Aku berdoa kepada Tuhanku, semoga Dia menghapuskan azab hujan batu dari langit, kebanjiran dari bumi, janganlah Dia menjadikan mereka (umatku)berpecah-belah menjadi banyak golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Maka Allah menghapuskan dari mereka azab hujan batu dari langit dan kebanjiran dari bumi. Tetapi menolak tidak mau menghapuskan dua perkara lainnya, yaitu pembunuhan dan fitnah
‌طَرِيقٌ أُخْرَى عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا: قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ أَبَانٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُنِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَدْرٍ شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} قَالَ: فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تُرْسِلْ عَلَى أُمَّتِي عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ، وَلَا مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ، وَلَا تَلْبِسْهُمْ شِيَعًا، وَلَا تُذِقْ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ" قَالَ: فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ الله قد أجار أمتك أن يرسل عَلَيْهِمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
‌Jalur yang lain dari Ibnu Abbas pula. Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Munir, telah menceritakan kepada kami Abu Badar (yaitu Syuja' ibnul Walid), telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa ketika firman-Nya ini diturunkan: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” (Al-An'am: 65) Ibnu Abbas mengatakan, "Lalu Nabi Saw. bangkit dan berwudu, kemudian berdoa: Ya Allah, janganlah Engkau timpakan kepada umatku suatu azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka, janganlah Engkau mencampurkan mereka dalam golongan-golongan(yang bertentangan), dan janganlah Engkau merasakan kepada sebagian mereka keganasan sebagian yang lain." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu datanglah Malaikat Jibril kepada Nabi Saw., lalu berkata, 'Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah melindungi umatmu, Dia tidak akan mengirimkan kepada mereka azab dari atas mereka atau dari bawah kaki mereka.’
‌حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ العَنْقَزِي، حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ، عَنِ السُّدِّي، عَنْ أَبِي المِنْهَال، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَرْبَعَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا تَكْفُرَ أُمَّتِي وَاحِدَةً، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُعَذِّبَهُمْ بِمَا عَذَّبَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِيهَا".
‌Hadis yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abdullah Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari As-Saddi, dari Abul Minhal, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Aku pernah meminta kepada Tuhanku untuk umatku empat perkara, maka Dia memberiku tiga perkara darinya dan mencegahku dari yang satunya. Aku memohon kepada-Nya, semoga umatku tidak dilenyapkan oleh sekali azab, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya semoga Dia tidak mengazab mereka dengan azab yang pernah Dia timpakan kepada umat-umat sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya hendaknya Dia tidak menguasakan mereka kepada musuh yang selain dari kalangan mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya hendaknya Dia tidak menjadikan keganasan mereka berada di antara sesama mereka, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
‌Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Abu Sa'id ibnu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
‌طَرِيقٌ أُخْرَى: وَقَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيب، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُباب، حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ اللَّيْثِيُّ الْمَدَنِيُّ، حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ رَبَاحٍ مَوْلَى آلِ أَبِي ذُبَاب، سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ، فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُمْ شِيَعًا وَأَلَّا يُذِيقَ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، فَمَنَعَنِي".
‌Jalur yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah men­ceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Zaid Al-Laisi Al-Madani, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Rabah maula keluarga Abu Ziab yang telah mendengar dari Abu Hurairah yang pernah mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia jangan menguasakan musuh atas umatku yang bukan dari kalangan mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia tidak membinasakan umatku dengan paceklik, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, dan janganlah Dia merasakan kepada sebagian mereka keganasan sebagian yang lain, tetapi Dia tidak mem­berikannya kepadaku.
‌Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkannya berikut sanadnya dari Sa'd ibnu Sa'id, dari Abul Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
‌Al-Bazzar meriwayatkannya melalui jalur Amr ibnu Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
‌Asar yang lain, Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa pada umat ini telah terjadi empat perkara; dua telah terjadi dan masih ada dua perkara lagi yang belum terjadi, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni berupa rajam atau hujan batu (dari langit). atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Maksudnya, ditelan oleh bumi. atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Menurut Sufyan As-Sauri, makna yang dimaksud ialah hujan batu dan ditelan oleh bumi.
‌Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” (Al-An'am: 65) Bahwa hal tersebut adalah empat perkara, dua di antaranya terjadi setelah selang dua puluh lima tahun sesudah Rasulullah Saw. wafat. Mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, sebagian dari mereka merasakan keganasan sebagian yang lain. Sedangkan yang dua perkara lagi pasti akan terjadi, yaitu hujan batu dan ditelan oleh bumi.
‌Ahmad meriwayatkannya dari Waki', dari Abu Ja'far; dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan.(Al-An'am: 65), hingga akhir ayat. Siksaan atau azab itu telah diperhitungkan sesuai dengan dosa yang dilakukan. Apabila dosanya telah dilakukan, barulah dikirimkan siksaan yang setimpal dengannya.
‌Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. azab dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni berupa rajam atau hujan batu. atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am; 65) Artinya, ditelan oleh bumi.
‌Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Ibnu Jarir. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65)
‌Bahwa dahulu Abdullah ibnu Mas'ud (ketika membaca ayat ini) menjerit, sedangkan ia berada di dalam masjid atau di atas mimbar, lalu ia berkata, "Ingatlah, hai manusia, sesungguhnya azab itu telah diturunkan atas kalian," karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Seandainya diturunkan azab dari langit kepada kalian, niscaya tidak akan tersisa seorang manusia pun dari kalian. atau dari bawah kaki kalian.(Al-An'am: 65) Seandainya bumi menelan kalian, niscaya binasalah kalian, dan tidak ada seorang pun dari kalian yang tersisa. atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65)  Ingatlah, sesungguhnya telah diturunkan kepada kalian azab yang pa­ling buruk di antara ketiganya.
‌Pendapat yang kedua. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb; ia telah mendengar Khallad ibnu Sulaiman mengatakan bahwa ia pernah mendengar Amir ibnu Abdur Rahman mengatakan, sesungguhnya Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan kepada kalian azab dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni pemimpin-pemimpin yang jahat. atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Yakni pembantu-pembantu yang jahat.
‌Ali ibnu Abu Talhah mencerita­kan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: azab dari atas kalian.( Al-An'am: 65) Yakni para amir (penguasa kalian). atau dari bawah kaki kalian. (Al-An'am: 65) Yaitu datang dari budak-budak dan bawahan-bawahan kalian.
‌Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Abu Sinan dan Amr ibnu Hani' hal yang semisal. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini, sekalipun mempunyai segi yang sahih, tetapi pendapat yang pertama jauh lebih unggul dan lebih kuat; dan memang kenyataannya adalah seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir. Kebenaran pendapatnya itu dibuktikan oleh firman Allah Swt.:
‌أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ * أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ *
‌Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang(berkuasa) di langit, bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit, bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. (Al-Mulk: 16-17)
‌Di dalam sebuah hadis disebutkan:
‌"لِيَكُونَنَّ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَذْفٌ وخَسْفٌ ومَسْخٌ"
‌Sesungguhnya benar-benar akan ada pada umat ini(azab berupa) hujan batu, gempa bumi, dan kutukan.
‌Hadis ini disebutkan di antara hal-hal yang semisal mengenai pertanda dekatnya hari kiamat, persyaratannya, dan munculnya tanda-tanda yang mengawali hari kiamat; semuanya akan diterangkan pada bagian tersendiri, Insya Allah.

Allah SWT berfirman:
أَفَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنْ نَشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ الأرْضَ أَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ

Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya). (QS. Saba’ [34]: 9)

Ayat ini mengaitkan jatuhnya meteor dari langit dengan kehendak Allah SWT. Isyaratnya menunjukkan pada masa yang akan datang. Al-Kisaf adalah potongan-potongan (benda langit) yang jatuh dari langit. Isyarat akan terjadinya Al-Kisaf dalam ayat ini berbeda dengan isyarat akan terjadinya al-hashib. Sebab, al-kisaf adalah potongan-potongan besar yang lebih menyerupai meteor. Adapun al-hashib adalah bebatuan kecil.

Setelah menjelaskan kemungkinan terjadinya hujan meteor, ayat di atas mengingatkan bahwa tidak ada yang bisa mengambil manfaat dan pelajaran dari tanda-tanda atau peringatan keras tersebut kecuali hamba yang bertaubat kepada Allah SWT, atau orang yang berilmu yang memahami kekuasaan dan sunah Allah SWT dalam mengatur alam semesta.

Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Akan terjadi pada umat ini – atau umatku: perawi ragu-ragu lafal mana yang lebih benar – gempa dahsyat, atau pengubahan bentuk, atau pelemparan (batu-batu dari langit) atas para pengingkar takdir.”

Allah Swt. menceritakan tentang keadaan jin ketika Dia mengutus Rasul-Nya Nabi Muhammad Saw. dan menurunkan kepadanya Al-Qur'an. Dan tersebutlah bahwa di antara pemeliharaan (penjagaan) Allah kepada Al-Qur'an ialah Dia memenuhi langit dengan penjagaan yang ketat di semua penjuru dan kawasannya, dan semua setan diusir dari tempat-tempat pengintaiannya, yang sebelumnya mereka selalu menduduki pos-posnya di langit. Agar setan-setan itu tidak mencuri-curi dengar dari Al-Qur'an, yang akibatnya mereka akan menyampaikannya kepada para tukang tenung yang menjadi teman-teman mereka, sehingga perkara Al-Qur'an menjadi samar dan campur aduk dengan yang lainnya, serta tidak diketahui mana yang benar. Ini merupakan belas kasihan Allah Swt. kepada makhluk-Nya, juga merupakan rahmat dari-Nya kepada hamba-hamba-Nya, dan sebagai pemeliharaan-Nya terhadap Kitab-Nya yang mulia. Allah, yang menjelaskan kebiasaan jin mencuri berita dari langit

وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا * وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا

“Sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jin: 8 – 9)

Yaitu barang siapa di antara kami yang berani mencoba mencuri-curi dengar sekarang, niscaya ia akan menjumpai panah berapi yang mengintainya yang tidak akan Iuput dan tidak akan meleset darinya, bahkan pasti akan mengganyangnya dan membinasakannya.

{وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا}

Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 10)

Yakni kami tidak mengetahui peristiwa apa yang terjadi di langit, apakah keburukan yang dikehendaki bagi penduduk bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka? Ini merupakan ungkapan etis kaum jin karena mereka menyandarkan keburukan kepada yang bukan pelakunya, sedangkan kebaikan mereka sandarkan kepada pelakunya, yaitu Allah Swt. Di dalam sebuah hadis sahih diungkapkan:

"وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ"

Keburukan itu bukanlah dinisbatkan kepada Engkau.

Sebelum itu memang pernah juga terjadi pelemparan bintang-bintang yang menyala-nyala (meteor), tetapi tidak banyak terjadi, melainkan hanya sesekali saja dan jarang terjadi, seperti yang disebutkan di dalam hadis Al-Abbas, yang menceritakan bahwa ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba ada bintang yang dilemparkan (di langit) sehingga bintang itu menyala dengan terang. Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Bagaimanakah pendapat kalian tentang peristiwa ini?" Kami menjawab, "Kami beranggapan bahwa ada seorang yang besar dilahirkan, atau ada orang besar yang meninggal dunia." Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Bukan demikian, tetapi apabila Allah memutuskan suatu urusan di langit," hingga akhir hadis. Kami telah mengemukakannya dengan lengkap dalam tafsir surat Saba'.

Peristiwa penjagaan langit dengan penjagaan yang ketat itulah yang menggerakkan jin untuk mencari penyebabnya. Lalu mereka menyebar ke arah timur dan arah barat belahan bumi untuk mencari berita penyebabnya. Akhirnya mereka menjumpai Rasulullah Saw. sedang membaca Al-Qur'an dengan para sahabatnya dalam salat. Maka mereka mengetahui bahwa karena orang inilah langit dijaga ketat, lalu berimanlah kepadanya jin yang mau beriman, dan jin yang lainnya tetap pada kedurhakaan dan kekafirannya. Hal ini disebutkan di dalam hadis Ibnu Abbas pada tafsir surat Al-Ahqaf, tepatnya pada firman-Nya:

وَإِذْ صَرَفْنا إِلَيْكَ نَفَراً مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an. (Al-Ahqaf: 29), hingga akhir ayat.

Dan memang tidak diragukan lagi bahwa ketika peristiwa itu terjadi, yaitu banyaknya bintang yang menyala di langit dan selalu siap untuk dilemparkan bagi siapa yang akan mendekatinya, hal ini menyebabkan kegemparan di kalangan manusia dan jin; mereka kaget dan merasa takut dengan peristiwa tersebut. Mereka mengira bahwa alam ini akan hancur, sebagaimana yang dikatakan oleh As-Saddi berikut ini.

Bahwa sebelumnya langit tidak dijaga, melainkan bila di bumi terdapat seorang nabi atau agama Allah akan memperoleh kemenangan. Tersebutlah pula bahwa setan-setan sebelum Nabi Muhammad Saw. diutus mempunyai pos-posnya tersendiri di langit yang terdekat untuk mendengar-dengarkan berita dari langit menyangkut peristiwa yang akan terjadi di bumi. Dan setelah Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. sebagai rasul, setan-setan itu dilempari dengan panah-panah berapi di suatu malam, maka kagetlah penduduk Taif dengan peristiwa tersebut. Mereka mengatakan, "Penduduk langit telah binasa." Mereka mengatakan demikian karena melihat hebatnya api yang menyala di langit dan bintang-bintang meteor di malam itu simpang siur di langit menjadikan langit terang benderang.

Maka mereka memerdekakan budak-budaknya dan melepaskan ternak mereka, lalu Abdu Yalil ibnu Amr ibnu Umair berkata kepada mereka, "Celakalah kalian, hai orang-orang Taif, tahanlah harta benda kalian. Dan lihatlah dengan baik olehmu tempat-tempat bintang-bintang itu. Jika bintang-bintang itu masih tetap pada tempatnya masing-masing, berarti penduduk langit tidak binasa. Sesungguhnya kejadian ini tiada Lain karena Ibnu Abu Kabsyah, yakni Nabi Muhammad Saw. Dan jika kalian lihat bintang-bintang tersebut tidak lagi berada di tempatnya masing-masing, berarti penduduk langit telah binasa." Maka mereka memandang langit dengan pandangan yang teliti, dan ternyata mereka melihat bintang-bintang itu masih ada di tempatnya, akhirnya mereka menahan harta mereka dan tidak dilepaskannya lagi.

Setan-setan merasa terkejut dengan peristiwa tersebut di malam itu, maka mereka menghadap kepada iblis pemimpin mereka dan menceritakan kepadanya peristiwa pelemparan yang dialaminya. Iblis memerintahkan kepada mereka, "Datangkanlah kepadaku dari tiap-tiap kawasan bumi segenggam tanah, aku akan menciumnya." Lalu. iblis menciumnya dan berkata, "Ini gara-gara teman kalian yang ada di Mekah." Maka iblis mengirimkan tujuh jin dari Nasibin. dan mereka datang ke Mekah, maka mereka menjumpai Nabi Allah sedang berdiri mengerjakan salatnya di Masjidil Haram dalam keadaan membaca Al-Qur'an. Mereka makin mendekatinya karena ingin mendengarkan bacaan Al-Qur:an, dan hampir saja bagian yang menonjol dari tenggorokan mereka menyentuh Nabi Saw. Kemudian mereka masuk Islam, maka Allah Swt. menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya yang menceritakan perihal mereka. Kami telah menerangkan bagian ini secara rinci di permulaan pembahasan kebangkitan Rasul dari kitab kami yang berjudul Kitabus Sirah, dengan keterangan yang panjang lebar.
Firman Allah menjelaskan fungsi bintang

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.(QS. Al-Mulk: 5)

Qatadah mengatakan bahwa sesungguhnya bintang-bintang ini diciptakan untuk tiga hal, yaitu Allah menciptakannya untuk perhiasan bagi langit, dan sebagai pelempar setan, serta sebagai tanda-tanda untuk dijadikan petunjuk arah. Maka barang siapa yang mempunyai takwilan lain selain dari yang telah disebutkan, berarti dia mengemukakan pendapatnya sendiri, memasuki bagian yang bukan bagiannya, keliru dalam berpendapat, serta rnemaksakan dirinya terhadap apa yang tiada pengetahuan baginya tentang hal itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...