Senin, 25 Oktober 2021

 

Tabiat Manusia Berdasarkan Weton Kelahiran

Neptu artinya angka perhitungan hari, hari pasaran, bulan, dan tahun Jawa. Setiap hari, hari pasar, bulan, dan tahun memiliki nilai yang berbeda-beda. Perhitungan (neptu) dalam kehidupan masyarakat Jawa sangatlah penting. Hampir setiap tindak-tanduk atau keperluan hajat pasti menggunakan perhitungan.

Hari

            Ahad/Minggu nilainya     = 5
            Senin nilainya                 = 4
            Selasa nilainya               = 3
            Rabu nilainya                 = 7
            Kamis nilainya                = 8
            Jumat nilainya                = 6
            Sabtu nilainya                = 9

Hari Pasar

            Kliwon nilainya              = 8
            Legi nilainya                  = 5
            Pahing nilainya             = 9
            Pon nilainya                  = 7
            Wage nilainya               = 4

Netpu Bulan dan Tahun Jawa

Selain mengenal neptu hitungan weton, orang Jawa kuno juga mengenal neptu hitungan untuk bulan dan tahun. Kendati demikian hitungan kedua neptu tersebut jarang digunakan dalam meramalkan watak atau kepribadian manusia berdasarkan hari kelahirannya.

Neptu bulan dan tahun lebih sering digunakan sebagai alat untuk memperkirakan musim tanam, musim hujan, musim kemarau, hama penyakit pada tanaman, jumlah panen pada kegiatan pertanian yang dilakukan, banyaknya tangkapan ikan bagi nelayan, dan lain sebagainya.

Meski tak begitu sering digunakan, neptu Jawa untuk hitungan bulan dan tahun tentu tak ada salahnya bila kita pelajari. Nah, secara lengkap berikut ini adalah nilai neptu dari bulan dan tahun Jawa yang dapat kami rangkum!

Bulan

            Sura nilainya                  = 7
            Sapar nilainya                = 2
            Rabiul Awal nilainya       = 3
            Rabiul Akhir nilainya      = 5
            Jumadil Awal nilainya    = 6
            Jumadil Akhir nilainya    = 1         
            Rajab nilainya               = 2
            Ruwah nilainya             = 4
            Puasa nilainya              = 5
            Syawal nilainya            = 7
            Zulkaidah nilainya        = 1
            Besar nilainya              = 3

Untuk diketahui, dalam kalender Jawa dikenal 12 bulan yang penanggalannya mirip seperti penanggalan hijriah (kalender Islam). Sementara dalam hitungan tahun, kalender Jawa mengenal adanya siklus pergantian tahun dalam sewindu dengan nama-nama yang memiliki makna yang khas, yaitu tahun Alip, tahun Ehe, tahun Jimawal, tahun Je, tahun Dal, tahun Be, tahun Wawu, dan tahun Jamakhir.

Tahun

            Alip nilainya                    = 1
            Ehe nilainya                   = 5
            Jimawal nilainya             = 3
            Je nilainya                      = 7
            Dal nilainya                    = 4
            Be nilainya                     = 2
            Wawu nilainya                = 6
            Jimakir nilainya              = 3

Nah, demikianlah sekilas pemaparan mengenai hitungan neptu Jawa dan cara menghitung weton yang bisa kami sampaikan. Setelah memahami artikel ini, tentu cara menghitung weton, bulan, dan tahun Jawa sudah Anda kuasai. Cukup mudah bukan? Semoga bermanfaat dan dapat membantu mengenalkan kembali budaya Jawa yang hampir punah ini.

SIFAT TANGGAL DAN KEJADIAN PENTING

Dalam kalender Jawa, setiap tanggal memiliki sifat tersendiri. Sifat tersebut dimulai dari tanggal 1 – 30 dalam perhitungan kalender Jawa. setiap tanggal dalam kalender Jawa juga mempunyai semacam ‘ikon’ binatang, tumbuhan, atau benda tertentu yang dianggap sebagai wakil tiap tanggal. Untuk lebih jelasnya maka perhatikan penjelasan berikut ini.

Tanggal 1  (kuda)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 1 memiliki sifat yang baik dan jujur.   

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 1 adalah Allah swt. menciptkan Nabi Adam as.

Tanggal 2 (kijang)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 2 memiliki sifat tabah dan sabar.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 2 adalah Allah swt. menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam as.

Tanggal 3 (macan)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 3 memiliki perangai/sifat yang tidak baik, kurang cerdas, dan kalau terjerumus kesesatan maka akan durhaka.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 3 adalah Qabil membunuh Habil.

Tanggal 4 (kucing)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 4 memiliki sifat mulia, berbakti pada orangtua, dan saleh.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 4.

Tanggal 5 (sapi)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 5 memiliki watak durhaka dan angkuh.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 5 adalah lahirnya Qabil.

Tanggal 6 (kerbau)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 6 memiliki sifat baik dan merupakan anak saleh/salehah.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 6.

Tanggal 7 (tikus)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 7 memiliki sifat baik dan merupakan anak saleh/salehah.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 7.

Tanggal 8 (rusa/lembuwana)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 8 memiliki sifat baik dan dinaungi banyak keberuntungan.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 8 adalah diciptakannya Nabi Nuh as. dan peristiwa perahu Nuh.

Tanggal 9 (anjing)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 9 memiliki sifat durhaka, angkuh, dan tidak bertanggung jawab.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 9 adalah wafatnya Nabi Saleh as.

Tanggal 10 (naga)

Orang yang dilahirkan paa tanggal 10 memiliki sifat amanah dan memegang janji.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 10 adalah turunnya Nabi Nuh as.‎

Tanggal 11 (kambing)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 11 memiliki sifat pandai berbicara, memiliki keanugerahan rezeki yang berlimpah, dan panjang umur.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tangggal 11.

Tanggal 12 (bunga pinang)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 12 memiliki sifat baik, amanah, dan tidak suka berbohong.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 12.

Tanggal 13 (gajah)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 13 memiliki sifat tahan menderita dan kadang berbohong.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 13.

Tanggal 14 (singa)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 14 memiliki sifat mudah beradaptasi dan memiliki kemampuan yang baik dalam berbagai bidang.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 14 adalah Allah swt. menciptakan ‘arsy, bumi, langit, surga, dan neraka.

Tanggal 15 (ikan)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 15 memiliki sifat setia dan berbakti.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 15, Allah swt. menciptakan Nabi Yusuf as.‎

Tanggal 16 (lilin)

Orang yang lahir pada tanggal 16 memiliki sifat buruk dan sekehendak dirinya sendiri.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 16 adalah hancurnya kaum Luth yang mendurhakai Allah swt.

Tanggal 17 (burung elang)

Orang yang dilahirkan tanggal 17 memiliki sifat selalu berusaha lebih baik dan introspeksi diri.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 17 adalah Allah swt. menciptakan Nabi Musa as.

Tanggal 18 (babi hutan)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 18 memiliki sifat baik.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 18 adalah bertemunya Nabi Yakub as. dengan Nabi Yusuf as.

Tanggal 19 (banteng)

Orang yang dilahirka tanggal 19 memiliki sifat jelek sebab durhaka pada Allah swt. dan durhaka pada orangtua.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 19 adalah Allah swt. menjadikan Nabi Yakub as.

Tanggal 20 (antu)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 20 memiliki sifat baik, dermawan, dan banyak rezeki.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 20.

Tanggal 21 (arang)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 21 memiliki watak buruk sebab durhaka

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 21.

Tanggal 22 (udang)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 22 memiliki sifat baik, jujur, dan ikhlas hati.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 22.

Tanggal 23 (ular laut)

Orang yang dilahirkan tanggal 23 memiliki sifat durhaka.

Tidak ada kejadian yang berhubungan dengan tanggal 23.

Tanggal 24 (pare)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 24 memiliki sifat tidak baik, nakal, dan durhaka.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 24 adalah Allah swt. menjadikan Namrud dan Fir’aun.

Tanggal 25 (pande)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 25 memiliki sifat dermawan, suka menolong, dan sabar.

Tidak ada kejadian yang berhubungan dengan tanggal 25.

Tanggal 26 (kala)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 26 memiliki sifat baik, jujur, menghornati orang lain, dan saleh/salehah.

Kejadian yang berhubungan dengan tanggal 26 adalah Allah swt. membinasakan atau menenggelamkan Fir’aun.

Tanggal 27 (ular)

Orang yang lahir pada tanggal 27 memiliki sifat baik, jujur, amanah, dan saleh/salehah.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 27.

Tanggal 28 (padi)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 28 memiliki sifat baik, tutur kata dan perbuatannya terpuji, dan suka menolong.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 28.

Tanggal 29 (unta)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 29 memiliki sifat jelek, durhaka, suka berbohong, dan tidak bertanggung jawab.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 29.

Tanggal 30 (sada)

Orang yang dilahirkan pada tanggal 30 memiliki sifat yang jelek, angkuh, dan miskin.

Tidak ada kejadian penting yang berhubungan dengan tanggal 30.

SIFAT HARI

Dalam perhitungan Jawa, setiap hari itu memiliki sifat tertentu. Sifat hari berguna untuk menentukan kegiatan apa yang cocok dilakukan pada hari bersangkutan dan sifat hari juga berguna sebagai perhitungan yang berhubungan dengan penentuan hajat tertentu. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.

Minggu
Minggu memiliki sifat becik, samudana, lan ela-elu atau diartikan memiliki sifat baik, mengingkari kata hati, dan mudah terbawa arus karena pendirian yang tidak tetap.

Senin
Senin memiliki sifat semua barang pratape atau dimaknai sebagai sifat yang pantas/luwes dalam tingkah laku.

Selasa
Selasa memiliki sifat sujana, tan andelan, lan butarepan atau dimaknai sebagai sifat pencemburu dan sulit memercayai orang lain.

Rabu
Rabu memiliki sifat sembada, sebarang patut, lan rada sembranaatau dimaknai sebagai sifat penuh rasa tanggung jawab, luwes, dan suka dengan banyolan.

Kamis
Kamis memiliki sifat ahli surasa, mada, ngalem, lan lumuh kungkulanatau berarti ahli dalam menafsirkan sesuatu, suka menghina, suka menyanjung, dan tidak senang jika ada yang melebihi.

Jumat
Jumat memiliki sifat semuci, suci, lan kudu resik-resik atau berarti suka berpura-pura menjadi orang suci dan suka kebersihan dalam segala hal.

Sabtu
Sabtu memiliki sifat srakah barang karepe lan srumbung yang dimaknai memiliki sifat serakah dalam berbagai hal dan angkuh.

SIFAT HARI PASARAN

Hari pasaran juga memiliki sifat tersendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya. Seperti telah diketahui bahwa dalam perhitungan kalender Jawa terdapat 5 hari pasaran, yaitu Kliwon, Legi, Pahing, Pon, dan Wage. Untuk lebih jelasnya maka perhatikan keterangan di bawah ini.

Kliwon
Kliwon memiliki sifat pemaaf, pandai menyimpan sesuatu dalam hati, lancar bicaranya, dan pandai menyusun kata-kata baik lisan ataupun tertulis.

Legi
Kliwon memiliki sifat ikhlas hati, mudah memberikan maaf, dam baik pada orang lain.

Pahing
Pahing memiliki sifat ambisius dan cerdik.

Pon
Pon memiliki sifat kurang perhitungan, angkuh, dan suka pamer.

Wage
Wage memiliki sifat keras kepala dan teguh pada pendirian.

SIFAT BULAN

Bulan juga memiliki sifat tersendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya. Seperti telah diketahui bahwa dalam perhitungan kalender Jawa terdapat 12 bulan, yaitu Sura, Sapar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Puasa, Syawal, Zulkaidah, dan Besar. Untuk lebih jelasnya maka perhatikan keterangan di bawah ini.

Sura
Bulan Sura memiliki sifat hera-heru atau banyak terjadi kecelakaan.

Sapar
Bulan Sapar memiliki sifat becike samdya atau baik.

Rabiul Awal
Bulan Rabiul Awal memiliki sifat apesan, geringen atau apes dan sakit-sakitan.

Rabiul Akhir
Bulan Rabiul Akhir memiliki sifat slamet samubarang gawe atau pekerjaan dilaksanakan dengan selamat.

Jumadil Awal
Bulan Jumadil Awal memiliki sifat geringen genti-genti atau sakit yang berganti.

Jumadil Akhir
Bulan Jumadil Akhir memiliki sifat rakhamating wong tuwa atau mendapatkan rahmat dari orangtua.

Rajab
Bulan Rajab memiliki sifat akeh prekara atau akan mendapatkan banyak perkara/masalah.

Ruwah
Bulan Ruwah memiliki sifat  rahayu slamet, nanging yen wis tiba brahatatau medapatkan keselamatan, tetapi jika sudah jatuh akan susah dan berat.

Puasa
Bulan puasa memiliki sifat salaka lan rejeki atau banyak mendapatkan uang dan rezeki.

Syawal
Bulan Syawal memiliki sifat akeh sedya ala atau banyak niat jahat sehingga perlu kewaspadaan tinggi.

Zulkaidah
Bulan Zulkaidah memiliki sifat kinasihan sadulur atau memiliki banyak cinta dari saudara.

Besar
Bulan Besar memiliki sifat utama wedi tur slamet atau menurut untuk mendapatkan keselamatan.‎

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN WAKTU KELAHIRAN

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN HARI KELAHIRAN

Dalam perhitungan primbon dikatakan bahwa setiap hari memiliki watak atau tabiat yang berbeda. Berdasarkan penyataan itu maka dipastikan manusia yang memiliki hari kelahiran berbeda secara otomatis juga memiliki tabiat yang berbeda. Untuk menjelaskan masalah watak manusia berdasarkan hari kelahiran maka perhatikan penjelasan di bawah ini.

Minggu
Manusia yang dilahirkan pada hari Minggu maka tabiatnya dipengaruhi oleh peredaran matahari sehingga bertabiat mampu sebagai penunjuk, pekerja keras, ikhlas hati, segi kebahasaan sangat menonjol, berwibawa, dan memiliki rasa kasih yang besar.

Senin
Manusia yang dilahirkan pada hari Senin maka tabiatnya dipengaruhi oleh peredaran bulan sehingga memiliki tabiat ikhlas hati, memiliki skill atau kemampuan yang mumpuni, penegak kebenaran dan keadilan, serta gaya bicaranya lugas.

Selasa
Manusia yang dilahirkan pada hari Selasa maka tabiatnya dipengaruhi oleh peredaran api sehingga tabiatnya pemboros, suka berdusta, tidak mudah bergaul, dan cepat bosan dengan pekerjaannya.

Rabu
Manusia yang dilahirkan pada hari Rabu maka tabiatnya dipengaruhi oleh peredaran bumi sehingga memiliki tabiat berani menanggung risiko, sangat baik terhadap orang lain, lugas dan tegas dalam perkataan dan perbuatan, dan berkecukupan.

Kamis
Manusia yang dilahirkan pada hari Kamis maka tabiatnya dipengaruhi angin dan petir sehingga tabiatnya gaya bicara meledak-ledak, sulit bergaul, tidak ikhlas, jodohnya sering meninggal dahulu, temperamental, mudah tersanjung, dan gampang ditipu dengan kehalusan kata dan kehalusan tingkah laku seseorang.

Jumat
Manusia yang dilahirkan pada hari Jumat maka tabiatnya dipengaruhi oleh peredaran bintang sehingga memiliki tabiat suka berderma, halus budinya, melarat, tempat berkeluh kesah, ikhlas hati, intelektualitas tinggi, cinta keluarga, dan mudah bergaul.

Sabtu
Manusia yang dilahirkan di hari Sabtu maka tabiatnya dipengaruhi oleh peredaran air sehingga memiliki tabiat pekerja keras, banyak musuh, sulit bergaul, banyak jalan atau akal untuk bertahan hidup, dan cekatan.

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN KELAHIRAN SIANG/MALAM

Perhitungan lain yang digunakan dalam untuk mengetahui tabiat manusia adalah dengan cara mengetahui waktu kelahirannya siang/malam. Yang menentukan adalah waktunya, sedangkan siang dan malamnya tidak terlalu berpengaruh. Untuk lebih jelasnya maka lihat keterangan di bawah ini.

Minggu pukul 2 siang/malam
Manusia yang terlahir pada hari Minggu pukul 2 siang/malam maka memiliki sifat “Pandhita Sabdaning Nyata” atau diterjemahkan jika bertindak akan selalu berpihak pada jalan kebenaran.

Senin pukul 2 siang/malam
Manusia yang terlahir pada hari Senin pukul 2 siang/malam maka memiliki sifat “Dora” atau memiliki sifat yang tidak jujur.

Selasa pukul 1 siang/malam
Manusia yang terlahir pada hari Selasa pukul 1 siang/malam maka memiliki sifat “Malaikat Ngambil Nyawa” atau sifat akan menderita sakit dan tidak panjang umur.

Rabu pukul 2 siang/malam
Manusia yang terlahir pada hari Rabu pukul 2 siang/malam maka memiliki sifat “Ratu” atau sifat akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan hidup.

Kamis pukul 2 siang/malam
Manusia yang terlahir pada hari Kamis pukul 2 siang/malam maka memiliki sifat “Bangsa Pangasihan” atau sifat memiliki cinta dan kasih sayang yang besar.

Jumat pukul 2 siang/malam
Manusia yang terlahir pada hari Jumat pukul 2 siang/malam maka memiliki sifat “Bangsa Pelenyokan ” atau sifat suka menyeleweng dan sedikit kasih sayang.

Sabtu pukul 1 siang/malam
Manusia yang terlahir pada hari Sabtu pukul 1 siang/malam maka memiliki sifat “Malaikat Ngambil Nyawa” atau akan menderita sakit dan tidak panjang umur.

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN HARI PASARAN

Perhitungan lain yang dikenal masyarakat Jawa untuk mengenali sifat orang, yaitu berdasarkan hari pasaran ketika dilahirkan. Dalam perhitungan ini juga dijelaskan mengenai binantang peliharaan yang cocok untuk masing-masing hari pasaran. Untuk lebih jelasnya maka perhatikan uraian di bawah ini.

Kliwon
Seseorang yang dilahirkan pada hari pasaran Kliwon maka memiliki sifat“Wisa Marta Durjana”. Penjelasan dari sifat tersebut, yaitu memiliki sifat yang kompleks karena bisa baik bisa buruk, pandai berbicara, dan pemaaf.
Binatang peliharaan yang cocok adalah monyet dan anjing.

Legi
Seseorang yang dilahirkan pada hari pasaran Legi maka memiliki sifat “Sumedhi”. Penjelasan dari sifat tersebut adalah jujur, ikhlas, bijak, cerdas, dan suka mengadakan perjamuan untuk orang lain.
Binatang peliharaan yang cocok adalah kucing, tikus, atau hamster.

Pahing
Seseorang yang dilahirkan pada hari pasaran Pahing maka memiliki sifat “Chendana”. Penjelasan sifat tersebut, yaitu memiliki sifat memiliki keinginan atau cita-cita yang tinggi, pandai menyimpan maksud, dan suka dengan hal-hal baru.
Binatang peliharaan yang cocok adalah harimau dan kucing.

Pon
Seseorang yang dilahirkan pada hari pasaran Pon maka memiliki sifat “Somahita”. Penjelasannya adalah memiliki sifat mudah marah, pemberani, berbudi halus, dan bijak.
Binatang peliharaan yang cocok adalah kambing atau biri-biri.

Wage

Seseorang yang dilahirkan pada hari pasaran Wage maka memiliki sifat“Prabuanom”. Penjelasannya adalah memiliki belum stabil, pemarah, seenaknya sendiri, sombong, dan teguh pendirian.
Binatang peliharaan yang cocok adalah sapi atau lembu.

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN HARI DAN HARI PASARAN


Perhitungan lain yang dikenal dalam masyarakat untuk mengenali watak seseorang adalah dengan mengenali hari dan hari pasaran pada saat lahir. Untuk lebih jelasnya maka perhatikan penjelasan berikut ini.


Minggu

Minggu Kliwon: orang yang dilahirkan pada Minggu Kliwon memiliki tabiat memiliki banyak cita-cita dan keinginan dan cenderung pemboros.

Minggu Legi: orang yang dilahirkan pada Minggu Legi memiliki tabiat memiliki banyak kelebihan, tetapi tidak bisa memanfaatkannya sebagai sebuah peluang. Tabiat lainnya adalah kecenderungan untuk selingkuh, dan mudah lupa dengan sesuatu.

Minggu Pahing: orang yang dilahirkan pada Minggu Pahing memiliki tabiat cerdas dan banyak akal, perasa, dan terlihat sombong.

Minggu Pon: orang yang dilahirkan pada Minggu Pon memiliki tabiat pandai memanfaatkan dan menyimpan harta benda.

Minggu Wage: orang yang dilahirkan pada Minggu Wage memiliki tabiat ambisi yang besar, sedikit tidak baik, dan pemberani.‎


Senin

Senin Kliwon: orang yang dilahirkan pada Senin Kliwon memiliki tabiat nakal pada saat muda, namun tua akan menjadi baik. Tabiat lainnya tenang cara pikir dan tindakannya.

Senin Legi: orang yang dilahirkan pada Senin Legi memiliki tabiat tenang dalam pikiran dan tindakan, tekun bekerja, tidak muluk-muluk, dan pendiam.

Senin Pahing: orang yang dilahirkan pada Senin Pahing memiliki tabiat tamak, kemampuan kerja cukup memadai, pekerja keras.

Senin Pon: orang yang dilahirkan pada Senin Pon memiliki tabiat halus budi dan tutur katanya, pandai mengambil hati, dan pintar mencari rezeki halal.

Senin Wage: orang yang dilahirkan pada Senin Wage memiliki tabiat baik hati, teguh pada pendapat, kurang pandai, dan pemberani.


Selasa

Selasa Kliwon : orang yang dilahirkan pada Selasa Kliwon memiliki tabiat yang unik sebab bisa cerdas sekali, namun bisa dungu sekali.

Selasa Legi : orang yang dilahirkan pada Selasa Legi memiliki tabiat oportunis, berpikiran baik, dan pendiam.

Selasa Pahing : orang yang dilahirkan pada Selasa Pahing memiliki tabiat yang malas, pemalu, teguh pendirian, dan setia pada pasangannya.

Selasa Pon : orang yang dilahirkan pada Selasa Pon memiliki tabiat suka membesar-besarkan masalah, kurang cerdas, dan setia pada pasangannya.

Selasa Wage: orang yang dilahirkan pada Selasa Wage memiliki tabiat sulit diatur, sulit dinasihati, dan pandai menyimpan harta benda pribadi.


Rabu

Rabu Kliwon: orang yang dilahirkan pada Rabu Kliwon memiliki tabiat agak jail, pandai berbicara, dan pikiran selalu tertuju pada lawan jenis.

Rabu Legi: orang yang dilahirkan pada Rabu Legi memiliki tabiat sederhana, suka berderma, dan selalu berpikir positif.

Rabu Pahing: orang yang dilahirkan pada Rabu Pahing memiliki tabiat keras kepala, senang disanjung, angkuh, tidak mau disaingi, dan mudah mendapatkan teman baru.

Rabu Pon: orang yang dilahirkan pada Rabu Pon memiliki tabiat pekerja keras, setia pada pasangan, hemat, dan pemikir ulung.

Rabu Wage: orang yang dilahirkan pada Rabu Wage memiliki tabiat tekun dalam karier, memiliki kemampaun cukup, dan sedikit tidak baik.   ‎


Kamis

Kamis Kliwon: orang yang dilahirkan pada Kamis Kliwon maka memiliki tabiat pekerja keras dan memiliki kemampaun yang cukup dalam pekerjaan.

Kamis Legi: orang yang dilahirkan pada Kamis Legi memiliki tabiat suka permusuhan, tidak hormat, dan memiliki kecedasan yang tinggi.

Kamis Paing: orang yang dilahirkan pada Kamis Paing memiliki tabiat pekerja keras, kemampuan berpikir biasa saja, dan pendiam.

Kamis Pon: orang yang dilahirkan pada Kamis Pon memiliki tabiat sombong, pikirannya membingungkan, hemat, dan pendiam.

Kamis Wage: orang yang dilahirkan pada Kamis Wage memiliki tabiat keras, bertanggung jawab, dan tahan terhadap penderitaan.


Jumat

Jumat Kliwon: orang yang dilahirkan pada Jumat Kliwon memiliki tabiat jika pria pendiam, tetapi jika seorang wanita cerewet.

Jumat Lagi: orang yang dilahirkan pada Jumat Legi memiliki tabiat sering merasakan kecewa, hati merasa kekurangan terus, dan teguh pada penderian yang diyakininya benar.

Jumat Pahing: orang yang dilahirkan pada Jumat Pahing memiliki tabiat sifat unik sebab jika cerdas akan sangat cerdas, namun jika bodoh akan bodoh sekali, tabiat lainnya, yaitu pendiam, tenang, dan santai.

Jumat Pon: orang yang dilahirkan pada Jumat Pon memiliki tabiat banyak akal, sulit bergaul, dan pendiam.


Sabtu

Sabtu Kliwon: orang yang dilahirkan pada Sabtu Kliwon memiliki tabiat suka menutupi kekurangan diri sendiri, malas kerja, dan pelupa. Akan tetapi, jika menekuni sesuatu akan bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh.

Sabtu Lagi: orang yang dilahirkan pada Sabtu Legi memiliki tabiat teguh mempertahankan apa yang diyakininya, deermawan, dan pandai mencari sumber rezeki.‎

Sabtu Pahing: orang yang dilahirkan pada Sabtu Pahing memiliki tabiat penyimpan rahasia yang baik, pandai mencari penghasilan, berpikir kurang cerdas, dan mudah memercayai orang lain.

Sabtu Pon: orang yang dilahirkan pada Sabtu Pon memiliki tabiat cerdas dalam bidang teknik dan pandai mencari uang.

Sabtu Wage: orang yang dilahirkan pada Sabtu Wage memiliki tabiat pemarah, mudah memaafkan, dan pelupa.


TABIAT MANUSIA BERDASARKAN TANGGAL LAHIR


Dalam masyarakat Jawa juga dikenal adanya perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tabiat manusia berdasarkan tanggal lahir. Perhitungan ini berdasarkan perhitungan kalender Jawa.


Tanggal 1

Seseorang yang lahir pada tanggal 1 memiliki tabiat sombong, mudah berputus asa, dan sulit untuk dinasihati.


Tanggal 2

Seseorang yang lahir pada tanggal 2 memiliki tabiat mudah lupa, memiliki banyak anak, mudah putus asa. Dan mudah bergaul.


Tanggal 3

Seseorang yang lahir pada tanggal 3 memiliki tabiat suka akan kesederhanaan, penuh kasih sayang, penuh cinta, dan berparas rupawan.


Tanggal 4

Seseorang yang lahir pada tanggal 4 memiliki tabiat pandai berkata-kata, daya ingat kuat, selalu optimis.


Tanggal 5

Seseorang yang lahir pada tanggal 5 memiliki tabiat pemarah, dermawan, suka menyakiti, dan pandai berbicara.


Tanggal 6

Seseorang yang lahir pada tanggal 6 memiliki tabiat pelupa, malas, tidak rajin, dan kurang pandai.


Tanggal 7

Seseorang yang lahir pada tanggal 7 memiliki tabiat mudah selingkuh dan pandai merayu.


Tanggal 8

Seseorang yang lahir pada tanggal 8 memiliki tabiat mudah bergaul dan berpikiran positif.


Tanggal 9

Seseorang yang lahir pada tanggal 9 memiliki tabiat keras hati, kemampuan cukup, dan ikhlas hati.


Tanggal 10

Seseorang yang lahir pada tanggal 10 memiliki tabiat pandai, pelupa, dan suka bergunjing mengenai orang lain.


Tanggal 11

Seseorang yang lahir pada tanggal 11 memiliki tabiat sok pandai, sopan, dan berpandangan luas.


Tanggal 12

Seseorang yang lahir pada tanggal 12 memiliki tabiat bijaksana, banyak niat tersembunyi, dan tidak bisa diam.


Tanggal 13

Seseorang yang lahir pada tanggal 13 memiliki tabiat banyak akal, akurat, pandai berkata-kata, keras kepala, dan mudah tersinggung.


Tanggal 14

Seseorang yang lahir pada tanggal 14 memiliki tabiat percaya diri tinggi, berkelakuan baik, dan pandai.


Tanggal 15

Seseorang yang lahir pada tanggal 15 memiliki tabiat pandai berkata-kata, pikiran cukup maju, dan cocok jadi pujangga.


Tanggal 16

Seseorang yang lahir pada tanggal 16 memiliki tabiat jelek, ceroboh, dan bukan pekerja keras.


Tanggal 17

Seseorang yang lahir pada tanggal 17 memiliki tabiat baik, jujur, dan bijaksana.


Tanggal 18

Seseorang yang lahir pada tanggal 18 memiliki tabiat pandai berbicara, banyak akal, dan suka selingkuh.


Tanggal 19

Seseorang yang lahir pada tanggal 19 memiliki tabiat dermawan, mudah marah, keras hati, dan bijaksana.


Tanggal 20

Seseorang yang lahir pada tanggal 20 menjadi tempat berkeluh kesah, pelupa, dan bukan pemikir ulung.


Tanggal 21

Seseorang yang lahir pada tanggal 21 memiliki tabiat wawasan luas, sopan, dan dapat membedakan baik/buruk.


Tanggal 22

Seseorang yang lahir pada tanggal 22 memiliki tabiat pendiam, banyak ilmu, dan pemikir ulung.


Tanggal 23

Seseorang yang lahir pada tanggal 23 memiliki tabiat banyak akal, mudah tersinggung, dan pandai berbicara.‎‎


Tanggal 24

Seseorang yang lahir pada tanggal 24 memiliki tabiat perbuatan dan perkataannya baik serta memiliki banyak ilmu.


Tanggal 25

Seseorang yang lahir pada tanggal 25 memiliki tabiat selalu berkata baik dan berkemampuan biasa.


Tanggal 26

Seseorang yang lahir pada tanggal 26 memiliki tabiat pemalas, pelupa, dan ceroboh.


Tanggal 27

Seseorang yang lahir pada tanggal 27 memiliki tabiat bijaksana, senang kebersamaan, dan memiliki banyak sanak saudara.


Tanggal 28

Seseorang yang lahir pada tanggal 28 memiliki tabiat suka selingkuh, banyak merayu, dan jorok perkataannya.


Tanggal 29

Seseorang yang lahir pada tanggal 29 memiliki tabiat dermawan, mudah marah, dan keras hati.


Tanggal 30

Seseorang yang lahir pada tanggal 30 memiliki tabiat angkuh, pemberani, dan pandai mencari sumber penghasilan.


TABIAT MANUSIA BERDASARKAN BULAN KELAHIRAN


Dalam masyarakat Jawa juga dikenal adanya perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tabiat manusia berdasarkan bulan kelahiran. Perhitungan ini berdasarkan perhitungan bulan dalam kalender Jawa.‎


Sura

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Sura memiliki tabiat yang unik sebab jika cerdas maka akan cerdas sekali dan jika bodoh akan bodoh sekali. Tabiat lain yang dimiliki adalah pendiam dan tenang.


Sapar

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Sapar memiliki tabiat mudah tersinggung, terburu-buru dalam melakukan sesuatu, dan tenang dalam hal tertentu.


Rabiul Awal

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Rabiul Awal memiliki tabiat bijaksana dan pekerja keras.


Rabiul Akhir

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Rabiul Akhir memiliki sifat tegas, cekatan, dan kadang membuat orang lain bingung.


Jumadil Awal

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Jumadil Awal memiliki tabiat percaya diri tinggi, telaten, dan sedikit bodoh.


Jumadil Akhir

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Jumadil Akhir memiliki tabiat cerdas, pemberani, dan tingkah laku yang halus.


Rajab

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Rajab memiliki tabiat tidak sombong dan memiliki kepandaian atau ilmu yang tinggi.


Ruwah

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Ruwah memiliki tabiat bijaksana, tepat janji, dan pendiam.


Puasa

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Puasa memiliki tabiat baik hati, tenang, dan pendiam.


Syawal

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Syawal memiliki tabiat teguh pada pendirian.


Zulkaidah

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Syawal memiliki tabiat baik dalam perkataan dan perbuatan.


Besar

Seseorang yang dilahirkan pada bulan Besar memiliki tabiat kadang baik kadang buruk.‎


TABIAT MANUSIA BERDASARKAN MANGSA KELAHIRAN


Dalam masyarakat Jawa juga dikenal adanya perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tabiat manusia berdasarkan mangsakelahiran. Adapun untuk lebih jelasnya maka perhatikan penjelasan di bawah ini.


Kaso

Jika seseorang lahir pada mangsa Kaso maka memiliki tabiat bisa baik bisa buruk.


Karo

Jika seseorang lahir pada mangsa Karo maka memiliki tabiat kurang teliti.


Katelu

Jika seseorang lahir pada mangsa Katelu maka memiliki tabiat pelit.


Kapat

Jika seseorang lahir pada mangsa Kapat maka memiliki tabiat baik.


Kalima

Jika seseorang lahir pada mangsa Kalima maka memiliki tabiat cerewet.


Kanem

Jika seseorang lahir pada mangsa Kapitu maka memiliki tabiat cakap dalam berbagai bidang pekerjaan yang berbeda.


Kapitu

Jika seseorang lahir pada mangsa Kapitu maka tabiatnya ringan tangan/ suka memukul.


Kawolu

Jika seseorang lahir pada mangsa Kawolu memiliki tabiat ikhlas hati.


Kasanga

Jika seseorang lahir pada mangsa Kasanga memiliki tabiat jelek dan suka berbicara kotor.


Kasepuluh

Jika seseorang lahir pada mangsa Kasepuluh memiliki tabiat mudah putus asa.

Desta

Jika seseorang lahir pada mangsa Desta memiliki tabiat suka melakukan sesuatu yang salah.

Sada

Jika seseorang lahir pada mangsa Sada memiliki tabiat berbelas kasih.


TABIAT MANUSIA BERDASARKAN PENJUMLAHAN HARI DAN HARI PASARAN

Perhitungan lain yang dikenal adalah perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai hari dan nilai hari pasaran. Hasil penjumlahan tersebut yang dipakai menjadi acuan. Untuk nilai hari dan nilai pasaran menggunakan standar nilai yang biasa digunakan, bukan standar nilai yang khusus.

Dalam perhitungan ini ada 12 macam kategori yang memiliki karakter berbeda-beda. Adapun kategori-kategori tersebut seperti di bawah ini.

a. Jika jumlah perhitungan 7
Tabiat orangnya mau menang sendiri, suka berpetualang, dan kadang bicaranya tepat

b. Jika jumlah perhitungan 8
Tabiat orangnya mudah tersinggung/marah, rasa peduli sesama yang kurang, dan bisa mengagetkan orang lain.

c. Jika jumlah perhitungan 9
Tabiat orangnya mudah terombang-ambing, suka berbuat kerusakan, dan berjiwa petualang.

d. Jika jumlah perhitungan 10
Tabiat orangnya memiliki intektualitas tinggi, sabar, kasih sayang terhadap keluarga, agak sulit bergaul, dan pendiam.

e. Jika jumlah perhitungan 11
Tabiat orangnya pemberani, dermawan, ikhlas hati, dan suka dengan kesederhanaan.

f. Jika jumlah perhitungan 12
Tabiat orangnya tidak pandai bergaul, sering kehilangan, selalu tidak puas dengan yang ada, dan pintar dalam mencari penghasilan sehari-hari.

g. Jika jumlah perhitungan 13
Tabiat orangnya baik hati, tahan begadang, pandai berkata-kata, dan suka disanjung orang lain.

h. Jika jumlah perhitungan 14
Tabiat orangnya mudah beradaptasi, perhatian, baik hati, dan sedikit malas.

i. Jika jumlah perhitungan 15
Tabiat orangnya berwibawa, tegas, mudah bergaul, tahu tata krama, dan rezeki kecukupan.

j. Jika jumlah perhitungan 16
Tabiat orangnya memiliki kreativitas tinggi, ramah, rezeki berlimpah, pandai berkata-kata, dan sedikit keras kepala.

k. Jika jumlah perhitungan 17
Tabiat orangnya tidak mau disaingi, mudah putus asa, membuat celaka orang lain, dan pendiam.

l. Jika jumlah perhitungan 18
Tabiat orangnya pemberani, sekehendak hati sendiri, sedikit ceroboh, dan mau mengalah.‎

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN HARI DAN HARI PASARAN DENGAN PEMBAGI 7

Perhitungan lain yang juga dikenal adalah perhitungan tabiat berdasarkan penjumlahan hari dan hari pasar  dengan pembagi 7. Dalam perhitungan ini terdapat 7 kategori berbeda.

* Keterangan: khusus untuk perhitungan tabiat manusia berdasarkan hari dan hari pasaran dengan pembagi 7, nilai hari dan hari pasaran berbeda dengan nilai perhitungan biasanya. Untuk lebih jelasnya lihat nilai hari dan nilai hari pasaran di bawah ini.

A. Hari

            Ahad/Minggu nilainya = 3
            Senin nilainya                = 4
            Selasa nilainya         = 5
            Rabu nilainya                 = 6
            Kamis nilainya        = 7
            Jumat nilainya        = 1
            Sabtu nilainya                = 2

B. Hari Pasar

            Kliwon nilainya             = 1
            Legi nilainya                  = 2
            Pahing nilainya            = 3
            Pon nilainya                  = 4
            Wage nilainya         = 5

Aturan perhitungannya adalah dengan menjumlah nilai hari dan nilai hari pasaran. Setelah dijumlahkan kemudian dibagi dengan pembagi 7. Sisa pembagian tersebut yang digunakan  sebagai patokan. Akan tetapi, jika nilai hari dan nilai hari pasaran tidak dapat dibagi karena jumlahnya lebih kecil dari 7 maka hasil penjumlahan tersebut dianggap sisanya. Dan jika perhitungan tidak bersisa atau pas dibagi dengan 7 maka dianggap memiliki sisa 7.

a. Segara Wasesa (jika perhitungan sisa 1)
Tabiat orangnya suka berbuat kebajikan dan dalam kehidupannya dikarunai banyak rezeki.

b. Tunggak Semi (jika perhitungan sisa 2)
Tabiat orangnya pandai mengatur keuangan dan akan selalu memiliki rezeki yang berkecukupan.

c. Satriya Wibawa (jika perhitungan sisa 3)
Tabiat orangnya selalu mendapatkan keberuntungan.

d. Sumur Sinaba (jika perhitungan sisa 4)
Tabiat orangnya dapat menjadi pengayom sehingga bisa jadi tempat berkeluh kesah.

e. Bumi Kapetak (jika perhitungan sisa 5)
Tabiat orangnya tekun dan pekerja keras sehingga cocok jadi petani.

f. Satriya Wirang (jika perhitungan sisa 6)
Tabiat orangnya tahan susah dan selalu mendapatkan halangan.

g. Lebu Katiup Angin (jika perhitungan sisa 7)
Tabiat orangnya selalu merasa kekurangan dan selalu mengalami perpindahan tempat tinggal hingga menemukan tempat yang cocok.

Contoh:
Misalnya Ponimin Diharja lahir pada Jumat Kliwon (1 + 1 = 2). Hasil penjumlahannya 2 sehingga tidak dapat dibagi 7. Oleh karena itu, dianggap memiliki sisa 2. Jadi, menurut perhitungan ini Ponimin Diharja termasuk dalam Tunggak Semi sehingga tabiatnya pandai mengatur keuangan dan memiliki kecukupan rezeki.

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN HARI DAN HARI PASARAN DENGAN PEMBAGI 8

Perhitungan lain yang dikenal adalah perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai hari dan nilai hari pasaran dengan pembagi 8. Untuk nilai hari dan nilai pasaran menggunakan standar nilai yang biasa digunakan, bukan standar nilai yang khusus.

Adapun cara perhitungannya dengan menjumlahkan nilai hari dan nilai hari pasaran kemudian dibagi 8. Sisa dari perhitungan tersebut yang digunakan sebagai acuan. Jika hari dan hari pasaran dijumlahkan tidak mencapai 8 maka jumlah tersebut dianggap sebagai sisanya. Dan jika hasil penjumlah itu dibagi 8 tersebut tidak memiliki sisa atau pas maka dianggap bersisa 8.‎

a. Ginuron Keringan (jika perhitungan sisa 1)
Orangnya akan dihormati dan menjadi tempat berkeluh kesah karena bijaksana.

b. Dur Raben Apesan (jika perhitungan sisa 2)
Orangnya cenderung akan berganti-ganti pasangan, licik, dan akan mendapat kesusahan.

c. Nglampra Mblaur (jika perhitungan sisa 3)
Orangnya sering berpindah tempat hingga menemukan yang cocok.

d. Brama Panas (jika perhitungan sisa 4)
Orangnya sangat serakah dan tidak disukai orang lain.

e. Kuat Menangan (jika perhitungan sisa 5)
Orangnya akan berkuasa dan dinaungi kemenangan.

f. Cantula (jika perhitungan sisa 6)
Orangnya memiliki perangai buruk.

g. Punjul (Jika perhitungan sisa 7)
Orangnya memiliki kemampuan yang lebih dalam berbagai bidang.

h. Ilmu Lantipan (jika perhitungan sisa 8)
Orangnya memiliki kepandaian dan menguasai berbagai macam ilmu.

Contoh:
Misalnya Paijo Tse lahir pada hari Jumat Wage (6 + 4 = 10). Hasil penjumlahan tersebut kemudian dibagi 8 sehingga memiliki sisa 2. Jadi, menurut perhitungan ini Paijo Tse orangnya cenderung akan berganti-ganti pasangan, licik, dan akan mendapat kesusahan.

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN HARI DAN HARI PASARAN DENGAN PEMBAGI 9

Perhitungan lain yang dikenal adalah perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai hari dan nilai hari pasaran dengan pembagi 9. Untuk nilai hari dan nilai pasaran menggunakan standar nilai yang biasa digunakan, bukan standar nilai yang khusus.

Adapun cara perhitungannya dengan menjumlahkan nilai hari dan nilai hari pasaran kemudian dibagi 9. Sisa dari perhitungan tersebut yang digunakan sebagai acuan. Jika hari dan hari pasaran dijumlahkan tidak mencapai 9 maka jumlah tersebut dianggap sebagai sisanya. Dan jika hasil penjumlah itu dibagi 9 tersebut tidak memiliki sisa atau pas maka dianggap bersisa 9.

a. Dangu Watu (jika perhitungan bersisa 1)
Orangnya akan mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hingga tua.

b. Jagur Macan (jika perhitungan bersisa 2)
Orangnya akan banyak orang yang tidak menyukainya sehingga kalau tidak hati-hati akan celaka.

c. Gigis Bumi (jika perhitungan bersisa 3)
Orangnya memiliki wibawa dan kekuasaan.

d. Keterangan Srengenge (jika perhitungan bersisa 4)
Orangnya akan menderita kemiskinan dan banyak halangan.

e. Nohan Rembulan (jika perhitungan bersisa 5)
Orangnya akan selalu dinaungi keberuntungan.

f. Wogan Uler (jika perhitangan bersisa 6)
Orangnya akan hidup miskin jika malas.

g. Talus Banyu (jika perhitungan bersisa 7)
Orangnya memiliki kemampuan dan adaptasi tinggi sehingga dalam karier akan sukses.

h. Wurung Geni (jika perhitungan bersisa 8)
Orangnya akan mendapatkan halangan dan rintangan hidup.

i. Dadi Kayu (jika perhitungan bersisa 9)
Orangnya akan dinaungi keberuntungan dan kemuliaan.

Contoh:
Sari Geyol lahir pada Sabtu Pahing (9 + 9 = 18). Hasil penjumlahan tersebut kemudian dibagi dengan pembagi 9 sehingga hasilnya tidak bersisa. Seperti aturannya bahwa jika tidak memiliki sisa (pas dibagi) maka dianggap bersisa 9. Jadi, menurut perhitungan ini Sari Geyol akan selalu dinaungi keberuntungan dan kemuliaan dalam hidupnya.

TABIAT MANUSIA MENURUT PERHITUNGAN NABI

Perhitungan lain yang dikenal oleh masyarakat Jawa adalah perhitungan tabiat manusia berdasarkan perhitungan nabi.
Adapun cara perhitungan nabi dengan cara menjumlahkan nilai hari dan nilai hari pasaran. Hasil penjumlahan kemudian dicocokkan dengan kategori-kategori yang akan dijelaskan di bawah ini.

a. Perhitungan Nabi Yunus a. s. (jika perhitungan berjumlah 7)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan memiliki banyak keturunan.

b. Perhitungan Nabi Ayub a.s.  (jika perhitungan berjumlah 8)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan memiliki rezeki pangan yang berlimpah, namun sering terjadi pertengkaran dalam rumah tangga.

c. Perhitungan Nabi Musa a.s.  (jika perhitungan berjumlah 9)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini memiliki banyak cita-cita, menang dalam pertarungan, dan mendapatkan celaka karena kelicikkannya.

d. Perhitungan Nabi Nuh a.s.  (jika perhitungan berjumlah 10)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan menjadi pebisnis yang sukses dan cocok juga menjadi juragan petani. Akan tetapi, perlu diingat untuk selalu berzakat supaya terhindar dari celaka.

e. Perhitungan Nabi Idris a.s.  (jika perhitungan berjumlah 11)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan mendapatkan keselamatan, selalu berbuat kebajikan, dan kalau tidak hati-hati akan celaka.

f. Perhitungan Nabi Ibrahim a.s.  (jika perhitungan berjumlah 12)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan menjadi orang saleh atau salehah dan selalu mendapatkan limpahan rezeki yang halal.

g. Perhitungan Nabi Adam a. s. (jika perhitungan berjumlah 13)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan mendapatkan keturunan yang banyak, banyak mendapatkan fitnah, selalu dinaungi keberuntungan dan keselamatan.

h. Perhitungan Nabi Sulaiman a.s. (jika perhitungan berjumlah 14)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan memiliki ilmu yang banyak, uang yang banyak, terpandang, memiliki banyak musuh, disukai banyak orang, dan memiliki keturunan yang sedikit.

i. Perhitungan Nabi Daud a.s. (jika perhitungan berjumlah 15)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan memiliki banyak keturunan, sangat sayang dengan keluarga, akan mendapat halangan dan rintangan, dan kurang pandai.

j. Perhitungan Nabi Isa a.s. (jika perhitungan berjumlah 16)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan mendapatkan halangan, disayang banyak orang, dan berketetapan hati.

k. Perhitungan Nabi Muhammad saw. (jika perhitungan berjumlah 17)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan menjadi orang saleh atau salehah, suka berbuat kebaikan, banyak musuh, dan tidak kaya.

l. Perhitungan Nabi Yusuf a.s. (jika perhitungan berjumlah 18)
Menurut perhitungan, orang yang termasuk dalam kategori ini akan mendapatkan harta berlimpah, dinaungi keberuntungan, dan mendapat celaka.

Contoh:
Misalnya Darman Suryadilaga lahir pada Senin Wage (4 + 4 = 8). Berdasarkan perhitungan nilai hari dan nilai hari pasar berjumlah 8. Jadi, Darman Suryadilaga termasuk kategori perhitungan Nabi Ayub a.s. sehingga akan memiliki rezeki pangan yang berlimpah, namun sering terjadi pertengkaran dalam rumah tangga.

TABIAT MANUSIA BERDASARKAN CIRI FISIK

TABIAT MANUSIA DILIHAT DARI TAHI LALAT

Memiliki tahi lalat bisa membuat seseorang tampak lebih indah atau dianggap sebaliknya, itu tergantung pribadi masing-masing. Banyak yang memercayai bahwa letak tahi lalat bisa menunjukkan sifat-sifat seseorang sesungguhnya. Dalam bab ini akan diuraikan arti letak tahi lalat yang akan dihubungkan dengan pertanda, sifat atau perilaku seseorang. Untuk lebih jelasnya maka perhatikan penjelasan di bawah ini.

1. Tubuh bagian atas

Kepala bagian kanan (manikharda)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kepala bagian kanan maka akan mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.

Kepala bagian kiri (jemjem)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kepala bagian kiri maka tabiatnya mudah terombang-ambing dan sering mendapatkan halangan.

Kepala bagian belakang (cantuka)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kepala bagian belakang berarti memiliki tabiat sabar, sungguh-sungguh, pemberani, dan jujur.

Ubun-ubun (duryuti)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di ubun-ubun maka orang tersebut memilki tabiat pendusta dan suka berbelit-belit.

Uyeng-uyeng (pulung jati)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di uyeng-uyeng maka orang tersebut memiliki tabiat teliti, baik hati, cerdas, dan banyak pertimbangan sebelum melakukan suatu hal.

Jidat kanan/kiri atau keduanya (werdatama)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di jidat kanan/kiri maka orang tersebut memilki tabiat cerdas pikirannya.

Di tengah jidat (bercara)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tengah jidat maka memiliki tabiat pemberani, pintar, dan baik tutur kata dan tingkah lakunya.‎

Pelipis kanan/kiri atau keduanya (srituwuh)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pelipis kanan/kiri akan mendapatkan rezeki yang berlipah dan keuntungan yang besar.

Kelopak mata kanan/kiri atau keduanya (gunasakti)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kelopak mata kanan/kiri maka memiliki tabiat mudah bergaul, berkecukupan, dan pandai mencari penghasilan.

Kelopak mata kanan/kiri bagian bawah(punggung)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kelopak mata kanan/kiri bagian bawah maka memiliki tabiat keras kepala, pemalas, bodoh, dan hidup susah.

Sudut mata kanan/kiri atau keduanya(tameng tuwuh)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di sudut mata kanan/kiri atau keduanya maka menandakan orang yang dapat memegang amanah.

Sudut mata dekat pangkal hidung kanan/kiri(sripadu)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di sudut mata dekat pangkal hidung sebelah kanan/kiri maka orangnya memiliki tabiat rendah hati, amanah, dan cerdas.

Putih mata kanan/kiri (buta)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di putih mata kanan/kiri maka orangnya bertabiat pemarah, sombong, dan tidak teguh pada janji.

Alis kanan (kajen)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di alis kanan maka memiliki tabiat rendah hati dan suka menolong.

Alis kiri (jatmika)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di alis kiri maka akan mendapatkan kasih sayang, mendapatkan kebahagiaan, dan mendapatkan keselamatan.

Pipi kanan/kiri atau keduanya dan dekat dengan mata (srigati)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pipi kanan/kiri atau keduanya dan dekat dengan mata orangnya memiliki rasa setia kawan yang tinggi.

Di tengah-tengah pipi kanan/kiri atau keduanya (tujusih)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tengah-tengah pipi kanan/kiri atau keduanya maka memiliki sifat setia kawan dan banyak dicintai lawan jenis.

Di tengah hidung (turunsih)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tengah hidung maka akan mendapatkan kesuksesan dalam bisnis.

Hidung (pulungsih)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di hidung maka akan mudah menggapai keinginan.

Bawah saluran hidung (palguna)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di bawah saluran hidung memiliki tabiat pekerja keras, namun sedikit penghasilan. Kelebihan lain yang dimiliki adalah pandai berbicara.

Bibir bagian atas (gunasakti)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di bibir bagian atas cerdas dan mudah dalam mencari sumber penghidupan.

Bibir bagian atas (lumer)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di bibir bagian atas memiliki tabiat hati dan mudah diterima siapa saja.

Daun telinga kanan/kiri atau keduanya(srikurda)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di daun telinga kanan/kiri atau keduanya memiliki tabiat mudah tersinggung dan tidak mau mengalah.

Ujung mulut kanan/kiri atau keduanya(nylarem)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di ujung mulut kanan/kiri orangnya memiliki tabiat pandai berbicara dan banyak mengalami kesulitan.

Dagu (ciptakukila)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di dagu orangnya suka melebih-lebihkan sesuatu.

Leher (sridaya)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di leher memiliki kecerdasan dan sabar.

Belakang leher (punggel)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di leher bagian belakang maka orangnya memiliki sifat tergesa-gesa dan tidak mumpuni.

2. Tubuh bagian tengah

Pundak kiri (dayalena)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pundak kiri maka orangnya memiliki tabiat mudah terombang-ambing.

Pundak kanan (dayakarsa)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pundak kanan orangnya memiliki tabiat tajam analisisnya dan mendapatkan kebahagiaan.

Dada kanan/kiri atau keduanya (tunggulrana)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di dada kanan/kiri atau keduanya pemberani mengambil risiko dan dedikasi tinggi terhadap pekerjaan.

Payudara kanan/kiri atau keduanya (sriasih)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di payudara kanan/kiri atau keduanya akan banyak orang yang menyayangi.

Ulu hati (rena)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di ulu hati maka orangnya memiliki tabiat baik hati dan dimudahkan dalam menggapai impiannya.

Punggung kanan/kiri atau keduanya(reksamulya)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di punggung kanan/kiri maka memiliki tabiat memegang teguh amanah.

Pusar (manuhara)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pusar maka memiliki tabiat baik dan dinaungi kebahagiaan.

Lengan kanan/kiri atau keduanya(reksamuka)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di lengan kanan/kiri atau keduanya maka memiliki tabiat berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya dan setia pada pasangannya.

Kedua telapak tangan kanan/kiri (raja keleng)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kedua telapak tangan kanan/kiri maka memiliki tabiat kuat dan pekerja keras.

Belakang kedua telapak tangan kanan/kiri(ragam)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di belakang kedua telapak tangan kanan/kiri maka memiliki tabiat pandai mengatur keuangan.

Jari-jari tangan (unggul)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di jari-jari tangan maka memiliki kepandaian dalam mencari rezeki.

Pergelangan tangan (brasta)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pergelangan tangan maka memiliki tabiat pemboros dan kurang matang dalam memperhitungkan sesuatu.

Kedua sikut (gutama)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kedua sikut maka memiliki sifat terpuji dan mudah diterima orang di mana saja.

Tekukan kedua sikut (purusa)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tekukan kedua sikut maka akan memperoleh kebahagiaan.‎

Ketiak kanan/kiri (tutup)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di ketiak kanan/kiri maka memiliki sifat jujur dan pandai menutupi rahasia.

Tulang belakang (murwat)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tulang belakang maka akan mendapatkan pekerjaan bergensi dan jabatan yang tinggi.‎

3. Tubuh bagian bawah

Pinggang kanan/kiri (kapita)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pinggang kanan/kiri maka memiliki tabiat dapat dipercaya dan pekerja keras.

Pantat kanan/kiri (Basu)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pantat kanan/kiri maka akan sulit mencari rezeki.

Kemaluan (gatukbrama)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kemaluan maka akan sukses dalam karier dan mendapatkan keuntungan yang besar.

Pangkal paha (bimalaku)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pangkal paha maka memiliki tabiat pekerja keras, cita-cita tinggi, dan dinaungi keberuntungan.

Betis (sitaresmi)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di betis maka memiliki ingatan yang sangat bagus.

Telapak kaki kanan/kiri (weca)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di telapak kaki kanan/kiri maka perkataan dan tindakannya baik.

Tulang kering (wregeng)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tulang kering memiliki tabiat tidak hemat dan cenderung tidak pandai memperhitungkan sesuatu.

Pergelangan kaki kanan/kiri (pasren)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di pergelangan kaki kanan/kiri memiliki jiwa petualang dan modis.

Kedua belah kaki (amertani)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di kedua belah kaki akan berhasil jika mencari penghasilan di bidang pangan dan pertanian.‎

Tumit (juti)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tumit memiliki tabiat tidak bisa dipercaya dan cenderung melakukan penipuan.

Jari kaki (werdiguna)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di jari kaki maka memiliki tabiat baik dalam perkataan dan perbuatan.

Tekukan lutut
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di tekukan lutut maka memiliki tabiat mudah terombang-ambing.

Lutut (ancala)
Jika memiliki tahi lalat yang letaknya di lutut maka memiliki keikhlasan hati, tabah, dan senang petualangan.‎

TABIAT MANUSIA DILIHAT DARI BENTUK KEPALA

Bentuk kepala manusia memiliki berbagai macam variasi. Namun secara umum memiliki 3 jenis bentuk, yaitu kecil, sedang, dan besar. Ketiga jenis tersebut memiliki persepsi ataupun pembawaan sifat/tabiat yang berbeda pula.

Kepala besar
Bentuk kepala yang besar menandakan memiliki daya ingat yang kuat dan intelijensi tinggi.

Kepala sedang
Bentuk kepala yang sedang dipersepsikan memiliki tingkat kecerdasan yang cukup tinggi juga.

Kepala kecil
Bentuk kepala kecil kadang dipersepsikan kurang cerdas dan cenderung nakal.‎

TABIAT MANUSIA DILIHAT DARI RAMBUT

Tabiat manusia juga bisa dilihat dari rambut. Banyak yang mengatakan bahwa rambut itu laksana mahkota sehingga banyak orang yang ingin mengetahui tabiat seseorang dari rambutnya. Dalam subbab ini akan dibahas mengenai tabiat seseorang jika dilihat dari penampilan rambutnya.

Rambut merah dan lemas
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat mudah putus asa, kurang tajam daya pikirnya, tidak amanah, dan tidak tahu sopan-santun.

Rambut kaku
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat pemberani.

Rambut lemas
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat sering melakukan hal yang tidak terpuji dan cenderung penakut.

Rambut sedang berombak
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat amanah, tahan menderita, sabar, dan selalu menepati apa yang diucapkannya.

Rambut hitam
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat sabar dan pemberani jika di pihak yang benar.

Rambut kekuning-kuningan
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat temperamental, keras kepala, dan tindakannya tercela.

Rambut halus di belakang tulang tengkorak
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat baik, menepati pa yang diucapkannya, dan memiliki kemampuan kerja yang baik.

Rambut kepala tumbuh lebih ke bawah dan dagu sempit
Orang yang memiliki rambut yang demikian cenderung memiliki tabiat jelek dan kurang cerdas.

Rambut jarang dan tepinya naik ke atas, gayabicara seperti menangis
Orang yang memiliki ciri rambut demikian akan hidup miskin dan mengalami kesulitan.

TABIAT MANUSIA DILIHAT DARI BENTUK DAHI

Bentuk dahi juga bisa dijadikan panduan kita untuk mengetahui tabiat atau sifat seseorang. Variasi bentuk dahi yang berlainan memberikan penilaian yang berbeda sehingga kita dituntut cermat untuk membedakan bentuk-bentuk dahi agar lebih akurat dalam mengetahui tabiat/sifat seseorang.

Dahi sempit
Orang yang memiliki dahi yang demikian cenderung memiliki tabiat buruk sebab tingkah lakunya kurang terpuji.

Dahi lebar
Orang yang memiliki dahi yang demikian cenderung memiliki tabiat kejam dan tidak mau berusaha keras.

Dahi sangat lebar
Orang yang memiliki dahi yang demikian cenderung memiliki tabiat meragukan karena kurang dapat diberi kepercayaan.

Dahi sedang dan tidak berkerut
Orang yang memiliki dahi yang demikian cenderung memiliki tabiat ikhlas hati, penuh belas kasihan, dan mengayomi.

Dahi berkerut membujur
Orang yang memiliki dahi yang demikian cenderung memiliki tabiat gugup, tidak sabar, dan sering mengalami kesulitan.

Dahi berkerut melintang
Orang yang memiliki dahi yang demikian cenderung memiliki tabiat mengayomi, ikhlas hati, tidak sombong, dan berpengetahuan luas.

TABIAT MANUSIA DILIHAT DARI  ALIS

Cara lain untuk mengetahui tabiat seseorang adalah dengan memperhatikan alisnya. Bentuk alis pun bermacam-macam sehingga perlu kejelian dalam mengategorikan termasuk alis yang bagaimana.

Alis dengan bulu yang halus
Orang yang memiliki alis yang demikian cenderung memiliki tabiat ramah, banyak disayangi orang lain, dan dinaungi keselamatan.

Alis melengkung ke bawah
Orang yang memiliki alis yang demikian cenderung memiliki tabiat angkuh, nafsu makan besar, dan suka bermalas-malasan.

Bulu alis bertemu
Orang yang memiliki alis yang demikian cenderung memiliki tabiat pelit, suka mengadu domba, sering menimbulkan perselisihan, dan tidak sopan.

Bulu alis sedikit melengkung ke atas
Orang yang memiliki alis yang demikian cenderung memiliki tabiat berperilaku baik, suka disanjung, dan kadang sok tahu.

Bulu alis sedang
Orang yang memiliki alis yang demikian cenderung memiliki tabiat perfeksionis dan sabar.

Bulu alis tumbuh bak rumput
Orang yang memiliki ciri demikian sering berselisih dengan orang lain.

Di atas kedua alis dan puncak hidung bercahaya merah kekuningan
Orang yang memiki ciri demikian akan cepat menjadi kaya atau mendapat rezeki nomplok tiba-tiba.‎

Di tengah alis dan pangkal hidung tidak bercahaya
Orang yang memiliki ciri demikian akan mendapatkan kemalangan

Di tengah alis dan pangkal hidung bercahaya
Orang yang memiliki ciri demikian akan mendapatkan keselamatan.

Di atas alis kiri dan kanan bercahaya kuning kemerahan
Orang yang meiliki ciri demikian akan mendapatkan kebahagiaan dan rezeki berlimpah.

Alis berkerut seperti kulit jeruk dan berair
Orang yang demikian pada masa tuanya akan mengalami kesedihan.

Di tengah kedua alis tiba-tiba muncul cahaya hitam
Orang yang memiliki ciri demikian maka di usia paruh baya akan mengalami kesusahan.

Di tengah kedua alis tiba-tiba muncul cahaya kuning
Orang yang demikian akan mendapatkan kelancaran dalam bidang usahanya.

Alis panjang melipis dan kulit agak kekuningan
Orang yang memiliki ciri fisik yang demikian merupakan orang yang cerdik, pemberani, berwibawa, dan memiliki kedudukan tinggi.‎

TABIAT MANUSIA DILIHAT DARI BENTUK DAUN TELINGA

Cara lain untuk mengetahui tabiat seseorang adalah dengan memperhatikan daun telinganya. Bentuk daun telinga pun bermacam-macam sehingga perlu kejelian dalam mengategorikan termasuk daun telinga yang bagaimana.

Daun telinga sempit
Orang yang memiliki daun telinga yang demikian cenderung memiliki tabiat suka iseng dan jail pada orang lain.

Daun telinga lebar
Orang yang memiliki daun telinga yang demikian cenderung memiliki tabiat mau menang sendiri dan kurang pandai. Akan tetapi, kadang bisa berbuat baik untuk orang lain.

Daun telinga sedang
Orang yang memiliki daun telinga yang demikian cenderung memiliki tabiat tenang dan berakhlak baik.

Daun telinga proporsional dan terletak sejajar dengan alis
Orang yang memiliki ciri demikian adalah orang yang bakat jadi pemimpin negara dan memiliki wibawa tinggi.

TABIAT MANUSIA DILIHAT DARI MATANYA

Mata merupakan alat indra yang penting karena dengan mata kita bisa melihat ciptaan Tuhan di dunia ini. Sebagai sesuatu yang vital, maka mata perlu perawatan khusus sehingga mata tetap dalam keadaan sehat. Hal lain yang menarik adalah bahwasannya mata oleh orang Jawa juga berguna untuk mengidentifikasi tabiat atau sifat seseorang. Hanya dengan melihat mata seseorang kita bisa mengerti seseorang itu bagaimana, untk itu diperlukan panduan yang akan dijelaskan pada bagian di bawah ini.

Mata lebar
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat tidak rajin dan mudah terbawa arus.

Mata sempit
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat kurang percaya diri dan cenderung penakut.

Mata sedang
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki banyak keunggulan dan kemampuan.

Mata bercahaya
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat apa yang diucapkan sama dengan tindakannya dan memiliki kecerdasan tinggi.

Mata cekung
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat tidak baik karena senang membuat gosip dan fitnah.

Mata cembung seperti petai
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat angkuh dan suka iseng.

Mata jarang berkedip
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaan dan kemampuan bicara yang baik.

Mata menyempit jika mengerling dan berbulu halus
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat tidak terpuji dan tutur katanya kurang sopan.

Mata yang tepinya berkerut
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat dengki dan iri hati.

Bola mata kebiruan
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat suka menyebar fitnah.

Bola mata hitam
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat teliti dan hati-hati.

Bola mata kemerah-merahan
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat pemberani, tetapi tidak memperhitungkan risiko yang dihadapi.

Bola mata merah dan selalu berkedip
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat jelek sebab gemar berzina dan hanya mementingkan diri sendiri.

Bola mata kekuning-kuningan
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki akhlak yang jelek.

Bola mata seperti tahi lalat dan berair serta tepinya berkerut
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat suka menyebar berita bohong.

Bola mata cembung jika dipejamkan dan terbelalak jika dibuka
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat suka disanjung, sok tahu, dan kurang cerdas.

Mata sering berkedip dan bulu mata tidak teratur
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki akhlak yang tidak terpuji.

Mata yang berkedip selalu bergantian
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiatnya kurang percaya diri dan kurang pandai.

Mata mengerling bercabang ke keri dan kanan
Orang yang memiliki ciri mata yang demikian memiliki tabiat orangnya tidak peka dan sering berselisih dengan orang lain.‎‎

World Map Of Asy-Syaikh Abu Ishaq Al-Istakhri


Abu Ishaq Ibrahim ibn Muhammad al-Farisi al Istakhri (a.k.a. Estakhri, Persian:استخری‎‎, i.e. from the Iranian city of Estakhr, b. - d. 957 AD [346AH]‎) was a Persian m‎edieval geographer in medieval Islam and traveler of the 10th century.

Career

Estakhri created the earliest known account of windmills. His Arabic language works included masalik al-mamalik (مسالك الممالك, "Traditions of Countries") and Suwar al-Aqaaleem ( صور الاقاليم, "Shapes of the Climes").
He was a traveller whose geographical work has been translated into German by Mordtmann. When Istakhari was in theIndus Valley he met another celebrated traveller, Ibn Haukul.

World Map Of Al-Istakhri

AUTHOR:  Abu Ishaq Ibrahim ibn Muhammad al-Farisi al Istakhri 

DESCRIPTION:  Al-Istakhri was virtually unknown apart from this one work. He does not appear in any of the standard Arab biographies, and all we know about him personally was his meeting with the more renown Ibn Hawqal (#213), which is related in the latter’s own book. Even his work Kitab al-masalik wa-al-mamalik can be dated only from internal evidence, to the middle of the 10th century A.D.  It soon became popular, however, for there are many early editions, abridgments, and translations into Persian, often differing considerably from each other. 

 In the Balkhi-Istakhri-Ibn Hawqal set of writings, there are four distinct recessions of what is basically one set of maps. This monograph follows J.H. Kramers’ example who refers to the four types as: Istakhri I, Istakhri II, Ibn Hawqal I, and Ibn Hawqal III. The manuscripts of Ibn Hawqal III, though all undated, are much later than the other texts, probably from the late 13th or early 14th century A.D.  The regional maps are nevertheless copies of the earlier versions. The world map of Ibn Hawqal III, however, is so different from the other world maps that it warrants special consideration.  Kramers finds that the texts presumed to be by al-Istakhri can be divided into two groups, and he regards one as earlier in origin. In this earlier group (Istakhri I), the maps are more geometric than the later ones (Istakhri II), while the text that goes with the later maps appears more complete and refined. On the other hand, it is the earlier texts that mention the name al-Istakhri, so that the cartographic historian Konrad Miller attributes the anonymous(Istakhri II) texts to al-Balkhi (#214.2), presuming wrongly that they are earlier than the others. 

The main difference between the work of Ibn Hawqal (#213) and that of al- Istakhri is in the former’s discussion of the western (formerly Byzantine) part of Islam.  He treats Spain, North Africa and Sicily as three separate sections.  Syria and Egypt are dealt with in more detail, and it is interesting that when later authors like Yaqut quote Ibn Hawqal they are almost always referring to these western regions. 

Al-Istakhri’s work was a commentary on the maps, and he states that “our plan is to describe, and to delineate on maps, the various seas, ... affixing the name of each, so that it may be known in the maps,”thus showing the importance he placed on the maps. The cartography, therefore, was the essential element in the work.   

The maps accompanying the geographical texts from what is termed the “Balkhi School” of geography seem at first sight to be an unnecessary supplement to the texts, the text being so complete in itself.  This is often so with illustrative material in classical Arab texts, certainly with maps in some later geographical works.  This set in most cases comprises twenty-one maps, although some manuscripts lack a map.  The consistency with which the same set of maps appears in so many manuscripts and with several different authors led scholars such as Konrad Miller to call the set the “Islam Atlas,” and it has subsequently been called this by several other scholars. The set consists of a world map, maps of the three seas: the Mediterranean, the Persian Sea [Indian Ocean] and the Caspian Sea, and maps of seventeen “provinces” of the Islamic empire. The word “provinces” is placed in quotation marks because in some cases provinces are linked together in one map (Azerbaijan, Armenia, etc., plus Spain and the Maghreb) and because the Persian Desert is hardly a province.  The word the texts use for “province” is iqlim, from the Greek word that reaches Arabic through the translation of Ptolemy. The word was used first to translate the Persian kishvar, which was a specific geographical region, and hence comes the present usage.  A complete list of these maps in the order usually found in a manuscript is as follows:  

(1) world map;  
(2) Arabia;  
(3) Indian Ocean;  
(4) al-Maghrib [North Africa];  
(5) Egypt;  
(6) Syria;  
(7) Mediterranean Sea;  
(8) al-Jazirah [Upper Mesopotamia];  
(9) Iraq (Lower Mesopotamia);  
(10) Khuzistan;  
(11) Fars;  
(12) Kirman;  
(13) Sind;  
(14) Armenia, Arran (Alvan), and Azerbaijan;  
(15) Jibal (central Persian mountains);  
(16) Daylam and its neighbors (Rayy, Tabaristan);  
(17) Caspian Sea;  
(18) Persian Desert;  
(19) Sijistan;  
(20) Khurasan; and
(21) Transoxiana.   

The thirteen maps that represent the Persian-speaking provinces of the Islamic empire are fairly consistent in form throughout all the manuscripts. Their form was stereotyped by the time of the first al-Istakhri recession, and Ibn Hawqal seems to have found no need to change these maps. Even Azerbaijan and al-Jazirah, of which Ibn Hawqal produced good versions approved by al-Istakhri, do not seem to have changed much through Islamic cartography recessions. It is therefore appropriate to describe these maps of the Iranian area and then use them as a standard for the rest of the set. 

The maps of each of these regions consist of an area that is roughly rectangular and usually, although not always, surrounded by a line representing its boundary with the surrounding areas. There is no projection to form the base of the map.  The maps cannot be joined together as a multi-sheet map like the sectional maps of al-Idrisi (#219).  Even if they are reduced to the same scale, this cannot be done as it can for the sectional maps of the European edition of Ptolemy. The maps are thus individual entities and are seen as such by the draftsman. 

This set of maps also does not cover the whole world as do the sectional maps of al-Idrisi that follow in the 12th century and the texts of the earlier geographers like Ibn al-Faqih or Ibn Khurradadhbih.  These latter include considerable detail on China and India and give some account of Africa and Europe.  TheBalkhi maps specifically cover only the Islamic empire as it appeared in the 10th century.  Even Spain has no separate map and is omitted in the text, though it was a Muslim province at the time. It was, of course, never part of the Abbasid Empire.  Inside the Dar al-Islam each province is then given its own map and a description that forms an individual chapter dealing systematically with towns, rivers, mountains and inhabitants, followed by itineraries throughout the province.  S. Maqbul Ahmad has a theory that this Islamicization of the maps and geography was a deliberate policy developing independent of the work of the earlier al-Ma’mun type of geographer, which, based mainly on Ptolemy, covered the whole of the known world. 

Besides this policy of portraying only the areas of the Abbasid caliphate at its greatest extent, it is further obvious that there is a bias toward things Iranian: so much so that Kramers has suggested there may have been old Iranian maps that are the basis of these Balkhi maps.  There is no evidence for the existence of the former, but the maps may ultimately be based on early lists of postal routes surviving from Sassanid times.  These lists may perhaps also be seen as the origin of the lists of Islamic postal routes found in the works of the al-Masalik waal-mamalik type.  The Iranian bias also appears in the contents of the set of maps. The Iranian area is divided systematically into areas for mapping, whereas the areas the Arabs conquered from the Byzantines were treated in a much less systematic way.  This may, however, reflect the administrative situation in the two empires that preceded the Islamic empire at the time when the Arab conquest took place. Al-Balkhi and al-Istakhri were both patronized by the Samanid rulers of Persia, and the emphasis is very much on the Iranian area. 

The world maps (al-Istakhri I/II and Hawqal III) and the map of the Indian Ocean, which is enlarged from it and always referred to as the Persian Sea, are a different proposition. These two maps are built up by what might be called “academic conjecture”—an armchair attempt to see all the provinces set down relative to each other.  The whole has to fit into a stereotyped idea of what the whole world should look like.  According to Arab geographical theory based entirely on Ptolemy, this would be a sphere.  Since the far side of a world sphere (an upside-down world) was practically inconceivable, only a hemisphere was thought to be inhabitable. This could easily be “projected” onto a flat area and represented by a circle. That Ptolemy represented the inhabitable world as occupying 180 degrees of the earth supported this idea. Thus al- Istakhri represented the world as a circle surrounded by the Encompassing Sea, with the two main seas reaching in from the east and the west toward the center, where they would join except for a small, narrow land barrier—the barzakh of the Qur’an . 

In his text, al-Istakhri gives a simple description of the world to explain his map. “The earth is divided into two by the two seas, so that we have a north or cold half and a south or hot half. People in these two halves get blacker as you go south and whiter as you go north etc.”  

The main kingdoms are listed together with the kingdoms that adjoin them. This is the only place where non-Islamic areas are given any mention. Measurements are attempted; thus the width from the Encircling Ocean in north western Africa to the ocean in China was 400 days’ journey.  However, the distance north to south was not measurable.  There were 210 days’ journey through inhabitable lands, but the extreme north was uninhabited because of intense cold and the extreme south because of intense heat.  The seas were described briefly, and the fact that the Khazar [Caspian] Sea and the ‎Khwarazm [Aral] Sea were landlocked is mentioned, as well as the sea connection between the Encircling Ocean and Istanbul—that is, the Baltic joins up to the Bosporus. The map of the Persian Sea is an enlarged version of a portion of the world map, although there are enough differences in the shape of the ocean in the two maps to necessitate some explanation. Three large islands, Kharak, Awal [Bahrain] and Laft ‎[Qishm Island], are set symmetrically in what is the Arabian Sea, with the Tigris to the left and the Indus to the right. India and China coalesce into one narrow peninsula, matching Arabia on the other side. The attempt is probably to match the Mediterranean on the other side of the world. Hence India also has a large mountain (Adam’s Peak) to match the Jabal al-Qilal near the Strait of Gibraltar. This is the Indian Ocean map in the first recession (Istakhri I). 

The second recession (Istakhri II) is not so symmetrical, and the mountain and three islands become much smaller (as they also do in the Mediterranean). In the world map, the islands disappear altogether in the second recession but are there, very large, in the first. There is no “mountain” in either recession of the world map. The surprising difference is that the western tip of the Indian Ocean, which represents the Red Sea (Sea of Qulzum), points to the west in the ocean map, but in the world map it turns back on itself to almost touch the southeastern corner of the Mediterranean Sea. 

Al-Istakhri and Ibn Hawqal show no interest in projections or mathematical astronomy. Neither do they mention longitude and latitude in any form, or any sort of map construction.  They both give distances between places on their routes (marhalah = a day’s journey), and they add these up roughly to give the dimensions of the inhabited world.  These distances are not recognizable on the map, however. It therefore does not seem that the authors envisaged any kind of formal scale at all in constructing these maps. 
      
Each map consists of a set of geometric configurations.  Though some are more geometric than others, most lines are straight or arced, rivers are wide parallel lines, and lakes are often perfect circles. Towns are sometimes squares, circles, or four-pointed stars or, if they are stopping places on a straight route, resemble small tents or perhaps doors to caravansaries.  Thus much of the drafting is ruled with either a straight or a curved edge. The only exceptions are mountains, which are drawn as a collection of peaks or perhaps piles of rocks, though even here the base, which probably represents the position of the range on the map, is a straight line or a regular curve.  

The basic purpose of the maps (especially those of the Persian-speaking areas) seems to be to incorporate the caravan routes across the province, with all the stages marked. This is most noticeable on the map of the Khurasan Desert, where the boundary of the desert is given with the bordering villages and oases marked around it. Straight lines then join those places on opposite sides where traffic flows, and the name of the route is written on the line so drawn.

All the manuscripts in what is called the Ottoman Cluster [al-Istakhri’s Kitab al-Masalik wa-al-Mamalik - Book of Roads and Kingdoms, henceforth KMMS] are written on thin, highly polished paper in tight, late,naskhi script with few diacritical marks. They are strikingly similar in other respects too. Five of the six average the same number of lines per page, namely 25. Rubricated words are identical. The manuscripts are the same size, approximately 32 x 22 cm. The world maps have a consistent diameter of approximately 19 to 20 cm, while the map of the Persian Gulf is approximately 24 x 17 cm. Gouache pigments tend to be the same: dull blue washes for the seas, reddish -browns for the mountains, and pale pinks or oxidized copper greens for the deserts, with red ink as the preferred color for the outlines of the land masses and the territorial demarcations. All the maps in the Ottoman Cluster take up a single folio. TSMK A. 3349 and BL Oriental [Or.] 5305, the last manuscript in the series, represent departures from the strict color code. The maps in these two manuscripts are unpainted; instead they are outlined in either red or gold.

As Karen Pinto points out it is through the distinctive delineations in the maps that one can most easily identify the KMMS Ottoman Cluster as part of a single group. Overall, on the regional maps, the Arabian peninsula has an unusual over-elongated shape. The Red Sea on the Persian Gulf maps has a distinctive sharp-toothed shape, while its shape on the Mediterranean maps also stands out for its pronounced oblong appearance. 
The world map is characterized by distinctive shapes, especially for the seas and rivers. In the northwestern quadrant (lower right) of each world map, is an elongated, tear-shaped Mediterranean Sea, with two outstretched arms representing the Nile (at right angles to the Mediterranean) and the Bosphorus (at 45 degrees). The two arms together give the Mediterranean a bulging cruciform appearance. At the other, left or eastern, end of the map, the combined Persian Gulf-Indian Ocean sweeps in as if threatening to hook onto the Mediterranean, a distinctive characteristic of this group of maps.
As on world maps in other KMMS manuscripts, the interior of the three continents on the Ottoman Cluster world map, which are always outlined in red ink, are left uncolored. Consequently it is the blueness of the surrounding water that directs attention to the land, whose stark whiteness on the folios also serves to heighten the visual conflict between the threatening Persian Gulf and the placid Mediterranean. Africa, which always sweeps across the top of KMMS world maps, has a pronounced pointed dagger or crescent-like shape. Below, as if sheltered by Africa, is a double-humped Asia. In the lower right corner of the image, between the Mediterranean Sea and the Encircling Ocean, is a triangular European land mass. The stark, unadorned stylistic simplicity of the maps and the dramatic shapes of the lands and seas are among the most visually striking features of the world maps in this group. 
A final but crucial aspect identified by Karen Pinto that individualizes all the maps in the Ottoman Clustermanuscripts is their unsophisticated execution and lackluster painting technique. The outlining is uneven, with smudges and overlapping lines. The paintwork, too, is patchy and unevenly applied, while the colors tend to be watered-down and pale. The color palate is limited: on the world maps it is restricted to the blue of the sea, the white of the paper, and the red of the outlines and rubrication. On the regional maps the blue and white monotony is broken only by an occasional red-brown mountain or a pale pink or oxidized copper-green desert. ‎

The earliest manuscript of the Ottoman Cluster, A.S. 2971a, shown above, is not a tracing from TSMK A. 2830, but a free-hand copy, which was subsequently faithfully traced in the other manuscripts of theOttoman Cluster. Everything is slightly different. Hence, the distinctive angle of the Mediterranean in theOttoman Cluster maps as against those of TSMK A. 2830, the “mother map” (see illustration below). The Indus River (marked Mehran on the world map) is sometimes squiggly as in the mother map - and sometimes straight. This can be explained on the basis of later Ottoman KMMS Cluster manuscripts being traced from an earlier exemplar in the cluster rather than directly copied from the mother manuscript; lines and shapes tend to be straightened out or further exaggerated in the process of transmission. The two inland seas, the Caspian and the Aral, retain their keyhole appearance with minor variations. The Tigris and Euphrates rivers are both smaller, although they retain their TSMK A. 2830 structure. The Euphrates noticeably does not meet up with either major sea but hangs almost as a frontier between them, reduced to a pronounced crescent shape. In both the mother world map and the world maps of the Cluster, the Euphrates acts as the boundary separating the Arabian peninsula from the rest of the world. ‎

Taken as a whole, however, the world maps in TSMK A. 2830 and in the Ottoman Cluster manuscripts are almost identical. Territorial boundaries on the Cluster maps are marked with the same shapes as those employed by TSMK A. 2830, with the occasional shrinking and expanding in places. The space on theOttoman Cluster world map Maghrib, Egypt and the Saharo-Sahelian sector lying to their south and to the Iranian territories in the east are visibly reduced, whereas the area accorded to Abyssinia has been increased. The bulbous head of the Arabian peninsula has become smaller, significantly reducing assigned to the Arab tribes as well assigned to Iraq. The areas along the edges of the map have expanded so that the waste around the northern and southern extremities (appropriately termed Barari meaning open-country/steepe/ desert) have ballooned.‎

Part of the cause of this ballooning is to be found in the simple fact that the maps of the Ottoman Clusterare on a larger size of paper, 19 cm compared with 13.2 cm in TSMK A. 2830, which has, in turn, increased the size of the map. The enlargement, however, is uneven. For instance, the territory markedBilad al-Rum [Byzantium] has been allocated disproportionately more space in the world maps of theOttoman Cluster than it had in the mother map. Stretching across all of Anatolia and Syria, and incorporating almost the whole of the Levant, it can be read as synonymous with a desire to expand the, of the Ottoman Empire. ‎

The Slavic tribal belt on the western flank of the Black Sea, composed of (in order of occurrence) Sarir,the Khazar, the Burtas and the Rus, has also expanded and now presses into territory assigned to Bilad al-Rum. The area accorded to the Bulgars, designated Bulghar al-Dakhil, namely the Inner Bulghar, has been reduced in keeping with the fact that by this point Ottoman Sultan Mehmet II had incorporated most of Bulgaria into the Ottoman Empire. The swathe of land assigned to the Slavs (al-Saqaliba) along the northern end of the Bosphorus crossing over from Asia to Europe has been significantly elongated in A.S. 2971a. This too is a telling change, because by 1474 Mehmet had overrun most of the lower Danube region and had designs on all of it, up to and beyond Buda.  ‎
Of particular interest is the way in which the space accorded to the al-Ard al-Kabira min al-Rum [the Land of Greater Byzantium] on the European flank has grown to take over almost the entire European triangle. The semi-circular areas assigned to the Ifranja [the Franks] and Andalus [Muslim Spain] has shrunk considerably. This change, more than any of the others, bears the mark of Mehmet’s territorial ambitions in Europe. Being heir to the Byzantines meant controlling most of Europe and Asia Minor. This is precisely what the boundaries of Rum can be read as representing on the world maps of the Ottoman Cluster. 
Noticeable too are the sizes of the landmasses in the Ottoman Cluster versions of the world map. Africa is bigger, longer, more pointed and unmistakably sword-like in shape. Asia too is bigger, with significant expansion along its extremities. As a result India, Tibet, China, and especially the northern wastelands,Barari aI-Shaman, have been given more space. Europe is visibly larger. However, the hint of European contact with the westernmost tip of North Africa present in the TSMK A. 2830 world map has been removed in the Ottoman rendition. 
The world map of the Ottoman Cluster was adroitly re-proportioned to impress upon the viewer the greatness and expanse of the Bilad aI-Rum and al-Ard al-Kabira min al-Rum - and the Ottoman Empire as successor to Byzantium - in comparison with all other territories of the world. The message is reinforced by the space accorded to the lands designated al-Saqaliba and Bulghar al-Dakhil, creating the impression of Ottoman control almost to the territorially voluminous northern steppes (Barari al-Shamal) and the lands of the Turks’ eponymous ancestors who, in the 11th and 12th centuries, as we know from the history of Turkic migrations from Inner Asia, made their way westward to Anatolia. What matters, according to the world map of the Ottoman Cluster, is that the Ottoman Empire dominates the image of the world as the new Byzantium with its nominative implication of a neo-Roman Empire.

The world map illustrated above is also based upon al-Istakhri. The world, centering on the Persian Gulf, an Ottoman province, c. 1820 and measures 26 x 29 cm. Drawn on paper with water color, ink, gouache and gold highlighting. The world map is in manuscript with inscriptions in Arabic showing a map of the world centered on the Jezirah and is based on al-Istakhri’s world map (977/1570 A.D). Oriented with South at the top, just as in the T-O maps of contemporary Latin Europe, but instead of the Earthly Paradise the Arab scholars knew enough to place in the furthest East both China and Tibet. 
        
The map shows Egypt and the river Nile in the right and further on “Country of the Black People”. Note how the tip of Africa points eastwards, a mistake that the Chinese geographers were the first to correct. In the lower right corner Europe, i.e. “Country of the Romans and Franks”. 

The map shows the Indus in the lower left, with the Indian Peninsula, Tibet and Chinese Empire and The Red Sea colored in red. The outer circles represent the seas. The manuscript is a cosmology, not meant to be accurate geographically, but only to present the reader with a systematic overview of the existing knowledge about the world at the time.

In his text, al-Istakhri gives a simple description of the world to explain his map. “The earth is divided into two by the two seas, so that we have a north or cold half and a south or hot half. People in these two halves get blacker as you go south and whiter as you go north etc.” ‎
        
The main kingdoms are listed together with the kingdoms that adjoin them. This is the only place where non-Islamic areas are given any mention. Measurements are attempted; thus the width from theEncircling Ocean in northwestern Africa to the ocean in China was 400 days’ journey. However, the distance north to south was not measurable. There were 210 days’ journey through inhabitable lands, but the extreme north was uninhabited because of intense cold and the extreme south because of intense heat. The seas were described briefly, and the fact that the Khazar [Caspian] Sea and theKhwarazm [Aral] Sea were landlocked is mentioned, as well as the sea connection between the Encircling Ocean and Istanbul—that is, the Baltic joins up to the Bosporus. 
This world map is from al-Istakhri’s manuscript copy of Kitab al-masalik wa-al-mamalik [Book of Routes and Realms], which is kept in Iran Bastan Museum in Tehran. This is a Persian translation of the book, dating from 1325.‎

The map follows all the traditions of the basic Islamic world maps by giving prominence to the Mediterranean Sea, the Indian/Arabian Sea and the Persian Gulf. The Gulf as well as the Mediterranean have each been shown with three islands. The Black Sea seems to be the waterway connecting the Mediterranean with the surrounding ocean, but the Caspian and the Aral Seas are shown as circular inland lakes, with wide rivers flowing in.
In the territory of Africa countries specified include Misr [Egypt], Maghrib, Land of the Blacks, Sehhe, Habashe [Ethiopia] and Zangbar [Zanzibar]. The Nile is the vertical blue strip descending from Habasheto the Mediterranean, where it arrives between Misr and Maghrib. In Asia, which occupies the bulk of the map, there are many countries and provinces shown from Sham [Syria] in the west to Chin [China] in the east and Khuzestan in the south, to the land of Gog and Magog in the north. Most of the legends, however, are those of the various provinces of Persia. In Western Europe the map shows few countries, namely Vilayet Rum [Byzantium], Saqaliba [Land of the Slavs], Vilayet Farang [France], Andalus and further east and near the center, Rus. The Mediterranean is shown with three large islands, westernmost of which is Cyprus, the others being Eqrites [Crete] and Saqalia [Sicily].‎
The name of Armenia should be on the map, since it appears in the text as well as in the regional map entitled Surat Arminiya, Arran va Adharbeijan of the same manuscript. However, part of the map, which should have borne this name, is in the fold of the paper and has been damaged and the writing partially obliterated. The name of Arran has also been rendered indiscernible by this damage. These should have been inscribed in the area between the Caspian, shown as comma-shaped, and the Back sea, which is the slanted blue band connecting the Mediterranean, located below center-right, to the ocean below. Only the names of Khazar and Adharbeijan, which are above the damaged area (south), are partially legible.

LOCATION:   Biblioteca Universitaria di Bologna, Cod. 3521, fol. 2r. 
                      Bibliothek der Rijksuniversiteit, MS. Or. 3101, pp. 4-5, Leiden. 
1325 MS copy Iran Bastan Museum, Tehran. Ref. MS.3515, ff. 3a-2b.‎

Imam Abu Syuja' Ahmad Al-Ashfahani

 

Imam Abu Syuja adalah seorang alim, Ahli fikih, Imam dan Syaikh dari Mazhab Syafi'i. Dia adalah pengarang kitab matan fikih yang populer di dalam mazhab Syafi'i yang berjudul Al-Ghayah wa At-Taqrib (Matan Abu Syuja). Namanya adalah Ahmad bin al-Husain bin Ahmad Al-Ashfahani yang dikenal dengan nama Al-Qadhi Abu Syuja' (Bapak para pemberani). Sebutan dan Kunyah Abu Syuja’ disandangkan kepadanya, karena dia adalah seorang ulama yang pemberani dalam menegakkan kebenaran dan tidak takut dengan cacian orang lain di dalam menegakkan keadilan. Ayahnya berasal dari Asfahan, Persia (sekarang Iran) namun dia dilahirkan di Basrah, Irak pada tahun 433 H. Dia belajar dan mengajar fikih Imam asy-Syafi’i di Basrah selama 40 tahun kemudian hijrah ke kota Madinah dan wafat disana pada tahun 593 H dalam usia 156 tahun.

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tahun kelahiran dan wafat beliau. Salah seorang murid beliau Imam Ahmad bin Muhammad Abu Thahir as-Silafy (w. 576 H) dalam kitabnya Mu`jam Safar menuliskan bahwa beliau pernah menanyakan kepada Abu Syuja` sendiri tentang tahun kelahiran beliau, Abu Syuja` menjawab tahun 434 H di Basrah, sedangkan ayah beliau lahir di `Abbadan dan kakek beliau lahir di Asfihan/Isfahan (kota di Iran yang terletak sekitar 340 km dari ibu kota Iran, Taheran).‎Keterangan tersebut juga dikutip oleh Imam Yaqut bin Abdullah al-Hamawi dalam kitab beliauMu`jam Buldan ketika menerangkan tentang negeri `Abbadan.‎ Dalam kitab tersebut tidak disebutkan tahun wafat beliau.

Sedangkan dalam kitab A`lam karangan Zarkali disebutkan beliau lahir tahun 533 H/1138 M dan wafat pada tahun 593 H/1197 M, ‎maka umur beliau berdasarkan keterangan ini adalah hanya 60 tahun. Hal sangat bertentangan dengan keterangan dalam Kitab Hasyiah al-Bajuri danHasyiah Bujairimi `ala Khatib yang menerangkan bahwa beliau memiliki umur panjang hingga 160 tahun. Dan keterangan ini juga sangat menentang dengan keterangan murid beliau sendiri Imam as-Silafi dalam kitab ‎Mu`jam Safr, dimana beliau menyebutkan bahwa Abu Syuja` sendiri pada tahun 500 H menyebutkan kepadanya bahwa beliau sudah mempelajari fiqih Mazhab Syafi'i selama 40 tahun lamanya, setelah itu Imam as-Silafi menyebutkan bahwa Abu Syuja` masih hidup hingga masa yang tidak beliau ketahui.sehingga Al-Hāfizh As-Silafy mengatakan :
هذا من أفراد الدهر
"Imam Abu Syujā' merupakan orang yang sangat langka di masa ini."
Abu Syujā' diberikan umur yang sangat panjang, ada yang mengatakan Beliau hidup lebih dari 160 tahun. Namun demikian, sekalipun umurnya panjang, Beliau tidak pikun dan anggota tubuhnya tidak sakit atau bermasalah bahkan Beliau tetap sehat dan fungsi anggota tubuhnya normal sampai Beliau wafat.
Ketika ditanya, apa rahasia sehingga Anda memiliki kesehatan yang luar biasa, diberikan kesehatan oleh Allāh yang sangat sempurna?
Beliau menjawab:
ما عصيت الله تعالى بعضو منها في الصغار, فحفظها الله على في الكبار
"Aku tidak menggunakan salah anggota tubuhku ini untuk bermaksiat kepada Allāh ketika aku masih muda (kecil) sehingga Allāh menjaganya ketika aku telah berusia renta (tua)."‎

Ada kemungkinan bahwa keterangan kitab al-A`lam karangan Zarlaki yang dikutip banyak penerbit yang menuliskan biografi Abu Syuja` ketika menerbitkan kitab Matan Taqrib, terjadi kesalahan ketika penulisan, mungkin yang sebenarnya adalah tahun kelahiran beliau 433 H, (hanya selesih setahun dengan keterangan murid abu Syuja` sendiri, Imam as-Silafy) sehingga usia umur beliau tepat 160 sehingga sama dengan keterangan yang disebutkan dalam Bujairimi dan Hasyiah Al-Bajuri. Wallu A`lam bish-Shawab.

Dalam Kitab Kasyfun Dhunun disebutkan tahun wafat beliau adalah 488 H tanpa disebutkan tahun kelahiran.[5] Sedangkan Imam Tajuddin as-Subky dalam kitab Thabaqat Syafi`iyyah Kubra memasukkan beliau dalam golongan para ulama yang wafat pada setelah tahun 500 H.

Para ahli sejarah menulis gelar beliau dengan Syihabuddin, hal ini sesuai dengan kebiasaan ahli sejarah yang memberi gelar Syihabuddin kepada para ulama yang bernama Ahmad dan gelar Syamsuddin kepada para ulama yang bernama Muhammad. Karena itu kita dapati para ahli sejarah menulis nama Imam Ramli Kabir dengan gelar Syihabuddin karena nama beliau adalah Ahmad dan menulis gelar Imam Ramli Shaghir dengan Syamsuddin karena nama beliau adalah Muhammad.

Abu Suja' di kenal sebagai seorang imam ahli ibadah, shalih dan berilmu dan taat dalam agama. Beliau pernah menjabat sebagai qadhi dan kemudian menjadi menteri. Beliau menjabat menteri di umur 47 tahun, dimasa jabatannya tersebut beliau banyak menyematkan keadilan dan ilmu agama, beliau memiliki 10 pembantu yang berkeliling membagikan shadaqah kepada manusia. Masing-masing mereka membagikan 1.120 dinar yang akan di bagikan kepada orang yang berhak.

Kemudian beliau menempuh jalan zuhud meninggalkan kenikmatan duniawi, beliau hijrah ke Madinah dan menetap di Masjid Nabawi sebagai orang yang bertugas merapihkan tikar dan menyalakan lentera dan membersihkan Mesjid Nabawi serta menjadi pengkhadam Hujrah Rasulullah SAW. dan beliau jalankan tugas tersebut sampai akhir hayatnya.

Beliau di karunia umur panjang hingga berusia 160 tahun dan dalam keadaan lanjut usi demikian, tidak ada satupun anggota badan beliau yang cedera. Orang – orang bertanya tentang sebab anggota badan beliau sehat hingga masa tua, beliau menjawabnya:

حفظنا ها فى الصغر فحفظها الله فى الكبر

Kami menjaganya (dari dosa) ketika masih muda maka Allah menjaganya ketika kami tua.

Beliau wafat dan dimakamkan di sebuah ruangan mushallah yang beliau bangun sendiri di dekat Masjid Nabawi di samping pintu Jibril.
Matan Abu Syuja'‎

Kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib atau yang lebih dikenal sebagai Matan Abu Syuja adalah kitab fikih ringkas milik mazhab Syafi'i yang dikarang oleh Al-Qadhi Abu Syuja. Kitab ini disebut juga Al-Ghayah al-Ikhtishar atau Mukhtashar Abu Syuja. Kitab ini banyak dipelajari dipondok-pondok pesantren di Indonesia, karena kebanyakan mengikuti mazhab fikih Imam asy-Syafi'i.

Latar belakang penulisan kitab

Imam Al-Qadhi Abu Syuja’ menulis kitab ini atas permintaan para muridnya dan teman–temannya dengan tujuan agar orang yang belajar fikih agama dapat mengetahui hukum agama secara singkat dan mudah.

Ruang lingkup pembahasan

Kitab ini membahas fikih dengan sangat ringkas dan mudah dipahami dan ditujukan lebih untuk pemula dan awam. Kitab ini terbagi mejadi beberapa bab, di antaranya: Kitab Thaharah, Kitab Salat, Kitab Zakat, Kitab Puasa, Kitab Haji, Kitab Jual Beli dan ‎Mu’amalat Lainnya, Kitab Nikah, Kitab ‎Jinayat, Kitab Hudud, Kitab Jihad, Kitab Perburuan dan Penyembelihan, dll.

Syarah Kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib

Matan Abu Syuja ini telah diberikan kitab penjelasan (syarah) oleh para ulama, diantaranya adalah‎:‎

Kifayatul Akhyar fil Halli Ghayatil Ikhtishar karya Imam Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini Al Hishni (829 H / 1426 M).
Syarh Mukhtashar Abi Syuja’ karya Imam Ahmad Al-Akhshashi (889 H / 1484 M).
An-Nihayah fi Syarh al-Ghayah karya Imam Abu Fadhl Waliyuddinal-Bushair (972 H).
Fathul Qarib al-Mujib atau al-Qaulul Mukhtar fi Syarah Ghayah al-Ikhtishar karya Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy (918 H / 1512 M).
Hasyiyatul Qalyubiy ‘ala Syarhi Abi Syuja’ li Ibni Qasim Al-Ghazziy karya Syaikh Ahmad bin Ahmad al-Qalyubiy (1069 H / 1659 M).
Hasyiyah ‘ala Syarhi Abi Syuja’ li Ibni Qasim Al-Ghazziy karya Syaikh Abdil Baar bin Abdullah bin Muhammad Al-Ujhuriy (1070 H / 1660 M).
Hasyiyatul Fawaid Al-Aziziyah ‘ala Syarhi Abi Syuja’ li Ibnu Qasim al-Ghazziy karya Syaikh ‘Ali bin Ahmad Al-Aziziy (1070 H / 1660 M).
Hasyiyatur Rahmaniy ‘ala Syarhi Abi Syuja’ li Ibnu Qasim al-Ghazziy karya Syaikh Daud bin Sulaiman ar-Rahmaniy (1078 H / 1667 M).
Hasyiyatun ‘ala Syarhi Abi Syuja’ li Ibnu Qasim al-Ghazziy karya Syaikh Abu Dhiya’ Nuruddin Ali Ibnu ‘Ali (1087 H / 1676 M)
Hasyiyatul Birmawiy ‘ala Syarhi Abi Syuja’ li Ibnu Qasim al-Ghazziy karya Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Khalid al-Birmawiy Al-Azhariy (1106 / 1894 M)‎
Dan Hasyiyah yang lainnya.
Al-Iqna’ fi Hall alfazh Abi Syuja’ karya Imam Muhammad bin Muhammad al-Khatib as-Syarbini (977 H / 1570 M).
Fathul Lathif al-Mujib bima Ta’allaq bi Kitabi al-Iqna’ al-Khatib karya Syaikh Abdurrahman al-Ujhuriy (1084 H / 1673 M)
Kifayatul Habib fi Hali Syarhi Abi Syuja’ lil Khatib karya Syaikh Hasan bin ‘Ali bin Ahmad Al-Al-Manthawiy (1170 H / 1756 M)
Tuhfatul Habib ‘ala Syarhi al-Khatib karya Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimiy (1221 H / 1806 M)
Fathul Ghaffar bi Kasyfi Muhabbati Ghayah al-Ikhtishar karya Syaikh Ahmad bin Qasim ash-Shabbaghi al-‘Abbadiy (992 H / 1584 M)
At-Tadzhib fi Adillati Matn al-Ghayah wa at-Taqrib karya Syaikh DR.Musthafa Dib al-Bugha (1398 H).
Nadzmu Mukhtashri Abi Syuja’ karya Syaikh Ahmad bin Isma’il al-Ibsyithiy (883 H / 1489 M).
Nihayatu Tadribi fi Nadzmi Ghayah at-Taqrib karya Syaikh Yahya bin Abi Khairi (989 H / 1581 M).
Al-Kifayatu fi Nadzmi al-Ghayah karya Syaikh Abu Bakar bin Abdullah bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi (928 H / 1522 M)
Nadzmu Mukhtashari Abi Syuja’ karya Syaikh Abi Khair Ahmad bin Abdus Salam asy-Syafi’I (931 H / 1525 M)

Selain itu kitab sudah di terjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk dalam bahasa bahasa Perancis pada tahun 1895 dan ke bahasa Jerman pada tahun 1987.

kitab Matan Taqrib masih di pakai sampai saat ini, hal ini menunjukkan satu kelebihan bagi kitab tersebut, di mana walaupun kitab tersebut kecil dan telah melewati masa hampir satu abad namun masih di gunakan sebagai pegangan utama bagi pemula dalam belajar fiqh Syafii`yah.

Semoga Allah selalu melimpahkan barakah ilmu Abu Suja` kepada kita semua dan Allah memberikann taufiq dan hidayah kepada kita untuk mengikuti jejak beliau.
Kedudukan kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib

DR. Musthafa Dib al-Bugha (Guru besar Universitas Damaskus, salah seorang pakar fikih mazhab asy-Syafi’i) berkata : “Kitab Matan al-Ghayah wa at-Taqrib adalah salah satu kitab terbaik dalam fiqih Madzhab asy-Syafi’I, baik dari cara pengkajiannya maupun isi kandungannya. Meskipun ukurannya kecil, kitab ini mencakup semua bab fiqih, ketentuan–ketentuan hukum, serta masalah–masalah yang terkait dengan ibadah, muamalah dan lain sebagainya. Kitab ini tersusun dengan bahasa yang mudah, susunan kata–kata yang indah, rangkaian kalimat yang baik, dan klasifikasi bahasa yang sistematis. Semua itu memudahkan orang yang mempelajari ilmu fiqih dalam memahami dan menghayati kandungan nya. Kitab ini begitu istimewa karena dapat diterima oleh masyarakat luas, tentunya atas kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh kerana itu, para pencari ilmu dan ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka selalu mengkaji kitab ini sebagai bahan pelajaran, memahami dan menghafalnya, serta menjelaskan dan menguraikan nya.

Keikhlasan Imam Ibnu Ruslan


Al-Imam al-`Allamah Syihabuddin Ahmad bin Husain bin Hasan bin Ali bin Yusuf bin Ali bin Arsilan ar-Ramli asy-Syafi'i (bahasa Arab: الإمام العلامة شهاب الدين أحمد بن حسين بن حسن بن علي بن يوسف بن علي بن أرسلان الرملي الشافعي) atau lebih dikenal dengan Ibnu Ruslan lahir di Ramallah, Palestina, pada tahun 773 H, dan wafat pada tanggal 24 Sya'ban 844 H di Masjid al-Aqsa, adalah seorang ulama di bidang Qira'at al-Qur'an,Fikih, Ushul Fikih dan Sirah.

Kehidupan‎

Ibnu Ruslan telah menghafal al-Qur'an pada umur 10 tahun, dan di awal perjalanan dalam menuntut ilmu, ia mempelajari nahwu, bahasa Arab, dalil-dalil syair dan Nazham. Ia mempelajari kitab Al-Hawi dari Syamsuddin al-Qalqasyandi, mempelajari Shahih Bukhari dari Syihabuddin Abu al-Khair bin al-`Ala, mempelajari Al-Muwaththa' riwayat Yahya bin Bukair dari Abu Hafs Umar bin Muhammad bin Ali ash-Shalihi (Ibnu az-Zaratini), mempelajari Sunan at-Tirmidzi,Sunan Ibnu Majah, asy-Syifa dan Sirah Ibnu Hisyam dari Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Sanjar al-Mardini, mempelajari sebagian besar Shahih al-Bukhari dari Jalaluddin al-Bulqini yang memperbolehkannya untuk berfatwa, mempelajari Nahwu dari al-Ghumari, dan mendapatkan ijazah sanad dari an-Nasyawuri. Dengan banyak berdiskusi, mengikuti kajian, mengulang pelajaran dan sibuk dalam menuntut ilmu, ia tetap tinggal di Yerusalem dan terkadang ia tinggal diRamallah. Akhirnya ia menjadi Imam terdepan pada masanya di bidang Fikih,Ushul Fikih, Bahasa Arab, serta juga mempelajari ilmu-ilmu lainnya sepertiHadits, Tafsir dan Ilmu Kalam.

Guru-gurunya

Syaikh Syamsuddin al-Qalqasyandi, dalam ilmu fikih
Syihabuddin Ibnu al-Haim, dalam ilmu Faraidh dan Hisab
Jalaluddin al-Busthami, dalam ilmu Tasawuf
Syihabuddin Ibnu an-Nashih, dalam ilmu Tasawuf
Muhammad al-Qarmi, dalam ilmu Tasawuf
Muhammad al-Qadiri, dalam ilmuTasawuf
Abu Bakr al-Maushuli
Abu Hurairah Ibnu adz-Dzahabi
Ibnu al-`Izz
Ibnu Abi al-Majd
Ibnu Shiddiq
At-Tanukhi
Ibnu al-Kuaik
Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Sanjar al-Mardini
Nasim bin Abi Said ad-Daqaq
Ali bin Ahmad an-Nuwairi al-`Uqaili
Syihabuddin al-Hisbani
Jalaluddin al-Bulqini
Sirajuddin al-Bulqini, ayah dari Jalaluddin al-Bulqini
Murid-muridnya

Al-Imam al-Hafidz, an-Naqid al-'Allamah, Syaikh al-Muhadditsin, Abu Abdillah bin al-Bayyi' adh-Dhabbi ath-Thahmani an-Naisaburi
Al-Imam al-Hafidz al-Mutqin an-Nasabah Abu Muhammad Abdul Ghani bin Ali bin Said bin Basyar al-Azadi al-Mishri
Al-Imam al-Hafidz ats-Tsiqah al-'Allamah, Syaikh al-Islam, Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa al-Mihrani al-Asbahani

Karya-karyanya

Beberapa tulisan di bidang Tafsir
Syarh Sunan Abi Dawud, dicetak 11 jilid
Syarh al-Hawi, dalam ilmu Furu` Fikih
Syarh Jam'u al-Jawami`, Imam as-Subki, dalam ilmu Ushul Fikih
Syarh Mukhtashar Ibnu al-Hajib, dalam ilmu Ushul Fikih
Nihayatu as-Sul Syarh Minhaj al-Ushul, Imam al-Baidhawi, dalam ilmu Ushul Fikih
Syarh Shahih al-Bukhari, sampai Bab Haji, dicetak dalam 3 jilid
Syarh Thaibatu an-Nasyri fi al-Qir'at al-Asyr, dicetak dalam 11 jilid
Syarh Milhatu al-I`rab, Imam al-Hariri
Syarh Alfiyatu al-`Iraqi, dalam ilmu Sirah
Ta`liqah `ala asy-Syifa, Imam al-Qadhi al-`Iyyadh
Syarh al-Bahjah al-Wardiyah, Ibnu al-Wardi
Tanqih al-Adzkar, Imam an-Nawawi
Mukhtashar al-Minhaj, Imam an-Nawawi
Mukhtashar Raudhatu ath-Thalibin, Imam an-Nawawi, dengan menghapus khilaf (permasalahan-permasalahan)
Manzhumah fi ats-Tsalatsi al-Qira'at az-Zaidah 'ala as-Sab`i
Manzhumah fi ats-Tsalatsi al-Qira'at az-Zaidah 'ala al-`Asyri
Mukhtashar Hayatu al-Hayawan, Imam ad-Damiri
I`rab al-Alfiyah, Imam Ibnu Malik al-Andalusi
Thabaqat al-Fuqaha asy-Syafi`iyyah
Syarh Tarajim Ibnu Abi Hamzah
Ar-Raudhah al-Ardhiyyah fi Qismi al-Faridhah
Suthur al-A`lam
Syarh Muqaddimah az-Zahid
Shafwatu az-Zubad

Keikhlasan Beliau Dalam Menulis Kita Zubad

Imam Ibnu Ruslan menyelesaikan penulisan kitab Zubad di atas sebuah kapal yang berlayar di laut lepas. Beliau di situ bersama banyak orang. Di saat orang lain tidur, makan dan minum, beliau sendirian sibuk merampungkan kitab berupa syair-syair dalam fan fikih tersebut.

Pada saat kitab Zubad selesai ditulis, Imam Ibnu Ruslan mengikatkan batu di bagian atas dan bawah kitab itu. Beliau ingin melempar kitab itu ke laut. Orang-orang di kapal saat melihat itu segera mencegahnya. Mereka merasa sayang, hasil kerja keras tulisan buah karya seorang ulama dibuang begitu saja. Namun beliau tetap bersikukuh dengan niatnya.

"Biarkanlah. Jika kitab karanganku ini benar-benar ditulis ikhlas karena Allah, air laut tidak akan mampu merusaknya." kata beliau mantap.

Imam Ibnu Ruslan yakin akan kebenaran firman Allah dalam surat Al Qashash ayat 88,
كل شيء هالك إلا وجهه

Sebagian ahli tafsir mengartikan ayat tersebut dengan, setiap apapun akan hancur binasa kecuali diniatkan ikhlas karena Allah.

Disebabkan keikhlasan pengarangnya, ombak berhasil membawa kitab tersebut ke tepi laut. Di tempat tersebut ada banyak nelayan mencari ikan. Kitab tersebut atas takdir Allah akhirnya tersangkut di jaring salah satu nelayan.

Nelayan tersebut kemudian membawa kitab yang ditemukannya diserahkan kepada salah seorang ulama di daerah itu. Ulama itu menerima kitab misterius tersebut dengan perasaan takjub.
Akhirnya dibacalah lembar demi lembar kitab yang diterimanya itu. Dia kagum dengan keindahan susunan dan bobot kualitas kitab madzhab Syafi'i itu. Ulama tersebut lantas memerintahkan untuk menulis dan menyebarluaskan kitab asing tersebut. Akhirnya kitab tersebut berkat keikhlasan pengarangnya, tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

Hal itu ditulis oleh Ibnu Ruslan dalam Zubadnya,


والله أرجو المن بالإخلاص ¤ لكي يكون موجب الخلاص
Seperti itulah keikhlasan ulama-ulama terdahulu. Mereka menomorsatukan keikhlasan dalam mengarang kitab. Tidak ada pikiran meraih popularitas atau keuntungan materi melalui royalti.


Ulama salaf berhasil memadukan antara ilmu dengan amalnya. Itulah rahasia kitab-kitab ulama salaf penuh berkah dan terus dibaca dan menginspirasi dari generasi ke generasi.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...