Senin, 25 Oktober 2021

Kisah Imam Yusuf Al-Mizzi Dan Pembelaan Imam Ibnu Taimiyah


Imam Yusuf al-Mizzi yaitu Al-Hafizh Abu al-Hajjaj Jamaluddin Yusuf bin Abdurrahman bin Yusuf bin ‘Ali bin Abdul Malik bin Ali bin Abi Al-Zahr al-Kulaby al-Qadha’i  al-Mizzi As-Syafi'i (bahasa Arab: يوسف بن عبدالرحمن المزي) ialah seorang ulama sunni dari Syam, Lahir pada 10 Rabiul Akhir 654 H di Halb (salah satu daerah di Syam) dari keturunan Arab asli lebih tepatnya kabilah Kalb al-Qudha’i. Beliau pindah ke Damaskus dan menetap di salah satu desa yang bernama Mizzah dan nama inilah yang menjadi nisbah di akhir namanya. Di daerah Mizzi ini kabilah Kalb merupakan kabilah terbesar. Ia wafat pada tahun 1342 M di "Darul Hadits Al-Asyrafiyyah" di Damaskus.

Al-Mizzi membaca Alquran dan fiqih sedikit demi sedikit. Keluarga Al-Mizzi tidak memberikan dorongan untuk mempelajari hadis, mereka tidak masyhur dalam keilmuan dan orang tuanya pun bukan ulama yang masyhur. Al-Mizzi mulai mempelajari hadis ketika berusia 21 tahun yaitu pada tahun 675 H.
Ia pertama kali mendengar hadis dari gurunya Syeikh Al-Musnid Al-Mu’ammar Zainuddin Abi Al-‘Abbas Ahmad bin Abi Al-Khair Salamah bin Ibrahim Al-Dimasyqi Al-Haddad Al-Hanbali mengkaji kitab Al-Hilyah karya Abi Nu’aim. Dari syeikh Ahmad bin Abi al-Khair, al-Mizzi mendapatkan kedudukan ilmu yang tinggi sehingga ada riwayat sejumlah ulama yang tsiqah darinya, antara lain: Saraf al-Din al-Dimyathi, Ibn al-Hulwaniyah, Ibn al-Khabbaz, Ibn al-‘Aththar, Ibn Taymiyah, al-Birzaly dan banyak lagi selain dari mereka. Bahkan Ibn Hajib pernah belajar darinya di Arafah pada tahun 620 H.
Al-Mizzi juga banyak mengaji kitab-kitab pokok seperti al-kutub al-sittah, musnad al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya Abi al-Qasim al-Thabrani, Tarikh Madinatu salam karya Al-Baghdadi, Al-Sirah Ibnu Hisyam, Muwaththa’ Imam Malik, dan lainnya.
Al-Mizzi mengembara di kota-kota yang ada di Syam. Ia juga belajar di al-Quds al-Syarif, Himsha, Himah, dan Ba’labak. Sesudah itu ia menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah dan Madinah. Setelah itu ia pergi ke negeri-negeri Mesir. Ia belajar di Kairo, Alexandria, dan Bilbis sampai pada tahun 683 H. Di Alexandria sampai tahun 684 H ia belajar kepada Shadr al-Din Sahnun (w.695 H).
Guru-guru al-Mizzi (sekaligus temannya) yang paling berpengaruh yaitu Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abd, Al-Halim Al-Ma’ruf Ibnu Taimiyah Al-Harany (661-728), Al-Mu’arrikh al-Muhaddits ‘Ilmuddin Abu Muhammad Al-Qasim bin Muhammad Al-Birzali (665-739), Muarrikhul Islam Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi (673-748).
Kiprah penulis dalam keilmuan utamanya ulumul hadits.

Al-Mizzi pernah menjadi pemimpin lembaga pendidikan Hadits terbesar di Damaskus yaitu Dar al-Hadits al-Asyrafiyah pada hari Kamis 23 Dzi al-Hijjah 718 H. Lembaga tersebut juga pernah dipimpin oleh ulama ahli Hadits, diantaranya Taqi al-Din Ibn al-Shalah (577-643 H), Ibn al-Harastani (557-662 H), Abu Syamah (559-665 H), Muhyi al-Din al-Nawawi (631-676 H) dan lain-lain. [1] Ibid, 26-27.

Di samping itu, al-Mizzi juga mengajar di lembaga pendidikan Dar al-Hadits al-Himshiyah yang dikenal dengan nama Halaqah Shahib Himsha. Dan pada tahun 739 H al-Mizzi menjadi pimpinan lembaga pendidikan Hadits termaju di Damaskus yakni Dar al-Hadits al-Nuriyah, sampai ia wafat. Beliau menjadi ahli hadits selama 50 tahun lebih. Sedikit sekali ahli ilmu di Damaskus yang tidak berguru kepadanya. Menurut al-Dzahabi, pada umum-nya para ahli Hadits di Damaskus berguru kepadanya, dan mengakui akan keutamaannya.

Al-Mizzi mempunyai tempat yang agung diantara ulama Abad ke 8 H dalam hadits, ulum al-Hadits dan ilmu yang berhubungan demgan keduanya kemashurannya semakin tegak di atas 2 kitab besar yang ditulisnya dalam fan hadits dan ulum al-hadits yaitu tuhfat al-Asyraf dan Tahdzib al-Kamal.

Kitab Tuhfah al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf terbilang sebagai kitab terbesar yang ditulis dalam al-Kutub al-Sittah. Sistematika kitab ini menghimpun biografi nama-nama sahabat, tabi’in yang terdiri dari 1.395 musnad dengan 995 hadits musnad yang dinisbatkan pada sahabat setelah mengurutkan nama-nama mereka berdasarkan urutan Mu’jam dan 400 hadits mursal yang dinisbatkan pemimpin tabi’in dan generasi setelahnya dengan urutan nama-nama sesuai huruf-huruf Mu’jam.

Kitab al-Asyraf selanjutnya diringkas oleh Abu al-Abbas Ahmad bin Sa’ad bin Muhammad al-Darasi (w. 750 H) dan dinamai al-Umdah fi Mukhtashar al-‘Atraf. Kitab terbesar al-Mizi yang kedua adalah kitab Tadzhib al-Kamal ini. Kitab ini dianggap sebagai kitab terbesar dalam ilmu Rijal al-Hadits, dan sampai sekarang belum ada seorang pun yang dapat menulis kitab yang lebih baik dari kitab ini.

Kitab ini mulai ditulis pada tahun 705 H dan baru dipresentasikan satu tahun kemudian yaitu tahun 706 H. Al-Mizzi menyelesaikan kitab al-Kamal pada 712 H (selama 12 tahun), tertulis dalam 14 jilid. Sampai pada tahun 742, karya al-Mizzi ini telah dipresentasikan sebanyak lima kali. Kitab-kitab lain karya al-Mizzi antara lain:

- Muqaddimah Shahih Muslim.

- Kitab al-Marasil Abi Daud.

- Kitab al-‘Ilal al-Turmudzi.

- Kitab al-Sama’il al-Tirmidzi.

- Kitab ‘Amal Yaum wa Lailah Nasa’i.
Komentar para ulama tentang Abu al-Hajjaj al-Mizzi.

Di Damaskus saya menemukan dari ahli ilmu (ilmuan) seorang al-hafizh yang mengungguli orang-orang setelahnya dan orang-orang yang mendahuluinya ia adalah Abu al-Hajjaj al-Mizzi. (Ibn Sayyid al-Nas al-Ya’mari, w.734 H).

Al-Mizzi adalah penutup para penghafal hadits, kritikus sanad-sanad dan lafazh-lafazh hadits. Ia adalah orang yang menjadi tempat pengaduan dilemma-dilema dan memberikan penjelasan tentang problema-problema. Saya belum pernah melihat seseorang dalam kedudukan ini yang lebih akomodatif dari pada imam Abi Hajjaj al-Mizzi. (al-Dzahabi, w.748 H).

Saya tidak pernah melihat pada guru-guru saya setelah al-Mizzi orang yang seperti dia dalam hal bahasa Arab. (al-Shalah al-Shifdi, w 764 H).

Beliau adalah imam para ahli hadits (al-muhadditsin). Demi Allah jika saja al-Daruquthni masih hidup, maka ia akan merasa segan untuk mengajar di tempat al-Mizzi. (Taqi al-Din al-Subki, w. 756 H). [1] Ibid, ….

Guru kami, panutan kami adalah syeikh Jamal al-Din al-Abu al-Haj al-Mizzi, penghafal hadits di zaman kami dan pembawa panji-panji ahlussunnah wal-jama’ah. (al-Taj al-Subki, w. 771 H). [1] Ibid, 30-34.
Adapun kitab karangan Al-Mizzi yang paling terkenal, yaitu:
Tuhfatul Asyraf, adalah kitab yang menghimpun hadits-hadits yang terdapat di kutub al-sittah dan beberapa hal yang berhubungan dengannya dengan jalur sanad yang memudahkan para pembaca untuk mengetahui sanad-sanadnya yang berbeda. Al-Mizzi menyusun sanad-sanadnya dengan tanpa matan sehingga menjadi sebuah kitab yang hanya memuat biografi para sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in.
Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ ar-Rijal.
Al-Mizzi tertimpa penyakit pada awal Shafar 742 H. Awalnya, sakitnya ringan sehingga tidak menghalangi aktifitasnya dalam mengajarkan hadis yaitu juz ketiga dari kitab Tahdzib al-kamal hari kamis 10 Shafar. Pada hari sabtu tanggal 12 Shafar 742 H beliau wafat dan dimakamkan di samping makam istrinya ‘aisyah bint Ibrahim bin Shudaiq, sebelah barat makam Imam Taqiyuddin bin Taimiyyah.
Latar Belakang Penulisan Kitab
Sebuah inspirasi yang memacu al-Mizzi untuk membuat karya tulis dalam Rijal al-hadis adalah kitab al-Kamal fi Asma’ al-Rijal karya al-Hafidz Abu Muhammad Abd al-Ghani, kitab ini memuat semua para perawi kutubb al-sittah, baik dari kalangan sahabat, tabiin, atba’ tabiin sampai semua guru-gurunya. Namun bagi al-Mizzi, kitab tersebut mempunyai kekurangan-kekurangan yang harus di carikan solusinya, di antara kekurangan-kekurangan tersebut adalah kebanyakan nama-nama hingga mencapai ratusan jumlahnya dari perawi kutub al-sittah kurangnya penjesalan dan informasi.  Dan juga Banyak biografi para perawi kutub al-sittah yang tidak dicantumkan di dalamnya. Hal inilah yang mendorong al-Mizzi pada keputusan untuk menyusun kitab baru yang berdasarkan perawi-perawi dalam kitab al kamal dan kitab itu dinamakan dengan Tahdzib al- Kamal fi Asma’ al-Rijal. Ia memulai menulisnya pada tanggal 9 Muharram 705 H dan selesai pada Hari Raya Idul Adha 712 H (selama tujuh tahun).
Sistematika dan Metodologi Penulisan Kitab
Kitab Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal merupakan ringkasan dan penyempurnaan dari kita al-Kamal. Kitab ini memuat 8645 perawi disusun dalam 35 jilid.
Sistematika dam metode yang digunakan al-Mizzi dalam kitab ini adalah:
Al-Mizzi memulainya perawi dengan berdasarkan urutan mu’jam, bapak-bapak mereka dan memulainya dengan nama Ahmad.
Hal ini ia juga lakukan dalam hal tentang kunyah, nasab, laqab, dan perawi wanita.
Al-Mizzi menyebutkan sejumlah biografi untuk membedakan dalam nama dan tingkatannya para perawi kutub as-sittah.
Al-Mizzi membedakan nama-nama yang ia tambahkan dari biografi kitab al-Kamal dengan tanda yang berbeda. Ia menulis nama perawi dan nama ayah dari perawi tersebut.
Jika ada sebuah periwayatan dari jalur sahabat, ia mencantumkan periwayatan tersebut atau orang yang meriwayatkan darinya.
Apabila ada periwayatan langsung dari imam enam maka al-Mizzi mencantumkan periwayatannya atau periwayatan dari orang yang meriwayatkan darinya atau orang lain yang meriwayatkan dari orang yang meriwayatkan darinya.
Kelebihan dan Kekurangan Kitab

Kelebihan:
Memuat para perawi yang terdapat di kitab al-Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal dan menambah para perawi kutubus sittah yang belum terdaftar di dalam kitab tersebut.
Memulai penyusunan perawi berdasarkan urutan mu’jam.
Disebutkan sejumlah biografi para perawi supaya dapat dibedakan dari yang lain.
Al-Mizzi mengklasifikasikan para perawi sebagaimana yang terdapat dalam empat fashol terakhir, yaitu: Fashal pertama, para perawi yang terkenal dengan nama ayahnya, kakeknya atau keluarganya yang lain. Fashal kedua, para perawi yang terkenal dengan nama sukunya, negerinya, atau pekerjaannya. Fashal ketiga, para perawi yang terkenal dengan laqabnya. Fashal keempat, para perawi yang mubham.
Seluruh biografi disusun secara alfabetis.
Terdapat simbol-simbol sebelum nama perawi yang menunjukkan bahwa nama perawi itu terdapat dalam kitab tertentu. Di antaranya adalah 6 tanda yang menunjukkan bahwa rawi itu terdapat dalam kutubus sittah, 1 tanda bagi perawi yang disepakati oleh ashaabus sittah, 1 tanda bagi perawi yang disepakati oleh ashaabul arba’ah, dan 19 tanda untuk kitab lainnya.
Adapun kekurangannya adalah:
Menurut penulis,kitab Tahdzibul Kamaladalah kitab yang sangat luas cakupannya yang terdiri dari 35 jilid dan jumlah rawi yang berbilang-bilang. Oleh karena itu, pemakalah tidak banyak menemui kekurangan dari kitab ini. Begitu juga dari para ulama, pemakalah tidak mendapati banyak dari mereka yang mengkritik kitab ini. Kelemahanya menurut Ibn Hajar al-Asqalani, kitab ini hanyalah sebuah kitab yang mencakup indentitas para perawi saja.
Contoh Penyebutan Rijal dalam Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal
Rawi berdasarkan huruf mu’jam
(1)ـ أَحْمَدُ بنُ إِبْرَاهِيـمَ بنِ خَالِد الْمَوْصِلِي، أَبُو عَلِي، نَزِيْـلُ بَغْدَاْد.
روى عن: إبراهيـم بن سَعْد بن إبراهيـم بن عبد الرحمن بن عَوْف الزّهرِيّ الـمدنـيّ، وإبراهيـم بن سُلَـيْـمان أبـي إسماعيـل الـمؤدب، وإسماعيـل بَن إبراهيـم بن مِقْسَم الأسَدي الـمعروف بـابن عُلَـيّة، وجعفر ابن سلـيـمان الضّبَعِيّ، وحُبَـيّب بن حَبِـيْب الكوفـيّ أخي حَمْزة بن حَبـيْب الزيّات القارىء، والـحكم بن سِنان البَـاهلـي القِرَبِـيّ، والـحكم بن ظُهَيْر الفَزاريّ، وحَمّاد بن زَيْد، وخَـلَف
بنِ خـلـيفة، وسعيد بن عبد الرحمن الـجُمَـحِيّ، وأبـي الأحْوَص سَلاّم بنَ سُلَـيْـم الـحَنَفِـيّ، وأبـي الـمنذر سَلاّم ابن سلـيـمان القارىء، وسيف بن هارون البُرْجُمِيّ، وشريك بن عبدِ الله النّـخَعِيّ القاضي، وصالـح بن عُمر الواسطيّ، والصّبَـيِ بن الأشعَث ابن سالـم السّلُولِـيّ، وأبـي زُبَـيْد عَبْثَر بن القاسم الزّبَـيْديّ الكوفـيّ، وعبد الله بن جعفر بن نُـجَيْح الـمَدِينـيّ والد علـي ابن الـمَدِيْنـيّ، وعبدِ الله بن الـمبـارك، وعمر بن عُبَـيْد الطّنَافِسيّ، وفرج بن فَضالة الشاميّ (فق)، ومـحمد بن ثابت العَبْدِيّ (د)، ومعاوية بن عبد الكريـم الثّقَـفـيّ الـمعروف بـالضّالَ، وأبـي العلا ناصح بن العلاَء، ونوح بن قـيس الـحُدّانـيّ، وأبـي عَوانة الوَضّاح بن عبد الله الـيَشْكُريّ الواسطيّ، ويزيد بن زُرَيْع، ويوسف بن عَطية الصفّـار البَصْري.
روى عنه : أبو داود حديثاً واحداً، و إبراهيـم بن عبد الله بن الجُنَيْد الخُتّليّ، وأحمد بن الـحسن بن عبد الـجبـار الصّوفـي الكبـير، وأبو يَعْلَـى أحمد بن علـي بن الـمُثنى الـمَوْصِلِـيّ، وأبو العبـاس أحمد بن مـحمد بن خالد البَرَاثِـيّ، وأحمد بن مـحمد بن عبد العزيز بنالـجعد الوَشّاء، وأحمد بن مـحمد بن الـمُسْتلـم، وجعفر بن مـحمد بن قْتـيبة الأنصاريّ الكوفـيّ، والـحسن بن علـي بن شبـيب الـمَعْمريّ، وحَمّاد بن الـمُؤمّل الضريرُ، وعبدُ الله بنُ أحمد بن مـحمد بن حَنْبل، وأبو القاسم عبدُ الله بن مـحمد ابن عبد العزيز البغوي، وأبو بكر عبدُ الله بن مـحمد بن عُبَـيد بن سفـيان القُرَشيّ الـمعروف بـابن أبـي الدنـيا،
Berdasarkan Kunyah
(8779)ـ س: أبو إبْرَاهيـم التَّرْجمَانِي، اسمه: إسْمَاعِيـل بن إبراهيـم بن بَسَّام.
روىٰ عن: شُعيب بن صَفْوان (س)، وغيرِه.
روىٰ عنه: زكريا بن يحيـى السِّجْزِيُّ (س)، وغيرُه.
روى له النَّسائي. وقد تَقَدَّم فـي الأسماء. (ر: 407).
Berdasarkan man isytahara ila abihi, ummihi, ‘ammihi, au ghairu dzalik
ـ [شه ابنُ أَبْجِر]، هو: عبد الـملِك بن سعيد بن حَيّان بن أَبْجَر. (ر: 4111(10052)
Berdasarkan Laqab
(11111)ـ أبو الأَحْوص: محمد بن الهيثم بن حَمّاد قاضي عُكْبَرا كُنيته أبو عبد الله، و أبو الأحوص لقبٌ غلب علـيه (ر: 6258).
Berdasarkan Mubhamat
(11176)ـ بخ د: إبْراهِيـمُ بنُ أبـي أَسِيد البَرّاد.
عن: جده، عن أبـي هريرة «إياكم والبغضة وإياكم والـحَسَد».
إن لـم يكن جده سالـم بن عبد الله البَرّاد مولـى القرشيـين، فلا أدري من هو (ر: 149).

Berdasarkan bab perawi wanita
(11414)ـ ع: أَسْمَاءُ بنتُ أبـي بَكْرٍ الصّدّيق زَوْجَة الزّبَـير بن العَوّام، وهي شَقِـيقَةُ عَبْد الله بن أبـي بَكْر. أُمّهُما أمّ العَزّىٰ قَـيْـلة، ويقال: قُتَـيْـلَةُ بنتُ عَبْدِ العُزّىٰ بنِ عَبْدِ أسعد بن جَابِر، وقـيـل: نَصْرُ بنُ مَالِكِ بنِ حِسْلِ بنِ عَامِرِ بنِ لُؤيّ.
كان إسلامها قديـماً بـمكة وهاجرت إلـىٰ الـمدينة وهي حامل بعبد الله بن الزبـير.
روت عن: النّبِـيّ (ع).
روىٰ عنها: تَدْرُس جَدّ أبـي الزّبـير مـحمد بن مُسلـم بن تَدْرُس الـمكيّ مولـىٰ حَكيـم بن حِزام، وطَلـحة بن عبد الله بن عبد الرّحمٰن بن أبـي بكر الصّديق، وعَبّـاد بن حَمْزة بن عبد الله بن الزّبـير (م س)، وعبـاد بن عبد الله بن الزّبـير (ع)، وابنها عبد الله بن الزّبـير، وعبد الله بن عبـاس (م)، وعبد الله بن عُبَـيْد الله بن أبـي مُلَـيْكة (ع)، وعبد الله بن عُروة بن الزّبـير، ومولاها عبد الله بن كَيْسان (خ م د س ق)، وابنها عُروة بن الزّبـير (خ م د س)، والقاسم بن مـحمد الثّقـفـيّ، ومرزوق الثّقـفـيّ (بخ) (خادم عبد الله بن الزّبـير)، ومُسلـم الـمُقرىء (م)، وأبو نوفل بن أبـي عَقْرب (م)، وأبو واقد اللّـيثـي، وصَفـيّة بنت شيبة (خ م س ق)، وفـاطمة بنت الـمُنْذر بن الزّبـير (ع).
وكانت تسمىٰ ذات النّطاقـين، وإنـما قـيـلَ لها ذلك لأنّها صَنَعت للنّبِـيّ سُفْرة حينَ أراد الهِجْرة إلـىٰ الـمدينة فَعَسُرَ علـيها ما تَشدّها به، فَشَقّت خِمارها، فَشدّت السّفْرة بِنِصفه، وانَتَطَقت بـالنّصف الثّانـي، فسمّاها رسول الله : ذات النّطاقـين. هكذا ذكر مـحمد بن إسحاق وغيرُه.
وقال الزّبـير بن بَكّار فـي هذا الـخَبَر: إن رسول الله قال لها: أبْدَلك الله بنطاقِك هذا نطاقـين فـي الـجَنّة، فقـيـل لها: ذات النطاقـين.
وقال الأَسو
Berdasarkan Kunyah perawi wanita
(11605)ـ د ت س: أُمّ بُجَيْد الأَنْصَارِيّة يقال: اسمُهَا حَوّاء، لها صُحبة، وكانت من الـمُبـايعات.
روىٰ حديثَها عبد الرّحمٰن بن بُجَيْد الأَنْصاريّ (د ت س)، عن جَدّته أُمّ بُجَيْد الأنصاريّة، عن النّبِـيّ «رُدّوا السائلَ ولو بظلفٍ مُـحْرَق».
روى لها أبو داود، والتّرمذيّ، والنّسائي
 ‎
Kitab Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal adalah kitab rijal al-hadits yang dikarang oleh al-Hafidz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf ibn al-Zakkiy Abd –al-Rahman bin Yusuf bin Ali bin Abd al-Mulk bin Ali bin Abi Zuhri al-Kalbiyy al-Qudla’iyy al-Mizziy. Beliau dilahirkan pada malam ke sepuluh dari bulan Rabi’ al-Akhir tahun 654 H.\
Penulisan kitab ini dilatarbelakangi oleh adanya para rijal dalam kutub al-tisah dalam kitab al-Kamal, namun bagi al Mizzi, kitab tersebut mempunyai kekurangan-kekurangan yang harus di carikan solusinya, di antara kekurangan-kekurangan tersebut adalah kebanyakan nama-nama hingga mencapai ratusan jumlahnya dari perawi kutub al-tis’ah kurangnya penjesalan dan informasi. Hal inilah yang mendorong al-Mizzi pada keputusan untuk menyusun kitab baru yang berdasarkan perawi-perawi dalam kitab al-Kamal dan kitab itu dinamakan dengan Tahdzibul Kamal fi Asma al-Rijal.
Al-Mizziy menurut keterangan dalam muqaddimah yang ditulis oleh Basysyar ‘Awwad Ma’ruf adalah bermadzhab syafi’i (lihat halaman 21, dalam muqaddimah oleh Basysyar ‘Awwad Ma’ruf Jilid I kitab Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal).
Kitab ini disusun dengan:
Berdasarkan urutan Mu’jam
Berdasarkan Kunyah
Berdasarkan man isytahara ila abihi, jaddihi, ummihi, ‘ammihi aw ghairu dzalik
Berdsarkan laqab
Berdsarkan mubhamat
Berdasarkan perawi wanita
Kunyah perawi wanita
Dalam muqaddimah Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, semua ulama’ memuji pribadi al-Mizziy dan memuji-muji kitabnya.
Kisah Pembelaan Imam Ibnu Taimiyah Terhadap Al-Mizzi

Disekeliling Ibnu Taimiyah terdapat orang-orang terkemuka dalam bidangnya. Salah satunya adalah Ulama hadits tawadhu nan sabar yang terkenal dengan Nama Al Mizzi yang merupakan mertua dari Ibnu katsir-seorang ahli tafsir terkemuka  dan pernah dipenjara karena membela pendapat Ibnu Taimiyah tentang masalah Thalaq-.

Al hafidz Al Mizzi  yang namanya tersohor dalam dunia hadits lewat dua kitab tebalnya Yang berjudulTahzibul Kamal dan Tuhfatul Asyraf bima’rifatil Athraf merupakan murid sekaligus teman dekat Ibnu Taimiyah dalam belajar hadits sebagaimana yang ceritakan oleh Az Zahabi dalam biografi al  Mizzi dalam Tazkiratul Huffaz.

Kecintaan Al Mizzi terhadap Ibnu Taimiyah terlihat ketika ia dengan penuh kasih sayang memandikan Jenazah guru dan sahabatnya tersebut lalu mengantarkannya menuju pusaranya.‎

Al Mizzi adalah seorang ulama rijal yang mengambil mazhab Salaf dalam Aqidah. Pilihan Inilah yang membuatnya harus berhadapan dengan ulama sekelilingnya yang berpemahaman Takwil serta memusuhi sahabatnya-ibnu Taimiyah-.

Pembelaan Ibnu Taimiyah ‎

Diceritakan dalam biografi Al Mizzi dan Juga Ibnu Taimiyah tentang Cobaan yang dihadapi Oleh Al Mizzi yang menyebarkan dakwah Salaf dalam Aqidah dengan mengajarkan Kitab Khalqu Afa’lil ibad milik Amirul Mu’minin Fil Hadits Al Imam Al Bukhari Rahimahullah.

Berikut penuturan Ibnu Katsir dalam Kitab Al-Bidayah Wa an-Nihayah pada peristiwa yang terjadi sekitar tahun 705 Hijriah terkait Dengan ibnu  Taimiyah

وكان للشيخ تقي الدين من الفقهاء جماعة يحسدونه لتقدمه عند الدولة وانفراده بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر وطاعة الناس له ومحبتهم له وكثرة أتباعه وقيامه في الحق وعلمه وعمله ثم وقع بدمشق خبط كثير وتشويش بسبب غيبة نائب السلطنة وطلب القاضي جماعة من أصحاب الشيخ وعزر بعضهم ثم اتفق ان الشيخ جمال الدين المزي الحافظ قرأ فصلا بالرد على الجهمية من كتاب أفعال العباد للبخاري تحت قبة النسر بعد قراءة ميعاد البخاري بسبب الاستسقاء فغضب بعض الفقهاء الحاضرين وشكاه إلى القاضي الشافعي ابن صصرى وكان عدو الشيخ فسجن المزي فبلغ الشيخ تقي الدين فتألم لذلك وذهب إلى السجن فأخرجه منه بنفسه وراح إلى القصر فوجد القاضي هنالك فتقاولا بسبب الشيخ جمال الدين المزي فحلف ابن صصرى لا بد أن يعيده إلى السجن وإلا عزل نفسه فأمر النائب باعادته تطييبا لقلب القاضي فحبسه عنده في القوصية أياما ثم أطلقه ولما قدم نائب السلطنة ذكر له الشيخ تقي الدين ما جرى في حقه وحق اصحابه في غيبته فتألم النائب لذلك ونادى في البلد أن لا يتكلم احد في العقائد ومن عاد إلى تلك حل ماله ودمه ورتبت داره وحانوته فسكنت الامور

Ada sekolompok fuqaha yang mendengki Ibnu Taimiyah karena kedudukan tingginya dalam kenegaraan dan tindak-tanduknya yang sendirian menyeru kepada kebaikan dan melarang kemungkaran serta ketaatan dan cinta manusia kepadanya. Ditambah lagi dengan banyaknya pengikut, ilmu, dan amal  baik.

Terjadilah beberapa ketegangan di Damaskus sehubungan dengan absennya pejabat perwakilan sulthan. Sekelompok orang meminta Qadhi untuk mengadili Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya serta menahan sebagian dari mereka.

Disaat yang sama, al hafidz Al Mizzi membaca sebuah pasal tentang bantahan terhadap Jahmiyah dari kitab [Khalqu] Af’alil Ibad milik Imam Bukhari dibawah Qubah Nashr (masjid Umawi,pent). Setelah membaca janji Imam bukhari yang disebabkan Oleh istisqa’ maka marahlah beberapa hadirin lalu mengadukannya kepada Qadhi Syafii Ibnu Shasra yang merupakan Musuh syaikh [ibnu Taimiyah]. Maka ditahanlah Al Mizzi. Berita tersebut sampai kepada Syaikh Taqiyuddin [Ibnu Taimiyah]. Berita tersebut menyeakiti perasaan beliau dan beliau langsung bergegas menuju penjara dan membebaskannya. Ibnu Taimiyah kemudian pergi menuju Istana dan bertemu dengan dengan Qadhi [Shasra] disana. Mereka kemudian berdebat terkait dengan syaikh Jamaluddi Al Mizzi. Ibnu Shasra bersumpah untuk kembali memenjarakan Al Mizzi atau ia mengundurkan diri sebagai Qadhi. [kabar sampai ke Mesir] Demi mendengar sumpah itu, maka pejabat perwakilan Sulthan memerintahkan untuk kembali memenjarakan al Mizzi untuk menyenangkan hati Qadhi [Ibnu Shasra] di kota Qusay [Mesir] selama beberapa hari kemudian melepaskannya kemballi.

Ketika pejabat perwakilan kesulthanan kembali ke Damaskus, Ibnu Taimiyah menceritakan kepadanya tentang hal yang terjadi kepadanya dan murid-muridnya ketika dia tidak ada. Pejabat tersebut sangat sakit hati kemudian mengumumkan di Damaskus bahwa tidak boleh seorangpun berdebat seputar Aqidah. Siapapun yang melakukannya maka halal harta dan darahnya serta rumah dan tokonya akan diratakan dengan tanah. Setelah itu keadaan menjadi tenang.

Cerita ini juga dituturkan Oleh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy dalam Kitab Dur Al-Kaminah 170/1
في ثاني عشر رجب قرأ المزي فصلا من كتاب أفعال العباد للبخاري في الجامع فسمعه بعض الشافعية فغضب وقالوا نحن المقصودون بهذا ورفعوه إلى القاضي الشافعي فأمر بحبسه فبلغ ابن تيمية فتوجه إلى الحبس فأخرجه بيده

Pada 12 Rajab, Hafizh Al-Mizzi membacakan Kitab Khalq Af’al ‘Ibad karangan Imam Bukhari di Masjid Umawi. Beberapa Syafi’iyah mendengarkannya dan menjadi marah. Mereka mengatakan “Kitalah yang sedang dibicarakan”. Mereka kemudian mengadukannya [Hafizh Al-Mizzi] ke pengadilan melalui Qadhi Syafi’i dan ia memerintahkan agar beliau [Hafizh Al-Mizzi] ditahan. Berita ini sampai kepada Syaikh Ibnu Taimiyah, kemudian ia bergegas kepenjara dan membebaskannya sendirian.

Kisah ini nampaknya sangat masyhur, terbukti banyak Ahli sejarah yang mencatat dalam kitab mereka. Selain dua ulama diatas, ulama lain yang mencatat kisah tersebut adalah As Sakhawi dalam I’lanut Taubih, As Shafadhi, dan Ibnu Abdil hadi Az Zahabi dalam Tarikh Islam.

Sangat jelas kecintaan Ibnu Taimiyah terhadap al Mizzi dalam hal ini. Semoga Allah mengumpulkan kita dan beliau disyurga Jannatun naim.

Hizib Imam Ghozali Yang Sangat Bermanfaat


Hizib ini paling sulit dicari mujiznya terutama yang bersanad dan berkaromah, kalau hanya sekedar bacaan ya gampang tinggal download aja banyak / kalau asal ijazah qobiltu juga banyak.

Hizib ini terkenal dengan nama hizib ghozali karena dinisbatkan kepada beliau,meski ada lagi yang menisbatkan hizib ini kepada syaikh abdul qodir jaelani (dalam kitab fuyudlotur robbaniyah).

Hizib Ghozali

Hizib Ghazali adalah Hizib oleh Imam Ghazali Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H atau 1058 M. , makanya di sebut Hizib Ghazali. Hizib ini cukup dikenal banyak kalangan, termasuk ahli spiritual, ahli Ilmu Hikmah, Kyai, Ustadz dll.

Hizib ini cukup panjang Lafadznya dan ada lelaku tirakat puasa untuk mendapat Hikmahnya. Namun hizib ini sudah banyak terbukti manfaat atau hikmah yang bisa di peroleh.

Karena keampuhannya dan besarnya manfaat Hizib ini sudah tidak di ragukan lagi oleh kalangan dari manapun bisa dikatakan sangat ampuh dengan izin Allah .

Adapun keampuhan Hizib Imam Ghazali sebagai berikut :
Diberikan keluasan rezeki yang berlimpah
Dicerdaskan akal/pikiran, sehingga mudah dan ceopat dalam memahami dan menghafal pelajaran
Dikabulkan segala hazat
Menghapus dan mempercepat selesai dengan kemenangan persidangan suatau perkara atau persoalan,
Baik sekali apabila punya hajat yang begitu penting maka hizib ghazali dibaca sebanyak ganjil atau sebanyak 21x pada tengah malam setelah Sholat hajat. Sholat hajat dilakukan selama 7 malam berturut-turut.
Berikut Bacaan Hizib Ghozali ‎

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ﴿1﴾الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿2﴾ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ﴿3﴾ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿4﴾ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴿5﴾ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿6﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ﴿7﴾ .
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ . فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ ،كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ . فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا . مَّا هُم بِبَالِغِيهِ . فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال )
 وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُورًا وَذَلِكَ جَزَاء الظَّالِمِينَ ، ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُواْ كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنجِ الْمُؤْمِنِينَ ، لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ ، وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ ، وإِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ ، وَإِنَّ لَهُ عِندَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ ، وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ ، جُندٌ مَّا هُنَالِكَ مَهْزُومٌ مِّنَ الْأَحْزَابِ . وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ ، فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّهِ مَا هَـذَا بَشَرًا إِنْ هَـذَا إِلاَّ مَلَكٌ كَرِيمٌ ، قَالُواْ تَاللّهِ لَقَدْ آثَرَكَ اللّهُ عَلَيْنَا ، إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَاء ، شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ، وَآتَاهُ اللّهُ الْمُلْكَ ، وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا ، وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا، وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

وَإِن يُرِيدُواْ أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللّهُ هُوَ الَّذِيَ أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ ، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ . هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ، كُلَّمَا أَوْقَدُواْ نَارًا لِّلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللّهُ ، وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَآؤُوْاْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ، سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَياةِ الدُّنْيَا ، وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ ، خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ، لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ، فَلاَ تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ، وَلَا تَكُن فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ ، فَإِمَّا نَذْهَبَنَّ بِكَ فَإِنَّا مِنْهُم مُّنتَقِمُونَ ، إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ ، فَسَلَامٌ لَّكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ ، أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ ، قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ، لَّا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى، لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ ، لَا تَخَفْ وَلَا تَحْزَنْ ، قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى ، قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ الْأَعْلَى ، فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ ، إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ، وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً ، لِّيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ ، وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ،وَخَشَعَت الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ ، وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ، لَن يَضُرُّوكَ شَيْئًا ، إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا ، فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ ، فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا ، وَلَوْلاَ أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلاً ، فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً، أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ، وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ قِيلاً، وَيَنصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

مَلْعُونِينَ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلًا ، وَاللّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنكِيلاً وَذَلِكَ جَزَاء الظَّالِمِينَ ، إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مِكِينٌ ، وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ، وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّي ، إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي ، إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ، إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ، ذَهَبَ اللّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ ، صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ ، كُبِتُوا كَمَا كُبِتَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ، وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ ، إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلاَلاً فَهِيَ إِلَى الأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ ، وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ ، أُولَـئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ، وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ ، إِنَّا جَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ، وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْاْ عَلَى أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا ، وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَى فَلَن يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا ، أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً ، عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ، فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ ، دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ، ثُمَّ عَمُواْ وَصَمُّواْ كَثِيرٌ مِّنْهُمْ ، أَرْكَسَهُم بِمَا كَسَبُواْ ، وَذَلِكَ جَزَاء الظَّالِمِينَ ، وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ، فإذا قرأت القرآن فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ، وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَانًا نَّصِيرًا ، قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ، قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ ، رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ ، عَسَى رَبِّي أَن يَهْدِيَنِي سَوَاء السَّبِيلِ ، إِنَّ وَلِيِّـيَ اللّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ ، رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِن تَأْوِيلِ الأَحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ أَنتَ وَلِيِّي فِي الدُّنُيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ ، أَوَ مَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ ، وَقَالَ لَهُمْ نِبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ ، قَالُواْ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ، الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ، فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ ، قُلْ أَغَيْرَ اللّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ ، إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا ، وَجَعَلَنِي نَبِيًّا وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ ، وَمَا تَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 


صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ ، صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ ، يَجْعَلُونَ أَصْابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ، وَلَوْ تَرَى إِذْ فَزِعُوا فَلَا فَوْتَ ، وَذَلِكَ جَزَاء الظَّالِمِينَ ، وَأُخِذُوا مِن مَّكَانٍ قَرِيبٍ ، إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ ، وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ ، وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُم حَفَظَةً ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ قَاتِلُواْ الَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ الْكُفَّارِ وَلِيَجِدُواْ فِيكُمْ غِلْظَةً ، وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ ، وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنصُرُ مَن يَشَاء ، وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ، يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ ، فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِن قِبَلِهِ الْعَذَابُ ، وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم وَاللّهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَائِكُمْ وَكَفَى بِاللّهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللّهِ نَصِيراً ، فَلاَ تَخْشَوْهُمْ قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ ، أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ ، تُصِيبُهُم بِمَا صَنَعُواْ قَارِعَةٌ ، وَمَا يَنظُرُ هَؤُلَاء إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً ، كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ، أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ، فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ، ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا ، وَاذْكُرُواْ إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌ مُّسْتَضْعَفُونَ فِي الأَرْضِ فَآوَاكُمْ ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَن يَبْسُطُواْ إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنكُمْ ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاء وَالْأَرْضِ ، لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ ، عَسَى رَبُّكُمْ َن يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ ، فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللّهُ أَن يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ ، وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ ، وَمَكْرُ أُوْلَئِكَ هُوَ يَبُورُ ، فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ، سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ ، فَأَخَذْنَاهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُّقْتَدِرٍ ، مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ ، ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ، الآنَ خَفَّفَ اللّهُ عَنكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا ، يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ، قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَىَ ، يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ ، وَذَلِكَ جَزَاء الظَّالِمِينَ ، عَلَيْهِمْ دَآئِرَةُ السَّوْءِ ، دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ، أُوْلَئِكَ فِي الأَذَلِّينَ ، فَمَا اسْتَطَاعُوا مِن قِيَامٍ وَمَا كَانُوا مُنتَصِرِينَ ، إِنَّ اللّهَ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ ، وَأَنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ ، فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ ، إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا ، يَسْعَى نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ ، واللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ ، إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ واللَّهُ حَفِيظٌ عَلِيمٌ ، طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ ، وَهُم مِّن فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ ، أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ، أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ ، فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ ، إِنَّا أَخْلَصْنَاهُم بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ وَإِنَّهُمْ عِندَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ ، وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا ، وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَى عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ ، وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ ، وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ ، فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ ، إِلَّا قِيلًا سَلَامًا سَلَامًا وَيَنقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

وَمَا يَنظُرُ هَؤُلَاء إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَّا لَهَا مِن فَوَاقٍ ، وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ ، سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ سنريهم آياتنا فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ، فَإِن كُنتَ فِي شَكٍّ مِّمَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَؤُونَ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءكَ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ ، فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ ، وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ، هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ ، تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ ، لَّـكِنِ اللّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزَلَ إِلَيْكَ أَنزَلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلآئِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللّهِ شَهِيدًا ، وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً وَكَفَى بِاللّهِ نَصِيرًا ، وَكَانَ اللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيتًا ، قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضْعَفُ جُندًا ، وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِم مَّوْعِدًا ، وَلَن تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا ، وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى ، تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ، إِنَّ هَـؤُلاء مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ، وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ ، أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا ، أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ، كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال ) 

وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِم بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنطِقُونَ ، وَاللّهُ أَرْكَسَهُم بِمَا كَسَبُواْ ، هُوَ الَّذِيَ أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ ، قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ ، إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ، وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم مُّحِيطٌ بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ . وَصَلىَ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسلِمْ تَسْلِيِماً كَثِيراً إلى يَوْمِ الدِّينِ وَالْحَمْدُ للهِ ربِ العالمين .

Hizb Fatihah Yang Sangat Bermanfaat


"Saya Ijazahkan hizib fatihah ini kepada sekalian muslimin muslimat,Lillahi ta'ala".

Tawasul

اِلَي حَضَرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَي رَسُوْلِ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَي آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ اَجْمَعِيْنَ ، الفَاتِحَةْ...

وَاِلَي حَضَرَةِ جَمِيْعِ الْاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَآءِ وَالشُّهَدَآءِ وَالْعُلَمآءِ الْعَامِلِيْنَ اْلمُجْتَهِدِيْنَ،خُصُوْصًا اِلَي حَضَرَةِ الْاَئِمَّةِ الْاَرْبَعَةِ اَلْاِمَامِ مَالِكْ وَالْاِمَامِ حَنَفِي وَالْاِمَامِ الشَّافِعِي وَالْاِمَامِ أَحْمَدَ حَنْبَلِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَي عَنْهُمْ، الفَاتِحَةْ ...

ثُمَّ اِلَي حَضَرَةِ رُوْحِ سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ اَلْجَيْلَانِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَي عَنْهٌ، الفَاتِحَةْ ...

وَاِلَي حَضَرَةِ اَرْوَاحِ جَمِيْعِ الْاَوْلِيآءِ الْكِرَامِ التِسْعَةِ فِي چَاوِي ، خُصُوْصًا سُوْنَانْ كَالِي جَاكَا الْفَاتِحَةْ ...

وَاِلَي حَضَرَةِ رُوْحِ الشَيْخِ الْاِمَامِ اَحْمَدَ بْنِ عَلِي الْبُوْنِي وَالْاِمَامِ شَمْسِ الدِّيْنِ مُحَمَّدِ بْنِ اَبِي بَكْرِ بْنِ اَيُْوْبَ الدِمَشْقِي وَالشَّيْخِ الْعَالِمِ الْوَرَي اِبْنِ الحَاجِ التِلْمَسَانِي اْلمَغْرَبِي ، وَالشَّيْخِ الْعَالِمِ السَّيِّدِ الْحَسَنْ الشَاذِلِي، وَالشَّيْخِ عَلِي اَبِي حَيِّ اللهِ الْمَرْزُوْقِي ، وَالشَّيْخِ مُحَمَّدْ حَقِّ النَّازِلِي ، وَالشَّيْخِ الْاِمَامِ أَبِي حَامِدْ الْغَزَالِي وَالشَّيْخِ الْاِمَامِ اِبْنِ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ ابْنِ يُوْسُفَ ، وَالشَّيْخِ الْاِماَمِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَلَوِيْ ابْنِ مُحَمَّدِ الْحَدادِ بَاعَلَوِي ، وَالشَّيْخِ الْبُخَارِيْ ، وَالشَّيْخِ السَيّدِِ سُلَيْمَانَ ، والشيخِ السَقَافِ ، والشيخِ اَبَاهْ حَاجِ طه ، والشيخِ اَبَاهْ حَاجِ عَامِلِيْنَ ، وَالشيخِ بَلْيَا بْنِ مَالْكَانْ اَبِي الْعَبَاسْ خِضِرْ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ، والشيخِ السَيِّدِ الشَّرِيْفِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَلِيِ بْنِ اَبِي بَكْر السَكْرَانَ ، وَالشيخِ سَنُوْسِي، وَالشَيْخِ يَاسِينْ، وَالشيخِ السَيِّدِ مُحْيِ الدِّيْنِ زَكَرِيَاء يَحْيَ النَوَاوِيْ، وَالشيخِ الْبَيُوْمِي، وَالشيخِ اَحْمَدْ الْبَدَاوِيْ، وَالشَيْخِ الْحَبِيْبِ عَلَوِي، وَالشَيْخِ الْاِمَامِ اِبْنِ العَرَبِي، وَالشَيْخِ العَالِمِ العَلاَمَةْ الْحَافِظِ الْوَرَي اَرْوَانِي قُدُسْ ، وَالشَيْخِ مَحْرُوسْ عَلِي لِيرْبَايَا كدِيرِي، وَالشيخِ كِيَاهِي اَحْمَدْ كدِيرِي، والشيخِ كياهِي عَبْدِ الحَنَانْ مَعْصُومْ كدِيرِي، والشيخِ عَبْدِ الْحَمِيْمِ جَزُوْلِي (كٌوسْ مِيكْ) كدِيرِي، وَالشيخِ كِياهِي مَحْمُودْ دمَاكْ، وَالشيخِ كِياهِي عَبْدِ اللهْ فُورْوَادَادِي، وَالشيخِ العالِمِ العَلاَمَةْ مُصْلِحْ بنِ عَبْدِ الرَّحْمَنْ مَرَاغْكِينْ، وَالشيخِ الحَبِيْبِ حُسَينْ سٌورَابَايَا، وَالشَيْخِ عَبْدِ البَشِيْر قُدُسْ، وَالشْيخِ مَيْسُورْ ريعِينْ اَكُوغْ كدِيرِي شَيْءٌ لِلهِ وَلَهٌمْ الفَاتِحَةْ ...

ثُمَّ اِلَي اَرْوَاحِ جَمِيْعِ مَشَايِخِنَا وَشَيْخِ مَشَايِخِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَاُسْتَاذِنَا وَجَمِيْعِ مَنْ لَهُ حُقُوْقٌ عَلَيْنَا، ثُمَ اِلَي جَمِيْعِ سَادَاتِنَا الصُّوْفِيَةِ الْمُحَقِّقِيْنَ وَالْعُلَمآءِ الْعَامِلِيْنَ اَيْنَمَا كَانُوْا مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِْهَا وَبَحْرِهَا اَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَةِ وَاَنْ يُعِيْدَ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَاَسْرَارِهِمْ وَاَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ، وَاِلَي اَرْوَاحِ جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمْؤِمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا مِنْ قَافٍ اِلَي قَافٍ مِنْ لَدُنْ آدَمَ اِلَي يَوْمِ الْقِيَامَةِ، شَيْءٌ لِلّهِِ لَهٌمْ الفَا تِحَةْ ....

Fatihah dan Do'a nya

ﺑِﺴۡﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣۡﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴۡﻢِ ﺍَﻟۡﺤَﻤﺪُ ﻟِﻠّٰﻪ ﺭَﺏِّ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴۡﻦَ ﻳَﺎﺣَﻲُّ ﻳَﺎﻗَﻴُّﻮۡﻡُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺭُﻭۡﻗَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﻣُﺬَﻫَّﺐُ ﺑِﺤَﻖَّ ﺍﻟۡﺤَﻤۡﺪُ ﻟِﻠّٰﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴۡﻦَ ﻭَﺑِﺤَﻖَّ ﺍﻟۡﺤَﻲِّ ﺍﻟۡﻘَﻴُّﻮۡﻡِ ﻭَﺑِﺤَﻖَّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮﺵِ ﺃَﺑَﺠَﺪٌ

ﺍَﻟﺮَّﺣۡﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴۡﻢِ ﻳَﺎﺭَﺅُﻭۡﻑُ ﻳَﺎﻋَﻄُﻮۡﻑُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺟَﺒۡﺮَﺍﺋِﻴۡﻞُ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺃَﺑۡﻴَﺾُ ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺮَّﺣۡﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺮُّﺅُﻭۡﻑِ العطوف ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍۡﻟﻌَﺮۡﺵِ ﻫَﻮَﺯَﺡٌ

ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮۡﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳۡﻦِ ﻳَﺎﻣُﻘَﻠِّﺐَ ﺍﻟۡﻘُﻠُﻮۡﺏِ ﻭَﺍۡﻷَﺑۡﺼَﺎﺭِ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺳَﻤۡﺴَﻤَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺃَﺣﻤَﺮُ ﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮۡﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳۡﻦِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣُﻘَﻠِّﺐِ القلوب ﻭَﺍۡﻷَﺑۡﺼَﺎﺭِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﻃَﻴَﻜَﻞٌ

ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌۡﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴۡﺘَﻌِﻴۡﻦُ ﻳَﺎﺳَﺮِﻳۡﻊُ ﻳَﺎﻗَﺮِﻳۡﺐُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﻣِﻴۡﻜَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺑَﺮۡﻗَﺎﻥُ ﺑِﺤَﻖِّ ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌۡﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴﺘَﻌِﻴۡﻦُ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺮِﻳۡﻊِ ﺍﻟۡﻘَﺮِﻳۡﺐِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣﺤُﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﻣَﻨَﺴَﻊٌ

ﺇِﻫۡﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟۡﻤُﺴﺘَﻘِﻴۡﻢَ ﻳَﺎﻗَﺎﺩِﺭُ ﻳَﺎﻣُﻘۡﺘَﺪِﺭُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺻَﺮۡﻓَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَ ﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺷَﻤۡﻬُﻮۡﺭَﺵُ ﺑِﺤَﻖِّ ﺇِﻫۡﺪِﻧَﺎﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟۡﻤُﺴﺘَﻘِﻴۡﻢَ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﻘَﺎﺩِﺭِ ﺍﻟۡﻤُﻘۡﺘَﺪِﺭِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣﺤُﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﻓَﺼَﻘَﺮٌ

ﺻِﺮَﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳۡﻦَ ﺃَﻧﻌَﻤۡﺖَ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻳَﺎﻋَﻠِﻴۡﻢُ ﻳَﺎﺣَﻜِﻴۡﻢُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﻋَﻴۡﻨَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺯَﻭۡﺑَﻌَﺔُ ِﺑﺤَﻖِّ ﺻِﺮَﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳۡﻦَ ﺃَﻧۡﻌَﻤۡﺖَ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﻌَﻠِﻴۡﻢِ ﺍﻟۡﺤَﻜِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣﺤُﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﺷَﺘَﺌَﺦٌ

ﻏَﻴۡﺮِﺍﻟۡﻤَﻐۡﻀُﻮۡﺏِ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻭَﻻَﺍﻟﻀَّﺎٓﻟِّﻴۡﻦَ ﻳَﺎﻗَﺎﻫِﺮُ ﻳَﺎﻋَﺰِﻳۡﺰُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﻛَﺴۡﻔَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَ ﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﻣَﻴۡﻤُﻮۡﻥُ ﺑِﺤَﻖِّ ﻏَﻴۡﺮِﺍﻟۡﻤَﻐۡﻀُﻮۡﺏِ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻭَﻻَﺍﻟﻀَّﺎٓﻟِّﻴۡﻦَ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﻘَﺎﻫِﺮِﺍﻟۡﻌَﺰِﻳۡﺰِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍِﺋﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﺫَﺿَﻈَﻎٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ الرفرفَ الأخيضرَ ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .

Keterangan Umum Bagi Mubtadi:
Di baca setelah sholat maghrib dan shubuh (dan atau setelah sholat malam/qiyamul lail)

Caranya :
Tawasul,kemudian membaca surat al-fatihah 1x, kemudian membaca fatihah dan do'a nya seperti tertulis diatas
______________________________

*** Cara lain untuk dawamnya : = (1hari 1ayat+do'a)
Membaca satu ayat setiap hari beserta do'anya ,dan dimulai pada hari Ahad/minggu untuk ayat pertama dan seterusnya.

MINGGU
ﺑِﺴۡﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣۡﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴۡﻢِ ﺍَﻟۡﺤَﻤﺪُ ﻟِﻠّٰﻪ ﺭَﺏِّ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴۡﻦَ ﻳَﺎﺣَﻲُّ ﻳَﺎﻗَﻴُّﻮۡﻡُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺭُﻭۡﻗَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﻣُﺬَﻫَّﺐُ ﺑِﺤَﻖَّ ﺍﻟۡﺤَﻤۡﺪُ ﻟِﻠّٰﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴۡﻦَ ﻭَﺑِﺤَﻖَّ ﺍﻟۡﺤَﻲِّ ﺍﻟۡﻘَﻴُّﻮۡﻡِ ﻭَﺑِﺤَﻖَّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮﺵِ ﺃَﺑَﺠَﺪٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻓۡﺮَﻑِ ﺍﻟۡﺎَﺧۡﻴَﻀَﺮِﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .

SENIN
ﺍَﻟﺮَّﺣۡﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴۡﻢِ ﻳَﺎﺭَﺅُﻭۡﻑُ ﻳَﺎﻋَﻄُﻮۡﻑُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺟَﺒۡﺮَﺍﺋِﻴۡﻞُ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺃَﺑۡﻴَﺾُ ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺮَّﺣۡﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺮُّﺅُﻭۡﻑِ ﺍﻟﻄُﻮۡﻑِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍۡﻟﻌَﺮۡﺵِ ﻫَﻮَﺯَﺡٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻓۡﺮَﻑِ ﺍﻟۡﺎَﺧۡﻴَﻀَﺮِﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .

SELASA
ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮۡﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳۡﻦِ ﻳَﺎﻣُﻘَﻠِّﺐَ ﺍﻟۡﻘُﻠُﻮۡﺏِ ﻭَﺍۡﻷَﺑۡﺼَﺎﺭِ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺳَﻤۡﺴَﻤَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺃَﺣﻤَﺮُ ﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮۡﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳۡﻦِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣُﻘَﻠِّﺐِ ﻗُﻠُﻮۡﺏِ ﻭَﺍۡﻷَﺑۡﺼَﺎﺭِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﻃَﻴَﻜَﻞٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻓۡﺮَﻑِ ﺍﻟۡﺎَﺧۡﻴَﻀَﺮِﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .

RABU
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌۡﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴۡﺘَﻌِﻴۡﻦُ ﻳَﺎﺳَﺮِﻳۡﻊُ ﻳَﺎﻗَﺮِﻳۡﺐُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﻣِﻴۡﻜَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺑَﺮۡﻗَﺎﻥُ ﺑِﺤَﻖِّ ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌۡﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴﺘَﻌِﻴۡﻦُ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺮِﻳۡﻊِ ﺍﻟۡﻘَﺮِﻳۡﺐِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣﺤُﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﻣَﻨَﺴَﻊٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻓۡﺮَﻑِ ﺍﻟۡﺎَﺧۡﻴَﻀَﺮِﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .
KAMIS
ﺇِﻫۡﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟۡﻤُﺴﺘَﻘِﻴۡﻢَ ﻳَﺎﻗَﺎﺩِﺭُ ﻳَﺎﻣُﻘۡﺘَﺪِﺭُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﺻَﺮۡﻓَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَ ﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺷَﻤۡﻬُﻮۡﺭَﺵُ ﺑِﺤَﻖِّ ﺇِﻫۡﺪِﻧَﺎﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟۡﻤُﺴﺘَﻘِﻴۡﻢَ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﻘَﺎﺩِﺭِ ﺍﻟۡﻤُﻘۡﺘَﺪِﺭِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣﺤُﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﻓَﺼَﻘَﺮٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻓۡﺮَﻑِ ﺍﻟۡﺎَﺧۡﻴَﻀَﺮِﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .

JUM'AT
ﺻِﺮَﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳۡﻦَ ﺃَﻧﻌَﻤۡﺖَ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻳَﺎﻋَﻠِﻴۡﻢُ ﻳَﺎﺣَﻜِﻴۡﻢُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﻋَﻴۡﻨَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﺯَﻭۡﺑَﻌَﺔُ ِﺑﺤَﻖِّ ﺻِﺮَﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳۡﻦَ ﺃَﻧۡﻌَﻤۡﺖَ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﻌَﻠِﻴۡﻢِ ﺍﻟۡﺤَﻜِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣﺤُﻤَّﺪٍ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍﺋِﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﺷَﺘَﺌَﺦٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻓۡﺮَﻑِ ﺍﻟۡﺎَﺧۡﻴَﻀَﺮِﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .

SABTU
ﻏَﻴۡﺮِﺍﻟۡﻤَﻐۡﻀُﻮۡﺏِ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻭَﻻَﺍﻟﻀَّﺎٓﻟِّﻴۡﻦَ ﻳَﺎﻗَﺎﻫِﺮُ ﻳَﺎﻋَﺰِﻳۡﺰُ ﺃَﺟِﺐۡ ﻳَﺎﻛَﺴۡﻔَﻴَﺎﺋِﻴۡﻞُ ﺳَﻤِﻴۡﻌًﺎ ﻣُﻄِﻴۡﻌًﺎ ﺃَ ﻧۡﺖَ ﻭَﺧُﺪَّﺍﻣُﻚَ ﻣَﻴۡﻤُﻮۡﻥُ ﺑِﺤَﻖِّ ﻏَﻴۡﺮِﺍﻟۡﻤَﻐۡﻀُﻮۡﺏِ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﻭَﻻَﺍﻟﻀَّﺎٓﻟِّﻴۡﻦَ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﻘَﺎﻫِﺮِﺍﻟۡﻌَﺰِﻳۡﺰِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺍﻟۡﻤَﻼَٓﺋِﻜَﺔِ ﺍﻟۡﻤُﻮَﻛَّﻠِﻴۡﻦَ ﺑِﻘَﻮَﺍِﺋﻢِ ﺍﻟۡﻌَﺮۡﺵِ ﺫَﺿَﻈَﻎٌ

ﺃَﻗۡﺴَﻤۡﺖُ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢ ﻳَﺎﻣَﻼَٓﺋِﻜَﺔَ ﺍﻟﺮُّﻭۡﺣَﺎﻧِﻴِﻴۡﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻠَﻮِﻳَّﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻔَﻠِﻴَّﺎﺕِ ﻭَﻳَﺎﺧَﺎﺩِﻡَ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟۡﻜِﺘَﺎﺏِ ﺃَﺟِﻴۡﺒُﻮۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻣِﺪُّﻭۡﻧِﻲۡ ﻭَﺃَﻋِﻴۡﻨُﻮۡﻧِﻲۡ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴۡﻊِ ﺃُﻣُﻮۡﺭِﻱۡ ﺃَﻟُﻮۡﺣَﺎ۲ ، ﺃَﻟۡﻌَﺠَﻞۡ ۲ ، ﺃﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ ۲ ، ﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟﺴَّﺒۡﻊِ ﺍﻟۡﻤَﺜَﺎﻧِﻲۡ ﻭَﺍﻟۡﻘُﺮۡﺍٓﻥِ ﺍﻟۡﻌَﻈِﻴۡﻢِ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺍﻟۡﺄَﺳۡﺮَﺍﺭِ ﻭَﺍﻟۡﺒَﺮَﻛَﺎﺕِ ﻓِﻴۡﻬِﻤَﺎ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﻣَﺎﺗَﻌۡﺘَﻘِﺪُﻭۡﻧَﻪٗ ﻣِﻦَ ﺍﻟۡﻌَﻈَﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟۡﺒُﺮۡﻫَﺎﻥِ ﻭَﺑِﺤُﺮۡﻣَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍﻋَﻠَﻴۡﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ، ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺳَﺨِّﺮۡﻟِﻲۡ ﻋَﺒۡﺪَﻙَ ﺍﻟﺮَّﻓۡﺮَﻑِ ﺍﻟۡﺎَﺧۡﻴَﻀَﺮِﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠٰﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴۡﺊٍ ﻗَﺪِﻳۡﺮٍ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎﺃَﺭۡﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴۡﻦ .

Diantara khushusiyatnya :
Dengan barokah mu'jizat dan sirr fatihah,Allah berkenan memberikan kekuatan keimanan ,Allah berkenan menjaga lahir dan bathin, dan sebagainya‎

Puncak Kedudukan Kewaliyan Imam Al-Faqih Al-Muqoddam Muhammad bin Ali


Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Ilahi Rabbi Allah Rabbil ‘Aalamiin, Penguasa Tunggal, Raja langit dan bumi, Maha mengawasi dan Maha memberi balasan. Maha Agung dan Maha Luhur. Tempat bergantung segala makhluq-Nya. Qudrat dan Iradat-Nya meliputi serta menjangkau segala sesuatu pada seluruh ‘lam ciptaan-Nya. Dengan sifat Rahman dan Rahiim-Nya itu, maka jangkauan kelembutan kasih sayang kepada hamba2-Nya mendahului murka-Nya. Salam dan Shalawat teruntai se-indah2nya Shalawat dihaturkan keharibaan junjungan dan penghulu sekalian umat manusia. Sayyidil ahlil ardhi was samawat. Sayyidil Al- Anbiya’i wal Mursaliin, wa afdalul Habaib, Sayyidina wa Maulana Muhammadin wa ‘ala alihi was shahbihi ajma’in. – Amma ba’du.

Topik ini sengaja ditulis sebagai sebuah upaya mengenalkan kedua tokoh Waliyullah sebagaimana tertulis pada judul tulisan diatas, dengan maksud agar kita lebih mengenali keduanya diantara sekian banyak para Wali Allah yang tersebar dimuka bumi dari zaman ke zaman. Tulisan ini ini sama sekali bukan hendak membanding-bandingkan mereka. Masing2 mereka mempunyai keunggulan di zamannya. Kehadiran mereka serta yang lainnya, adalah sebuah karunia besar dari Allah Jallajalaluh. Mereka semuanya adalah pelita yang menerangi bumi sepeninggal Rasulullah Saw. Kita yang hidup pada zaman ini adalah orang2 yang patut bersyukur ke hadirat Allah kerena manfaat dari mereka yang datang sambung menyambung dari generasi demi generasi. Kita berhutang budi kepada mereka, karena sekalipun kita tidak meneguk langsung sejuknya air dan madu manisnya ilmu pengetahuan agama dari lisan mereka. Tetapi sebenarnya kita belajar agama dari ilmu2 mereka melalui murid2 mereka baik dari keturunan mereka sendiri maupun dari murid2nya yang lain yang menjadi ‘ulama2 besar dari zaman ke zaman. Nama besar kedua tokoh bahasan kita ini kami susun menurut tahun kelahiran mereka.
Kami sangat sadar akan keterbatasan pengetahuan yang ada pada diri kami untuk membicarakan kedua tokoh puncak ini. Semulanya kami sangat takut membicarakan mereka secara terbuka. Kalaupun sekarang kami turunkan tulisan ini, semata-mata ingin membagi pengetahuan tentang kedua tokoh kita yang mulia ini, karena masih terdapat sebahagian orang yang ingin tahu lebih jauh akan Nasab & Kedudukan Puncak Kewalian mereka pada zamannya masing-masing. Kepada (arwah) kedua tokoh mulia ini kami memohon ampun maaf apabila dalam tulisan kami terdapat banyak kekurangan atau bahkan kesalahan. Hal ini mungkin saja terjadi dikarenakan kebodohan dan kemiskinan ilmu pengetahuan kami. Dan kepada mereka yang lebih tahu tentang kedua tokoh mulia ini, atau memiliki dokumen sejarah yang lebih kuat dapat memperbaikinya. Tulisan ini sendiri di ambil dari sumber bacaan yang terbatas. Namun paling tidak diharapkan agar setiap orang yang berbicara tentang tokoh mulia ini atau wali yang lainnya agar menahan diri serta lisan dari kemungkinanan ucapan salah atau keliru ketika membicarakan hal ikhwal mereka, apalagi bagi kita yang tidak hidup sezaman dengan mereka, bahkan mereka telah mendahului kita berabad-abad lamanya.

Yang pertama kali dan satu-satunya dijuluki ‘Al-Faqih Al-Muqaddam’ di kalangan Alawiyin adalah waliyullah Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath. Soal gelar yang disandangnya, karena waliyullah Muhammad bin Ali seorang guru besar yang menguasai banyak sekali ilmu-ilmu agama diantaranya ilmu fiqih. Salah seorang guru beliau Ali Bamarwan mengatakan, bahwa beliau menguasai ilmu fiqih sebagaimana yang dikuasai seorang ulama besar yaitu al-Allamah Muhammad bin Hasan bin Furak al-Syafi’i’, wafat tahun 406 Hijriah.

Sedangkan gelar al-Muqaddam di depan gelar al-Faqih yang berasal dari kata Qadam yang berarti lebih diutamakan, dalam hal ini waliyullah Muhammad bin Ali sewaktu hidupnya selalu diutamakan sampai setelah beliau wafat maqamnya yang berada di Zanbal Tarim sering diziarahi kaum muslimin sebelum menziarahi maqam waliyullah lainnya.Waliyullah Muhammad bin Ali dilahirkan di kota Tarim, beliau anak laki satu-satunya dari Imam Ali bin Muhammad Shahib Mirbath yang menurunkan 75 leluhur kaum Alawiyin, sedangkan Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad menurunkan 16 leluhur Alawiyin, termasuk di antaranya yang dikenal sebagai walisongo, di tanah Jawa, Indonesia. Sayyid Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama al-Faqih al-Muqaddam ialah poros sesepuh semua kaum Alawiyin.
Nasab Al-Faqih Al-Muqaddam Al-Imam Muhammad bin Ali Ba ‘Alawi ra

Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi’ Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in. Bin Sayyidatina Fatimah binti Rosululloh Muhammad SAW. Beliau dilahirkan pada tahun 574 H di Tarim.

Seluruh nama-nama yang tersambung dalam Nasab Sayyid Al Faqih Al Muddam ra, dari ayahnya sampai kepada Al Imam Sayyidina Husain bin Ali ra, seluruhnya adalah Imam dan Wali Allah, serta ‘ulama-‘ulama terbesar pada zamannya masing-masing. Dengan keberadaan mereka, umat manusia mereguk manisnya air keimanan, ketaqwaan, sehingga memperoleh hidayah Allah Swt.
Dengan lain perkataan, bahwa tidak seorang wali atau ‘ulama pun di muka bumi yang tidak memperoleh ‘ilmu agama melalui mereka. Ini dapat dibuktikan bahwa para wali dan ‘ulama pasti memiliki silsilahtul ‘ilmiyah (silsilah – sanat guru) yang jelas, sehingga tiadalah ‘ilmu itu diperolehnya melainkan akan bertemu, dan diambil ilmu itu dari pintunya (Al Imam ‘Ali Kw) melalui salah satu diantara mereka sambung-menyambung hingga sampai kepada Al Imam Ali bin Abu Thalib kepada Rasulullah Saw dari Jibril as, dari Allah Swt. Seperti inilah ‎simpul emas Thariqah Bani ‘Alawi dari zaman ke zaman di seluruh permukaan bumi Allah, sampai kepada kita yang hidup dizaman ini.
Beliau seorang yang hafal al-quran serta menguasai makna yang tersurat dan tersirat dari Qur’an, dan selalu sibuk menuntut berbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama, hingga di akui oleh Ulama Hadramaut saat itu bahwa beliau telah mencapai tingkat sebagai mujtahid mutlak. Beliau dikenal dengan gelar lain yakni ustadzul A’zham (Guru besar), beliau adalah bapak dari semua keluarga ‎Alawiyin, keindahan kaum muslimin dan agama Islam. Dari keistimewaan yang ada pada Sayyidina Al-Faqihi Al muqaddam adalah tidak suka menonjolkan diri, lahir dan batinnya dalam kejernihan yang ma’qul (semua karya pemikiran) dan penghimpun kebenaran yang manqul (nash-nash Alquran dan Sunnah). Beliau adalah seorang Mustanbith al-furu’ min al-ushul (ahli merumuskan cabang-cabang hukum syara’ yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqih. Ia adalah Syaikh Syuyukh al-syari’ah (mahaguru ilmu syari’ah) dan seorang Imamul Ahlil Hakikat (Imam ahli hakikat), Sayidul thaifah Ash-Shufiyah (Penghulu Kaum Sufi) Murakiz Dairah al-Wilayah al-Rabbaniyah, Qudwah al-‘Ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama ahli ilmu hakikat), Taj al-A’imah al-‘Arifin (mahkota para Imam ahli ma’rifat), Jami’ul Kamalat (yang terhimpun padanya semua kesempurnaan), sedang dalam segala kesempurnaannya beliau berteladan kepada Amir al-Mukminin (Imam Ali bin Abi Thalib). Thariqahnya adalah kefakiran yang hakiki dan kema’rifatan yang fitrah. Beliau Imam Faqihi Muqadam adalah penutup Aulia-illah (para waliullah) yang mewarisi maqam Rasulullah saw, yaitu maqam Qutbiyah Al Kubra (Wali Quthub besar).

‎Rumah tangga Sayyidina Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali

Sayyidina Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin Ali ra menikah dengan seorang wanita Shalehah, sekaligus sepupunya dari pihak ayahnya, yang kemudian dikenal sebagai“Ummul Fuqara” (Ibunda kaum fakir miskin) bernama Syarifah Zainab binti Ahmad bin Muhammad Sahib Marbath r,anha., yang juga adalah seorang Waliyah”, dan memiliki pula banyak kekeramatan. Beliau kembali keharibaan Allah Swt pada 12 Syawal 669 H, atau lebih kurang 16 tahun sesudah wafat sang Imam suaminya Al Faqih Al Muqaddam ra. Hanya dari pernihan inilah Imam Al Faqih Al Muqaddam dikaruniai 5 (lima) orang anak, dan semuanya laki-laki. Di kemudian hari mereka semuanya menjadi ‘Ulama besar, bahkan sebahagian besar keturunannya menjadi penunjuk jalan keimanan kapada manusia. Mereka adalah Wali dan ‘Ulama-‘ulama terbesar rujukan umat manusia umumnya, dan khususnya umat Sayyidina Muhammad Saw dari abad keabad, zaman ke zaman. Mereka bukan saja sebagai pelita dikegelapan malam. Lebih dari itu, mereka laksana binntang-bintang, bulan dan matahari islam yang tidak pernah berhenti bersinar dan bercahaya sepanjang masa dan zaman sehingga datang kehendak dan taqdir Ilahi.
Mereka adalah para Syech Al Kabir : (1) Alwi Al Ghuyur, (2) Abdullah (‘Ubaidillah), (3) Abadurrahman, (4) ‘Ali dan (5) Ahmad. Mereka adalah generasi penerus ayahanda mereka Al Faqih Al Muqaddam ra, Dan di kemudian hari anak dan cucu mereka yang terbaik dari segi ‘ilmu dan akhlaq diwujudkan Allah Swt di permukaan bumi sebagai penerus datuk-datuk mereka, menunjuki umat manusia menuju jalan hidayah guna mencapai ampunan dan keridhaan Allah Swt.
Masa Pendidikan dan Para Gurunya Al Faqih Muqaddam.‎
Imam Muhammad Bin Ali belajar fiqh Syafi’i kepada Syeikh Abdullah bin Abdurahman Ba’Abid dan Syeikh Ahmad Bin Muhammad Ba’Isa, belajar Ushul dan ilmu logika kepada Imam Ali Bin Ahmad Bamarwan dan Imam Muhammad Bin Ahmad Bin Abilhib, belajar ilmu Tafsir dan Hadits kepada seorang Mujtahid bernama Sayid Ali bin Muhammad Bajadid, belajar ilmu tasawuf dan hakikat kepada Imam salim Bashri, Syeikh Muhammad Ali Al Khatib dan pamannya Syeikh Alwi Bin Muhammad Shahib Mirbath serta Syeikh Sufyan Al Yamani yang berkunjung ke Hadramaut dan tinggal di kota Tarim.

Riwayat Al Khirqah, Sebagaimana diketahui bahwa Al Khirqah merupakan sebuah perlambang teramat penting dalam dunia tasawwuf. Yang bermakna sebagai pertanda pengalihan “Maqam”, dari seorang wali kepada wali pengganti, yang wujudnya adalah sepotong “kain sorban” para wali. Definisinya sendiri, bila kita mengikuti apa yang dimaksud oleh seorang tokoh Sufi sebelumnya yakni As Syech Muhyiddin Ibn Al Arabi dalam kitabnya Al Futuhat, beliau mengatakan Al Khirqah itu adalah lambang dari persahabatan para wali. Sebagai tambahan Ibn Arabi yang bergelar As Syech Muhyiddin Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Al Haitami. Bukan Ibn Al ‘Arabi, sekalipun keduanya berasal dari Negara Spanyol – Andalusia. Diriwayatkan bahwa ayah Ibn Arabi yang bernama ‘Ali lama tidak mempunyai anak, sampai pada suatu saat ia bertemu dengan seorang wali yaitu As Syech Muhyiddin Abdul Qadir Al Jaelani. Ia memohon doa dari Syech Abdul Qadir Al Jaelani kepada Allah agar kiranya dikaruniai seorang anak laki-laki. Sang Syech yang ketika itu sudah mendekati akhir hayatnya, memohon kepada Allah agar “Ali beroleh anak laki-laki- Kemudian beliau berpesan kepadanya agar anak itu kelak bila lahir supaya diberi nama Muhuyiddin Pembangkit Agama. Syech Abdul Qadir Al Jaelani juga menggambarkan bahwa anak ‘Ali yang akan lahir itu akan jadi orang besar dan Wali dalam ‘ilmu Ketuhanan, dialah Ibn Al Arabi , lahir pada tanggal 17 Ramadhan tahun 560 H, atau bertepatan dengan 29 Juli 1165, 3 tahun sebelum sang Syech yang mendo’akannya wafat. Dikemudian hari ia dikenal dengan nama As Syech Muhyiddin Ibn Al Arabi - (bukan Ibn Al ‘Arabi).‎

Kita kembali ketopik semula “Al Khirqah” Selanjutnya apa yang dikatakan oleh Ibn Arabi itu, diberi komentar oleh Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al Attas ra sebagai berikut : “sedangkan (kain) Khirqah sendiri tidak selalu harus dari Rasulullah Saw secara langsung. Al Libas (baju / pakaian sufi) itu sendiri sebenarnya adalah simbol dari Al Libas yang Haqiqi yaitu Al Libas At Taqwa. Bahwa telah menjadi kebiasan mereka (wali), bila mereka merasa ada yang kekurangan pada dirinya, maka mereka segara mencari seorang guru atau Syech dari jama’ah mereka untuk menyempurnakan segala kekurangan mereka, Lahiriyah maupun Bathiniyah. Bilamana semua kekurangan mereka telah menjadi sempurna, maka mereka diberi “Al Libas” sebagai simbol penyempurnaan. Inilah Al Libas yang kita ketahui dari para ‘Ulama ahli HAQEQAT.‎

Al Khirqah bagi para wali merupakan nilai dan prestasi tertinggi masing-masing wali. Al Khirqah Sayyidina Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin ‘Ali ra, memiliki nilai keistimewaan tersendiri yang melampaui dimensi pemikiran manusia. Al Khirqah yang beliau terima adalah “Khirqah Imam Qutb Al Kubra” Ini merupakan perlambang dari “derajat kepemimpinan tertinggi bagi para wali dimasa itu. Adapun silsilah Al Khirqah Sayyidina Al Faqih Al Muqaddam ra. Ada dua yaitu yang diterima langsung dari ayahanda beliau sendiri, dan yang kedua diterima dari As Syech Abu Madyan Syu’aib Al Maghriby.‎

Silsilah yang pertama adalah yang berasal dari ayahanda beliau sendiri Al Imam, Al Habib ‘Ali Ba’alawi, yang menerima dari ayahandanya Muhammad Shahib Marbath dan bersambung terus keatas sebagaimana urutan pada Nasab Al Faqih yang telah disebut sebelumnya.

Adapun yang kedua diterimanya dari :
1. As Syech Abu Madyan Syu’aib bin Abu Husain Al Maghriby, dari
2. Imam Abu Ya’la, dari
3. Al Imam Nur Ad-Din Abu Al Hasan Ali bin Hirzihim, dari
4. Al Imam Al Hafizd Al Faqih Al Qadhy Abubakar bin Abdullah Al Ma’afiri dari
5. Al Imam Hujjah Al Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazaly, dari‎
6. As Syech Al Islam Wal Muslimin Imam Al Haramain Abdul malik, dari
7. As Syech Muhammad bin Abdullah bin Yusuf Al Juwainy, dari
8. As Syech Al Arif Bi Ta’ala Abu Thalib Al Makky Muhammad bin Ali bin Athyyah dari
9. Al Imam Al Kabir Abu Bakar Dullaf bin jahdar As Sybly, dari
10. Al Ustadz Ahli Thariqah Wa Imam Ahli Al Haqiqah Abu Qasim Al Junaid bin Muhammad Al Baghday, dari
11. As Syech Asyahir Abu Hasan As SirryAl Mughallis As Siqty (As Saqaty, dari
12. As Syech Al Arif Billah Ta’ala Abu Mahfuzd Ma’ruf bin Fairuz Al Karakhy, dari
13. Al Imam Abu Sulaiman Daud bin Nushair Al Ta’iy, dari
14. As Syech Muhammad Habib bin Muhammad Al Ajami Al Kharasany, dari
15. Al Imam Al Kabir As Syahir Abu Sa’id Al Hasan bin Abu Al Hasan Al Bashry, dari
16. Al Imam Ahli Masyriq Wal Magharib Sayyidina ‘Ali bin Abu Thalib ra

Al Imam ‘Ali bin Abu Thalib ra, dari Sayyidina Wa Habibana Rasulullah Saw.

Dari Al Imam Ma’ruf Al Karakhy (NO 12), terdapat dua arah silsilah (bercabang dua), yang pertama seperti tersebut ditas, dan yang kedua, dari Ahlul Bayt yang susunannya sebagai berikut :

12. As Syech Al Arif Billah Ta’ala Abu Mahfuzd Ma.ruf bin Fairuz Al Karakhy, dari
13. Al Imam ‘Ali Ar Ridha ra, dari ayahnya
14. Al Imam Musa Al Kazhim ra, dari ayahnya
15. Al Imam Jafar As Shadiq ra, dari ayahnya
16. Al Imam Muhammad Al Baqir ra, dari ayahnya
17. Al Imam ‘Ali Zainal Abidin ra, dar ayahnya
18. Al Imam ‘Ali bin Abu Thalib ra. Dst….. sama seperti yang pertama tadi.‎

Beberapa Keutamaan Kelebihan Al Faqih Muqaddam ra.

Beliau mempunyai Keutamaan dan Kelebihan yang luar biasa Yakni berbagai keistimewaan yang dikaruniai Allah Swt kepada Imam AlFaqih Al Muqaddam Muhammad bin ‘Ali. Kekhususan pemberian Allah Swt itu menempatkan posisi beliau sebagai“Khawas Al Khawas” Maqam Kewaliyan beliau menjadi sebuah fenomena mistik yang sangat menakjubkan, serta selalu menjadi bahan analisa para ‘Ulama terkemuka dan terbesar dan bahkan para wali dizamannya. Diantara gambaran para kaum Al Arifin dimasa itu berkata antara lain :

“Sungguh telah membuat tercengang para sufi dan para wali akan Ahwal As Syech Al Faqih Al Muqaddam , dimana mereka semua tidak mampu menafsirkan dengan penafsiran yang sempurna. Disebabkan yang dimiliki dan dikuasai oleh Al Faqih Al Muqaddam melampaui batas pengetahuan mereka”
Diriwayatkan bahwa As Syech Al Kabir Ibrahim bin Yahya Bafadhal, yang karena didorong oleh penasaran keinginan tahunya maka beliau berkeinginan untuk menemui As Syech Abu Al Ghayst Ibnu Jamil, untuk menanyakan (hal) tiga orang yang pada saat itu mulai dikenal dikalangan masyarakat Hadhramaut.Yaitu Al Faqih Al Muqaddam, As Syech Abdullah bin Ibrahim Baqusyair, dan seorang lagi yang tidak diketahui namaya. As Syech Ibrahim sengaja datang menemui As Syech Abu Al Ghayst hanya untuk menayakan perihal ketiga orang tersebut. Ketika telah sampai di majelis As Syech Abu Al Ghayst, beliau duduk pada deretan paling belakang. As Syech Ibrahim bin Yahya Bafadhal menceriterakan sendiri tentang pertemuan beliau dengan As Syech Abu Al Ghayst Ibnu Al Jamil. “Dalam duduk ku dibelakang itu hatiku berbisik, apakah aku datang dari Hadhramaut kesini hanya hendak menanyakan tiga orang ini” Maka sebelum habis aku berkata dalam hati, As Syech Abu Al Ghayst telah mengetahui tujuan kedatanganku, beliau berdiri dan berkata “Siapakah diantara yang hadir yang bernama As Syech Ibrahim?” Lalu aku mendatanginya. Beliau berkata apakah yang Syech Ibrahim hendak tanyakan., lalu selanjutnya beliau berkata “Wahai Syech Ibrahim sesungguhnya engkau datang hendak menanyakan As Syech Muhammad bin ‘Ali bukan? As Syech Abdullah Baqusyair dan lelaki yang tidak dikenal namaya?

As Syech Ibrahim menjawab ya “benar” As Syech Abu Ghayst meneruskan “Aku akan jelaskan kepadamu perihal mereka bertiga. Yang pertama : Yaitu “As Syech Sayyidina Al Faqih ra.” Tidaklah kami (para sufi dan wali dapat menyamai derajat beliau walaupun hanya setengahnya). Adapun As Syech Abdullah bin Ibrahim Baqusyair adalah seorang Shaleh. Adapun yang satu lagi adalah orang yang kupandang tidak mempunyai kelakuan yang baik.

Menurut Al Habib Muhamad bin Husin Al Habsyi dalam kitab beliau Kepemimpinan para Wali diserahkan dari As Syech Abdul Qadir Al Jaelani kepada As Syech Abu Madyan Syu’aib Al Maghriby, yang akhirnya diserahkan kepada Sayyidina Al Faqih Al Muqaddam ra.‎

Sebagian pemuka tasawwuf berpendapat bahwa As Syech Abdul Qadir Al Jaelani pemimpin para Wali Masyhur, sedang Sulthan para Wali Mastur adalah Al Faqih Al Muqaddam ra, sedang perbandingan jarak derajat masyhur dan mastur tersirat dalam Qaul Tasawwuf “ WA KAM MASYHUR FII BARAKATI MATSTUR” Artinya “ Sesungguhnya sudah berapa banyak orang telah masyhur menjadi para wali, hanya karena baraqah dari satu wali mastur”

Telah ditanya Al Imam Al Habib Abdullah bin ‘Alwi Alhaddad (shahib Ar Ratib) oleh kalangan ‘Ulama mengenai Al Imam Al Qutb Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin ‘Alwi dan Al Imam Al Qutb Ar Rabbany As Syech Abdul Qadir Al Jaelani. Yang manakah diantara mereka yang lebih utama?

Beliau berkomentar “Sesungguhnya mereka berdua adalah tokoh besar kaum sufi dan wali yang agung. Akan tetapi kami (Bani Alawi) bernisbah dan mendapatkan baraqah dan Al Madat dari penghulu kami Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin ‘Ali lebih besar”.
‎‎
Diantara karamah-karamah yang nampak pada diri beliau adalah ketika anak beliau Ahmad mengikuti beliau ke suatu wadi di pertengahan malam, maka sesampainya di wadi tersebut beliau berdzikir dengan mengeluarkan suara, maka batu dan pohon serta mahluq yang ada di sekeliling tempat itu semuanya ikut berdzikir. Beliau juga dapat melihat negeri akhirat dan segala kenikmatannya hanya dengan melihat di antara kedua tangannya, dan melihat dunia dengan segala tipu dayanya melalui ke dua matanya.

Di antara sikap tawadhunya, beliau tidak mengarang kitab-kitab yang besar, akan tetapi ia hanya mengarang dua buah kitab berisi uraian yang ringkas. Kitab tersebut berjudul : Bada’ia Ulum Al Muksysyafah dan Ghoroib Al Musyahadat wa Al Tajalliyat. Kedua kitab tersebut di kirimkan kepada salah satu gurunya Syeikh Sa’Adudin Bin Ali Al Zhufari yang wafat di Sihir tahun 607 H. Setelah melihat dan membacnya ia merasa takjub atas pemikiran dan kefasihan kalam Imam Muhammad Bin Ali. Kemudian surat tersebut di balas dengan menyebutkan di akhir tulisan suratnya : ‘’Engkau wahai Imam, adalah pemberi petunjuk bagi yang membutuhkannya’’. Imam Muhammad Bin Ali pernah ditanya tentang 300 macam masalah dari berbagai macam ilmu, maka beliau menjawab semua masalah tersebut dengan sebaik-baiknya jawaban.‎

Rumah beliau merupakan tempat berlindung bagi para anak yatim, kaum faqir dan para janda. Jika rumah beliau kedatangan tamu, maka ia menyambut dan menyediakan makanan yang banyak, dimana makanan tersebut tersedia hanya dengan mengangkat tangan beliau dan para tamu untuk berdoa dan memohon kepada Allah swt. Sebagaimana sabda rasulullah saw :”Sesungguhnya para saudaraku jika ia mengangkat tangannya untuk memohon makanan, maka akan tersedia makanan tersebut dalam jumlah yang banyak”.
AsSyeikh Abdurahman AsSeqaf berkata : ”Tidak aku lihat dan aku dengar suatu kalam yang melebihi kalam Imam Al faqihi Muqadam kecuali kalam para Nabi”. Sedang Imam Al faqihi Muqadam bernah berkata kepada kaumnya ’’Kedudukan ku terhadap kalian seperti kedudukan Nabi Muhammad kepada kaumnya’’. Didalam riwayat lain AsSyeikh Abdurahman AsSeqaf : berkata ’’Kedudukan ku terhadap kalian seperti kedudukan Nabi Isa kepada kaumnya’’. Berkata AsSyeikh Al Kabir Abu Al Ghaits Ibnul Jamil :’’Derajat kami tidak akan menyamai derajat Imam Al Faqihi Muqadam, terkecuali hanya setengahnya saja’’. Dalam salah satu kalimat yang ditulisnya kepada gurunya Syeikh Sa’aduddin, Imam Al Fiqihi Muqadam bekata ‘’Aku telah di Mi’rajkan ke Sidratul Muntaha sebanyak tujuh kali ( dilain riwayat dua puluh tujuh kali).

Disuatu saat Al Imam Faqihi Muqadam duduk bersama sahabatnya, ketika itu ada seseorang yang nampak seperti Badui datang mengunjunginya, dengan di atas kepalanya membawa keju. Maka berdiri Imam Faqihi Muqadam untuk mengambil keju tersebut lalau memakannya. Para sahabatnya yang hadir saat itu merasa heran dan bertanya : ‘’Siapa dia ? maka beliau menjawab : Khidir as. Kejadian tersebut menjelaskan bahwa : Allah telah mengangkat derajat Al Faqihi Muqadam sebagai seorang Ahli Hakikat dan Ahli Kasyaf. Ini terlihat dari isyarat keju yangdi makannya dari kepala Nabi Khidir as. Keju tersebut di ibaratkan sebuah buah dari sebuah dari hasil mujahadah para wali. Dan di jadikan Imam Al Faqihi Muqadam bagi para wali seperti kedudukan Malaikat Jibril terhadap para Nabi. Syeikh Fadhal bin Abdullah Bafadhal berkata : ‘’Banyak dari manusia yang mendapatkan anugrah dari imam Al Faqihi Muqadam lantaran didikan dan kebaikannya, khususnya dua orang Syeikh Kabir Abdullah bin Muhammad Abbad dan Syeikh Said Bin Umar Balhaf’’.

Imam Muhammad Bin Ali Al Faqihi Muqadam berdoa untuk para keturunannya agar selalu menempuh perjalanan yang baik, jiwanya tidak di kuasai oleh kedzaliman yang akan menghinakannya, serta tidak ada satupun dari anak cucunya yang meninggal kecuali dalam keadaan mastur ( Kewalian yang tersembunyi ).‎‎

Beliau seorang yang gemar bersedeqah sebanyak dua ribu ratl kurma kepada yang membutuhkannya, memberdayakan tanah pertaniannya untuk kemaslahatan umum. Beliau juga menjadikan isterinya Zainab Ummul Fuqara sebagai khalifah beliau.
Mengenai kesufian beliau. Adapun sumber penisbatan Al-Khirqah dan Silsilah Isnad Didalam Kesufian Beliau Al Faqihi Muqadam, diterangkan mengambil sanad Khirqah Kesufian berasal dua jalur, salah satu dari jalur ayah-kakek beliau ( Ahlulbait ), yakni beliau dididik dan menerimanya dari ayah beliau, Ali bin Muhammad dan dari paman beliau, Alwi bin Muhammad, keduanya menerima dari ayahnya Muhammad Syahib Mirbath, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali Khali’ Qasam, beliau menerimanya dari ayahnya, Alwi Shahib Samal, beliau menerimanya dari ayahnya, Ubaidillah, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Muhajir Ahmad bin Isa, beliau menerimanya dari ayahnya, Isa an-Naqib, beliau menerimanya dari ayahnya, Muhammad, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali al-Uraidhi, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Ja’far as-Shoddiq, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Muhammad al-Baqir, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali Zainal Abidin, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam al-Hussein dan dari pamannya al-Imam al-Hassan, keduanya menerima dari kakeknya Nabi Muhammad SAW, juga dari ayahnya al-Imam Ali bin Abi Thalib sedangkan Nabi SAW menerimanya dari Allah seperti yang beliau katakan:

“Aku dididik oleh Tuhanku dan ia mendidikku dengan sebaik-baik didikan”.

Sedang jalur yang ke dua, Beliau Al Faqihi Muqadam diterangkan mengambil sanad Khirqah Kesufian di bawah usia 20 tahun, dari seorang Sufi terkemuka yang berasal dari Maroko. Selengkapnya yakni; lewat Abu Madyan al-Maghribi (Syeikh Syu’aib bin Husain Al Anshari) yang wafat di tahun 594 H, dengan perantaraan Abdurrahman Al-Muq’ad dan Abdullah As-Shaleh. Sedangkan Syeikh Syu’aib Abu Madyan menerimanya dari Syeikh Abu Ya’za al-Maghribi, beliau menerimanya dari Syeikh Abul Hasan bin Hirzihim atau yang dikenal dengan nama Abu Harazim, beliau menerimanya dari Syeikh Abu Bakar bin Muhammad bin Abdillah ibnl Arabi dan Al-Ghadi Al-Mughafiri. Sedangkan ibnl Al-Arabi menerimanya dari Syeikh Al Imam Hujjatul Islam Al-Ghadzali, beliau menerimanya dari gurunya, iaitu Imam al-Haramain Abdul Malik bin Syeikh Abu Muhammad Al-Juwaini, beliau menerimanya dari ayahnya, Abu Muhammad bin Abdullah bin Yusuf, beliau menerimanya dari Syeikh Abu Thalib al-Makki, beliau menerimanya dari Syeikh Syibli, beliau menerimanya dari Syeikh Junaid Al Baghdadi, beliau menerimanya dari pamannya, yaitu As-Sirri As-Siqthi, beliau menerimanya dari Syeikh Ma’ruf al-Karkhi, beliau menerimanya dari gurunya, Syeikh Daud at-Tho’i, beliau menerimanya dari Syeikh Habib al-’Ajmi, beliau menerimanya dari Imam Hasan al-Basri, beliau menerimanya dari Imam Ali bin Abi Thalib, beliau menerimanya dari Rasulullah SAW, beliau menerimanya dari malaikat Jibril, dan beliau menerimanya dari Allah Ta’ala.

Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, wafat di kota Tarim tahun 653 hijriah dan di makamkan Di Zanbal, Tarim pada malam Jum’at akhir bulan Dzulhijah. Banyak masyarakat yang berduyun-duyun menghadiri prosesi pemakaman beliau. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...