Minggu, 24 Oktober 2021

Pelajaran Hadits Riwayat Umu Salamah Ra


Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Ketika salam dari shalat subuh Nabi s‎hallallahu 'alaihi wasallam membaca:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima." [Sunan Ibnu Majah]

Dalam riwayat lain:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَعَمَلًا صَالِحًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا»

“Ya Allah , sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang saleh, dan rezki yang baik” [Ad-Du’aa’ karya Ath-Thabaraniy]

Hadits ini dihukumi hasan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy.

Hadits Ahmad 25312

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ عَنْ مَوْلًى لِأُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ الْفَجْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا وَرِزْقًا طَيِّبًا

Telah menceritakan kepada kami [Waki'] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Musa bin Abi Aisyah] dari [bekas budak Ummu Salamah] dari [Ummu Salamah], pada akhir waktu fajar, Nabi shallahu'alaihi wa sallam berdo'a: ALLHUMMA INNI AS ALUKA 'ILMAN NAFI'AN WA AMALAN MUTAQABBALAN WA RIZQAN THAYYIBAN (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amalan yang diterima, dan rizki yang baik). [HR. Ahmad No.25312].

Beberapa manfaat yang bisa dipetik dari hadits ini:

1.     Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha.

Namanya Hindu binti Abi Umayyah (Hudzaifah), Ummu Salamah Al-Qurasyiyah Al-Makhzumiyah. Wafat tahun 62 hijriyah.
Ia adalah salah satu istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang cerdas, ibu orang yang beriman.

2.     Keutamaan shalat subuh.

Dari Jundab bin Abdillah radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللهِ، فَلَا يَطْلُبَنَّكُمُ اللهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ، فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ، ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ» [صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang salat subuh maka ia dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menuntutmu dari jaminannya dengan sesuatu (karena menzalimi mereka) karena barangsiapa yang dituntut Allah dari jaminannya dengan sesuatu maka pasti Allah akan mendapatkannya, kemudian Allah menjerumuskannya dengan wajahnya ke neraka jahannam”. [Sahih Muslim]

Dari Utsman bin Affan radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ»[صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang salat subuh berjama'ah maka ia seperti shalat semalam penuh”. [Sahih Muslim]

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ليس صلاةٌ أَثْقَلَ على المنافقين من الفجر والعشاء، ولَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهما لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik dari shalat subuh dan isya, dan seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada keduanya maka pasti mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Musa radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ صَلَّى البَرْدَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Barangsiapa yang salat Al-Bardain (subuh dan ashar), maka ia akan masuk surga”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" إِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَوَاتِ عِنْدَ اللهِ صَلَاةُ الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِي جَمَاعَةٍ " [حلية الأولياء لأبي نعيم: صححه الألباني]

“Sesungguhnya shalat yang paling afdal di sisi Allah adalah shalat subuh di hari Jum'at secara berjama'ah. [Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim].

Berdo’a setelah shalat.

Diantara do’a-do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah shalat:

Al-Barra' radiyallahu 'anhu berkata: Dulu jika kami shalat di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kami suka berada di sebelah kanannya karena ia menghadap kepada kami dengan wajahnya. Dan aku mendengar ia membaca:

«رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ»

"Ya Tuhanku, lindungilah aku dari siksaan-Mu di hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu". [Sahih Muslim]

Ali bin Abi Thalib berkata: Jika Rasulullah ‎shallallahu 'alaihi wa sallam selesai salam membaca:

«اللهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ»

"Ya Allah .. ampunilah apa yang telah aku lakukan, apa yang belum aku lakukan, apa yang aku sembunyikan, apa yang aku perlihatkan, dan apa yang telah aku lakukan berlebihan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku, Engkaulah yang berhak mendahulukan dan membelakangkan, dan Engkaulah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu". [Sunan Abi Daud: Sahih]

Abu Umamah radiyallahu 'anhu berkata: Aku tidak mendekat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada saat shalat wajib atau sunnah kecuali aku mendengarnya membaca kalimat do'a ini, tidak ia tambah dan tidak ia kurangi:

" اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوبِيْ وَخَطَايَايَ كُلَّهَا، اللَّهُمَّ أَنْعِشْنِيْ، وَاجْبُرْنِيْ، وَاهْدِنِيْ لِصَالِحِ الْأَعْمَالِ وَالْأَخْلَاقِ; فَإِنَّهُ لَا يَهْدِيْ لِصَالِحِهَا، وَلَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ "

“Ya Allah ampunilah dosa-dosa dan kesalahanku semuanya, Ya Allah angkatlah derajatku dan tutupilah kekuranganku , dan tunjukilah aku kepada amalan saleh dan akhlak yang mulia, karena sesungguhnya tidak ada yang memberi hidayah kepada amal dan akhlak yang saleh dan tidak ada yang menjauhkannya dari amal dan akhlak yang buruk kecuali Engkau”. [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy].

Do’a meminta ilmu yang bermanfaat.

Allah subhanahu waa ta’aalaa berfirman:

{وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا} [طه: 114]

Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaaha:114]

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering membaca do'a ini ...

اللَّهُمَّ انْفَعَني بِمَا عَلَّمْتَنِيْ ،وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعَنِيْ ، وَزِدْنِيْ عِلْمًا

"Ya Allah .. berikanlah aku manfaat dari ilmu yang telah Engkau ajarkan padaku, dan ajarkanlah aku ilmu yang bermanfaat untukku, dan tambahkanlah aku ilmu."[Sunan Tirmidzi: Sahih]

Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah ‎shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ»

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat”. [Sahih Ibnu Hibban]

Kriteria ilmu yang bermanfaat.

Diantara kriteria ilmu yang bermanfaat:

Ilmu tersebut menjadikan ia bertambah khusyu', takut kepada Allah subhanahu wata'ala, semua tingkah lakunya berlandaskan syri'at Islam.

{ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ } [فاطر: 28]

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama". [Faathir:28]

Ilmu tersebut besumber dari firman Allah ‎subhanahu wata'ala, sabda Rasulullah ‎shallallahu 'alaihi wasallam, sesuai dengan pemahaman sahabat dan ulama salaf yang terpercaya, ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain. Ilmu yang bisa mengantarkan kita masuk surga dan jauh dari neraka. Ilmu yang merupakan warisan para nabi.

Dari Abu Ad-Dardaa' radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ [سنن أبى داود: صححه الألباني]

"Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham tapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil sesuatu yang sangat besar. [Sunan Abu Daud: Sahih]

6.     Berdo’a meminta rezki.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:

{قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ} [المائدة: 114]

Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama". [Al-Maidah:114]


7.     Perintah memakan rezki yang baik.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:

{وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا } [المائدة: 88] [الأنعام: 142] [النحل: 114]

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu. [Al-Maidah:88] [Al-An'aam:142][An-Nahl:114]

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Wahai manusia .. bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah dalam berusaha, karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati sampai semua rezkinya tercapai sekalipun datangnya lambat, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah dalam berusaha, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ رَوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا وَتَسْتَوْعِبَ رِزْقَهَا فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ وَلَا يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا بِطَاعَتِهِ» [حلية الأولياء: صححه الألباني]

"Sesungguhnya Ruh Al-Qudus membisikkan dalam hatiku bahwasanya seseorang tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan tercapai semua rezkinya, maka perbaikilah dalam berusaha, dan janganlah kelambatan datangnya rezki membuat seseorang dari kalian mencarinya dengan cara maksiat, karena sesungguhnya Allah tidak bisa dicapai apa yang Ia miliki kecuali dengan cara taat kepada-Nya". [Hilyah Auliya': Sahih]

8.     Berdo’a meminta amal saleh yang dikabulkan.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:

{وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة: 127]

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-Baqarah:127]

{إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [آل عمران: 35]

(Ingatlah) ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu ‎terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". [Ali ‘Imran:35]

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a:

{رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ} [إبراهيم: 40]

"Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, terimalah (perkenankanlah) doaku". [Ibrahim:40]

{وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ} [النمل: 19]

Dan dia (Nabi Sulaiman) berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". [An-Naml:19]

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْأَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". [Al-Ahqaaf:15]

9.     Syarat amalan dikabulkan.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:

{إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ} [المائدة: 27]

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".[Al-Maidah:27]

{قُلْ أَنْفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا لَنْ يُتَقَبَّلَ مِنْكُمْ إِنَّكُمْ كُنْتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ} [التوبة: 53]

Katakanlah: "Nafkahkanlah hartamu, baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik. [At-Taubah:53]

{وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ} [التوبة: 54]

Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa ‎enggan. [At-Taubah:54]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:

" قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ "[صحيح مسلم]

"Allah tabaraka wa ta'ala berfirman: 'Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa melakukan suatu amalan dengan menyekutukan Aku dengan selainKu, Aku meninggalkannya dan sekutunya'." [Sahih Muslim]

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah ‎shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa mengamalkan suaru perkara yang tidak kami perintahkan (tidak sesuai tuntunan), maka ia tertolak." [Sahih Muslim]

Hadits Ahmad 25340

حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ حَدَّثَنِي شَهْرٌ قَالَ سَمِعْتُ أُمَّ سَلَمَةَ تُحَدِّثُ زَعَمَتْ أَنَّ فَاطِمَةَ جَاءَتْ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَشْتَكِي إِلَيْهِ الْخِدْمَةَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ لَقَدْ مَجِلَتْ يَدَيَّ مِنْ الرَّحَى أَطْحَنُ مَرَّةً وَأَعْجِنُ مَرَّةً فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ يَرْزُقْكِ اللَّهُ شَيْئًا يَأْتِكِ وَسَأَدُلُّكِ عَلَى خَيْرٍ مِنْ ذَلِكَ إِذَا لَزِمْتِ مَضْجَعَكِ فَسَبِّحِي اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبِّرِي ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَاحْمَدِي أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ فَذَلِكَ مِائَةٌ فَهُوَ خَيْرٌ لَكِ مِنْ الْخَادِمِ وَإِذَا صَلَّيْتِ صَلَاةَ الصُّبْحِ فَقُولِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَعَشْرَ مَرَّاتٍ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَإِنَّ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ تُكْتَبُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَتَحُطُّ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَكُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ وَلَا يَحِلُّ لِذَنْبٍ كُسِبَ ذَلِكَ الْيَوْمَ أَنْ يُدْرِكَهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ الشِّرْكُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَهُوَ حَرَسُكِ مَا بَيْنَ أَنْ تَقُولِيهِ غُدْوَةً إِلَى أَنْ تَقُولِيهِ عَشِيَّةً مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَمِنْ كُلِّ سُوءٍ

Telah menceritkan kepada kami [Abu An Nadhr] telah menceritakan kepada kami [Abdul Hamid] telah menceritakan kepadaku [Syahr] dia berkata; saya telah mendengar [Ummu Salamah] menceritakan; "ia mengaku bahwa Fathimah pernah datang kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam, ia mengadu kepada beliau meminta seorang pembantu." Ia berkata; "Wahai Rasulullah! Kedua tanganku melepuh karena terkadang saya menggiling dan terkadang membuat adonan." Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam pun bersabda kepadanya: "Bila Allah memberi rezeki kepadamu, pasti akan datang kepadamu. Aku akan tunjukkan kamu pada sesuatu yang lebih baik dari hal itu. Apabila engkau ingin tidur, maka bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertakbirlah tiga puluh tiga kali, & bertahmidlah tiga puluh tiga kali. Itu adl seratus yg lebih baik bagimu dari pada seorang pembantu. Apabila engkau shalat shubuh, maka ucapkanlah: 'Tiada Tuhan kecuali Allah semata, tak ada sekutu bagi-Nya. Miliknya segala kerajaan & pujian. Ia lah yg menghidupkan & mematikan dgn tangan-Nya yg baik & Dia maha Berkuasa atas segala sesuatu.' Sepuluh kali setelah shalat shubuh & sepuluh kali setelah shalat maghrib. Karena satiap satu dari kalimat darinya akan dicatat sepuluh kebaikan & dihapus sepuluh kesalahan. Dan setiap satu kalimat tersebut seperti memerdekakan budak dari anak keturunan Ismail. Pada hari itu, ia tak berhak mendapatkan dosa kecuali bila ia berbuat syirik, tak ada Tuhan kecuali Allah semata, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia adl penjagamu dari gangguan syetan & kejelekan, semenjak engkau membacanya diwaktu siang hari hingga engkau membacanya diwaktu malamnya. [HR. Ahmad No.25340].

Keteladanan Umu Salamah Binti Abu Umayyah Ra


Segala Puji Milik Allah atas segala karunia-Nya kepada kita semua, segala kenikmatan yang tidak akan pernah kita sanggup untuk membalasnya, bahkan pun jika seluruh ‘amal kebajikan manusia sejak Nabi Adam hingga akhir zaman dikumpulkan, tidak akan ada nilainya dibanding setetes nikmat yang Allah turunkan ke muka bumi. Diblog ini saya akan menceritakan sedikit cuplikan kisah Nabi Ismail a.s, semoga kisah-kisah beliau dapat menjadikan kita semua yang membacanya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amin.
                
Beliau adalah Hindun binti Abi Umayyah bin Mughirah al-Makhzumiyah al-Qursyiyah. Bapaknya adalah putra dari salah seorang Quraisy yang diperhitungkan (disegani) dan terkenal dengan kedermawanannya. Ayahnya dijuluki sebagai “Zaad ar-Rakbi ” yakni seorang pengembara yang berbekal. Dijuluki demikian karena apabila dia melakukan safar (perjalanan) tidak pernah lupa mengajak teman dan juga membawa bekal bahkan ia mencukupi bekal milik temannya. Adapun ibu beliau bernama ‘Atikah binti Amir bin Rabi’ah al-Kinaniyah dari Bani Farras yang terhormat. Ummu Salamahadalah seorang wanita yang cerdas dan matang dalam memahami persoalan dengan pemahaman yang baik dan dapat mengambil keputusan dengan tepat pula. Hal itu ditunjukkan pada peristiwa Hudaibiyah manakala Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para shahabatnya untuk menyembelih qurban selepas terjadinya perjanjian dengan pihak Quraisy. Namun ketika itu, para shahabat tidak mengerjakannya karena sifat manusiawi mereka yang merasa kecewa dengan hasil perjanjian Hudaibiyah yang banyak merugikan kaum muslimin. Berulangkali Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka akan tetapi tetap saja tak seorangpun mau mengerjakannya. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui Ummu Salamah dalam keadaan sedih dan kecewa. Beliau ceritakan kepada Ummu Salamahperihal kaum muslimin yang tidak mau mengerjakan perintah beliau. 

Maka Ummu Salamah berkata:”Wahai Rasulullah apakah anda menginginkan hal itu?. Jika demikian, maka silahkan anda keluar dan jangan berkata sepatah katapun dengan mereka sehingga anda menyembelih unta anda, kemudian panggillah tukang cukur anda untuk mencukur rambut anda (tahallul). Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menerima usulanUmmu Salamah. Maka beliau berdiri dan keluar tidak berkata sepatah katapun hingga beliau menyembelih untanya. Kemudian beliau panggil tukang cukur beliau dan dicukurlah rambut beliau. Manakala para shahabat melihat apa yang dikejakan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka mereka bangkit dan menyembelih kurban mereka, kemudian sebagian mereka mencukur sebagian yang lain secara bergantian. Hingga hampir-hampir sebagian membunuh sebagian yang lain karena kecewa. Setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menghadap Ar-Rafiiqul A’la, maka Ummul Mukminin, Ummu Salamah senantiasa memperhatikan urusan kaum muslimin dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Beliau selalu andil dengan kecerdasannya dalam setiap persoalan untuk menjaga lurusnya umat dan mencegah mereka dari penyimpangan, terlebih lagi terhadap para penguasa dari para Khalifah maupun para pejabat. Beliau singkirkan segala kejahatan dan kezhaliman terhadap kaum muslimin, beliau terangkan kalimat yang haq dan tidak takut terhadap celaan dari orang yang suka mencela dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Tatkala tiba bulan Dzulqa’dah tahun 59 setelah hijriyah, ruhnya menghadap Sang Pencipta sedangkan umur beliau sudah mencapai 84 tahun. Beliau wafat setelah memberikan contoh kepada wanita dalam hal kesetiaan, jihad dan kesabaran.

Hindun binti Hudzaifah adalah istri dariNabi Muhammad SAW yang dinikahi dalam keadaan janda. Sebelumnya ia adalah istri dari Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad al-Makhzumi (shahabat yang mengikuti dua kali hijrah). Hindun memiliki kunyah (julukan) sebagai Ummu Salamah (Ibunya Salamah).

Ayah Hindun,  Hudzaifah (Abu Umayyah) dijuluki sebagai “Zaad ar-Rakbi ” yakni seorang pengembara yang berbekal. Dijuluki demikian karena apabila dia melakukan safar (perjalanan) tidak pernah lupa mengajak teman dan juga membawa bekal, bahkan ia mencukupi bekal milik temannya. Adapun ibu beliau bernama ‘Atikah binti Amir bin Rabi’ah al-Kinaniyah dari Bani Farras yang terhormat.

Ikut dalam Hijrah Pertama ke Habasyah bersamaSang Suami

Pada tahun kelima kenabian, kekejaman kaum kafir Quraisy semakin hebat menimpa kaum muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintah mereka untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia).

Berangkatlah dua belas pria dan empat wanita. Di antara mereka adalah Ummu Salamah bersama sang suami, Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum al-Qurasyi.

Abu Salamah rahimahullah Wafat

Ketika meletus Perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriah, Abu Salamah terjun ke kancah peperangan. Dalam perang tersebut, sebatang anak panah melesat mengenai beliau. Lima atau tujuh bulan setelah kejadian itu, beliau wafat.

Ummu Salamah berkabung. Sepeninggal sang suami, beliau menjalani masa ‘iddah[1] hingga selesai pada bulan Syawwal tahun ke-4 Hijriah.

Mendapat Pengganti yang Lebih Baik

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَ اللهُ: إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللهمّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا؛ إِلاَّ أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Tidak ada seorang muslim yang ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah, ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala disebabkan oleh musibah yang menimpaku dan berilah pengganti untukku yang lebih baik daripadanya,” melainkan Allah pasti memberinya pengganti yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim no. 918)

Ummu Salamah berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, aku bergumam, ‘Muslim mana yang lebih baik daripada Abu Salamah? Beliau adalah seorang sahabat Nabi, sedangkan kami adalah keluarga pertama yang hijrah kepada Rasulullah?’ Aku pun membaca doa di atas, maka Allahshallallahu ‘alaihi wa sallam memberiku pengganti yang lebih baik daripada Abu Salamah radhiyallahu ‘anhu, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Hathib bin Abi Balta’ah meminangku untuk dinikahi oleh beliau sendiri. Aku pun berkata, ‘Saya memiliki seorang anak perempuan, dan saya ini sangat pencemburu.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab, ‘Adapun anak perempuan Ummu Salamah, kami berdoa kepada Allah semoga Dia memberinya kecukupan. Aku juga berdoa semoga Allah menghilangkan rasa cemburunya’.” (HR. Muslim no. 918)

Demikianlah, Allah subhanahu wa ta’ala mengangkat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menjadi seorang ummul mukminin (ibu kaum mukminin), karena istri-istri Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibu bagi kaum mukminin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ٱلنَّبِيُّ أَوۡلَىٰ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنۡ أَنفُسِهِمۡۖ وَأَزۡوَٰجُهُۥٓ أُمَّهَٰتُهُمۡۗ

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (al-Ahzab: 6)

Istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibu kaum mukminin dilihat dari sisi kewajiban menghormati mereka, bukan dari sisi bahwa istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mahram mereka. Kaum mukminin yang bukan mahram bagi istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap tidak boleh melihat aurat mereka, berjabat tangan ataupun safar (bepergian) dengan mereka, dan melakukan hal-hal lain yang diharamkan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.

Melihat Jibril dalam Wujud Dihyah al–Kalbi

Diceritakan dalam sebuah hadits bahwa Jibril‘alahissalam mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ketika itu, di sisi beliau ada Ummu Salamahradhiyallahu ‘anha. Jibril ‘alaihissalam dan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam pun berbincang-bincang, lalu Jibril beranjak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, “Siapa orang ini?”

“Dihyah”, jawab Ummu Salamah.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha melanjutkan ceritanya, “Sungguh, demi Allah, aku menyangka bahwa lelaki tersebut adalah Dihyah, sampai aku mendengar khutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memberitakan kepada kami wahyu yang disampaikan oleh Jibril.” (HR. Muslim no. 2451)

Meriwayatkan Hadits Nabi

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha termasuk dalam deretan sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini adalah keistimewaan yang sangat besar. Tidak terhitung betapa banyak pahala beliau disebabkan oleh banyaknya muslimin yang mengamalkan hadits-hadits yang beliau riwayatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجرِ فَاعِلِهِ

“Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, dia akan mendapatkan pahala yang semisal dengan pahala orang yang mengamalkannya.” (HR. Muslim no. 3509)

Peran Ummu Salamah dalam Dakwah

Pada tahun ke-6 Hijriah, setelah mengurusi isi Perdamaian Hudaibiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamberseru kepada para sahabat, “Bangkitlah, sembelihlah hewan-hewan (yang kalian bawa), dan cukurlah rambut kalian!”

Namun, para sahabat tidak mengindahkan perintah tersebut meski Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengulanginya sampai tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menemui Ummu Salamah. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluhkan sikap tak acuh para sahabat terhadap perintah beliau. Ummu Salamah, sang istri salehah, menghibur suaminya dan membantu mencari solusi masalah yang sedang dihadapi.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengusulkan, “Wahai Nabi Allah, keluarlah. Anda tidak perlu mengajak bicara seorang pun dari mereka sampai Anda menyembelih unta Anda, lalu memanggil tukang cukur untuk mencukur rambut Anda.”

Segera Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikuti usulan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha . Melihat tindakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat pun menyembelih hewan sembelihan mereka dan secara bergantian mencukur rambut. Demikian sekelumit peran Ummu Salamah dalam berdakwah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.‎

Peristiwa yang dilalui  Ummu Salamah di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

Banyak rentetan peristiwa dilaluinya bersama beliau. Satu dialaminya dalam Perjanjian Hudaibiyah. Kala itu, pada bulan Dzulqa’dah tahun keenam setelah hijrah,Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallambersama seribu empat ratus orang muslimin ingin menunaikan ‘umrah di Makkah sembari melihat kembali tanah air mereka yang sekian lama ditinggalkan. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha turut menyertai perjalanan beliau ini. Namun setiba beliau dan para shahabat di Dzul Hulaifah untuk berihram dan memberi tanda hewan sembelihan, kaum musyrikin Quraisy menghalangi kaum muslimin. Dari peristiwa ini tercetuslah perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian itu di antaranya berisi larangan bagi kaum muslimin memasuki Makkah hingga tahun depan. Betapa kecewanya para shahabat saat itu, karena mereka urung memasuki Makkah.

Usai menyelesaikan penulisan perjanjian itu,Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun memerintahkan kepada para shahabat,“Bangkitlah, sembelihlah hewan kalian, kemudian bercukurlah!” Namun tak satu pun dari mereka yang bangkit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengulangi perintahnya hingga ketiga kalinya, namun tetap tak ada satu pun yang beranjak. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menemui Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dan menceritakan apa yang terjadi. Ummu Salamah pun memberikan gagasan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin agar mereka melakukannya? Bangkitlah, jangan berbicara pada siapa pun hingga engkau menyembelih hewan dan memanggil seseorang untuk mencukur rambutmu.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ‎berdiri, kemudian segera melaksanakan usulan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha. Seketika itu juga, para shahabat yang melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih hewannya dan menyuruh seseorang untuk mencukur rambutnya serta merta bangkit untuk memotong hewan sembelihan mereka dan saling mencukur rambut, hingga seakan-akan mereka akan saling membunuh karena riuhnya.

Semenjak bersama Abu Salamah radhiallahu ‘anhu, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha meraup banyak ilmu. Terlebih lagi setelah berada dalam naungan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, di bawah bimbingan nubuwwah, Ummu Salamah mendulang ilmu. Juga dari putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Fathimah radhiyallahu ‘anha. Ummu Salamah menyampaikan apa yang ada pada dirinya hingga bertaburanlah riwayat dari dirinya. Tercatat deretan panjang nama-nama ulama besar dari generasi pendahulu yang mengambil ilmu darinya. Dia termasuk fuqaha dari kalangan shahabiyah.

Dikaruniai Putra dan Putri yang Berhasil

Dari pernikahan Ummu Salamah dengan Abu Salamah, lahirlah Umar bin Abu Salamah dan Zainab bintu Abu Salamah. Kedua anak ini seperti sang ibu, meriwayatkan banyak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berdua termasuk pewaris ilmu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain Umar dan Zainab, terlahir pula Salamah bin Abu Salamah dan Durrah bin Abu Salamah—sebagaimana dalam sebuah riwayat.‎
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha telah melalui rentang panjang masa hidupnya dengan menebarkan banyak faidah. Masa-masa kekhalifahan pun dia saksikan hingga masa pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah. Pada masa inilah terjadi pembunuhan cucu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma. Ummu Salamah sangat berduka mendengar berita itu. Dia benar-benar merasakan kepiluan. Tak lama setelah itu, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha kembali menghadap Rabb-nya saat umur beliau sudah mencapai 84 tahun.

Hindun binti Abu Umayyah adalah istri Nabi yang terakhir kali meninggal dunia.

Keteladanan Umul-Mukminin Umu Habibah Binti Abu Shofyan Ra

 

Dalam perjalanan hidupnya, Ummu Habibah banyak mengalami penderitaan dan cobaan yang berat. Setelah memeluk Islam, dia bersama suaminya hijrah ke Habasyah. Di sana, ternyata suaminya murtad dari agama Islam dan beralih memeluk Nasrani. Suaminya kecanduan minuman keras, dan meninggal tidak dalam agama Islam. Dalam kesunyian hidupnya, Ummu Habibah selalu diliputi kesedihan dan kebimbangan karena dia tidak dapat berkumpul dengan keluarganya sendiri di Mekah maupun keluarga suaminya karena mereka sudah menjauhkannya. Apakah dia harus tinggal dan hidup di negeri asing sampai wafat?

Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesedihan terus-menerus. Ketika mendengar penderitaan Ummu Habibah, hati Rasulullah sangat tergerak sehingga beliau rnenikahinya dan Ummu Habibah tidak lagi berada dalam kesedihan yang berkepanjangan. Hal itu sesuai dengan firman Allah bahwa: Nabi itu lebih utama daripada orang lain yang beriman, dan istri-istri beliau adalah ibu bagi orang yang beriman.

Keistimewaan Ummu Habibah di antara istri-istri Nabi lainnya adalah kedudukannya sebagai putri seorang pemimpin kaum musyrik Mekah yang memelopori perientangan terhadap dakwah Rasulullah dan kaum muslimin, yaitu Abu Sufyan.
Ramlah binti Abu Sufyan adalah istri dariMuhammad SAW. Nama aslinya adalah Ramlah, sebelum menikah dengan ‎Rasulullah, ia dinikahi oleh Ubaydillah bin Jahsy. Ialah salah seorang Ummul Mu’minin yang banyak diuji keimanannya. Disaat orang-orang terdekat dan yang dicintainya merupakan musuh baginya. Terutama Suami pertamanya, Ubaydillah bin Jahsy yang murtad dengan masuk agama nasrani setelah sebelumya ia seorang muslim.

Ramlah binti Abu Sufyan dilahirkan 25 tahun sebelum hijrah atau kurang lebih 13 tahun sebelum Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul. Ayahnya adalah Shakhr bin Harb bin Umayyah yang dikenal sebagai Abu Sufyan. Ia adalah pembesar Quraisy yang terpandang pada masanya dan pemimpin orang-orang musyrik hingga penaklukan Mekah. Sedangkan ibunya bernama Shafiyah binti Abul Ash, bibi Utsman bin Affan.

Masa Kecil dan Nasab Pertumbuhannya

Ummu Habibah dilahirkan tiga belas tahun sebelum kerasulan Muhammad Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. dengan nama Ramlah binti Shakhar bin Harb bin Uinayyah bin Abdi Syams. Ayahnya dikenal dengan sebutan Abu Sufyan. Ibunya bernama Shafiyyah binti Abil Ashi bin Umayyah bin Abdi Syams, yang merupakan bibi sahabat Rasulullah, yaitu Utsman bin Affan r.a.. Sejak kecil Ummu Habibah terkenal memiliki kepribadian yang kuat, kefasihan dalam berbicara, sangat cerdas, dan sangat cantik.
 
Pernikahan pertama

Suami pertama  Ramlah adalah Ubaidullah bin Jahsy, pemuda bangsawan Quraisy yang tekun mempelajari ajaran Nabi Isa AS dan selalu menyertai Waraqah bin Naufal, seorang pendeta nasrani. Ia melamar Ramlah. Lamaran itu diterima dan tak lama kemudian mereka menikah.

Beberapa lama setelah pernikahan tersebut,Muhammad SAW diangkat sebagai Rasul. Berita ini menyebar di kalangan masyarakat Quraisy. Ubaydillah menyambut seruanRasulullah dan menyatakan keimanannya karena ia mendengar Waraqah bin Naufal membenarkan kenabian Muhammad SAW. Ramlah pun mengikuti jejak suaminya, memeluk Islam.
Murtadnya  Ubaydillah

Saat Ramlah sedang mengandung, Rasulullahmenyerukan kaum Muslimin untuk hijrah ke Habasyah. Maka berangkatlah Ramlah dan suaminya menuju Habasyah. Ramlah melahirkan Habibah, anaknya di Habasyah. Sejak itu ia lebih dikenal dengan sebutan ‎Ummu Habibah.

Suatu malam, Ummu Habibah terbangun dari tidurnya. Ia bermimpi buruk tentang suaminya. "Aku melihat di dalam mimpi, suamiku Ubaidullah bin Jahsy dengan bentuk yang sangat buruk dan menakutkan. Maka aku terperanjat dan terbangun, kemudian aku memohon kepada Allah dari hal itu. Ternyata tatkala pagi, suamiku telah memeluk agama Nasrani. Maka aku ceritakan mimpiku kepadanya namun dia tidak menggubrisnya," ujarnya.

Pagi harinya, Ubaydillah bin Jahsy berkata,"Ummu Habibah, aku berpikir tentang agama, dan menurutku tidak ada agama yang lebih baik dari agama Nasrani. Aku memeluknya dulu. Kemudian aku bergabung dengan agama Muhammad, tetapi sekarang aku kembali memeluk Nasrani."

Ummu Habibah berkata, "Demi Allah, tidak ada kebaikan bersamamu!" Kemudian diceritakanlah pada suaminya mimpi itu, tetapi ia tak menghiraukannya.

Suaminya mencoba dengan segala kemampuan untuk memurtadkannya, namun Ummu Habibah tetap tak bergeming. Bahkan beliau justru mengajak suaminya kembali ke Islam, namun ditolak dan Ubaydillah tetap murtad sampai akhir hayatnya.

Setelah berpisah dengan suaminya, Ummu Habibah membesarkan anaknya sendirian di Habasyah.
Menikah dengan Rasulullah

Hari-hari berlalu di bumi hijrah, dengan ujian-ujian berat menemani Ummu Habibah. Tetapi dengan keimanan yang dikaruniakan Allah swt, dirinya mampu menghadapinya. Suatu malam, ia melihat dalam mimpinya ada yang memanggilnya, “Wahai Ummul Mu’minin!” beliaupun terperanjat bangun. Beliau menakwilkan mimpi tersebut bahwaRasulullah saw kelak akan menikahinya.

Setelah selesai masa ‘iddahnya, tiba-tiba ada seorang budak wanita (jariyah) dari Najasyi yang memberitahukan kepada beliau bahwa Rasulullah saw telah meminangnya. Alangkah bahagianya beliau mendengar kabar gembira tersebut. Setelah itu, beliau meminta Khalid bin Sa’id bin Al-‘Ash untuk menjadi wakil baginya menerima lamaran raja Najasyi (yang mewakili Rasulullah saw)

Suatu sore, Raja Najasyi mengumpulkan kaum muslimin yang berada di Habyah, dalam rangka melangsungkan pernikahan tersebut. Datanglah mereka dengan dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib putra paman Nabi. Selanjutnya akad nikah pun dilangsungkan. Raja Najasyi menyerahkan mahar Rasulullah saw sebesar 400 dinar kepada Khalid bin Sa’id. Raja Najasyi lalu mengajak para sahabat untuk mengadakan walimah. Pernikahan itu terjadi sekitar tahun ketujuh Hijriyah.

Ketika mendengar tentang pernikahan anaknya dengan Rasulullah saw, Abu Sufyanberkata, "Muhammad adalah seorang yang mulia, Ummu Habibah adalah seorang yang kuat dalam keimanan terhadap Allah dan Rasul-Nya." 

Setelah kemenangan Khaibar, sampailah rombongan Muhajirin dari Habsyah,Rasulullah bersabda, “Dengan sebab apa aku harus bergembira, karena kemenangan Khaibar atau karena datangnya Ja’far?”sedangkan Ummu Habibah datang bersama rombongan. Bertemulah Rasulullah dengannya pada tahun ke enam atau ke tujuh hijriah. Kala itu Ummu Habibah berusia 40 tahun.

Setelah kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Khaibar, rombongan muhajirin dari Habasyah termasuk Ummu Habibah kembali ke Madinah dan menetap bersama Rasulullah SAW.
Sepeninggal Rasulullah

Beberapa tahun setelah berkumpul dengan Ummu Habibah, Rasulullah SAW wafat. Sepeninggal Rasulullah, dia benar-benar menyibukkan diri dengan beribadah dan berbuat kebaikan. Dia berpegang teguh pada nasihat Rasulullah SAW dan senantiasa berusaha mempersatukan kaum Muslimin dengan segala kemampuannya sampai ia meninggal dunia pada tahun ke-46 Hijriyah.

Ummu Habibah meriwayatkan sekitar 65 hadits dari Rasulullah SAW dan dari Zainab binti Jahsy. Beberapa orang juga meriwayatkan darinya seperti, Urwah bin Zubair, Zainab binti Abu Salamah, Shafiyah binti Syaibah, Syahar bin Hausyab, dan anak perempuannya; Habibah binti Ubaidillah bin Jahsy, dan saudara lelakinya; Muawiyah dan Atabah, keponakannya; Abdullah bin Atabah, dan yang lainnya.

Menjelang wafatnya, Aisyah berkata pada Ummu Habibah, "Terkadang di antara kita sebagai istri-istri Nabi ada suatu khilaf, semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu dari perbuatan atau sikap itu."  

Ummu Habibah membalas, "Engkau telah membahagiakan diriku, semoga Allah juga membahagiakan dirimu." 

Diantara Hadits Yang Diriwayatkan Beliau
Hadits Ahmad 25534

حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ يَعْنِي ابْنَ سَلَمَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ وَجَدَ رِيحَ طِيبٍ بِذِي الْحُلَيْفَةِ فَقَالَ مِمَّنْ هَذِهِ الرِّيحُ فَقَالَ مُعَاوِيَةُ مِنِّي يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ فَقَالَ مِنْكَ لِعَمْرِي فَقَالَ طَيَّبَتْنِي أُمُّ حَبِيبَةَ وَزَعَمَتْ أَنَّهَا طَيَّبَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ إِحْرَامِهِ فَقَالَ اذْهَبْ فَأَقْسِمْ عَلَيْهَا لَمَا غَسَلَتْهُ فَرَجَعَ إِلَيْهَا فَغَسَلَتْهُ
Telah menceritakan kepada kami [Abu Kamil] telah menceritakan kepada kami [Hammad] -yakni Ibnu Salamah- dari [Yahya bin Abu Ishaq] dari [Sulaiman bin Yasar] bahwa 'Umar bin Khattab mencium bau harum di Dzul Hulaifah, lalu dia berkata, "Dari manakah bau harum ini?" Mu'awiyah menjawab, "Dariku wahai Amirul Mukminin." Umar berkata, "Darimu untuk umrahku?" lalu dia berkata, " [Ummi Habibah] yang telah memberikan parfum ini dan dia mengatakan bahwa ia pernah memberikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau ihram." Umar berkata, "Pergi dan suruhlah ia mencuci." Maka Mu'awiyah kembali menemui Ummu Habibah, hingga ia pun mencucinya." [HR. Ahmad No.25534].‎

Hadits Ahmad 25535

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ عَنِ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ سُوَيْدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ حُدَيْجٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ قَالَ قُلْتُ لِأُمِّ حَبِيبَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي الثَّوْبِ الَّذِي يَنَامُ مَعَكِ فِيهِ قَالَتْ نَعَمْ مَا لَمْ يَرَ فِيهِ أَذًى
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Salamah] dari [Ibnu Ishaq] dari [Yazid bin Abu Habib] dari [Suwaid bin Qais] dari [Mu'awiyah bin Hudaij] dari [Mu'awiyah] dia berkata, "Aku berkata kepada [Ummi Habibah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Apakah dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah shalat dengan pakaian yang dikenakannya ketika tidur bersamamu?" Dia menjawab, "Ya. Jika beliau tidak melihat ada kotoran padanya." ‎ [HR. Ahmad No.25535].‎

Hadits Ahmad 25536

حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ قَالَ حَدَّثَنَا ضَمْرَةُ بْنُ حَبِيبٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ الثَّقَفِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أُمَّ حَبِيبَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَعَلَيَّ وَعَلَيْهِ ثَوْبٌ وَاحِدٌ فِيهِ كَانَ مَا كَان‎

Telah menceritakan kepada kami [Zaid bin Khubab] berkata, telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Shalih] berkata, telah menceritakan kepada kami [Dlamrah bin Habib] bahwa [Muhammad bin Abu Sufyan At Tsaqafi] menceritakan kepadanya, bahwa dirinya mendengar [Ummu Habibah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat dengan tetap memakai pakaian yang dipakai waktu bersamaku." [‎HR. Ahmad No.25536].‎

Hadits Ahmad 25537

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ شُتَيْرِ بْنِ شَكَلٍ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ‎

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Manshur] dari [Abu Ad Dluha] dari [Syutair bin Syakal] dari [Ummu Habibah], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium isterinya sedangkan beliau berpuasa." [HR. Ahmad No.25537].‎

Hadits Ahmad 25538

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ بْنِ يَزِيدَ بْنِ رُكَانَةَ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِي الْجَرَّاحِ مَوْلَى أُمِّ حَبِيبَةَ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ أَنَّهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ كَمَا يَتَوَضَّئُونَ‎

Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepada kami [bapakku] dari [Ibnu Ishaq] berkata, telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Thalhah bin Yazid bin Rukanah] dari [Salim bin Abdullah bin Umar] dari [Abu Al Jarrah] bekas budak Ummu Habibah, dari [Ummi Habibah] dia mengabarkan kepadanya, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seandainya aku tidak memberatkan umatku niscaya akan aku perintahkan mereka memakai siwak setiap akan shalat sebagaimana mereka berwudlu." [‎HR. Ahmad No.25538].‎

Hadits Ahmad 25539

حَدَّثَنَا رَوْحٌ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ قَالَ لَمَّا نَزَلَ عَنْبَسَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ الْمَوْتُ اشْتَدَّ جَزَعُهُ فَقِيلَ لَهُ مَا هَذَا الْجَزَعُ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ أُمَّ حَبِيبَةَ يَعْنِي أُخْتَهُ تَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعًا بَعْدَهَا حَرَّمَ اللَّهُ لَحْمَهُ عَلَى النَّارِ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ‎

Telah menceritakan kepada kami [Rauh] berkata, telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i] dari [Hasan bin 'Athiyah] dia berkata, "Ketika ['Anbasyah bin Abu Sufyan] mendekati ajalnya, kegelisahannya semakin menjadi-jadi, lalu dikatakan kepadanya, "Kegelisahan apa ini?" dia menjawab, "Aku mendengar [Ummu Habibah], yakni saudara perempuannya, berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Barangsiapa shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah akan haramkan dagingnya dari api neraka.' Oleh karena itu aku tidak pernah lagi meninggalkannya semenjak aku mendengarnya."  [HR. Ahmad No.25539].‎

Hadits Ahmad 25540

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ نَافِعٍ أَنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا دَخَلَتْ عَلَى أُمِّ حَبِيبَةَ بِنْتِ أَبِي سُفْيَانَ فَقَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا قَالَ أَبِي حُمَيْدُ بْنُ نَافِعٍ أَبُو أَفْلَحَ وَهُوَ حُمَيْدٌ صَفِيرَا‎

Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Abdullah bin Abu Bakar] dari [Humaid bin Nafi'] bahwa [Zainab binti Abu Salamah] mengabarkan kepadanya, bahwa dia menemui [Ummu Habibah binti Abu Sufyan] lalu dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir melakukan Tahdid (meninggalkan hias dan perhiasan) karena suatu kematian, melebihi tiga malam kecuali karena kematian suami yakni selama empat bulan sepuluh hari." Bapakku berkata, "Humaid bin Nafi' Abu Aflah adalah Humaid Shafira." [HR. Ahmad No.25540].‎

Hadits Ahmad 25541

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ وَحَجَّاجٌ قَالَ حَدَّثَنِي شُعْبَةُ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ نَافِعٍ قَالَ سَمِعْتُ زَيْنَبَ بِنْتَ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ تُوُفِّيَ حَمِيمٌ لِأُمِّ حَبِيبَةَ فَدَعَتْ بِصُفْرَةٍ فَمَسَحَتْ بِذِرَاعَيْهَا وَقَالَتْ إِنَّمَا أَصْنَعُ هَذَا لِشَيْءٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ حَجَّاجٌ لِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ مُسْلِمَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجِهَا أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَحَدَّثَتْهُ زَيْنَبُ عَنْ أُمِّهَا وَعَنْ زَيْنَبَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ عَنِ امْرَأَةٍ مِنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dan [Hajjaj] berkata, telah menceritakan kepadaku [Syu'bah] dari [Humaid bin Nafi'] berkata, aku mendengar [Zainab binti Abu Salamah] berkata, "Sewaktu kerabat dekatnya [Ummu Habibah] meninggal, maka dia meminta bejana yang terbuat dari wewangian, kemudian dia mengusap kedua sikunya dan berkata, "Aku melakukan seperti ini karena sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." [Hajjaaj] berkata, "Sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak halal bagi seorang wanita Muslimah yang beriman dengan Allah dan hari akhir melakukan tahdid (tidak berhias) melebihi tiga hari kecuali karena kematian suaminya, yakni selama empat bulan sepuluh hari." Dan [Zainab] telah menceritakan kepadanya dari [Ibunya], dan dari [Zainab] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, atau seorang wanita dari isteri - isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." [HR. Ahmad No.25541].‎‎

Wafatnya Ramlah binti Abu Sufyan

Ramlah binti Abu Sufyan wafat pada tahun ke-46 Hijriyah, takkala berumur tujuh puluhan tahun. Beliau wafat setelah memberikan keteladanan yang paling tinggi dalam menjaga kewibawaan diennya dan bersemangat diatasnya, tinggi dan mulia jauh ddari pengaruh jahiliyyah dan tidak menghiraukan nasab manakala bertentangan dengan akidahnya.

Ummu Habibah wafat pada tahun ke-46 hijrah dalarn usia tujuh puluh tahun. Jenazahnya dikuburkan di Baqi’ bersama istri-istri Rasulullah yang lain. Semoga Allah memberinya kehormatan di sisi-Nya dan menempatkannya di tempat yang layak penuh berkah. Amin.

Keteladanan Umul-Mukminin Juwairiyan Binti Al-Harits Ra


Juwairiyah Binti Al-Harits adalah salah satu istri Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Bani Musthaliq. Juwairiyah Binti al-Harits Bin Abi Dhirar bin al-Habib al-Khuza’iyah al-Mushthaliqiyyah adalah secantik-cantik seorang wanita. Beliau termasuk wanita yang ditawan tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi’. Sebelumnya, beliau bernama Barrah namun setelah masuk islam dan dinikahi Rasulullah namanya berganti menjadi Juwairiyah. Setelah dia memeluk Islam, Banil-Musthaliq mengikrarkan diri menjadi pengikut Nabi SAW.

Sebelum dinikahi Rasulullah, Juwairiyah menikah dengan anak pamannya, yaitu Musafi bin Shafwan bin Malik bin Juzaimah, yang tewas dalam pertempuran Muraisi' melawan kaum muslimin. Juwairiyah adalah seorang putri pemimpin Banil Musthaliq yang bernama al-Harits bin Abi Dhiraar yang sangat memusuhi Islam.
Menjadi tawanan saat perang Muraisi'

Suatu saat pemimpin Bani Musthaliq, Ayah Barrah berencana untuk menyerang kaum Muslimin di Madinah. Bani Musthaliq berniat untuk mengalahkan pasukan tentara Islam dan mengambil alih kekuasaan di antara suku-suku Arab. Rencana itupun sampai ke telinga Rasulullah SAW.

Untuk memastikan kabar itu, Nabi SAW lalu menugaskan Buraidah bin Al-Hushaid untuk memastikan kebenaran informasi itu. Ternyata, rencana penyerangan yang akan dilakukan Bani Musthaliq itu tak sekedar isu melainkan kenyataan. Rasulullah pun menyusun kekuatan dan menyerang terlebih dahulu.

Pertempuran tentara Islam melawan kaum kafir dari Bani Musthaliq itu dikenal sebagai perang Perang Muraisi' dan terjadi pada bulan Sya'ban tahun kelima Hijrah. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Pemimpin bani Musthaliq, Al-Harits melarikan diri dari medan peperangan dan suami Barrah tewas terbunuh.

Seluruh penduduk yang selamat, termasuk Barrah menjadi tawanan. Sebagai seorang terpelajar, mengetahui dirinya menjadi tawanan, Barrah mengajukan tawaran untuk membebaskan diri. Ia lalu mencoba bernegosiasi dan meminta bertemu dengan Nabi SAW. Upayanya membuahkan hasil.

Tentang Juwairiyah, Aisyah mengemukakan cerita sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Saad dalam Thabaqatnya, “Rasulullah SAW menawan wanita-wanita Bani Musthaliq, kemudian beliau menyisihkan seperlima dari mereka dan membagikannya kepada kaum muslimin. Bagi penunggang kuda mendapat dua bagian, dan lelaki yang lain mendapat satu bagian. Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari.
Dinikahi oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam

Saat Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari, ia berumur 20 tahun. Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi iba-lah hati Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam melihat kondisi seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya kepada Juwairiyyah: ”Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?”.Maka dia menjawab dengan sopan: ”Apakah itu Ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab: ”Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!”. Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau menjawab:”Mau Ya Rasulullah”. MakaRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallambersabda:” Aku telah melakukannya”.

‘Aisyah, Ummul Mukmini berkata: ”Tersebarlah berita kepada manusia bahwaRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallamtelah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin Abi Dhirar. Maka orang-orang berkata:”Kerabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam! Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan Juwairiyyah manjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq. Maka aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyyah.

Dan Ummul Mukminin ‘Aisyah menceritakan perihal pribadi Juwairiyyah: ”Juwairiyyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorangpun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyyah meminta kepadaRasulullah untuk membebaskan dirinya sedangkan -demi Allah- aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena menduga bahwaRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallamakan melihat sebagaimana yang aku lihat.

Maka masuklah pengantin wanita, Sayyidah Bani Mushthaliq kedalam rumah tangga Nubuwwah. Pada Mulanya, nama Beliau adalah Burrah namun Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan Juwairiyyah karena khawatir dia dikatakan keluar dari biji gandum (keluar dari rumah burrah).
Masuk Islamnya al-Harits beserta kaum Bani Musthaliq

Seperti diriwayatkan Aisyah RA, kabar pernikahan Rasulullah dan Juwairiyah menyebar cepat di kalangan kaum Muslimin. Secara tak terduga, pernikahan itu menjadi berkah bagi kaum Bani Musthaliq yang tertawan dan menjadi budak. Para sahabat membebaskan semua tawanan yang masih memiliki hu bungan kekerabatan dengan Juwairiyah.

Ibnu Hasyim meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau yang bernama al-Harits masuk Islam bersama kedua putranya dan beberapa orang dari kaumnya.

Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin, Juwairiyyah karena pernikahannya denganRasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallammembawa berkah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah dari memalingkan ibadah untuk selian Allah dan kesyirikan menuju kebebasan dan cahaya Islam beserta kewibawaannya. Hal itu merupakan pelajaran bagi mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam beristri lebih dari satu.

Keistimewaan Juwairiyah binti Harits r.a
1.      Juwairiyah binti Haritsbermimpi kejatuhan Bulan
Juwairiyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Tiga malam sebelum kedatangan Rasulullah, aku bermimpi melihat sepertinya bulan berjalan dari Yatsrib (Madinah) hingga jatuh di pangkuanku. Aku tidak suka menceritakan mimpiku tersebut kepada siapapun di antara manusia, hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba. Ketika kami tertawan, aku mengharapkan realisasi mimpiku tersebut, ternyata kemudian Rasulullah memerdekakanku dan menikahiku.”
 (HR. Al-Baihaqi & Al-Hakim)     
2.      Pujian Aisyah atas kecantikan Juwairiyah binti Harits
Diantara istri-istri Rasulullah, Juwairiyah terkenal sebagai istri yang paling manis dan baik parasnya. Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Juwairiyah adalah wanita yang manis dan cantik, sipapun yang melihatnya pasti tertarik kepadanya.” (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
3.      Keberkahan Juwairiyah binti Harits bagi kaumnya
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membayar biaya pemerdekaan Juwairiyah dan menikahinya. Orang-orang pun mendengar bahwa Rasulullah telah menikahi Juwairiyah. Mereka berkata, ‘Keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ kemudian mereka melepas tawanan Bani Al-Mustaliq yang ada pada mereka. Sungguh dengan Juwairiyah, Allah Ta’ala memerdekakan seratus orang dari keluarga Bani Al-Mustaliq. Aku tidak tahu ada wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah.”
 (HR. Imam Ahmad & Abu Daud)
4.      Rasulullah memberikan mahar yang ‘besar’ pada Juwairiyah
Sudah menjadi fitrah wanita untuk bersaing dengan madunya dan cenderung untuk saling berbangga diri. Begitu pula istri-istri nabi. Kadang-kadang mereka kelepasan bicara sehingga menyinggung perasaan istri yang lainnya.
“Juwairiyah Radhiyallahu Anhaberkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Sesungguhnya istri-istrimu berbangga diri terhadapku. Mereka berkata, ‘Engkau tidak dinikahiRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (maksudnya tidak diberi mahar)’ lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Bukankah aku telah memberi mahar yang sangat  besar? Bukankah aku telah memerdekakan empat puluh budak dari kaummu?’” (HR. Ath-Thabrani)
5.      Juwairiyah binti Harits ahli Dzikir
Jika Zainab binti Jahsy dikenal sebagai istri Rasulullah yang paling pandai membuat kerajinan tangan, maka Juwairiyah dikenal sebagai istri yang paling banyak Tasbihnya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist berikut ini:
Juwairiyah Radhiyallahu Anhaberkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadaku pada saat aku sedang bertasbih di suatu pagi kemudian beliau pergi lagi untuk memenuhi kebutuhan beliau. Pada kira-kira pertengahan siang, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang lagi kepadaku pada saat aku masih bertasbih. Beliau bersabda, ‘maukah kuajari kau kalimat yang sebanding dengan semua tasbihmu? Kalimat tersebut ialah SUBHANALLAH ADADA KHALQIHI (Mahasuci Allah atas semua Makhluk-Nya) 3x, SUBHANALLAH ZINATA ARSYIHI (Mahasuci Allah seberat Arsy-Nya) 3x, SUBHANALLAH RIDHA NAFSIHI (Mahasuci Allah sesuai Keridhaannya) 3x, dan SUBHANALLAH MIDADA KALIMATIHI (Mahasuci Allah sebanyak tinta Kalimat-Nya) 3x.”
 (HR. Muslim)‎

Wafatnya Juwairiyah

Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, Juwairiyah mengasingkan diri serta memperbanyak ibadah dan bersedekah di jalan Allah SWT dengan harta yang diterimanya dari baitul mal. Ketika terjadi fitnah besar berkaitan dengan Aisyah, dia banyak berdiam diri, tidak berpihak kemanapun.

Juwairiyah wafat pada masa kekhalifahanMu`awiyah bin Abu Sufyan, pada usianya yang keenam puluh. Ummul Mukminin, Juwairiyyah wafat pada tahun 50 H. Ada pula yang mengatakan tahun 56 H. Dia dikuburkan di Baqi`, bersebelahan dengan kuburan istri-istri Rasulullah SAW yang lain.


Diantara Hadits Riwayat Beliau
Hadits Ahmad 26153

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى آلِ طَلْحَةَ قَالَ سَمِعْتُ كُرَيْبًا يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ جُوَيْرِيَةَ قَالَتْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى جُوَيْرِيَةَ بَكَرًا وَهِيَ فِي الْمَسْجِدِ تَدْعُو ثُمَّ مَرَّ عَلَيْهَا قَرِيبًا مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ فَقَالَ مَا زِلْتِ عَلَى حَالِكِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُعَلِّمُكِ كَلِمَاتٍ تَعْدِلُهُنَّ بِهِنَّ وَلَوْ وُزِنَ بِهِنَّ وُزِنَ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ثَلَاثًا سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ وَكَانَ اسْمُهَا بَرَّةَ فَسَمَّاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُوَيْرِيَةَ

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Muhammad bin Abdurrahman] bekas budak keluarga Thalhah, berkata; aku pernah mendengar [Kuraib] menceritakan dari [Ibnu Abbas] dari [Juwairiyah] dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati Juwairiyah di pagi hari, ketika itu dia berada di masjid sedang berdoa. Kemudian menjelang tengah hari beliau kembali melewatinya seraya bertanya: "Apakah kamu masih pada posisimu?" dia menjawab, "Ya." Belaiu lalu bersabda: "‎Maukah aku beritahukan kepadamu beberapa kalimat yg dapat menyamainya, yg seandainya ditimbang maka akan menyamainya, yaitu; SUBHAANALLAAH 'ADADA KHALQIHI, SUBHAANALLAAH 'ADADA KHALQIHI (Maha suci Allah sebanyak ciptaan-Nya, Maha suci Allah sebanyak ciptaan-Nya) tiga kali, SUBHAANALLAAH RIDLAA NAFSIHI, SUBHAANALLAAH RIDLAA NAFSIHI, SUBHAANALLAAH RIDLA NAFSIHI (Maha suci Allah sebagaimna Dia ridla terhadap diri-Nya) tiga kali, SUBHAANALLAAH ZINATA 'ARSYIHI, SUBHAANALLAAH ZINATA 'ARSYIHI, SUBHAANALLAAH ZINATA 'ARSYIHI (Maha suci Allah sebanyak hiasan yg ada di atas Arsy-Nya) tiga kali, SUBHAANALLAAH MIDAADA KALIMAATIHI, SUBHAANALLAAH MIDAADA KALIMAATIHI, SUBHAANALLAH MIDAADA KALIMAATIHI (Maha suci Allah sebanyak tinta kalimat-Nya) tiga kali. Dulu namanya adl Barrah, kemudian Rasulullah memberinya nama dgn Juwairiyah. [HR. Ahmad No.26153].‎

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...