Sabtu, 23 Oktober 2021

Jika Cinta Seperti Ilmu Nahwu????


Kita harus jadi mubtada' yg selalu memulai dan memberi contoh yang baik. Jangan mau jadi khobar yang bisanya hanya ikut-ikutan sama mubtada'

Cintaku padamu mabni, tetap, tak prnah berubah ttp cara pengungkapan cintaku padamu itu mu'rab alias berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi

Semoga perjalanan cinta kita selalu bergerak naik dari jer menuju dhommah dalam artian dari bawah selalu merangkak ke tempat tertinggi. ...Tentunya dengan bina' shohih tanpa 'illah maupun mudho'af di antaranya ....

Perbincangan pertama denganmu kumulai dengan kalaamun mufiidun, kata-kata penuh makna ....walau mungkin teramat sedikit tetapi amat membekas dan berarti di lubuk hati ini...

Semoga di masa depan, kau bersedia menjadi mudhaf ilaihi yang mampu mengikuti dan menemaniku ...Dan semoga aku bisa menjadi mudhaf yang selalu berada di depan, menjadi imammu yang dapat kau ikuti dan lebih sempurna dengan hadirnya dirimu

Pertama berjumpa denganmu itu sebuah khobar muqoddam yakni kabar tak disangka-sangka ...Sedangkan aku menjadi mubtada' muakhhor yang mencoba memulai rasa cinta ini kepadamu walau mungkin terlambat . ..
Jika cinta itu Pesantren,
maka, aku penuhi fikiranku dengan ilmu-ilmu cinta, agar aku bisa memahami luasnya cinta sebagaimana luasnya ilmu dalam kitab-kitab kuning pesantren

Jika cinta itu Nahwu,
maka, cintaku padamu akan jazm [mantab], sehingga aku akan sukun [tenang] di sampingmu selamanya, seperti halnya i'rob jazm yang salah satu alamatnya adalah sukun

Jika cinta itu Shorof,
maka, kita berdua adalah wazan tafaa'ala yang berfaidah musyarokah, yang kapanpun dan di mana pun akan mengarungi dan menjalani apapun berdua

Jika cinta itu Fiqh,
maka, aku akan memfatwakan pada diriku sendiri bahwa mencintai keindahan ciptaan Tuhan sepertimu, hukumnya adalah wajib

Jika cinta itu I'lal,
maka, aku akan menyembunyikan dan menutup mata terhadap semua kekurangan-kekurangan mu, seperti halnya binak Naqish yang meletakkan huruf 'Illat nya di belakang [Lam Fi'il]

Jika cinta itu Ilmu al-Qur’an,
maka, keabadian cinta kita tak kan lekang oleh waktu dan tak kan berubah sedikitpun oleh perubahan zaman, layaknya keontektikan dan keabadian isi al-Qur’an

Jika cinta itu Ilmu Hadith,
maka, kualitas dan kekuatan cinta kita adalah hadith shohih yang sudah teruji dan terverifikasi oleh berbagai tempaan dan ujian

Jika cinta itu Ushul Fiqh,
maka, kita berdua adalah pasangan paling ideal dan serasi, seperti halnya syarat dan rukun yang saling membutuhkan dan melengkapi untuk sahnya suatu ibadah

Jika cinta itu Ilmu Falak,
maka, aku akan selalu menunggu dan merindukan hadirmu, mata ini belum terhapus dahaganya sebelum melihat sosok indahmu, seperti halnya seorang peru-yah yang selalu menunggu untuk melihat kemunculan hilal 1 Syawal

Jika cinta itu Ilmu 'Arudl,
maka, kisah cinta kita berdua adalah simfoni terindah yang menghasilkan harmoni tak tertandingi di muka bumi ini, seindah dan semerdu harmoni syair berbahar Rojaz

Jika cinta itu Ilmu Faroidl,
maka, kita berdua adalah dua sejoli yang akan selalu berbagi atas apa yang kita miliki, seperti halnya 'Ashôbah ma'a al-ghoyr

Jika cinta itu Ilmu Tauhid,
maka, value cintaku padamu adalah kemurnian emas 24 karat, semurni i’tiqodnya ahli tauhid Rubûbiyyah

Jika cinta itu Ilmu Tarikh,
maka, romantisme kisah cinta kita berdua adalah kenangan terindah tak terlupakan yang terukir oleh tinta emas sejarah, seperti halnya masa keemasan dan kejayaan peradaban islam tempo dulu

Jika cinta itu Diba-an,
maka, aku adalah seorang pendaki yang telah sampai di puncak rindu untuk menantikan detik-detik pertemuan denganmu, seperti halnya para perindu Rasulullah SAAW yang telah sampai pada adegan mahal al-qiyâm

Jika cinta itu Manaqiban,
Maka, hanya dirimulah yang mampu menghapus duka-lara ku dan menentramkan gundah hati ku dengan kata-kata indah dan janji pastimu, seperti halnya jaminan kanjeng syekh Ra., yang menentramkan hati murid-muridnya: 

 "wa-anâ likulli man 'atsaro markûbuHhû min jamî'i murîdîy wa muhibbîy ilâ yawmi al qiyâmaHh, âkhudzu biyadiHî kullamâ hayyan wa maytan, fainna farosîy musroj, wa rumhîy manshûb, wa sayfîy masyhûr wa qouwsîy mawtûr, LIHIFDZI MURÎDÎY WAHUWA GHÔFIL"‎

Saat itu, aku seperti ISIM MUFROD, tunggal sendirian saja…
seperti kalimat HURUF, sendiri tak bermakna…
seperti fi’il LAAZIM, mencintai tak ada yang dicinta…

tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus jadi MUBTADA’, memulai sesuatu..
menjadi seorang FA’IL, yang berawal dari fi’il..
namun aku seperti FI’IL MUDHOORI’ ALLADZII LAM YATTASHIL BIAAKHIRIHII SYAIUN…
mencari sesuatu, tapi tak bertemu sesuatupun di akhir…

Bertemu denganmu adalah KHOBAR MUQODDAM, sebuah kabar yang tak disangka…
Aku pun jadi MUBTADA’ MUAKKHOR, perintis yang kesiangan….

Aku mulai dengan sebuah KALAM, dari untaian susunan beberapa lafadz…
yang MUFID, terkhusus untuk dirimu dengan penuh mak’na…

Dari sini semua bermula…
Aku dan kamu, bagaikan IDHOFAH…
aku MUDHOF,sedang kamu adalah MUDHOF ILAIH nya….
Sungguh Tak bisa dipisahkan….

Cintaku padamu, beri’rob ROFA’. Betul2 TINGGI …
Bertanda DHUMMAH. Bersatu….Cinta kita bersatu, mencapai derajat yang tinggi…..

Saat mengejar cintamu, aku cuma isim beri’rob NASHOB. Susah payah….
yang bertanda FATHAH. Terbuka….
SEHIGGA HANYA DENGAN BERSUSAH PAYAH MAKA CINTA ITU KAN TERBUKA.

Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang KOFDH. Hina dan rendah
Bertanda Kasroh. Terpecah belah….
SEHINGGA JIKA KITA BERPECAH BELAH TAK BERSATU, RENDAHLAH DERAJAT CINTA KITA.

Karenanya, kan kujaga CINTA kita, layaknya fiil beri’rob JAZM. Penuh kepastian
Bertanda dengan SUKUN. Ketenangan…
Kan kita gapai cinta yang penuh damai,,,,
saat semua terikat dengan kepastian tanpa ragu-ragu,,,,

Seperti MUBTADA’ KHOBAR,,,,,
dimana ada mubtada’ pasti ada khobar.

Setiap ada kamu pasti ada aku yang selalu mendampingi mu disetiap langkahmu.

Seperti tarkib IDHOFAH,,,,
Dimana mudlof dan mudlof ilaih menyebabkan hubungan dan tak boleh ditanwin, karena tanwin menunjukkan

perpisahan.

Hubungan pertalian antara aku dan kamu yang menyebabkan tumbuhnya cintaku.

Seperti ISIM ALAM,,,
Perasaanku padamu itu menyebabkan adanya NAMA,,,, yaitu “cinta”.

Seperti isim ISYAROH,,,,
Daun waru ini sebagai lambang cintaku padamu.

Seperti NIDA’,,,,
Dimana ini adalah sebuah panggilan.

Aku memanggilmu dengan sebutan “cayang”.

Bila dirimu DEKAT aku memanggilmu “hai, yang”.

Bila dirimu JAUH aku memanggilmu “wahai cayang”.

Seperti MAF’UL LIAJLIH,,,,

Perasaan yang didatangkan untukku ini menjelaskan penyebb terjadinya cintaku padamu.

Seperti MUSTASNAA,,,

Tak ada seseorang yang kucinta kecuali dirimu.

Seperti MASDAR,,,

Kamu berada diurutan yang KETIGA diantara yang kucinta.

Pertama adalah cintaku kepada Allah dan rasul.
Kedua kepada orang tuaku guru dan ulama.
Ketiga adalah cintaku padamu.

Seperti MAF’UL BEH,,,

Kamu adalah yang menjadi SUBYEK seseorang yang aku idamkan.
Seperti hal,

Tingkah lakumu yang membuat diriku jatuh cinta padamu…..

Cinta itu seperti KALIMAT ISIM
Cinta itu tidak dibatasi oleh waktu

Cinta itu seperti MUBTADA KHOBAR
Andai Adinda Mubtada, maka Kakanda akan menjadi khobarnya
Seorang Kakanda akan selalu ada untuk Adinda

Cinta juga bagaikan FI’IL & FA’IL
Dirinya tak ada artinya tanpa kehadiran kekasihnya

Dan Juga bagaikan JAR MAJRUR
Kemanapun kekasihnya pergi, Ia kan slalu menemaninya.

Atau bahkan seperti SYARAT JAWAB
Bila kekasihnya tidak ada, apalah arti hidupnya?

Wahai Ternyata tidak selamanya perasaan ini MABNI. Tapi sungguh sulit mengADZFU bayangmu. Padahal aku sudah mencoba

memasukkan AMIL-AMIL lain. Namun tetap saja sulit mencari pemBADALmu. Kamu memang benar-benar FAIL yang

sempurna. Yang membuat perasaan ku semakin mengTAUKID. Walau antara kita mungkin tak pernah terATHOFkan. Aku

ingin mengIDHOFkan perasaanku ini padamu. Lalu bagai mana HAL-mu atas perasaanku ???

Penjelasan Kalimah Basmalah Dalam Ilmu Nahwu


Langsung saja untuk mempersingkat waktu demi prinsip efisiensi yang memang harus dikedepankan dalam bidang akademik, penulis akan memaparkan beberapa poin pembahasan tentang basmalah dalam literatur-literatur klasik atau lebih familiar dengan Bismillah menurut warga negara ini, penduduk Indonesia.

Dalam salah satu hadits disebutkan

” كل أمر ذي بال لم يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم أقطع“

Artinya “segala hal yang memiliki unsur yang penting bila tidak didahului dengan bismillahirrahmaanirrahiim maka buntung”.

dalam kitab Al-Baijuriy karya As-Syaikh Ibrahim Al-Baijury dijelaskan bahwa maksud dari terputus di sini bukanlah terputus secara keseluruhan, namun yang dimaksud adalah sedikitnya berkah atau berkurangnya berkah. Melakukan kebaikan pastilah sudah mendapatkan nilai baik tersendiri menurut hukum asalnya meskipun tidak diawali dengan basmalah hanya saja hal ini dianggap kurang sempurna.
Kerangka Ilmu Nahwu

يَنْبَغِى لِكُـلِّ شَارِعٍ فِى فَنٍّ مِنَ الفُنُونِ أَنْ يَتَصَوَّرَهُ وَيُعَرِّفَهُ قَبْلَ الشُّرُوْعِ فِيْهِ لِيَكُونَ عَلَى بَصِيْرَةٍ فِيْهِ وَيَحْصُلُ التَّصَوُّرُ بِمَعْرِفَةِ المَباَدِى العَشَرَةِ المَنْظُومَةِ فىِ قَولِ بَعْضِهِمْ ؛

Seyogia yang mengandung pahala sunnah bagi setiap orang yang hendak mempelajari suatu ilmu, terlebih dahulu harus mengetahui uraian-uraian ilmu yang akan di pelajari, dengan harapan agar dapat mewaspadai ilmu yang akan di pelajari, dan uraian-uraian ilmu itu adalah dengan cara megenali 10 macam kerangka ilmu, sebagaimana penjelasan sya’ir yang di abadikan sebagian Ulama :

الحَـدُّ وَالمَوْضُوعُ ثُمَّ الثَّـمْرَةُ
إِنَّ مَباَدِى كُـلَّ فَنٍّ عَشْـرَةُ
الإِسْمُ الإِسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِعُ
وَفَضْـلُهُ وَنِسْـبَةٌ وَالوَاضِـعُ
وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشَّرَفاَ
مَسَائِلٌ وَالبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَى
-       Sesungguhnya kerangka ilmu itu berjumlah sepuluh
Definisinya(1), penempatannnya(2) sertahasilnya(3)
-       Keutamaannya(4), perbandingannya(5)dan penciptanya(6)
Namanya(7), sumbernya(8), hukum agamanya(9)
-       Dan masalah-masalahnya(10), cukup diuraikan sebagian
Namun siapa uraikan semua, kan dapat kemuliaan

وَالآنَ نُشاَرِعُ فىِ فَنِّ النَّحْوِفَنَقُوْلُ

Sekarang kita hendak mempelajari ilmu Nahwu maka saya katakan :

1. Batasan

 حَدُّهُ عِلْمٌ بِقَوَاعِدٍ يُعْرَفُ بِهَا اَحكاَمُ الكَلِمَاتِ العَرَبِيَّةِ حَالَ تَرْكِيْبِهَا مِنَ الاِعْرَابِ وَالبِنَاءِوَمَايَتْبَعُهَا

Ilmu Nahwu adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui hukum kalimat bahasa arab ketika kalimat itu tersusun, apakah hukum i’rob (berubah) atau mabni (tetap) dan lain sebagainya.

2. Penempatan

وَمَوْضُوْعُهُ الكَلِمَاتُ العَرَبِيَّةِ مِنْ حَيْثُ البَحْثِ عَنْ أَحْوَالِهَا

Penempatan ilmu Nahwu adalah pembahasan kalimat-kalimat bahasa arab.

3. Buah

 وَثَمْرَتُهُ التَّحِرُزُ عَنِ الخَطَاء وَالاِسْتِعَانَةُ عَلَى فَهْمِ كَلاَمِ اللهِ وَكَلاَمِ رَسُوْلِ اللهِ 
  
Buah mempelajari ilmu Nahwu adalah menjaga kesalahan membaca serta membantu memahami Firman Allah dan Hadits Rasulullah Saw.

4. Keutamaan

وَشَرْفُهُ بِشَرْفِهِ

Keutamaan ilmu Nahwu adalah karena mulia manfaat dan buahnya.

5. Nisbat

وَنِسْبَتُهُ لِبَاقِى العُلُوْمِ التَّبَايُنُ

Nisbat (perbandingan) ilmu nahwu dengan ilmu yang lain adalah nisbat tabayyun (masing-masing punya kejelasan).

6. Pencipta

وَوَاضِعُهُ أَبُوْالاَسْوَدَ الدَّؤُلِى يُأمَرُ مِنَ الاِمَامِ عَلِى كَرَمَهُ اللهُ وَجْهَهُ

Pencipta ilmu Nahwu adalah Abul Aswad Addauly atas intruksi Imam Ali karamallahu wajhah.

7. Nama

وَاسْمُهُ عِلْمُ النَحْوِ وَعِلْمُ العَرَبِيَّةِ

Nama ilmu ini adalah Nahwu, ilmu tata bahasa arab.

8. Sumber

وَاسْتِمْدَادُهُ مِنْ كَلاَمِ العَرَبِ

Sumber ilmu Nahwu adalah kata atau kalimat yang berbahasa Arab.

9. Hukum

وَحُكْمُ الشَّارِعُ فِيْهِ وُجُوْبُهُ الكَفَائِى عَلَى أَهْلِ كُلِّ نَاحِيَةٍ وَالعَيْنِى عَلَى قَارِئِ التَّفْسِيْرِ وَالحَدِيْثِ

Hukum mempelajari ilmu nahwu adalah wajib kifayah atas penduduk setiap kampung dan fardu a’in atas setiap pembaca Tafsir dan hadits seperti para santri, ustadz dan para kiyai.

10. Masalah-masalah

وَمَسَائِلُهُ قَوَاعِدُهُ كَقَوْلِكَ الفَاعِلُ مَرْفُوْعٌ وَالمَفْعُوْل بِهِ مَنْصُوْبٌ

Masalah-masalah dalam ilmu Nahwu adalah kaidah-kaidah atau rumus-rumus seperti Fa’il itu hukumnya dirafa’kan, Maf’ul bih itu hukumnya dinasabkan, dan lain sebagainya.
Bismillah dalam  Ilmu Nahwu

يَنْبَغِى لِكَلِّ شَارِعٍ فِى فَنٍّ مِنَ الفُنُوْنِ أَنْ يَتَكَلَّمَ بِطَرْقِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَاسِبُ ذَلِكَ الفَنِّ , وَفَاءً بِالحَقِّ البَسْمَلَةِ وَوَفَاءً بِالحَقِّ الفَنِّ المَشْرُوْعِ , وَالحَقُّ الفَنِّ أَنْ يَتَكَلَّمَ الشَّارِعُ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّا يُنَسِبُ ذَلِكَ الفَنِّ المَشْرُوْعِ , وَالحَقُّ البَسْمَلَةِ أَنْ لاَيَتْرُكَ الكَلاَمَ عَلَى البَسْمَلَةِ رَأْساً

Seyogia yang mengandung pahala sunnah bagi setiap orang yang hendak mempelajari suatu ilmu agar membicarakan sepucuk uraian Bismillah menurut ilmu tersebut, karena memenuhi hak Bismillah dan memenuhi hak ilmu yang hendak dia pelajari, hak ilmu adalah setiap yang hendak mempelaari harus memicarakan uraian Bismillah menurut ilmu yang dipelajari sedangkan hak bismillah adalah sama sekali tidak meninggalkan pembicaraan uraian Bismillah.

Mengapa kalam basmalah perlu dibahas?   ‎

يَنبَغِيْ لِكُلِّ شَارِعٍ فِيْ فنٍّ من فنون اثنَيْ عَشَرَ فَنًّا أنْ يَّبْحَثَ البَسْمَلة َ بمَا يُناسِبُ ذلك الفنَّ المَشْرُوْعَ وِفاءً لِحَقـَّيْنِ حَقِّ البَسْمَلةِ وَحَقِّ ذلك الفنِّ المَشْرُوْعِ

Penting   bagi orang-orang yang bermaksud untuk mempelajari salahsatu fan ilmu dari 12 fan ilmu yang ada untuk membahas lafadz 'Basmalah' dengan pembahasan yang menurut pespektif fan ilmu tersebut, guna memenuhi hak basmalah dan hak dari fan ilmu yang dipelajari.‎
بسم الله الرحمن الرحي


مباحث البسملة عند النحويين
 
   بسم الله: أي أبْتـَدِءُ تـَعَلـُّمَ هَذا الكِتـَابِ المُسَمَّى بالجُرُوْمِيَّةِ حَالَ كَوْنِيْ مُسْتَعِيْنا وَمُتَبَارِكا ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saya memulai untuk mempelajari kitab ini yang dinamakan 'JURUMIAH' (contoh) dengan mengharap diberi kesanggupan dan diberi keberkahan dengan menyebut nama Allah.

إستعانة :  مشاركة في الفَعْل لأجل حصوله

Bersama-sama dalam suatu pekerjaan untuk mendapatkan hasil dari pekerjaan tersebut

Kata إستعانة disini adalah استعانه مجازى  , dengan ma'na استقدر yang artinya Saya memohon kesanggupan. karena menganggap atau mengartikanإستعانة dengan arti bersama dengan Allah dalam suatu pekerjaan adalah hal yang tabu dan tidak pantas untuk kita.
براكه : ” الزّيادة والنـّمأ في الخير

Bertambah dan meningkat dalam melakukan kebaikan

الرّحمن : ” أي المنعم بجلائل النـّعم أي أصولها في الدّنيا على جميع المخلوقات

Dzat yang memberi ni'mat berupa ni'mat yang besar di dunia kepada seluruh makhluk 

Disebut ni'mat yang besar karena cakupannya yang besar, meliputi seluuh makhluk yang ada di dunia. Ni'mat ini terbagi kepada 3 bagian :
1. Ni'mat dijadikan manusia
2. Ni'mat dipanjangkan umur
3. Ni'mat iman dan islam

الرّحيم :  أي المنعم بدقائق النـّعم أي فروعها فى الآخرة على المؤمنين فقط

Dzat yang memberi ni'mat berupa ni'mat yang kecil di akhirat kepada orang mu'min saja

Disebut ni'mat kecil, karena cakupannya yang hanya untuk orang mu'min saja. Ni'mat ini berupa :
1. Ni'mat masuk surga
2. Ni'mat melihat Allah

Mengapa kitab-kitab yang kita temui selalu diawali dengan tulisan basmalah? hal ini didasarkan pada 2 dalil, yaitu :
1. Dalil Aqli    : Meneladani Al-Qur'an, karena rujukan utama kita dalam segala hal adalah Al-Qur'an.
2. Dalil Naqli  : Al-Qur'an : (An-Naml : 30)
 إنه من سليمان وإنه بسم الله الرحمن الرحيم
                        Hadits       :

 كُلُّ أمْرٍ ذِيْ بَالٍ لايُبْتَدَءُ فِيْهِ ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فهُوَ أقطعُ أوْ أبْتَرُ أوْ أجْدَمُ 

"Segala sesuatu yang baik namun tidak diawali dengan "Bismillahirahmanirrahim' maka hal itu tidak berfaidah sama sekali"

مَنْ أرَادَ أنْ يَّحْيَى سَعِيْدًا أوْ يَمُوْتَ شَهيْدًا فليَقـُلْ عِندَ ابْتِدَاءِ كُلِّ شَيْئٍ ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Barangsiapa yang yang ingin hidup dalam kebahagiaan atau mati dalam keadaan syahid, maka ucapkanlah disetiap memulai sesuatu 'Bismillahirrahmanirrahim"

وَنَحْنُ الآنَ نُشَرِعُوْنَ فِى فَنِّ النَّحْوِ فَيَنْبَغِى عَلَيْنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَاسِبُ ذَلِكَ الفَنِّ النَّحْوِ

Kita sekarang hendak mempelajari ilmu Nahwu maka seyogia kita membicarakan sepucuk bahasan Bismillah menurut ilmu Nahwu

إِعْلَمْ اَنَّ البَاءَ فِى البَسْمَلَةِ يَصِحُ أَنْ تَكُوْنَ أَصْلِيَّةً وَيَصِحُ أَنْ تَكُوْنَ زَائِدَةً فَاِنْ كَانَتْ أَصْلِيَّةً فَتَحْتَجُ اِلَى مُتَعَلَقٍ يَتَعَلَقُ بِهَا وَلَهُ مَعْنًى وَيَحْتَالُ أَصْلُ مَعْنَى الكَلاَمِ بِاِسْقَاطِهاَ

Ketahuilah ! huruf ba pada lafadz bismillah sah dijadikan huruf Ba asliyah (asal) dan sah dijadikan huruf Ba zaidah (penambah), apa bila dijadikan huruf Ba asliyah maka huruf Ba tersebut membutuhkan muta’alaq (sandaran jenis kerja) untuk bersandar, dan huruf Ba itu memiliki makna sendiri kemudian asal makna perkataan dalam Bismillah akan sirna bila huruf Ba pada lapadz bismillah dihilangkan.

وَمُتَعَالِقَتُهَا ثَمَانِيَّةٌ لاَِنَّهَا ؛

Muta’alaq-muta’alaq atau sandaran-sandaran Bismillah ada delapan karena muta’alaq-muta’alaq tersebut bermacam-macam, diantaranya :

-     اِسْمٌ خَاصٌ مُقَدَّمٌ نَحْوُ تَألِيْفِى بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-     اِسْمٌ خَاصٌ مُؤَخَّرٌ نَحْوُ بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ تَألِيْفِى
-     اِسْمٌ عَامٌ مُقَدَّمٌ نَحْوُ إِبْتِدَائِىْ بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-     اِسْمٌ عَامٌ مُؤَخَّرٌ نَحْوُ بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  إِبْتِدَائِى
-     فِعْلٌ خَاصٌ مُقَدَّمٌ نَحْوُ أُؤَلِّفُ بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-     فِعْلٌ خَاصٌ مُؤَخَّرٌ نَحْوُ بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ أُؤَلِّفُ
-     فِعْلٌ عَامٌ مُقَدَّمٌ نَحْوُ يَبْتَدِأُ بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-     فِعْلٌ عَامٌ مُؤَخَّرٌ نَحْوُ بِسْم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ يَبْتَدِأُ

-  Isim-khos-Muqoddam : Karanganku dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang.
-  Isim-khos-Muakhor : Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang. Karanganku
-  Isim-Am-Muqoddam : Permulaanku dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang.
-  Isim-Am-Muakhor : Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang permulaanku.
-  Fi’il-Khos-Muqoddam : Aku mengarang dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
-  Fi’il-Khos-Muakhor : Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang aku mengarang.
-  Fi’il-Am-Muqoddam : Dia memulai dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
-  Fi’il-Am-Muakhor : Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang dia memulai .

وَأُوْلاَهَا الفِعْلُ الخَاصُ المُؤَخَّرُ , أَمَّا الفِعْلُ فَلاَِنَّهُ الاَصْلُ فِى العَمَلِ وَلِكَثْرَةِ التَّصْرِيْحِ بِهِ وَلِقِلَّةِ المَخْذُوْفِ لاَِنَّهُ عَلَيْهِ كَلِمَتَانِ الفِعْلُ وَالفَاعِلُ

Yang lebih utama adalah muta’alaq Fi’il-Khos-Muakhor.
Adapun muta’alaqnya Fi’il, karena :
a.      Fi’il (Kata kerja) itu asal dalam perbuatan
b.     Banyak kejelasan disebabkan Fi’il. 
c.      Sedikit kalimat yang di buang yaitu hanya fi’il dan fa’il.

وَأَمَّا الخَصُ فَلاَِنَّهُ الشَّارِعَ فىِ كُلِّ شَيْئٍ يَضْمَرُ مَاكَانَتْ التَّسْمِيَّةُ مَبْدَأً لَهُ فَالشَّارِعُ فِى الاَكْلِ اذَا قَالَ بِسْمِ اللهِ يَنْوِى آكِلُ وَفىِ الشُّرْبِ أَشْرُبُ وَفِى الرُّكُوْبِ أَرْكَبُ فَلاَجَرَمَ كَانَ التَّقْدِيْرُ فىِ التَّأْلِيْفِ أُؤَلِّفُ أَوْلىَ

Adapun muta’alaqnya khos, karena  ;
Apa bila seseorang menghendaki sesuatu maka ia menyimpan sebuah kalimat dalam mengawali sesuatu itu, seperti ketika mau makan ia membaca bismillah maka dalam membaca Bismillah-nya ia menyimpan kalimat “saya akan makan“ apa bila mau minum menyimpan kalimat “saya akan minum“ apa bila mau berkendara menyimpan kalimat “saya akan berkendara“, oleh sebab itu tidak ada salahnya kalimat yang tersimpan ketika hendak mengarang adalah kalimat Uallifu artinya “saya akan mengarang” inilah yang paling utama.

وأَمَّا المُؤَخَّرُ فَلِلإِْهْتِمَامِ بِاسْمِهِ تَعَالىَ وَلِيَكُوْنَ اسْمُهُ مُقَدَّمًا

Adapun muta’alaqnya Muakhor, karena ;
a.      Mementingkan nama Allah
b.     Mendahulukan nama Allah

وَلاَيُرَدُّ تَقَدُّمُ البَاَء ِوَلَفْظ ُاِسْمِ عَلَيْهِ لأَِنَّ البَاءَ وَسِيْلَةٌ لِذِكْرِهِ عَلَى وَجْهِ يُؤْذَنُ بِالبَدْءِ فَهِىَ مِنْ تَتِمَّةِ ذِكْرِهِ عَلَى وَجْهِ المَطْلُوْبِ , وَلَفْظُ اِسْمٍ دَالٌ عَلَى اسْمِهِ تَعَالىَ لاَ أَجْنَبِىٍ عَنْهُ بِدَلِيْلٍ وَاذْكُرِاسْمَ رَبِّكَ

Tidak ada larangan mendahulukan huruf Ba kemudian lafadz Ismi, karena huruf Ba adalah perantara penyebutan nama Allah dari sisi permulaan, oleh karena itu huruf Ba adalah sebagian dari kesempurnaan penyebutan nama Allah dari sisi yang diharapkan. Dan lafadz Ismi ini mengandung arti nama Allah bukan selain nama Allah berdasarkan dalil dalam Al-Qur’an “Sebutlah nama Tuhanmu !” ( QS. Al-Muzammil 8 )

فَاِنْ كَانَتْ زَائِدَةً فَلاَ تَحْتَاجُ اِلىَ مُتَعَلَقٍ

Andaikata huruf Ba tersebut dijadikan huruf Ba zaidah maka tidak lagi membutuhkan muta’alaq (sandaran).

Menurut kajian nahwu ba bismiliah bisa menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:
ba haraf jar zaidah, yaitu ما لايحتج إلى تعلق يتعلق به وليس لها معنا في نفسها yaitu haraf jar yang tidak membutuhkan muta'alak yang berhubungan denganya, juga tidak memiliki arti tersendiri, jika ba dalam bismilah dimaksudkan ba haraf jar zaidah maka i'robnya bismilah sebagai berikut :

 الباء حرف جار زائد, والإسم مبتدء مرفع بالإبتدء وعلامة رفعه ضمة مقدرة على أخره منع من ظهورها بإشتغال محال بحركة حرف جار زائد وخبره مخذوف وتقديره مبدوء به الحامل بسم الله الرحمن الرحيم مبدوء به او أبدء به بديعة قوية بحسن نية والإخلاص
ba haraf jar asliyah, yaitu  ما يحتج إلى تعلق يتعلق به  ولها معنا في نفسها yaitu haraf jar yang membutuhkan muta'alaq yang bersangkutan denganya, dan juga memiliki makna tersendiri, jika dalam kalimah bismilah dimaksudkan ba haraf jar asliyah maka pasti ada muta'alak yang dibuang, jika ditampakan kira-kira seperti ini‎: 

إسم الذات الجامعة على جميع الصفة الألوهية المنعم بجلائل النعم المنعم بدقائقها أألف هذا الكتاب المسمى بألفية مثلًا حال كون مستعينا ومتباركا ليحصل البركة بذكر إسم من اسماء الله
ba haraf qosamiah/ media untuk bersumpah, ba kategori ini sangat membutuhkan jawab qosam, jika ba dalam bismilah dimaksudkan ba qosamiyah maka jawab qosamnya misalkan: بسم الله الرحمن الرحيم لأألف.
Adapun makna ba yang tekandung dalam bismilah adalah sebagai ba istianah atau ba musohabah, kita tinggal milih karena keduanya juga boleh, tapi kalau yang paling tepat adalah ba bimakna isti'anah sebagaimana dijelaskan dalam kitab alfiyyah hudoriy.

والحكمة في أن الله سبحانه وتعالى جعل افتتاح البسملة بالباء دون غيرها من الحروف وأسقط الألف من اسم وجعل الباء في مكانها أن الباء حرف شفوي تنفتح به الشفة ما لا تنفتح بغيره ولذلك كان أول انفتاح فم الذرة الإنسانية في عهد ألست بربكم بالباء في جواب بلى

Hikmah Allah menjadikan permulaan BASMALAH dengan huruf BA bukan dengan huruf lainnya dan menghilangkan huruf Alif pada kalimat ISMUN dan meletakkan huruf ba di tempatnya :

Huruf BA adalah huruf yang keluar dari bibir yang saat mengucapkannya bibir terbuka berbeda dengan huruf bibir lainnya (Mim dan Wau) seperti halnya saat terbukanya bibir embrio janin manusia kala kala dalam rahim ibunya saat mengikat janji dengan Allah "Bukankah aku Tuhanmu ? janin tersebut menjawab dengan kalimat yang di awali dengan BA juga yaitu BALAA yang artinya, Ya Engkaulah Tuhanku (Iaanah Atthoolibiin I/5

أن الباء حرف شفوي تنفتح به الشفة ما لا تنفتح بغيره ولذلك كان أول انفتاح فم الذرة الإنسانية في عهد ألست بربكم بالباء في جواب بلى وأنها مكسورة أبدا 
فلما كانت فيها الكسرة والانكسار في الصورة والمعنى وجدت شرف العندية من الله تعالى كما قال أنا عند المنكسرة قلوبهم بخلاف الألف فإن فيها ترفعا وتكبرا وتطاولا فلذلك أسقطت 

Huruf Ba adalah huruf JAR yang senantiasa dibaca KASRAH (pecah, kalah) menunjukkan keagungan Tuhan dan kebutuhan seorang hamba yang hatinya senantiasa diliputi rasa gelisah (baca pecah) seperti dalam setiap munajat seorang hamba "Aku adalah hamba yang hatinya selalu terpecah" berbeda dengan alif yang menunjukkan arti tinggi, sombong, panjang, karenanya alif digugurkan dalam lafadz BASMALAH

Iaanah Atthoolibiin I/5

 ( فَائِدَةٌ ) قَالَ النَّسَفِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ قِيلَ الْكُتُبُ الْمُنَزَّلَةُ مِنْ السَّمَاءِ إلَى الدُّنْيَا مِائَةٌ وَأَرْبَعَةٌ صُحُفُ شِيثٍ سِتُّونَ وَصُحُفُ إبْرَاهِيمَ ثَلَاثُونَ وَصُحُفُ مُوسَى قَبْلَ التَّوْرَاةِ عَشْرَةٌ وَالتَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ وَالزَّبُورُ وَالْفُرْقَانُ وَمَعَانِي كُلِّ الْكُتُبِ أَيْ غَيْرِ الْقُرْآنِ مَجْمُوعَةٌ فِي الْقُرْآنِ وَمَعَانِي كُلِّ الْقُرْآنِ مَجْمُوعَةٌ فِي الْفَاتِحَةِ وَمَعَانِي الْفَاتِحَةِ مَجْمُوعَةٌ فِي الْبَسْمَلَةِ وَمَعَانِي الْبَسْمَلَةِ مَجْمُوعَةٌ فِي بَائِهَا وَمَعْنَاهَا أَيْ الْإِشَارِيُّ بِي كَانَ مَا كَانَ وَبِي يَكُونُ مَا يَكُونُ زَادَ بَعْضُهُمْ وَمَعَانِي الْبَاءِ فِي نُقْطَتِهَا ا هـ قَالَ شَيْخُنَا ، وَالْمُرَادُ بِهَا أَوَّلُ نُقْطَةٍ تَنْزِلُ مِنْ الْقَلَمِ الَّتِي يُسْتَمَدُّ مِنْهَا الْخَطُّ لَا النُّقْطَةُ الَّتِي تَحْتَ الْبَاءِ خِلَافًا لِمَنْ تَوَهَّمَهُ وَمَعْنَاهَا الْإِشَارِيُّ أَنَّ ذَاتَهُ تَعَالَى نُقْطَةُ الْوُجُودِ الْمُسْتَمَدُّ مِنْهَا كُلُّ مَوْجُودٍ ا هـ .

Arti makna BASMALAH termuat dalam huruf Ba nya :
Menurut Syekh Ibrahim dalam kitab Jauharotut Tauhid artinya "BIMAA SYAA-A ALLAAHU KAAN, WA BIMAA LAM YASYA' LAM YAKUN" apa yang di kehendaki Allah pasti wujud, dan yang tidak di kehendakiNya tidak akan wujud, Ada juga yang mengartikan sebagai wujud kata isyarat dari "BII KAANA MAA KAANA, WA BII YAKUUNU MAA YAKUUNU" Hanya sebab Aku (Allah) segala yang telah terjadi dan hanya sebab Aku (Allah) segala yang akan terjadi.
Sebagian Ulama ada juga yang menambahkan Makna yang terkandung dalam huruf BA teringkas pada NUQTHOH, titik yang ada pada ALQOLAM (di lauhil mahfuudz) yang menunjukkan bahwa Dzat Allah adalah pusat dari segala sesuatu yang wujud.
Wallaahu A'lam

Tuhfatul Habiib I/30-33

ومما يتعلق بالبسملة من المعاني الدقيقة ما قيل إن الباء بهاء الله والسين سناء الله والميم مجد الله وقيل الباء بكاء التائبين والسين سهو الغافلين والميم مغفرته للمذنبين

Ada yang mengartikan rahasia di balik makna basmalah
BA = BAHAA-ULLAAH = keagungan Allah
SIN = SANAA-ULLAAH = kemegahan Allah
MIM = MAJDULLAAH = Kemuliaan Allah

Ada juga yang mengartikan
BA = BUKAA-UT TAAIBIIN = Tangisan orang-orang yang bertaubat
SIN = SAHWUL GHOOFILIIN = Kealpaan orang-orang yang lalai
MIM = MAGHFIROTUHUU LIL MUDZNIBIIN = Ampunan Allah untuk mereka yang berbuat dosa

Dalam arti seberapapun besar dosa seorang hamba dan kealpaan dia asal dia bertaubat dan menyesal dengan bersimpuh dan menangis dihadapanNya, ampunan Allah selalu terbuka.

Iaanah At-Thoolibiin I/4‎

Sementara hanya inilah uraian Bismillah versi ilmu Nahwu, walaupun baru sebagian kecil dari pembahasan huruf Ba pada Bismillah, kemudian bila anda ingin mengetahui lebih luas bahasan Bismillah, silahkan baca kitab-kitab Ilmu Nahwu lainnya seperti kitab Jurumiyah Al-‘Asmawiy, Nadlom Jurumiyah Al-Imritiy, Nadlom Alfiyyah Ibnu Malik dan lain sebagainya.

Kajian Fikih
Hukum Membaca Basmalah

Dalam zona yurisprudensi Syafi’iiyah, segala sesuatu yang diperbuat atau diucapkan oleh mukallafin (orang-orang yang terkena beban hukum) pastilah memiliki hukum mengingat di dalam kitab Al-Yaqut An-Nafis karya Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Asy-Syathiriy Al-Khadlromiy pada poin ke-dua dari sepuluh poin tentang mabadi’ asyarah (pokok dasar sepuluh) disebutkan: objek dari kajian fikih adalah segala bentuk perbuatan mukallafiin, yang mencakup hukum Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram, Sah, Batal, Halal dan Haram. Begitu juga dengan hukum membaca basmalah. Adapun hukum membacanya adalah sebagai berikut:

Sunnah, merupakan hukum asal dari membaca basmalah sesuai dari proses pemahaman pada hadits yang telah disebutkan. Yaitu ketika hendak memulai hal-hal yang bernilai baik, penting dan semisalnya;
Wajib, yaitu saat hendak membaca surat Al-Fatikhah di dalam shalat menurut madzhabnya Asy-Syafi’i. Perbedaan pendapat mengenai wajib membacanya insya Allah akan dibahas pada poin “Khilafiyah Seputar Basmalah”;
Makruh, yaitu ketika hendak melakukan hal-hal yang makruhnya bersifat asli, seperti melihat kemaluan istri. Bukan melakukan perbuatan makruh yang bersifat ‘aridhiy (datang baru), seperti memakan bawang yang dapat mengakibatkan bau mulut. Maka hal ini dikembalikan pada hukum asalnya yaitu sunnah;
Haram, yaitu ketika hendak melakukan perbuatan-perbuatan yang haram hukumnya, seperti mencuri, berzina, berjudi, membunuh tanpa hak, dan semisalnya.
sebagian ulama menambahkan hukum mubah yaitu ketika hendak melakukan hal yang tidak dianggap penting ataupun tidak ada unsur kebaikan serta tidak memiliki nilai negatif sedikitpun, seperti memindah barang di suatu tempat ke tempat yang lain.

Ketentuan Tambahan dari Disiplin Ilmu Tajwid

dalam zona tajwid seperti dalam kitab Khaqqu At-Tilaawah ada ketentuan hukum tambahan yang tergambarkan dari dua fenomena sebagai berikut:

1. Hukum membaca basmalah di antara ta’awwudz dan ayat pertama dalam surat.

Hukumnya boleh dibaca dengan bentuk apapun yang meliputi:

diputus semua antara ta’awwudz, basmalah dan surat;
disambung semua antara ketiga-tiganya;
memutus ta’awwudz dan menyambung basmalah dengan surat, dan
menyambung ta’awwudz dengan basmalah kemudian diputus dan baru memulai surat.
2. Hukum membaca basmalah diantara dua surat adalah:

a. Boleh, bila:

disambung semua, artinya menyambung akhir surat dengan basmalah dan disambung lagi dengan awal surat berikutnya;
diputus semua;
memutus akhir surat dan menyambung basmalah dengan surat setelahnya.
b. tidak boleh, yaitu ketika menyambung akhir surat dengan basmalah lalu waqaf (berhenti), kemudian membaca awal surat berikutnya, karena hal ini ulama menganggap basmalah menyerupai akhir surat dan hal ini terbilang membahayakan.

Khilafiyah Seputar Basmalah

Ada beberapa pendapat ulama berkenaan dengan kedudukan basmalah di dalam surah-surah al-Qur’an. Di antara beberapa pendapat yang ada yang paling masyhur adalah:

1. Basmalah adalah ayat tersendiri yang kedudukannya untuk menjadi kepala masing-masing surah dan pembatas antara satu surah dengan surah yang lain. Jadi basmalah bukanlah satu ayat dari surah al-Fatikhah atau yang lain yang dimulai dengan basmalah. Ini menurut pendapatnya Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya, ahli qiraah dan fuqaha Medinah, Basrah, dan Syam. Maka dari itu menurut Abu Hanifah, basmalah tidak dibaca keras dalam shalat, bahkan Imam Malik tidak membacanya sama sekali.

2. Basmalah adalah ayat pertama dari al-Fatihah dan ayat ke 30 pada surah an-Naml. Ini menurut pendapatnya Imam asy-Syafi’i dan ahli qiraah Mekah dan Kufah. Oleh karena itu menurut pendapat ini Basmalah dibaca keras dalam shalat yang jahr.

mengenai jumlah ayat sebenarnya tidak begitu diperselisihkan, hanya saja dengan cara pandang yang berbeda. Menurut ulama yang berpendapat bahwa basmalah termasuk surah dari al-Fatihah maka basmalah adalah ayat pertama sedangkan ayat yang ke-tujuh berbunyi

صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين

menurut yang memberi pendapat bahwa basmalah bukan termasuk ayat dari al-Fatihah memiliki pandangan ayat pertama berbunyi

الحمد لله رب العالمين

dan ayat yang ke-tujuh berbunyi

غير المغضوب عليهم ولا الضالين

Jadi kesimpulannya ayat dari surah al-Fatikhah tetap tujuh menurut pendapat dari kedua kubu, hanya saja perbedaannya terdapat dalam pandangan terhadap ayat yang pertama dan terakhir.

Hikmah Membaca Basmalah

Sedikit hikmah yang bisa penulis sebutkan meliputi:

1. Seorang yang membacanya untuk hal yang dirasa penting akan mengingat Allah SWT di dalam aktifitasnya. Dengan demikian ia akan melakukannya sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan oleh Rabnya. Konsekuensinya hal-hal yang dilakukannya akan menjadi amalan yang bersifat ukhrawi;

2. Sebagai seorang hamba ia akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, dikarenakan sifat rahman dan rahim-Nya yang begitu besar;

3. Dengan adab yang ditunjukkan Allah SWT untuk selalu memulai aktifitas yang baik dengan memulai dengan basmalah kepada para hamba-Nya, maka hal ini untuk mengingatkan kepada para hamba-Nya agar tidak lalai dan merasa luput dari pengawasan-Nya dan agar selalu memuji-Nya.

Bila terjadi pertanyaan apakah BASMALAH dengan susunan redaksi seperti yang kita nikmati sekarang ini hanya tertentu diturunkan pada Nabi Muhammad SAW padahal konon setiap kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad juga di awali dengan BASMALAH ?

ويعرف تفصيل هذه المباحث الخمسة عشر من كلام
الشارح وغيره ، والصحيح أن البسملة بهذه الألفاظ العربية على هذا الترتيب من خصائص نبينا محمد وأمته ، وما في سورة النمل جاء على جهة الترجمة عما في الكتاب فإنه لم يكن عربياً حين كتبه وإرساله ، وإن كانت البسملة عربية باعتبار أصل نزولها ، لأنه تعالى لم ينزل كتاباً من السماء إلا باللفظ العربي لكن يعبر عنه كل نبي بلسان قومه يدل لذلك قوله تعالى : ) وما أرسلنا من رسول إلا بلسان قومه ليبين لهم } ) إبراهيم : 4 ) الآية 

Kitab2 yang diturunkan oleh Allah yang menggunakan bahasa arab hanyalah alquran, sedang susunan basmalah adalah susunan bahasa arab yang sempurna, andai dalam kitab sebelum alquran juga tertulis basmalah seperti apa yang diceritajan oleh alquran sendiri saat Nabi Sulaiman AS menyurati Balqis dengan di awali basmalah, maka yang di maksud adalah pengertian terjemah basmalahnya bukan susunan bahasa arabnya karena setiap Nabi diturunkan oleh allah disesuaikan dengan bahasa kaumnya, Wallaahu a'lam‎

Demikianlah sebuah kajian ringan tentang basmalah yang penulis sampaikan, semoga dapat bermanfaat untuk penulis sendiri dan tentunya juga untuk pembaca yang budiman.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...