Sabtu, 23 Oktober 2021

Fenomena Kesurupan Dalam Kesenian Ebeg (Jaranan)


Salah satu wisata mistik berupa tontonan dan hiburan massal yang gratis, meriah dan digemari oleh orang banyak baik itu tua atau muda adalah kesenian kuda lumping atau jathilan atau lebih populer dengan nama jaran kepang. Namun, apa jadi jika antar pemain kuda lumping yang kesurupan menjadi saling bertengkar?

Tak hanya penari saja, tetapi beberapa penonton dan penabuh gamelan pun ikut kesurupan kuda lumping. Kejadian ini membuat saya tertarik untuk mengambil gambar nya meski dengan hasil gambar yang kurang jelas karena menggunakan ponsel lawas sehingga menumbuhkan pemikiranku untuk membeli handycam baru.

Kesenian dan tari kuda lumping adalah asli berasal dari Jawa Tengah. Akan tetapi, Legenda, asal-usul dan pencipta tari kuda lumping hingga sampai hari ini pun adalah belum jelas. Tarian kuda lumping mulai populer di Jawa Tengah adalah sejak berakhirnya perang Diponegro. Pada saat perang Diponegoro, rakyat Indonesia baik itu pria dan wanita juga ikut perang dengan naik kuda. Untuk mengenang peristiwa perang ini, rakyat Jawa Tengah mulai menumbuhkan dan mempopulerkan tarian kuda lumping. Namun sebagai catatan, tari kuda lumping sudah ada sebelum perang Diponegoro dan tarian ini sudah diadopsi oleh beberapa wilayah terutama Jawa Timur.

Ada versi lain yang mengatakan, tari kuda lumping sudah ada sejak jaman Majapahit. Akan tetapi, belum ada bukti sejarah yang benar-benar memberitakan dan membuktikan secara jelas tentang asal-usul dan pencipta pertama dari tari kuda lumping di era Majapahit sehingga menumbuhkan mitos-mitos baru terkait sejarah tari kuda lumping. Terkait kegiatan kesurupan atau NDADI pada penari kuda lumping adalah hasil dari kloning antara tari kuda lumping dan upacara memanggil roh nenek moyang. Upacara memanggil roh nenek moyang adalah kegiatan yang berasal dari aliran animisme dan dinamisme yang muncul di jaman Mataram Hindu sehingga pengaruh kebudayaan Majapahit dan Mataram Hindu terhadap rakyat Jawa Tengah menjadi sangat kental.
Kesurupan
  Ya, mungkin sebagian besar orang yang menonton permainan Budaya Ebeg (Banyumasan) atau Jatilan (jawa Timur) pasti selalu menunggu bagian akhir permainan ini, yaitu dimana para penari seperti kehilangan kesadaran seolah-olah kemasukan setan ( kesurupan ),, Apa itu benar2  kesurupan Setan ??....
 dengan tegas saya jawab TIDAK..
Sa'atNya kita sebagai bangsa Indonesia mengetahui rahasia budaya2 kita termasuk budaya ini .
Apakah “kesurupan” itu?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kesurupan” didefinisikan sebagai “kemasukan (setan, roh) sehingga bertindak yang aneh-aneh”. Sedangkan, kata “kerasukan” dipahami sebagai “kemasukan (roh jahat dsb); kesurupan”. Dari definisi ini, dapat dilihat bahwa secara umum dalam pemahaman masyarakat Indonesia, orang yang dianggap mengalami fenomena “kesurupan” atau “kerasukan” berarti sedang dikuasai oleh setan, atau makhluk lain, sehingga tindakan fisiknya dan ucapannya di luar kendali dia.

Kalau ditelisik, kata “kesurupan” sendiri berasal dari Bahasa Jawa, “surup”. Surup artinya, “petang”, “senja” atau “sore hari saat menjelang dan sesaat setelah matahari terbenam”. Kata ini dipergunakan secara umum mungkin karena banyak orang yang mengalami fenomena “kesurupan” pada saat senja, petang atau sore hari ketika matahari terbenam atau sesaat setelah matahari terbenam. Meski memiliki definisi yang kurang lebih sama dan tanpa bukti historis yang otentik, dapat diasumsikan bahwa kata “kesurupan” lebih awal dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dipergunakan untuk menandai suatu fenomena yang terjadi pada seseorang yang sikap dan prilakunya di luar kendali dirinya sendiri. Hanya saja, setelah perkembangan waktu, fenomena ini disebut juga dengan istilah “kerasukan”. Namun, bisa juga diasumsikan, istilah “kesurupan” dipergunakan oleh orang-orang empiris untuk menandai fenomena tersebut dan istilah “kerasukan” lebih banyak dipergunakan oleh orang-orang yang lebih cenderung terlibat dalam dunia atau pengalaman mistis.

Dalam Bahasa Inggris, istilah yang dipergunakan untuk mengacu pada fenomena “kesurupan” adalah “possessed”. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, istilah “possessed” didefinisikan sebagai “(of a person or their mind) controlled by an evil spirit”. Definisi tersebut dapat diartikan sebagai “(seseorang atau pikirannya) dikuasai oleh makhluk jahat”. Penyertaan istilah “possessed” sebagai salah satu lema dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary adalah bukti bahwa masyarakat barat pun mempercayai akan fenomena tersebut atau fenomena “kesurupan” juga dialami oleh masyarakat barat.‎

Indang
-Apa itu indang ?? Indang adalah Energi yang dapat merubah Pola pikir penari atau pemberi sugesti percaya diri untuk menari.
-Apakah indang itu setan ?? BUKAN !!!
 Indang itu sebuah energi yang muncul dan timbul dari pikiran manusia itu sendiri ,, 
Yang berawal dari imajinasi Manusia 

Ritual
 yaa,, dari dulu memang permainan ini kental dengan budhaya mistis yang sudah membaur dan sulit untuk dihilangkan ,, sebelum dilakukan permainan ini seluruh anggota termasuk penari dibawa oleh sesepuh ke sebuah pemakaman orang besar yang dulu pernah hidup sebagai Tokoh atau panutan masyarakat.. Ritual ini pada dasarnya adalah meminta do'a restu dari Leluhur untuk meneruskan budhaya kita,. orang dulu menyebut ini dengan istilah mertamu dan mengirim do'a ke makam ( Ziarah ) atau orang jawa biasa meenyebut Sowan. namun seiring perkembangan jaman, ternyata pikiran2 tidak rasional ( yang sok tau ) menganggap bahwa datang ke makam datang dengan tujuan meminta agar tubuh mereka dapat dimasuki Roh / Setan .. Itu salah BESAR,

SEBELUM jathilan dimulai, semua perlengkapan ditata di arena pertunjukan. Kuda kepang yang berjumlah 8 sampai 10 buah, disusun berpasangan. Topeng-topeng dan barongan digeletakkan di sekelilingnya. Pawang dan beberapa pembantunya berjalan memasuki arena pertunjukan. Di tangan mereka, sesaji berisi beberapa macam bunga, telur ayam, rempah-rempah, sampai rokok kretek dan kemenyan bakar.

Inilah ritual yang dilakukan untuk meminta “ijin” dan restu dari roh serta dayang penunggu desa, supaya pertunjukan bisa berjalan lancar. Dalam ritual itu, setidaknya ada 2 (dua) macam mantra yang  akan dibacakan oleh pawang.

Narapas araning geni
nurmanik araning menyan
sanggondo kukusing menyan
niat isun ngobong dupo
kudu dupo mbekteni.

Hai jebuk arum araning menyan
krenges araning menyan
mego mendung kukusing menyan
umbulno langit sepitu
amblesno bumi sepitu
tampakno niatku ngaweruhi.

Kedua mantra yang beberapa patah katanya merupakan Bahasa Jawa kuno itu, mengandung arti penjelasan terhadap sesaji yang dipersembahkan bagi roh dan dayang, yang bersemayam di desa tempat pertunjukan.

Makna pada mantra dalam pertunjukan seni kuda lumping yaitu, 
1) dapat memanggil makhluk halus untuk dimintai pertolongan dan mendatangkan kekuatan di bumi (mantra membakar kemenyan), 
2) memohon kepada Yang Maha Kuasa (Allah/Tuhan) meminta perlindungan dan membuat semua orang tertarik pada pertunjukan kuda lumping tersebut (mantra tolak bala dan pengurigan), 
3) dapat membuat pemain kesurupan (trans) serta dapat mendatangkan penonton dan terpesona melihat pertunjukan tersebut (mantra kuda lumping dan singa barong pentas), dan 
4) dapat mengusir dan menyingkirkan makhluk halus yang merasuki pemain serta dapat menyembuhkan pemain yang kesurupan (trans) (mantra menyembuhkan kesurupan). 

Dari hasil analisis, penelitian ini menghendaki adanya pelestarian mantra tanpa memandang mantra tersebut ilmu hitam, tetapi memandang mantra tersebut sebagai karya sastra karena mantra tersebut peninggalan nenek moyang orang Jawa.

Media
 Komputer identik dengan CPU, Mouse, Keyboard dll,, begitu juga Budhaya, kesenian ini lahir dari Puluhan bahkan Ratusan tahun yang lalu, dimana pada jaman itu animisme dan dinamisme lah yang mengiringi hidup bangsa kita, dan tidak heran jika pada kesenian ini kita masih melihat ;Kembang;Menyan;dupa dll,, ituPun tidak bisa disalahkan dan kita tidak berhak mengKlaim itu sebagai sesuatu yang musrik, karena pada dasarnya media2 itu hanya sebagai pelengkap sugesti kepada penari supaya meereka lbih yakin dan mantap.
KebaL ‎
 Tidak Jarang Rombongan Kuda Lumping memberikan atraksi2 unik menarik dan menegangkan ,, apa rahasianya ??
 dalam permainan ini biasanya kita melihat ada yang di Cambuk, makan arang berapi, makan serpihan kaca ,,
 Apa mereka tidak sakit ??
Tentu saja mereka merasakan sakit ,, tapi tidak setelah sugesti itu dapat memonopoli pikiran sang penari, karena sebenarnya yang sakti, yang hebat dan yang Luar biasa adalah pikiran kita sendiri, sebenarnya kita maampu melakukan sesuatu yang terlihat mustahil ,, tapi pikiran perlu sugesti atau sesuatu yang mendorong Pikiran kita agar yakin bahwa kita mampu melakukannya.

Penonton Ikut terlibat
 Yaaaa,, memang permainan ini tidak lepas dari penonton , kenapa penonton bisa ikit wuru ??
jawabannga Logis. kita mendengar lagu yang kita ketahui secara refleeks tangan.kepala,kaki, dan anggota tubuh yang lain tanpa kita sadari ikut bergoyang dalam alunan harmoni musik tsb, begitu juga permainan ini, penonton yang benar2 menikmati dan mengikuti irama gendhing yang dimainkan secara tidak langsung merekaPun ingin ikut berdendang karena hanyut dalam harmoni gendhing . 

Banyak Pihak yang Pro dan Kontra dengan permainan ini dengan berbagai macam pendapat yang mereka miliki ,, itu tidak masalah bagi kita , karena yang terpenting adalah melestarikan budhaya Indonesia dan mengembangkanNya.

#Oleh karena itu hargai semua pendapat orang tentang Budhaya ini, karena perbeda'an persepsi akan memberikan warna tersendiri untuk kehidupan ;)

semoga catatan ini dapat memberi wawasan kepada kita semua untuk selalu berPikir Rasional dan ilmiah.‎

Dilihat dari cara permainannya, para penari kuda lumpingseperti memiliki kekuatan yang luar biasa, bahkan tampaknya memiliki kekuatan supranatural. Seni tari yang menggunakan kuda palsu yang terbuat dari anyaman bambu dan diiringi oleh musik gamelan seperti gong, kenong, perkusi dan terompet itu, mampu membuat penonton terkesan oleh setiap atraksi penunggan (penari) kuda lumping. Hebatnya, penari tradisional lumping dari kuda asli umumnya dimainkan oleh gadis-gadis yang berpakaian seperti tentara kerajaan anak. Saat ini, playersmany kuda lumping lebih dilakoni oleh anak laki-laki. Suara prod (cambuk) para pemain yang sengaja dikenakan seni ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran-pemain. Dengan pendakian kuda anyaman bambu, pergelangan kaki kuda penunggan diberi kerincingan ini mulai berjingkrak, melompat berguling-guling di tanah. 

Selain melompat, penari kuda lumping itu atraksi lainnya, seperti makan kaca dan mengupas kelapa dengan giginya. Kaca (gelas) yang dimakan adalah bola lampu biasa seperti lampu-lampu rumah kita. Dia rajin makan seperti pecahan orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan tidak ada darah pada saat ia makan kaca-pecahan. Bila dilihat dari kuda lumping permainan keseluruhan, terdengar prod seri tak berujung atraksi yang tampil mendominasi. Agaknya, setiap prod dengan sipenunggang melawan dirinya sendiri, yang pada bagian tubuh kaki atau lainnya, akan memberikan efek magis. Artinya, ketika panjang retak dari anyaman rotan dan pada kaki dan mengayunkan tubuhnya, kuda lumping penari akan merasa lebih kuat, lebih kuat, lebih Digdaya. Umumnya, dalam kondisi itu, ia akan semakin liar dan kuasa melakukan hal-hal muskil dan tidak masuk akal manusia normal dan sehat. 

Permainan hidup dan meriah kuda lumping m‎enjadi lebih lengkap dengan tampilan atraksi api. Semburan api yang keluar dari mulut para pemain lainnya, dimulai dengan bensin mengakomodasi dalam mulut mereka dan kemudian disemprotkan pada api yang membakar dalam setangkai kecil dari besi yang ujungnya dibuat sedemikian rupa sehingga api tidak mati sebelum dan sesudah bensin disemprotkan dari mulutnya. Dalam permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Warna-warna yang sangat dominan dalam hal ini yaitu permaian: merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan keberanian dan semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada di dalam hati juga dianggap mencerminkan pada semua panca indera sehingga dapat berfungsi sebagai model peran dalam hitam. 

Sebagai daya tarik penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang "pimpinan supranatural." Biasanya, pemimpin ini adalah orang yang memiliki gaib tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti biasa. Dia juga bertanggung jawab untuk cara atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika sesuatu yang tidak diinginkan dan menyebabkan penyakit atau cedera pada penari. Oleh karena itu, meskipun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah arahan dan pengawasan dari pimpinan. 

Perlu Terus Dipelihara dan Dikembangkan Secara garis besar, begitu banyak seni dan budaya di Indonesia familial diwarisi dari nenek moyang Indonesia sampai generasi sekarang. Sekarang, kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional karena mereka harus menjaga dan memelihara dengan benar. Tugas kita adalah untuk mempertahankan dan mengembangkannya, sehingga dari hari ke hari tidak hilang dan menghilang dari harta artistik masyarakat kita. 

Satu hal yang kita harus menyadari bahwa Indonesia masih terjajah sampai sekarang dengan masuknya budaya asing yang mencoba untuk menyingkirkan budaya lokal. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa bangkit bersama-sama untuk membawa kembali budaya karena ada punah kuno dan tidak menelan zaman modern. Untuk itu, Pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk terus mengeksplorasi kembali budaya apa yang hingga saat ini hampir tidak ada suara lagi, untuk kemudian kembali dikembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia. 

Kuda Lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti kuda imitasi, terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tak satu pun dari catatan sejarah dapat menjelaskan asal usul tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Yang mengatakan, tari Kuda Lumping m‎erupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada juga versi yang mengatakan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan Portugis. Versi lain mengatakan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. ‎

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek militer dari pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah-tengah pertempuran. Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang menunjukkan kekuatan supranatural bau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar dirinya sendiri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural, yang di kerajaan Jawa kuno berkembang di lingkungan, dan merupakan aspek non militer yang digunakan untuk melawan pasukan Belanda. 

Di Jawa Timur, yang akrab dengan komunitas seni di beberapa daerah, seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah lainnya. Tarian ini biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, niat yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. 

Dalam pementasanya, tidak perlu koreografi khusus, dan penyediaan peralatan serta Karawitan gamelan. Gamelan untuk mengiringi tarian Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan terompet, suling terdengar melengking. Puisi-puisi yang dibawa untuk mengiringi tari, biasanya berisi imbauan bagi orang-orang selalu melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta. Selain mengandung unsur hiburan dan agama, kesenian tradisional Kuda Lumping sering juga merupakan unsur ritual. Karena sebelum acara dimulai, biasanya hujan pawang akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca cerah ingat untuk menjaga acara ini biasanya dilakukan di lapangan terbuka. 

Dalam setiap pagelarannya, tari Kuda Lumping 4 fragmen menyajikan tarian yang merupakan 2 kali Buto Lawas dance, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh laki-laki saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda naik anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian ini, para penari Buto Lawas telah dimiliki atau dikuasai oleh roh. Para penonton juga tidak luput dari fenomena kepemilikan. Banyak orang lokal yang menyaksikan acara ke trans dan menari dengan penari. Dalam alam bawah sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya. 

Untuk mengembalikan kesadaran para penari dan penonton yang dimiliki, dalam hal apapun selalu hadir progenitor nya, orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui pakaian yang dikenakannya semua hitam. Nenek moyang ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari dan penonton pulih. Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita membawa bergabung dengan senterewe tari. 

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam wanita membawa tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup seluruh rangkaian

Semoga Bermanfaat ‎

Penjelasan Tentang Kesurupan Secara Psikologis


Sedikit yang mencoba mendalami lebih jauh masalah ini. Tapi apakah hal ini memiliki basis di kenyataan?

Kesurupan bagi mereka disebabkan oleh:

1.      Gangguan otak, seperti sindrom Gilles de la Tourette, epilepsi, gangguan identitas disosiatif atau

2.      Penyakit mental, seperti schizophrenia, psikosis, histeria, mania, atau

3.      Orang yang otaknya kurang lebih sehat tapi sayangnya tersedot dalam permainan peran sosial dengan konsekuensi yang sangat tidak nyaman, seperti remaja yang hanya dapat mengatakan hal-hal tabu jika ia kesurupan

Ada satu jenis kesurupan yang tidak terlalu akrab kita dengar, yaitu kesurupan teritualisasi. Gangguan otak dan penyakit mental mungkin dapat menjelaskan kenapa seseorang bisa kesurupan tiba-tiba, tapi bagaimana dengan orang yang ingin kesurupan, melakukannya lewat ritual, dan akhirnya benar-benar kesurupan?
Terjadinya kasus kesurupan akhir akhir ini cukup menghebohkan, terutama kalangan sekolah yang sering mendapatkan kasus kesurupan, sempat menjadi pertanyaan sejak awal ramainya kesurupan, kenapa di sekolah? Apakah sekolah banyak demitnya?, Jin yang kurang sopan?, atau banyak hantu yang suka iseng, atau para jin pada protes karena sering dikambinghitamkan bila ada kasus kesurupan selalu saja dia yang disalahkan?.‎

Kurang lebih dua bulan yang lalu seorang mahasiswa psikologi UMS yang sedang praktikum juga tidak mau kalah dengan para siswi siswi di SMU yaitu kena kesurupan, beberapa rekan menolongnya dan alhamdulillah dia tersadar kembali. Seringkali penulis juga mendapat berita bahwa di pondok sobron makam haji berulang kali terjadi kesurupan terutama pada saat baitul arqom untuk mahasiswa, lagi lagi jin yang dituduh bertanggungjawab terhadap insiden itu.‎

Munculnya atau maraknya kasus kesurupan ternyata tidak merebak begitu saja, ada semacam rentetan peristiwa di tanah air tercinta ini. Kalau kita lihat berdasarkan historisnya ternyata tidak lepas dari tayangan media. Kita lihat beberapa tahun terkahir ini film film horror sering kali tampil di hampir semua stasiun televisi, yang namanya sinteron, berita berita ghaib dan sejenisnya ditayangkan secara terus menerus, setelah itu live show berupa hantu hantu yang ditayangkan secara langsung, seperti acara dunia lain, uka uka, bahkan acara pengusiran hantu dimana hantu hantu pada dimasukkan ke botol. Masih berlanjut kalangan agama juga nggak mau kalah dengan membuat acara penyembuhan (ruqyah) dengan mengusir jin jin jahat dalam tubuh manusia, dimana para pencetus acara tersebut tidak mau kalah dengan para dukun dan para tabib tabib serta paranormal yang dianggapnya tidak syar’I, tentunya dengan modus yang sama yaitu pengusiran jin.‎

Dan nampaknya cerita cerita horror tidak pernah berhenti, sampai sekarangpun kita masih saja menyaksikan film film horror. Namun ada acara televisi di stasiun TV trans 7 play syetan (plesetan) yang membuat saya sedikit lega yaitu dengan tayangan televisi tentang hantu yang diplesetkan. Sehingga cerita hantu tidak lagi seram namun menjadi guyonan yang menyenangkan.
Rentetan tayangan televisi tanah air diatas tentunya akan sangat mempengaruhi alam pikiran para penontonnya terutama kalangan remaja, kenapa remaja, ya karena merekalah golongan yang masih labil, mudah percaya namun belum memiliki pegangan yang jelas dalam hidupnya, sehingga apa yang diterimanya terutama lewat media menjadi system keyakinan yang masuk dalam mekanisme alam pikiran bawah sadar sehingga suatu saat akan mudah terpicu oleh hal hal yang berbau mistis.
Kasus kasus kesurupan yang semakin merebak ini tidak boleh kita anggap remeh karena terjadinya kasus kasus itu merupakan fenomena lemahnya iman dan kurangnya kesehatan mental psikologi. Permasalahan ini harus ditanggapi secara holistic tidak oleh para ustad, psikolog atau psikiater saja namun dari pemerintah terutama media televisi. Selama kita menganggap kesurupan sebagai perbuatan Jin tanpa ada perbaikan mental psikologi ya selamanya kesurupan akan terus terjadi dan akan meluas. Pemahaman yang benar tentang kasus kesurupan akan menentukan penangan yang benar dan tepat. Tidak menggebyah uyah dengan sekedar mengeluarkan jin dari tubuh, kalau memang ada gejala depresi sebelumnya atau stress, ya sebaiknya dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam penyembuhan seperti psikolog ataupun dokter.
Dan tulisan ini salah satunya adalah memberikan pemahaman yang benar tentang kasus kesurupan dengan tinjauan masing masing bidang keilmuan, yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat terhadap penanganan kesurupan. Seperti saya nanti akan mengulas dari perspektif psikologi yang saya fokuskan pada psikologi kognitif khususnya alam pikiran bawah sadar manusia, pengaruhnya terhadap perilaku manusia dalam hal ini adalah kesurupan. Kenapa orang tiba tiba bisa berteriak-teriak, ngoceh tidak karuan (ngomyang), meronta-ronta bahkan bisa berbicara seperti bukan dirinya, semua itu adalah bentuk bentuk perilaku yang bisa dibahas dan diulas secara psikologi.‎

Baiklah mari kita bahas bab demi bab yang akan saya uraikan secara singkat mengenai kesurupan ini.

Pengertian Kesurupan di Beberapa wilayah di Nusantara
Kesurupan menurut saya adalah fenomena budaya, di Indonesia memiliki kekhasan yang sangat berbeda dengan belahan dunia lain karena kita memiliki budaya animisme yang sangat kuat. Hal ini dapat kita baca dari sejarah animisme di Indonesia, dimana animisme adalah mempercayai bahwa roh roh halus dan roh nenek moyang masih dapat berinteraksi dengan alam manusia dimana dalam berinteraksi caranya adalah dengan memberikan sesaji dan pembacaan pembacaan mantra. Dan menurut budaya jawa (keunikan islam dan budaya jawa) menyebutkan bahwa roh memiliki tingkatan tingkatan sehingga jika terjadi kasus kesurupan maka pemimpin spiritual setempat (dukun) akan melaporkan kepada danyang (roh penunggu desa) agar kesurupannya bisa disembuhkan. Karena menurut budaya jawa bahwa roh memiliki hirarki dari roh ecek ecek hingga roh kelas elit, roh kelas elit ini yang menjalin hubungan adalah wilayah atau tingkatan kerajaan, misalnya nyi roro kidul, sunan lawu, penunggu gunung merapi dan lain sebagainya.

Ada yang mengatakan bahwa roh roh seperti manusia, memiliki perasaan, bisa berpikir dan memiliki keinginan. Karena dianggapnya bahwa roh roh itu adalah dulunya manusia yang meninggal dengan tidak tenang, tersesat dan menjadi roh roh. Masalah kesurupan di tanah jawa adalah sesuatu yang lumrah dan dapat ditemui dengan mudah dalam pertunjukkan pertunjukkan seperti permainan nini thowok, reog, jathilan dan lain sebagainya.‎

Kuatnya pengaruh animisme masyarakat kita sedikit banyak berperanan dalam memunculkan pemikiran pemikiran mistis yang pada akhirnya memunculkan maraknya fenomena kesurupan di tanah air, sebagai jalan pintas bawah sadar ketika mendapat tekanan.‎

Jika kita amati di negara Arab jarang sekali mereka yang mengalami kesurupan, di amerika apalagi kecuali mungkin di suku indian yang masih animisme. Di Nusantara kesurupan adalah fenomena yang dapat dijumpai dari Aceh hingga Papua. dan ciri khasnya yang sedang tren sekarang adalah kesurupan massal di lingkungan sekolah.
Ada banyak istilah istilah yang mirip dengan kesurupan seperti kerasukan, kerawuhan, keranjingan. Kata surup, rasuk, rawuh, ranjing menggambarkan keadaan sesuatu yang berasal dari luar masuk ke dalam dan mengisi ruang dalam.‎

Psikologi memberikan penjelasan mengenai fenomena kesurupan sebagai :
1) Keadaan disosiasi, saat seseorang seakan terpisah dari dirinya;‎
2) Hysteria , saat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya ,‎
3) Split personality , saat pada diri seseorang tampil beragam perilaku yang dimunculkan oleh “pribadi” yang berbeda. Penjelasan ini seringkali mengalami benturan dengan kenyataan-kenyataan budaya.
Dari beberapa peristiwa kesurupan di Tanah Pasundan, ada pola umum kesurupan. Pelaku sebelum mengalami kesurupan mengalami peristiwa yang penuh tekanan. Penanganan menggunakan cara-cara normal dipandang pelaku malah membawa ke jalan buntu. Di sisi lain dalam budaya Sunda ada ketidaksadaran kolektif yang menyatakan bahwa tersedia “jalan keluar” untuk hal-hal yang sudah buntu, yaitu “kesurupan”. Pilihan yang nyurup pun sedemikian terbatas, yaitu beberapa tokoh yang dikenal dalam mitologi Sunda seperti Harimau. Harimau diyakini sebagai alihwujud dari Silihwangi yang ngahiang/moksa. Permintaan sang tokoh saat surup dapat diperkirakan, yaitu meminta sejumlah hal kecil seperti kopi, tembakau, sirih dan permintaan lain yang merupakan simbolisasi dari makanan masa lalu.‎

Di Bali, kesurupan atau kerawuhan dipandang sebagai hal netral. Dalam alam budaya Bali, manusia adalah jagat alit dan semesta adalah jagat agung. Insan-insan suci seringkali dipilih oleh ruh suci untuk mengkomunikasikan hal yang harus dan tidak boleh dilakukan kepada komunitas di suatu wilayah. Peranan pedanda (tetua agama) di Bali adalah mengalihbahasakan apa yang disampaikan ruh yang surup di diri pelaku kepada komunitas.‎

Di Jawa, kesurupan seringkali diyakini sebagai masuknya ruh-ruh jahat yang diyakini berada di teritori tertentu yang merasakan bahwa dirinya terganggu oleh pelaku. Ada sejumlah cara yang dilakukan agar sang ruh jahat segera keluar dari diri pelaku . Ada sejumlah sesaji dan ritual yang harus disiapkan agar sang pelaku selanjutnya aman.

Kajian Psikologi tentang Kesurupan‎

Dalam kajian psikologi ada dua perspektif yang dapat digunakan untuk melihat kasus kesurupan yaitu kajian psikoanalisa dan psikologi transpersonal. Namun menurut saya yang paling sesuai untuk mengkaji kesurupan sebagai sebuah gangguan lebih tepat dengan menggunakan psikoanalisa terutama pendapatnya Carl Gustav Jung. Pada kajian psikologi transpersonal kajian trance lebih ke arah spiritual atau sebagai sesuatu yang tidak mengganggu. Kesurupan sebenarnya juga merupakan trance ke arah mengganggu dan tidak terkendali.

Baiklah mari kita bahas teori Carl Gustav Jung.‎

a. ketidaksadaran dalam pandangan Jung
C.G. Jung (Swis, 1875-1961) adalah tokoh yang paling penting untuk psikoanalisis (psikologi dalam) di samping Sigmund Freud dan Alfred Adler. Psikologi dalam (depth psychology) menemukan ketegangan antara hidup sadar dan tidak sadar dan menganalisa “ketidaksadaran” sebagai suatu lapisan psikologi manusia (di samping pikiran yang disadarinya) yang mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan manusia. Ketidaksadaran itu muncul misalnya dalam mimpi-mimpi atau juga dalam mitos-mitos dan gambar-gambar religius.‎

Menurut C.G. Jung, ketidaksadaran punya dua lapisan, yaitu ketidaksadaran individual yang isinya dibentuk oleh pengalaman-pengalaman pribadi yang digeserkan ke bawah sadar, dan ketidaksadaran kolektif (collective unconsciousness) yang isinya merupakan warisan yang dimiliki semua manusia sebagai bagian dari kodratnya. Kedikaksadaran adalah “segala endapan pengalaman nenek moyang yang diturunkan sejak berjuta tahun yang tak dapat disebut yang sepenuhnya mengendalikan, gema peristiwa dari dunia prasejarah, yang oleh zaman selanjutnya ditambah sedikit demi sedikit penganekaragaman dan pembedaan-pembedaan”. Adanya ketidaksadaran itu bisa menjelaskan kenyataan bahwa baik dalam mimpi-mimpi individual maupun dalam budaya-budaya dan agama-agama yang berbeda, muncul motif-motif yang sama tanpa adanya hubungan tradisi satu sama lain atau diakibatkan oleh pengalaman konkret.‎

Ketidaksadaran adalah tempat dimana agama dan simbol-simbol religius berakar. Jadi, ketidaksadaran bukan hanya dasar kemampuan manusia untuk mengembangkan agama dan simbol-simbol religius dan “pintu masuk” yang membuka lubuk jiwa manusia untuk pengalaman religius, tetapi juga menyediakan materi-materi untuk gagasan-gagasan keagamaan.
Materi yang disediakan oleh ketidaksadaran untuk proses itu, oleh C. G. Jung disebut “arketipe”, yaitu “gambaran arkais, kuno dan universal, yang sudah ada sejak zaman yang amat silam. Dalam kata Jung, arketipe ‘merupakan bentuk atau gambaran yang bersifat kolektif yang terjadi praktis di seluruh bumi sebagai unsur kisah suci (myth) dan dalam waktu yang sama merupakan hasil asli dan individual yang asal-usulnya tidak disadari’. Arketipe itu secara laten tersembunyi dalam semua orang dan akan diberi ungkapan simbolis menurut situasi historis di mana orang itu tercakup. Konsep arketipe itu mengambil bentuk simbolis dalam berbagai ungkapan religius, dan menggambarkan solidaritas terdalam antara berbagai tradisi keagamaan umat manusia”. Jadi, simbol-simbol dasar dari agama-agama (misalnya: Tuhan, ayah/ibu, simbol-simbol untuk keberadaan transenden dan keseluruhan/keesan dll.) sudah berada di dalam ketidaksadaran setiap individu, mereka merupakan ide-ide yang pra-sadar dan primordial, dan merupakan dasar untuk pengalaman-pengalaman religius yang langsung. Mereka mencermrinkan struktur kepribadian manusia dan menunjuk kepada keberadaan yang transenden.

b. Unsur kepriadian dalam paradigma Psikoanalitik Jung‎

Doktrin Jung yang dikenal dengan psikologi analitis (analytical psychology), sangat dipengaruhi oleh mitos, mistisisme, metafisika, dan pengalaman religius. Ia percaya bahwa hal ini dapat memberikan keterangan yang memuaskan atas sifat spiritual manusia, sedangkan teori-teori Freud hanya berkecimpung dengan hal-hal yang sifatnya keduniaan semata. Jung mendefinisikan kembali istilah-istilah psikologi yang dipakai pada saat itu, khususnya yang dipakai oleh Freud. Ego, menurut Jung, merupakan suatu kompleks yang terletak di tengah-tengah kesadaran, yakni keakuan. Istilah Freud lainnya yang didefinisikannya kembali adalah libido. Bagi Jung, libido bukan hanya menandakan energi seksual, tetapi semua proses kehidupan yang penuh energi: dari aktivitas seksual sampai penyembuhan.
Id, ego, dan superego, adalah istilah istilah yang tak pernah dipakai oleh Jung. Sebagai gantinya, ia menggunakan istilah conciousness (kesadaran), personal unconciousness (ketidaksadaran pribadi), dan collective unconciousness (ketidaksadaran kolektif) Conciousness dan personal unconciousness sebagian dapat diperbandingkan dengan id dan ego, tetapi terdapat perbedaan yang sangat berarti antara superego-nya Freud dengan collective unconciousness, karena Jung percaya bahwa yang terakhir ini adalah wilayah kekuatan jiwa (psyche) yang paling luas dan dalam, yang mengatur akar dari empat fungsi psikologis, yaitu sensasi, intuisi, pikiran, dan perasaan. Selain itu, juga mengandung warisan memori-rasial, leluhur dan historis.

c. Kajian teori Jung terhadap Kasus Kesurupan
Indonesia merupakan bangsa kaya budaya termasuk budaya kesurupan, bahkan di daerah daerah tertentu malah sengaja untuk kesurupan, dan menjadi tontonan menarik seperti reog, kuda lumping, debus dan tari kecak. Budaya ini lah yang menjadi arketip arketip yang tersimpan dalam ketidaksadaran kolektif dan inilah yang banyak mempengaruhi terjadinya kesurupan di indonesia.
Setiap kita memiliki potensi untuk kesurupan karena memang bawah sadar kita dalam collective unconciousness berisi mitos mitos seperti memedi pocong, wewe gombel, jin penunggu rumah, jin penunggu sungai, dan banyak lagi, bahkan penunggu laut selatan. Mitos inilah yang turun menurun dari jaman dulu terus hingga sekarang. Ditambah lagi pengalaman masa kecil yang sering ditakut takuti dengan berbagai macam hantu dan segala varian nya, yang kemudian tersimpan dalam personal unconciousness sehingga kedua kenyataan itu klop membentuk suatu sistem keyakinan dan kepercayaan yang setiap saat bisa muncul bila ada pemicunya (precipitating event).‎

Dalam kasus kesurupan masal yang menjadi precipitating event adalah teman yang sudah kesurupan, dalam istilah hipnotisme teman yang sudah kesurupan menginduksi bawah sadar teman lainnya sehingga seperti penyakit menular yang bila tidak diisolasi akan mewabah ke yang lain.‎

Seringkali orang yang kesurupan memiliki kekuatan yang melebihi kemampuan biasanya, dalam beberapa kasus kesurupan dia bisa berteriak teriak hingga berjam jam, atau bisa melemparkan beberapa orang yang sedang memeganginya. Ada lagi kesurupan mampu berbicara seperti bukan dia yang bicara, dalam keadaan seperti ini seseorang yang kesurupan sedang memasuki alam bawah sadarnya tepatnya di alam ketidaksadaran kolektif dimana menurut freud ketidaksadaran tersebut mengandung kekuatan jiwa (psyche) sehingga dia memiliki kekuatan yang melebihi seperti biasanya.‎

Mengapa orang bisa masuk kedalam alam bawah sadarnya ? sebab utamanya adalah lemahnya kesadaran seperti orang mau masuk tidur, kenapa bisa tidur jawabnya tentunya karena lemahnya kesadaran karena faktor mengantuk.

Setidaknya ada tujuh jenis gangguan syaraf yang dapat diasosiasikan dengan kesurupan yang tidak disengaja. Gangguan Syaraf ini antara lain :

1. Sindrom Gilles de la Tourette = Sebuah penyakit kerusakan otak yang dicirikan dengan keluarnya kata-kata tabu secara tidak terkendali dan begitu mudahnya orang tersebut mengulangi kata-kata orang lain (latah) serta gerakan yang tak terkendali.

2. Epilepsi = Sebuah penyakit yang disebabkan pelepasan listrik berlebihan di otak dan dicirikan kejang mendadak (sawan).

3. Gangguan Identitas Disosiatif = Disebut juga Kepribadian Ganda (MPD). Kemungkinan disebabkan oleh perubahan arah aliran darah di otak atau volume hippocampus dan amygdala yang kecil di otak. Dicirikan perubahan kepribadian seseorang menjadi orang dengan identitas berbeda.

4. Schizophrenia = Perbedaan kimiawi otak yang berakibat pada pecahnya hubungan  antara kemampuan kognitif dengan emosional. Akibatnya penderita tidak memiliki basis logika untuk tindakannya. Walaupun emosinya tidak dapat diprediksi, seorang schizo dapat sangat cerdas karena kemampuan kognitifnya tidak dipengaruhi oleh emosi.

5. Psikosis = Kerusakan otak / penyalahgunaan narkotika yang berakibat pada pecahnya hubungan antara dunia nyata dan imajinasi. Merupakan gejala paling umum ditemukan di masyarakat. Seseorang dapat merasa dirinya di dunia nyata padahal sedang berkhayal, begitu juga sebalinya.

6. Histeria = Reaksi emosional negatif atau ketakutan berlebih yang semakin menjadi-jadi, baik secara individu maupun massal. Hal ini disebabkan kesamaan pengalaman terutama trauma yang terjadi pada kelompok (jika massal) atau munculnya pemicu ingatan terhadap trauma di masa lalu. Paling banyak terjadi pada perempuan.

7. Mania = Reaksi emosional positif atau kegembiraan berlebih yang semakin menjadi-jadi. Tidak diketahui apakah dapat bersifat massal atau tidak. Pemicu utama mania adalah insomnia atau kesulitan tidur.
Kesurupan yang tidak disengaja tampaknya dapat dijelaskan berdasarkan salah satu dari tujuh gejala syaraf di atas atau kombinasi di antaranya. Bila kita telah mampu menyelidiki penyebab neurologis atau genetik seseorang yang mengalami kesurupan, terutama saat kesurupan tersebut terjadi, maka kita dapat memberikan urutan ke-8 atau semata meletakkan kesurupan dalam salah satu dari tujuh gangguan di atas.‎
Beberapa tips menangani kasus kesurupan‎

1. isolasi sesegera mungkin anak yang terkena kesurupan
2. tenangkan suasana, karena kesurupan cenderung membuat suasana menjadi gaduh, ketakutan, dan crowded atau ramai.‎

3. tenangkan anak yang mengalami kesurupan dengan membiarkannya, jangan dipaksa atau dipegang apalagi diteriaki terlebih di pukul pukul,‎

4. kalau membaca quran bacakan dengan penuh kekhusyuan dan dengan nada pelan sehingga akan menenangkan si sakit, kalau dibaca dengan menghentak hentak anak yang terkena akan semakin histeris dan teriakan dari pembacaan quran tadi akan memperkeruh keadaan. Dalam hal ini kita harus bijak dalam mendudukkan al quran jangan melecehkan quran dengan menggunakannya yang bukan pada tempatnya, gunakan quran sebagai petunjuk hidup bukan sebagai alat pengusiran jin.‎

5. tempatkan si anak di tempat tertutup namun yang aman dan udara bisa keluar masuk dalam ruangan dengan baik‎

6. jika keadaan semakin tidak terkendali, jangan memanggil paranormal, atau memanggil dukun dan sejenisnya. Namun panggilah dokter untuk memberikan obat penenang kepada si anak, dan jika sudah dampingi anak dengan orang tuanya‎

7. jangka panjang ciptakan suasana sekolah yang cerah dan ceria, baik lingkungan maupun hubungan guru muridnya dan tentunya proses belajar mengajar. Berikan penerangan yang cukup di tempat tempat yang terkesan singup, rubah warna cat dari cat yang gelap menjadi lebih terang, tebang pohon pohon yang dianggap angker, hilangkan suasana mistis disekolah. Kesurupan sering terjadi biasanya di tempat yang bekas kuburan, atau dekat kuburan, karena nuansa mistis bisa menjadi condtioning event atau keadaan yang mengkondisikan terjadinya kesurupan.‎

8. para guru jangan bersikap tahayul dan khurafat misalnya dengan mendatangkan ahli pengusir jin karena itu bukannya menghilangkan jin malah lingkungan sekolah menjadi tersugesti untuk kembali ke jaman animisme yaitu mempercayai Jin dan sebangsanya yang pada akhirnya akan melemahkan tauhid dan akibatnya adalah munculnya kesurupan.‎

Kesurupan merupakan reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang disebabkan oleh tekanan fisik maupun mental (berlebihan). Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Reaksi disosiasi dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan histeria massal.‎

Kesurupan hannya terjadi pada diri orang yang memiliki jiwa yang lemah, sehingga ketika mendapat tekanan tidak mampu untuk mengatasinya. Orang yang lemah dari segi jiwa atau mental melepaskan ketidak berdayaanya dengan tanpa disadarinya masuk ke dalam bawah sadarnya. Ketika berada dalam wilayah bawah sadarnya tersebut terjadilah letupan-letupan emosinya yang tertahan selama ini. ketika hal itu terjadi, diiringi dengan daya kekuatan yang lahir dari dorongan kejiwaannya. Dia meronta dan melabrak orang disekelilinginya. Saat ini yang terjadi adalah dia berada dalam alam bawah sadar.
Dengan demikian dipahami bahwa kesurupan merupakan sebab dari lemahnya jiwa seseorang dalam menghadapi realitas social. Menurut penulis kesurupan yang marak terjadi bukanlah akibat diri seseorang dirasuki oleh jin. Namun justru karena adanya letupan emosi bawah sadarnya.‎

Kesurupan jangan dipelihara. Bagaimanapun ini merupakan masalah kejiwaan. Oleh karenanya solusi bagi masalah ini adalah bagaimana kita menciptakan jiwa yang sehat. Dengan kondisi yang sehat dan tenang akan membuat diri seseorang memiliki ketahanan di dalam menghadapi kerasnya hidup ini. Jiwa yang tenang hanya akan didapat dari ajaran-ajaran agama. Pengamalan ajaran agama akan menjauhkan seseorang dari keputus asaan.

Penjelasan Tentang Fenomena Kesurupan


Agama Islam adalah agama yang sempurna dalam menjelaskan antara hubungan antara sesama makhluk dan bagaimana mereka saling beriteraksi dalam kehidupan ini.

Pada kesempatan kali ini kita akan berbincang seputar hubungan antara bangsa manusia dengan alam jin ditinjau dari sisi sudut pandang Akidah Islam.

AL-QUR’AN DAN HADITS, SUMBER MEMAHAMI PERKARA GAIB
Dalam berbagai kasus, kita menyaksikkan sekian keanehan antara hubungan dua alam tersebut yang menimbulkan seribu tanda tanya dalam benak kita. Akan tetapi, sedikit di antara kita yang mencoba mencari jawabannya melalui berita terpercaya dan akurat. Sumber yang akurat dan terpercaya dalam memberikan jawaban dalam hal ini hanyalah wahyu yaitu al-Qur`ân dan Sunnah yang shahîhah. Sebab, perkara tesebut adalah perkara gaib yang tidak dapat uji secara empiris di laboratorium produk manusia.

Di antara bukti keimanan seseorang adalah meyakini berita perkara-perkara ghaib yang diwahyukan Allâh k kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun Hadits yang shahih. Itu merupakan sifat-sifat orang beriman yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya:
‎‎
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

Kitab (al-Qur`ân) itu tiada keraguan dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang beriman dengan yang gaib”. [al-Baqarah/2:2-3].

Di antara perkara gaib yang diceritakan dalam al-Qur`ân dan Sunnah yang shahîhah adalah tentang keberadaan makhluk gaib seperti Jin dan Malaikat. Allâh Azza wa Jalla menceritakan tentang asal-muasal penciptaan kedua jenis makhluk tersebut dan sifat mereka masing-masing. Kedua alam tersebut memilki kekhususan sendiri-sendiri, meskipun ada sisi kesamaan dalam beberapa hal. Di antara sisi persamaan mereka adalah mereka makhluk halus yang tidak dapat kita lihat dengan alat indera kita dalam bentuk mereka yang asli. Kecuali ketika mereka menjelma atau mereka diizinkan Allâh Azza wa Jalla untuk memperlihatkan diri mereka kepada siapa yang diizinkan Allâh Azza wa Jalla . Akan tetapi, kesempatan ini tidak untuk semua orang.

Atas dasar aspek inilah kedua alam tersebut masuk kategori makhluk gaib atau alam gaib. Perlu dijelaskan pula di sini bahwa alam gaib tidaklah terbatas pada dua alam ini saja. Namun, masih ada alam-alam gaib lain seperti alam barzakh, alam arwah, alam akhirat dengan segala peristiwa yang terjadi padanya, termasuk surga dan neraka.

KLASIFIKASI PERKARA GAIB
Kemudian perkara gaib itu ada dua macam; gaib mutlak dan gaib nisbi; gaib mutlak adalah perkara gaib yang hanya diketahui oleh Allâh Azza wa Jalla semata. Adapun gaib nisbi adalah perkara yang dapat diketahui oleh sebagian makhluk. Maka alam Jin dan Malaikat termasuk pada bagian kedua yaitu gaib nisbi, karena sebagian malaikat ada yang dapat dilihat oleh sebagian nabi dan rasul, baik dalam bentuk jelmaan menjadi manusia maupun dalam bentuk asli mereka. Sebagaimana Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Malaikat Jibril dalam bentuk yang asli dua kali.

Dalam hadits riwayat Ummul Mukminiin ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا هُوَ جِبْرِيلُ لَمْ أَرَهُ عَلَى صُورَتِهِ الَّتِى خُلِقَ عَلَيْهَا غَيْرَ هَاتَيْنِ الْمَرَّتَيْنِ

Sesungguhnya dia adalah Jibril aku tidak melihatnya dalam bentuk aslinya selain hanya dua kali saja [Shahîh al-Bukhâri 1/110 (457) dan Shahîh Muslim 4/1840 (4574)] .‎

Demikian pula sebagian Sahabat pernah melihat jin dalam bentuk yang asli, sebagaimana diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, bahwa ia pernah melihat jin dalam bentuk yang aslinya.

عَنْ أُبَيٍّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّهُ كَانَ لََهُ جُرْنٌ فِيهِ تمَْرٌفَوَجَدَهُ يَنْقُصُ فَحَرَسَهُ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَإِذَا دَابَّةٌ شِبْهُ الْغُلامِ المْحُتلَِمِ قَالَ فَسَلَّمْتُ فَرَدَ السَّلامَ فَقُلتُ : مَا أَنْتَ أَجِنِّيٌ أَمْ إنِْسِيٌ ؟ قَالَ : لاَ بَلْ جِنِّيٌ قُلْتُ نَاوِلْنِي يَدَكَ قَالَ فَنَاوَلَهُ يَدَهُ فَإِذَا يَد ُكَلْبِ وَشَعْرُه كَلْبِ قَالَ لَهُ أُبَيٌّ أَ هَكَذَا خَلْقُ الْجِنِّ قَال قَدْ عَلِمْتَ الْجِنُّ مَا فِيْهِمْ أَشَدُّ مِنِّى قَالَ: فَمَا جَاءَ بِكَ ؟ قَالَ بَلَغْناَ أَنَّكَ رَجُلٌ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ فَأَحْبَبْنَاأَنْ نُصِيْبَ مِنْ طَعَامِكَ قاَلَ فَقَالَ لَهُ :فَمَا يُنْجِيْنَا مِنْكُمْ؟ قَالَ: هَذِهِ الآيَةُ فِي سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ { الله ُلا إله إلا هو الحي القيوم } مَنْ قَالهَاَ حِيْنَ يمُمْسِى أُجِيْرَ مِنَّا حَتىَّ يُصْبِحَ وَمَنْ قَالهَاَ حِيْنَ يُصبِحُ أُجِيْر َمِنَّا حَتىَّ يُمْسِيَ فَلَمَا أَصْبَحَ أَتَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ لَهُ ذَلِكُ فَقَالَ صَدَقَ الْخَبِيثُ

Dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa ia mempunyai satu bejana berisi kurma, namun selalu berkurang. Pada suatu malam, ia mencoba menjaganya. Tiba-tiba muncul seekor binatang sebesar anak remaja. Maka, ia memberi salam kepadanya, lalu bintang tersebut menjawab salamnya. Ubay bertanya, “Siapa kamu? Jin atau manusia?”. “Bukan manusia, akan tetapi jin”, jawabnya. Ubay berkata, “Coba perlihatkan tanganmu kepadaku!”. Maka ia memperlihatkan tangannya kepada Ubay, tangannya mirip dengan tangan anjing dan berbulu mirip bulu anjing pula. Ubay berkata lagi, “Seperti inikah bentuk ciptaan jin?”. Ia menjawab, “Sesungguhnya para jin tahu bahwa di tengah-tengah mereka ada yang lebih mengerikan daripada aku”. Ubay bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”. Jin menjawab, “Kami mendengar bahwa kamu orang yang suka bersedekah, kami ke sini karena ingin mendapat bagian dari makananmu”. Ubay bertanya, “Apa yang dapat menjaga kami dari gangguan kalian?”. Ia menjawab, “Ayat yang terdapat dalam surat al-Baqarah (Ayat Kursi). Barang siapa yang membacanya di sore hari, maka ia terjaga dari kami sampai pagi hari. Barang siapa yang membacanya di pagi hari, maka ia terjaga dari kami sampai sore hari”. Keesokan hari, Ubay Radhiyallahu anhu mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan perihal tersebut kepadanya. Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Si keji itu telah berkata jujur”[HR. al-Hâkim dalam al-Mustadrak 1/749 (2064), dan ath-Thabrâni dalam al-Mu’jam al-Kabîr 1/201 (541] .‎

Hadits di atas memuat beberapa poin yang berhubungan dengan pembahasan kita:

1. Bahwa jin itu memiliki wujud nyata, bukan gambaran tentang nilai-nilai negatif yang ada dalam diri manusia sebagaimana pandangan orang-orang ahli filsafat dan orang yang mengikuti mereka dari kalangan intelektual. Buktinya, dalam kisah di atas jin memiliki bentuk dan punya kebutuhan biologis.

2. Bahwa jin itu memiliki kebutuhan biologis seperti manusia, di antaranya kebutuhan untuk makan. Dasarnya, dalam kisah di atas jin mengambil buah kurma milik Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu. Demikian pula hal ini ditunjukkan kejadian yang dialami Abu Hurairah Radhiyallahu anhu sewaktu ditugasi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga harta zakat, tiba-tiba ada jin yang mencuri dari harta zakat.

3. Bahwa jin itu memiliki bentuk dan rupa yang berbeda-beda, ada yang seperti ular, anjing dan binatang lainnya. Buktinya dalam kisah di atas jin muncul dalam rupa yang mirip anjing. Dalam kisah lain, seorang Sahabat yang ingin turut serta berperang bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu ia pulang sejenak sebelum berangkat perang. Ia mendapati sang istri berdiri di pintu dan memberi tahu kepadanya bahwa di kamar ada seekor ular besar. Serta merta Sahabat tersebut langsung membunuhnya, akan tetapi ia dan jin yang menjelma ular itu pun mati di tempat.

4. Bahwa manusia bisa berbicara dengan jin dan sebaliknya jin dapat mengerti bahasa manusia. Dalam hadits di atas Ubay bercakap-cakap dengan jin. Begitu pula dalam kisah Abu Hurairah Radhiyallahu anhu saat menangkap jin yang mencuri harta zakat.

5. Agar terhindar dari gangguan jin adalah dengan membaca Ayat Kursi pada pagi dan sore hari. Bukan dengan cara meletakkan tulisan Ayat Kursi dalam dompet atau menggantungkannya di mobil, dinding rumah atau di leher anak-anak kecil sebagaimana perbuatan orang-orang yang tertipu oleh jin.

Dalil-dalil yang menunjukkan tentang keberadaan jin dalam al-Qur`ân maupun dalam hadits-hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak sekali tidak mungkin untuk kita sebutkan satu persatu dalam tulisan yang singkat ini. Bahkan salah satu surat dalam al-Qur`an disebut dengan nama Surat al-Jin. Sebagian ulama telah mengumpulkan dalil-dalil tersebut dalam karya ilmiah mereka, seperti Imam Suyuthi rahimahullah dalam kitabnya al-Lu’lu’ Wal Marjan fî Ahkâmil Jânn dan Syaikh ‘Umar Sulaimân al-Asyqar dalam ‘Alam al-Jin wa asy-Syayâthîn dan kitab-kitab ulama yang lain.

Jin memiliki kewajiban yang sama seperti manusia untuk beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . Mereka juga mendapat ganjaran dan balasan atas perbuatan mereka di akhirat kelak. Sebagaimana Allâh Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya tentang kewajiban jin untuk beribadah kepada-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku. [adz-Dzâriyât/51:56].

Maka, jin yang ingkar dan kafir, akan mendapatkan siksaan Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahannam itu kebanyakan dari golongan jin dan manusia. Mereka punya hati, akan tetapi mereka tidak mau memahami dengannya (ayat-ayat Kami), mereka punya mata akan tetapi mereka tidak mau melihat dengannya (ayat-ayat Kami), mereka punya telinga akan tetapi mereka tidak mau mendengar dengannya (ayat-ayat Kami). Mereka bagaikan seperti bintang bahkan mereka lebih sesat, mereka itu adalah orang-orang yang lalai (terhadap peringatan Kami)”. [al-A’râf/7:179].

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa jin diciptakan dari bunga api, sebagaimana dalam sabdanya:

خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari bunga api dan Adam diciptakan dari apa yang diceritakan pada kalian. [HR. Imam Muslim 8/226 (7687)].

Akan tetapi, jin tersebut memiliki keserupaan dengan manusia dalam beberapa sifat dan juga memiliki keserupaan dengan malaikat dalam beberapa sifat. Keserupaan sifat mereka dengan manusia, mereka memiliki kebutuhan biologis seperti manusia, seperti makan, memiliki tempat tinggal dan keturunan. Keserupaan sifat mereka dengan malaikat, mereka tidak dapat kita lihat dengan indera kita dan mereka bisa menjelma seperti manusia. Namun, penjelmaan mereka berbeda dengan penjelmaan malaikat. Jin menjelma dalam bentuk rupa yang buruk atau memiliki cacat dalam salah satu anggota badannya, berbeda dengan malaikat secara umum menjelma dalam bentuk rupa yang sangat baik dan tidak ada cacat pada salah satu anggota badannya, kecuali dalam keadaan ketika diperintahkan Allâh Azza wa Jalla untuk menguji anak adam. Seperti dalam kisah tiga orang Bani Israil; orang pertama mengidap penyakit kusta, orang yang kedua berkepala botak tidak memiliki rambut sedikit pun dan orang yang ketiga buta tidak bisa melihat. Setelah mereka sembuh dari penyakit mereka dan masing-masing memiliki harta yang berlimpah, Allâh Azza wa Jalla menyuruh malaikat untuk menguji mereka apakah mereka bersyukur atau tidak? Malaikat datang kepada masing-masing mereka dalam bentuk fisik yang sama semasa mereka mengidap penyakit. Kisah tersebut dalam Shahîh al-Bukhâri 3/1276 (3277) dan Shahîh Muslim 8/213 (7620).
Dalam bahasan ini, kita hanya akan membahas tentang hal yang berhubungan dengan jin secara khusus, yaitu masalah kesurupan atau masuknya jin ke dalam tubuh manusia. Sering kita dengar dalam ungkapan masyarakat ketika melihat orang kesurupan bahwa ia kemasukan jin. Atau orang yang marah berlebihan dikatakan ia bagaikan kemasukkan setan.

Perihal tentang mungkinya jin masuk ke dalam tubuh manusia merupakan salah satu sisi perbedaan antara jin dengan malaikat. Hal ini sudah menjadi bahan perdebatan sejak dulu antara Ulama Ahlussunnah dengan para pengikut aliran Mu’tazilah yang bermadzhab rasionalisme.

Dalil-dalil yang menunjukkan tentang mungkinnya jin masuk kedalam tubuh manusia serta dapat mempengaruhi perasaan dan pikirannya.

Berikut ini kita sebutkan beberapa dalil yang dikemukakan oleh para ulama Ahlussunnah tentang kemungkinan jin masuk ke dalam tubuh manusia.

1. Firman Allâh Azza wa Jalla :

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

Orang-orang yang memakan harta riba itu, mereka tidak berdiri (dari kubur mereka) kecuali seperti orang yang kerupan kemasukan setan. [al-Baqarah/2:275].

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Mereka tidak berdiri dari kubur mereka pada Hari Kiamat melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan”.

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Dalam ayat tersebut terdapat dalil yang menunjukkan tentang kekeliruan pendapat orang yang mengingkari kesurupan karena jin, mengira bahwa hal itu gejala alam semata, bahwa setan tidak berjalan dalam tubuh manusia dan tidak ada kesurupan karena setan”.

2. Dan sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ

Sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah[HR. al-Bukhâri 3/1195 (3107) dan Muslim 7/8 (5808)] .‎

Al-Qâdhi ‘Iyâdh rahimahullah berkata: “Hadits tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa Allâh Azza wa Jalla memberikan kekuatan dan kemampuan kepada setan untuk berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah”.

3. Imam Ibnu Baththah rahimahullah dalam kitab monumentalnya al-Ibânah:

“الْبَابُ الْخَامِسُ بَابُ الإِيْمَانُ بِأَنَّ الشَّيْطَانَ مَخْلُوْقٌ مُسَلَّطٌ عَلَى بَنِي آدَمَ يَجْرِيْ مِنْهُمْ مَجْرَى الدَّمَ إِلاَّ مَنْ عَصَمَهُ اللهُ مِنْهُ . وَمَنْ أَنْكَرَ ذَلِكَ فَهُوَ مِنَ الْفِرَقِ الْهَالِكَةِ”.

“Bab yang kelima belas; Bab beriman bahwa sesungguhnya setan itu diciptakan untuk mempengaruhi anak Adam. Ia berjalan dalam tubuh mereka sepanjang aliran darah, kecuali orang yang dijaga oleh Allâh Azza wa Jalla dari gangguannya. Barang siapa yang mengingkari hal itu maka ia termasuk dari kelompok-kelompok yang binasa”.

kesurupan, dengan jin masuk ke tubuh manusia adalah kejadian yang hakiki, kenyataan dan bukan khayalan.

Abdullah bin Imam Ahmad pernah bertanya kepada ayahnya,

إنَّ قَوْمًا يَزْعُمُونَ أَنَّ الْجِنِّيَّ لَا يَدْخُلُ فِي بَدَنِ الْإِنْسِيِّ

“Sesungguhnya ada beberapa orang yang berpendapat, bahwa jin tidak bisa masuk ke badan manusia.”

Imam Ahmad menjawab,

يَا بُنَيَّ يَكْذِبُونَ هُوَ ذَا يَتَكَلَّمُ عَلَى لِسَانِهِ

“Wahai anakku, mereka dusta. Jin itulah yang berbicara dengan lisan orang yang dirasuki.”

Setelah membawakan keterangan ini, Syaikhul Islam memberi komentar,

وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ أَمْرٌ مَشْهُورٌ فَإِنَّهُ يَصْرَعُ الرَّجُلَ فَيَتَكَلَّمُ بِلِسَانٍ لَا يَعْرِف مَعْنَاهُ وَيُضْرَبُ عَلَى بَدَنِهِ ضَرْبًا عَظِيمًا لَوْ ضُرِبَ بِهِ جَمَلٌ لَأَثَّرَ بِهِ أَثَرًا عَظِيمًا. وَالْمَصْرُوعُ مَعَ هَذَا لَا يُحِسُّ بِالضَّرْبِ وَلَا بِالْكَلَامِ الَّذِي يَقُولُهُ

“Apa yang disampaikan Imam Ahmad adalah masalah yang terkenal di masyarakat. Orang yang kerasukan berbicara dengan bahasa yang tidak bisa dipahami maknanya. Terkadang dia dipukul sangat keras, andaikan dipukulkan ke onta, pasti akan menimbulkan sakit. Meskipun demikian, orang yang kesurupan tidak merasakan pukulan dan tidak menyadari ucapan yang dia sampaikan.”

Beliau juga menegaskan,

ومن شاهدها أفادته علماً ضرورياً بأن الناطق على لسان الإنس ، والمحرك لهذه الأجسام جنس آخر غير الإنسان

Orang yang menyaksikan kejadian kesurupan, dia akan mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan bahwa yang bicara dengan lidah manusia dan yang menggerakkan badannya adalah makhluk lain, selain manusia (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).

Jika ada yang bertanya bagaimana cara jin masuk ke dalam tubuh manusia? Apa mungkin tubuh masuk ke dalam tubuh (lainnya)? Maka jawabanya, hal itu sangat mungkin menurut akal, bahkan ada contoh-contoh nyata dalam alam ini. Seperti air mengalir dalam batang dan urat tumbuhan, air dan makanan yang mengalir dalam tubuh manusia, dan arus listrik mengalir melalu kabel. Demikian pula setan mengalir dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah.

Apa Saja Jenis Jin Yang Suka Masuk Ke Tubuh Manusia?‎

Jenis-jenis jin yang biasa masuk ke tubuh manusia:

(1). Jin pembantu tukang sihir. Ia masuk ke tubuh manusia atas perintah tukang sihir untuk menyakiti seseorang. Jin tersebut bekerja sama dengan tukang sihir atau dukun yang telah mempersembahkan kepada jin tersebut sesuatu dari bentuk ibadah.

(2). Jin yang suka pada seseorang. Yakni, jin yang tertarik kepada seseorang karena kecantikannya atau ketampanannya. Oleh sebab itu, ketika membuka pakaian atau tatkala masuk kamar mandi dan WC, kita dianjurkan membaca doa-doa yang telah diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

(3). Jin nakal yang suka menggangu manusia. Jin juga ada yang bersifat suka mengganggu dan menyakiti seperti sebagian manusia suka mengganggu sesama. Alasan mengganggu bermacam-macam, misalnya alasan manusia mengganggu manusia lain. Bisa jadi karena beda keyakinan, kedengkian, atau hawa nafsu jahat lainnya.‎

(4). Jin yang ingin balas dendam terhadap seseorang yang dengan tidak sengaja pernah menyakiti jin tersebut atau salah seorang dari kerabatnya.

Masuknya Jin Ke Tubuh Manusia Ada Dalam Dua Bentuk:
Pertama: Masuknya jin ke dalam tubuh seseorang di luar kehendak orang tersebut. Hal ini terjadi melalui dua cara; adakalanya atas kehendak jin itu sendiri dan adakalanya dimasukkan orang lain dengan cara sihir.

Kedua: Atas kehendak orang tersebut dengan cara melakukan hal-hal yang dapat mengundang jin agar mau masuk ke dalam tubuhnya atau ke dalam tubuh orang lain. Hal ini biasanya dilakukan oleh tukang sihir dan orang yang menggunakan tenaga jin dalam ilmu beladiri atau silat.

Lalu Bagaimanakah Hukum Masing-Masing Kondisi Di Atas Ditinjau Dari Sisi Akidah Islam?

1. Hukum masuknya jin ke dalam tubuh seseorang di luar keinginannya. Akan tetapi, atas kemauan dari jin itu sendiri atau atas perintah orang lain seperti tukang sihir dan semisalnya. Maka, pada kondisi ini orang yang dimasuki jin tidak berdosa karena ia dizhalimi dan disakiti, bahkan ia akan diberi pahala oleh Allâh Azza wa Jalla atas kesabarannya. Namun, bukan berarti ia dilarang untuk berusaha mengusir jin tersebut dari dalam dirinya.

Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits:

إنَّ الْمَرْأَةَ السَّوْدَاءَ أَتَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وقَالَتْ إِنِّى أُصْرَعُ وَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِى. قَالَ « إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ. قَالَتْ أَصْبِرُ. قَالَتْ فَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ. فَدَعَا لَهَا.

Seorang wanita mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan ia berkata: “Sesungguhnya aku sering kerasukan dan auratku terbuka, maka tolong berdoa kepada Allâh untukku!” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika kamu bersabar, maka bagimu adalah surga, namun jika engkau tetap berkehendak untuk didoakan, aku akan berdoa pada Allâh agar menyembuhkanmu. Wanita tersebut berkata, “Aku memilih sabar. Namun tolong berdoa kepada Allâh agar auratku tidak terbuka”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuknya.”[HR. al-Bukhâri 5/2140 (5328) dan Muslim 8/16 (6736)] .‎

Sebagian Ulama menjelaskan bahwa penyebab ketidaksadaran sang wanita tersebut adalah karena gangguan jin sebagaimana yang dirajihkan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya yang monumental Fathul Bâri .

2. Hukum mengundang jin agar masuk ke dalam diri sendiri atau memasukkannya ke dalam diri orang lain.
Orang yang berusaha memasukkan jin ke dalam tubuhnya sendiri untuk menambah kekuatan dan ketangkasan adalah diharamkan dalam agama dan dihukum sebagai perbuatan syirik kepada Allâh Azza wa Jalla . Karena, jin tidak akan pernah mau menuruti kemauan orang, sebelum orang tersebut mengabulkan permintaan jin tersebut terlebih dahulu. Dan permintaan jin tersebut tidak akan keluar dari perbuatan bid’ah dan syirik, sebagaimana yang dikenal dalam ilmu persilatan dan ilmu bela diri. Biasanya tempat latihan persilatan tersebut terlebih dahulu dilumuri darah dari sembelihan seekor hewan ternak, kadangkala ayam dan kadangkala kambing atau yang semisalnya. Kemudian dalam gerakan persilatan tersebut, ada gerakan yang merupakan persembahan kepada jin. Biasanya, gerakan itu berada pada awal gerakan dari jurus-jurus silat tersebut. Kemudian selama proses latihan ada kegiatan-kegiatan yang berbau kesyirkan, seperti bersemedi dan lain sebagainya. Setelah menuruti kehendak jin tersebut, barulah ia akan mendapat mantra atau jampi untuk memanggil sang jin tersebut. Kadangkala jin mensyaratkan kepada orang tersebut untuk memakai pakaian tertentu, dengan warna atau model tertentu. Atau jin melarang orang tersebut untuk mandi seumur hidup, atau memakan makanan yang disembelih. Ini adalah sebagian bentuk ketundukan yang dikehendaki oleh jin, dengan tujuan agar orang berpaling dari menaati Allâh Azza wa Jalla .

Atau jin tersebut mengajarkan kepadanya wirid-wirid yang memuat ucapan-ucapan yang berbau kesiyirikan atau mengajarkan tata cara ibadah yang menyelisihi sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti puasa empat puluh hari, atau berdzikir dalam sebuah kelambu yang gelap dan tidak boleh keluar selama empat puluh hari. Yang penting bagi jin tersebut adalah orang tersebut taat kepadanya dan durhaka kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mungkin saja orang tersebut secara lahiriah melaksanakan shalat dan berpenampilan layaknya seorang wali. Akan tetapi, ia tidak menyadari bagaimana ia dijerumuskan oleh jin ke dalam jurang kemusyrikan.

Adapun orang yang mengunakan jin untuk menyakiti orang lain, maka orang ini telah melakukan dua dosa besar;
Pertama: ia telah berbuat kesyrikan kapada Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana telah jelaskan di atas bahwa jin tidak akan memperkanankan permintaannya sebelum orang tersebut taat terlebih dahulu kepada jin tersebut.

Kedua: ia telah berbuat kezhaliman dan kerusakan di muka bumi ini. Karena, dengan perbuatannya tersebut ia telah menyebabkan orang lain menjadi tersiksa dan menderita. Bahkan bisa menimbulkan berbagai macam bentuk kerusakan lain di muka bumi ini, seperti terjadinya perceraian dan pembunuhan yang disebabkan oleh perbuatan sihir yang disebarkan melalui perantara jin.

Oleh sebab itu, banyak sekali dalil yang mengharamlan perbuatan sihir, di antaranya:

Firman Allah:
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ

Dan tidaklah kafir Sulaiman, akan tetapi para setan yang kafir mereka mengajar sihir kepada manusia. [al-Baqarah/2:102].

Ayat di atas menunjukkan tentang hukum mengajarkan sihir dan hal itu merupakan perbuatan setan baik setan dari golongan jin maupun setan dari golongan manusia.

Kemudian Allâh Azza wa Jalla menjelaskan pada lanjutan ayat di atas tentang hukum orang yang mempelajari sihir, bahwa sihir itu tidak membawa manfaat, akan tetapi membawa kemudaratan dalam kehidupan mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di akhirat kelak, mereka tidak akan mendapat bagian sedikit pun dari kebaikan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Mereka mempelajari sesuatu yang membahayakan mereka dan tidak bermanfaat kepada mereka, dan sesungguhnya mereka telah mengetahui bagi orang yang membelinya ia tidak akan memiliki bagian sedikit pun pada akhirat kelak. Dan sungguh amat buruk apa yang mereka beli dengan diri mereka, seandainya mereka itu mengetahui”. [al-Baqarah/2:102].

Perbuatan sihir merupakan salah satu dosa besar yang akan membinasakan pelakunya sebagaimana Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam peringatkan dalam sabdanya:

« اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ

Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan! Beliau ditanya, “Apa saja wahai Rasûlullâh?”. Beliau menjawab, “Berbuat syirik kepada Allâh, sihir, membunuh jiwa yagng diharamkan Allâh kecuali dengan alasan yang haq, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, dan menuduh perempuan-perempuan terhormat berzina dari kalangan kaum wanita mukmin”[HR. al-Bukhâri 3/1017 (2615) dan Muslim 1/64 (272)] .

Bagaimana Caranya Agar Kita Selamat Dari Gangguan Jin?‎

Pertama adalah dengan menghafal Ayat Kursi dan membacanya pada setiap selesai Shalat Fardhu, pagi dan sore hari, serta ketika hendak tidur, sebagaimana telah kita sebutkan pada awal bahasan kita ini tentang kisah Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu .

Termasuk pula membaca dzikir dan doa-doa yang diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai aktifitas, kesempatan dan keadaan. Seperti doa pagi-sore, doa ketka masuk WC, doa ketika membuka baju, doa ketika memasuki daerah baru dsb. Silakan lihat berbagai doa dan dzikir tersebut dalam kitab-kitab doa yang telah ditulis oleh para Ulama kita.

Kedua adalah dengan menghindari sebab-sebab yang mengundang jin untuk berbuat jahat pada kita. Seperti, suka melamun dan kebiasaan-kebiasaan sejenis, serta menjauhi sikap yang berlebihan dalam bergembira, dalam bersedih, atau terlalu marah dan terlalu lapar. Karena pada kondisi-kondisi yang kurang stabil tersebut membuat kita kehilangan konsentrasi sehingga sangat mudah bagi jin untuk masuk mempengaruhi sikap dan perasaan kita.‎

Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ عَرَضَ لِي فَشَّدَ عَلَيَّ لِيَقْطَعَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ فَأَمْكَنَنِيَ اللهُ مِنْهُ فَذَعَتُّهُ وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوْثِقَهُ إِلَى سَارِيَةٍ حَتَّى تُصْبِحُوا فَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ {رَبِّ هَبْ لِيْ مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي}، فَرَدَّهُ اللهُ خَاسِيًا. هَذَا لَفْظُ الْبُخَارِي

“Sesungguhnya setan telah menampakkan diri di hadapanku untuk memutus shalatku. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kekuatan kepadaku untuk menghadapinya (baca: mengalahkannya), sehingga aku dapat mendorongnya dengan kuat. Sungguh, sebenarnya aku ingin mengikatnya di sebuah tiang hingga kalian dapat menontonnya di pagi harinya. Tapi aku teringat akan ucapan saudaraku Nabi Sulaiman ‘alaihissalam: ‘Ya Rabbi, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku’. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina.” Demikianlah lafadz yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari. 

Adapun lafadz Al-Imam Muslim adalah sebagai berikut:

إِنَّ عِفْرِيْتًا مِنَ الْجِنِّ جَعَلَ يَفْتِكُ عَلَيَّ الْبَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَيَّ الصَّلاَةَ وَإِنَّ اللهَ أَمْكَنَنِيْ مِنْهُ فَذَعَتُّهُ فَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ إِلَى جَنْبِ سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوا تَنْظُرُونَ إِلَيْهِ أَجْمَعُونَ أَوْ كُلُّكُمْ ثُمَّ ذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِيْ سُلَيْمَانَ {رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي} فَرَدَّهُ اللهُ خَاسِئًا.

“Sesungguhnya ‘Ifrit dari kalangan jin telah menampakkan diri di hadapanku tadi malam untuk memutus shalatku. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kekuatan kepadaku untuk menghadapinya (baca: mengalahkannya), sehingga aku dapat mendorongnya dengan kuat. Sungguh, sebenarnya aku ingin mengikatnya di salah satu tiang masjid hingga kalian semua dapat menontonnya di pagi harinya. Tapi aku teringat akan ucapan saudaraku Nabi Sulaiman ‘alaihissalam: ‘Ya Rabbi, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku’. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina.”‎

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...