Kamis, 21 Oktober 2021

Geliat Pondok Pesantren Di Pulau Dewata


Tanah Loloan merupakan tempat hidup komunitas Islam yang telah ada di Bali sejak lama. Dikarenakan eksistensinya yang sudah lama di Bali, kampung ini juga mendapatkan julukan kampung kuno.

Keberadaan komunitas Islam di tanah Loloan ini merupakan keturunan dari tanah Melayu (Kuala Trengganu) dan kaum Bugis yang sudah beberapa abad lalu masuk Bali, kemungkinan pada abad 15-16 Masehi, tepat di mana para pedagang Islam berlabuh di Bali dalam rangka berdagang. Komunitas ini hidup di tanah Loloan dengan tetap menggunakan bahasa Melayu dan adat istiadat Melayu dan agama Islam.

Daerah Loloan terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu terdiri atas Loloan Selatan, Timur, dan Barat. Masyarakat setempat biasa menyebut Loloan Selatan dengan sebutan Markesari. Penduduk Markesari umumnya memeluk kepercayaan Hindu, sementara di Loloan Barat penduduknya banyak yang memeluk agama Islam dan non Islam. Loloan Timur dan Barat dibelah oleh sungai yang membentang. Penduduk kawasan Loloan Timur mayoritas memeluk agama Islam. Loloan timur juga masuk wilayah Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Tempat ini berjarak sekitar 25 km dari Pelabuhan Gilimanuk dan berjarak sekitar 84 km dari Kota Denpasar. Penduduk Loloan Timur sebagian besar bekerja sebagai nelayan yang tidak mencari ikan dilaut namun di pengambengan. Pengambengan merupakan sebuah danau kecil yang banyak dihuni oleh ikan, di luar Bali, pengambengan akrab dikenal sebagai rawa.

Di Loloan Timur, berdiri beberapa pesantren seperti Pondok Pesantren Manbaul Ulum. Pendiri pesantren ini ialah Ahmad Dahlan tahun 1935. Umat Islam di daerah Loloan dapat mendirikan tempat ibadah dengan mudah, tidak ada prosedur yang berbelit-belit. Hingga sekarang Loloan terkenal sebagai daerah muslim terbesar di Bali.

Di daerah ini juga ada prasasti yang terbuat dari ukiran kayu dan Al-Qur’an hasil tulisan tangan yang kini disimpan di Majid Jami’Baitul Qadim, di desa Loloan Timur. Anda bisa melihatnya bila berkunjung ke sana. Melihat keberagaman kepercayaan yang dapat bersatu dalam satu wilayah ini membuktikan bahwa kampung ini menjadi replika kecil sebuah budaya multikultur yang sukses berdampingan dengan asas toleransi.

Bagi Anda yang ingin menikmati sejuknya desa Loloan di wilayah Negara, atau ingin menyaksikan ukiran kayu, berbunyi, “Hijrah Nabi S.A.W 1268 tahun Wau (Arab) kepada tahun Ha (Arab) sehari bulan Zulhijah,” berjalan-jalanlah ke Loloan Timur. Untuk bisa memasuki Loloan Timur, tentunya Anda harus masuk dulu ke dalam wilayah Negara, Jembrana, Bali. Dari Pelabuhan Gilimanuk, Anda hanya perlu berjalan melalui Jl. Gilimanuk ke arah selatan mencapai Negara.
Dalam menghadapi era modern seperti sekarang ini kita tidak perlu menutup mata terhadap perkembangan zaman, namun tetap mengedepankan pada pendidikan akidah, syariah dan akhlak. Itulah prinsip yang selalu dipegang pondok pesantren Manba’ul Ulum Dengan dibatasi sebuah sungai yang membentang dan membelah wilayah, di Kabupaten Jembrana, Bali. Tempat yang berada kurang lebih 25 km dari Pelabuhan Gilimanuk dan berjarak sekitar 84 km dari Kota Denpasar itu terdapat Sebuah kawasan penduduk di pulau Bali yang hampir 97 persen penduduknya memeluk agama Islam. Daerah itu adalah Loloan Timur yang masuk wilayah Negara.

Masyarakat Muslim di kawasan Lolohan Timur mendapat perlakukan berbeda dari masyarakat Muslim Bali lainnya. Di wilayah ini, penduduk muslim dengan mudah mendirikan tempat ibadah. Bagi masyarakat Muslim Bali, mendirikan bangunan rumah ibadah seperti mushola, masjid atau pondok pesantren tidaklah mudah. Namun, khusus untuk Lolohan Timur hal itu tidak lagi menjadi masalah. Karena khusus kawasan ini, mendirikan masjid tidak perlu melalui prosedur yang berbelit-belit sebagai mana yang terjadi di daerah lainnya di Pulau bali.

Di Loloan Timur yang dominan Muslim inilah terdapat beberapa pesantren, salah satunya Pondok Pesantren Manba’ul Ulum. Usia pesantren ini tergolong paling tua di Bali. Pondok ini didirikan KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1935 yang asal-usulnya dari Semarang. Pondok ini pernah besar dan santrinya mencapai ribuan orang. Namun sejak terjadi gempa tahun 1976, yang meruntuhkan seluruh bangunan pondok, jumlah santri tersisa hanya beberapa belas orang. Selang beberapa waktu dari peristiwa gempa itu, KH. Ahmad Dahlan wafat. Kemudian tampuk pimpinan pondok diteruskan menantunya, H. Muhammad Zakihar, yang juga suami dari Hj. Nyai Hajar. Putri tertua dari istri ke dua KH. Ahmad Dahlan.

Pada saat ini Pondok Pesantren Manba’ul Ulum berada di bawah naungan Yayasan Madani yang berdiri pada tahun 1980. Selain Pondok Pesantren Manba’ul Ulum, Yayasan Madani ini juga menaungi Pondok Pesantren Darul Ulum dan Nuriz.

Pondok Pesantren Manba’ul Ulum sendiri memiliki beberapa lembaga pendidikan yang diantaranya adalah Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madarasah Aliyah (MA), Tahfidz Al-Qur’an, Play Group. Pesantren Mambaul Ulum juga memiliki fasilitas sebagai sarana penunjang kegiatan pendidikan, antara lain pondok, laboratorium komputer, perpustakaan, gedung olahraga dan fasilitas penunjang lainnya. Pondok pesantren tertua di Bali ini berdiri di atas lahan seluas 20 are yang berasal dari tanah keluarga KH. Ahmad Dahlan, waqaf warga dan bantuan dari Kementrian Agama.

Menurut H. Muhammad Zakihar, pendirian Pondok Pesantren ini bertujuan untuk mencerdaskan generasi Islam yang berilmu dan berakhlak. Sedangkan kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren ini sejak adanya SKB 3 Menteri, dirancang lebih terbuka dengan mengakomodir mata pelajaran ilmu pengetahuan umum. Bagi beliau dalam menghadapi era modern seperti sekarang ini kita tidak perlu menutup mata terhadap perkembangan zaman. Prinsip yang selalu dipegang beliau adalah mempertahankan yang lama dan mengambil yang baru. Sistem pengajaran di Pondok Pesantren ini lebih mengedepankan pada pendidikan akidah, syariah dan akhlak. “Apabila pendidikan Islam tidak dibarengi dengan ketiganya maka akan melahirkan generasi yang tidak bermoral seperti koruptor yang eksis di media massa”.

Pondok pesantren ini memiliki sekitar 100 santri dan 20 pengajar. Santri yang tinggal di pondok sekitar 30 persen dan sisanya tinggal di kawasan sekitar. Menurut pengurus pesantren ini, tantangan dalam mengelola Pondok Pesantren di Bali adalah minimnya akses informasi yang menyebabkan masyarakat Muslim Bali kurang mengetahui keberadaan Pondok Pesantren di Bali, sehingga banyak masyarakat Muslim Bali yang lebih memilih memondokkan anakanak mereka di Jawa. Dalam hal mendidik santri, tantangan yang paling berat adalah mensinergikan pemikiran antara pengasuh pondok dengan wali santri. Seorang wali santri ketika mempercayakan pendidikan anaknya ke pondok pesantren tidak hanya menitipkan anaknya saja, tetapi harus ada tanggung jawab bersama antara pengasuh pondok pesantren dengan wali santri dalam memberikan contoh yang baik terhadap santri. “Dengan adanya sinergi tersebut secara tidak langsung santri akan menjadi lebih baik”,

Berikut Nama-Nama Pondok Pesantren Di Bali
1 Kabupaten / Kota Jembrana
1.1 Pondok Pesantren PP. Bahrul Ulum, Jembrana
1.2 Pondok Pesantren PP. Daarussalam, Jembrana
1.3 Pondok Pesantren PP. Miftahul Ulum, Jembrana
1.4 Pondok Pesantren PP. Raudlatul Jannah, Jembrana
1.5 Pondok Pesantren PP. Riyadlus Sholihin, Jembrana
1.6 Pondok Pesantren PP. Roudlotussalam, Jembrana
1.7 Pondok Pesantren PP. Thariqul Mahfudz, Jembrana
1.8 Pondok Pesantren PP. Yatama Al Masyhur, Jembrana
1.9 Pondok Pesantren PP. Al Hikam, Jembrana
1.10 Pondok Pesantren PP. Al Mustaqim, Jembrana
1.11 Pondok Pesantren PP. Al Hidayah, Jembrana
1.12 Pondok Pesantren PP. Al Hikmah, Jembrana
1.13 Pondok Pesantren PP. Anwarut Tullab, Jembrana
1.14 Pondok Pesantren PP. Assiddiqqiyah, Jembrana
1.15 Pondok Pesantren PP. Baitussalihin, Jembrana
1.16 Pondok Pesantren PP. Darul Ulum, Jembrana
1.17 Pondok Pesantren PP. Darus Sholihin, Jembrana
1.18 Pondok Pesantren PP. Darussalam, Jembrana
1.19 Pondok Pesantren PP. Darussalam, Jembrana
1.20 Pondok Pesantren PP. Darut Ta'lim, Jembrana
1.21 Pondok Pesantren PP. Hidayatus Sibyan, Jembrana
1.22 Pondok Pesantren PP. Jamiatul Banin, Jembrana
1.23 Pondok Pesantren PP. Manbaul Ulum, Jembrana
1.24 Pondok Pesantren PP. Miftahul Hikmah, Jembrana
1.25 Pondok Pesantren PP. Miftahul Huda, Jembrana
1.26 Pondok Pesantren PP. Miftahul Ulum, Jembrana
1.27 Pondok Pesantren PP. Nurul Falah, Jembrana
1.28 Pondok Pesantren PP. Nurul Fatah, Jembrana
1.29 Pondok Pesantren PP. Nurul Ihsan, Jembrana
1.30 Pondok Pesantren PP. Nurul Ikhlas, Jembrana
1.31 Pondok Pesantren PP. Nurul Iman, Jembrana
1.32 Pondok Pesantren PP. Syamsul Huda, Jembrana
1.33 Pondok Pesantren PP. Ulumuddin, Jembrana
1.34 Pondok Pesantren PP. Nurul Iman, Jembrana
2 Kabupaten / Kota Tabanan
2.1 Pondok Pesantren PP Bali Bina Insani Tabanan
2.2 Pondok Pesantren PP. Al Amin, Tabanan
2.3 Pondok Pesantren PP. Annur, Tabanan
2.4 Pondok Pesantren PP. Raudhatul Huffadz, Tabanan
2.5 Pondok Pesantren PP. Salafiyah Ar Riyadz, Tabanan
2.6 Pondok Pesantren PP. Salafiyah Al Hidayah, Tabanan
3 Kabupaten / Kota Badung
3.1 Pondok Pesantren PP. Al Hijriyah, Badung‎
3.2 Pondok Pesantren PP. Baitul Amin, Badung
4 Kabupaten / Kota Gianyar
4.1 Pondok Pesantren PP. Al Hidayah, Gianyar
4.2 Pondok Pesantren PP. Darul Hijrah, Gianyar
4.3 Pondok Pesantren PP. Nurul Yaqin, Gianyar
4.4 Pondok Pesantren PP. 17 Agustus, Gianyar
4.5 Pondok Pesantren PP. Nurul Hikmah, Gianyar
5 Kabupaten / Kota Klungkung
5.1 Pondok Pesantren PP. Al- Fatah, Klungkung
5.2 Pondok Pesantren PP. Nurul Huda, Klungkung
5.3 Pondok Pesantren PP. Tarbiyyatul Athfal, Klungkung
5.4 Pondok Pesantren PP. Bahrul Ulum, Klungkung
6 Kabupaten / Kota Karangasem
6.1 Pondok Pesantren PP. Al Muhajirin, Karangasem
6.2 Pondok Pesantren PP. Amal Mukhlishin, Karangasem
6.3 Pondok Pesantren PP. Attaqwiim, Karangasem
6.4 Pondok Pesantren PP. Darudda'wah Wat Tarbiyah, Karangasem
6.5 Pondok Pesantren PP. Imaduddin, Karangasem
6.6 Pondok Pesantren PP. Nurul Huda, Karangasem
6.7 Pondok Pesantren PP. Silaturrahmi, Karangasem
6.8 Pondok Pesantren PP. Al Ghani, Karangasem
6.9 Pondok Pesantren PP. Murafiun, Karangasem
6.10 Pondok Pesantren PP. Raudlatul Jannah, Karangasem
6.11 Pondok Pesantren PP. TPA Ar Rahmah, Karangasem
6.12 Pondok Pesantren PP. Tarbiyatul Atfal Attaubah, Karangasem
7 Kabupaten / Kota Buleleng
7.1 Pondok Pesantren PP. Al Ikhlash, Buleleng
7.2 Pondok Pesantren PP. Al Jihad, Buleleng
7.3 Pondok Pesantren PP. Al Khoiriyah, Buleleng
7.4 Pondok Pesantren PP. Al Musyahadah, Buleleng
7.5 Pondok Pesantren PP. Ar Raudhah, Buleleng
7.6 Pondok Pesantren PP. Bustanul Ulum, Buleleng
7.7 Pondok Pesantren PP. Darul Arifin, Buleleng
7.8 Pondok Pesantren PP. Darul Ulum, Buleleng
7.9 Pondok Pesantren PP. Hidayatul Muhtadin, Buleleng
7.10 Pondok Pesantren PP. Istiqlal, Buleleng
7.11 Pondok Pesantren PP. Nurul Aitam, Buleleng
7.12 Pondok Pesantren PP. Nurul Bilad, Buleleng
7.13 Pondok Pesantren PP. Nurul Ihsan, Buleleng
7.14 Pondok Pesantren PP. Nurul Iman, Buleleng
7.15 Pondok Pesantren PP. Nurul Jadid, Buleleng
7.16 Pondok Pesantren PP. Nurul Rahim, Buleleng
7.17 Pondok Pesantren PP. Nurun Najah, Buleleng
7.18 Pondok Pesantren PP. Nurus Salam, Buleleng
7.19 Pondok Pesantren PP. Putri Ulumul Falah, Buleleng
7.20 Pondok Pesantren PP. Syamsul Huda, Buleleng
7.21 Pondok Pesantren PP. TPI Assidiwiyah, Buleleng
7.22 Pondok Pesantren PP. Nur Jannah, Buleleng
7.23 Pondok Pesantren PP. Nurul Iman, Buleleng
7.24 Pondok Pesantren PP. Al Falah, Buleleng
7.25 Pondok Pesantren PP. Al Iman, Buleleng
7.26 Pondok Pesantren PP. At Thawalib, Buleleng
7.27 Pondok Pesantren PP. Ihya 'Ulumuddin, Buleleng
7.28 Pondok Pesantren PP. Miftahul Ulum, Buleleng
7.29 Pondok Pesantren PP. Riyadul Jannah, Buleleng
7.30 Pondok Pesantren PP. Syamsul Huda, Buleleng
7.31 Pondok Pesantren PP. Talimul Quran, Buleleng
7.32 Pondok Pesantren PP. Al Khoirot, Buleleng
7.33 Pondok Pesantren PP. Al Quran Nurus Sya'adah, Buleleng
7.34 Pondok Pesantren PP. Baitul Amal, Buleleng
7.35 Pondok Pesantren PP. Darus Salam, Buleleng
8 Kabupaten / Kota Kota Denpasar
8.1 Pondok Pesantren PP. Darun Najah, Kota Denpasar
8.2 Pondok Pesantren PP. Hidayatullah, Kota Denpasar
8.3 Pondok Pesantren PP. Darunnajah Al Mas'udiyah, Kota Denpasar
8.4 Pondok Pesantren PP. Muhammadiyah Denpasar, Kota Denpasar
9 Kabupaten / Kota Kota Denpasar‎
9.1 Pondok Pesantren PP. Nurul Wathani, Kota Denpasar
10 Kabupaten / Kota Kota Denpasar
10.1 Pondok Pesantren PP. Tunas bangsa, Kota Denpasar

Ponpes Al-Khoirot Malang


Pondok Pesantren Al-Khoirot Malangatau PPA Malang adalah salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang ada sejak lama. Lembaga ini didirikan pada tahun 1963, di desa Karangsuko, kecamatan Pagelaran (dulu, Gondanglegi), kabupaten Malang, Jawa Timur. Kampus Pondok Pesantren Al-Khoirot terletak di antara jalan raya Kepanjen-Gondanglegi di atas areal tanah seluas kurang lebih 2.5 hektare. Santri yang belajar di PPA Malang terdiri dari putra dan putri dengan usia antara 12 sampai 30 tahun. Santri PPA Malang berasal dari berbagai daerah seluruh Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua. Bahkan, ada juga santri yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia dan Afrika Selatan.

Pondok Pesantren Al-Khoirot (Alkhoirot) Karangsuko Pagelaran adalah Pondok Pesantren yang memiliki visi untuk mencetak generasi muda yang berkualitas di bidang ilmu agama, ilmu umum, dan berkepribadian akhlakul karimah. Yaitu pribadi yang memiliki hubungan berkualitas dengan Allah (hablun minalllah), dengan sesama manusia (hablun minannas), mengamlkan syariah Islam, menjunjung tinggi nilai-nilai universal dan menghormati etika lokal.

Misi dari Ponpes Al-Khoirot adalah memberikan kesempatan akses pendidikan berkualitas kepada seluruh generasi muda Islam tanpa memandang latar belakang ekonomi dan strata sosial. Di Pondok Pesantren Al-Khoirot kemiskinan bukan menjadi penghambat untuk belajar dan menjadi pintar. Karena itu, biaya pendidikan di PPA ditekan sedemikian rupa sehingga semua pelajar dari level ekonomi paling rendah sekalipun dapat belajar di Pesantren Al-Khoirot.

PROFIL SINGKAT

Pondok Pesantren Al-Khoirot (PPA) merupakan sebuah ponpes salaf dan modern yang berlokasi di Jl. KH. Syuhud Zayyadi 01 Karangsuko Pagelaran (Gondanglegi), Malang 65174 Jawa Timur. Didirikan oleh KH. Syuhud Zayyadi pada tahun 1963, PPA Malang menjadi salah satu pesantren tertua di Malang Raya bahkan di Jawa Timur. PPA Malang adalah pesantren yang secara kultural berafiliasi ke NU (Nahdlatul Ulama), sedang secara politis bebas aktif dan nonpartisan. Ponpes Al-Khoirot Malang juga tidak ada hubungan dan kaitan organisasi dengan Pondok Pesantren Al-Khairaat Palu, Sulawesi atau pesantren lainnya dengan nama yang serupa.

PPA Malang didirikan oleh Kyai Haji (KH) Syuhud Zayyadi. Lembaga ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Al-Khoirot, KH. Syuhud Zayyadi mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga dan tetangga dekat. Untuk santri putri, kepemimpinan dipegang oleh istrinya Ny. Hj. Masluhah Muzakki. Desa Karangsuko dipilih setelah melalui proses konsultasi spiritual dengan seorang ulama Madura bernama KH. Baqir bin Abdul Majid.

KH. Syuhud Zayyadi mengasuh pondok ini kira-kira selama 30 tahun yakni sejak awal berdirinya pada 1963 sampai wafatnya pada1993. Sementara Ny. Hj. Masluhah Muzakki memegang tampuk kepemimpinan pondok putri selama 33 tahun yaitu sejak pertama kali didirikan pada 1964 sampai meninggal pada 1997.

Kepengasuhan pondok pesantren putra selanjutnya dipegang oleh menantunya, KH. Zainal Ali Suyuthi dari tahun 1993 sampai wafatnya pada tahun 2011. Kepemimpinan KH. Zainal Ali Suyuthi dibantu oleh saudara-saudaranya yaitu Ahmad Fatih, kH. Ja'far Sodiq, KH. Muhammad Hamidurroham dan KH. Muhammad Humaidi. Adapun Sepeninggal Ny. Hj. Masluha Muzakki, kepemimpinan pondok putri kemudian diteruskan oleh Ny. Hj. Luthfiyah Syuhud yang tak lain adalah putri ketiga dari pendiri pesantren. Kepemimpinan Ny. Hj. Luthfiyah Syuhud dibantu oleh keempat saudara iparnya yaitu Ny.Hj. Juwairiyah Arifin, Ny. Lutfiyah Karim, Ny. Husnia Khoirotus Sa'adah, dan Ny. Malikatun Nufus Baidlowi.

Sejak meninggalnya KH. Zainal Ali Suyuthi pada April 2011, kepemimpinan pesantren putra dilanjutkan oleh empat bersaudara yang merupakan putra dari KH. Syuhud Zayadi. Mereka adalah Ahmad Fatih, KH. Ja'far Sodiq, KH. M. Hamidurrohman, dan M. Humaidi dibantu oleh Ahmad Faisol yang merupakan putra kedua dari KH. Zainal Ali Suyuthi.

Biodata singkat PPA Malang:

Nama: Pondok Pesantren Al-Khoirot
Tahun berdiri: 1963
Pendiri: KH. Syuhud Zayyadi
Tipe: Kombinasi salaf dan modern
Akidah: Ahlussunnah wal Jamaah
Fikih: Madzhab Syafi’i
Fikrah: Asy’ariyah
Afiliasi kultural: NU
Politik: Bebas Aktif
Lokasi dan alamat pos: Jalan Kyai Syuhud No. 01 Karangsuko, Pagelaran, Malang 65174 Jawa Timur
Email: info@alkhoirot.com atau alkhoirot@gmail.com
Telp./Fax.: 0341-879830
Website: www.alkhoirot.com
NSPP (Nomor Statistik Pesantren): 512-350-736-525
Sistem pendidikan antara tahun 1963 – 2008: Salaf atau Salafiyah murni
Sistem pendidikan sejak tahun 2009 dan seterusnya: Kombinasi Salaf Modern

PENGAJIAN KITAB KUNING

Pengajian Kitab Kuning yang disebut juga dengan kitab turots, kitab gundul atau kitab klasik adalah salah satu aktifitas rutin yang harus diikuti oleh seluruh santri Al-Khoirot. Ciri khas ini menjadikan pesantren Al-Khoirot memiliki ciri khas sebagai pesantren salaf.

Sebagai pesantren yang berlandaskan Ahlussunnah Wal Jamaah, kitab-kitab yang dikaji disesuaikan prinsip tersebut. Kgiatan belajar mengajar kitab kuning memakai sistem sorogan (santri yang membaca pada kyai) dan siste wethonan atau bandongan (kyai membaca santri mendengarkan).

Pengajian kitab harian yang dibaca oleh pengasuh/pimpinan Pesantren setiap pagi adalah sebagai berikut:

. Tafsir Jalalain . Hadits Sahih Bukhari . Al-Umm Syafi’i . Muhadzab . Fathul Wahhab . Iqna’ . Syarh Ibnu Aqil . Minhajul Abidin . Faraidul Bahiyyah . Al Tahdzib. Baca: Kitab Kuning
PENDIDIKAN FORMAL

Pondok Pesantren Al-Khoirot memiliki 2 (dua) pendidikan formal tinggal SLTP dan SLTA yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Khoirot dan Madrasah Aliyah (MA) Al-Khoirot.

Perlu dicatat bahwa pendidikan formal yang ada di PPA hanya dapat diikuti oleh santri Al-Khoirot. Artinya, agar diterima di MTS dan MA Al-Khoirot, pelajar yang bersangkutan harus terdaftar sebagai santri PPA.

Baca detail:
– Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al-Khoirot
– Madrasah Aliyah (MA) Al-Khoirot
MADRASAH DINIYAH (MADIN)

Madrasah Diniyah atau Madin Al-Khoirot adalah sekolah khusus agama yang menjadi bagian integral dari sistem di Pondok Pesantren Al-Khoirot. Sistem kelas dalam Madin ini terdiri dari I’dad (persiapan), Ula I, Ula II, Wustho I, Wustho II, Ulya I dan Ulya II, dan Ma’had Aly

Program Madin adalah program yang wajib diikuti oleh seluruh santri. Jadi, PPA memiliki 3 (tiga) program yang wajib diikuti yaitu Pengajian Kitab Kuning, Pendidikan Formal dan Madrasah Diniyah. Baca: Madrasah Diniyah Al-Khoirot
TAHFIDZ AL-QUR’AN (MENGHAFAL QURAN)

Tahfidzul Quran adalah program yang baru diperkenalkan pada tahun 2012. Program yang berada di bawah koordinasi KH. M. Hamidurroham ini tidak wajib diikuti oleh santri. Namun menjadi salah satu program yang memiliki banyak peminat sejak pertama kali diadakan. Baca detail: Tahfidz Al-Quran‎

MA’HAD ALY

Ma’had Aly adalah program anyar yang baru diperkenalkan pada bulan November 2012. Program ini khusus diperuntukkan bagi santri yang sudah mencapai tingkat advanced. Santri dari luar dapat langsung mengikuti program ini apabila lulus dalam tes masuk.

Ma’had Aly bertujuan untuk mencetak santri yang mampu dan memenuhi syarat untuk menjadi seorang mujtahid atau minimal mengetahui alur logika seorang mujtahid dalam berijtihad atau intinbath hukum.

Materi yang diajarkan pada tahun pertama ini adalah: . Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni . Ibanah Ahkam Syarh Bulughul Maram . Ihya’ Ulumuddin . Jam’ul Jawamik. Baca detail: – Ma’had Aly Al-Khoirot‎

BAHASA ARAB

Salah satu ciri khas dari pesantren modern adalah kemampuan berbicara bahasa Arab sehari-hari dengan lancar. Sebenarnya
yang dimaksud bahasa Arab itu mencakup percakapan (muhawarah), membaca (qira’ah), mendengar (istima’) dan menulis (kitabah). Namun, orang awam cenderung lebih apresiatif pada kemampuan berbicara bahasa Arab (muhadatsah, speaking) daripada kemampuan bahasa yang lain. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kemampuan berbicara akan lebih tampak dan lebih mengesankan dibanding misalnya dengan kemampuan membaca atau bahkan menulis bahasa Arab.

Di ponpes Al-Khoirot kemampuan bahasa Arab yang lebih mendalam, yakni membaca dan kajian kitab kuning, sudah tercakup dalam program madrasah diniyah danpengajian kitab kuning.


EKSTRA KURIKULER PESANTREN

Program Khitabah wad Da’wah
Bahtsul Masa’il
Mentoring (halaqah, tarbiyah)
Pelatihan kompetensi baca kitab kuning sistem cepat (Amtsilati)

KETERAMPILAN

Sablon
Pangkas rambut
Menjahit
Komputer

FASILITAS

Lab Komputer
Perpustakaan (Sekolah dan Pesantren)
Penerbitan: Pustaka Alkhoirot
Lapangan olahraga
Asrama Putra Putri
Pertokoan
Santri Al-Khoirot Menulis Setiap Minggu

Dalam rangka (a) menyebarkan rahmat cahaya ilmu, (b) meningkatkan semangat berbagi, (c) membiasakan bekerja keras dan menjauhi kemalasan, (d) menjadikan menulis sebagai tradisi salafus-salih (kalangan intelektual muslim terdahulu) yang tidak hanya patut dilestarikan tapi juga ditingkatkan, maka Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang memiliki program “hari menulis” (writing day).

Hari menulis dilakukan setiap hari Senin setiap minggu. Pada saat ini program writing day diwajibkan untuk santri senior yang sudah mengajar di Madrasah Diniyah (Madin) Annasyiatul Jadidah.

PENGABDIAN MASYARAKAT

Pengabdian masyakarat inheren dalam kultur pesantren sejak dulu. Terutama pesantren salaf. Bukan pesantren kalau tanpa ada intereksi harmnois yang menguntungkan masyarakat sekitarnya. Beberapa program pengabdian masyarakat kami antara lain:

1. Di bawah lembaga Alkhoirot Multimedia memberi pelatihan gratis bidang teknologi informasi kepada setiap lembaga pendididikan dan individu.
2. Memberi penyuluhan spiritual dalam bentuk pengajian rutin dan dzikir bersama setiap hari Kamis Malam dan Senin malam.
3. Memberi konsultasi agama Islam secara online melalui internet di alkhoirot.net
3. Di bawah tim Al-Banjari Al-Khoirot menerima undangan untuk membaca shalawat Nabi pada acara-acara tertentu.

SITUS RESMI LEMBAGA

Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang
Ponpes Putri Al-Khoirot Putri Malang
MTs Al-Khoirot Malang
MA Al-Khoirnt Malang
Madrasah Diniyah (Madin) Annasyiatul Jadidah Malang
Buletin Al-Khoirot
Buletin Santri
Buletin Siswa
Buletin El-Ukhuwah
Alkhoirot Multimedia

MEDIA SOSIAL RESMI

Google Plus Fan Page
Facebook Fan Page
Facebook Profile
Twitter
Linkedin Profile
Linkedin Company Profile
Google+ Profile‎

Pesantren Al-Khairaat Pencetak Generasi Ulama' Di Indonesia Timur


Profil dan sejarah singkat ponpes Pondok Pesantren Al-Khairaat (Alkhairaat) Palu Donggala Sulawesi Tengah

Ada sebagian orang mengira bahwa Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang adalah cabang dari Pondok Pesantren Al-Khairaat, Palu, Sulteng. Ha itu tentu saja tidak benar. Dari ejaan namanya saja sudah berbeda: Al-Khoirot dan Al-Khairaat. 

Pesantren Al-Khairaat (PA) Palu adalah sebuah pesantren yang sangat terkenal khususnya di Indonesia Timur. Ia memiliki ratusan cabang di berbagai provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia Timur. Saat ini bahkan sudah memiliki cabang di Jawa. Dalam segi dinamisnya pergerakan dan kemajuan PA, ia adalah Pondok Gontor-nya Indonesia Timur.

Berikut profil singkat dari Pondok Pesantren Al-Khairaat Palu, Sulawesi

Nama pesantren: Al-Khairaat
Didirikan: 30 Juni 1930
Alamat: Palu, Donggala, Sulawesi Tengah
Pendiri: Sayyid/Habib Idrus bin Salim Aldjufrie dikenal sebgai Guru Tua
Pendiri wafat: 22 Desember 1969‎
Pengganti: Habib Sayyid Seggaf Aldjufrie, cucu Guru Tua
Sistem pendidikan: TK, SD, SMP,SMA, SMK,MI, MTS, MA, Universitas.
Cabang pesantren: Sulawesi, Maluku, Papua, Halmahera, pulau Bunyu Kalimantan Timur, Condet, DKI Jakarta.
21 Agustus 1956, Al-Khairaat yang juga menjadi lembaga sosial kemasyarakatan
Pada tanggal 11 Januari 1942 M: ditutup oleh Jepang
Pada tanggal 17 Agustus 1945: Al-Khairaat dibuka kembali.
Pada tahun 1964 M: perguruan tinggi dengan nama Universitas Islam Al-Khairaat dengan tiga fakultas di dalamnya, yaitu: Fakultas Sastra, Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas Syariah.
Pada tahun 1965: G30S PKI, perguruan tinggi Al-Khairaat dinonaktifkan untuk sementara pada tahun 1969 dibuka kembali.

PROFIL HABIB IDRUS BIN SALIM ALDJUFRIE (GURU TUA)

Nama: Habib Idrus bin Salim Aldjufrie
Tempat kelahiran: Taris, 4 km dari ibu kota Seiwun, Hadramaut, Yaman pada 
Tanggal lahir: 14 Sya’ban 1309 H / 15 Maret 1881 M.
Guru: Salim Aldjufrie (ayah sendiri), Al-Habib Muhsin bin Alwi Assegaf, Al-Habib Abdurrahman bin Alwi bin Umar Assegaf, Al-Habib Muhammad bin Ibrahim bilfaqih, Al-Habib Abdullah bin Husein bin Sholeh Al-Bahar, Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi. Dan Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syathiri di Rubath Tarim.
Naik haji: tahun 1327 H./1909 M
Putra istri pertama: Habib Salim, Habib Muhammad dan Syarifah Raguan
Putra istri kedua: Syarifah Lulu’ (ibu dari Dr. Salim Al-Jufri Menteri Sosial era SBY dan politisi PKS) dan Syarifah Nikmah
Nasab garis keturunan: Habib Idrus bin Salim bin Alwi bin Segaf bin Alwi bin Abdullah bin Husein bin Salim bin Idrus bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Abu Bakar Aljufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ali bin Muhammad Faqqqih Al-Muqaddam bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Ali AL-‘Uraidhi bin Jakfar As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Azzahrah binti Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.

Ke Indonesia pertama: tahun 1327 H./ 1909 M
Ke Indonesia kedua: tahun 1925 M Habib Idrus. Tinggal di Pekalongan, Jateng.
Menikah dengan Syarifah Aminah Al-Jufri

Karir: 
- Pendiri Pondok Pesantren Al-Khairaat Donggala, Palu, Suletng.
- Mufti dan Qadhi di kota Taris, Hadramaut, tahun 1334 H /1906 saat berusia 25 Tahun.
- Tahun 1926 M: pindah ke kota Jombang, mengajar dan berdagang.
- Tahun 1928 M: pindah ke Solo mengajar saja berhenti berdagang.
- Tahun 1928 M 27 Desember: bersama beberapa Habaib mendirikan Madrasah Rabithah Alawiyah di kota Solo.
- Pada akhir tahun 1929 M: hijrah Sulawesi 
- Pada awal 1930 ke Palu
- 30 Juni 1930 M pendirian Madrasah Al-Khairaat di Kota Palu.
- Pada tahun 1964 Rektor Universitas Islam Al-Khairaat

Warisan:
Ketika wafat pada hari senin 12 Syawwal 1389 H betepatan dengan 22 Desember 1969 M., Habib Idrus telah mewariskan 25 cabang Alkhairaat dan ratusan sekolah, serta beberapa madrasah 

KESAKSIAN TENTANG GURU TUA 

Warisan besar dan berharga yang ditinggalkan Guru Tua adalah lembaga pendidikan Islam Alkhairaat. Sampai saat ini Alkhairaat telah mengukir suatu prestasi yang mengagumkan. Dari sebuah sekolah sederhana yang dirintisnya, kini lembaga ini telah berkembang menjadi 1.561 sekolah dan madrasah.

Selain itu, Alkhairaat juga memiliki 34 pondok pesantren, 5 buah panti asuhan, serta usaha-usaha lainnya yang tersebar di kawasan Timur Indonesai (KTI). Sedangkan di bidang pendidikan tinggi, yakni universitas, Alkhairaat memiliki lima fakultas definitif dan dua fakultas administratif atau persiapan, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan dan Fakultas Kedokteran dengan 11 program studi pada jenjang strata satu dan diploma dua.

Kitab Tarikh Madrasatul Khiratul Islamiyyah karya salah seorang santri generasi pertama Habib Idrus, menyebut makna secara etimologis Alkhairaat berasal dari kata khairun yang artinya kebaikan. Semangat menebar kebaikan itulah yang diusung Guru Tua, julukannya.

Ia memancangkan tonggak Alkhaeraat selama 26 tahun (1930-1956). Ia membesarkan lembaga pendidikan yang didirikannya hingga pada akhirnya, tahun 1956, menjangkau seluruh wilayah Indonesia timur.

CIRI KHAS PONPES AL-KHAIRAAT

Tak banyak pondok pesantren memasukkan pelajaran kesenian dalam kurikulumnya. Pelajaran nasyid, samrah atau jepeng oleh pengurus Pondok Pesantren Al Khairat, Palu, Donggala, Sulawesi Tengah, dijadikan penyeimbang pelajaran agama dan umum. Tak heran alumninya menduduki beragam posisi penting dan menjadi da'i handal di kawasan Indonesia Timur.

Bila anda ingin menikmati keindahan jepeng --tarian ala Timur Tengah-- cukup datang ke Pesantren Al-Khairaat. Terutama di Bulan Syawal. Sebab, pada bulan itulah biasanya Al-Khairaat menggelar bulan kesenian. Ada lomba membaca syair, nasyid, juga jepeng.

Anda tentu heran, ada juga pagelaran kesenian di pesantren? Maklum kesenian unik itu diajarkan sebagai pelajaran tambahan di pesantren ini. Al-Khairaat yang sangat populer di mata masyarakat Indonesia Timur, memang tak hanya mengajarkan ilmu-ilmu Agama dan pengetahuan umum.

Kesenian dan olah raga pun mendapat perhatian setara di pesantren ini. Bahkan, kurikulum ilmu Agama yang diajarkan di sini lebih mengacu pada diniah (lembaga pendidikan) di Mesir, daripada merujuk kurikulum Departemen Agama (Depag).

Misal, jika kurikulum Depag menyebut pelajaran Al-Quran dan hadits, Al-Khairaat memasukkan istilah itu menjadi Pelajaran Al-Quran, Tajwid dan Tafsir. Sementara hadits, dimasukan ke pelajaran Mustalahul Hadis.

Sedangkan pelajaran umum meliputi matematika, bahasa Inggris, fisika, biologi dan beberapa pelajaran lain sesuai ketentuan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Bagaimana dengan pelajaran kesenian? Pesantren yang memiliki 7.000 staf pengajar dan 1.400 unit pendidikan itu mengajarkan nasyid, syair, samrah, dan jepeng.

Sementara di bidang olah raga, para santri tak hanya diajari karate dan pencak silat. Tapi, juga ilmu prana--olah nafas. Dengan dibekali beragam ilmu tersebut, tak mengherankan bila para santri memiliki kekuatan fisik, mental, dan spiritual serta olah rasa yang bagus. 

Tak banyak pondok pesantren memasukkan pelajaran kesenian dalam kurikulumnya. Pelajaran nasyid, samrah atau jepeng oleh pengurus Pondok Pesantren Al Khairat, Palu, Donggala, Sulawesi Tengah, dijadikan penyeimbang pelajaran agama dan umum. Tak heran alumninya menduduki beragam posisi penting dan menjadi da'i handal di kawasan Indonesia Timur.

Bila anda ingin menikmati keindahan jepeng --tarian ala Timur Tengah-- cukup datang ke Pesantren Al-Khairaat. Terutama di Bulan Syawal. Sebab, pada bulan itulah biasanya Al-Khairaat menggelar bulan kesenian. Ada lomba membaca syair, nasyid, juga jepeng. Anda tentu heran, ada juga pagelaran kesenian di pesantren? Maklum kesenian unik itu diajarkan sebagai pelajaran tambahan di pesantren ini. Al-Khairaat yang sangat populer di mata masyarakat Indonesia Timur, memang tak hanya mengajarkan ilmu-ilmu Agama dan pengetahuan umum.

Kesenian dan olah raga pun mendapat perhatian setara di pesantren ini. Bahkan, kurikulum ilmu Agama yang diajarkan di sini lebih mengacu pada diniah (lembaga pendidikan) di Mesir, daripada merujuk kurikulum Departemen Agama (Depag). Misal, jika kurikulum Depag menyebut pelajaran Al-Quran dan hadits, Al-Khairaat memasukkan istilah itu menjadi Pelajaran Al-Quran, Tajwid dan Tafsir. Sementara hadits, dimasukan ke pelajaran Mustalahul Hadis.

Sedangkan pelajaran umum meliputi matematika, bahasa Inggris, fisika, biologi dan beberapa pelajaran lain sesuai ketentuan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Bagaimana dengan pelajaran kesenian? Pesantren yang memiliki 7.000 staf pengajar dan 1.400 unit pendidikan itu mengajarkan nasyid, syair, samrah, dan jepeng. Sementara di bidang olah raga, para santri tak hanya diajari karate dan pencak silat. Tapi, juga ilmu prana--olah nafas. Dengan dibekali beragam ilmu tersebut, tak mengherankan bila para santri memiliki kekuatan fisik, mental, dan spiritual serta olah rasa yang bagus.

Dan, berbekal ilmu-ilmu itu para santri senantiasa siap untuk ditugaskan melakukan siar Islam ke daerah-daerah terpencil di kawasan Indonesia Timur. Para santri tidak berani kembali sebelum tugasnya beres, atau sebelum ada perintah dari pusat. Dengan kesabaran dan kegigihan seperti itulah, Al-Khairaat yang kini memiliki sekitar 210 ribu santri dan mahasiswa, sukses membangun basis pengembangan di Sulawesi, Maluku, Papua, Halmahera, dan pulau Bunyu di Kalimantan Timur. Bahkan sekarang Al-Khairaat telah memiliki basis pengembangan di Condet, DKI Jakarta. Kesuksesan tersebut tak lepas dari suri tauladan pendiri Al-Khairaat, Sayyid Idrus bin Salim Aldjufrie seorang mufti dari hadramaut. Sosok yang biasa disapa Guru Tua itu mendirikan Al-Khairaat pada 30 Juni 1930.

Awal keberadaan PA sempat dilarang pemerintah Belanda karena ajaran Guru Tua, khususnya yang bersumber dari kitab Izhatun Nasyi`in, karya Musthafa Al-Ghalayani. Kitab itu dianggap berbahaya karena dapat membangkitkan semangat juang rakyat untuk melakukan perlawanan. Perlakuan seperti itu masih tetap diberlakukan oleh Pemerintah Jepang juga ketika itu.

Meskipun dilarang, Guru Tua tak pernah patah semangat. Ia terus bergerilya sambil mengajar. Dan selama berpindah-pindah tempat selama 15 tahun, Guru Tua berhasil mendirikan 400 madrasah yang meliputi ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah dan mualimmin (setingkat diploma).

Setelah Proklamasi kemerdekaan, Al-Khairaat terus berkembang. Pada 21 Agustus 1956, Al-Khairaat yang juga menjadi lembaga sosial kemasyarakatan menyelenggarakan Muktamar Besar pertama. Muktamar berhasil menetapkan 10 pasal anggaran dasar pondok.

Setelah muktamar, Guru Tua mulai mempercayakan pengelolaan pendidikan kepada sejumlah santri yang lulus terbaik sampai 1964. Pada 1964 digelar Muktamar II.

Pada masa G 30 S/PKI, beberapa kegiatan Al-Khairaat terpaksa tutup, para santri PA banyak yang turut turun langsung membantu rakyat memerangi PKI. Pada 1969, cucu Guru Tua, Habib Sayyid Seggaf Aldjufrie, kembali membuka madrasah dan kampus-kampus milik Al-Khairaat, sekaligus memegang kendali Al-Khairaat. Sebab, 22 Desember 1969, Guru Tua wafat. Dalam Genggaman Seggaf, Al-Khairaat terus mekar hingga memiliki ratusan cabang di berbagai daerah. Dan posisi Al-Khairaat pun makin kuat di kawasan Indonesia Timur karena banyak alumninya menjabat posisi penting. Seperti menjadi gubernur, walikota bupati, camat, lurah dan tentu saja beberapa lembaga keagamaan semacam Majelis Ulama Indonesia. Melihat itu semua, dari alam ruh, Guru Tua mungkin tersenyum bangga menyaksikan kesuksesan yang diraih Pesantren Alkhairaat.

Sejarah Pesantren Musthafawiyah Di Swarnadwipa


Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru merupakan salah satu pondok pesantren yang terletak di kabupaten ‎Mandailing Natal dan berlokasi di desaPurba Baru, Lembah Sorik Merapi, Mandailing Natal. Merupakan salah satu pesantren tertua di pulau Sumatera dengan usia sekitar 1 abad dan telah banyak mencetak ulama di Indonesia.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia seperti tidak ada habis-habisnya untuk dikupas. Ciri khas dan karakteristik satu pesantren dengan pesantren lain tidak sama. Mengunjungi sepuluh pesantren, berarti melihat sepuluh lembaga pendidikan yang cara pembinaan dan pengembangan santri mempunyai corak berbeda. Apalagi di Indonesia, ribuan pesantren berdiri. Matarantai keilmuan pesantren (pengasuhnya) tidak hanya merata di seluruh penjuru nusantara, namun, hingga belahan dunia Islam internasional. Salah satunya, pondok pesantren Musthafawiyah Purbabaru Sumatera Utara.‎

‘Tambang Emas’

Pulau Suwarnadwipa (pulau emas) nama lain dari tanah Sumatera memang menyimpan beberapa ‘emas’ sebagaimana pondok pesantren Musthafawiyah, melihat pesantren dengan ribuan santrinya ini lebih tepat menyebutnya sebagai ‘tambang emas’, tambang atau tempat melahirkan generasi-generasi emas Islam yang alim, kafi, dan ‎berakhlakul karimah.

Keemasan pesantren juga teraplikasikan dalam bentuk pendalaman santrinya atas penguasaan kitab salaf sebagaimana di pesantren-pesantren Indonesia, Musthafawiyah telah membuktikan salah satu yang terbaik di Indonesia. Terbukti, pada Musabaqoh Qiraatul Kutub (MQK) tingkat nasional tahun lalu yang digelar Departemen Agama di Kalimantan, Pesantren Musthafawiyah menduduki peringkat kedua.

Ponpes Musthafawiyah yang dikenal dengan nama Pesantren Purbabaru didirikan tahun 1912 oleh Syekh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Pesantren ini berlokasi di kawasan jalan lintas Medan-Padang, desa Purbabaru Kabupaten Mandailing Natal (disingkat menjadi MADINA) Sumatera Utara.‎

Sang Pendiri

Syekh Musthafa Husein Nasution atau Muhammad Yatim lahir di desa Tano Bato pada tahun 1303/1886. Pada usia remaja beliau dibimbing oleh Syekh Abdul Hamid Hutapungkut Julu selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian istikamah memperdalam ilmu agama kepada ulama masyhur dunia di Masjidil Haram Mekah.

Di antara guru beliau adalah, Syekh Abdul Qodir al-Mandily, Syekh Ahmad Sumbawa, Syekh Sholeh Bafadlil, Syekh Ali Maliki, Syekh Umar Bajuned, Syekh Ahmad Khothib Sambas dan Syekh Abdur Rahman.

Setelah kembali ke tanah air, Syekh Musthafa getol memperjuangkan Islam ala ahlusunnah wal jamaah dengan berdakwah kepada masyarakat dan mendirikan pesantren yang pada masa selanjutnya mempunyai hampir 10 ribu santri putra dan putri dari berbagai suku dan propinsi di Indonesia dan negara tetangga Malaysia.

Karena perjuangan dan kegigihan dakwah, nama Syekh Musthafa diabadikan oleh KH. Sirajuddin Abbas dalam bukunya, Keagungan Mazhab Syafii, sebagai salah satu tokoh berpengaruh atas tersebarnya Mazhab Syafiiyyah di Indonesia.
Banjir Bandang

Pada permulaan beridiri, pesantren Purbabaru berada di desa Tanobato Mandailing Natal. KarenaTanobato dilanda banjir bandang pada tahun 1915, Musthafawiyah dipindahkan oleh pendiri ke desa Purbabaru hingga kini.

Sang pendiri dan pengasuh pertama, Syekh Musthafa diabadikan menjadi nama pesantren, beliau belajar ilmu agama selama 13 tahun di Mekah, wafat pada November 1955. Pimpinan pesantren berpindah kepada anak lelaki tertua, Syekh Abdullah Musthafa.

Periode Klasikal

Pada periode kepengasuhan kedua, tahun 1960 pesantren membangun ruang belajar semipermanen (klasikal). Baru tahun 1962, ruang belajar dibangun secara permanen dari sumbangan para orang tua santri (berupa sekeping papan dan selembar seng setiap orangnya) ditambah tabungan Syekh Abdullah Musthafa. Bangunan ini kemudian diresmikan oleh Jenderal (Purn) Abdul Haris Nasution.

Musthafawiyah mengajarkan para santri mashab Syafii, kitab-kitab yang dipelajari seperti Matan Ghayah Wa Taqrib, Hasyiijah Bajuri, Hasyiyah asy-Syarqawi dan lain-lain. Dalam bidang akidah, kitab yang dipelajari,Kifayatul Awam, Hushnul Hamidiyyah, ‎Hasyiyah Dusuki Ala Ummil-Barahin dan lain-lain.

Ciri khas Musthafawiyah adalah penguasaan kitab salaf. Yakni, kitab-kitab agama klasik karya para ulama terdahulu. Kitab salaf (kuning) yang diajarkan juga disesuaikan dengan dengan tingkatannya.

Bekal akidah ahlu sunnah dan fiqh mazhab Syafii inilah yang disebarkan kepada masyarakat umum melalui para santri yang ditugaskan berceramah saat liburan. Tak lain, tujuannya adalah membentengi penduduk dari berbagai paham keagamaan yang meresahkan.
Pondok Unik

Di Musthafawiyah, para santri putra dilatih kemandiriannya dengan membangun sendiri pondok (gotakan) tempat tinggal mereka. Ribuan pondok yang terhampar di Desa Purbabaru ini menjadi pemandangan unik di jalan lintas Sumatera.

Awal santri yang mondok di Musthafawiyah hanya sekitar 20 orang, pada 1916 jumlahnya 60 orang. Sekarang, santri berjumlah 10.000 orang dari berbagai daerah tanah air dan Negara tetangga.

Para alumni banyak bertebaran di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatera Utara,Sumatera Barat, Aceh, Riau, Jambi. Di antara mereka ada juga yang melanjutkan studi ke Mesir, Suriah, Yordania, Yaman,India, Makkah, Maroko, Sudan, Pakistan.
Staf Pengajar Luar Negeri
Pada masa pengasuhan ketiga KH. Bakri bin Abullah bin Musthafa Bin Husein bin Umar Nasution (sekarang), pendidikan Musthafawiyah ditempuh selama 7 tahun. Ribuan santri dididik oleh staf pengajar kurang lebih 200 guru, berasal dari berbagai pendidikan di luar negeri, khususnya Kairo, India, dan Mekah.

Santri jebolan Musthafawiyah hampir ada di seluruh Indonesia, khusunya di daerah  Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan Riau. Para alumni juga banyak yang melanjutkan studi ke Mesir, Suriah, Yordania, India, Mekah, Maroko, Sudan, dan Pakistan. Salah satu alumnus Musthafawiyah adalah tokoh NU sekaligus Pahlawan Nasional, KH. Zainul Arifin, mantan Panglima Lasykar Hizbullah, wadah perjuangan pemuda Islam tahun 1942-1945.

Ini menandakan bahwa, kredibilitas keilmuan pesantren dan ketokohan pengasuh serta kualitas pendidik yang ada di Musthafawiyah sudah tidak bisa diragukan lagi di kancah nasional dan internasional.

Implementasi Pesantren Musthafawiyah Purbabaru dalam menciptakan suasana pendidikan kondusif dan menyeluruh di bidang agama dan diimbangi dengan pendidikan umum, telah menegaskan bahwa pesantren ini sangat berperan menentukan langkah ribuan santri dan prospek masyarakat setempat dalam semangat menegakkan nilai-nilai ajaran Islam.

Musthafawiyah  telah tampil sebagai pesantren yang tidak hanya berpengaruh di  Sumatera Utara, namun juga diperhitungkan di dalam dan luar negeri sebagai pesantren yang telah melahirkan generasi-generasi hebat sesuai dengan manhaj ahlusunnah wal jamaah dan selaras dengan cita-cita Rasulullah saw.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...