Rabu, 20 Oktober 2021

Peristiwa Ditelannya Nabi Yunus Dalam Perut Ikan


Yunus (Arab:يونس atau يونان Yunaan, Inggris: Jonah, Ibrani:Yonah, Latin: Ionas) (sekitar 820-750 SM) adalah salah seorang nabi dalam agama Samawi (Islam, Yahudi, Kristen) yang disebutkan dalam Al-Qur’an dalam Surah Yunus dan dalam Alkitab dalam Kitab Yunus. Ia ditugaskan berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Namanya disebutkan sebanyak 6 kali di dalam Al-Quran dan wafat diNinawa-Iraq.Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin Ya’qub.

Berdakwah di Ninawa

Yunus bin Mata diutus oleh Allah untuk menghadapi penduduk Ninawa, suatu kaum yang keras kepala, penyembah berhala, dan suka melakukan kejahatan. Secara berulang kali Yunus memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau berubah, apalagi karena Yunus bukan dari kaum mereka. Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah seorang yang tenang dan sederhana.

Penolakan penduduk Ninawa

Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.

Mereka berkata kepada Nabi Yunus: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyang kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah orang asing yang datang pada kami agar kami merubah keyakinan kami. Apakah kelebihanmu sehingga mengajari dan menggurui kami. Hentikan perbuatan sia-siamu itu. Penduduk Ninawa tidak akan mengikutimu karena kami teguh dengan ajaran moyang kami”. Nabi Yunus berkata: ” Aku hanya mengajakmu beriman dan bertauhid sesuai dengan amanah Allah yang wajib kusampaikan padamu. Aku hanyalah pesuruh Allah yang ditugaskan mengeluarkanmu dari kesesatan dan menuntunmu di jalan yang lurus. Aku sekali-kali tidak mengharapkan upah atas apa yang kukerjakan ini. Aku tidak bisa memaksamu mengikutiku. Namun jika kamu tetap bertahan pada aqidah moyangmu itu, maka Allah akan menunjukkan tanda-tanda kebenaran akan risalahku dengan menurunkan adzab yang pedih padamu, seperti yang terjadi pada kaum-kaum sebelum kamu, yaitu kaum Nuh, Aad, dan Tsamud. Mereka menjawab dengan menantang: “Kami tetap tidak akan mengikuti kemauanmu dan tidak takut ancamanmu. Tunjukkan ancamanmu jika kamu termasuk orang yang benar!” Nabi Yunus tidak tahan lagi dengan kaum Ninawa yang keras kepala. Ia pergi dengan marah dan jengkel sambil meminta Allah menghukum mereka.

Penduduk Ninawa bertobat

Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa gelisah, karena mendung gelap, binatang peliharaan mereka gelisah, wajah mereka pucat pasi, dan angin bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Mereka takut ancaman Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar bahwa Yunus adalah orang yang benar, dan ajarannya berasal Dari Allah. Mereka kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Yunus. Mereka lari tunggang langgang dari kota mencari Yunus sambil berteriak meminta pengampunan Allah atas dosa mereka. Allah Yang Maha Pemaaf-pun mengampuni mereka, dan segera seluruh keadaan pulih seperti sedia kala. Penduduk Ninawa kemudian tetap berusaha mencari Yunus agar ia bisa mengajari agama dan menuntun mereka di jalan yang benar.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88) 

Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempit­nya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkan­nya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS Al-Anbiya' Ayat 87-88)

Kisah mengenai Nabi Yunus ini disebutkan di dalam surat ini, juga di dalam surat Ash-Shaffat dan surat Nun. Yunus ibnu Mata  a.s. diutus oleh Allah kepada penduduk kota Nainawi, yaitu suatu kota besar yang terletak di negeri Mausul. Yunus menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt., tetapi mereka menolak dan tetap tenggelam di dalam kekafirannya. Maka Yunus pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah seraya mengancam mereka bahwa dalam waktu tiga hari lagi akan datang azab dari Allah.

Setelah mereka melihat tanda-tanda datangnya azab itu dan mereka mengetahui bahwa nabi mereka tidak dusta dalam ancamannya, maka mereka keluar menuju ke padang sahara bersama anak-anak mereka dengan membawa ternak unta dan ternak lainnya milik mereka yang mereka pisahkan antara induk dan anaknya.

Kemudian mereka memohon kepada Allah dengan merendahkan diri, dan menyeru-Nya untuk meminta pertolongan, semua ternak unta dan anak-anaknya mengeluarkan suara lenguhan, begitu pula sapi dan anak-anaknya, dan juga kambing dan anak-anaknya. Akhirnya Allah tidak jadi menurunkan azab kepada mereka. Kisah ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}

Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka(kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)

Sesudah itu Yunus a.s. pergi meninggalkan kaumnya dan menaiki perahu bersama suatu kaum. Di tengah laut, perahu oleng; mereka merasa takut akan tenggelam (karena keberatan penumpang). Maka mereka mengadakan undian di antara mereka untuk menentukan siapa yang bakal dilemparkan ke dalam laut untuk meringankan beban muatan perahu. Akhirnya undian jatuh ke tangan Yunus, tetapi mereka menolak, tidak mau melemparkannya. Lalu dilakukan undian lagi, ternyata kali itu undian jatuh ke tangan Yunus lagi. Mereka menolak, lalu mengadakan undian lagi. Ternyata undian jatuh ke tangan Yunus juga. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

{فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ}

kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (Ash-Shaffat: 141)

Yakni undian jatuh ke tangannya. Maka Yunus a.s. melucuti pakaiannya dan menceburkan diri ke dalam laut. Saat itu Allah telah memerintahkan kepada ikan paus dari laut hijau —menurut apa yang diceritakan oleh Ibnu Mas'ud— membelah lautan dan sampai di tempat Yunus, lalu menelannya saat Yunus menceburkan diri ke laut. Allah telah memerintah­kan kepada ikan paus itu, "Janganlah kamu memakan secuil pun dari dagingnya, jangan pula mematahkan tulangnya, karena sesungguhnya Yunus itu bukanlah rezeki makananmu, melainkan perutmu Aku jadikan sebagai penjara buatnya."

Zun Nun adalah nama ikan paus itu menurut riwayat yang sahih, lalu dikaitkan dengan nama Nabi Yunus karena ia ditelan olehnya. Makna harfiyahnya ialah orang yang mempunyai ikan besar.

Firman Allah Swt.:

{إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا}

ketika ia pergi dalam keadaan marah. (Al-Anbiya: 87)
Menurut Ad-Dahhak, Yunus marah terhadap kaumnya.

{فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ}

lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya). (Al-Anbiya: 87)
Maksudnya, tidak akan mempersempitnya dengan dimasukkan ke dalam perut ikan besar. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dan ia menentukan pilihannya ini berdasarkan dalil firman Allah Swt. yang mengatakan:

{وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا}

Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang, melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Ath-Thalaq: 7)

Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya). (Al-Anbiya: 87) Yaitu memutuskan ketetapan takdir baginya. Seakan-akan Atiyyah menganggap lafaz naqdira ini bermakna takdir. Karena sesungguhnya orang-orang Arab mengatakan qadara dan qaddaradengan makna yang sama. Salah seorang penyair mereka mengatakan:

فَلا عَائد ذَاكَ الزّمَانُ الَّذِي مَضَى... تَبَارَكْتَ مَا تَقْدرْ يَكُنْ، فَلَكَ الأمْرُ ...

Tidak akan terulang zaman yang telah berlalu itu. Mahasuci Engkau, segala sesuatu yang Engkau takdirkan pasti akan terjadi.

Termasuk ke dalam pengertian takdir ini, firman Allah Swt.:

{فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ}

maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditakdirkan. (Al-Qamar: 12)‎

Adapun firman Allah Swt.:

{فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ}

maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya: 87)

Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa zulumat bentuk jamak, maksudnya gelapnya perut ikan paus, gelapnya lautan, dan gelapnya malam hari. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Amr ibnu Maimun, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ka'b, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah. Salim ibnu Abul Ja'd mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah gelapnya keadaan di dalam perut ikan besar dan gelapnya laut.

Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas serta lain-lainnya mengatakan ikan paus itu membawa Yunus menyelam hingga sampai di dasar laut, lalu Yunus mendengar suara tasbih batu-batu kerikil di dasar laut. Maka pada saat itu juga Yunus mengucapkan:

{لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ}

Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya: 87)

Auf Al-A'rabi mengatakan bahwa ketika Yunus telah berada di dalam perut ikan besar, ia menduga dirinya telah mati. Kemudian ia menggerakkan kedua kakinya, ternyata bergerak, lalu ia bersujud di tempatnya, dan menyeru Tuhannya, "Wahai Tuhanku, saya jadikan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh manusia ini tempat bersujud kepada Engkau."

Sa'id ibnu Abul Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Yunus tinggal di dalam perut ikan besar selama empat puluh hari. Kedua riwayat di atas dikemukakan oleh Ibnu Jubair.

Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah menceritakan kisah berikut yang ia terima dari orang yang menceritakan kisah ini kepadanya dari Abdullah ibnu Rafi' maula Ummu Salamah yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

" لَمَّا أَرَادَ اللَّهُ حَبْسَ يُونُسَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ، أَوْحَى اللَّهُ إِلَى الْحُوتِ أَنْ خُذْهُ، وَلَا تَخْدِشْ لَحْمًا وَلَا تَكْسِرْ عَظْمًا، فَلَمَّا انْتَهَى بِهِ إِلَى أَسْفَلِ الْبَحْرِ، سَمِعَ يُونُسُ حِسًّا، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: مَا هَذَا؟ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ، وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: إِنَّ هَذَا تَسْبِيحُ دَوَابِّ الْبَحْرِ. قَالَ: فَسَبَّح وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ، فَسَمِعَ الْمَلَائِكَةُ تَسْبِيحَهُ فَقَالُوا: يَا رَبَّنَا، إِنَّا نَسْمَعُ صَوْتًا ضَعِيفًا [بِأَرْضٍ غَرِيبَةٍ] قَالَ: ذَلِكَ عَبْدِي يُونُسُ، عَصَانِي فَحَبَسْتُهُ فِي بَطْنِ الْحُوتِ فِي الْبَحْرِ. قَالُوا: الْعَبْدُ الصَّالِحُ الَّذِي كَانَ يَصْعَدُ إِلَيْكَ مِنْهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عملٌ صَالِحٌ؟. قَالَ: نَعَمْ". قَالَ: "فَشَفَعُوا لَهُ عِنْدَ ذَلِكَ، فَأَمَرَ الْحُوتَ فَقَذَفَهُ فِي السَّاحِلِ، كَمَا قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَهُوَ سَقِيمٌ}

Ketika Allah hendak menyekap Yunus di dalam perut ikan besar, Allah memerintahkan kepada ikan besar untuk menelannya, tetapi tidak boleh melukai dagingnya dan tidak boleh pula meremukkan tulangnya. Setelah ikan besar sampai di dasar laut, sedangkan di perutnya terdapat Yunus, Yunus mendengar suara, maka Yunus berkala dalam hatinya, "Suara apakah ini?” Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya, sedangkan ia berada di dalam perut ikan, bahwa suara itu adalah suara tasbih hewan-hewan laut. Maka Yunus pun bertasbih pula dalam perut ikan besar itu; suara tasbihnya terdengar oleh para malaikat. Maka mereka bertanya, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar suara(tasbih) yang lemah di kedalaman yang jauh sekali lagi terpencil.” Allah berfirman, "Itu adalah suara hamba-Ku, Yunus. Dia durhaka kepada-Ku, maka Aku sekap dia di dalam perut ikan di laut.” Para malaikat bertanya, "Dia adalah seorang hamba yang saleh, setiap malam dan siang hari dilaporkan ke hadapan­Mu amal saleh darinya.” Allah berfirman, "Ya, benar.” Maka pada saat itu para malaikat memohon syafaat buat Yunus, akhirnya Allah memerintahkan kepada ikan besar itu untuk mengeluarkan Yunus, lalu ikan besar melemparkannya ke tepi pantai, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya, "Sedangkan ia dalam keadaan sakit." (Ash-Shaffat: 145)

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, juga oleh Al-Bazzar di dalam kitab Musnadnya melalui jalur Muhammad ibnu Ishaq, dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal, kemudian ia menyebutkan bahwa kami tidak mengetahui hadis ini bersumber dari Nabi Saw. kecuali melalui jalur sanad ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Ahmad ibnu Abdur Rahman (anak saudara lelaki Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, bahwa Yazid Ar-Raqqasyi pernah mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik —yang menurut keyakinanku Anas tiada lain menerimanya dari Rasulullah Saw.—menceritakan kisah berikut, "Bahwa Yunus a.s. ketika mulai memanjatkan doa berikut di dalam perut ikan, yaitu, "Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.'" Maka doanya itu naik sampai di bawah 'Arasy, maka para malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, ada suara lemah yang telah dikenal bersumber dari negeri yang terasing." Allah berfirman, "Tidakkah kalian ketahui suara itu?" Mereka bertanya, "Tidak, wahai Tuhanku, siapakah dia?" Allah berfirman, "Dia adalah hamba-Ku Yunus." Mereka berkata, "Hamba-Mu Yunus yang sampai sekarang masih tetap dilaporkan ke hadapan-Mu amalnya yang diterima dan doanya diperkenankan." Mereka berkata pula, "Wahai Tuhan kami, tidakkah Engkau merahmatinya berkat amal yang dikerjakannya di saat dia senang, karenanya Engkau selamatkan dia di saat mendapat cobaan?" Allah berfirman, "Baiklah," maka Allah memerintahkan kepada ikan besar itu agar memuntahkannya ke daerah yang tandus.

Firman Allah Swt.:

{فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ}

Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. (Al-Anbiya: 88)
Yaitu Kami keluarkan dia dari dalam perut ikan dan dari kegelapannya.

{وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ}

Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88)‎
Yakni apabila mereka berada dalam kesengsaraan, lalu berdoa kepada Kami seraya bertobat, terlebih lagi jika mereka mengucapkan doa yang disebutkan dalam ayat ini saat mendapat musibah. Di dalam hadis Nabi Saw. telah disebutkan anjuran untuk* membaca doa ini di saat tertimpa musibah.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Umair, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku ayahku, (yaitu Muhammad), dari ayahnya (yaitu Sa'd ibnu Abu Waqqas r.a.) yang mengatakan, bahwa ia berdua dengan Usman ibnu Affan di dalam masjid, lalu ia mengucapkan salam kepadanya, tetapi Usman hanya memelototkan mata ke arahnya tanpa menjawab salamnya. Sa'd ibnu Abu Waqqas melanjutkan kisahnya, "Lalu saya pergi menghadap kepada Umar ibnul Khattab dan berkata kepadanya sebanyak dua kali, 'Hai Amirul Mu’minin, apakah telah terjadi sesuatu dalam Islam?' Umar menjawab, 'Tidak. Lalu mengapa?' Saya berkata, 'Tidak, hanya saya ketika melewati Usman tadi di masjid, saya mengucapkan salam kepadanya, tetapi ia hanya memelototi diriku dan tidak menjawab salamku. Maka Khalifah Umar mengundang sahabat Usman, lalu berkata kepadanya, 'Apakah yang menyebabkan kamu tidak mau menjawab salam saudaramu?' Usman berkata, saya tidak merasa.' Sa'd berkata, 'Tidak, kamu benar melakukannya.' Akhirnya Usman bersumpah dan saya pun bersumpah pula". Sa'd ibnu Abu Waqqas melanjutkan kisahnya, "Setelah itu Usman teringat akan keadaan dirinya, lalu ia mengatakan bahwa memang benar, seraya beristigfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. Ia mengatakan, 'Memang kamu tadi lewat di hadapanku, saat itu aku sedang mengingat-ingat suatu kalimat yang pernah saya dengar dari Rasulullah Saw, tetapi demi Allah, tidak sekali-kali saya mengingatnya, melainkan mata dan hatiku seakan-akan tertutup oleh tabir penutup." Sa'd berkata, "Aku akan menceritakan kepadamu tentang kalimat itu. Sesungguhnya Rasulullah Saw. ketika sedang menceritakan kepada kami tentang permulaan doa (yang diucapkan oleh Yunus), tiba-tiba datanglah seorang Badui yang membuatnya sibuk melayaninya. Setelah itu Rasulullah Saw. bangkit berdiri dan pergi, maka saya mengikutinya. Ketika saya merasa khawatir beliau Saw. terlebih dahulu masuk ke dalam rumahnya, maka saya pukulkan kakiku ke tanah. Rasulullah Saw. menoleh ke arahku dan bertanya, "Siapakah orang ini? Bukankah kamu Abu Ishaq?' Saya menjawab, 'Benar, wahai Rasulullah.' Rasululllah Saw. bersabda, 'Ada apa perlumu?' Saya menjawab, 'Tidak demi Allah, saya hanya mengingatkan, bahwa engkau tadi menceritakan kepada kami tentang permulaan doa (yang diucapkan oleh Yunus), kemudian datanglah seorang Badui yang membuat engkau sibuk.' Rasulullah Saw. menjawab,

"نَعَمْ، دعوةُ ذِي النُّونِ، إِذْ هُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: {لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ} ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا مُسْلِمٌ رَبَّهُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ لَهُ".

'Benar, doa itu adalah doa yang diucapkan oleh Zun Nun ketika ia berada di dalam perut ikan paus, yaitu firman-Nya: 'Tidak ada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim' (Al-Anbiya: 87) Sesungguhnya tiada seorang muslim pun berdoa kepada Tuhannya dengan menyebut kalimat ini untuk memohon sesuatu, melainkan Allah akan memperkenankannya."

Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab 'Amalul Yaumi walLailah melalui hadis Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd dari ayahnya dengan sanad yang sama.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ كَثِير بْنِ زَيْدٍ، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ -قَالَ أَبُو خَالِدٍ: أَحْسَبُهُ عَنْ مُصْعَبٍ، يَعْنِي: ابْنَ سَعْدٍ -عَنْ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "من دَعَا بِدُعَاءِ يُونُسَ، استُجِيب  لَهُ"  قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: يُرِيدُ بِهِ {وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ}

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar dari Kasir ibnu Zaid dari Al-Mutallib ibnu Hantab; menurut Abu Khalid, dia menerimanya dari Mus'ab ibnu Sa'd, dari Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Barang siapa yang berdoa dengan doanya Nabi Yunus, pasti diperkenankan baginya. Abu Sa'id mengatakan bahwa demikianlah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88)

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عِمْرَانُ بْنُ بَكَّار الكَلاعي، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي بِشْر بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ: سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ مَالِكٍ -وَهُوَ ابْنُ أَبِي وَقَّاصٍ-يَقُولُ: سَمِعْتُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اسْمُ اللَّهِ الَّذِي إِذَا دُعي بِهِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِل بِهِ أَعْطَى، دعوةُ يُونُسَ بْنِ مَتَّى". قَالَ: قُلْتُ (8) : يَا رَسُولَ اللَّهِ، هِيَ لِيُونُسَ خَاصَّةً أَمْ لِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ؟ قَالَ: هِيَ لِيُونُسَ بْنِ مَتَّى خَاصَّةً وَلِلْمُؤْمِنِينَ عَامَّةً، إِذَا دَعَوْا بِهَا، أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: {: فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ} . فَهُوَ شَرْطٌ مِنَ اللَّهِ لِمَنْ دَعَاهُ بِهِ"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Imran ibnu Bakkar Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Bisyr ibnu Mansur, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa'd ibnu Abu Waqqas mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: "Asma Allah yang apabila disebutkan dalam doa, pasti Dia memperkenankannya; dan apabila diminta dengannya, pasti memberi, yaitu doa Yunus ibnu Mata." Sa'd bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah doa itu khusus bagi Yunus ataukah bagi seluruh kaum muslim?” Rasulullah Saw. menjawab, "Doa itu bagi Yunus ibnu Mata secara khusus dan bagi kaum mukmin semuanya secara umum, jika mereka meyebutkannya di dalam doanya. Bukankah kamu telah mendengar firman Allah Swt. yang mengatakan, 'Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman' (Al-Anbiya: 87-88). Ini merupakan syarat dari Allah bagi orang yang mengucapkannya di dalam doanya.”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar ibnu Muhazzam Al-Maqdisi, dari Kasir ibnu Ma'bad, bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan, "Hai Abu Sa’id, apakah asma Allah yang paling agung, yang bila disebut di dalam doa, Dia pasti memperkenankannya; dan bila diminta, pasti memberi?" Al-Hasan menjawab,"Hai anak saudaraku, bukankah kamu telah membaca firman Allah Swt.: 'Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus)ketika ia pergi dalam keadaan marah' (Al-Anbiya: 87) sampai dengan firman-Nya: 'Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman' (Al-Anbiya: 88) Hai anak saudaraku, itulah asma Allah yang teragung, yang apabila disebutkan di dalam doa pasti Dia memperkenankannya; dan apabila diminta, pasti memberi."

Firman-Nya 

وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (139) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141) فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144) فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (145) وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (146) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (147) فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (148)

Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (QS As-Shofat Ayat 139-148)

Dan di dalam Kitab Sahihan disebutkan, bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda:

"مَا يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ متَّى ونَسَبَه إِلَى أُمِّهِ"

Tidaklah layak bagi seseorang bila mengatakan bahwa aku ini lebih baik daripada Yunus ibnu Mata. Nisbatnya itu kepada ibunya
dan menurut pendapat lain dinisbatkan kepada ayahnya.

Firman Allah Swt.:

{إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ}

(ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. (Ash-Shaffat: 140)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa al-masyhun artinya yang sarat dan penuh dengan muatan.

{فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ}

kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (Ash-Shaffat: 141)
Yakni terkalahkan dalam undian tersebut. Demikian itu karena perahu yang ditumpanginya keberatan muatan hingga hampir tenggelam dan ombak laut masuk ke dalam perahu itu dari semua sisinya. Kemudian mereka mengadakan undian, dengan ketentuan bahwa barang siapa yang namanya keluar dari undian tersebut, maka ia harus dilemparkan ke laut agar beban perahu tidak terlalu berat. Ternyata undian tersebut jatuh kepada Nabi Yunus a.s. sekalipun diulang tiga kali, karena mereka tidak suka bila beliau dilemparkan ke laut. Akhirnya Nabi Yunus terpaksa melepaskan bajunya untuk menceburkan dirinya ke laut. Sekalipun mereka mencegahnya.

Kemudian Allah Swt.memerintahkan kepada ikan besar (ikan paus) dari laut hijau untuk membelah laut dan pergi ke tempat Nabi Yunus berada, lalu menelannya, tetapi tidak boleh melukai dagingnya, dan tidak boleh pula mematahkan tulangnya.

Ikan besar itu telah berada di tempat saat Nabi Yunus menceburkan dirinya ke laut, lalu ia langsung menelannya dan membawanya pergi mengelilingi semua laut.

Ketika Nabi Yunus telah berada di dalam perut ikan, ia mengira bahwa dirinya telah mati. Lalu ia gerakkan kepala dan kedua kakinya serta semua anggota tubuhnya, ternyata dirinya masih hidup. Kemudian ia berdiri dan salat di dalam perut ikan; dan di antara doa yang diucapkan­nya ialah ''Ya Tuhanku, aku jadikan untuk menyembahmu sebuah masjid di suatu tempat yang tidak dapat dicapai oleh seorang manusia pun."

Para ulama berselisih pendapat tentang lamanya masa Nabi Yunus berada di dalam perut ikan besar itu. Suatu pendapat mengatakan tiga hari, ini menurut Qatadah. Ada yang menyebutkan tujuh hari, ini menurut Ja'far As-Sadiq r.a. Dan menurut pendapat lainnya empat puluh hari, ini menurut Abu Malik.

Mujahid telah meriwayatkan dari Asy-Sya'bi, bahwa Nabi Yunus ditelan oleh ikan besar di waktu pagi hari, dan dikeluarkan darinya pada petang hari. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang lamanya dia berada di dalam perut ikan. Di dalam syair Umayyah ibnu Abus Silt disebutkan:

وَأنْتَ بفَضلٍ منْكَ نَجَّيتَ يُونُسًا ...وَقَدْ بَاتَ فِي أضْعَاف حُوتٍ ليَالِيا

Engkau telah menyelamatkan Yunus berkat karunia dari-Mu, padahal dia telah tinggal di dalam perut ikan itu setelah beberapa malam.

Firman Allah Swt.:

{فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ}

Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (Ash-Shaffat:. 143-144)

Menurut suatu pendapat sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa sekiranya dia tidak pernah mengerjakan amal saleh di masa sukanya. Demikianlah menurut takwil yang dikemukakan oleh Ad-Dahhak ibnu Qais Abul Aliyah, Wahb ibhu Munabbih, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan memang ada hadis yang menerangkan hal tersebut yang akan kami kemukakan, insya Allah,dapat dijadikan sebagai dalil jika memang predikatnya sahih. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan:

" تَعَرف إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ"

Kenalilah Allah di masa suka. niscaya Dia mengenalmu di masa duka(mu)

Ibnu Abbas r.a., Said ibnu Jubair,Ad-Dahhak, Ata ibnus Sa'ib As-Saddi, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Yakni orang-orang vang salat: sebagian dari mereka menyebutkan bahwa memang Yunus sebelum itu termasuk orang yang rajin mengerjakan salat. Dan sebagian lainnya mengatakan bahwa dia memang termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah sejak masih berada di dalam perut ibunya.

Pendapat yang lain mengatakan: Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Bahwa yang dimaksud adalah apa yang dijelaskan oleh firman-Nya dalam ayat lainnya, yaitu: maka ia menyeru dalam tempat yang sangat gelap, "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 87-88)
Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan lain-lainnya

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنِ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي حَدَّثَنَا أَبُو صَخْرٍ: أَنَّ يَزِيدَ الرَّقَاشِيَّ حَدّثه: أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ -وَلَا أَعْلَمُ إِلَّا أَنَّ أَنْسًا يَرْفَعُ الْحَدِيثُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم-"أَنَّ يُونُسَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا لَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِهَذِهِ الْكَلَمَّاتِ، وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ، إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَأَقْبَلَتِ الدَّعْوَةُ تَحُفُّ بِالْعَرْشِ، قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ: يَا رَبِّ، هَذَا صَوْتٌ ضَعِيفٌ مَعْرُوفٌ مِنْ بِلَادٍ بَعِيدَةٍ غَرِيبَةٍ؟ فَقَالَ: أَمَا تَعْرِفُونَ ذَلِكَ؟ قَالُوا: يَا رَبِّ، وَمَنْ هُوَ؟ قَالَ: عَبْدِي يُونُسُ. قَالُوا: عَبْدُكَ يُونُسُ الَّذِي لَمْ يَزَلْ يُرْفَعُ لَهُ عَمَلٌ مُتَقَبَّلٌ، وَدَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ؟ قَالُوا: يا رب، أو لا تَرْحَمُ مَا كَانَ يَصْنَعُ فِي الرَّخَاءِ فتنجِّيه فِي الْبَلَاءِ؟ قَالَ: بَلَى. فَأَمَرَ الْحُوتَ فَطَرَحَهُ بالعرَاء".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah (saudara lelaki Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr, bahwa Yazid Ar-Raqqasyi pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik r.a. —yang menurutnya Anas pasti me-rafa '-kan hadis ini sampai kepada Rasulullah Saw.— menceritakan hadis berikut: Bahwa Nabi Yunus ketika merasa yakin bahwa dirinya harus mengucapkan doa-doa berikut saat berada di dalam perut ikan besar, yaitu: "Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.” Maka doanya itu menghadap dan merintih di bawah 'Arasy. Para malaikat berkata, "Ya Tuhan kami ini adalah suara yang lemah, tetapi dikenal datang dari tempat yang jauh lagi terasing.” Allah Swt. berfirman, "Tidakkah kalian mengenalnya?” Para malaikat berkata, "Ya Tuhan kami, suara siapakah ini?” Allah Swt. berfirman, "Ini suara hamba-Ku Yunus.” Mereka berkata, "Hamba-Mu Yunus, yang sampai sekarang masih terus-menerus diangkat baginya amal yang diterima dan doa yang diperkenankan.” Para malaikat berkata lagi, "Ya Tuhan kami, tidakkah Engkau mengasihaninya atas apa yang telah dikerjakannya di masa sukanya, maka Engkau selamatkan dia dari cobaan ini.” Allah berfirman, "Baiklah.” Lalu Allah memerintahkan kepada ikan besar itu (untuk mengeluarkannya), maka ikan besar itu mencampakkannya di padang sahara.
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Yunus, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.

Ibnu Abu Hatim menambahkan bahwa Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Qasit, dan aku menceritakan hadis ini, bahwa ia mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Yunus dimuntahkan oleh ikan besar itu ke padang sahara. Dan Allah menumbuhkan buah labu di padang itu. Ketika kami bertanya kepada Abu Hurairah tentang buah tersebut, maka Abu Hurairah menjawab bahwa yang dimaksud adalah buah pohon labu.

Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa Allah menyediakan baginya kambing betina liar yang makan dari serangga tanah, lalu kambing liar itu memberinya air minum dari air susunya setiap pagi dan petang hingga Nabi Yunus dapat berdiri dan segar kembali.

Sehubungan dengan kisah ini Umayyah ibnu Abus Silt mengatakan dalam salah satu bait syairnya:

فَأَنْبَتَ يَقْطينًا عَلَيه برَحْمَةٍ ... مِن اللَّهِ لَولا اللهُ أُلْفِيَ ضَاحيا

Maka tumbuhlah buah labu berkat rahmat Allah untuknya. Kalau sekiranya tidak ada pertolongan Allah, tentulah Yunus mati.


‎Firman Allah Swt.:

{فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ}

Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus. (Ash-Shaffat: 145)
Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan al'ara ialah tanah tandus yang tidak ada tetumbuhan dan tidak ada pula bangunannya. Menurut suatu pendapat, tanah tersebut terletak di pinggir Sungai Tigris. Dan menurut pendapat lain adalah suatu tanah yang terletak di negeri Yaman; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

{وَهُوَ سَقِيمٌ}

sedangkan ia dalam keadaan sakit. (Ash-Shaffat: 145)
Yaitu lemah sekali tubuhnya. Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa tubuh Nabi Yunus saat itu tak ubahnya seperti itik yang masih belum tumbuh bulunya (yaitu baru menetas). As-Saddi mengatakan bahwa keadaan Nabi Yunus saat itu mirip dengan bayi yang baru lahir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. dan Ibnu Zaid.

{وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ}

Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. (Ash-Shaffat: 146)‎
Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Wahb ibnu Munabbih, Hilal ibnu Yusaf, Abdullah ibnu Tawus, As-Saddi, Qatadah, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon labu.

Hasyim telah meriwayatkan dari Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa setiap pohon yang tidak memiliki batang dinamakanyaqtin (labu).
Menurut riwayat lain yang bersumber darinya, setiap pohon yang dikonsumsi dalam sekali tanam dinamakan yaqtin.

Sebagian di antara mereka menyebutkan beberapa keistimewaan dari buah labu ini antara lain cepat pertumbuhannya, rindang pohonnya, besar, dan lembut buahnya. Buah labu tidak pernah dihinggapi oleh lalat, buahnya terasa enak dan dapat dimakan baik dalam keadaan mentah maupun dimasak, berikut kulitnya. Telah disebutkan pula dalam hadis bahwa Rasulullah Saw. Menyukai buah labu dan mencari-carinya di pinggir-pinggir piring (bila sedang makan).

Firman Allah Swt.:

{وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ}

Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (Ash-Shaffat: 147)
Syahr ibnu Hausyab telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa sesungguhnya diutusnya Nabi Yunus a.s. itu hanyalah sesudah ia dimuntah­kan oleh ikan besar yang menelannya.

Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Syahr ibnu Hausyab.

Ibnu AbuNajih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Yunus diutus kepada mereka sebelum ditelan oleh ikan besar.

Menurut hemat kami, tidaklah mustahil bila orang-orang yang dahulu Yunus a.s. diutus kepada mereka pada mulanya, memerintahkan kepadanya untuk kembali kepada mereka setelah dikeluarkan oleh ikan besar, lalu mereka semua membenarkannya dan beriman kepada­nya.

Al-Bagawi mengatakan dalam riwayat yang diutarakannya, bahwa Yunus diutus kepada umat lainnya sesudah dikeluarkan dari perut ikan besar; jumlah mereka seratus ribu orang atau lebih.

Firman Allah Swt.:
{أَوْ يَزِيدُونَ}

atau lebih. (Ash-Shaffat: 147)

Ibnu Abbas dalam suatu riwayat yang bersumber darinya menyebutkan, bahkan lebih dari seratus ribu orang, jumlah mereka adalah seratus tiga puluh ribu orang. Riwayat lain yang bersumber darinya menyebutkan seratus tiga puluh ribu orang lebih beberapa ribu. Menurut riwayat lainnya lagi yang bersumberkan darinya adalah seratus empat puluh ribu lebih beberapa ribu orang; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Sa'id ibnu Jubair menyebutkan lebih dari tujuh puluh ribu orang, yakni seratus tujuh puluh ribu orang.

Makhul mengatakan bahwa jumlah mereka seratus sepuluh ribu orang, menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ البَرْقي، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: سَمِعْتُ زُهَيرًا عَمَّنْ سَمِعَ أَبَا الْعَالِيَةِ قَالَ: حَدَّثَنِي أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ: أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِهِ: {وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ} ، قَالَ: "يَزِيدُونَ عِشْرِينَ أَلْفًا"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim Al-Barqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Zuhair menceritakan dari seseorang yang mendengarnya dari Abul Aliyah; ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Ubay ibnu Ka'b r.a. bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (Ash-Shaffat: 147) Maka beliau Saw. bersabda, bahwa mereka lebih dari dua puluh ribu(dari seratus ribu itu).

Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Ali ibnu Hujr, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Zuhair, dari seorang lelaki, dari Abdul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b dengan lafaz yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Ibnu Abu Hatim meriwayat­kan hadis ini melalui hadis Zuhair dengan sanad yang sama.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian ahli bahasa Arab dan kalangan penduduk Basrah mengatakan sehubungan dengan ungkapan ini bahwa yang dimaksud ialah sampai seratus ribu orang, atau jumlah me'reka lebih dari itu menurut kalian. Karena itu, Ibnu Jarir menempuh cara yang sama saat menafsirkan firman-Nya:

{ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً}

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu. bahkan lebih keras lagi. (Al-Baqarah: 74)

{إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً}

tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik)takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan rasa takutnya lebih dahsyat dari itu. (An-Nisa:77)
Dan firman Allah Swt.:

{فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى}

maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak)dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9)
Makna yang dimaksud ialah tidak kurang dari itu, bahkan lebih.
Firman Allah Swt.:

{فَآمَنُوا}

Lalu mereka beriman. (Ash-Shaffat: 148)
Lalu berimanlah seluruh kaum Nabi Yunus a.s.

{فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}

karena itu, Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (Ash-Shaffat: 148)
Yakni sampai dengan waktu ajal mereka, seperti pengertian yang terdapat pada ayat lain melalui firman-Nya:

{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}

Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka(kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)

Kisah Ditenggelamkannya Fir'aun Laknatulloh


Informasi yang tertuang di dalam Al Qur’an, mengenai Fir’aun yang hidup pada masa nabi Musa AS (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang masih utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap alam semesta ini.

Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ (38) وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ (39) فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (40) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ (41) وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ (42) 

Dan berkata Fir’aun, "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang yang pendusta, " dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru(manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan(dari rahmat Allah).  (QS Al-Qashash: 38-42)

Allah Swt. menceritakan kekafiran Fir'aun, kesewenang-wenangannya, dan apa yang dibuat-buatnya yang mengaku-aku bahwa dirinya adalah tuhan. Semoga laknat Allah tetap atas dirinya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ}

Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf: 54), hingga akhir ayat.

Demikian itu karena Fir'aun menyeru mereka untuk mengakui bahwa dirinya adalah tuhan, lalu mereka menaatinya karena kebodohan mereka dan hati mereka yang kosong.
Fir'aun mengatakan kepada mereka:

{يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}

Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al-Qashash: 38)

Allah Swt. menceritakan perihal sepak terjang Fir'aun melalui firman-Nya:

{فَحَشَرَ فَنَادَى * فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى * فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى * إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى}

Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesar kaumnya), lalu berseru memanggil kaumnya.' (Seraya) berkata, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 23-26)

Yakni dia mengumpulkan kaumnya dan berseru kepada mereka dengan suara yang keras seraya menjelaskan hal tersebut kepada mereka, lalu mereka menaati dan mendengarkannya. Karena itulah Allah mengazab dia dan menjadikan dia sebagai pelajaran bagi yang lainnya di dunia dan akhirat. Hingga Fir'aun sendiri berani mengemukakan hal tersebut kepada Musa melalui perkataannya yang disitir oleh firman-Nya:

{لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ}

Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy-Syu'ara: 29)
Adapun firman Allah Swt.:

{فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى}

Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa.(Al-Qashash: 38)

Fir'aun memerintahkan kepada Haman patihnya yang mengatur rakyatnya dan yang menjalankan roda pemerintahannya, agar membakar tanah liat (yakni batu bata) untuk membuat menara yang tinggi, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ. أَسْبَابَ السَّمَوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلا فِي تَبَابٍ}

Dan berkatalah Fir'aun, "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.(Al-Mu-min: 36-37)

Demikian itu karena Fir'aun memang membangun menara yang tinggi itu yang di masanya belum pernah ada bangunan setinggi itu. Hal tersebut tiada lain karena ia ingin membuktikan di mata rakyatnya akan kedustaan Musa dalam anggapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain Fir'aun. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{وَإِنِّي لأظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ}

dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta. (Al-Qashash: 38)
dalam ucapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain diriku, bukan karena dia dusta bahwa Allah Swt. telah mengutusnya, sebab pada prinsipnya Fir'aun tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Pencipta. Karena dia pernah mengatakan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

{وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ}

Siapakah Tuhan semesta alam itu? (Asy-Syu'ara: 23)

{لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ}

Sungguh jika kamu menyembah tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy-Syu'ara: 29)
Dan firman Allah Swt.:

{يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}

Hai pembesar-pembesarku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al-Qashash: 38)
Demikianlah menurut pendapat Ibnu Jarir.

Firman Allah Swt.:

{وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ}

dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. (Al-Qashash: 39)
Mereka berlaku sewenang-wenang, zalim, dan banyak menimbulkan kerusakan di bumi (Mesir) serta berkeyakinan bahwa kiamat itu tidak ada dan hari berbangkit itu tidak ada.

{فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ.إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ}

karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al-Fajr: 13-­14)
Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:

{فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ}

Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. (Al-Qashash: 40)
Yakni Kami tenggelamkan mereka di laut dalam waktu yang sebentar di pagi hari sehingga tiada yang tersisa seorang pun dari mereka.

{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ. وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ}

Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka. (Al-Qashash: 40-41)
bagi orang yang mengikuti jejak mereka dalam mendustakan rasul-rasul dan menelantarkan hak Tuhan Yang Maha Pencipta.

{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ}

dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.(Al-Qashash: 41)

Maka terhimpunlah pada diri mereka kehinaan di dunia dan terus berlangsung dengan kehinaan di akhirat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَهْلَكْنَاهُمْ فَلا نَاصِرَ لَهُمْ}

Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang penolong pun bagi mereka.(Muhammad: 13)
Adapun firman Allah Swt.:

{وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً}

Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini. (Al-Qashash: 42)

Artinya, Allah memberlakukan laknat terhadap mereka dan raja mereka (yaitu Fir'aun) pada lisan orang-orang yang beriman dari kalangan hamba-hamba-Nya lagi mengikuti rasul-rasul-Nya, sebagaimana mereka pun dilaknat di dunia melalui lisan para nabi dan para pengikutnya.

{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ}

dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (Al-Qashash: 42)

Qatadah mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

{وَأُتْبِعُوا فِي هَذِهِ لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ}

Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. (Hud: 99)

Firman-Nya

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90) آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92) 

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”Apakah sekarang (baru kamu percaya),padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS Yunus Ayat 90-92)

Allah Swt. menceritakan tentang penenggelaman Fir'aun bersama bala tentaranya. Sesungguhnya orang-orang Bani Israil ketika pergi meninggalkan negeri Mesir mengiringi Nabi Musa a.s.. jumlah mereka menurut suatu pendapat ada enam ratus ribu orang selain keluarga mereka. Sebelum itu mereka pernah meminjam dari orang-orang Qibti (Egypt) banyak perhiasan emas yang belum sempat mereka kembalikan kepada para pemiliknya, akhirnya perhiasan itu dibawa oleh mereka.

Mendengar berita kepergian mereka, kemarahan Fir'aun semakin menjadi-jadi terhadap kaum Bani Israil. Maka ia mengirimkan banyak utusannya untuk mengumpulkan bala tentaranya dari berbagai kota besar yang berada di bawah kekuasaannya. Lalu ia menaiki kendaraannya dan pergi mengejar kaum Bani Israil, diikuti oleh pasukan yang sangat besar jumlahnya, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. terhadap mereka. Tidak ada seorang pun yang tertinggal dari Fir'aun, termasuk kalangan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan di berbagai wilayah kerajaannya.

Fir'aun bersama bala tentaranya akhirnya berhasil mengejar kaum Bani Israil di waktu matahari terbit. Disebutkan oleh firman-Nya:

{فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ}

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.”(Asy-Syuara: 61)

Demikian itu terjadi setelah kaum Bani Israil sampai di tepi laut. sedangkan Fir'aun dan pasukannya berada di belakang mereka; dan tiada jalan lain bagi kedua belah pihak melainkan hanya berperang.

Pengikut-pengikut Nabi Musa a.s. mendesaknya untuk mencari jalan selamat dari kejaran mereka. Maka Nabi Musa a.s. menjawab bahwa ia diperintahkan oleh Allah untuk menempuh jalan itu.

{كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}

Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (Asy-Syu'ara: 62)

Bilamana dalam keadaan terjepit, maka jalan keluar menjadi luas. Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk memukul laut yang ada di hadapannya dengan tongkatnya. Maka Musa memukul laut itu dengan tongkatnya, dan laut itu pun terbelah. Tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar, semuanya ada dua belas belahan, sehingga tiap-tiap sibt (kabilah) Bani Israil menempuh satu jalan darinya. Dan Allah memerintahkan kepada angin untuk bertiup sehingga mengeringkan tanahnya.

{فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}

maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah takut akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam). (Thaha: 77)

Sepanjang jalan air itu berlubang seperti jendela agar masing-masing kaum dapat melihat kaum lainnya dan agar mereka jangan menduga bahwa teman mereka binasa. Akhirnya kaum Bani Israil dapat melewati laut itu dengan selamat.

Setelah mereka sampai di tepi yang lainnya tanpa ada yang ketinggalan, maka Fir'aun dan bala tentaranya baru sampai ke tepi laut dari arah yang berlawanan. Saat itu Fir'aun bersama seratus ribu pasukan berkuda dan pasukan lainnya yang beraneka ragam.

Ketika melihat laut terbelah, ia merasa ngeri dan surut serta berniat akan kembali bersama pasukannya. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi, tiada jalan untuk menghindar dari takdir yang telah dipastikan. Doa Nabi Musa telah diperkenankan, akhirnya datanglah Malaikat Jibril a.s. seraya menunggang kudanya yang menarik, lalu kuda Malaikat Jibril lewat di dekat (di samping) kuda Fir'aun dan merayunya. Kemudian Malaikat Jibril langsung masuk ke jalan laut itu, maka semua kuda yang ada di belakangnya ikut memasuki laut itu menyusulnya.

Fir'aun tidak dapat berbuat apa-apa, maka ia memberikan semangat kepada pembesar-pembesar kaumnya, "Bani Israil bukanlah orang-orang yang lebih berhak untuk menempuh laut ini daripada kita." Maka semuanya masuk ke dalam laut, dan Malaikat Mikail berada di belakang mereka menggiring semuanya tanpa ada seorang pun yang dibiarkannya melainkan ikut menyusul teman-temannya.

Setelah semua pasukan berada di dalam laut tanpa ada yang ketinggalan, dan yang terdepan dari seluruh rombongan mereka hampir sampai di tepi laut yang lainnya, maka Allah Yang Mahakuasa memerin­tahkan kepada laut agar menutup dan menelan mereka. Maka laut menelan mereka semuanya tanpa ada seorang pun dari mereka yang selamat. Ombak laut mengombang-ambingkan mereka, mencampakkan dan membantingnya, menelan Fir'aun dan mengungkungnya sehingga Fir'aun menghadapi sakaratul maut. Maka pada saat itu juga Fir'aun berkata, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ}

Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Yunus: 90)

Fir'aun baru beriman di saat iman tiada manfaatnya lagi baginya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}

Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan(nya) dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85)

Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam menjawab Fir'aun yang telah mengatakan kata-kata tersebut, yaitu:

{آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ}

Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu.(Yunus: 91)
Dengan kata lain. apakah baru sekarang kamu mengatakannya, padahal sesungguhnya kamu telah durhaka terhadap Allah sebelum ini.

{وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ}

dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91)
Yakni di muka bumi karena telah menyesatkan manusia.

{وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ}

Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)

Kisah yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang Fir'aun ini merupakan salah satu dari berita gaib yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مهْران، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَالَ فِرْعَوْنُ: {آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ} قَالَ: قَالَ لِي جِبْرِيلُ: [يَا مُحَمَّدُ] لَوْ رَأَيْتَنِي وَقَدْ أَخَذْتُ [حَالًا] مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَدَسَسْتُهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أن تناله الرحمة"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah. dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran. dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika Fir'aun berkata, "Aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, " Jibril berkata kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika aku mengambil tanah liat dari laut, lalu aku jejalkan ke dalam mulut Fir’aun, karena khawatir bila ia akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan)."

Imam Turmuzi, Imam Ibnu Jarir, dan Imam Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.

قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ وَعَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخِذٌ مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَأَدُسُّهُ فِي فَمِ فِرْعَوْنَ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ"

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Addi ibnu Sabit dan Ata ibnus Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah ber­sabda: Jibril mengatakan kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika Fir’aun, karena takut akan mendapat rahmat(niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan).”

Abu Isa At-Turmuzi telah meriwayatkannya pula bersama Ibnu Jarir yang bukan hanya satu jalur, dari Syu'bah dengan sanad yang sama, lalu disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, garib, juga sahih, dan dalam riwayat yang lain disebutkan pada Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar. dari Syu'bah, dari Ata, dari Addi, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas; salah seorang di antara keduanya ada yang me-marfu'-kannya, seakan-akan salah seorang dari keduanya ada yang tidak me-marfu'-kannya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Umar ibnu Abdullah ibnu Ya'la As-Saqafi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Allah menenggelamkan Fir'aun, Fir'aun mengisyaratkan dengan jari telunjuknya seraya mengucapkan kalimat berikut dengan suara yang keras, yaitu kalimat yang disebutkan oleh firman-Nya: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil. (Yunus: 90) Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Saat itu Malaikat Jibril merasa khawatir bila rahmat Allah mendahului murka-Nya. Maka Jibril mengambil tanah liat dengan kedua sayapnya, lalu tanah liat itu dipukulkan ke wajah Fir'aun dan menyumbat semua rongga kepalanya."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Sufyan ibnu Waki', dari Abu Khalid dengan sanad yang sama secara mauauf.

Telah diriwayatkan pula melalui hadis Abu Hurairah juga. Untuk itu, Ibnu Jarir mengatakan bahwa:

حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا حَكَّام، عَنْ عَنْبَسة -هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ -عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ، لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَغُطُّهُ وَأَدُسُّ مِنَ الْحَالِ فِي فِيهِ، مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ رَحْمَةُ اللَّهِ فَيَغْفِرَ لَهُ" يَعْنِي: فِرْعَوْنَ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam, dari Anbasah (yaitu Ibnu Abu Sa'id), dari Kasir ibnu Zazan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. an; men atakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jibril berkata kepadaku, "Hai Muhammad, sekiranya engkau melihatku di saat aku menyumbat dan menjejalkan mulutnya dengan tanah liat, karena takut bila dia mendapat rahmat dari Allah, lalu Allah mengampuninya (niscaya engkau akan melihat hal yang mengerikan)." Maksudnya adalah Fir'aun.

Menurut Ibnu Mu'in, Kasir ibnu Zazan ini orangnya tidak ia kenal. Abu Zar'ah dan Abu Hatim mengatakan bahwa dia adalah orang yang tidak dikenal. Tetapi perawi lainnya dalam sanad hadis ini semuanya berpredikat siqah. Hadis ini telah di-mursal-kan oleh sejumlah ulama Salaf, seperti Qatadah, Ibrahim At-Taimi, dan Maimun ibnu Mahran. Telah dinukil pula dari Ad-Dahhak ibnu Qais, bahwa ia menceritakan hadis ini dalam khotbahnya kepada orang banyak.

Firman Allah Swt.:

{فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)

Ibnu Abbas dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa sebagian kalangan Bani Israil merasa ragu dengan kematian Fir'aun. Maka Allah Swt. memerintahkan kepada laut agar mencampak­kan tubuh Fir'aun secara utuh tanpa roh dengan memakai baju besinya yang terkenal itu ke daratan yang tinggi agar mereka dapat mengecek kebenaran atas kematiannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Maka pada hari ini Kami selamatkan Kamu (Yunus : 92) Maksudnya, Kami angkat kamu ke suatu dataran yang tinggi. yakni tubuhmu. (Yunus: 92)

Menurut Mujahid, maknanya ialah jasadnya; sedangkan menurut Al-Hasan adalah jasad tanpa roh. Menurut Abdullah ibnu Syaddad yaitu keadaan tubuh yang utuh, yakni tidak ada yang sobek, agar mereka mengecek dan mengenalnya. Menurut Abu Sakhr berikut dengan baju besinya. Semua pendapat ini tidak ada pertentangan satu sama lainnya, melainkan saling melengkapi, seperti keterangan di atas.

Firman Allah Swt.:

{لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}

supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)

Yakni agar kamu dapat menjadi bukti bagi kaum Bani Israil bahwa kamu telah mati dan binasa; dan bahwa Allah, Dialah Yang Mahakuasa yang semua jiwa makhluk hidup berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan di hadapan kemurkaan-­Nya.

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa firman-Nya: supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 92) Yaitu tidak mau mengambil pelajaran dan peringatan darinya.

Kebinasaan Fir'aun beserta kaumnya terjadi pada hari 'Asyura, seperti apa yang dikatakan oleh Imam Bukhari dalam riwayat hadisnya. Disebutkan bahwa:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَر، حَدَّثَنَا شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المدينَة، وَالْيَهُودُ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ، فَصُومُوهُ"

Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Gundar, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari 'Asyura. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari kemenangan Musa atas Fir'aun." Maka Nabi Saw. bersabda kepada para sahabatnya:Kalian lebih berhak terhadap Musa daripada mereka, maka puasalah kalian pada hari ini.

Firman Allah Swt.:

{وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ}

Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 50)

Makna ayat, yaitu: Sesudah Kami selamatkan kalian dari Fir'aun dan bala tentaranya, lalu kalian berangkat bersama Musa a.s., dan Fir'aun pun berangkat pula mengejar kalian, maka Kami belahkan laut buat kalian. Hal ini diberitakan oleh Allah Swt. secara rinci yang akan di-kemukakan pada tempatnya, dan yang paling panjang pembahasannya ialah dalam surat Asy-Syu'ara, insya Allah.

Fa anjainakum, yakni Kami selamatkan kalian dari mereka dan Kami halang-halangi antara kalian dan mereka; lalu Kami tenggelamkan mereka, sedangkan kalian sendiri menyaksikan hal tersebut, agar hati kalian lebih tenang dan lega serta lebih meyakinkan dalam menghina musuh kalian.

Abdur Razzaq meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi sehubungan dengan firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian," sampai dengan firman-Nya, "sedangkan kalian menyaksikan." Bahwa tatkala Musa berangkat bersama kaum Bani Israil, beritanya terdengar oleh Fir'aun. Maka Fir'aun berkata, "Janganlah kalian mengejar mereka sebelum ayam berkokok (waktu pagi hari)." Akan tetapi, demi Allah, pada malam itu tiada seekor ayam jago pun yang berkokok hingga pagi hari. Lalu Fir'aun memerintahkan agar didatangkan ternak kambing, lalu kambing-kambing itu disembelih. Fir'aun berkata, "Aku tidak akan mengambil hatinya sebelum berkumpul di hadapanku enam ratus ribu orang Qibti." Ternyata sebelum dia mengambil hati kambing-kambing yang telah disembelih itu telah berkumpul di hadapannya enam ratus ribu orang Qibti.

Ketika Musa sampai di tepi laut, maka berkatalah kepadanya salah seorang dari sahabatnya yang dikenal dengan nama Yusya' ibnu Nun, "Manakah perintah Tuhanmu?" Musa berkata, "Di hadapanmu," seraya mengisyaratkan ke arah laut. Lalu Yusya' ibnu Nun memacu kudanya ke arah laut hingga sampai di tempat yang besar ombaknya, kemudian ombak menepikannya dan ia kembali (ke tepi), lalu bertanya lagi, "Manakah perintah Tuhanmu, hai Musa? Demi Allah, engkau tidaklah berdusta, tidak pula didustakan." Yusya' ibnu Nun melakukan hal tersebut sebanyak tiga kali. Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Musa dan memerintahkan kepadanya agar memukul laut dengan tongkatnya. Musa a.s. memukulkan tongkatnya, ternyata laut terbelah, dan tersebutlah bahwa setiap belahan itu pemandangannya sama dengan bukit yang besar.

Kemudian Musa berjalan bersama orang-orang yang mengikutinya, lalu Fir'aun dan bala tentaranya mengejar mereka melalui jalan yang telah ditempuh mereka. Tetapi ketika Fir'aun dan semua bala tentaranya telah masuk ke laut, maka Allah menenggelamkan mereka dengan menangkupkan kembali laut atas diri mereka. Karena itu, disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan para pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 50)

Hal yang sama dikatakan pula oleh bukan hanya seorang ulama Salaf, seperti yang akan dijelaskan nanti pada tempatnya.

Di dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa hari tersebut adalah hari yang jatuh dalam bulan Asyura. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan: 


حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: "مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَ؟ ". قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ، هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ ، فَصَامَهُ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ". فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَرَ بِصَوْمِهِ.

Telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abdullah ibnu Sa'id ibnu Jubair, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hadis berikut: Rasulullah Saw. tiba di Madinah dan beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa pada had Asyura. Maka beliau bersabda, "Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?" Mereka menjawab, "Ini adalah hari yang baik, ini adalah hari ketika Allah Swt. menyelamatkan Bani Israil dan musuh mereka, maka Musa melakukan puasa padanya." Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian."Kemudian Rasulullah Saw. puasa dan memerintahkan (para sahabat) agar melakukan puasa di hari itu.

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur periwayatan dari Ayub As-Sukhtiyani dengan lafaz yang semisal.


وَقَالَ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا سَلَّامٌ -يَعْنِي ابْنَ سُلَيْمٍ-عَنْ زَيْدٍ العَمِّيّ عَنْ يَزِيدَ الرَّقَاشِيِّ عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " فَلَقَ اللَّهُ الْبَحْرَ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ "

Abu Ya’la Al-Mausuli meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi', telah menceritakan kepada kami Salam (yakni Ibnu Sulaim), dari Zaid Al-Ama, dari Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Allah membelah laut bagi kaum Bani Israil pada hari Asyura.
Hadis ini daif ditinjau dari sanad ini, karena sesungguhnya Zaid Al-Ama orangnya berpredikat daif, sedangkan gurunya, yaitu Zaid Ar-Raqqasyi, lebih daif lagi darinya.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...