Kamis, 14 Oktober 2021

Penjelasan Tentang Tawassul


Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab Wadaais-shahib hadits no.3, Rasulullah SAW bertawassul supaya Umar jangan lupa untuk menyertakan Rasulullah dalam segala do’anya di Mekkah ketika umrah :

عَنْ عُمَرَبْنِ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ اِسْتَأْذَنْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى اْلعُمْرَةِ فَأذِنَ لىِ وَقَالَ: لاَتَنْسَنَا يَااُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ فَقَالَ كَلِمَةً مَايَسُرُّنِى اَنَّ لىِ بِهَاالدُّنْيَا. وَفِى رِوَايَةِ قَالَ اَشْرِكْنَا يَااُخَىَّ فِى دُعَائِكَ. رواه ابوداود والترمذى

“Dari shahabat Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: saya minta idzin kepada Nabi SAW untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengidzinkan saya dan Rasulullah SAW bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam do’amu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lelah senang dari pada pendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW bersabda: sertakanlah kami dalam do’amu”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Wasilah secara syar’i (terminologi) yaitu yang diperintahkan di dalam Al-Qur-an adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu berupa amal ketaatan yang disyari’atkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” [Al-Maa-idah: 35]

أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوراً

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya, sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti” [Surat Al-Isra [17] : 57]

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu berkata: “Makna wasilah dalam ayat tersebut adalah peribadahan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah (al-Qurbah).” Demikian pula yang diriwayatkan dari Mujahid, Abu Wa’il, al-Hasan, ‘Abdullah bin Katsir, as-Suddi, Ibnu Zaid dan yang lainnya. Qatadah berkata tentang makna ayat tersebut:

تَقَرَّبُوْا إِلَيْهِ بِطَاعَتِهِ وَالْعَمَلِ بِمَا يُرْضِيْهِ.

“Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang diridhai-Nya.”

Adapun tawassul (mendekatkan diri kepada Allah dengan cara tertentu) ada tiga macam:
1. Masyru’, yaitu tawassul kepada Allah Azza wa Jalla dengan Asma’ dan Sifat-Nya dengan amal shalih yang dikerjakannya atau melalui do’a orang shalih yang masih hidup.
2. Bid’ah, yaitu mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan cara yang tidak disebutkan dalam syari’at, seperti tawassul dengan pribadi para Nabi dan orang-orang shalih, dengan kedudukan mereka, kehormatan mereka, dan sebagainya.

3. Syirik, bila menjadikan orang-orang yang sudah meninggal sebagai perantara dalam ibadah, termasuk berdo’a kepada mereka, meminta hajat dan memohon pertolongan kepada mereka.

Tawassul dalam pengertian Agama adalah berdoa kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara sesuatu yang mempunyai nilai lebih. Tawassul berarti menjadikan sesuatu sebagai perantara dalam usahanya untuk memperoleh kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT, atau untuk mewujudkan keinginan dan cita citanya. Berdoa dengan bertawassul maksudnya memohon kepada Allah dengan menyebutkan sesuatu yang dicintai dan diridloi-Nya.

Tawassul merupakan salah satu cara atau metode serta bentuk dalam memohon yang diarahkan dan dihadapkan kepada Allah SWT, dengan menggunakan “kelebihan” sesuatu dalam do’a tersebut. Sedang hakikat dalam berdo’a dengan bertawassul adalah menghadap yang sebenar benarnya kepada Allah SWT. Orang yang bertawassul itu sama dengan berdo’a dengan menggunakan media atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, kalau terjadi keyakinan selain ini (hanya sekedar media / wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah) maka orang yang berdoa telah melakukan Syirik.

Orang melakukan tawassul atau berperantara dengan seseorang karena dia mencintainya dan punya keyakinan bahwa Allah juga mencintai orang tersebut (seseorang yang menjadi perantara tersebut) karena juga sebagai orang yang Sholih. Namun bertawassul bukan merupakan keharusan dalam berdo’a, bukan merupakan syarat dalam berdo’a, bukan penyebab terkabulkan do’a, hanya sekedar menambah kemantapan (dalam perasaan) untuk terkabulkan doanya, sedangkan dalam berdo’a secara mutlak adalah permohonan yang tertuju khusus kepada Allah SWT.

Semua ulama sepakat bertawassul kepada Allah SWT dengan menggunakan amal Sholeh sendiri, sangat dianjurkan, seperti kita melakukan sholat, berpuasa, baca Alqur’an atau bersedekah kemudian berdo’a kepada Allah dan bertawassul dengan puasanya, sholatnya, sedekahnya atau bacaan Alqur’anya. Bertawassul seperti ini sangat diharapkan untuk bisa terkabulkan do’anya dan memperoleh yang diminta. Dasar dari ungkapan ini adalah hadits Nabi yang menceritakan tiga orang yang sedang berlindung didalam gua tapi guanya tertutup dengan batu, sehingga mereka tidak bisa keluar, mereka sepakat memohon kepada Allah sambil bertawassul dengan Amal shalih yang pernah mereka lakukan sebelumnya, yang satu bertawassul dengan perbuatan berbakti kepada kedua orang tuanya, yang satu lagi bertawassul dengan pernah menjauhi perbuatan dosa atau maksiyat dan yang terakhir bertawassul dengan pernah menanggung amanat orang lain tanpa pamrih sedikitpun. 

Hadits secara lengkap adalah sebagai berikut:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما عن النَبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: خَرَجَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ يَمْشُوْنَ، فَأَصَابَهُمْ المَطَرُ، فَدَخَلُوْا فِِي غَارٍ فِي جَبَلٍ، فَانْحَطَتْ عَلَيْهِِمْ صَخْرَةٌ، قَالَ: فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: ادْعُوا اللهَ بِأَفْضَلَ عَمَلٍ عَمِلْتُمُوهُ، فَقَالَ أَحَدُهُمْ: اَللهُمَّ إِنِّي كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ، فَكُنْتُ أَخْرُجُ فَأَرْعَى، ثُمَّ أَجِيْءُ فَأَحْلِبُ، فَأَجِيْءُ بِالحِلاَبِ، فَآتِي بِهِ أَبَوَيَّ فَيَشْرَبَانِ، ثُمَّ أَسْقِي الصِبْيَةَ وَأَهْلِي وَامْرَأَتِي، فَاحْتُبِسْتُ لَيْلَةً فَجِئْتُ فَإِذاً هُمَا نَائِمَانِ، قَالَ: فَكَرِهْتُ أَنْ أُوْقِظَهُمَا، وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغُوْنَ عِنْدَ رِجْلِي، فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبُهُمَا حَتَى طَلَعَ الفَجْرُ، اللهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَمَاءَ، قَالَ: فَفُرِجَ عَنْهُمْ، وَقَالَ الآخَرُ: اللهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أُحِبُّ امْرَأةً مِنْ بَنَاتِ عَمّي، كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرَّجُلُ النِّسَاءَ، فَقَالَتْ: لاَ تَنَالُ ذَلِكَ مِنْهَا، حَتَى تُعْطِيَهَا مِائَةَ دِيْنَارٍ، فَسَعَيْتُ فِيْهَا حَتَى جَمَعْتُهَا، فَلَمَا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا، قَالَتْ: اِتَّقِ اللهَ، وَلاَ تَفُض الخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِّهِ، فِقُمْتُ وَتَرَكْتُهَا، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً، قَالَ:فَفُرِجَ عَنْهُمْ الثُلُثَيْنِ، وَقَالَ الآخَرُ: اللهُمَّ إِنُ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي اسْتَأْجَرْتُ أَجِيْراَ بِفِرَقٍ مِنْ ذُرَّةٍ، فَأَعْطَيْتُهُ وَأَبَى ذَاكَ أَنْ يَأْخُذَ، فَعَمِدْتُ إِلَى ذَلِكَ الفِرَقِ فَزَرَعْتُهُ حَتَى اشْتَرَيْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرَاعِيْهَا، ثُمَّ جَاءَ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ الله أَعْطِنِي حَقِّي، فَقُلْتُ اِنْطَلِقْ إِلَى تِلْكَ البَقَرِ وَرَاعِيْهَا، فَإِنَّهَا لَكَ، فَقَالَ:أَتَسْتَهْزِئُ بِي؟ قَالَ: فَقُلْتُ: مَا أَسْتَهَزِئُ بِكَ وَلَكِنّهَا لَكَ، اللهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَافْرُجْ عَنَّا، فَكُشِفَ عَنْهُمْ .روواه البخاري في كتاب البيوع حديث رقم: 603

Dari Ibn Umar RA dari Nabi SAW berkata: ada tiga orang yang sedang melakukan perjalanan, kemudian datang hujan, mereka berteduh di dalam gua disebuah gunung, dan runtuhlah sebuah batu besar menutup (pintu) gua tersebut ,-Nabi bercerita- maka sebagian dari mereka mengatakan: Berdoalah kalian dengan bertawassul / berperantara amal terbaik kalian, maka berdoalah seseorang dari mereka: Allahumma, saya mempunyai dua orang tua yang telah renta, pekerjaan saya menggembala (disiang hari), pulang dan merah susu untuk mereka, aku bawakan susu kepada mereka untuk diminum, kemudian untuk anak anak dan isteriku. Suatu malam aku terlambat pulang dan mereka telah tidur, -Nabi SAW bercerita- saya tidak berani membengunkan mereka, anak anaku di kakiku iri dengan mereka, begitu itu sampai fajar menyingsing. Ya Allah, Engkau tahu bahwa itu aku lakukan untuk mencari ridlo-Mu, maka bukakan batu ini sehingga kami melihat langit. -Nabi SAW bercerita- maka dibukakanlah batu tersebut sedikit. Yang lain berdoa: Ya Allah, Engkau tahu aku mencinta seorang perempuan dari sepupuku, seperti orang sedang dimabuk cinta pada wanita, dia mengatakan: kamu tidak akan mendapatkan tubuhku kecuali memberi uang seratus dinar. Aku usahakan untuk mengumpulkanya, sampai kuperolehnya, dan disaat aku sudah duduk diantara kedua pahanya, dia berkata: Takutlah kamu kepada Allah, Jangan lah kamu lobangi cincin itu kecuali dengan hak haknya. Aku berdiri dan meninggalkanya.Ya Allah, Kamu tahu aku melakukan itu karena mencari ridlo-Mu, maka bukakanlah batu ini. Maka terbukalah batu tersebut dua pertiga. Dan yang lain berdoa: Ya Allah, Engkau tahu aku mempekerjakan seorang dengan bayaran segantang jagung, pada waktu aku berikan upah kerjanya dia menolak dan pergi. Kemudian aku tanam jagung tersebut dan berkembang sampai bisa untuk membeli sapi dan kandangnya. Beberapa tahun kemudian dia datang sambil berkata: Hai Abdullah, berikan hak saya yang dulu, aku jawab: ambillah sapi itu, dia berkata: jangan mengejekku, -Nabi bercerita-: aku menjawab: bukan aku mengejekmu, tapi itu milikmu. Ya Allah, ku lakukan itu karena mencari ridlo-Mu, maka bukakanlah batu itu. Dan terbukalah batu tersebut. (HR Bukhori:603)

Namun yang menjadi permasalahan disini adalah bertawassul bukan dengan amal shalih sendiri, tapi menggunakan keberadaan atau kepribadian orang lain, atau bertawassul dengan para Nabi, dengan para Wali Allah, dengan orang Shalih dan lain sebagainya seperti;

Ya Allah saya bertawasul kepada-Mu dengan keagungan Nabi-Mu Muhammad SAW, Ya Allah saya bertawasul kepada-Mu dengan Shahabat Nabi-Mu Abu Bakar Shidiq, Ya Allah saya bertawasul kepada-Mu dengan Kekasih-Mu Wali-Mu Syekh Abdul Qodir Jaelani, Ya Allah selamatkan umat ini dengan Ahli perang Badar dan seterusnya, tawassul semacam ini dikatakan oleh sebagian orang sebagai hal terlarang, yang bid’ah dan yang melakukanya menjadi musyrik. 

Kalau kita perhatikan sejenak, bertawassul dengan keberadaan orang lain tersebut hakikatnya kita bertawassul dengan amal kita sendiri, kita punya keyakinan bahwa seseoramg yang kita hormati dan kita cintai adalah orang yang dicintai oleh Allah SWT, karena beliau adalah orang yang berjihad menegakkan agama Allah, Rasa cinta kita kepada orang tersebut merupakan amal kita, dalam berdo’a dan bertawassul tersebut seperti kita mengatakan: “Ya Allah, saya mencintai dia, dia telah mencintai-Mu, dia secara ikhlas berjuang menegakkan agama-Mu, dan saya percaya Engkau mencintainya, Engkau ridlo atas perbuatanya, maka dengan ini aku bertawassul / berperantara dengan cintaku padanya dan dengan keyakinanku bahwa Engkau mencintainya agar Engkau memberiku ………”. Ungkapan ini dengan ungkapan diatas tadi adalah sama, sehingga tidak ada larangan dari siapapun dalam melaksanakan do’a dengan tawassul seperti contoh contoh diatas.

Bahkan bertawassul merupakan ajaran yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan, dan adakalanya menyampaikan dalam sebuah cerita yang menjadi teladan atau beliau sendiri juga melakukan. 

Beberapa dalil hadits berikut sebagai contoh tawassul:

1.      Nabi Adam bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW.

عَنْ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رضي الله عنه قال: قال رسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: “لَمَا اقْتَرَفَ آدَمُ الخَطِيْئَةَ، قَالَ: يَا رَبِّ ! أَسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي، فَقَالَ الله: يَا آدَمُ ! كَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أَخْلُقُهُ ؟ قَالَ: يَا رَبِّ ! ِلأَنَّكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيَدِكَ، وَنَفَخْتَ فِيّ مِنْ رُوْحِكَ، رَفَعَََََََََََََََْتُ رَأْسِي فَرَأَيْتُ عَلَى قَوَائِمِ العَرْشِ مَكْتُوْبًا: لااِلَهَ الا الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله، فَعَلِمْتُ أَنَّكَ لَمْ تُضِفْ اِلَى اسْمِكَ إِلاَ اَحَبَّ الخَلْقِ اِلَيْكَ، فَقَالَ الله: صَدَقْتَ يَا آدَمُ، إِنَّهُ لأَحَبُّ الخَلْقِ اِلَيَّ، ادْعُنِي بِحَقِّهِ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ، وَلََََََوْلا مُحَمَدٌ مًا خَلَقْتُكَ”
أخرجه الحاكم في المستدرك وصححه 2/615

Dari Umar ibn Khathab RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: ketika Adam melakukan kesalahan, berdoa: Ya Tuhanku, saya memohon dengan keberadaan Muhammad, agar Engkau mengampuniku. Allah bertanya: Hai Adam, Bagaimana kamu mengenal Muhammad padahal Aku belum menciptakanya ? Jawab Adam: Ya Tuhanku, sewaktu Engkau menciptakanku, dan meniupkan Ruh kepadaku, aku mengangkat kepalaku dan kulihat tulisan di tiang Arsy : Lailaha illa Allah, Muhammad Rasulullah, dari situ aku ngerti bahwasanya Engkau tidak menyandingkan ke Asma Mu kecuali makhluk yang paling Engkau cintai. Allah berfirman: Kamu benar hai Adam, dia adalah makhluk yang paling aku cintai, berdoalah dengan (bertawassul) keberadaanya maka Aku ampuni kamu, seandainya tidak ada Muhammad aku tidak menciptakanmu.” (HR Al Hakim dalam Al-Mustadrak 2\615)

Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail An-Nubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Al-Mawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Al-Mawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ As-Saqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois An-Nubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih.

Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi:

فلولا محمد ما خلقت آدم ولا الجنة ولا النار (أخرجه الحاكم فى المستدرك ج: 2 وص:615

Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad, demikian juga Syekh Islam Al-bulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Al-wafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180. Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama’, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh wattta’dil (penilaian kuat dan tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh.

Dalam hadits ini diceritakan oleh Rasulullah SAW bahwa Nabi Adam bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW, maka ada kesimpulan yang bisa dipetik sebagai berikut:

A. Nabi Adam bertawassul dengan makhluk yang belum diciptakan (Muhammad), berarti boleh melakukan tawassul dengan orang yang tidak atau belum hidup.‎
B. Boleh bertawassul dengan keberadaan orang, bukan hanya dengan amal shalih.‎
C. Bertawassul dengan orang yang mempunyai nilai tinggi disisi Allah.

2.   Orang Yahudi bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW.

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلىَ الذِيْنَ كََفَرُوْا، فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهِ فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى الكَافِرِيْنَ {البقرة 89

“Dan setelah datang kepada mereka Alqur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka memohon (dengan bertawassul kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah lah atas orang kafir”. (QS 2:89)

Dalam ayat ini Allah menceritakan ulah kaum Yahudi yang mengingkari kedatangan seorang Nabi yang mereka tunggu dengan membawa Kitab yang membenarkan / meluruskan kitab milik mereka, dimana sebelumnya mereka selalu bertawassul / berperantara dengan Nabi yang akan datang memohon kepada Allah untuk diberi kemenangan dalam setiap berperang melawan orang orang kafir.

3.   Tawassul dengan Nabi SAW semasa hidupnya.

Diriwatyatkan oleh Imam Hakim:

عن عثمان بن حنيف قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم وجاءه رجل ضريرفشكا إليه ذهاب بصره، فقال : يا رسول الله ! ليس لى قائد وقد شق علي فقال رسول الله عليه وسلم : :ائت الميضاة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم قل : اللهم إنى أسألك وأتوجه إليك لنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى لى عن بصرى، اللهم شفعه فيّ وشفعنى فى نفسى، قال عثمان : فوالله ما تفرقنا ولا طال بنا الحديث حتى دخل الرجل وكأنه لم يكن به ضر. (أخرجه الحاكم فى المستدرك)

Dari Utsman bin Hunaif: “Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat” Rasulullah berkata “Ambillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata: “bacalah doa (artinya)” Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafa’at untukku dan berilah aku syafaat”. Utsman berkata: “Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar”. (Hadist riwayat Hakim di Mustadrak)

Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib.

Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya.

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَنِيْفٍ، أَنَّ رَجُلاً ضَرِيْرَ البَصَرِ أَتَى النَّبِيَ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَنِي، قَالَ: إِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ وَإِنْ شِئْتَ صَبَرْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قَالَ: فَادْعُهُ، قَالَ: فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ، وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ، اللهُمَّ إِنِي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ، لِتَقْضِىَ لِي، اللهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ . رواه الترمذي في كتاب الدعوات حديث رقم: 16604 قَال الترمذي: حديث حسن صحيح

Dari Utsman ibn Hanif, bahwasanya ada seorang lelaki buta menghadap Nabi SAW seraya berkata: Doakanlah kepada Allah agar menyembuhkan kebutaanku. Nabi berkata: kalau memang kamu mau akan aku doakan, dan kalau kamu bersabar akan lebih baik bagimu. Orang tersebut berkata: doakanlah. Nabi memerintahkan agar mengambil air wudlu dengan sempurna, kemudian meminta kepada Allah dengan doa seperti ini: Ya Allah, saya memohon dan menghadap kepada Mu dengan perantara Nabi Mu Muhammad, Nabi pembawa rahmat, saya menghadap denganmu (Muhammad) kepada Tuhanku dalam urusanku agar dikabulkan untukku, Ya Allah kabulkanlah untukku. (HR Tirmidzi 16604, haditsnya Hasan Shahih)

Dalam hadits riwayat Tirmidzi ini, Nabi mengajarkan bagaimana sebaiknya tawassul itu dilakukan, diajarkan agar melakukan tawassul dengan dirinya, tapi doa tetap tertuju kepada Allah SWT. Berdoa memang bisa langsung kepada Allah, bisa minta kepada orang yang lebih shalih untuk mendoakan untuknya, tapi juga bisa dilakukan sendiri dan bertawassul dengan Nabi seperti cerita kedatangan orang tersebut kepada Nabi agar beliau berkenan mendoakan dan menjadi perantara / wasilah, atau juga do’a bisa dilakukan dengan tanpa tawassul, tapi bertawassul lebih baik bagi yang berdo’a seperti yang diajarkan oleh beliau.

4.       Tawassul dengan barang bekas dari Nabi SAW
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ خَاتَمُ النَبِي صلى الله عليه وسلم فِي يَدِهِ، وَفِي يَدِ أَبِي بَكْرٍ بَعْدَهُ، وَفِي يَدِ عُمَرَ بَعْدَ أَبِي بَكْرٍ، فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ جَلَسَ عَلَى بِئْرِ أَرِيْسَ، قَالَ: فَأَخْرَجَ الخَاتَمَ، فَجَعَلَ يَعْبَثُ بِهِ فَسَقَطَ، قَالَ:فَاخْتَلَفْنَا ثَلاَثَةَ أَيَامٍ مَعَ عُثْمَانَ، فَنُزِحَ البِئْرُ، فَلَمْ يَجِدْهُ .رواه البخاري في كتاب اللباس حديث رقم: 5429

Dari Anas berkata: Cincin Nabi SAW dulu berada di tangan beliau, setelah itu berada pada tangan Abu Bakar, terus berada pada tangan Umar setelah Abu Bakar, pada masa Utsman sewaktu beliau duduk dipinggir sumur Aris – Anas bercerita – beliau melepas cincin tersebut, namun cincin tersebut terlepas dan masuk kedalam sumur, selama tiga hari kami mencari dengan Utsman, sampai sumur dikuras cincin tersebut tidak ditemukan. (HR Bukhori:5429)

Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa barang bekas pakai oleh Nabi SAW bisa dibuat tawassul, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka memakai cincin Nabi SAW untuk apa kalau bukan untuk bertawassul disetiap langkah dan setiap aktivitas agar memperoleh perlindungan Allah SWT, lebih jelasnya kita lihat hadits (باب مَا أَكْرَمَ اللَّهُ تَعَالَى نَبِيَّهُ بَعْدَ مَوْتِهِ) berikut ini:

عن عبدالله عَنْ أَسْمَاءَ فَقَالَتْ هَذِهِ جُبَّةُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَخْرَجَتْ إِلَىَّ جُبَّةَ طَيَالَسَةٍ كِسْرَوَانِيَّةً لَهَا لِبْنَةُ دِيبَاجٍ وَفَرْجَيْهَا مَكْفُوفَيْنِ بِالدِّيبَاجِ فَقَالَتْ هَذِهِ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا وَكَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يَلْبَسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى يُسْتَشْفَى بِهَا.
صحيح مسلم – (ج 14 / ص 23

Dari Abdullah berkata: Asma menunjukkan jubbah lorek lorek yang sakunya terbuat dari sutera tebal yang biasa diperuntukkan para raja Kisra (Persia), dengan model terbelah depanya, Asma mengatakan: ini Jubbah Rasulullah SAW yang biasa dipakainya, dulu ada pada Aisyah, namun setelah Aisyah wafat aku pegang untukku, dan kami mencucinya kalau ada orang sakit untuk pengobatan agar sembuh. (HR Muslim 14:23)
Beberapa sahabat Nabi bertawassul dengan jubbah beliau dalam urusan pengobatan untuk setiap orang yang sakit, hal itu dikatakan dengan kata “Nahnu” yang artinya kami, membuktikan bahwa dalam kepercayaan para sahabat terhadap barang barang yang ditinggalkan oleh Nabi SAW adalah mempunyai nilai lebih dibandingkan barang biasa yang juga bisa digunakan tawassul, selain jubbah dan cincin tersebut masih ada juga mereka berebut rambut Nabi, helai perhelai disimpannya, bahkan air bekas wudlu beliaupun diperebutkan disaat beliau masih hidup tanpa ada larangan dari beliau.

5.      Tawassul dengan orang yang punya nilai lebih.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَابِ رضي الله عنه كَانَ إِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقَى بِالعَبَاسِ بْنِ عَبْدِ المُطَلِّبِ فَقَالَ: اللهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا، قَالَ: فَيُسْقَوْنَ . رواه البخاري في كتاب الجمعة حديث رقم: 954

Dari Anas ibn Malik bahwasanya Umar ibn Khathab apabila mengalami paceklik (kekeringan) meminta hujan kepada Allah sambil bertawassul dengan Abbas ibn Abdul Muthalib, beliau berdoa: Ya Allah, dulu kami meminta kepada Mu sambil bertawassul dengan Nabi Mu, tapi kini kami memohon kepada Mu sambil bertawassul dengan paman Nabu Mu, maka turunkanlah hujan. Anas berkata: maka turunlah hujan. (HR Bukhari:954)

6.      Tawassul dengan kubur Nabi SAW.

عَنْ أَبِي الجَوْزَاء أَوْسِ بْنِ عَبْدِ الله قَالَ: قَحَطَ أَهْلُ المَدِيْنَةِ قَحْطًا شَدِيْدًا، فَشَكَوْا إِلَى عَائِشَةَ، فَقَالَتْ: انْظُرُوْا قَبْرَ النَّبِي صَلىَّ الله عليه وَسَلَّمَ، فَاجْعَلُوْا مِنْهُ كِوًى إِلَى السَّمَاءِ حَتىَّ لاَ يَكُوْنَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ السَّمَاءِ سَقْفٌ، قَالَ: فَفَعَلُوْا فَمُطِرْنَا مَطَرًا حَتىَّ نَبَتَ العُشْبُ وَسَمِنَتْ الإِبِلُ، حَتىَ تَفَتَقَتْ مِنَ الشَّحْمِ فَسُمِيَ عَامُ الفَتَقِ .رواه الدارمي في المقدمة حديث رقم: 92

Dari Abi al Jauza Aus ibn Abdillah bercerita: Penduduk Madinah dilanda kekeringan sangat parah, mereka mengadu kepada Aisyah (Isteri Rasulullah), maka saran beliau: lihatlah kuburan Rasulullah SAW dan jadikanlah (dalam doa kalian) sebagai kunci (tawassul) ke langit, sehingga antara kuburan dan langit tidak ada atap yang menghalangi. Abu al Jauza berkata: mereka melakukan saran tersebut, maka diturunkanlah hujan sampai rumput tumbuh, dan onta gemuk, sehingga penuh dengan lemak, akhirnya disebut tahun yang subur. (HR Dailami:92)

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

عن أنس بن مالك إن عمر بن خطاب كان إذا قطحوا استسقى بالعباس بن عبد المطلب فقال : اللهم إنا كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا وإنا ننتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا قال : فيسقون (أخرجه الإمام البخارى فى صحيحه ج: 1 ص:137 )

Riwayat Bukhari: dari Anas bin Malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata: “Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui Nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman Nabi kami maka turunkanlah hujan, lalu turunlah hujan.

Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul.

عن أبى سعيد الحذري قال : رسول الله صلى الله عليه وسلم : من خرج من بيته إلى الصلاة، فقال : اللهم إنى أسألك بحق السائلين عليك وبحق ممشاى هذا فإنى لم أخرج شرا ولا بطرا ولا رياءا ولا سمعة، خرجت إتقاء شخطك وابتغاء مرضاتك فأسألك أن تعيذنى من النار، وأن تغفر لى ذنوبى، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت، أقبل الله بوجهه واستغفر له سبعون ألف ملك (أخرجه بن ماجه وأحمد وبن حزيمة وأبو نعيم وبن سنى).

Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murka-Mu dan karena mencari ridla-Mu, maka aku meminta-Mu agar Kau selamatkan dari neraka, agar kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diri-Mu”, maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya”. (Riwayat Ibnu Majad dll.).

Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang ma’qool, akan tetapi Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119).Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Al-afkar 1/272). Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323).

Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98).

Pandangan Para Ulama’ Tentang Tawassul Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu.

Kadang sebagian orang masih kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil saja tanpa harus menyertakan pendapat ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya. Namun untuk lebih memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan pandangan ulama’ mengenai hal tersebut.

Pandangan Ulama Madzhab Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:”Kalau aku berziarah ke kubur Nabi saw, apakah menghadap kubur atau qiblat? Imam Malik menjawab: “Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat maka Allah akan memberimu syafaat”. (Al-Syifa’ karangan Qadli ‘Iyad al-Maliki jus: 2 hal: 32).

Demikian juga ketika Imam Ahmad bin Hanbal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab : “Syafii ibarat matahari bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita” (Syawahid al-Haq, Yusuf bin Ismail an-Nabhani: hal, 166)

(شواهد الحق ليوسف بن إسماعيل النبهانى ص:166)

Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:

آل النبى ذريعتى # وهم إليه وسيلتى

أرجو بهم أعطى غدا # بيدى اليمن صحيفتى

( الصواعق المحرقة لأحمد بن حجر المكى ص:180)

“Keluarga Nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad),‎
Aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku” (Ash-Shawaiq al-Muhriqah Ahmad Ibn Hajar al-Makki, hal: 180)

- Pandangan Imam Taqyuddin Assubky

Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom hal 160)

- Pandangan Imam  Ibnu Taimiyah

Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi:

أن النبي علم شخصا أن يقول : اللهم إنى أسألك وأتوسل إليك بنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى حاجتى ليقضيها فشفعه فيّ (أخرجه الترميذى وصححه).

Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa: (artinya) “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dan bertwassul kepada-MU melalui Nabi-Mu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku sya’faat”. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276)

- Pandangan Imam Syaukani

Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain (orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma’ para shahabat.

- Pandangan Muhammad bin Abdul Wahab (Pendiri Wahabi).‎

Beliau melihat bahwa tawassul adalah sesuatu yang makruh menurut jumhur ulama’ dan tidak sampai menuju pada tingkatan haram ataupun bid’ah bahkan musyrik. Dalam surat yang dikirimkan oleh Syekh Abdul Wahab kepada warga qushim bahwa beliau menghukumi kafir terhadap orang yang bertawassul kepada orang-orang sholeh., dan menghukumi kafir terhadap Al-Bushoiri atas perkataannya “YA AKROMAL KHOLQI” dan membakar Dalailul Khoirot. Maka beliau membantah : “Maha suci Engkau, ini adalah kebohongan besar. Dan ini diperkuat dengan surat beliau yang dikirimkan kepada warga majma’ah ( surat pertama dan kelima belas dari kumpulan surat-surat syekh Abdul Wahab hal 12 dan 64, atau kumpulan fatwa syekh Abdul Wahab yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Bin Suud Riyad bagian ketiga hal 68)

Demikianlah beberapa dasar yang digunakan legalisasi terhadap amaliyah tawassul, masih banyak dasar lain yang tidak mungkin kita sebutkan satu persatu didalam lembaran yang sangat terbatas ini, dan perlu diketahui bahwa ulama mengajarkan bertawassul bukan berarti menyuruh mereka mengkultuskan kuburan atau penghuni kubur yang telah menjadi bangkai dan hancur itu, namun kita dianjurkan bertawassul untuk memberi penghormatan dan pengakuan atas kedudukan dan kemuliaan seorang alim, mengenang jasa dan jihad mereka dalam menegakkan agama Allah.

Soal: Selain Tawassul tersebut diatas, bolehkah kita memohon kepada orang yang telah meninggal untuk mendoakan kita?

Jawab: Dalam tradisi kita sering melakukan tawassul dengan menjadikan seseorang yang punya nilai lebih tidak hanya sekedar sebagai wasilah seperti yang dijelaskan diatas, namun meminta kepadanya agar mendoakan kepada Allah SWT, mengingat dalam introsepeksi diri (muhasabah nafs) kita adalah manusia yang banyak dosa, berlipatkan kesalahan, tidak luput dari perbuatan maksiyat, maka menghadap kepada orang yang dianggap lebih bersih dari pribadi kita, orang yang lebih bertakwa, orang yang lebih dicintai oleh Allah (walaupun telah meninggal) agar memintakan kepada Allah apa yang kita inginkan.

Diantara saudara kita banyak yang berziyarah ke makam para wali, makam ulama dan kiyai, dalam berziyarah tersebut mereka meminta (berdo’a sambil bertawasssul) kepada para wali, ulama, dan kiyai yang telah meninggal tersebut untuk memohonkan kepada Allah atas hajat dan kebutuhan mereka. Dalam doanya mereka mengatakan: Ya Sunan Kalijaga aku menghadap kepadamu memohon engkau berkenan memintakan hajat dan kebutuhan saya kepada Allah, atau ungkapan doa: Romo kyai, kulo sowan nyuwun dumateng jenengan kersoho nyuwunaken dumateng Alloh supados kulo diparingi…….

Ini merupakan tawassul yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kita, yang merasa dirinya berlumurkan dosa dan kesalahan sehingga tidak layak meminta langsung kepada Allah Yang Maha Suci, mereka bertawassul pada para wali, kiyai, atau ulama untuk dimintakan kepada Allah SWT.

Hal itu sebagaimana terjadi pada masa Kholifah Umar ibn Khathab ketika dilanda kekeringan yang berkepanjangan, yang menyebabkan kelaparan, paceklik, paila, atau sejenisnya dengan cerita:

عَنْ مَالِكٍ الدَّارِي قَالَ: أَصَابَ النَّاسَ قَحْطٌ فِي زَمَنِ عُمَرَ بْنِِ الخَطَّابِ، فَجَاءَ رَجُلٌ اِلَى قَبْرِ النَّبِي صَلَّى الله عَليه وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْل الله، اِسْتَََسْقِ اللهَ ِلأُمَّتِكَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوْا، فَأَتَاهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وَسَلَّمَ فِي الْمَنَامِ، فَقَالَ: اِئْتِ عُمَرَ فَاقْرَئْهُ مِنّيِ السَّلاَمَ، وَاَخْبِرْهُمْ اَنَّهُمْ مُسْقُوْنَ، وَقُلْ لَهُ:عَلَيْكَ بِالكَيِّسِ الكَيِّسِ، فَأَتَى الرَّجُلُ فَأَخْبَرَ عُمَرَ، فَقَالَ: يَا رَبِّ، مَا آلوْ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ.رواه البيهقي وابن ابي شيبة باسناد صحيح وقال ابن حجر في فتح الباري 2/415 اسناده صحيح

Dari Malik Ad-Dary berkata: pada masa Umar ibn Khathab terjadi kekeringan yang menyebabkan kelaparan, seseorang mendatangi kuburan Nabi SAW sambil berkata: Ya Rasulallah, mintakanlah hujan kepada Allah untuk kepentingan ummatmu, karena mereka telah hancur (karena kekeringan). Rasulullah SAW mendatanginya dalam mimpi dan mengatakan: datanglah kepada Umar, sampaikan salam dariku, dan sampaikan mereka akan diturunkan hujan, serta katakan kamu akan mendapat balasan pahalanya. Orang tersebut mendatangi dan mengabarkan pada Umar, beliau berkata: Ya Tuhanku, saya tidak akan berlebih lebihan kecuali sesuai kemampuanku. (HR Baihaqi dan ibnu Abi Syaibah serta Al Bukhori dalam kitab al Tarikh)

Kedatangan seorang sahabat Nabi yang bernama Bilal bin al Harits al Muzani ke kuburan Nabi SAW dan minta kepada Nabi untuk memohonkan kebutuhan umat kepada Allah, yang kemudian dalam cerita tersebut tidak mendapat tentangan dan larangan dari sahabat yang lain, hadits ini merupakan dasar dari tawassul minta didoakan oleh para wali atau kiyai yang telah meninggal.

Dengan demikian berarti segala jenis dan cara bertawassul yang sesuai dengan apa yang telah kami tulis diatas adalah sesuai dengan ajaran syariah Islam, bukan merupakan hal yang bid’ah apalagi syirik.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bertawassul adalah berdo’a kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara / wasilah. Dan wasilah dalam doa ini bisa bermacam macam.

2. Doa dengan Tawassul ini tidak ada nilai tambah dibanding doa langsung kepada Allah SWT, namun untuk memperkuat keyakinan bahwa doa kita akan terkabulk an oleh Allah, karena banyak kita temukan dasar yang menyatakan diantaranya bila kita selesai mengkhatamkan Alqur’an maka doa saat itu akan terkabulkan. Sehingga kita dalam berdoa bertawassul dengan khatam Alqur’an untuk terkabulkan doanya

3. Bertawassul dengan Amal Saleh sendiri adalah sangat dianjurkan, mengingat hal itu diceritakan oleh Nabi SAW sebagai contoh bukti amal baik.

4. Sarana yang bisa digunakan Wasilah atau Tawassul adalah:

a. Orang yang mempunyai nilai lebih, mempunyai nilai tinggi disisi Allah, dalam keadaan hidup; seperti Nabi, Wali, Kyai, dan lain sebagainya.
b. Orang yang telah meninggal dunia namun disaat hidupnya dia mempunyai nilai lebih. Seperti jenazah para wali atau ulama dan lainya.
c. Barang peninggalan yang terkait langsung dengan pribadi yang punya nilai lebih tersebut. Seperti senjata peninggalan para wali, pakaian para Wali dan seterusnya.
d. Tempat yang pernah dipakai sosok tersebut diatas. Seperti petilasan Nabi SAW, Kuburan Nabi SAW, Kuburan Wali, tempat bertapa / semedi (goa Hiro’) dan lain sebagainya.
e. Secara teori, ada dasar bahwa sesuatu tersebut punya nilai lebih, seperti air Zam zam, Hajar Aswad, Multazam, Raudloh dan seterusnya.
f. Amal baik dari seseorang, terutama amal yang teristimewa baginya, sangat mendorong untuk terkabulkan doanya, karena diiringi perasaan yang mantap dalam berdoa akan terkabulkan doanya.
g. Keagungan, kehebatan atau keistimewaan orang lain, seperti tawassul dengan Ahli Badr, Tawassul dengan “Jah” Rasulullah.

5. Boleh meminta kepada orang yang telah meninggal dunia untuk memohonkan kepada Allah SWT atas hajatnya. Orang yang meninggal dunia mendengar salam kita, mengenal kita, bahkan mendengar ucapan kita (lihat pembahasan Ziyarah Kubur), mereka bila sebagai orang saleh, maka akan memohonkan kepada Allah SWT atas apa yang kita inginkan.

6. Sebagai manusia yang tak lepas dari dosa, berlumurkan dosa, penuh dengan khilaf, kiranya kurang layak bila meminta langsung kepada Sang Kholik, namun kita menjadikan orang yang saleh, yang bersih dari dosa, yang lebih taat dari kita unt7uk memintakan dan memohonkan hajat kita kepada Allah SWT.

7. Bertawassul merupakan ajang silaturrohim dari yang masih hidup dengan yang telah meninggal, bila yang meninggal itu punya nilai lebih dibanding yang masih hidup, maka kedatangan yang masih hidup merupakan sowan dan menghadap.

Sandaran lain untuk tawassul jenis ini seperti dalam kitab Sahhihul Bukhari jilid I, bahwa Sayyidina Umar Ibnul Khattab bertawassul dengan Rasulullah dan Sahabat Abbas ketika musim paceklik, sebagaimana disebutkan berikut ini :

عَنْ أَنَسٍ اَنَّ عُمَرَابْنَ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ كاَنَ اِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقىَ بِالعَبَّاسِْبنِ عَبْدِاْلمُطَلِّبِ فَقَالَ: الَّلهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّلُ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا, قَالَ: فَيُسْقَوْنَ. رواه البخارى

“Dari sahabat Anas; bahwasannya Umar Ibnul Khattab r.a. apabila dalam keadaan paceklik (kekeringan) ia memohon hujan dengan wasilah Sahabat Abbas Ibn Abdil Muthalib, maka berdo’a sayyidina Umar : Yaa Allah sesungguhnya kami bertawassul kepada Engkau dengan wasilah paman Nabi kami (Sahabat Abbas) maka berilah kami hujan, berkata Sayyidina Umar kemudian diturunkan hujan”. (HR Bukhari)

Bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para nabi, rasul dan shalihin, bukan berarti meminta kepada mereka, tetapi memohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar permohonan do’a diterima Allah SWT. Sebab, seluruhnya juga adalah haq Allah, seperti disebutkan berikut ini:

لاَمَانِعَ لمِاَ أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لمِاَ مَنَعْتَ

“Tiada ada yang mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya.”

قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ, اَللهُ الصَّمَدُ

“Katakanlah Dia Allah yang Maha Esa dan Allah tempat meminta.”

Dalam kitab Al-Kabir wal Awsath Al-Imam Thabrani meriwayatkan sejarah Fathimah binti Asad Ibu Sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika wafat, Rasulullah SAW yang menggali kuburan dan membuang tanahnya dengan tangan beliau. Maka tatkala selesai, Rasulullah masuk ke kubur tadi dan berbaring sambil berdo’a :

اَللهُ الَّذِى يحُىِْ وَيمُيِتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ اغْفِرْ لأُِ مّىِ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْ خَلَهَا ِبحَقّ ِنَبِيّكَ وَاْلأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِى فَاءِنَّكَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ وَكَبَّرَأَرْبَعًا وَاَدْخَلُوْ هَا هُوَ وَاْلعَبَّاسُ وَاَبُوْ بَكْرٍ الّصِدّيِقِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ

“Allah yang menghidupkan dan yang mematikan dan Dia yang hidup tidak mati; Ampunilah! Untuk Ibu saya Fathimah binti Asad dan ajarkanlah kepadanya hujjah (jawaban ketika ditanya malaikat) kepadanya dan luaskan kuburnya dengan wasilah kebenaran Nabimu dan kebenaran para Anbiya’ sebelum saya, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Rasulullah takbir empat kali dan mereka memasukkan ke dalam kubur ia (Rasulullah), Sahabat Abbas Abu Bakar As-Shaddiq r.a.” (HR Thabrani).

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari shahabat Anas. Lalu, diriwayatkan pula Ibnu Abi Syaibah dari shahabat Jabir, dan diriwayatkan pula Ibnu Abdul Barr dari shahbat Ibnu Abbas.

Dengan demikian, bertawassul dengan berdo’a dan mempergunakan wasilah, baik dengan iman, amal shaleh dan dengan orang-orang yang dekat kepada Allah SWT jelas tidak disalahkan oleh agama bahkan dibenarkan. Lalu, bertawassul bukan berarti meminta kepada yang dijadikan wasilah, tetapi memohon agar yang dijadikan wasilah memberikan keberkahan untuk diterima do’a para pemohonnya. Selanjutnya, bertawassul dengan wasilah yang disenangi Allah, atau berdo’a dengan menyebut sesuatu yang disenangi Allah, tentu Allah akan menyenangi kita, dan meridloinya. Maka apa yang disenangi Allah, seyogyanya disebut dalam do’a.

Tawassul dengan perbuatan dan amal sholeh kita yang baik diperbolehkan menurut kesepakatan ulama’. Demikian juga tawassul kepada Rasulullah s.a.w. juga diperboleh sesuai dalil-dalil di atas. Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT, maka tidak ada salahnya jika kita bertawassul terhadap kekasih Allah SWT yang paling dicintai, dan begitu juga dengan orang-orang yang sholeh.

Selama ini para ulama yang memperbolehkan tawassul dan melakukannya tidak ada yang berkeyakinan sedikitpun bahwa mereka (yang dijadikan sebagai perantara) adalah yang mengabulkan permintaan ataupun yang memberi madlorot. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah-lah yang berhak memberi dan menolak doa hamba-Nya.

Lagi pula berdasarkan hadis-hadis yang telah dipaparkan diatas menunjukakn bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan suatu yang baru dikalangan umat islam dan sudah dilakukan para ulama terdahulu. Jadi jikalau ada umat islam yang melakukan tawassul sebaiknya kita hormati mereka karena mereka tentu mempunyai dalil dan landasan yang cukup kuat dari Quran dan Hadist.

Tawassul adalah masalah khilafiyah di antara para ulama Islam, ada yang memperbolehkan dan ada yang melarangnya, ada yang menganggapnya sunnah dan ada juga yang menganggapnya makruh. Kita umat Islam harus saling menghormati dalam masalah khilafiyah dan jangan sampai saling bermusuhan.

Dalam menyikapi masalah tawassul kita juga jangan mudah terjebak oleh isu bid’ah yang telah mencabik-cabik persatuan dan ukhuwah kita. Kita jangan dengan mudah menuduh umat Islam yang bertawassul telah melakukan bid’ah dan sesat, apalagi sampai menganggap mereka menyekutukan Allah, karena mereka mempunyai landasan dan dalil yang kuat.

Inilah yang sering dilontarkan para pengikut buta Muhamad Bin Abdul Wahab, Meski menurut mereka untuk menegakkan tauhid tapi jalan yang ditempuh agak menyimpang dari jalan islam, Yaitu mencaci, mencela, membid’ahkan, bahkan mengkafirkan sesama umat islam yang mereka anggap tidak sefaham dengan mereka.

Tidak hanya dalam masalah tawassul, sebelum kita mengangkat isu bid’ah pada permasalahan yang sifatnya khilafiyah, sebaiknya kita membaca dan meneliti secara baik dan komprehensif masalah tersebut sehingga kita tidak mudah terjebak oleh hembusan teologi permusuhan yang sekarang sedang gencar mengancam umat Islam secara umum.

Memang masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang muslim awam dalam melakukan tawassul, seperti menganggap yang dijadikan tawassul mempunyai kekuatan, atau bahkan meminta-minta kepada orang yang dijadikan perantara tawassul, bertawassul dengan orang yang bukan sholeh tapi tokoh-tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia dan belum tentu beragama Islam, atau bertawassul dengan kuburan orang-orang terdahulu, meminta-minta ke makam wali-wali Allah, bukan bertawassul kepada para ulama dan kekasih Allah. Itu semua tantangan dakwah kita semua untuk kita luruskan sesuai dengan konsep tawassul yang dijelaskan dalil-dalil di atas.

Penjelasan Tentang Sholawat Kamilah


Dasar membaca shalawat atas nabi seperti yang ada dalam firman Allah surat Al-Ahzab ayat: 56, sebagai berikut:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi, Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS al Ahzab 33:56)

Anjuran Tentang Bacaan Shalawat

Siapa yang baca sholawat Rasulullah SAW akan hadir di majlis tersebut, maka kita harus menjaga sopan santun kita di hadapan beliau, dan sholawat jangan digunakan untuk sembarangan. Allah berfirman dalam QS al Hujarat (49):2

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْض أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Hai orang orang yang beriman, Janganlah engkau meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus pahala amalanmu sedangkan kamu tidak merasa”

Dengan bersholawat, berarti kita telah menghadirkan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW berada diantara kita, maka kita harus menjaga sikap dan akhlak kita, tidak mengeraskan suara kita (berteriak-teriak) melebihi suara beliau, seperti kita sedang berada di pasar, karena beliau ada diantara kita, dan Allah dalam ayat ini telah berjanji tidak akan menyiksa kita di dunia dan akhirat selama kita masih mau menghadirkan Rasulullah SAW di lingkungan kita, di keluarga kita dan di diri kita

G.    Pandangan Ulama’ Mengenai Bacaan Shalawat

Banyak pandangan–pandangan dan pendapat para ulama mengenai Sholawat. ada yang di angkat dari qoidah–qoidah agamis dan ada pula yang berdasarkan atas keyakinan dan pengaruh zaman Dzauqiyah dan hasil–hasil dari mukasyafah antara lain‎:

1.      Bacaan Sholawat adalah jalan kesurga kata Abu Huroiroh RA.:

“Membaca Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW adalah jalan menuju ke sorga “.

2.      Memperbanyak bacaan Sholawat suatu tanda golongan / ahli sunnah kata Sayyidina ‘Ali Zainul ‘Abidin bin Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib Rodliyallohu anhum :
“Tanda-tanda ahli Sunnah ialah memperbanyak bacaan Sholawat kepada Kanjeng Nabi Sholialloohu ‘alaihi wa Sallam “.

3.      Jalan yang paling dekat kepada Alloh SWT pada akhir zaman.

Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Alloh SWT pada akhir Zaman khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan membaca Sholawat kepada Nabi SAW”.(Dari Kitab Sa`aadatud Daroini).

4.      Untuk menjernihkan hati dan Marifat Billah.

“Sesungguhnya membaca Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa guru kepada Alloh SWT Dzat yang Maha Mengetahui segala perkara Ghaib “

5.      Sholawat dapat mewusulkan tanpa guru.

“Secara keseluruhan, membaca Sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) mewushulkan kepada Alloh SWT tanpa guru. Oleh karena sesungguhnya Guru dan Sanad di dalam Sholawat itu adalah Shoohibush Sholawat (Ya’ni Rosululloh SAW), oleh karena Sholawat itu diperlihatkan kepada Beliau SAW dan Alloh SWT membalas (memberi) Sholawat kepada si Pembaca Sholawat. Berbeda dengan lainnya Sholawat dari bermacam-macam dzikir itu (harus) ada guru (mursyid) yang arif Billah. Kalau tidak, maka syetan akan masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh manfaat daripada dzikirnya”.

6.      Sholawat diterima secara mutlak oleh Alloh SWT.

7.      Kata Syekh Showi dalam Tafsir showinya :‎
8.      ‘Dan sesungguhnya para Ulama’ sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak terkecuali Sholawat kepada Nabi SAW. Maka sesungguhnya Sholawat kepada Nabi SAW itu “Maqbuulatun Qothl’an “(pasti diterima) “.

9.      Menambah rasa cinta kepada Allah SWT wa Rosulihi SAW.

“Berkata AI-Allamah Syamsuddin bin Qoyyim dalam Kitabnya Jalaail afham : sesungguhnya Sholawat itu menjadi sebab langsungnya rasa cinta kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW & dapat meningkat berlipat-lipat rasa cintanya. Cinta yang demikian itu menjadi ikatan daripada beberapa ikatannya iman, dimana iman itu tidak bisa sempurna kecuali dengannya.

10.  Tercetaknya pribadi Rosululloh SAW dalam hati orang yang membaca Sholawat.

Setengah dari pada faedah membaca Sholawat yang paling besar adalah tercetaknya Shuroh Rosululloh SAW di dalam hati si pembaca Sholawat

11.  Orang yang ahli Sholawat ketika sakaratul maut dirawuhi oleh Beliau SAW
“Barang siapa keadaan hidupnya memperbanyak Sholawat kepada Rosululloh SAW, maka ia berhasil mendapat kebahagiaan yang besar sekali, karena ketika sakarotul Maut Rosululloh SAW rawuh di hadapannya”.

12.  Mudah mimpi ketemu Rosulullooh saw.

“Sesungguhnya memperbanyak Sholawat dengan mernakai redaksi yang mana saja berfaedah bisa bermimpi ketemu Rosululloh SAW, dan apabila berhasil dengan sungguh-sungguh memperbanyak serta membiasakan/ melanggengkan, maka pembaca Sholawat itu meningkat bisa melihat Rosululloh SAW dalam keadaan jaga “.

Pada kesempatan ini kami akan membagikan kembali bacaan shalawat nabi yang kali ini merupakan bacaan shalawat yang memilik khasiat agung. Berikut ini shalawat yang dimaksud:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُومٍ لَكَ

Allaahumma Shalli Wa Sallim 'Alaa Sayyidinaa Muhammadin wa 'Alaa Aali Sayyidinaa Muhammadin Fii Kulli Lamhatin Wa Nafasin Bi'adadi Kulli Ma'luumillak.

Artinya:

"Ya Allah, bershalawat dan bersalamlah kepada Sayyidina Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan kepada keluarga Sayyidina Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam setiap kedipan mata dan tarikan nafas, sebanyak hitungan yang ada dalam pengetahuanMu."

Penjelasan

Dalam kitab Afdhalush Shalawat 'Alaa Sayyidis Saadaat karya Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani Qaddasallahu Sirrahu dijelaskan mengenai keutamaan shalawat di atas sebagai berikut:

ذكر هذه الصلاة الشريفة الشيخ العارف محمد حقي أفندي النازلي في حزينة الأسرار وقال أجاز لي شيخي وسندي الشيخ مصطفى الهندي بذكر سنداته في المدينة المنورة في المدرسة المحمودية سنة إحدى وستين ومائتين وألف وسألت منه بعض الخصائص والأذكار لانكشاف العلم وللتقرب إلى الله تعالى وللوصلة إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم. فعلمني آية الكرسي وهذه الصلاة المذكورة وقال إن داومت عليها تأخذ العلوم والأسرار عن النبي صلى الله عليه وسلم حتى تكون في تربيته المحمدية بالروحاني وقال هذا مجرب جربه فلان وفلان وعد كثيراً من الإخوان 
Artinya:

"Asy-Syaikh Al-'Arif Billah Muhammad Haqqi Afandi an-Nazili telah menyebutkan ash-Shalawat asy-Syarifah ini dalam kitab beliau yang berjudul Khazinatul Asrar dan beliau berkata, "Guru dan Sanad saya yakni Asy-Syaikh Musthafa al-Hindi telah mengijazahkan kepadaku dengan menyebutkan sanad-sanadnya di al-Madinah al-Munawwarah di Madrasah Al-Mahmudiah pada tahun 1261 Hijriyah dan aku bertanya kepada beliau tentang sebagian khasaish atau keistimewaan dan dzikir-dzikir untuk menyingkap pintu ilmu pengetahuan dan untuk taqarrub kepada Allah ta'ala dan wushul kepada kanjeng Rasul Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Maka beliau kemudian mengajariku untuk mengamalkan ayat kursi dan shalawat yang mulia ini. Kemudian beliau berkata, "Jika engkau mendawamkan diri mengamalkannya maka engkau dapat meraup ilmu-ilmu dan rahasia-rahasia dari kanjeng nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sehinggga engkau berada dalam tarbiyah atau bimbingan Muhammadiyah secara ruhani. Dan beliau berkata, "Amalan ini telah terbukti mujarab dan terbukti seperti yang telah tampak pada si fulan dan si fulan. Beliau menghitung beberapa orang ikhwan."

وقال يا بني اذهب إلى المشرق والمغرب إن غابت القبة الخضراء عن عينيك أنا في الميدان يعني قبة رسول الله صلى الله عليه وسلم التي هي فوق قبره الشريف ثم قبلت يديه ودعا لي بالبركة فقرأت هذه الصلاة في أول ليلة بدأت منها مائة مرة فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم في المنام فقال الشفاعة لك ولأبويك ولإخوانك وفقني الله وإياكم لبشارته ثم وجدت بحول الله وقوته كما ذكر الشيخ قدس سره ثم أخبرت بهذه الصلاة كثيراً من الإخوان فرأيت من داوموا عليها نالوا أسراراً عجيبة ما نلت مثلها وفيها أسرار كثيرة وتكفيك هذه الإشارة انتهى

Artinya:

"Syaikh Musthafa al-Hindi berkata, "Wahai anakku, pergilah engkau ke arah timur dan barat. Jika kubah al-Khadhra' itu telah hilang dari pandanganmu maka aku telah berada di al-Maidan, yaitu qubbah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang terletak di atas kubur beliau asy-Syarif (yang mulia). Kemudian akupun mencium tangannya dan beliau mendoakanku dengan keberkahan. Maka akupun segera mengamalkan Shalawat ini (shalawat yang telah di sebutkan di atas.penj) sejak malam pertama aku diajari sebanyak 100x, maka aku pun melihat kanjeng nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam tidurku, dan beliau yang mulia bersabda, "Syafaatku telah ditetapkan bagimu, kedua orang tuamu dan bagi saudara-saudaramu." Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepadaku dan kepada anda semua dengan kabar baik ini. Kemudian aku mendapati dengan daya dan upaya Allah, sesuatu sebagaimana yang telah disebutkan oleh Syaikhku Qaddasallahu Sirrahu. Kemudian aku segera memberitahukan kepada para sahabatku tentang shalawat yang agung ini, maka aku melihat siapa saja yang mendawamkan diri mengamalkannya maka mereka mendapatkan rahasia-rahasia yang sangat menakjubkan yang tiada pemberian semisal pemberian yang telah mereka dapatkan dan di dalamnya tersaji rahasia-rahasia yang amat banyak dan cukuplah bagimu isyarat ini. Selesai."
Sanad Shalawat Kamilah Imam Ibrahim Ibn Muhammad al-Taziy

اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً . وَسَلِّمْ سَلاَمًا تآمًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ . وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ . وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ . وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ . وَحُسْنُ الْخَوَاتِيْمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ .

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan kesejahteraan yang paripurna kepada junjunan kami, Nabi Muhammad, yang dengan perantaraan beliau menjadi terlepas semua ikatan, lenyap segala kesusahan, ditunaikan segenap kebutuhan, diperoleh segala keinginan, diraih akhir yang baik, dan awan hitam pernah diminta hingga turun hujan dengan berkat wajahnya yang mulia. semoga shalawat itu juga tercurah kepada keluarga dan para sahabatnya, dalam setiap kejapan mata dan tarikan napas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.”
          
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “shalawat Tafrijiyah”, yang berarti melapangkan kesulitan. Sebagian ulama menamakannya dengan shalawat Taziyah lantaran dinisbahkan kepada penyusun shalawat tersebut, Syaikh Abu Ishaq Ibrahim al-Taziy. Sebagian lainnya menamakannya shalawat Kamilah, artinya yang sempurna, penamaan ini dikutip dari redaksi shalawat itu sendiri.
          
Shalawat Tafrijiyyah ini juga disebut shalawat Nariyah oleh penduduk Maghrib (Maroko) yang berarti api karena sifatnya yang mustajab. Lantaran apabila mereka ingin mendapatkan kesuksesan hajat dan terhindar dari bahaya, kemudian mereka berkumpul di satu majelis membaca shalawat tersebut bersama-sama sebanyak 4444 kali, maka mereka mendapatkan apa yang mereka niatkan, segala hajat akan terkabul dengan cepat seperti cepatnya kobaran api yang membakar jerami.[Syaikh Muhammad Haqqiy al-Naziliy, Khazinah al-Asrar Jaliyah al-Azkarh. 179.]
          
Utamanya bilangan 4444 kali shalawat Tafrijiyyah dibaca oleh satu orang dalam satu waktu. Namun apabila terasa berat, jumlah 4444 kali itu bisa juga dibaca secara kolektif, misalnya oleh 40 orang, yang masing-masing membaca 111 kali dan sang pemandu menggenapi empat bilangan sisanya.

Tentang shalawat ini, Imam al-Qurthubiy menuturkan bahwa siapa saja yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahannya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudahkan segala urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rizkinya, membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.[Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy, Afdhal al-Shalawat Ala Sayyid al-Sadat (Beirut: Dar al-Fikr  2004) h. 159.]
          
Ahlul Asrar menamakan shalawat Tafrijiyyah dengan nama 

“ مفتاح الكنز المحيط لنيل مراد العبيد “ 

(kunci perbendaharaan samudra untuk menggapai tujuan hamba). Imam al-Sanusiy berkata: “Siapa saja yang melazimi membaca shalawat Tafrijiyyah setiap hari sebanyak 11 kali, maka seakan-akan rizki dari langit turun kepadanya dan rizki dari bumi tumbuh untuknya.”
          
Imam al-Dinawariy mengatakan: ”Siapa saja yang lazim membacanya 11 kali setiap selesai shalat dan ia menjadikan wiridannya, maka rizkinya tidak pernah putus. Siapa saja yang lazim membacanya setiap selesai shalat shubuh sebanyak 41 kali, maka segala hajatnya akan diijabah. Siapa saja yang lazim membacanya setiap hari 100 kali, maka akan mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan segala hal melebihi apa yang ia sangka. Siapa saja yang lazim membacanya setiap hari sebanyak 313, maka Allah akan membukakan baginya tabir segala rahasia. Siapa saja yang lazim membacanya 1000 kali, maka Allah akan memberikan sesuatu yang tidak bisa disifati oleh manusia, mata manusia belum pernah melihatnya, telinga manusia belum pernah mendengarnya dan belum pernah terlintas dalam hati mereka.[Syaikh Muhammad Haqqiy al-Naziliy, Khazinah al-Asrar Jaliyah al-Azkarh. 179; Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy,Afdhal al-Shalawat Ala Sayyid al-Sadat(Beirut: Dar al-Fikr  2004) h. 160.]
          
Dalam redaksi shalawat ini terdapat permohonan kepada Allah dengan bertawassul kepada Rasulullah sebanyak 8 kali. Satu kali dengan menyebut nama Rasulullah menggunakan isim zhahir, dan 7 kali dengan menggunakan isim Dhamir (kata ganti). Susunan seperti ini tidak ditemukan pada redaksi shalawat lainnya.
          
Pengarang kitab Sirrul Asrar mengatakan “Fadhilah shalawat Nariyah atau shalawat kamilah yang disebutkan di atas akan didapatkan dengan syarat mudawamah (konsisten) membacanya.”[Syaikh Muhammad Haqqiy al-Naziliy, Khazinah al-Asrar Jaliyah al-Azkarh. 182.]
         
Biografi Imam Ibrahim al-Taziy

Syaikh Abu Ishaq Ibrahim al-Taziy seorang ahli tasawuf, muhaddits dan faqih yang masyhur. Beliau wafat pada tanggal 9 Sya’ban tahun 866 H.[Syaikh Ahmad Baba al-Tanbaktiy,Nail al-Ibtihaj Bi Tathriz al-Dibaj vol. 1 (Cairo: Maktabah al-Tsaqafah al-Islamiyah 2004) h. 51.]

Tokoh karismatik ini berjasa besar dan mempunyai peran penting dalam mendakwahkan ajaran Islam di kota Wahran, Maroco. Nama lengkap beliau adalah Imam Abu Ishaq Ibrahim al-Taziy Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Malik Ibn Abdullah Ibn Ahmad Ibn Isa al-Ridha Ibn Musa al-Murtadha Ibn Abdullah Ibn Abi Ja’far al-Shadiq Ibn Muhammad al-Nathiq Ibn Ali Zainal Abidin Ibn Abdullah Ibn Hamzah Ibn Idris Ibn Abdullah al-Kamil Ibn al-Hasan al-Mutsanna Ibn Hasan al-Sibt Ibn Ali Ibn Abi Thalib.[Syaikh Ibn Sha’ad al-Tilimsaniy, al-Najm al-Tsaqib Fi Ma Li Auliya Allah Min al-Mafahir Wa al-Manaqib, (al-Rabath: al-Hizanah al-Ammah)]
          
Penisbahan al-Taziy lantaran beliau dilahirkan di kota Taza, Maroko yang masyhur dengan kehidupan orang shalih. Di kota tersebut beliau mempelajari  berbagai disiplin ilmu agama. Salah satu guru utama beliau adalah Syaikh Abu Zakariya Yahya al-Waza’iy yang pernah memprediksikan beliau menjadi orang besar di kemudian hari. Dalam kehidupan sehari-hari beliau dikenal dengan ulama yang memiliki sifat sabar, selalu melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, baik dalam pergaulan dan sifat-sifat kepujian lainnya.
          ‎
Ketika berangkat menunaikan ibadah haji, beliau mengenakan Khirqah (selendang sufi) dari Syaikh Syarafuddin al-Da’iy dan Syaikh Shalih Ibn Muhammad al-Zawawiy dengan sanad khirqah yang bersambung kepada Imam Abu Madyan al-Maghribiy.

Di antara para guru beliau lainnya: Syaikh Taqyuddin Muhammad Ibn Ahmad al-Fasiy, Syaikh Abu al-Fath Ibn Abi Bakar al-Qurasyiy, Syaikh Abdullah al-Abdusiy, Syaikh Muhammad Ibn Marzuq dan Syaikh al-Hawariy. Di antara murid beliau: Imam al-Sanusiy, Syaikh Ali al-Talutiy, Syaikh Ahmad Zarruq dan lain-lain.
Syekh al-Hasan ad-Daimaniy at-Tijani membuat nazham shalawat kamilah: 
اللـهمّ صل بدوام وتَمامْ * وسلمنَّ بتـمام ودوام

على النبــي الذي به تنحلُّ * لِخلقك العـقد حيث حــلّوا

ينفرج الكرب به تقـضى لهم * بـه الْحـوائج وما قد نالهم

من الرغائب به حسن الِخـــتامْ * يُنالُ يستسقى بوجهه الغـــمام

أزكى صلاتك مع السـلامِ * وآلـه وصحبـه الكرام


Adapun sanad yang muttashil, kepada Imam Ibrahim al-Taziy:

الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن الشيخ العلامة عبد الرزاق إمام خليل الجاوي اللاسمي عن الشيخ العلامة الأديب السيد محمد أمين الكتبي عن الشيخ محمد علي بن حسين بن ابراهيم المالكي عن عبد الله بن سالم البصري المكي عن المسند محمد بن سليمان الرداني عن أبي عثمان سعيد ابن إبراهيم قدوره بالجزائر عن سعيد المقري عن الولي الكامل أبي العباس أحمد بن حجي الوهراني عن شيخ الإسلام أبي إسحاق إبراهيم التازي .


الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة المسند السيد عبد الرحمن بن الحافظ عبد الحي الكتاني عن الشيخ بدر الدين الحسني (المتوفى 1354 هجرية) عن أبيه الشيخ يوسف بن بدر الدين الحسني (المتوفى 1279 هجرية) عن الشيخ عبد الله بن حجازي الشرقاوي (المتوفى 1227 هجرية) عن الشيخ عمر علي الطحلاوي (المتوفى 1181 هجرية) عن الشيخ علي بن احمد الحريشي المغربي الفاسي (المتوفى 1143 هجرية) عن الشيخ محمد بن سليمان الروداني المغربي .....



منقول من كتاب:
ذخيرة المحتاج في الصلوات على صاحب اللواء والتاج
جمع وترتيب

Analisis mengenai shalawat Taziyah (nariyah)

Dari berbagai pendapat para ulama’ tentang pembacaan shalawat di atas lebih banyak manfaatnya dan memang anjuran bagi semua kaum muslimin di seluruh dunia. Dari ini semua shalawat memang tujuan dari pada semua ummat Islam untuk mencapai ridha Ilahi dan syafa’at dari Nabi Agung Muhammad SAW untuk mencapai derajat kebahagiaan yang haqiqi.

Mengenai shalawat nariyah, tidak ada dari isinya yg bertentangan dg syariah, makna kalimat : yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta”, adalah kiasan, bahwa beliau saw pembawa Alqur’an, pembawa hidayah, pembawa risalah, yg dg itu semualah terurai segala ikatan dosa dan sihir, hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu dan selamat dari siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah swt, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik yaitu husnul khatimah dan sorga,

Ini adalah kiasan saja dari sastra balaghah arab dari cinta, sebagaimana pujian Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Nabi saw dihadapan beliau saw : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417), tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yg terlihat mata, namun kiasan tentang kebangkitan risalah.

Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyu” (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), “Wahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyu” (Musnad Ahmad hadits no.8030)

Semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, Cuma kalau mereka tak faham bahasa maka langsung memvonis musyrik, tentunya dari dangkalnya pemahaman atas tauhid,

Mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.

Mengenai anda ingin membacanya 11X, atau berapa kali demi tercapainya hajat, maka tak ada dalil yg melarangnya.‎

Sholawat Kubro Sayyidina Syaikh Abdulqodir Al-Jailani

 

Shalawat Kubro yang kami bagikan berikut ini merupakan shalawat milik junjungan kami, Sulthanul Auliya' Sayyidi Asy-Syaikh Al-Imam Abdul Qadir Al-Jailani Radhiyallahu 'Anhu. Shalawat Kubro ini merupakan salah satu shalawat yang terpanjang dan berisi sighat shalawat yang ma'tsur dari kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para ulama salafush shalih. 

Dan berikut ini Shalawat Kubro Selengkapnya:

بسم الله الرحمن الرحيم

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عِنْتُمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ أَعْبُدُ الله رَبِّي وَلاَ أَشْرِكُ بِهِ شَيْئاً اللَّهُمَّ إِنِّي أَدْعُوكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى كُلِّهَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً. وَصَلَّى الله عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ صَلاَةً هُوَ أَهْلُهَا. اللَّهُمَّ يَا رَبَّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَاجْزِ مُحَمَّداً مَا هُوَ أَهْلُهُ. اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالزَّبُورِ والْفُرْقَانِ الْعَظِيمِ اللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ فَلَكَ الْحَمْدُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الْظَّالِمِينَ مَا شَاءَ الله كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بالله اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُولِكَ صَلاَةً مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَمَا أَمْرْتَ أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنْ صَلاَتِكَ شَيْءٌ وَارْحَمْ مُحَمَّداً حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنْ رَحْمَتِكَ شَيْءٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنْ بَرَكَاتِكَ شَيْءٌ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَأَفْلِحْ وَأَنْجِحْ وَأَتِمَّ وَأَصْلِحْ وَزَكّ وَأَرْبِحْ وَأَوْفِ وَأَرْجِحْ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ وَأَجْزَلَ الْمِنَنِ وَالْتَّحِيَّاتِ عَلَى عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُولِكَ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي هُوَ فَلَقُ صُبْحِ أَنْوَارِ الْوَحْدَانِيَّةِ وَطَلْعَةُ شَمْسِ الأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ وَبهْجَةُ قَمَرِ الْحَقَائِقِ الصَّمَدَانِيَّةِ وَحَضْرَةُ عَرْشِ الْحَضَرَاتِ الرَّحْمَانِيَّةِ نُورُ كُلِّ رَسُولٍ وَسَنَاهُ يس وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ سِرد كُلِّ نَبِيٍّ وَهُدَاهُ ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَجَوْهَرُ كُلِّ وَلِيٍّ وَضِيَاهُ سَلاَمٌ قَوْلاً مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الْعَرَبِيِّ الْقُرَشِيِّ الْهَاشِمِيِّ الأَبْطَحِيِّ التِّهَامِيِّ الْمَكِّيِّ صَاحِبِ التَّاجِ وَالْكَرَامَةِ صَاحِبِ الْخَيْرِ وَالْمَيْرِ صَاحِبِ السَّرَايَا وَالْعَطَايَا وَالْغَزْوِ وَالْجِهَادِ وَالْمَغْنَمِ وَالْمَقْسَمِ صَاحِبِ الآياتِ وَالْمُعْجِزَاتِ وَالْعَلاَمَاتِ الْبَاهِرَاتِ صَاحِبِ الْحَجِّ وَالْحَلْقِ وَالتَّلْبِيَةِ صَاحِبِ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَالْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَالْمَقَامِ وَالْقِبْلَةِ وَالْمَحْرَابِ وَالْمِنْبَرِ صَاحِبِ الْمَقَامِ الْمَحْمُودِ وَالْحَوْضِ الْمَوْرُودِ وَالشَّفَاعَةِ وَالسُّجُودِ لِلرَّبِّ الْمَعْبُودِ صَاحِبِ رَمْيِ الْجَمَرَاتِ وَالْوُقُوفِ بِعَرَفَاتٍ صَاحِبِ الْعَلَمِ الطَّوِيلِ وَالْكَلاَمِ الْجَلِيلِ صَاحِبِ كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ وَالصِّدْقِ والتَّصْدِيق. ِاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيَّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةٍ تُنْجِينَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْمِحَنِ وَالإِحَنِ وَالأَهْوَالِ وَالْبَلِيَّاتِ وَتُسَلِّمُنَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْفِتَنِ وَالأَسْقَامِ وَالآفَاتِ وَالْعَاهَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْعُيُوبِ وَالسَّيِّئَاتِ وَالآفَاتِ وَالْعَاهَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيعَ الْخَطِيئَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيعَ مَا نَطْلُبُهُ مِنَ الْحَاجَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ يَا رَبِّ يَا الله يَا مُجِيبَ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ لِي فِي مُدَّةِ حَيَاتِي وَبَعْدَ مَمَاتِي أَضْعَافَ أَضْعَافِ ذَلِكَ أَلْفَ أَلْفِ صَلاَةٍ وَسَلاَمٍ مَضْرُوبَيْنِ فِي مِثْلِ ذَلِكَ وَأَمْثَالَ أَمْثَالِ ذَلِكَ عَلَى عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَالرَّسُولِ الْعَرَبِيِّ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَوْلاَدِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ وَأَصْهَارِهِ وَأَنْصَارِهِ وَأَشْيَاعِهِ وَأَتْبْاعِهِ وَمَوَالِيهِ وَخُدَّامِهِ وَحُجَّاجِهِ إِلَهِي اجْعَلْ كُلَّ صَلاَةٍ مِنْ ذَلِكَ تَفُوقُ وَتَفْضُلُ صَلاَةَ الْمُصَلَّينَ عَلَيْهِ مِنْ أَهْلِ السَّمَوَاتِ وَأَهْلِ الأَرَضِينَ أَجْمَعِينَ كَفَضْلِهِ الَّذِي فَضَّلْتَهُ عَلَى كَافَّةِ خَلْقِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِينَ وَيَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَكَرِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيَّكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِيِّ السَّيِّدِ الْكَامِلِ الْفَاتِحِ الْخَاتِمِ حَاءِ الرَّحْمَةِ وَمِيمِ الْمُلْكِ وَدَالِ الدَّوَامِ بَحْرِ أَنْوَارِكَ وَمَعْدِنِ أَسْرَارِكَ وَلِسَانِ حُجَّتِكَ وَعَرُوسِ مَمْلَكَتِكَ وَعَيْنِ أَعْيَانِ خَلْقِكَ وَصَفِيِّكَ السَّابِقُ لِلْخَلْقِ نُورُهُ وَالرَّحْمَةُ لِلْعَالَمِينَ ظُهُورُهُ الْمُصْطَفَى الْمُجْتَبَى الْمُنْتَقَى الْمُرْتَضَى عَيْنِ الْعِنَايَةِ وَزَيْنِ الْقِيَامَةِ وَكَنْزِ الْهِدَايَةِ وَإِمَامِ الْحَضْرَةِ وَأَمِينِ الْمَمْلَكَةِ وَطِرَازِ الْحُلَّةِ وَكَنْزِ الْحَقِيقَةِ وَشَمْسِ الشَّرِيعَةِ كَاشِفِ دَيَاجِي الظُّلْمَةِ وَنَاصِرِ الْمِلَّةِ وَنَبِيِّ الرَّحْمَةِ وَشَفِيعِ الأُمَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَوْمَ تَخْشَعُ الأَصْوَاتُ وَتَشْخَصُ الأَبْصَارُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ النُّورِ الأَبْلَجِ وَالْبَهَاءِ الأَبْهَجِ نَامُوسِ تَوْرَاةِ مُوسَى وَقَامُوسِ إِنْجِيلِ عِيسَى صَلَوَاتُ الله وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ أَجْمَعِينَ طِلَّسْمِ الْفَلَكَ الأَطْلَسِ فِي بُطُونِ كُنْتُ كَنْزاً مَخْفِيًّا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ طَاوُوسِ الْمَلَكِ الْمُقَدَّسِ فِي ظُهُورِ فَخَلَقْتُ خَلْقاً فَتَعَرَّفْتُ إِلَيْهِمْ فَبِي عَرَفُونِي قُرَّةِ عَيْنِ الْيَقِينِ مِرْآةِ أُولِي الْعَزْمِ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَى شُهُودِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِينِ نُورِ أَنْوَارِ أَبْصَارِ بَصَائِرِ الأَنْبِيَاءِ الْمُكَرَّمِينَ وَمَحَلِّ نَظَرِكَ وَسَعَةِ رَحْمَتِكَ مِنَ الَْوَالِمِ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ صَلَّى الله تَعَالَى عَلَيْهِ وَعَلَى إِخْوَانِهِ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَأَتْحِفْ وَأَنْعِمْ وَامْنَح وَأَكْرِمْ وَأَجْزِلْ وَأَعْظِمْ أَفْضَلَ صَلاَتِكَ وَأَوْفَى سَلاَمِكَ صَلاَةً وَسَلاَماً يَتَنَزَّلاَنِ مِنْ أُفُقِ كُنْهُ بَاطِنِ الذَّاتِ إِلَى فَلَكِ سَمَاءِ مَظَاهِرِ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ وَيَرْتَقِيَانِ عِنْدَ سِدْرَةِ مُنْتَهَى الْعَارِفِينَ إِلَى مَرْكَزِ جَلاَلِ النُّورِ الْمُبِينِ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُولِكَ عِلْمِ يَقِينِ الْعُلَمَاءِ الرَّبَّانِيِّينَ وَعَيْنِ يَقِينِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ وَحَقِّ يَقِينِ الأَنْبِيَاءِ الْمُكَرَّمِينَ الَّذِي تَاهَتْ فِي أَنْوَارِ جَلاَلِهِ أُولُو العَزْمِ مِنَ الْمُرْسَلِينَ وَتَحَيَّرَتْ فِي دَرْكِ حَقَائِقِهِ عُظَمَاءُ الْمَلاَئِكَةِ الْمُهَيَّمِينَ الْمُنَزَّلِ عَلَيْهِ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ لَقَدْ مَنَّ الله عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ صَلاَةَ ذَاتِكَ عَلَى حَضْرَةِ صِفَاتِكَ الْجَامِعِ لِكُلِّ الْكَمَالِ الْمُتَّصِفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْجَمَالِ مَنْ تَنَزَّهَ عَنِ الْمَخْلُوقِينَ فِي الْمِثَالِ يَنْبُوعِ الْمَعَارِفِ الرَّبَّانِيَّةِ وَحِيطَةِ الأَسْرَارِ الإِلَهِيَّةِ غَايَةِ مُنْتَهَى السَّائِلِينَ وَدلِيلِ كُلِّ حَائِرٍ مِنَ السَّالِكِينَ مُحَمَّدٍ الْمَحْمُودِ بِالأَوْصَافِ وَالذَّاتِ وَأَحْمَدِ مَنْ مَضَى وَمَنْ هُوَ آتٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً بِدَايَةَ الأَزَلِ وَغَايَةَ الأَبَدِ حَتَّى لاَ يَحْصُرُهُ عَدَدٌ وَلاَ يُنْهِيهِ أَمَدٌ وَارْضَ عَنْ تَوَابِعِهِ فِي الشَّرِيعَةِ وَالطَّرِيقَةِ وَالْحَقِيقَةِ مِنَ الأَصْحَابِ وَالْعُلَمَاءِ وَأَهْلِ الطَّرِيقَةِ وَاجْعَلْنَا يَا مَوْلاَنَا مِنْهُمْ حَقِيقَةً آمينَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فَتْحِ أَبْوَابِ حَضْرَتِكَ وَعَيْنِ عِنَايَتِكَ بِخَلْقِكَ وَرَسُولِكَ إِلَى جِنِّكَ وَإِنْسِكَ وَحْدَانِيِّ الذَّاتِ الْمُنَزَّلِ عَلَيْهِ الآيَاتُ الْوَاضِحَاتُ مُقِيلِ الْعَثَرَاتِ وَسَيِّدِ السَّادَاتِ مَاحِي الشِّرْكِ وَالضَّلاَلاَتِ بِالسُّيُوفِ الصَّارِمَاتِ الآمِرِ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهِي عَنِ الْمُنْكَرَاتِ الثَّمِلِ مِنْ شَرَابِ الْمُشَاهَدَاتِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْبَرِيَّاتِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مَنْ لَهُ الأَخْلاَقُ الرَّضِيَّةُ وَالأَوْصَافُ الْمَرْضِيَّةُ وَالأَقْوَالُ الشَّرْعِيَّةُ وَالأَحْوَالُ الْحَقِيقِيَّةُ وَالْعِنَايَاتُ الأَزَلِيَّةُ وَالسَّعَادَاتُ الأَبَدِيَّةُ وَالْفُتُوحَاتُ الْمَكِيَّةُ وَالظُّهُورَاتُ الْمَدَنِيَّةُ وَالْكَمَالاَتُ الإِلَهِيَّةُ وَالْمَعَالِمُ الرَّبَّانِيَّةُ وَسِرُّ الْبَرِيَّةِ وَشَفِيعُنَا يَوْمَ بَعْثِنَا الْمُسْتَغْفِرُ لَنَا عِنْدَ رَبِّنَا الدَّاعِي إِلَيْكَ وَالْمُقْتَدَى بِهِ لِمَنْ أَرَادَ الْوُصُولَ إِلَيْكَ الأَنِيس بِكَ وَالْمُسْتَوْحِشُ مِنْ غَيْرِكَ حَتَّى تَمَتَّعَ مِنْ نُورِ ذَاتِكَ وَرَجَعَ بِكَ لاَ بِغَيْرِكَ وَشَهِدَ وَحْدَتَكَ فِي كَثْرَتِكَ وَقُلْتَ لَهُ بِلِسَانِ حَالِكَ وَقَوَّيْتَهُ بِكَمَالِكَ فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ الذَّاكِرُ لَكَ فِي لَيْلِكَ وَالصَّائِمُ لَكَ فِي نَهَارِكَ الْمَعْرُوفُ عِنْدَ مَلاَئِكَتِكَ أَنَّهُ خَيْرُ خَلْقِكَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَسَّلَ إِلَيْكَ بِالْحَرْفِ الْجَامِعِ لِمَعَانِي كَمَالِكَ نَسْأَلُكَ إِيَّاكَ بِكَ أَنْ تُرِيَنَا وَجْهَ نَبِيِّنَا صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْ تَمْحُوَ عَنَّا وُجُودَ ذُنُوبِنَا بِمُشَاهَدَةِ جَمَالِكَ وَتُغَيِّبَنَا عَنَّا فِي بِحَارِ أَنْوَارِكَ مَعْصُومِينَ مِنَ الْشَّوَاغِلِ الدُّنْيَوِيَّةِ رَاغِبِينَ إِلَيْكَ غَائِبِينَ بِكَ يَا هُوَ يَا الله يَا هُوَ يَا الله يَا هُوَ يَا الله لاَ إِلَهَ غَيْرُكَ اسْقِنَا مِنْ شَرَابِ مَحَبَّتِكَ وَاغْمِسْنَا فِي بِحَارِ أَحَدِيَّتِكَ حَتَّى نَرْتَعَ فِي بُحْبُوحَةِ حَضْرَتِكَ وَتَقطَعَ عَنَّا أَوْهَامَ خَلِيقَتِكَ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ وَنَوِّرْنَا بِنُورِ طَاعَتِكَ وَاهْدِنَا وَلاَ تُضِلَّنَا وَبَصِّرْنَا بِعُيُوبِنَا عَنْ عُيُوبِ غَيْرِنَا بِحُرْمَةِ نَبِيِّنَا وَسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيحِ الْوُجُودِ وَأَهْلِ الشُّهُودِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ نَسْأَلُكَ أَنْ تُلْحِقَنَا بِهِمْ وَتَمْنَحَنَا حُبَّهُمْ يَا الله يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَهَبْ لَنَا مَعْرِفَةً نَافِعَةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنَا رُؤْيَةَ وَجْهِ نَبِيِّنَا فِي مَنَامِنَا وَيَقْظَتِنَا وَأَنْ تُصَلِّيَ وَتُسَلِّمَ عَلَيْهِ صَلاَةً دَائِمَةً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَأَنْ تُصَلِّيَ عَلَى خَيْرِنَا وَكُنْ لَنَا. اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَفْضَلَ صَلَوَاتِكَ أَبَداً وَأَنْمَى بَرَكَاتِكَ سَرْمَداً وَأَزْكَى تَحِيَّاتِكَ فَضْلاً وَعَدَداً عَلَى أَشْرَفِ الْحَقَائِقِ الإِنْسَانِيَّةِ وَالْجَانِّيَّةِ وَمَجْمَعِ الرَّقَائِقِ الإِيمَانِيَّةِ وَطُورِ التَّجَلِّيَاتِ الإِحْسَانِيَّةِ وَمَهْبَطِ الإِسْرَارِ الرَّحْمَانِيَّةِ وَاسِطَةِ عِقْدِ النَّبِيِّينِ وَمُقَدِّمَةِ جَيْشِ الْمُرْسَلِينَ وَقَائِدِ رَكْبِ الأَوْلِيَاءِ وَالصِّدِّيقِينَ وَأَفْضَلِ الْخَلْقِ أَجْمَعِينَ حَامِلِ لِوَاءِ الْعِزِّ الأَعْلَى وَمَالِكِ أَزِمَّةِ الْمَجْدِ الأَسْنَى شَاهِدِ أَسْرَارِ الأَزَلِ وَمُشَاهِدِ أَنْوَارِ السَّوَابِقِ الأُوَلِ وَتَرْجُمَانِ لِسَانِ الْقِدَمِ وَمَنْبَعِ الْعِلْمِ وَالْحِكْمِ وَالْحِكَمِ مَظْهَرِ سِرِّ الْجُود الْجُجْزِيِّ وَالْكُلِّيِّ وَإِنْسَانِ عَيْنِ الْوُجُودِ الْعُلْوِيِّ وَالسُّفْلِيِّ رُوحِ جَسَدِ الْكَوْنَيْنِ وَعَيْنِِ حَيَاةِ الدَّارَيْنِ الْمُتَحَقِّقِ بِأَعْلَى رُتَبِ الْعُبُودِيَّةِ وَالْمُتَخَلِّقِ بِأَخْلاَقِ الْمَقَامَاتِ الإِصْطِفَائِيَّةِ الْخَلِيلِ الأَعْظَمِ وَالْحَبِيبِ الأَكْرَمِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا وَحَبِيبِنَا محَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ الله بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ عَدَدَ مَعْلُومَاتِكَ وَمِدَادِ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ وَذَكَرَهُ الذَّاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ وَذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً كَثِيراً دَائِماً. اللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنُورِهِ السَّارِي فِي الْوُجُودِ أَنْ تُحْيِيَ قُلُوبَنَا بِنُورِ حَيَاةِ قَلْبِهِ الْوَاسِعِ لِكُِّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْماً وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ وَأَنْ تَشْرَحَ صُدُورَنَا بِنُورِ صَدْرِهِ الْجَامِعِ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ وَضِيَاءً وَذِكْرَى لِلْمُتَّقِينَ وَتُطَهِّرَ نُفُوسَنَا بِطَهَارَةِ نَفْسِهِ الزَّكِيَّةِ الْمَرْضِيَّةِ وَتُعَلِّمَنَا بِأَنْوَارِ عُلُومِ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ وَتُسْرِيَ سَرَائِرَهُ فِينَا بِلَوَامِعِ أَنْوَارِكَ حَتَّى تُغَيِّبَنَا عَنَّا فِي حَقِّ حَقِيقَتِهِ فَيَكُونَ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ فِينَا بِقَيُّومِيَّتِكَ السَّرْمَدِيَّةِ فَنَعِيشَ بِرُوحِهِ عَيْشَ الْحَيَاةِ الأَبَدِيَّةِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيماً كَثِيراً آمِينْ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ عََيْنَا يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ يَا رَحْمَنُ وَبِجَتجَلِّيَاتِ مُنَازَلاَتِكَ فِي مِرْآىِ شُهُودِهِ لِمُنَازَلاَتِ تَجَلِّيَاتِكَ فَنَكُونَ فِي الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ فِي وِلاَيَةِ الأَقْرَبِينَ. اللَّهُمَّ صَل وَسَلمْ عَلَى سَيدِنَا وَنَبِينَا مُحَمَّدٍ جَمَالِ لُطْفِكَ وَحَنَانِ عَطِْكَ وَجَلاَلِ مُلْكِكَ وَكَمَالِ قُدْسِكَ النُّورِ الْمُطْلَقِ بِسِرِّ الْمَعِيَّةِ الَّتِي لاَ تَتَقَيَّدُ الْبَاطِنِ مَعْنًى فِي غَيْبِكَ الظَّاهِرِ حَقًّا فِي شَهَادَتِكَ شَمْسِ الأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ وَمَجْلَى حَضْرَةِ الْحَضَرَاتِ الرَّحْمَانِيَّةِ مَنَازِلِ الْكُتُبِ الْقَيِّمَةِ وَنُورِ الآيَاتِ الْبَيِّنَةِ الَّذِي خَلَقْتَهُ مِنْ نُورِ ذَاتِكَ وَحَقَّقْتَهُ بِأَسْمَائِكَ وَصِفَاتِكَ وَخَلَقْتَ مِنْ نُورِهِ الأَنْبِيَاءَ وَالْمُرْسَلِينَ وَتَعَرَّفْتَ إِلَيْهِمْ بِأَخْذِ الْمِيثَاقِ عَلَيْهِمْ بِقَوْلِكَ الْحَقِّ الْمُبِينِ وَإِذْ أَخَذَ الله مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمً جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذّتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمْ عَلَى بَهْجَةِ الْكَمَالِ وَتَاجِ الْجَلاَلِ وَبَهَاءِ الْجَمَالِ وَشَمْسِ الْوِصَالِ وَعَبَقِ الْوُجُودِ وَحَيَاةِ كُلِّ مَوْجُودٍ عِزِّ جَلاَلِ سَلْطَنَتِكَ وَجَلالِ عِزِّ مَمْلَكَتِكَ وَمَلِيكِ صُنْعِ قُدْرَتِكَ وَطِرَازِ صَفْوَةِ الصَّفْوَةِ مِنْ أَهْلِ صَفْوَتِكَ وَخُلاَصَةِ الْخَاصَّةِ مِنْ أَهْلِ قُرْبِكَ سِر الله الأَعْظَمِ وَحَبِيبِ الله الأَكْرَمِ وَخَلِيلِ الله الْمُكَرَّمِ سَيدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَسَّلُ بِهِ إِلَيْكَ وَنَتَشَفَّعُ بِهِ لَدَيْكَ صَاحِبِ الشَّفَاعَةِ الْكُبْرَى وَالْوَسِيلَةِ الْعُظْمَى وَالشَّرِيعَةِ الْغَرَّا وَالْمَكَانَةِ الْعُلْيَا وَالْمَنْزِلَةِ الزُّلْفَى وَقَابِ قَوْسَيْن ِأَوْ أَدْنَى أَنْ تُحَقِّقَنَا بِهِ ذَاتاً وَصِفَاتٍ وَأَسْمَاءً وَأَفْعَالاً وَآثَاراً حَتَّى لاَ نَرَى وَلاَ نَسْمَعَ وَلاَ نُحِسَّ وَلاَ نَجِدَ إِلاَّ إِيَّاكَ إِلَهِي وَسَيِّدِي بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ أَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ هُوِيَّتَنَا عَيْنَ هُوِيَّتِهِ فِي أَوَائِلِهِ وَنِهَايَتِهِ وَبِوُدِّ خُلَّتِهِ وَصَفَاءِ مَحَبَّتِهِ وَفَوَاتِحِ أَنْوَارِ بَصِيرَتِهِ وَجَوَامِعِ أَسْرَارِ سَرِيرَتِهِ وَرَحِيمِ رَحْمَائِهِ وَنَعِيمِ نَعْمَائِهِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِجَاهِ نَبِيِّكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَغْفِرَةَ وَالْرِّضَى وَالْقَبُولَ قَبُولاً تَامًّا لاَ تَكِلْنَا فِيهِ إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ يَا نِعْمَ الْمُجِيبُ فَقَدْ دَخَلَ الدَّخِيلُ يَا مَوْلاَيَ بِجَاهِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ غُفْرَانَ ذُنُوبِ الْخَلْقِ بِأَجْمَعِهِمْ أَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ بَرهِمْ وَفَاجِرِهِمْ كَقَطْرَةٍ فِي بَحْرِ جُودِكَ الْوَاسِعِ الَّذِي لاَ سَاحِلَ لَهُ فَقَدْ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ الْمُبِينُ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. رَب إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأَْسُ شَيْباً وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَب شَقِيًّا رَبِّ إِنَّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ يَا عَوْنَ الْضُّعَفَاءِ يَا عَظِيمَ الرَّجَاءِ يَا مُوقِظَ الْغَرْقَ يَا مُنْجِيَ الْهَلْكَى يَا نِعْمَ الْمَوْلَى يَا أَمَانَ الْخَائِفِينَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْعَظِيمُ الْرحَِيمُ لاَ إِلَهَ إِلاً الله رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمْ عَلَى الْجَامِعِ الأَكْمَلِ وَالْقُطْبِ الرَّبَّانِيِّ الأَفْضَلِ طِرَازِ حُلَّةِ الإِيمَانِ وَمَعْدِنِ الْجُودِ وَالإِحْسَانِ صَاحِبِ الْهِمَمِ السَّمَاوِيَّةِ وَالْعُلُومِ اللَّدُنِيَّةِ. اللَّهُمَّ صَل وَسَلمْ عَلَى مَنْ خَلَقْتَ الْوُجُودَ لأِجْلِهِ وَرَخَّصْتَ الأَشْيَاءَ بِسَبَبِهِ مُحَمَّدٍ الْمَحْمُودِ صَاحِبِ الْمَكَارِمِ وَالْجُودِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَقْطَابِ السَّابِقِينَ إِلَى جَنَابِ ذَلِكَ الْجَنَابِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيدِنَا مُحَمَّدٍ النُّورِ الإِلَهِيِّ وَالْبَيَانِ الْجَلِيِّ وَاللسَانِ الْعَرَبِيِّ وَالدِّينِ الْحَنِيفِيِّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ الْمُؤَيَّدِ بِالرُّوحِ الأَمِينِ وَبِالْكِتَابِ الْمُبِينِ وَخَاتِمِ النَّبِيِّينَ وَرَحْمَةِ الله لِلْعَالَمِينَ وَالْخَلاَئِقِ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمْ عَلَى مَنْ خَلَقْتَهُ مِنْ نُورِكَ وَجَعَلْتَ كَلاَمَهُ مِنْ كَلاَمِكَ وَفَضَّلْتَهُ عَلَى أَنْبِيَائِكَ وَأَوْلِيَائِكَ وَجَعَلْتَ السعَايَةَ مِنْكَ إِلَيْهِ وَمِنْهُ إِلَيْهِمْ كَمَالِ كُل وَلِيٍّ لَكَ وَهَادِي كُل مُضِلٍّ عَنْكَ هَادِي الْخَلْقِ إِلَى الْحَق تَارِكِ الأَشْيَاءِ لأَجْلِكَ وَمَعْدِنِ الْخَيْرَاتِ بِفَضْلِكَ وَخَاطَبْتَهُ عَلَى بِسَاطِ قُرْبِكَ وَكَانَ فَضْلُ الله عَلَيْكَ عَظِيماً الْقَائِمِ لَكَ فِي لَيْلِكَ وَالصَّائِمِ لَكَ فِي نَهَارِكَ وَالْهَائِمِ بِكَ فِي جَلاَلِكَ. اللَّهُمَّ صَل وَسَلمْ عَلَى نَبِيِّكَ الْخَلِيفَةِ فِي خَلْقِكَ الْمُشْتَغِلِ بِذِكْرِكَ الْمُتَفَكَّرِ فِي خَلْقِكَ وَالأَمِينِ لِسِركَ وَالْبُرْهَانِ لِرُسُلِكَ الْحَاضِرِ فِي سَرَائِرِ قُدْسِكَ وَالْمُشَاهِدِ لِجمَالِ جَلاَلِكَ سَيدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ الْمُفَسرِ لآيَاتِكَ وَالظَّاهِرِ فِي مُلْكِكَ وَالْغَائِبِ فِي مَلَكُوتِكَ وَالْمُتَخَلِّقِ بِصِفَاتِكَ وَالدَّاعِي إِلَى جَبَرُوتِكَ الْحَضْرَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ وَالْبُرْدَةِ الْجَلاَلِيَّةِ وَالسَّرَابِيلِ الْجَمَالِيَّةِ الْعَرِيشِ السَّقِيِّ وَالْحَبِيبِ النَّبَوِيِّ وَالنُّوِرِ الإِلَهِيِّ وَالدُّر النَّقِي وَالْمِصْبَاحِ الْقَوِيِّ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمْ عَلَيْهِ عَلَى آلِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بَحْرِ أَنْوَارِكَ وَمَعْدِنِ أَسْرَارِكَ وَرُوحِ أَرْوَاحِ عِبَادِكَ الدُّرَّةِ الْفَاخِرَةِ وَالْعَبِقَةِ النَّافِحَةِ بُؤْبُؤِ الْمَوْجُودَاتِ وَحَاءِ الرَّحَمَاتِ وَجِيمِ الدَّرَجَاتِ وَسِينِ السَّعَادَاتِ وَنُونِ الْعِنَايَاتِ وَكَمَالِ الْكُليَّاتِ وَجِيمِ الدَّرَجَاتِ وَسِينِ السَّعَادَاتِ وَنُونِ الْعِنَايَاتِ وَكَمَالِ الْكُلِّيَّاتِ وَمَنْشَأِ الأَزَلِيَّاتِ وَخَتْمِ الأَبَدِيَّاتِ الْمَشْغُولِ بِكَ عَنِ الأَشْيَاءِ الدُّنْيَوِيَّاتِ الطَّاعِمِ مِنْ ثَمَرَاتِ الْمُشَاهَدَاتِ الْمَسْقِيِّ مِنْ أَسْرَارِ الْقُدْسِيَّاتِ الْعَالِمِ بِالْمَاضِي وَالْمُسْتَقْبَلاَتِ سَيدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الأَخْيَارِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ.

اللَّهُمَّ صَل وَسَلِّمْ عَلَى رُوحِ سَيدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الأَرْوَاحِ وَعَلَى جَسَدِهِ فِي الأجْسَادِ وَعَلَى قْبِرِهِ فِي الْقُبُورِ وَعَلَى اسْمِهِ فِي الأَسْمَاءِ وَعَلَى مَنْظَرِهِ فِي الْمَنَاظِرِ وَعَلَى سَمْعِهِ فِي الْمَسَامِعِ وَعَلَى حَرَكَتِهِ فِي الْحَرَكَاتِ وَعَلَى سُكُونِهِ فِي السَّكَنَاتِ وَعَلَى قُعُودِهِ فِي الْقُعُودَاتِ وَعَلَى قِيَامِهِ فِي الْقِيَامَاتِ وَعَلَى لِسَانِهِ الْبَشَّاشِ الأَزَلِيِّ وَالْحَتْمِ الأَبَدِيِّ صَلِّ اللَّهُمِّ وَسَلمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ عَدَدَ مَا عَلِمْتَ وَمِلْءَ مَا عَلِمْتَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ الَّذِي أَعْطَيْتَهُ وَكَرَّمْتَهُ وَفَضَّلْتَهُ وَنَصَرْتَهُ وَأَعَنْتَهُ وَقَرَّبْتَهُ وَأَدْنَيْتَهُ وَسَقَيْتَهُ وَمَكَّنْتَهُ وَمَلأْتَهُ بِعِلْمِكَ الأَنْفَسِ وَبَسَطْتَهُ بِحُبِّكَ الأَطْوَسِ وَزَيَّنْتَهُ بِقَوْلِكَ الأَقْبَسِ فَخْرِ الأَفْلاَكِ وَعَذْبِ الأَخْلاَقِ وَنُورِكَ الْمُبِينِ وَعَبْدِكَ الْقَدِيمِ وَحَبْلِكَ الْمَتِينِ وَحِصْنِكَ الْحَصِينِ وَجَلاَلِكَ الْحَكِيمِ وَجَمَالِكَ الْكَرِيمِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيحِ الْهُدَى وَقَنَادِيلِ الْوُجُودِ وَكَمَالِ السُّعُودِ الْمُطَهَّرِينَ مِنَ الْعُيُوبِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ صَلاَةً تَحُلُّ بِهَا الْعُقَدَ وَرِيحًَ تَفُكُّ بِهَا الْكُرَبَ وَتَرْحُّماً تُزِيلُ بِهِ الْعَطَبَ وَتَكْرِيماً تَقْضِي بِهِ الأَرَبَ يَا رَبِّ يَا الله يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ نَسْأَلُكَ ذَلِكَ مِنْ فَضَائِلِ لُطْفِكَ وَغَرَائِبِ فَضْلِكَ يَا كَرِيمُ يَا رَحِيمُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمْ عَلَى عَبْدِكَ وَنَبِيكَ وَرَسُولِكَ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُميِّ وَالرَّسُولِ الْعَرَبِيِّ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ صَلاَةً تَكُونُ لَكَ رِضَاءً وَلِحَقِّهِ أَدَاءً وَآتِهِ الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيعَةَ وَابْعَثْهُ الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ الَّذِي وَعَدْتَهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَسَّلُ بِكَ وَنَسْأَلُكَ وَنَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِكِتَابِكَ الْعَزِيزِ وَنَبِيِّكَ الْكَرِيمِ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِشَرَفِهِ الْمَجِيدِ وَبِأَبَوَيْهِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَبِصَاحِبَيْهِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَذِي النُّورَيْنِ عُثْمَانَ وَآلِهِ فَاطِمَةَ وَعَلِيٍّ وَوَلَدَيْهِمَا الْحَسَنَِ وَالْحُسَيْنِ وَعَمَّيْهِ حَمْزَةَ وَالْعَبَّاسِ وَزَوْجَتَيْهِ خَدِيجَةَ وَعَائِشَةَ. اللَّهُمَّ صَل وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى أَبَوَيْهِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَعَلَى آلِ كُلٍّ وَصَحْبِ كُلٍّ صَلاَةً يُتَرْجِمُهَا لِسَانُ الأَزَلِ فِي رِيَاضِ الْمَلَكُوتِ وَعَلَيِّ الْمَقَامَاتِ وَنَيْلِ الْكَرَامَاتِ وَرَفْعِ الدَّرَجَاتِ وَيَنْعِقُ بِهَا لِسَانُ الأدَبِ فِي حَضِيضِ النَّاسُوتِ بِغُفْرَانِ الذُّنُوبِ وَكَشْفِ الْكُرُوبِ وَدَفْعِ الْمُهِمَّاتِ كَمَا هُوَ اللاَّئِقُ بِإِلَهِيَّتِكَ وَشَأْنِكَ الْعَظِيمِ وَكَمَا هُوَ اللاَّئِقُ بِأَهْلِيَّتِهِمْ وَمَنْصِبِهِمُ الْكَرِيمِ بِخُصُوصِ خَصَائِصِ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَالله ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ اللَّهُمَّ حَقِّقْنَا بِسَرَائِرِهِمْ فِي مَدَارِجِ مَعَارِفِهِمْ بِمَثُوبَةِ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنْكَ الْحُسْنَى آلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْفَوْزُ بِالسَّعَادَةِ الْكُبْرَى بِمَوَدَّتِهِ الْقُرْبَى وَغُمَّنَا فِي عِزهِ الْمَصْمُودِ فِي مَقَامِهِ الْمَحْمُودِ وَتَحْتَ لِوَائِهِ الْمَعْقُودِ وَاسْقِنَا مِنْ حَوْضِ عِرْفَانِ مَعْرُوفِهِ الْمَوْرُودِ يَوْمَ لاَ يُخْزِي الله النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبُرُوزِ بِشَارَةِ قُلْ يُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ بِظُهُورِ بِشَارَةِ وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبكَ فَتَرْضَى تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِعِزِّ جَلاَلِكَ وَبِجَلاَلِ عِزَّتِكَ وَبِقُدْرَةِ سُلْطَانِكَ وَبِسلْطانِ قُدْرَتِكَ وَبِحُبِّ نَبِيكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْقَطِيعَةِ وَالأَهْوَاءِ الرَّدِيئَةِ يَا ظَهِيرَ اللاَّجِينَ يَا جَارَ الْمُسْتَجِيرِينَ أَجِرْنَا مِنَ الْخَوَاطِرِ الّنَفْسَانِيَّةِ وَاحْفَظْنَا مِنَ الشَّهَوَاتِ الشَّيْطَانِيَّةِ وَطَهِّرْنَا مِنْ قَاذُورَاتِ الْبَشَرِيَّةِ وَصَفِّنَا بِصَفَاءِ الْمَحَبَّةِ الصِّدِّيقِيَّةِ مِنْ صَدَإِ الْغَفْلَةِ وَوَهْمِ الْجَهْلِ حَتَّى تَضْمَحِلَّ رُسُومُنَا بِفَنَاءِ الأَنَانِيَّةِ وَمُبَايَنَةِ الطَّبِيعَةِ الإِنْسَانِيَّةِ فِي حَضْرَةِ الْجَمْعِ وَالْتَّخْلِيَةِ وَالْتَّحَلِّي بِالأُلُوهِيَّةِ الأَحَدِيَّةِ وَالتَّجَلي بِالْحَقَائِقِ الصَّمَدَانِيَّةِ فِي شُهُودِ الْوَحْدَانِيَّةِ حَيْثُ لاَ حَيْثُ وَلاَ أَيْنَ وَلاَ كَيْفَ وَيَبْقَى الْكُلُّ لله وَبِالله وَمِنَ الله وَإِلَى الله وَمَعَ الله غَرِقاً بِنِعْمَةِ الله فِي بَحْرِ مِنَّةِ الله مَنْصُورِينَ بِسَيْفِ الله مَخْصُوصِينَ بِمَكَارِمِ الله مَلْحُوظِينَ بِعَيْنِ الله مَحْظُوظِينَ بِعِنَايَةِ الله مَحْفُوظِينَ بِعِصْمَةِ الله مِنْ كُلِّ شَاغِلٍ يَشْغَلُ عَنِ الله وَخَاطِرٍ يَخْطُرُ فِي غَيْرِ الله يَا رَبِّ يَا الله يَا رَبِّ يَا الله يا رَبِّ يَا الله وَمَا تَوِْفيقِي إِلاَّ بالله عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ. اللَّهُمَّ اشْغَلْنَا بِكَ وَهَبْ لَنَا هِبَةً لاَ سَعَةَ فِيهَا لِغَيْرِكَ وَلاَ مَدْخَلَ فِيهَا لِسِوَاكَ وَاسِعَةً بِالْعُلُومِ الإِلَهِيَّةِ وَالصِّفَاتِ الرَّبَّانيَّةِ وَالأَخْلاَقِ الْمُحَمَّدِيَّةِ وَقَوِّ عَقَائِدَنَا بِحُسْنِ الظَّنِّ الْجَمِيلِ وَحَق الْيَقِينِ وَشُدَّ قَوَاعِدَنَا عَلَى صِرَاطِ الاِسْتِقَامَةِ وَقَواعِدِ الْعِزِّ الرَّصِينِ صِرَاطِ الذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ صِرَاطِ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَشَيِّدْ مَقَاصِدَنَا فِي الْمَجْدِ الأَثِيلِ عَلَى أَعْلَى ذِرْوَةَ الْكَرَامَةِ وَعَزَائِمِ أَولِي الْعَزْمِ مِنَ الْمُرْسَلِينَ يَا صَرِيخَ الْمُسْتَصْرِحِينَ يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيثِينَ أَغِثْنَا بِأَلْطَافِ رَحْمَتِكَ مِنْ ضَلاَلِِ الْبُعْدِ وَاشْمَلْنَا بِنَفَحَاتِ عِنَايَتِكَ فِي مَصَارِعِ الْحُبِّ وَأَسْعِفْنَا بِأَنْوَارِ هِدَايَتِكَ فِي حَضَائِرِ الْقُرْبَى وَأَيِّدْنَا بِنَصْرِكَ الْعَزِيزِ نَصْراً مُؤَزَّراً بِالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. اللِّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَأَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينِ وَذُرِّيَّتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ عِمَادَ مَنْ لاَ عِمَادَ لَهُ يَا سَنَدَ مَنْ لاَ سَنَدَ لَهُ يَا ذُخْرَ مَنْ لاَ ذُخْرَ لَهُ يَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيرٍ يَا صَاحِبَ كُلِّ غَرِيبٍ يَا مُؤْنِسَ كُلِّ وَحِيدٍ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ أَنْتَ وَِيِّيِ فِي الدِّنْيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ صَلَوَاتُ الله وَمَلاَئِكَتِهِ وَأَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ وَجَمِيعِ خَلْقِهِ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سِيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَيْهِ وَعَلَيْهِمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ. اللَّهُمَّ أَدْخِلْنَا مَعَهُ بِشَفَاعَتِهِ وَضمَانِهِ وَرِعَايَتِهِ مَعَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ بِدارِكَ دَارِ السَّلاَمِ فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ وَأَتْحِفْنَا بِمُشَاهَدَتِهِ بِلَطِيفِ مُنَازَلَتِهِ يَا كَرِيمُ يَا رَحِيمُ أَكْرِمْنَا بِالنَّظَرِ إِلَى جَمَالِ سُبُحَاتِ وَجْهِكَ الْعَظِيمِ وَاْحفَظْنَا بِكَرَامَتِهِ بِالتَّكْرِيمِ وَالتَّبْجِيلِ وَالتَّعْظِيمِ وَأَكْرِمْنَا بِنُزُلِهِ نُزُلاً مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ فِي رَوْضِ رِضْوَانِ أأُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ أَبَداً وَأأُعْطِيكُمْ مَفَاتِيحَ الْغَيْبِ لِخَزَائِنِ السِّرِّ الْمَكْنُونِ فِي مُكْنُونِ جَنَّاتِ مَعَارِفِ صِفَتِ الْمَعَانِي بِأَنْوَارِ ذَاتِ عَلَى الأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ سَلاَمٌ قَوْلاً مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ بِانْعِطَافِ رَأْفَةِ الرَّأْفَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ مِنْ عَيْنِ عِنَايَتِهِ فَضْلاً مِنْ رَبِّكَ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ فِي مَحَاسِنِ قُصُورِ ذَخَائِرِ سَرَائِرِ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ فِي مِنَصَّةِ مَحَاسِنِ خَوَاتِمِ دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلاَمٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Penjelasan:

Dalam kitab Afdhalush Shalawat 'Alaa Sayyidis Saadaat karya Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dijelaskan mengenai shalawat ini sebagai berikut:

هذه الصلاة الكبرى لسيدنا ومولانا الشيخ عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه وهي تشتمل على كثير من الصلوات المأَثورة عن النبي صلى الله عليه وسلم والسلف الصالح رضي الله عنهم وقد كملت بها هذه الصلوات لتحظى بحسن التكميل وتكون لها كالإجمال بعد التفصيل نقلتها من شرحها لسيدي الشيخ عبد الغني النابلسي

Artinya:

"Shalawat Al-Kubro ini merupakan shalawat yang disusun oleh Sayyidina wa Maulana Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Radhiyallahu 'Anhu dan merupakan shalawat yang mencakup beberapa sighat shalawat al-Ma'tsurah dari kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sllam dan para ulama As-Salaf ash-Shaalih radhiyallahu 'Anhum. Dengan Shalawat al-Kubro ini aku menyempurnakan kitab berisi kumpulan shalawat ini (kitab Afdhalush Shalawat 'Alaa Sayyidis Saadaat) dengan harapan agar mendapatkan keindahan di bagian akhirnya. Shalawat Kubro ini seperti penggelobalan dari penguraian, yang telah kami nukil dari Syarahnya oleh Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Ghani An-Nablusi." 
Demikian yang dapat kami bagikan pada kesempatan malam yang indah ini. Semoga berkah dan manfaat. aamiin.‎‎

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...