Selasa, 12 Oktober 2021

Penjelasan Tentang Diperbolehkannya Membaca Dan Mengamalkan Sholawat Para Ulama Agung


Allah Swt berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (al-Ahzab : 56)

Dengan mencermati firman Allah tersebut, berarti orang-orang yang bershalawat kepada Nabi Saw. telah mentaati perintah Allah Swt.

2.      Allah juga bershalawat kepada Rasulullah.
3.      Para malaikat juga bershalawat kepada Rasulullah.

4.      Mendapatkan sepuluh shalawat dari Allah untuk setiap kali satu shalawat kepada Rasulullah Saw
.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم , قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Dari abu hurairah bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat  kepadannya  sepuluh kali.”  (HR. Muslim, no. 70, Abu Dawud no. 1532, Tirmidzi no. 487, an-Nasa-I no. 1295, Ahmad no. 9089, 9117, 10558, Ad-Darimi no. 2828 )
5.      

Diangkat baginya sepuluh derajat, dan dihapus darinya sepuluh keburukan.

قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

“Anas bin malik berkata, telah bersabda Rasulullah Saw barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat kepadanya  sepuluh kali dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, diangkat baginya sepuluh derajat.” (HR. an-Nasa-I no. 1296.)

Dalam amaliah sehari-hari mayoritas kaum Muslimin, yang sangat mencintai dan menghormati Nabi Muhammad SAW dengan penuh ta’zhim, telah dikenal sekian banyak redaksi shalawat kepada Nabi SAW, seperti Shalawat Munjiyat, Shalawat Nariyah, Shalawat Fatih, Shalawat Thibbul Qulub dan lain-lain. Kebanyakan redaksi shalawat-shalawat tersebut tidak disusun oleh Nabi sendiri, tapi disusun oleh para ulama dan auliya terkemuka yang tidak diragukan dalam keilmuan dan ketakwaannya.

Pertanyaan yang sering diajukan oleh kaum Sawah (Salafi Wahabi) seperti Syaikh  Ibn Baz, Syaikh al-Utsaimin, Syaikh al-Albani, KH Mahrus Ali, dan lain-lain adalah:
Bolehkah mengamalkan shalawat yang tidak disusun oleh Nabi SAW, bahkan tidak dikenal pada masa beliau?. 

Bahkan terakhir, tayangan Khazanah Trans 7 pada hari Jum’at 12 April 2013 menayangkan hal tersebut dengan membid’ahkan amaliah sholawat yang dikarang oleh ulama.

Sedangkan mengenai bentuk redaksinya, shalawat itu ada dua macam, yaitu Shalawat Ma’tsur dan Shalawat Ghoiru Ma’tsur. Shalawat Ma’tsur adalah shalawat yang dibuat oleh Rasululloh SAW sendiri, baik kalimat, cara membaca, waktu maupun fadhilahnya.

Adapun Shalawat yang masuk kategori Ghoiru Ma’tsur, adalah seperti shalawat yang disusun oleh ‎Imam Al Ghazali, shalawat Quthbul Aqthab yang disusun oleh Sayid Abdullah bin Alawi Al-Hadad, Shalawat Nariyah, Shalawat Munjiyat, Shalawat Mukhathab dan lain – lain.

Shalawat nariyyah juga disebut sebagian pengikut faham salafi sebagai shalawat bid’ah, karena tidak pernah dibuat oleh Rasulallah. Dan, jamaah shalawat nariyyah yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia, terutama masyarakat tanah Jawa, juga dianggap sebagai jamaah bid’ah yang sesat karena mengamalkan shalawat bid'ah.

Termasuk shalawat nariyyah yang menjadi obyek pensesatan, adalah shalawat al-fatih dan shalawat thibb al-qulub yang juga bukan berasal dari Rasulallah. 
Banyak sekali shalawat yang digunakan dan diciptakan oleh ulama-ulama agung, sebut saja Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani, Hujjatul Islam al-Ghazali, Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili, Sayyidi Ali Wafa, Imam as-Subki, Imam ar-Ramli asy-Syafi’i dan ulama-ulama lain, termasuk shalawat taziyyah diatas, sebagaimana yang disebutkan secara khusus oleh Syaikh Yusuf an-Nabhani dalam Syawahid al-Haq.

Artinya, jika ulama-ulama agung di atas juga menciptakan shalawat Nabi dan menggunakannya dalam beristighatsah kepada Allah, lalu apakah kita dilarang bershalawat menggunakan shalawat yang mereka ciptakan, yang meskipun dilihat dari sisi pahala jelas lebih banyak bershalawat dengan shalawat yang diciptakan oleh Rasulallah langsung?‎

Mayoritas kaum “muslimin, berpandangan bahwa mengamalkan shalawat-shalawat yang disusun oleh para ulama dan auliya seperti Shalawat Munjiyat, Shalawat Nariyah, Shalawat al-Fatih, Shalawat Thibbul Qulub dan lain-lain adalah dibolehkan dan disunnahkan sesuai dengan paradigma umum yang mengakui adanya bid’ah hasanah dalam agama. Terdapat sekian banyak dalil -selain dalil-dalil bid’ah hasanah sebelumnya- yang menjadi dasar kebolehan membaca doa-doa dan shalawat-shalawat yang belum pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Di antara dalil- dalil tersebut akan kami sebutkan satu persatu di bawah.

Hadits Abdullah bin Mas’ud

وَعَنِ أَبِنِ مَسْعُوْدٍ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: اِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَحْسِنُوْا الصَّلاَةَ عَلَيْهِ فَاِنَّكُمْ لاَتَدْرُوْنَ  لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ فَقَالُوْا لَهُ : فَعَلِّمْنَا, قَالَ: اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُوْلِ الرَّحْمَةِ , الَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُهُ بِهِ اْلاَوَّلُوْنَ وَاْلاَخِرُوْنَ.رواه ابن ماجه

“Abdullah bin Mas’ud berkata: “Apabila kalian bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu barangkali shalawat kalian itu diberitahukan kepada beliau.” Mereka bertanya: “Ajari kami cara shalawat yang bagus kepada beliau.” Beliau menjawab: “Katakan, ya Allah jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orangorang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau mcujam terpuji yang menjadi harapan orang­orang terdahulu dan orang-orang terkemudian.” 

Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Ibn Majah (906), Abdurrazzaq (3109), Abu Ya’la (5267), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir (9/115) dan Ismail al-Qadhi dalam Fadhl al-Shalat (hal. 59). Hadits ini juga disebutkan oleh Ibn al-Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Jala’ al-Afham (hal. 36 dan hal 72).

Hadits Ali bin Abi Thalib

عَنْ سَلاَمَةَ الْكِنْدِيِّ قَالَ: كَانَ عَلِيٌّ  رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ يُعَلّمُ النَّاسَ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِّيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَقُوْلُ : اَللَّهُمَّ دَاحِىَ الْمَدْحُوَّاتِ, وَبَارِئَ الْمَسْمُوْكَاتِ, وَجَبَّارَ الْقُلُوْبِ عَلَى فِطْرَتِهَا شَقِيِّهَا وَسَعِيْدِ هَا,اجْعَلْ شَرَائِفَ صَلَوَاتِكَ  وَنَوَاميَ بَرَكَاتِكَ وَرَأْفَةَ تَحَنُّنِكَ , عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِ كَ وَرَسُوْلِكَ, الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالْمُعْلِنِ الْحَقَّ  بِالْحَقِّ وَالدَّامِغِ لِجَيْشْاتِ اْلاَبَاطيِْ كَمَا حُمِّلَ ,فَاضْطَلَعَ بِأَمْرِكَ بِطَاعَتِكَ ,مُسْتَوْفِزًا فِى مَرْضَاتِكَ,بَغَيْرِ نَكْلٍ فِى قَدَمٍ وَلاَوَهْيٍ فِى عَزْمٍ ,وَاعِيًا لِوَحْيِكَ ,حَافِظًا لِعَهْدِ كَ ,مَاضِيًّا عَلَى نَفَاذِ  أَمْرِكَ ,حَتَّى أَوْرَ ى قَبَسًا لِقَابِسٍ , آلا ءَ اللهِ تَصِلُ بِهِ أَسْبَابَهُ ,بِهِ هُدِيَتِ اْلقُلُوْبُ بَعْدَ حَوْضاتِ الْفِتَنِ وَاْلاِثْمِ ,وَأَبْهَجَ مُوْ ضِحَاتِ اْلاَعْلاَمِ وَنَائِرَاتِ اْلاَحْكاَمِ وَمُنِيْرَاتِ اْلاِسْلاَمِ,فَهُوَ أَمِيْنُكَ الْمَأْمُوْنُ وَخَازِنُ عِلْمِكَ الْمَخْزُوْنِ وَشَهِيْدُكَ يَوْمَ الدِّيْنِ وَبَعِيْثُكَ نِعْمَةً وَرَسُوْلُكَ بِالْحَقِّ رَحْمَةً.َ اَللَّهُمَّ افْسَحْ لَهُ فِى عَدْنِكَ وَاجْزِهِ مُضَا عَفَاتِ الْخَيْرِ مِنْ فَضْلِكَ لَهُ مُهَنّئَاتٍ غَيْرَ مُكَدَّرَاتٍ مِنْ فَوْزِ ثَوَابِكَ الْمَحْلٌوْلِ وَجَزِيْلِ عَطَائِكَ الْمَعْلُوْلِ . اَللَّهُمَّ أَعْلِ عَلَى بِنَاءِ النَّاسِّ  بِنَاءَهُ وَأَكْرِمْ  مَثْوَاهُ لَدَيْكَ وَنُزُلَهُ وَأَتْمِمْ لَهُ نُوْرَهُ وَاجْزِهِ مِنِ ابْتِعَاثِكَ لَهُ مَقْبُوْلَ الشَّهَادَةِ وَمَرْضِيَّ اْلمَقَالةِ ذَا مَنْطِقٍ عَدْلٍ وَخُطَّةٍ فَصْلٍ وَبُرْهَانٍ عَظِيْمٍ   

“ Salamah al Kindi berkata,” Ali bin Abi Thalib r.a mengajarkan kami cara bershalawat kepada Nabi SAW  dengan berkata:” Ya Alloh, pencipta bumi yang menghampar, pencipta langit yang tingi, dan penuntun hati yang celaka dan yang bahagia pada ketetapanya, jadikanlah shalawat –Mu yang mulia, berkah-Mu yang tidak terbatas dan kasih saying-Mu yang lebut pada Muhammad hamba dan utusan-Mu, pembuka segala hal yang tertutup, pamungkas yang terdahulu, penolong agama yang benar dengan kebenaran,dan penkluk bala tentara kebatilan seperti yang dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa perintah-Mu dengan tunduk kepada-Mu, siap menjalankan ridha-Mu, tanpa gentar dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan, sang penjaga wahyu-Mu, pemelihara janji-Mu, dan pelaksana perintah-Mu sehingga ia nyalakan cahaya kebenaran pada yang mencarinya, jalan – jalan nikmat Alloh terus mengalir pada ahlinya dengan Muhammad hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami kekufuran dan kemaksiatan,  ia ( Muhammad ) telah memperindah rambu – rambu yang terang, hukum – hukum yang bercahaya, dan cahaya – cahaya  Islam yang menerangi, dialah ( Muhammad )orang yang jujur yang dipercayai oleh-Mu dan penyimpan ilmu-Mu yang tersembunyi, saksi-Mu di hari kiamat, utusan-Mu yang membawa nikmat, rasul-Mu yang membawa rahmat dengan kebenaran. Ya Alloh, luaskanlah surga-Mu baginya, balaslah dengan kebaikan yang berlipat ganda dari anugerah-Mu baginya, yaitu kelipatan yang mudah dan bersih, dari pahala-Mu yang dpat diraih dan anugerah-Mu yang agung dan tidak pernah terputus . Ya Alloh, berilah ia derajat tertinggi diantara manusia, muliakanlah tempat tinggal dan jamuannya di surga-Mu, sempurnakanlah cahayanya, balaslah jasanya sebagai utusan-Mu dengan kesaksian yang diterima, ucapan yang diridhai, pemilik ucapan yang lurus, jalan pemisah antara yang benar dan yang bathil dan hujjah yang kuat.

Hadits ini diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur, Ibn Jarir (224- 310 H/839-923 M) dalam Tahdzib alAtsar, Ibn Abi Ashim, Ya’qub bin Syaibah dalam Akhbar ‘Ali, Ibn Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (29520), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath (9089) dan lain-lain. Hadits ini juga dikutip oleh ahli hadits sesudah mereka seperti al-Hafizh al- Qadhi Iyadh dalam al-Syifa, al-Hafizh al-Sakhawi dalam al-Qaul al- Badi’, Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Durr al-Mandhud, al-Hafizh al- Ghummari dalam Itqan alShan’ah dan lain-lain. Menunit al-Hafizh Ibn Katsir, redaksi shalawat ini popular dari Ali bin Abi Thalib.

Hadits Abdullah bin Abbas

Lebih  dari itu, ada beberapa shahabat yang membuat shalawat tersendiri untuk Rasululloh SAW. Diantaranya adalah shahabat Abdullah bin Abbas seperti yang disebutkan pada hadits berikut ini:

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ كَانَ اِذَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ : اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ شَفَاعَةَ مُحَمَّدٍ الْكُبْرَى وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ الْعُلْيَا وَأَعْطِهِ سُؤَلَهُ  فِى اْلاَخِرَةِ  وَاْلاُوْلَى كَمَا اَتَيْتَ اِبْرَاهَيْمَ وَمُوْسَى

“ Ibn Abas r.a apabila membaca shalawat kepada Nabi SAW beliau berkata,” Ya Alloh kabulkanlah syafaat Muhammad yang agung, tinggikanlah derajatnya yang luhur, dan berilah permohonanya di dunia dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa” 

Hadits ini diriwayatkan oleh Abd bin Humaid dalam al-Musnad, Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (3104) dan Ismail al-Qadhi dalam Fahdl al-Shalat ‘Ala al-Nabiy (hal 52). Hadits ini juga disebutkan oleh Ibn al-Qayyim dalam Jala’ alAfham (hal 76). Al-Hafizh al- Sakhawi mengatakan dalam alQaul al-Badi’ (hal. 46), sanad hadits ini jayyid, kuat dan shahih.

Shalawat  Sayyidina Ali

اَللَّهُمَّ دَاحِىَ اْلمَدْحُوَّاتِ وَبَارِئَ اْلمَسْمُوْكَاتِ اِجْعَلْ شَرَائِفَصَلَوَاتِكَ وَنَوَامِى بَرَكَاتِكَ وَرَأْفَةَ تَحَنُّنِكَ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اْلفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَاْلخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَاْلمُعْلِنِ اْلحَقَّ بِاْلحَقِّ وَالدَّامِغِ لِجَيْشَاتِ اْلأَبَاطِيْلِ كَمَا حُمِّلَ فَاضْطَلَعَ بِأَمْرِكَ لِطَاعَتِكَ مُسْتَوْفِزًا فِي مَرْضَاتِكَ وَاعِيًا لِوَحْيِكَ حَافِظًا لِعَهْدِكَ مَاضِيًا عَلَى نَفَاذِ أَمْرِكَ حَتَّى أَوْرَى قَبَسًا لِقَابِسٍ، آلاَءُ اللهِ تَصِلُ بِأَهْلِهِ أَسْبَابَهُ، بِهِ هُدِيَتِ اْلقُلُوْبُ بَعْدَ خَوْضَاتِ اْلفِتَنِ وَاْلإِثْمِ وَأَبْهَجَ مُوْضِحَاتِ اْلأَعْلاَمِ وَنَائِرَاتِ اْلأَحْكَامِ وَمُنِيْرَاتِ اْلإِسْلاَمِ فَهُوَ أَمِيْنُكَ اْلمَأْمُوْنُ وَخَازِنُ عِلْمِكَ اْلمَخْزُوْنِ وَشَهِيْدُكَ يَوْمَ الدِّيْنِ وَبَعِيْثُكَ نِعْمَةً وَرَسُوْلُكَ بِاْلحَقِّ رَحْمَةً اَللَّهُمَّ افْسَحْ لَهُ فِي عَدْنِكَ وَاَجْزِهِ مُضَاعَفَاتِ اْلخَيْرِ مِنْ فَضْلِكَ مُهَنَّئَاتٍ لَهُ غَيْرَ مُكَدَّرَاتٍ مِنْ فَوْزِ ثَوَابِكَ اْلمَحْلُوْلِ وَجَزِيْلِ عَطَائِكَ اْلمَعْلُوْلِ اَللَّهُمَّ أَعْلِ عَلَى بِنَاءِ النَّاسِ بِنَاءَهُ وَأَكْرِمْ مَثْوَاهُ لَدَيْكَ وَنُزُلَهُ وَأَتِمَّ لَهُ نُوْرَهُ وَأَجْزِهِ مِنِ ابْتِعَاثِكَ لَهُ مَقْبُوْلَُ الشَّهَادَةِ وَمَرْضِيَُّ الْمَقَالَةِ ذَا مَنْطِقٍ عَدْلٍ وَخُطَّةٍ فَصْلٍ وَبُرْهَانٍ عَظِيْمٍ
   
Ya Alloh, pencipta bumi yang menghampar, pencipta langit yang tingi, dan penuntun hati yang celaka dan yang bahagia pada ketetapanya, jadikanlah shalawat –Mu yang mulia, berkah-Mu yang tidak terbatas dan kasih saying-Mu yang lebut pada Muhammad hamba dan utusan-Mu, pembuka segala hal yang tertutup, pamungkas yang terdahulu, penolong agama yang benar dengan kebenaran,dan penkluk bala tentara kebatilan seperti yang dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa perintah-Mu dengan tunduk kepada-Mu, siap menjalankan ridha-Mu, tanpa gentar dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan, sang penjaga wahyu-Mu, pemelihara janji-Mu, dan pelaksana perintah-Mu sehingga ia nyalakan cahaya kebenaran pada yang mencarinya, jalan – jalan nikmat Alloh terus mengalir pada ahlinya dengan Muhammad hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami kekufuran dan kemaksiatan,  ia ( Muhammad ) telah memperindah rambu – rambu yang terang, hukum – hukum yang bercahaya, dan cahaya – cahaya  Islam yang menerangi, dialah ( Muhammad )orang yang jujur yang dipercayai oleh-Mu dan penyimpan ilmu-Mu yang tersembunyi, saksi-Mu di hari kiamat, utusan-Mu yang membawa nikmat, rasul-Mu yang membawa rahmat dengan kebenaran. Ya Alloh, luaskanlah surga-Mu baginya, balaslah dengan kebaikan yang berlipat ganda dari anugerah-Mu baginya, yaitu kelipatan yang mudah dan bersih, dari pahala-Mu yang dpat diraih dan anugerah-Mu yang agung dan tidak pernah terputus . Ya Alloh, berilah ia derajat tertinggi diantara manusia, muliakanlah tempat tinggal dan jamuannya di surga-Mu, sempurnakanlah cahayanya, balaslah jasanya sebagai utusan-Mu dengan kesaksian yang diterima, ucapan yang diridhai, pemilik ucapan yang lurus, jalan pemisah antara yang benar dan yang bathil dan hujjah yang kuat.

Dalam shalawat yang diciptakan oleh Sayyidina Ali tersebut terdapat jawaban dan bantahan terhadap kaum Salafi Wahhabi yang menilai syirik membaca shalawat al-fatih, karena di dalamnya terdapat kata al-Fatih yang menjadi sifat dari Rasulallah. Menurut mereka sifat al-fatih hanya milik Allah dan tidak layak di sematkan pada Rasulullah, padahal Sayyidina Ali bin Abi Thalib ternyata juga membuat shalawat yang di dalamnya terdapat pengagungan terhadap Rasulallah dengan memberi sifat beliau dengan al-fatih.

Shalawat Abdullah bin Mas‘ud:

وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَبَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ عَلَى سَيِّدِ اْلمُرْسَلِيْنَ وَإِمَامِ اْلمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبيِّيْنَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ إِمَامِ اْلخَيْرِ وَرَسُولِ الرَّحْمَةِ اَللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُهُ فِيْهِ اْلأَوَّلُوْنَ وَاْلآخِرُوْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Hasan al-Bashri mengatakan, bahwa barang siapa yang ingin meminum minuman dari Telaga Rasulallah dengan gelas yang penuh, maka bacalah shalawat berikut ini:

اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَوْلاَدِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ وَأَصْهَارِهِ وَاَنْصَارِهِ وَأَشْيَاعِهِ وَمُحِبِّيْهِ وَأُمَّتِهِ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ أَجْمَعِيْنَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ   

Shalawat yang diciptakan oleh Imam asy-Syafi’i:

Yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bayan berikut: “Aku bermimpi bertemu Rasulallah. Aku bertanya kepada beliau: ‘Andai engkau memberi manfaat dengan sesuatu kepada putra paman engkau, asy-Syafi’i atau memberinya sesuatu secara khusus?!’ Rasulallah menjawab: ‘Ya, aku telah minta kepada rabb-ku untuk membebaskan hisab baginya.’ Kemudian aku kembali bertanya: ‘Dengan sebab apa?’ Rasulallah menjawab: ‘Karena dia bershalawat kepadaku dengan shalawat yang tidak ada yang menyamainya.’ Aku kembali bertanya: ‘Apakah shalawat tersebut?’ Rasulallah kembali menjawab: ‘Dia bershalawat berikut:

اَللَّّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ اْلغَافِلُوْنَ   

Diceritakan dari Ibnu Abdil Hakam, beliau mengatakan: “Aku bermimpi bertemu dengan Imam asy-Syafi’i dan aku bertanya kepada beliau: ‘Apa yang sudah Allah lakukan kepada engkau?’ Asy-Syafi’i menjawab: ‘Allah telah memberi nikmat dan mengampuni dosa-dosaku serta aku bermalam pertama di dalam surga seperti halnya malam pertamanya sepasang pengantin dan disebar sesuatu di depanku seperti halnya disebar sesuatu di depan sepasang pengantin.’ Aku kembali bertanya: ’Dengan apa engkau mencapai kedudukan seperti itu?’ Beliau menjawab: ’Sebab aku bershalawat di dalam kitab ar-Risalah-ku berikut:

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَعَدَدَ مَا غَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ اْلغَافِلًُوْنَ

 Shalawat Imam asy-Syafi’i tersebut juga dicantumkan oleh Ibnu Qasim al-Ghazzi dalam kitabnya yang terkenal barakah, Fath al-Qarib al-Mujib syarah Abi Syuja’ dan juga dalam Ratib Tahlil.

Hadits-hadits di atas, dan ratusan riwayat lain dari ulama salaf dan ahli hadits yang tidak disebutkan di sini, dapat mengantarkan kita pada beberapa kesimpulan di antaranya:

Pertama, dalam Islam tidak ada ajaran yang mengajak meninggalkan shalawat-shalawat atau doa-doa yang disusun oleh para ulama dan auliya.

Seperti Dalail al-Khairat, Shalawat al-Fatih, Munjiyat, Nariyah, Thibbul Qulub, Badar dan lain-lain. Bahkan sebaliknya, ajaran Islam menganjurkan untuk mengamalkan shalawat-shalawat dan doa-doa yang disusun oleh para ulama dan auliya. Sejak generasi sahabat Nabi SAW kita dianjurkan untuk menyusun shalawat yang baik kepada Nabi SAW, sebagai tanda kecintaan dan ekspresi keta’zhiman kita kepada beliau. Mereka juga mengajarkan kita cara menyusun shalawat yang baik kepada Nabi SAW, seperti shalawat yang disusun oleh Sayidina Ali, Ibn Mas’ud, Ibn Abbas dan ulama-ulama sesudahnya. Dari sekian banyak shalawat yang disusun oleh mereka, lahirlah karya-karya khusus dalam shalawat vang ditulis oleh para hafizh dari kalangan ahli hadits seperti Fadhl al-Shalat ‘aha. al-Nabi karya al-Imam Ismail bin Ishaq al- Qadhi, Jala’ al-Ajham karya Ibn al-Qayyim Al-Jauziyah, al-Qahl al-Badi’ karya al-Hafizh al-Sakhawi dan ratusan karya shalawat lainnya.

Dengan demikian, ajakan Wahhabi agar meninggalkan shalawat dan doa yang disusun oleh para ulama dan auliya, termasuk bid’ah madzmumah yang berangkat dari paradigma Wahhabi yang anti bid’ad hasanah, serta bertentangan dengan Sunnah Rasul yang membolehkan dan memuji doa-doa yang disusun oleh para sahabatnya.

Kedua, di antara susunan shalawat yang baik adalah bacaan shalawat yang disertai dengan pujian kepada Nabi SAW.
 
Seperti yang dicontohkan dalam shalawat Sayidina Ali bin Abi Thalib dengan menyertakan nama-nama dan sifat-sifat Nabi yang terpuji seperti, ‘alfatih lima ughliq, aldafi’ lijaysyat alabathil, al-khatim lima sabaq’ dan lain-lain. Oleh karena itu, Shalawat al-Fatih dan lain-lain yang mengandung pujian kepada Nabi SAW dengan kalimat ‘alfatih lima ughliq, al-khatim lima sabaq, thibbil qulub wa dawaiha’ dan lain-lain termasuk mengikuti Sunnah Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang diakui sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin oleh kaum Muslimin. Rasulullah sendiri memerintahkan kita agar mengikuti sunnah Khulafaur Rasyidin sebagaimana juga diakui oleh al-’Utsaimin (Ulama Wahabi) dalam Syarh al-’Aqidah al- Wasithiyyah (hal. 639).

Ketiga, hadits-hadits di atas, dapat mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa para sahabat telah terbiasa menyusun doa-doa dan bacaan shalawat kepada Nabi.
Hal ini kemudian diteladani oleh para ulama salaf yang saleh dari kalangan ahli hadits hingga dewasa ini. 
Takhtimah‎

Dengan keterangan di atas, menyalahkan dan mencela pengamal shalawat Nariyyah, al-Fatih dan Thibb al-Qulub dengan tuduhan bid’ah karena shalawat tersebut bukan datang dari Rasulallah adalah salah alamat. Sebab, berarti mereka mengatakan juga shahabat Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud dan ulama-ulama agung di atas merupakan ahli bid’ah yang sesat.

Jika membuat shalawat sendiri adalah bid’ah dan sesat, maka ulama Wahhabi juga sesat. Contohnya adalah shalawat yang dibuat dalam kitab-kitab ulama pegangan mereka yang tidak datang dari Rasulallah:

v  Komisi Fatwa Tetap Kerajaan Arab Saudi (fatwa Wahhabi) dalam mukaddimah dokumen fatwanya menyebutkan shalawat:

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمًُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ  

v  Syaikh Al-Albani dalam Majmu’ Fatawinya menyebutkan:

   وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الرَّسُوْلِ اْلكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ الصَّادِقِ اْلاَمِيْنِ

v  Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Majmu’ Fatawi Ibni Bazz:

وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا وَسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اْلأَمِيْنِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ أَجْمَعِيْنَ

Dan masih banyak lagi sholawat ciptaan dr tokoh2 wahaby..


Jadi kita Semua sebagai umat Islam jangan saling menuduh dan jangan saling membenci serta mudah mengatakan bid'ah pada orang lain sesama Umat Islam.

Baik para Ulama Salaf (Salafussholih) maupun Ulama kontemporer semua menggunakan Sholawat Sebagai bentuk Ibadah dengan kalimat Sholawat yang beragam.

Semoga Bermanfaat 

Penjelasan Tentang Sujud Sahwi

 

Sujud sahwi yang secara literal berarti sujud karena lupa adalah dua sujud yang dilakukan karena lupa melakukan sunnah ab'adh atau ragu pada jumlah rakaat atau meninggalkan sebagian shalat tanpa sengaja dan sujud sahwi dilakukan setelah tahiyat akhir dan sebelum salam. Hukumnya sunnah kecuali bagi makmum yang imamnya melakukan sujud sahwi maka wajib.

PENGERTIAN SUJUD SAHWI

Secara Bahasa (Etimologi)

Makna sujud secara etimologis (lughawi) adalah penundukan diri secara umum baik dengan meletakkan dahi pada bumi atau dengan tanda yang lain dari tanda-tanda tunduk seperti taat. Adapun makna 'sahwi'  atau lupa secara bahasa adalah meninggalkan tanpa menyadari. Apabila dikatakan 'Seseorang lupa' maka artinya ia tidak melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya atau tanpa disadarinya. Kata sahwi dalam bahasa Arab merupakan sinonim dengan kata nis-yan yakni berarti lupa. Kalangan ahli fikih juga tidak membedakan kata 'sahwi' dengan 'nis-yan', bahkan menurut mereka kata 'sahwi', 'nis-yan' dan 'syak' bermakna sama. 

Dalam Istilah Syariah

Dalam istilah ahli fikih mazhab Syafi'i, sujud sahwi adalah dua sujud seperti sujud shalat yang dilakukan oleh orang yang sholat yang dilaksanakan sebelum salam tapi setelah tahiyat (tasyahud) dan membaca shalawat pada Nabi dan keluarganya dengan suatu niat, yang mana niat itu dilakukan dengan hati tidak dengan lisan. Kalau dilafalkan maka batal shalatnya. 

Hal ini dikarenakan karena waktu sujud sahwi itu sebelum salam itu artinya masih dalam bagian ibadah shalat jadi kalau berbicara maka batal shalatnya. Niat sujud sahwi hukumnya wajib, kalau sujud sahwi tanpa niat secara sengaja maka batal shalatnya. Niat sujud sahwi disyaratkan bagi imam untuk shalat berjamaah dan bagi orang yang shalat sendirian (munfarid). Adapun makmum maka ia tidak wajib niat karena sudah cukup dengan niat bermakmum pada imam.

Sujud sahwi dilakukan tidak hanya karena lupa, tetapi juga karena meninggalan sebagian dari shalat baik secara sengaja atau karena lupa. Disebut sujud sahwi karena umumnya manusia tidak meninggalkan sebagian shalatnya secara sengaja. Kalau disebabkan karena lupa, maka saat sujud hendaknya membaca (سبحان الذي لا ينام ولا يسهو) Subhanalladzi layanamu wala yas-hu. Apabila karena disengaja, maka hendaknya saat sujud membaca istighfar.

DALIL DASAR SUJUD SAHWI

Hadits sahih riwayat Bukhari Abdullah bin Buhainah

صلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ركعتين من بعض الصلوات ثم قام فلم يجلس فقام الناس معه فلما قضى صلاته ونظرنا تسليمه كبر قبل التسليم فسجد سجدتين وهو جالس ثم سلم

Artinya: Kami sholat bersama Rasulullah dua rakaat dari sebagian shalat. Lalu Nabi langsung bangun tanpa duduk (untuk tahiyat awal), para makmum juga ikut berdiri. Setelah salat selesai dan kami melihat salamnya, Nabi lalu bertakbir sebelum salam lalu sujud dua kali dalam keadaan duduk lalu mengucapkan salam.

Hadits sahih riwayat Bukhari dari Abu Hurairah

صلى بنا النبي صلى الله عليه وسلم الظهر أو العصر فسلم فقال له ذو اليدين الصلاة يا رسول الله أنقصت فقال النبي صلى الله عليه وسلم لأصحابه أحق ما يقول قالوا نعم فصلى ركعتين أخريين ثم سجد سجدتين قال سعد ورأيت عروة بن الزبير صلى من المغرب ركعتين فسلم وتكلم ثم صلى ما بقي وسجد سجدتين وقال هكذا فعل النبي صلى الله عليه وسلم 

Artinya: Kami shalat Dhuhur atau Ashar bersama Rasulullah. Dzul Yadain berkata: Apakah engkau mengurangi rakaat, wahai Nabi? Nabi bertanya (pada jamaah shalat): Apakah dia berkata benar? Jamaah menjawab: Benar. Lalu Nabi menambah shalat dua rakaat lagi lalu sujud dua kali. Sa'ad berkata: Aku melihat Urwah bin Zubair shalat Maghrib dua rakaat, lalu salam, dan berbicara lalu ia menambah shalat yang kurang dan sujud dua kali. Sa'ad berkata: Seperti inilah yang dilakukan Nabi.

Sedang Ibnu Majah (1208), Abu Daud (1036) dan lainnya meriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:

 اِذَاقَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكَعَتَيْنِِ، فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِِمًا فَلْيَجْلِسْ، وَاِذََََاسْتَتَمَّ قَائِِمًا فَلاَ يَجْلِسْ، وَيَسْجُدُ سَجْدَتِيَ السَّهْو 

Apabila seorang dari kamu sekalian (terlanjur) bangkit sesudah dua rakaat, tetapi belum sempurna berdirinya, maka duduklah. Dan apabila telah sempurna berdirinya, maka jangan duduk, dan bersujud sahwilah dua kali sujudan.

HUKUM SUJUD SAHWI

Madzhab Hanafi : Wajib dan berdosa bagi siapa yang meninggalkannya tetapi tidak membatalkan shalat. Dalil mereka sebagaimana diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri bahwasannya Rasulullah Saw bersabda : “jikalau salah satu diantara kalian ragu-ragu dalam shalatnya sehingga dia tidak mengetahui sudah mendapatkan berapa rakaat, tiga atu empat rakaat maka, hendaknya dia menghilangkan keragu-raguannya dan memantapkan keyakinannya kemudian hendaknya dia sujud dua kali sebelum salam, seandainya dia telah shalat sebanyak lima rakaat shalatnya tetap sah”
Madzhab Hanafi memaknai kalimat perintah dalam hadits tersebut sebagai perintah yang wajib dilaksanakan maka dari itu mereka mewajibkan sujud sahwi bagi yang lupa dalam mengerjakan rukun maupun kewajiban dalam shalat.

Hukum sujud sahwi menurut mazhab Syafi'i adalah adakalanya wajib dan adakalanya sunnah. 

Sujud sahwi wajib bagi seorang makmum yang imamnya melakukan sujud sahwi. Dalam situasi ini maka wajib bagi makmum untuk sujud sahwi karena ikut imam. Apabila tidak melakukan secara sengaja maka batal shalatnya dan wajib mengulangi salatnya apabila makmum tidak berniat mufaraqah (pisah dari imam) sebelum imam melakukan sujud sahwa. Apabila imam tidak melakukan sujud sahwi, maka makmum tidak wajib sujud sahwi, hanya sunnah. 

Sujud sahwi hukumnya sunnah bagi imam atau bagi orang yang shalat sendirian (munfarid) alias tidak berjamaah.

Orang yang tidak melalukan sujud sahwi, baik shalat berjamaah atau shalat sendirian, hukumnya tidak apa-apa dan salatnya tidak batal. Adapun makmum apabila lupa saat bermakmum maka tidak perlu sujud sahwi karena sudah ditanggung imam. Adapun apabila makmum lupa saat sudah sendirian atau berpisah dari imam, seperti ia lupa dalam keadaan mengqadha perkara yang terlupa, maka ia seperti munfarid, yakni sunnah baginya melakukan sujud sahwi apabila ada sebab.

Madzhab Maliki : Sunnah baik itu bagi Imam maupun individu masing-masing.

Madzhab Hambali : Wajib hanya ketika seseorang meninggalkan rukun ataupun kewajiban-kewajiban dalam shalat, sunnah jika meniggalkan selain dua hal tersebut.
SEBAB-SEBAB SUJUD SAHWI

Sebab-sebab dilakukannya sujud sahwi ada enam perkara:

Sebab pertama, Orang yang shalat meninggalkan sunnah ab'ad seperti tahiyat awal, qunut subuh (bukan qunut nazilah). Sedangkan apabila tidak melakukan sunnah haiat seperti membaca Surat, baik karena lupa atau sengaja, maka tidak perlu melakukan sujud sahwi. 
Tidak melakukan salah satu di antara sunnah-sunnah Ab’adh, yang pernah kita terangkan di atas, seperti tasyahud awal dan Qunut. Al-Bukhari (1166) dan Muslim (570) telah meriwayatkan dari Abdullah bin Buhainah RA, bahwa dia berkata:

 صَلَّى لَنَا رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكَعَتَيْنِِ مِنْ بَعْضِ الصَّلاَةِ وَفِى رِوَيَةٍ: قَامَ مِنِ اثْنَتَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ، ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، فَلَمَّ قَضَى صَلاَتُهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ، كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيْمِ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، ثًمَّ سَلَّمَ 
Rasulullah SAW shalat bersama kami dua rakaat dari suatu shalat –dan menurut suatu riwayat lain: beliau bangkit setelah dua rakaat dari shalat Zhuhur- kemudian bangkit tanpa duduk (terlebih dahulu). Maka, orang-orang pun ikut bangkit bersama beliau. Tatkala beliau menyelesaikan shalatnya, sedang kami menunggu salamnya, maka beliau bertakbir sebelum salam, lalu bersujud dua kali selagi duduk, sesudah itu salam. 

Sedang Ibnu Majah (1208), Abu Daud (1036) dan lainnya meriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:

 اِذَاقَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكَعَتَيْنِِ، فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِِمًا فَلْيَجْلِسْ، وَاِذََََاسْتَتَمَّ قَائِِمًا فَلاَ يَجْلِسْ، وَيَسْجُدُ سَجْدَتِيَ السَّهْو 

Apabila seorang dari kamu sekalian (terlanjur) bangkit sesudah dua rakaat, tetapi belum sempurna berdirinya, maka duduklah. Dan apabila telah sempurna berdirinya, maka jangan duduk, dan bersujud sahwilah dua kali sujudan. 

Apabila seseorang meninggalkan perkara fardhu (wajib) seperti sujud atau rukuk, maka (a) apabila mengingatnya sebelum melakukan perbuatan serupa maka hendaknya melakukannya segera; (b) apabila tidak mengingatnya kecuali setelah melakukan perbuatan serupa maka perbuatan yang dilakukan saat ini menjadi pengganti perbuatan sebelumnya yang dilupakan dan gerakan-gerakan shalat yang dilakukan di antaranya tidak dianggap. Misalnya, apabila ia tidak rukuk lalu ingat sebelum melakukan rukuk kedua maka hendaknya melakukan rukuk, dan gerakan yang dilakukan sebelumnya tidak dianggap. Setelah itu teruskan menyempurnakan shalat dan lakukan sujud sahwi sebelum salam. Apabila ingat kalau tidak rukuk setelah melakukan rukuk yang kedua, maka rukuk kedua itu menjadi pengganti rukuk pertama, begitu seterusnya gerakan yang akhir menjadi ganti dari gerakan pertama yang terlupa sedangkan gerakan lain di antara keduanya tidak dianggap apabila ingat sebelum salam. 

Apabla ingat (perkara wajib yang terlupa itu) setelah salam, maka (a) apabila masanya tidak lama menurut kebiasaan, tidak terkena najis, tidak berbicara lebih dari enam kata dan tidak melakukan banyak gerakan yang membatalkan shalat, maka wajib berdiri, lalu rukuk dan melakukan penyempurnaan, lalu tahiyat, sujud sahwi lalu ditutup dengan salam.

Apabila ia lupa melakukan sunnah ab'ad seperti tahiyat awal lalu ia berdiri, maka apabila ia lebih dekat ke posisi berdiri, maka tidak perlu mengulangi. Kalau ia mengulangi dengan sengaja dan tahu maka batal shalatnya; apabila ia mengulangi karena lupa atau tidak tahu maka tidak batal shalatnya hanya saja ia disunnahkan untuk sujud. Apabila ia meninggalkan qunut subuh, lalu ia turun untuk duduk sampai mencapai batas rukuk, maka ia tidak perlu mengulangi. Apabila ia mengulangi secara sengaja dan tahu maka batal shalatnya, apabila tidak tahu dan tak sengaja maka tidak batal sebagaimana hukum yang berlaku untuk lupa tahiyat awal. Ini apabila ia bukan makmum. Apabila makmum tidak tahiyat dan qunut dengan sengaja maka ia dapat memilih antara (a) mengulanginya karena ikut imam atau (b) menunggu imam sampai tersusul oleh imam lalu meneruskan shalat bersama imam. 

Apabila makmum meninggalkan tahiyat dan qunut karena lupa maka wajib mengulangi bersama imam, apabila tidak mengulangi maka batal shalatnya kecuali apabila berniat mufaraqah (pisah dari imam) dalam dua kasus di atas. Dalam kasus ini maka ia berstatus munfarid (shalat sendirian). 

Apabila imam dan makmum tidak melakkan tahiyat awal atau qunut secara sengaja sedangkan keduanya lebih dekat ke posisi berdiri dalam kasus pertama dan sampai pada posisi batas rukuk dalam kasus kedua lalu imam mengulangi, maka wajib bagi makmum untuk tidak mengulangi bersama imam. Makmum harus mufaraqah dengan niat dalam hati atau menunggu imam pada posisi berdiri atau posisi sujud. Apabila makmum mengulangi secara sadar dan sengaja maka batal shalat, apabila tidak sengaja maka tidak batal. 

Apabila imam tidak melakukan tahiyat awal lalu berdiri maka wajib bagi makmum berdiri bersama imam. Apabila imam mengulangi, maka makmum tidak boleh ikut mengulangi bersama imam. 

Sebab kedua, ragu atas kelebihan rakaat. Apabila ragu atas jumlah rokaat yang telah dilakukan, maka hendaknya meneruskan pada yang diyakini dan wajib menyempurnakan shalat lalu sujud sahwi karena adanya kemungkinan melakukan kelebihan. 

Ragu-ragu tentang bilangan rakaat yang telah dilakukan. 

Dalam keadaan seperti ini, pastikanlah bilangan yang lebih sedikit, lalu sempurnakan kekurangannya, kemudian bersujud-sahwilah nanti sebagai penambal keraguan ini. Karena, barangkali shalat itu lebih dari yang semestinya. Jadi, kalau seseorang ragu, apakah dia telah menempuh tiga atau empat rakaat dari shalat Zhuhur, sedang ia masih berada di tengah shalatnya, maka pastikanlah ia bari menyelesaikan tida rakaat. Lalu tambahlah satu rakaat lagi, kemudian bersujud-sahwilah sebagai penambal keraguan. Karena, barangkali ia telah melakukanlima rakaat dalam shalatnya. 

Muslim (571) telah meriwayatkan dari Abu Sa’id RA, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:

 اِذَاشَكَّ اَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ، فَلَمْ يَدْرِكَمْ صَلَّى، ثَلاََثًا اَمْ اَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ اشَكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَااسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ اَنْ يُسَلِّمَ، فَاِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتُهُ، وَاِنْ كَانَ صَلَّى اِتْمَامًا ِلاَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ 

Apabila seorang dari kamu sekalian ragu-ragudalam shalatnya, yakni tidak tahu pasti sudah berapa rakaatkah ia shalat, tiga atau empat, maka hendaklah ia membuang keraguan itu, dan peganglah apa yang dia yakini, kemudian bersujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat sudah lima rakaat, maka rakaat-rakaat itu menggenapkan baginya pahala shalatnya. Dan jika ternyata dia shalat persis empat rakaat, maka dua sujud itu merupakan penghinaan terhadap syetan. 

Adapun kalau keraguan itu terjadi selepas shalat, maka keraguan ini tidak mempengaruhi keesahan maupun kesempurnaan shalat, kecuali bila keraguan ini mengenai niat dan takbiratul ihram. Dalam hal ini, shalat mesti diulang kembali. 

Adapun kelalaian ma’mum di kala ia mengikutiimam –umpamanya, melalaikan tasyahud awal- adalah menjadi tanggungan imam. Ma’mum tidak perlu sujud sahwi sesudah imam mengucapkan salam. Dalilnya ialah sabda Nabi SAW:

 اْلاِمَامُ ضَامِنٌ (رواه ابن حبان وصححه 362

Imam itu penjamin. (Hadits diriwayatkan dan disahkan oleh Ibnu Hibban: 362). 

Orang yang ragu tidak boleh merujuk pada praduganya dan pada berita orang yang memberitahunya kecuali pada jumlahnya mencapai tingkat mutawatir maka ucapan mereka dianggap dan menjadi rujukan.

Sebab ketiga, melakukan sesuatu karena lupa yang batal kalau disengaja seperti memperpanjang rukun yang pendek seperti lama dalam i'tidal atau duduk di antara dua sujud. Begitu juga berbicara sedikit karena lupa. Ia tidak perlu sujud kecuali apabila yakin betul. Apabila ragu maka tidak perlu sujud. Adapun gerakan yang tidak batal dilakukan secara sengaja atau lupa seperti menoleh dengan leher dan berjalan dua langkah maka tidak perlu sujud karena lupa atau sengaja. Adapun perkara yang batal kalau dilakukan secara sengaja ataupun lupa seperti berbicara banyak dan makan maka tidak perlu sujud sama sekali karena shalatnya batal.

Sebab keempat, pindah rukun qauli (verbal) yang tidak membatalkan shalat di luar tempatnya seperti mengulangi membaca Al-Fatihah semuanya atau sebagian pada saat duduk. Begitu juga memindah sunnah qauliyah seperti membaca Surah dari tempatnya ke tempat lain seperti membacanya di saat rukuk maka ia hendaknya melakukan sujud sahwi. Dikecualikan dari itu apabila ia membaca Surah Quran sebelum Al-Fatihah maka tiak perlu sujud.

Sebab kelima, ragu dalam meninggalan sesuatu seperti ragu dalam meninggalkan qunut subuh atau meninggalkan sebagian perkara penting seperti tidak tahu apakah ia meninggalkan qunut atau shalawat pada Nabi saat qunut. Apabila ragu apakah melakukan sunnah ab'ad atau meninggalkannya maka tidak perlu sujud sahwi.

Sebab keenam, bermakmum pada imam yang dalam shalatnya terdapat kesalahan walaupun dalam keyakinan makmum seperti bermakmum pada imam yang tidak qunut shalat subuh atau pada imam yang qunut sebelum rukuk maka ia hendaknya sujud setelah salamnya imam dan sebelum salamnya dirinya sendiri. Begitu juga apabila ia bermakmum pada imam yang tidak membaca sholawat pada Nabi pada tahiyat awal maka ia hendaknya sujud sahwi.

WAKTU SUJUD SAHWI: SEBELUM ATAU SESUDAH SALAM?

Syairozi dalam Al-Muhadzab menyatakan

وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ وَحَدِيثِ ابْنِ بُحَيْنَةَ، وَلِأَنَّهُ يُفْعَلُ لِإِصْلَاحِ الصَّلَاةِ فَكَانَ قَبْلَ السَّلَامِ، كَمَا لَوْ نَسِيَ سَجْدَةً مِنْ الصَّلَاةِ.

Artinya: Letak sujud sahwi adalah sebelum salam berdasarkan pada hadits Abu Said dan hadits Ibnu Buhainah dan kaena sujud sahwi itu dilakukan untuk memperbaiki shalat maka dilakukan sebelum salam sebagaimana apabila orang lupa sujud shalat.

Imam Nawawi berpendapat bahwa sujud sahwi dilakukan sebelum salam, namun boleh dilakukan setelah salam. dalam Al-Muhadzab ia menyatakan

وَقَالَ صَاحِبُ الْحَاوِي: لَا خِلَافَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ، يَعْنِي جَمِيعَ الْعُلَمَاءِ أَنَّ سُجُودَ السَّهْوِ جَائِزٌ قَبْلَ السَّلَامِ وَبَعْدَهُ، وَإِنَّمَا اخْتَلَفُوا فِي الْمَسْنُونِ وَالْأَوْلَى

Artinya: Penulis kitab Al-Hawi berkata: Tidak ada perbedaan di antara ahli fikih, yakni seluruh ulama, bahwa sujud sahwi itu boleh dilakukan sebelum dan sesudah salam. Yang terjadi perbedaan adalah apakah ia sunnah atau aula (utama).


Seperti halnya sujud-sujud lainnya dalam shalat, sujud sahwi pun dua kali, yang diniati sebagai sujud sahwi (sujud menambal kelalaian). 

Adapun letaknya pada akhir shalat, sebelum salam. Jadi, kalau terlanjur salam sebelum bersujud sahwi, baik dengan sengaja ataupun karena lupa, sedang jaraknya sampai dengan mengingatnya sudah cukup lama, maka sujud itu dilewatkan saja. Tetapi, kalau belum terlalu lama, maka boleh langsung bersujud dua kali, dengan niat sujud sahwi, sesudah itu salam sekali lagi.

bacaan sujud sahwi :
 
سبحان من لا ينام ولا يسهو
"Subhana man laa yanaamu walaa yashu"
Artinya : Maha suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.

Namun dzikir sujud sahwi di atas cuma anjuran saja dari sebagian ulama dan tanpa didukung oleh dalil. Ibnu Hajarrahimahullah mengatakan, 
قَوْلُهُ : سَمِعْت بَعْضَ الْأَئِمَّةِ يَحْكِي أَنَّهُ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَقُولَ فِيهِمَا : سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو – أَيْ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ – قُلْت : لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا
“Perkataan beliau, “Aku telah mendengar sebagian ulama yang menceritakan tentang dianjurkannya bacaan: “Subhaana man laa yanaamu wa laa yas-huw” ketika sujud sahwi (pada kedua sujudnya), maka aku katakan, “Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali.”
Sehingga yang tepat mengenai bacaan ketika sujud sahwi adalah seperti bacaan sujud biasa ketika shalat. Bacaannya yang bisa dipraktekkan seperti,
1. سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

 -“Subhaana robbiyal a’laa” - [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi]
2. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy.” 
[Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku].‎

Semoga Bermanfaat 

Penjelasan Tentang Surat Yasin Dan Doa-nya

 

Al-Qur’an meskipun semua ayatnya merupakan wahyu Allah yang mulia dan mempunyai kedudukan yang sama, karena sama-sama merupakan wahyu yang diturun Allah, namun masing-masing ayat itu mempunyai fadhilah-fadhilah tersendiri. Surat al-Fatihah mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu wajib dalam shalat yang tidak dipunyai oleh ayat atau surat yang lain, dimana hanya sunat hukumnya dalam shalat. Membaca      lailaha illalloh ‎yang merupakan bagian dari al-Qur’an tentu lebih utama dari ayat yang lain, karena kalimat ini merupakan kalimat tauhid.

Surat Yasin juga mempunyai keutamaan tersendiri berdasarkan hadits-hadits di bawah ini, antara lain :

1. Kami diberitahu Qutaibah dan Sufyan bin Waki’ , kami diberitahu Humaid bin Abdurrahman al-Rausy dari Hasan bin Shalih dari Harun bin Abu Muhammad dari Muqatil bin Hayyan dari dari Qatadah dari Anas :     

قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن لكل شيء قلبا وقلب القرآن يس ومن قرأ يس كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات

Artinya : Dari Anas, Bersabda Nabi SAW : Sesungguhnya bagi setiap sesuatu ada hatinya. Hati al-Qur’an adalah Yasin. Barangsiapa membaca Yasin, maka  dengan sebab membacanya, Allah mewajibkan untuknya pahala sepuluh kali membaca al-Qur’an (H.R. Turmidzi) [Turmidzi, Sunan Turmidzi, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 162, no.2887]

Hadits ini juga telah diriwayat  al-Darimy dan al-Bazar dari jalur ini.
Turmidzi mengatakan :

“Hadits ini gharib, kami tidak mengenalnya kecuali dari hadits Humaid bin Abdurrahman. Dengan penelitian, mereka tidak mengenal hadits Qatadah kecuali dari jalan ini. Harun Abu Muhammad adalah syekh yang dikenal.”

2. Hadits Hasan, mendengar Abu Hurairah berkata :

 قال رسول الله ـ صلى الله عليه و سلم من قرأ  يس  في ليلة أصبح مغفورا له

Artinya : Bersabda Nabi SAW : Barangsiapa membaca Yasin pada malam harinya, maka paginya dia diampuni dosanya (H.R. Abu Ya’la)

3. Hadits :

وَ يس قَلْبُ الْقُرْآنِ، لا يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيدُ اللَّهَ وَالدَّارَ الآخِرَةَ إِلا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ

Artinya : Yasin adalah hati al-Qur’an. Tidak membaca oleh seseorang yang menginginkan Allah dan negeri akhirat kecuali Allah mengampuninya (H.R. Thabrani)

4. Hadits dari Abu Hurairah :       

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"مَنْ قَرَأَ يس فِي يَوْمٍ أَوْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ غُفِرَ لَهُ"،

Artinya : Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa membaca Yasin pada siang dan malamnya karena mencari keridhaan Allah, maka diampuni dosanya (Thabrany)

Dalam sanad hadits ini ada Aghlab bin Tamim, sedang dia ini dhaif. Demikian pernyataan al-Haitsamy

5. Dari Itha’ bin Abu Ribaah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :

عن عطاء بن أبي رباح قال بلغني ان رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : من قرأ يس في صدر النهار قضيت حوائجه

Artinya : Barangsiapa membaca Yasin pada awal hari, maka terpenuhi kebutuhannya (H.R. al-Darimy)

6. Hadits :

من قرأ سورة يس وهو خائف أمن أو سقيم شفي أو جائع شبع

Artinya : Barangsiapa membaca Surat Yasin, sedangkan dia ketakutan, maka dia akan aman atau dia sakit, maka akan sembuh ataupun dia lapar, maka dia akan kenyang ‎(H.R. al-Harits bin Abu Usamah dalam Musnadnya secara marfu’)

7. Al-Manawi berkata :

وقد تواترت الآثار بجموم فضائل يس

Artinya : Atsar sahabat mengenai mutiara-mutiara keutamaan Yasin datang secara mutawatir.

Imam Alauddin Ali Ibn Muhammad al-Baghdadiy yang populer dengan sebutan Imam al-Khazin (wafat tahun 725 H) mengatakan:”Surat Yasin terdiri dari 83 ayat, 729 kata dan 3000 huruf. [Imam Ali Ibn Muhammad al-Khazin, Lubab al-Ta’wil Fi Ma’aniy al-Tanzil, vol. 4 h. 3.]

Keutamaan surat Yasin sangat banyak, meliputi hajat dunia akhirat diantaranya:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس وَمَنْ قَرَأَ يس كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ .

Artinya:”Dari Anas berkata: Rasulullah bersabda: Sesungguhnya segala sesuatu itu memiliki hati, dan yang menjadi hati al-Qur’an adalah surat Yasin. Siapa saja yang membacanya Allah akan mencatatkan pahala 10 kali bacaan al-Qur’an.” [Riwayat Imam al-Darimiy dalam kitab Sunannya, hadis no: 3416.]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالىَ قَرَأَ طَه ويس قَبْلَ اَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِأَلْفِ عَامٍ فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ اْلقُرْآنَ قَالَتْ طُوْبَى لِأُمَّةٍ يُنْزَلُ هَذَا عَلَيْهَا وَطُوْبَى ِلأَجْوَافَ تَحْمِلُ هَذَا وَطُوْبَى ِلأَلْسِنَةٍ تَتَكَلَّمُ بِهَذَا .

Artinya:”Dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur dan Maha Tinggi membacakan surat Thaha dan Yasin sebelum 1000 tahun Dia menciptakan langit dan bumi. Ketika para malaikat mendengar pembacaan tersebut mereka berkata: Alangkah beruntung ummat yang diturunkan ayat ini dan alangkah beruntung bagi rongga-rongga yang menyimpannya dan alangkah beruntung bagi lisan-lisan yang membacanya.” [Riwayat Imam al-Darimiy dalam kitab Sunannya, hadis no: 3414. Hadis Dhaif.]

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : مَنْ قَرَأَ يس حِينَ يُصْبِحُ أُعْطِىَ يُسْرَ يَوْمِهِ حَتَّى يُمْسِىَ ، وَمَنْ قَرَأَهَا فِى صَدْرِ لَيْلِهِ أُعْطِىَ يُسْرَ لَيْلَتِهِ حَتَّى يُصْبِحَ .

Artinya:”Berkata Ibnu Abbas: Siapa saja yang membaca surat Yasin di pagi hari, maka ia akan diberikan kemudahan dari pagi hingga sore hari. Siapa saja yang membaca surat Yasin di awal malam, maka ia akan diberikan kemudahan dari awal malam sampai waktu subuh.” [Riwayat Imam al-Darimiy dalam kitab Sunannya, hadis no: 3419. Hadis ini Mauquf dengan sanad yang Hasan.]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”مَنْ قَرَأَ يس فِي يَوْمٍ أَوْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ غُفِرَ لَهُ .

Artinya:” Dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: Siapa saja yang membaca surat Yasin pagi pagi hari atau malam hari menuntut keridhaan Allah, maka ia akan diberikan ampunan.” ‎[Riwayat Imam al-Thabaraniy dalam Mu’jam al-Shaghir hadis no 417.]

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ دَاوَمَ عَلَى قِرَاءَةِ يس كُلَّ لَيْلَةٍ ، ثُمَّ مَاتَ ، مَاتَ شَهِيْدًا .

Artinya:”Dari Anas berkata: Bersabda Rasulullah: Siapa saja yang selalu membaca surat Yasin setiap malam kemudian ia meninggal, maka ia akan diberikan pahala mati Syahid.” [Riwayat Imam al-Thabaraniy dalam kitab Mu’jam al-Ausath hadis no: 7018 dan Mu’jam al-Shaghir hadis no: 1010.]

حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنِى الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوا غُضَيْفَ ابْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِىَّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ، فَقَالَ: هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس؟ قَالَ: فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِىُّ، فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ. قَالَ: فَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ: إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا.

Artinya:”Abul Mughirah mengabarkan kepada kami, Shafwan mengabarkan kepada kami, para ulama mengabarkan kepadaku: banyak orang mengunjungi Udhaif Ibn Harits al-Tsumaliy ketika kondisinya kritis (sekarat). Ada yang bertanya: Apakah ada diantara kalian yang ingin membaca surat Yasin? kemudian Shalih Ibn Syuraih al-Sakuniy yang membacakan surat Yasin, maka tatkala sampai 40 ayat, Udhaif meninggal. para ulama mengatakan: Apabila surat Yasin dibaca disisi mayyit, maka mayyit itu akan mendapat keringanan.” [Riwayat Imam Ahmad Ibn Hambal dalam Musnadnya, hadis no: 16355.]

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ الله عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوتُ فَيُقْرَأُ عِنْدَهُ يس إِلاَّ هَوَّنَ الله عَلَيْهِ.

Artinya:”Dari Abi Darda semoga Allah memberikan keridhaan kepadanya ia berkata: bersabda Rasulullah: Tidaklah orang yang akan meninggal yang dibacakan surat Yasin, melainkan Allah akan berikan kemudahan dari sakaratul maut.” [Riwayat Imam al-Dailamiy dalam Musnad al-Firdaus hadis no: 6099.]

عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: سُوْرَةُ يس تُدْعَى فِي التَّوْرَاةِ اَلْمُعِمَّةَ قِيْلَ وَ مَا اَلْمُعِمَّةُ ؟ قَالَ : تَعُمُّ صَاحِبَهَا بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَتُكَابِدُ عَنْهُ بَلْوَى الدُّنْيَا وَتَدْفَعُ عَنْهُ أَهْوَالَ اْلآخِرَةِ وَ تُدْعَى الدَّافِعَةَ الْقَاضِيَةَ تَدْفَعُ عَنْ صَاحِبِهَا كُلَّ سُوْءٍِ وَتَقْضِي لَهُ كُلَّ حَاجَةٍ مَنْ قَرَأَهَا عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حِجَّةٍ وَمَنْ سَمِعَهَا عَدَلَتْ لَهُ أَلْفَ دِيْنَارٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ مَنْ كَتَبَهَا ثُمَّ شَرِبَهَا أَدْخَلَتْ جَوْفَهُ أَلْفَ دَوَاءٍ وَأَلْفَ نُوْرٍ وَأَلْفَ يَقِيْنٍ وَأَلْفَ بَرَكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ وَنَزَعَتْ عَنْهُ كُلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ .

Artinya:”Dari Abi Bakr al-Shiddiq semoga Allah meridhai kepadanya berkata: Rasulullah bersabda: surat Yasin dalam kitab Taurat disebut al-Muimmah, sahabat bertanya: Apakah itu al-Muimmah, beliau menjawab surat yang menyeluruh bagi pembacanya dengan kebaikan dunia akhirat mencegah dari mushibah dunia dan melindungi huru-hara akhirat. Dan surat Yasin dinamai juga al-Dafi’ah dan al-Qadhiyah, yang berfadhilah menolak pembacanya dari segala keburukan dan mengabulkan segala hajat. Siapa saja yang membacanya mendapat 20 kali pahala haji, yang mendengarkan pembacaan surat Yasin mendapat pahala seperti orang menginfakkan hartanya 1000 dinar di jalan Allah, siapa saja yang menulisnya dan meminumnya (tulisan surat Yasin yang ditulis dengan air mawar) dapat menyebabkan masuknya 1000 obat, 1000 cahaya, 1000 yakin, 1000 berkah, 1000 rahmat, dan pembacaan surat Yasin dapat menghilangkan segala hasud dan penyakit lainnya.” [Riwayat Imam al-Baihaqiy dalam kitab Syuab al-Iman hadis no: 2465.]

Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lainnya dari surat Yasin yang disebutkan oleh para ulama, para pembaca dapat merujuk langsung kitab-kitab sebagai berikut:
v   التذكار في أفضل الأذكار
Karya Imam Muhammad Ibn Ahmad al-Qurthubiy

v   لمحات الأنوار ونفحات الأزهار
Karya Imam Muhammad Ibn Abdul Wahid al-Ghafiqiy

v   خزينة الأسرار جليلة الأذكار
Karya Syaikh Muhammad Haqqiy al-Naziliy

v   شمس المعارف الكبرى
Karya Syaikh Ahmad Ibn Ali al-Buniy

v   تفسير سورة يس
Karya Syaikh Hamamiy Zadah

v   فتح الملك المجيد المؤلف لنفع العبيد
Karya Syaikh Ahmad al-Dairabiy

Doa Setelah Membaca Surat Yasin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكْ، اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. 
اَللهُمَّ بِحَقِّ يس، وَلْقُرْآنِ الْحَكِيْمِ، وَبِمَنِ اخْتَرْتَهُ لِلرِّسَالَةِ وَالنُّبُوَّةِ وَالْوِلاَيَةِ وَالْهِدَايَةِ إِلَى الصِرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ، وَبِجَمِيْعِ مَا جَاءَ بِهِ مِنْكَ جِبْرِيْلُ، تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِالرَّحِيْمِ، وِبِخَوَآصِّ الْحُرُوْفِ وَاْلأَسْمَاءِ التَّامَّاتِ، وَبِمَا أَظْهَرْتَ فِي الْوُجُوْدِ لِكُلِّ مَوْجُوْدٍ مِنَ اْلآيَاتِ الْبَيِّنَاتِ، وَبِخَفِيِّ لُطْفِكَ الْمُفَرِّجِ عَنْ كُلِّ مَهْمُوْمِ، اَلْمُخَلِّصِ لَكُلِّ مَدْيُوْن، يَامُجْرِيَ الْبِحَارِ وَالْعُيُوْن، يَامَنْ خَزَائِنُهُ بَيْنَ الْكَافِ وَالنُّوْنِ، وَعَلِمَ بِمَا كَانَ قَبْلَ أَنْ يَكُوْنَ. 
نَسْأَلُكَ اللهُمَّ أَنْ تَسْأَلَكَ بِنَا حَادَّةَ رَضَاكَ، وَأَنْ تَجْعَلَنَا أَهْلاً وَمَحَلاًّ لِسَعَادَتِكَ وَغِنَاكَ، وَأَنْ تُيَسِّرَلَنَا جَمِيْعَ الْمُرَادَاتِ وَالْمَطَالِبِ، وَأَنْ تَجْعَلَ رِضَاكَ عَنَّا خَيْرَ مُصَاحِبِ لَّنَا وَرَفِيْقَ، وَأَنْ تُتْحِفَنَا بِالْجَلاَلَةِ وَالْمَهَابَةِ، وَأَنْ تَمُنَّ عَلَيْنَا بِسُرْعَةِ اْلإِجَابَةِ. 
اِسْتَجِبِ اللهُمَّ دُعَاءَنَا وَحَقِّقْ فِيْكَ رَجَاءَنَا وَأَدْ خِلْنَا فِيْ حِرْزِ لُطْفِكَ الْمَصُوْنِ، بِسِرِّ قَوْلِكَ : إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنَ، فَسُبْحَانَ الَّذِيْ بَيَدِهِ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْئٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ. سُبْحَانَ الْمُنَفِّسِ عَنْ كُلِّ مَهْمُوْمٍ، سُبْحَانَ الْمُنَفِّسِ عَنْ كُلِّ مَغْمُوْمٍ، سُبْحَانَ الْمُنَفِّسِ عَنْ كُلِّ مَدْيُوْنٍ، سُبْحَانَ مَنْ أَمْرُه إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ. 
يَامُفَرِّجَ الْهُمُوْمِ، يَامُفَرِّجُ فَرِّجْ، يَامُفَرِّجُ فَرِّجْ، فَرِّجْ عَنَّا هُمُوْمَنَا، يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ، يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. 

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan pentadbir seluruh alam, pujian yang melengkapi segala nikmat-Nya dan membelas limpah karuniaNya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala kepujian seperti yang selayaknyaa dengan kebesaran zat-Mu dan keagungan-Mu. Ya Allah, berikanlah rahmaat dan kesejahteraan atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Ya Allah Tuhan kami, dengan berkat kebenaran Yaasiin dan kebenaran kitab Al-Qur'an Al-hikmah dan dengan kebenaran orang-orang yang Engkau pilih dengan pangkat kenabiannya, kerasulannya, pemerintahannya dan petunjuk kepada jalan yang betul dan dengan berkat kebenaran semua wahyu yang diturunkan melalui malaikat jibril dan dengan berkat rahmat tiap-tiap huruf dan nama-nama yang sempurna. dan dengan berkat segala sesuatu yang Engkau lahirkan bagi tiap-tiap yang ada daripada segala keterangan yang nyata dan kesucian sifat lemah lembut-Mu yang melepaskan tiap-tiap kerungsingan dan tiap-tiap yang berhutang. Ya Allah Tuhan yang mengalirkan air-air di laut dan air-air yang berada di celah-celah bumi. Ya allah Tuhan yang seluruh perbendarahaanNya hanya di antara kaf dan nuun (daripada perkataan "KUN" yang artinya jadilah maka yang dikehendakiNya pun jadi) tuhan yang mengetahui segala yang telah berlaku dan yang akan berlakku.

Ya Allah Tuhan kami, kami mohon kepadaMu semoga Engkau arahkan kami kepada jalan keridhoanMu menjadikan kami sebagai warga kebahagiaan dan kekayaan-Mu, dan kami mohon semoga Engkau mudahkan kami mencapai segala hajat dan maksud dan supaya Engkau jadikan keridhoanMu itu kepada kami sebaik-baik teman yang menemari kami mencapai kebesaran dan kehebatan dan mengaruniakan kami nikmat. Segeralah doa kami diperkenankan. berikan kepastian akan berjayanya pengharapan kami, masukkan kami dalam pemeliharaan sifat lemah lembutMu demi berkat rahasia firmanMu (yang artinya) "Bahwa sesungguhnya urusan Allah SWT apabila Dia berkehendakkan sesuatu bahwa berfirman Dia baginya "JADILAH" maka sesuatu itupun jadilah ia," maka maha suci Allah SWT Tuhan yang berkuasa penuh memerintah segala sesuatu dan kepadaNya segala-galanya dikembalikan.

Maha Suci Allah SWT Tuhan yang melepaskan segala kerungsingan, Maha Suci Allah SWT Tuhan yang melapaskan kestapaan, Maha Suci Allah Tuhan yang melepaskan beban orang-orang yang berhutang, Maha Suci Allah SWT yang apabila Dia berkehendak sesuatu bahwa berfirman "JADILAH" maka sesuatu yang dikehendaki itupun jadilah ia.

Ya Allah Tuhan yang melepaskan segala kesusahan. Ya Allah Tuhan yang melepaskan apa kiranya kami semua ini daripada segala penderitaan, Ya Allah Tuhna yang hidup, Tuhan yang berkuasa penuh, Tuhan yang empunya kebesaran dan kemuliaan.

Semoga rahmat dan kesejahteraan selalu tercurahkan atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam.
Doa surat Yasin yang lain ‎

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْتَحْفِظُكَ وَنَسْتَوْدِعُكَ دِيْنَنَا وَاَنْفُثَنَا وَأَهْلَنَا وَأَوْلَادَنَا وَأَمْوَالَنَا وَكُلَّ شَيْءٍ  أَعْطَيْتَنَا‎
 الَلّٰهُمَّ جْعَلْنَا فِي كَنَفِكَ وَاَمَانِكَ وَجِوَارِكَ وَعِيَاذِكَ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَجَبَّارِ عَنِيْدٍ وَذِيْ عَيْنٍ وَذِيْ بَغْيٍ وَمِنْ شَرِّكُلِّ ذِيْ شَرِّ اِنَّكَ عَلَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
الَلّٰهُمَّ جَمِّلْنَا بِالْعَافِيَةِ وَالسَّلَامَةِ وَحَقِّقْنَا بِتَّقْوَى وَالْاِسْتِقَامَةِ وَأَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَمَةِ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ
الَلّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِأَوْلَادِنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِاِخْوَانِنَا فِي الدِّيْنِ وَلِأَصْحَابِنَا وَاَحْبَابِنَا وَلِمَنْ أَحَبَّنَا فِيْكَ وَلِمَنْ أَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَارَبَّ الْعَا لَمِيْنَ
وَارْزُقْنَا كَمَالَ الْمُتَابَعَةِ لَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا فِي عَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
وَصَلِّ اللّٰهُمَ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

“Ya Allah, kami memohon penjagaan-Mu dan menitipkan kepada-Mu agama kami, dari kami, keluarga kami, anak-anak kami, harta benda kami, dan apa saja yang telah engkau berikan kepada kami.”

“Ya Allah, semoga engkau menjadikan kami dalam penjagaan, tanggungan, kedekatan dan perlindungan-Mu dari godaan setan yang menggoda, orang yang kejam, zalim dan durhaka, dan dari kejahatan penjahat, sesungguhnya engkau adalah maha kuasa atas segala sesuatu.”

“Ya Allah, baguskanlah kami dengan kesehatan dan keselamatan, dan sejatikanlah kami dengan takwa dan istiqamah, jagalah kami dari penyesalah, karena sesungguhnya Engkau maha mendengarkan doa.”

“Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami seagama, sahabat-sahabat kami, kekasih-kekasih kami, orang yang mengasihi kami karena Engkau, dan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada kami, orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan dan orang-orang yang beragama Islam laki-laki dan perempuan, wahai Tuhan semesta alam.”

“Dan limpahkan kepada kami kesempurnaan mengikutinya lahir dan batin, dalam keadaan sehat dan selamat dengan rahmat-Mu wahai sebaik-baik Penyayang dari para penyayang.”

“Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada hamba dan utusan-Mu. Yaitu junjungan kami Nabi Muhammad saw. beserta para keluarga dan sahabatnya.”

Panjatkanlah do'a ini sehabis membaca surah Yasin. Semoga doa ini (do'a sesudah membaca surah Yasin) bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...