Selasa, 12 Oktober 2021

Penjelasan Tentang Ayat Lima (Ayat Dengan Lima Puluh Huruf Qof)

 

Semua Ayat-suci al-qur'an baik adanya dan mengandung rahasia-rahasia tersendiri, banyak manusia yang mendapat kan petunjuk dari nya, dan menjadi pedoman andalan pertama selain hadits-hadits nabi, bagi muslim wajib lah belajar membaca nya dan mempelajarinya lalu menerapkan dalam hidup sehari-hari,,'' sepintas memang jika kita sebagai hamba yang awam tidaklah terlalu mencintai nya al-qur'an itu di baca saja sekali-kali saja jika waktu sedang mud atau apalah namanya....,Lain bagi mereka-mereka yang mencintai nya ia senantiasa membaca dan mempelajarinya secara tekun...hingga ia memperoleh jerih payah itu membuah kan hasil yang tak terduga-duga....'Asal kita yakin bagian mana saja yang anda amalkan pastilah membuahkan hasil dan mendapat ke untungan yang berlipat-lipat lahir batin dunia dan akhirat....dengan niat benar-benar mendekatkan diri kepada allah swt, 


Alqur'an selain pedoman kehidupan terdapat juga sinyal-sinyal rahasia yang terkandung banyak para ahli mengatakan bahwa alqur'an itu menyimpan tujuh rahasia dari tiap ayat yang ada di dalamnya dan tidaklah sedikit para aulia/syeikh/wali-wali allah yang memperoleh manfaat yang luar biasa dari kalamullah tersebut,karena memang mereka tidak menjadika al-qur'an itu sekedar pajangan di rak buku,Almari dll seperti kebanyakan masyarakat saat ini,'

Alqur'an bagian mana saja itu di anjurkan untuk di baca dan di pelajari baik yang tersurat maupun yang tersirat di dalam nya, Mengapa ayat ini di nama kan ayat lima? Karena memang ayat liima ini terdiri dari lima ayat yang terpisah letaknya, namun karena banyak para orang-orang suci pada jaman dahulu yang mengamalkanya sebagai perisai diri dari segala hal lantas tersiar lah kabar akan ke dasyatan ayat lima tersebut'' Ayat lima ialah Ayat-Ayat Al-Qur'an Yg terdapat 10 Huruf Qof dalam setiap Ayatnya,, 
Antara lain penjelasan-penjelasan juga terdapat di dalam kitab satu ini.berikut nukilan nya. 

Di nukil dari kitab ( Khozinatul Asror ) karya Syeik Al ustad Muhammad Haqqi An Nazili R.A.waliyyulloh Hal 73 Dalam bab "Aqwalul Aimmah wal Masyayiikh Fi Khowasil Khomsil Ayatil Qur'aniyyah Fi Kulli Ayatin' Asyra Qoofan wa laha Khowasun ghoribah wa asrorun 'Ajiibah wa fadoilun katsirotun wa manafi'un 'adiidah. 

Ucapan - Ucapan para Imam dan para guru Mursyid yang membahas ke khususan 5 Ayat Al-Qur'an, Yg terdapat 10 huruf Qof pada masing - masing ayatnya, Bagi 5 ayat ini mempunyai berbagai macam ke khususan yg langka, Rahasia-Rahasia yang Ajaib, Keutamaan yg banyak serta mempunyai manfa'at- manfa'at yg tidak terhitung''. 

Telah berkata sebagian Ulama ahli Khowas ( Yg mempunyai ke khususan ), salah satu khasiat dari ayat 5 ini adalah untuk bertemu dengan musuh, Barang siapa yang membawa serta tulisan Ayat 5 ini dengan wifiqnya maka Alloh S.W.T akan menolong orang tsb dari semua musuh-musuhnya, Dan dia tidak akan mendapatkan dari keburukkan musuh2 nya, Tipu daya musuh2 nya, Senjata musuh2 nya, apabila ada seseorang yg memusuhinya kecuali Alloh S.W.T telah mengalahkan musuh tersebut, Dan salah satu khasiat ayat 5 ini akan membuatnya mempunyai kewibawaan yg luar biasa pada hati-hati nya manusia, Jika orang tersebut masuk menghadap pada seorang raja/Penguasa yg dzolim maka dia akan aman dari segala keburukannya perangai si zalim tersebut, Ayat 5 merupakan Hijab benteng dari segala gangguan Manusia, Jin Setan, dan Iblis yg membangkang, Sangat baik sekali di tulis wifiqnya serta dibaca ayatnya. Diriwayatkan dari Al-Faqiih Al-Kabiir Al-Wali Al- Makin Ahmad Bin Musa Bin 'Ajil R.A, " 5 Ayat Al- Qur'an yg terdapat 50 huruf Qof, Tidaklah ayat 5 tsb dibaca didepan musuhnya kecuali musuh tsb kalah dan takluk, Dan tidaklah Ayat 5 ini dibaca oleh seseorang yg takut padea musuhnya kecuali Alloh akan memeliharanya dari segala keburukan musuhnya dan Alloh S.W.T menjaganya dari kesalahan dan segala macam penyakit ". 

Diriwayatkan oleh Syeikh Najmuddin Al-Qubra menerima dari Sayyid Ma'ruf Al-Karkhi menerima dari Syeikh Nidzom Al-Aulia menerima dari Syeikh Fariduddin menerima dari Syeikh Hamiduddin Nakuury menerima dari penghulunya para guru Syeikh Ahmad Kabiru Ar-Rifa'i menerima dari Syeikh Musa As-Sidraany menerima dari Syeikh Madyan Al-Magribi menerima dari Sulthon Aulia Sayyid Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani menerima dari amirul Mu'miniin Sayyidina Ali bin Abi Tholib menerima dari Rosulululloh S.A.W, Sesungguhnya Rosululloh S.A.W telah bersabda: " Barang siapa yg senantiasa membaca 5 Ayat yg agubg serta mulia ini yg terdapat 10 huruf Qof pada tiap ayatnya, Atau barang siapa yg menulis Wifiq dari 5 Ayat ini dan dibawa serta olehnya, Maka sesungguhnya Alloh S.W.T akan mengirimkan baginya 12000 Malaikat yg menggenggam Alat alat perang yg berupa cahaya yg bersinar, Ke 12000 malaikat tsb senantiasa akan menjaga orang tsb dari berbagai macam mara bahaya serta penyakit, Dan Alloh S.W.T akan membangun untuknya di surga Firdaus 600 gedung yg terbuat dari permata Yaqut merah, jika Ayat 5 ini dibaca oleh seorang Raja/Penguasa maka Alloh S.W.T akan menetapkan kekuasaanya dan alloh S.W.T akan membuka kan baginya pintu2 pertolongan, Dan Alloh S.W.T sempurnakan kewibawaannya, dan Alloh S.W.T tundukkan baginya semua para Umaro'/Pemimpin dan 
wazir/Mentri serta Alloh S.W.T akan mengalahkan untuknya semua musuh-musuhnya sehingga tidak akan sampai terhadapnya semua hal2 yg membahayakannya dan yg menggangunya".

Dan telah berkata Syeikh Majduddin Al-Kirmany R.A ( Yg Mempopulerkan Do'a Nurun Nubuwwat / Nur Buat ) " Didunia ini ada 4000 Rijalul Ghoib, 4000 Wali Budala' ( Jama' dari Abdal ), 4000 Wali Autad dan 4000 Wali Qutub, Yang semuanya menggunakan dan membaca Ayat 5 ini, Maka barang siapa yang senantiasa membaca dan membawa serta Wifiq dari Ayat 5 ini, Maka dia akan menjadi ahli hikmah yg mumpuni baik lahir maupun batin dan disegani baik oleh penduduk langit maupun bumi, Dan dia akan berjumpa dengan para wali Qutub dan Rijalul Ghoib". 

( Shohibul 'Arais ) Barang siapa yang membaca Ayat 5 dan membawa serta Wifiqnya, maka Alloh S.W.T akan menjaganya dari segala macam jenis bisa dan racun, kejahatan Ilmu Sihir/Hitam,Mara bahaya, Segala yg menggangu dan Alloh S.W.T akan memberinya seorang Khodam dari golongan Jin sehingga menjadikannya Ahli Hikmah dengan keberkahan nya 5 Ayat ini. 

( Sayyidina Al- Imam Asy-Syeikh Al- Qutub Abu Hasan Asyadzili R.A ) ( Beliau Yang Mem populer kan ber Bagai Hizib antara lain Hizib Nasr,Bahr, dan beliau penyusun kitab '' Sirrul Jalil '' dan masih banyak lagi karya-karya beliau) "Sayyidina Al-Imam Asy-Syeikh Al-Qutub Abu Hasan Asyadzili R'A beliau berkata '' Pada suatu hari aku telah melihat Qutbul Aqtob ( Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani ) dan memberiku wasiat agar aku senantiasa membaca ayat 5 ini dan menulis Wifiqnya, dan aku bertanya kepada beliau tentang rahasia2 ayat 5 in, Maka Syeikh Abdul Qodir Al-jaelani berkata " Barang siapa yang senantiasa membaca dan membawa serta wifiqnya, Maka Alloh S.W.T akan memberikan keamanan, Menjaganya Dari semua musuh2 nya, Orang2 Hasud, tipudaya para musuh2 nya, dan tidak akan menang musuh2 nya walaupun musuhnya sebanyak peduduk langit dan bumi, dan dibuka kan baginya pintu - pintu pertolongan dan kemenangan, dan dia akan mendapatkan derajatnya Qutub. 

Dan telah berkata Syeikh Jamil Al-Yumna R.A " Aku telah berjumpa dengan Qutbul Aqtob Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani R.A, Beliau berkata kepadaku dan mengajarkan padaku Ayat 5 ini , berkata Syeikh Jamil " aku telah mendapatkan segala sesuat dengan barokahnya Ayat 5 ini. 

Dari ( Sayyidatina 'Aisyah R.A ) Menerima dari Rosululloh S.A.W, telah bersabda Rosululloh S.A.W " Barang siapa yang menulis Ayat 5 yang terdapat 10 huruf Qof pada tiap ayat nya pada hari Jum'at, kemudian tulisan tsb diminumnya, maka masuk kedalam perutnya 1000 kesembuhan ,1000 obat, 1000 kesehatan. 1000 Rohamat, 1000 kelembutan, 1000 kekuatan, 1000 keyaqinan, 1000 cahaya, dan dicabut dari dirinya setiap penyakit, ikatan, sedih, bingung serta kesusahan ". 

Ayat lima ialah ayat-ayat yang diambil dari lima surah dalam Al-Quran:

Surah Al-Baqarah ayat 246.
Surah Ali-Imran ayat 181
Surah An-Nisaa ayat 77.
Surah Al-Maidah ayat 27.
Surah Ar-Rad ayat 16.

Setiap satu dari lima ayat itu terdapat sepuluh huruf QOF, sebab itulah ayat lima ini boleh juga disebut dengan Ayat Lima Puluh QOF.

بسم الله الرحمن الرحيم  

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ الَّهِ ۖقَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖقَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ الَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖفَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۗوَالَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ  

Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab:"Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?". Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim".‎  [Qs.Al-Baqarah :(246 ]‎

لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ ۘسَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ  

  Artinya :  Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan:" Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya ". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka):" Rasakanlah olehmu azab yang membakar." ‎[Qs.Ali-'Imraan :(181)]

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚوَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗقُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا  

 Artinya :   Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:"Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata:"Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah:"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun". [Qs.An-Nisaa' :(77)]

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖقَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ  

  Artinya :  Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil):"Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".‎  [Qs.Al-Maaidah :(27)]

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚقُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚقُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗأَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚقُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ  

 Artinya :   Katakanlah:" Siapakah Tuhan langit dan bumi?"Jawabnya:" Allah ". Katakanlah:" Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri? ". Katakanlah:" Adakah sama orang buta dan orang yang melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?"Katakanlah:" Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ".‎   [Qs.AR-Ra'd :(16) ]

Ibnu Mas’ud r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w selalu membaca ayat lima ini baik beliau sedang berada dalam negeri atau sedang dalam perjalanan dalam peperangan. Dalam peperangan beliau selalu dapat mengalahkan orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan selalu mendapat pertolongan ALLAH S.W.T.

Sayyidah Aisyah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w menerangkan bahawa bila ayat lima ditulis di dalam bejana, kemudian diisi air dan airnya diminum pada hari jumaat, maka ALLAH akan menyembuhkan penyakitnya kemudian diisi hatinya dengan nur hidayah, keyakinan dan kasih sayang.

Bila selalu dibaca oleh seorang pemimpin, maka akan ditetapkan hatinya oleh ALLAH S.W.T dan diberi pengaruh serta kekuatan, dan patuh kepadanya semua orang-orang yang dipimpinnya.

Jika ditulis dan digantungkan pada hujung senjata untuk menghadapi musuh dalam pertempuran, maka ALLAH akan memecah-belahkan kekuatan musuh.

Jika menghadap raja yang kejam, ia akan terpelihara dari kekejamannya dan tipu dayanya. Ayat lima adalah dinding dari kejahatan manusia dan jin serta syaitan.

Salman Al-Farsi r.a berkata: Rasulullah s.a.w mengajarkan kepadaku ayat lima kemudian beliau berkata: siapa yang membaca dan mengamalkannya, ALLAH S.W.T akan melanjutkan usianya dan mengampuni dosanya dan mudah tercapai apa yang dikehendaki. (keterangan ini diambil dari Tafsir Al-Arais)

Syekh Majduddin r.a. mengatakan : Sesungguhnya di dunia ini terdapat 4000 wali yang terdiri dari wali Autat, Abdal, Rijalul ghoib dan wali quthub, Semua wali ini mengamalkan ayat lima.

Bila anda ingin bisa bertemj dengan mereka, maka tulislah ayat lima dan pergunakanlah sebagai azimat. Kemudian bacalah ayat lima ini, setiap hari dan malam.

Syekh Asyadali pernah bertemu dengan wali Quthub, ia berwasiyat agar membawa tulisan ayat lima serta membacanya. Dan ia akan dibukakan pintu pertolongan dan memperoleh derajat Quthub.

Syekh Jamil Al - Yamani bercerita pernah bertemu dengan wali Quthub dan diberi ijazah ayat lima ini, kemudian ia menemukan berkah di dalam segala hal.

Ibnu Mas'ud meriwayatkan, bahwa Rasullah s.a.w. selalu membaca ayat lima ini, baik ketika beliau sedang berada dalam negeri atau sedang dalam perjalanan dan dalam peperangan. Dalam peperangan beliau selalu dapat mengalahkan orang - orang kafir dan orang - orang munafik dan selalu mendapat pertolongan.

Seandainya Ayat lima ini senantiasa diwiridkan oleh seorang pejabat, niscaya akan timbul kewibawaannya, dan disegani oleh orang yang dipimpinya. Dan bisa mengalahkan musuh - musuhnya.

Amiril mukmimin 'Ali bin Abi Thalib berkata barangsiapa membacanya tiap - tiap hari atau membaca tulisannya, niscaya Allah menyeruh 12.000 malaikat dengan membawa senjata dari nur untuk menjaga orang tersebut dari bencana dan bala'. Dunia dibangunkan  rumah di dalam Syurga sebanyak 600 tingkat yang terbuat dari mutiara yang merah.

Barangsiapa membaca dimuka orang yang ditakuti insya Allah orang yang ditakuti tersebut tiada kuasa untuk berbuat kejelekan kepadanya.

Bila anda mempunyai musuh, dan anda menghendaki perlindungan dari Allah, maka bacalah 3 kali pagi dan sore insya Allah anda akan terhindar dari kejahatan musuh anda.
Dalam mengamalkannya harus dengan niyat yang ikhlas. Walaupun sudah ada keterangan keterangan diatas alangkah lebih baik untuk menitik beratkan pada sifat keikhlasan dan niat dzikir membaca min ba'dhi ayatul qur'an.
Karena jika hanya dengan memandang khasiat dikhawatirkan timbul khurafat dan juga Tiada nya keikhlasan dalam mengamalkannya.

Khasiat maziyah serta Karomah dari ayat ayat qur'an hanya bisa di peroleh dengan sifat keikhlasan dan ketenangan jiwa dalam mengamalkannya.
Semoga Bermanfaat 

Penjelasan Sujud Syukur Dan Sujud Tilawah

 

Sujud syukur adalah perilaku sujud sebanyak satu kali yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan saat mendapat nikmat / anugerah baru atau terhindari dari musibah. Sujud syukur hukumnya sunnah menurut madzhab Syafi'i dan Hanbali dan makruh menurut madzhab Hanafi dan Maliki.

Soal pertama tentang sujud syukur

Sujud syukur ialah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika ia diberitahu atau memperoleh sesuatu yang menggemberikan hatinya, atau ia merasa telah memperoleh nikmat yang besar dari Allah SWT. Sujud syukur dilakukan sebagai reaksi spontan dari seseorang atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya, lalu ia bersujud kepada Allah sebagai tanda bahwa ia tunduk dan patuh kepada-Nya dan mensyukuri atas nikmat serta kegembiraan yang telah dianugerahkan-Nya. Dasar hukum sujud syukur ialah beberapa hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرَ يَسُرُّهُ خَرَّ سَاجِدًا ِللهِ. [رواه الخمسة إلا النسائى].

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Bakrah ra., bahwasanya Nabi saw apabila datang sesuatu yang menggemberikan kepadanya ia tunduk dalam keadaan bersujud kepada Allah.” [HR. lima Imam Hadits kecuali an-Nasaa’i].

عَنْ اْلبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ عَلِيًّا إِلَى الْيَمَنِ – فَذَكَرَ الْحَدِيْثُ – قَالَ فَكَتَبَ عَلِيٌّ بِإِسْلاَمِهِمْ فَلَمَّا قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ الْكِتَابَ خَرَّ سَاجِدًا شُكْرًا  ِللهِ تَعَالَى عَلَى ذَلِكَ. [رواه البيهقي وأصله في البخاري].

Artinya: “Diriwayatkan dari Al-Baraa’ bin ‘Azib ra., bahwasanya Nabi saw telah mengutus Ali ke Yaman, – maka tersebut dalam hadits, – ia berkata: Maka Ali menulis surat (kepada Nabi saw) yang memberitakan tentang masuk Islamnya penduduk Yaman. Maka tatkala Rasulullah saw membaca surat itu, beliau tersungkur dalam keadaan sujud sebagai tanda syukur kepada Allah atas peristiwa itu.” [HR. al-Baihaqi dan asalnya dari al-Bukhari].

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَجَدَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَطَالَ السُّجُوْدَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ إِنَّ جِبْرِيْلَ أَتَانِي فَبَشَّرَنِي فَسَجَدْتُ ِللهِ شُكْرًا. [رواه أحمد وصححه الحاكم].

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdurrahman bin ‘Auf ra., ia berkata: Rasulullah saw pernah sujud dan lama sujudnya, kemudian beliau mengangkat kepalanya, lalu bersabda: Sesungguhnya Malaikat Jibril telah datang kepadaku  (membawa kabar), dan kabar itu menggemberikan hatiku, karena itu aku sujud sebagai tanda syukur kepada Allah.” [HR. Ahmad dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim].

Tidak ditemukan tuntunan tentang sujud syukur itu, kecuali sebagaimana diterangkan hadits-hadits di atas. Karena itu para ulama berbeda pendapat tentang kaifiyat sujud syukur tersebut. Sebagian ulama mengqiyaskannya kepada shalat biasa, dengan arti sebelum sujud syukur itu berwudlu lebih dahulu, kemudian takbir dengan menghadap ke kiblat, kemudian sujud dan berdoa dan diakhiri dengan salam (Subulus-Salam, Jilid 1 hal. 211). 

Sedang pendapat yang lain menyatakan bahwa sujud syukur itu dilakukan tanpa wudlu, tidak perlu menghadap ke kiblat, di sembarang tempat, dilakukan sekali saja, tanpa takbir dan salam, serta dilakukan di luar shalat. Pendapat yang terakhir ini berdasarkan pemahaman terhadap arti zhahir dari hadits-hadits di atas. 

Pada waktu sujud dibaca doa dan tasbih, berdasarkan hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَالِكُوْنَ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدًا فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ. [رواه مسلم].

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Paling dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya ialah pada waktu ia sedang sujud, oleh karena itu perbanyaklah doa.” [HR. Muslim].

HUKUM DAN WAKTU SUJUD SYUKUR

Hukum sujud syukur adalah sunnah dan tidak wajib berdasarkan pada hadits di atas dan pendapat jumhur ulama. As-Syaukani menyatakan dalam Al-Bahr Az-Zikhar, 1/286:

قد وردت أحاديث كثيرة بعضها صحيح وبعضها فيه ضعف ، ومجموعها مما تقوم به الحجة أن النبي صلى الله عليه وسلم سجد سجود شكر في مواضع ، ولم يرد في ذلك غير فعله صلى الله عليه وسلم فلم يكن واجبا

Artinya: Ada banyak hadits yang diriwayatkan; sebagian sahih sebagian yang lain dhaif. Secara keseluruhan dapat dijadikan dalil bahwa Nabi melakukan sujud syukur dalam sejumlah tempat dan situasi. Dan tidak disebutkan selain perbuatan Nabi. Maka sujud syukur tidak wajib.

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 3/564 menyatakan pandangan madzhab Syafi'i:

قال الشافعي والأصحاب: سجود الشكر سنة عند تجدد نعمة ظاهرة واندفاع نقمة ظاهرة، سواء خصته النعمة والنقمة أو عمت المسلمين... ولا يشرع السجود لاستمرار النعم، لأنها لا تنقطع

Artinya: Imam Syafi'i dan ulama madzhab Syafi'iyah menyatakan bahwa sujud syukur hukumnya sunnah saat mendapat anugerah kenikmatan baru yang nyata atau terhindar dari musibah yang jelas. Baik kenikmatan atau musibah yang bersifat individu atau yang bersifat umum (menimpat umat Islam). Sujud syukur tidak disunnahkan untuk nikmat yang terjadi terus menerus karena anugerah Allah tiada putusnya.

Oleh karena itu sujud syukur disunnahkan dalam dua kondisi:
1. Ketika adanya anugerah atau nikmat yang baru seperti seseorang mendapat hidayah, masuk Islam, atau umat Islam mendapat pertolongan atau kelahiran anak, dll.

2. Ketika tercegah atau terhindarnya musibah seperti selamat dari kecelakaan tenggelamnya kapal, jatuhnya pesawat atau selamat dari pembunuhan, dan lain-lain.

Dalam kitab Syarah Al Mahalli Ala Syarhil Minhaj, 1/156 juga dinyatakan:

( وتسن لهجوم نعمة أو اندفاع نقمة ) وفي المحرر والروضة كالشرح من حيث لا يحتسب . قال في البحر : الأول كحدوث ولد أو مال له . والثاني كنجاته من الهدم والغرق , روى أبو داود وغيره { أنه صلى الله عليه وسلم كان إذا جاءه شيء يسره خر ساجدا } , ولا يسن السجود لاستمرار النعم . ( أو رؤية مبتلى ) كزمن ( أو عاص )

Pendapat senada lihat di kitab Mughnil Muhtaj, 1/447.

SYARAT SUJUD SYUKUR

Syarat sujud syukur menurut madzhab Syafi'i sama dengan shalat dan sujud tilawah, yaitu:

1. Suci dari hadats kecil dan besar (punya wudhu dan tidak sedang junub).
2. Pakaian dan tempat yang dipakai sujud harus suci.
3. Menutup aurat, menghadap kiblat, niat melaksanakan sujud tilawah.
4. Masuknya waktu sujud yaitu segera setelah waktu terjadinya nikmat atau terhindarnya musibah.

CARA SUJUD SYUKUR

Sujud syukur sama dengan sujud shalat atau sujud tilawah dengan sedikit perbedaan. Cara berikut menurut madzhab Syafi'i:

1. Niat sujud syukur (dalam hati): "Saya niat sujud syukur sunnah karena Allah" (نويت سجود الشكر سنة لله تعالي)
2. Membaca takbir dan mengangkat kedua tangan untuk melaksanakan sujud seperti hendak takbirotul ihrom.
3. Sujud tanpa mengangkat tangan saat turun hendak sujud
4. Sujud hanya satu kali dan sunnah membaca "سبحان ربي الأعلى" tiga kali dan membaca doa berikut [سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ]
5. Lalu mengangkat kepala dari sujud dengan membaca takbir.
6. Duduk tanpa membaca tahiyat (tasyahud) dan
7. Diakhiri dengan mengucapkan salam.

CATATAN: 

Dalam madzhab Syafi'i sendiri terdapat perbedaan ulama tentang apakah sujud syukur diakhiri dengan salam, atau tidak. Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 3/564 menyatakan:

ويفتقر سجود الشكر إلى شروط الصلاة وحكمه في الصفات وغيرها حكم سجود التلاوة خارج الصلاة ، قال الشيخ أبو حامد والأصحاب : وفي السلام منه والتشهد ثلاثة أوجه كما في سجود التلاوة ( الصحيح ) السلام دون التشهد ( والثاني ) لا يشترطان ( والثالث ) يشترطان . 

Artinya: Sujud syukur membutuhkan sejumlah syarat shalat. Sedangkan hukumnya dalam sifat dan lainnya sama dengan hukum sujud tilawah di luar shalat. Syekh Abu Hami Al-Ghazali dan ulama madzhab Syafi'i menyatakan: Dalam soal salam dan tahiyah terdapat tiga pendapat sebagaimana dalam sujud tilawah. Pendapat yang sahih adalah (diakhiri dengan) salam tanpa adanya tahiyat. Pendapat kedua, tidak perlu tahiyat dan tidak perlu salam. Pendapat ketiga, harus dengan tahiyat dan salam.

BACAAN DOA SUJUD SYUKUR

- Bacaan untuk sujud syukur sama dengan sujud waktu melaksanakan shalat yaitu: سبحان ربي الأعلى وبحمده

- Dapat juga ditambah dengan bacaan berikut:

اللهم لك سجدت ، و بكَ آمنت ، و لك اسلمت ، سجد وجهي للذي خلقه و صوره ، و شق سمعه و بصره ، تبارك الله أحسن الخالقين

- Setelah bacaan di atas, dapat juga ditambah dengan bacaan doa apapun yang diinginkan.

HUKUM SUJUD SYUKUR SAAT SEDANG SHALAT

Berbeda dengan sujud tilawah yang boleh dilakukan saat shalat sedang berlangsung atau di tengah-tengah shalat, sujud syukur tidak boleh dikerjakan saat sedang shalat. Kalau itu terjadi maka batal shalatnya.

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 4/68 menyatakan:

(فرع) اتفق أصحابنا على تحريم سجود الشكر في الصلاة فان سجدها فيها بطلت صلاته بلا خلاف وقد صرح المصنف بهذا في مسألة سجدة ص ولو قرأ آية سجدة سجد بها للشكر ففي جواز السجود وجهان في الشامل والبيان وغيرهما أصحهما تحرم وتبطل صلاته وهما كالوجهين فيمن دخل المسجد لا لغرض آخر

Ulama madzhab Syafi'i sepakat atas haramnya melaksanakan sujud syukur saat sedang shalat. Apabila hal itu dilakukan, maka shalatnya batal. Penulis kitab Muhadzab menjelaskan soal ini dalam kasus sajadah-nya Surah Shad apabila seseorang yang shalat membaca ayat sajadah lalu sujud syukur, maka dalam kebolehan sujud ada dua pendapat dalam kitab As-Shamil dan Al-Bayan dan lainnya. Yang paling sahih adalah haram dan batal shalatnya. Kedua pendapat sama dengan perbedaan pendapat dalam soal seseorang yang masuk masjid bukan untuk tujuan yang lain.

Pendapat senada juga terdapat dalam kitab Syarah Al Mahalli Ala Syarhil Minhaj, 1/156:

سجدة الشكر لا تدخل الصلاة ) فلو فعلها فيها بطلت صلاته

HUKUM MENAMPAKKAN ATAU MENYAMARKAN 

Mana yang lebih baik antara menampakkan ibadah sujud syukur kita atau menyembunyikan dari pandangan publik? Jawabnya diperinci tergantung situasi. Apabila tidak mengganggu atau tidak menyakiti perasaan orang lain, maka sebaiknya ditampakkan ke publik seperti dinyatakan dalam kitab Mughnil Muhtaj, Juz : 1 Hal : 447 :

قال في الكفاية عن الأصحاب يتظاهر بعصيانه , روى الحاكم { أنه صلى الله عليه وسلم سجد لرؤية زمن } . والسجدة لذلك على السلامة منه . ( ويظهرها للعاصي ) لعله يتوب ( لا للمبتلى ) لئلا يتأذى ويظهرها أيضا لحصول نعمة أو اندفاع نقمة , كما في الروضة وأصلها , وفي شرح المهذب فإن خاف من إظهار السجود للفاسق مفسدة أو ضررا أخفاه .

Dalam kitab Mughnil Muhtaj, 1/447 dinyatakan

أو رؤية مبتلى) في بدنه أو غيره للاتباع. رواه البيهقي وشكر الله على سلامته (أو) رؤية (عاص) يجهر بمعصيته كما نقله في الكفاية عن الأصحاب ويفسق بها كما نقله الولي العراقي عن الحاوي؛ لأن المصيبة في الدين أشد منهما في الدنيا. قال - صلى الله عليه وسلم - اللهم لا تجعل مصيبتنا في دينن

Soal kedua tentang sujud tilawah

Sujud tilawah adalah gerakan sujud yang dilakukan ketika membaca ayat sajadah dalam Quran. Sujud tilawah terdiri dari sekali sujud. Sujud tilawah dapat dilakukan di saat sedang melakukan shalat atau di luar shalat. Sujud tilawah adalah ibadah yang disyariatkan oleh Rasulullah berdasarkan pada hadits-hadits sahih. Hukumnya sunnah muakkad menurut madzhab Syafi'i, Hanbali, Maliki dan wajib menurut madzhab Hanafi.

Sujud tilawah ialah sujud yang dilakukan oleh seorang muslim pada waktu membaca atau mendengar bacaan ayat-ayat sajdah yang dilakukan baik dalam keadaan sedang melaksanakan shalat maupun di luar shalat, berdasarkan beberapa hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ اِعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي يَقُوْلُ يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُوْدِ فَسَجَدَ فَلَهُ اْلجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُوْدِ فَعَصَيْتُ فَلِي النَّارُ. [رواه أحمد ومسلم وابن ماجه].

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila seseorang membaca ayat sajdah lalu ia sujud, maka menyingkirlah syaithan dengan menangis berkata: Sungguh celaka, manusia diperintah sujud lalu ia sujud, maka baginya surga. Sedangkan aku diperintah sujud tetapi aku membangkang, maka bagiku neraka.” [HR. Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah].

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ رُبَّمَا قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَيَمُرُّ بِالسَّجْدَةِ فَيَسْجُدُ بِنَا حَتَّى ازْدَحَمْنَا عِنْدَهُ حَتَّى مَا يَجِدُ أَحَدُنَا مَكَانًا لِيَسْجُدَ فِيْهِ فِي غَيْرِ صَلاَةٍ. [رواه مسلم].

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Pernah Nabi saw membaca al-Qur’an lalu bertemu dengan ayat sajdah, kami bersama-sama beliau sujud, sehingga kami berdesak-desakan di sekitarnya, sehingga di antara kami ada yang tidak mendapatkan tempat sujud. Hal ini bukan di dalam shalat.” [HR. Muslim].

Hukum sujud tilawah adalah sunat, berdasarkan hadits:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا لَمْ نُؤْمَرْ بِالسُّجُوْدِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ. [رواه البخاري].

Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ra., ia berkata: Hai sekalian manusia, kita tidak diperintah untuk bersujud, barangsiapa yang bersujud ia mendapat pahala, dan barangsiapa yang tidak bersujud ia tidak berdosa.” [HR. al-Bukhari].

Jika sujud tilawah dalam shalat, tergantung kepada imam pada saat membaca ayat sajdah. Jika imam sujud makmum pun sujud, jika imam tidak sujud makmum pun tidak sujud, berdasarkan hadits:

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمٍ قَالَ إِنَّ غُلاَمًا قَرَأَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّجْدَةَ فَانْتَظَرَ الْغُلاَمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ لَيْسَ فِي هَذِهِ السَّجْدَةِ سُجُوْدًا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلَى وَلَكِنَّكَ كُنْتَ إِمَامَنَا فِيْهَا وَلَوْ سَجَدْتَ لَسَجَدْنَا. [رواه ابن أبي شيبة].

Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam ra., sesungguhnya seorang anak membaca ayat sajdah di samping Nabi saw, ia tunggu Nabi saw sujud, tapi beliau tidak sujud, anak itu berkata: Ya Rasulullah, bukankah pada (waktu membaca) ayat sajdah ini ada sujud? Nabi saw bersabda: Benar, tetapi engkau menjadi imam kami padanya, dan kalau engkau sujud kami pun sujud.” [HR. Ibnu Abi Syaibah].

Sebaiknya membaca takbir sebelum melaksanakan sujud tilawah, berdasarkan hadits:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْآنَ فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ. [رواه أبو داود].

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Pernah Nabi saw membacakan al-Qur’an atas kami. Maka apabila sampai kepada ayat sajdah beliau bertakbir dan sujud, dan kami pun sujud bersama beliau.” [HR. Abu Dawud].

Jika sujud tilawah dilakukan di luar shalat, tidak perlu berwudlu lebih dahulu dan menukar pakaian dengan yang bersih, berdasarkan hadits:

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ يَسْجُدُ عَلَى غَيْرِ وُضُوْءٍ. [رواه البخاري].

Artinya: “Bahwasanya Ibnu Umar melakukan sujud tilawah (di luar shalat) tidak berwudlu lebih dahulu.” [HR. al-Bukhari].

Pada waktu melakukan sujud tilawah dibaca doa: “Sajada wajhii lil-ladzii khalaqahu wa shawwarahu wa syaqqa sam‘ahu wa basharahu wa bi haulihi wa quwwatihi”, berdasarkan hadits:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِي سُجُوْدِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ سَجَدَ وَجْهِيْ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ وَبِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ. [رواه أبو داود].

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah ra., ia berkata: Adalah Nabi saw membaca pada sujud tilawah di malam hari (yang artinya): Wajahku sujud kepada Dzat yang menjadikan dan membentuknya, dan yang memberi pendengaran dan penglihatan dengan kekuatan dan kekuasaannya.” [HR. Abu Dawud].

Sekalipun tidak ada dalil yang menerangkan, namun dari hadits-hadits tersebut di atas dapat difahami bahwa sujud tilawah itu dilakukan sekali saja.

Ada lima belas ayat-ayat sajdah yang terdapat dalam al-Qur’an, sebagaimana diterangkan oleh hadits:

عَنْ عَمْرَو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي خَمْسَ عَشْرَةَ سَجَدَةً فِي الْقُرْآنِ فِيْهَا ثَلاَثٌ فِي اْلمُفَصَّلِ وَفِي اْلحَجِّ سَجَدَتَانِ. [رواه أبو داود وابن ماجه].

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Ash ra., ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw mengajarkan lima belas ayat sajdah dalam al-Qur’an, tiga di antaranya terdapat dalam surat mufashshal (pendek-pendek) dan dua dalam surat al-Hajj.” [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah].

HUKUM SUJUD TILAWAH: SUNNAH DAN WAJIB

Ulama ahli fiqih sepakat bahwa sujud tilawah itu mashruiyah (berdasarkan syariah) berdasarkan pada dalil Quran dan hadits. Akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam soal sifatnya apakah sunnah atau wajib. 

Madzhab Syafi'i dan Hanbali berpendapat bahwa sujud tilawah adalah sunnah muakkad, tidak wajib. Madzhab Maliki menyatakan sunnah. Mereka mendasarkan pada dalil dari QS Al-Isra' 17:107-109; dan hadits dari Abdullah bin Umar yang berkata: Rasulullah pernah membaca surat yang ada ayat sajadah-nya, lalu beliau sujud dan kami ikut sujud.

Sujud tilawah menurut ketiga madzhab di atas tidak wajib karena ada hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah terkadang tidak melakukannya. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ia berkata: Aku pernah membaca Quran Surah An-Najm di depan Nabi, tapi Nabi tidak bersujud tilawah (H.R. Bukhari Muslim).

Adapun yang menganggap sujud tilawah wajib adalah madzhab Hanafi. Wajib bagi pembaca dan pendengar berdasarkan pada hadits: Sujud tilawah wajib bagi orang yang mendengar dan membacanya.

SYARAT SUJUD TILAWAH

Dalam pelaksanaan sujud tilawah ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Suci dari hadats kecil dan besar pada badan, pakaian dan tempat. Karena sujud tilawah itu seperti shalat atau bagian dari shalat maka disyaratkan seperti syaratnya shalat. Dalam sebuah hadits dikatakan: Shalat tidak diterima tanpa dalam keadaan suci.

2. Menutup aurat, menghadap kiblat, niat melaksanakan sujud tilawah.
3. Masuknya waktu sujud. Yaitu setelah selesainya atau sempurnanya membaca ayat yang mengandung sajadah. Jadi, kalau melakukan sujud sebelum ayat sajadah selesai dibaca, maka tidak sah.

BACAAN SUJUD TILAWAH

- Boleh membaca bacaan yang biasa dibaca saat sujud shalat yaitu (سبحان ربي الأعلى) Subhana Robbiyal A'la sebanyak 3x.

- Dapat juga ditambah dengan bacaan berikut (berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi):

سجد وجهي للذي خلقه وشق بصره وسمعه بحوله وقوته ، فتبارك الله أحسن الخالقين

- Juga disunnahkan membaca bacaan berikut (berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi):

اللهم اكتب لي بها عندك أجراً ، وضع عني بها وزراً ، وتقبَّلها مني كما تقبَّلتها من عبدك داود عليه السلام

CARA SUJUD TILAWAH DI LUAR SHALAT

Sujud tilawah dapat dilakukan saat sedang shalat atau di luar shalat. Adapun cara sujud tilawah di luar shalat adalah sebagai berikut:

1. Niat dan Membaca takbir dan mengangkat kedua tangan untuk melaksanakan sujud sebagaimana cara mengangkat tangan saat sujud takbirotul ihrom (takbir pertama) saat shalat. 
2. Lalu sujud tanpa mengangkat tangan saat turun hendak sujud.
3. Sujud hanya satu kali dan sunnah membaca "سبحان ربي الأعلى" tiga kali dan membaca doa berikut [سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ]
4. Lalu mengangkat kepala dari sujud dengan membaca takbir.
5. Duduk tanpa membaca tahiyat (tasyahud) dan 
6. Diakhiri dengan mengucapkan salam.

CARA SUJUD TILAWAH SAAT SHALAT

Kalau sujud tilawah dilakukan saat sedang shalat karena membaca ayat Quran yang mengandung sajadah, maka tatacaranya sedikit berbeda yakni tanpa diakhiri dengan salam. Detailnya sebagai berikut:

1. Niat dan Mengucapkan takbir untuk sujud
2. Saat sujud mengucapkan "سبحان ربي الأعلى" tiga kali. Jumlah sujud hanya sekali.
3. Mengucapkan takbir saat bangun dari sujud.
4. Selesai sujud berdiri tegak kembali dan meneruskan bacaan shalat kalau masih ada ayat yang hendak dibaca. Kalau tidak ada lagi ayat yang ingin dibaca, maka ia dapat melakukan rukuk shalat.


AYAT-AYAT SAJADAH DALAM QURAN 

Ulama ahli fiqih sepakat bahwa ayat sajadah terdapat dalam 10 ayat dalam Al-Quran. Berikut ayat-ayat sajadah yang sunnah melakukan sujud tilawah setelah selesai membaca ayat tersebut.

1. Quran Surat Al-A'raf ayat 206

إِنَّ ٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِۦ وَيُسَبِّحُونَهُۥ وَلَهُۥ يَسْجُدُونَ

Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.

2. QS Ar-Ra'd ayat 15

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَٰلُهُم بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.

3. QS An-Nahl ayat 49

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.

4. QS Al-Isra ayat 107

قُلْ ءَامِنُوا۟ بِهِۦٓ أَوْ لَا تُؤْمِنُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ مِن قَبْلِهِۦٓ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا

Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,

5. QS Maryam ayat 58

يَوْمَ نَحْشُرُ ٱلْمُتَّقِينَ إِلَى ٱلرَّحْمَٰنِ وَفْدًا

(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat

6. QS Al-Haj ayat 18

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يَسْجُدُ لَهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ وَٱلنُّجُومُ وَٱلْجِبَالُ وَٱلشَّجَرُ وَٱلدَّوَآبُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ ٱلنَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ ٱلْعَذَابُ ۗ وَمَن يُهِنِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّكْرِمٍ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَآءُ

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.

7. QS An-Naml ayat 25

وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ


Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

8. QS As-Sajadah ayat 15

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِـَٔايَٰتِنَا ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِهَا خَرُّوا۟ سُجَّدًا وَسَبَّحُوا۟ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.

9. QS Al-Furqan ayat 60

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱسْجُدُوا۟ لِلرَّحْمَٰنِ قَالُوا۟ وَمَا ٱلرَّحْمَٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).

10. QS Fussilat ayat 38

وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُون

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.

11. QS Al-Haj ayat 77

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱرْكَعُوا۟ وَٱسْجُدُوا۟ وَٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمْ وَٱفْعَلُوا۟ ٱلْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

12. QS An-Najm ayat 62

فَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ وَٱعْبُدُوا۟ 

Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).


13. QS Al-Insyiqaq ayat 21

وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ ٱلْقُرْءَانُ لَا يَسْجُدُونَ

dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,


14. QS Al-Alaq ayat 19

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَٱسْجُدْ وَٱقْتَرِب

sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).

15. QS Shad ayat 28

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَىٰ نِعَاجِهِۦ ۖ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْخُلَطَآءِ لَيَبْغِى بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَقَلِيلٌ مَّا هُمْ ۗ وَظَنَّ دَاوُۥدُ أَنَّمَا فَتَنَّٰهُ فَٱسْتَغْفَرَ رَبَّهُۥ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ

Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.

WAKTU MAKRUH MELAKUKAN SUJUD TILAWAH

Sujud tilawah makruh dilakukan pada waktu-waktu yang makruh melakukan shalat sunnah yaitu:

1. Setelah shalat subuh sampai terbit matahari.
2. Saat terbit matahari sampai naik setinggi panah atau sekitar 25 detik.
3. Saat matahari tepat berada di atas yakni sekitar 3 detik.sebelum masuk waktu dhuhur.
4. Sepertiga jam sebelum terbenam matahari.
5. Ketika terbenam matahari 

Penjelasan Tentang Mencintai Tanah Air


Tidak lengkap rasanya ketika membahas habis tentang cinta, namun sampai melewatkan topik menarik yang satu ini, cinta tanah air. Rasa cinta yang banyak dilupakan oleh para remaja. Padahal, dikatakan dalam bahasa arab:

إذا أردت أن تعرف الرجل فانظر كيف تحنّنه إلى أوطانه

Artinya: ‘Apabila engkau ingin mengenal pribadi seseorang, maka perhatikan bagaimana kecintaan dan kepeduliannya kepada tanah air tumpah darahnya. 

Realita Cinta Remaja pada Tanah Air

Bagi para remaja, sudah seharusnya menanamkan sejak dini rasa cinta yang besar juga untuk tanah airnya. Tidak hanya mencintai Allah dan rasulNya, orang tua, keluarga, tapi tanah air, merupakan termasuk hal terpenting untuk dicintai dan dipedulikan. Karena remaja saat ini, adalah pemimpin dan harapan bangsa di masa yang akan datang. Rasa cinta dan kepedulian yang tinggi pada diri remaja akan sangat menentukan bagaimana perkembangan dan kemajuan suatu bangsa.

Namun, agak miris memang jika melihat bagaimana sikap kebanyakan para remaja di tanah air tercinta. Pengguna dan penyebar narkona yang semakin meningkat, pergaulan sex yang semakin bebas, kasus kriminal yang tidak sedikit dilakukan oleh para remaja sendiri. Tapi selain itu, kita bisa juga melihat kemajuan para remaja saat ini yang sudah banyak diakui di dunia nasional, juga bahkan internasional. Para remaja yang dengan gigihnya mengharumkan nama bangsa di medan lomba-lomba pengetahuan dan olahraga, selain itu banyak juga remaja yang aktif menyumbangkan ide-ide gagasannya untuk memajukan bangsa. Itu semua cukup menjadi bukti cinta dan kepedulian mereka terhadap tanah air.

Sikap-sikap pemuda yang menunjukkan minimnya rasa cinta mereka terhadap tanah air sangat bisa dilihat jelas. Seperti dalam hal pemakaian bahasa. Sepertinya, sudah sangat jarang pemuda yang mengetahui cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Sudah semakin menyebar istilah bahasa gaul di kalangan pemuda. Sayangnya, penggunaan bahasa gaul itu juga berlaku ketika mereka berbicara dengan orang tua atau guru, yang semestinya menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Juga hilangnya kecintaan para pemuda kepada produk dalam negeri. Mereka lebih merasa senang menggunakan barang-barang merk luar negeri daripada buatan negeri sendiri. Rasa gengsi mendorong mereka untuk meninggalkan produk dalam negeri dan berlomba-lomba memamerkan barang merk luar negeri.

Dan yang paling menyedihkan adalah ketika para pemuda dengan seenaknya melupakan sejarah yang telah dilalui oleh bangsa Indonesia. Tentang perjuangan-perjuangan pemuda dan tokoh-tokoh masa lalu demi merebut kemerdekaan bangsa. Padahal, hanya dari sejarah lah kita bisa sadar betapa berharganya bangsa kita. Makanya, tidak heran kalau sekarang banyak remaja yang tidak bangga lagi menjadi pemuda Indonesia, karena mereka melupakan sejarah, satu-satunya jalan untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam betapa berharganya bangsa Indonesia tercinta ini.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَالثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim As. berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”(AL-Baqara:126)

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَالأصْنَامَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim As. berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman. Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.”(Ibrahim:35

Al-Hafidz Ibn Hajar dalam Fath al-Bari juz 3 halaman 261, ketika mensyarahi hadits Imam Bukhari dari sahabat Anas Ra.:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَأَبْصَرَدَرَجَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَتْ دَابَّةً حَرَّكَهَا

“Adalah Rasulullah Saw. jika pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi kota Madinah mempercepat jalan untanya dan bila menunggang hewan lain beliau memacunya.”

Al-Hafidz Ibn Hajar berkata:

وفي الحديث دلالة على فضل المدينة ، وعلى مشروعية حبالوطن والحنين إليه

“Dalam hadits tersebut menunjukkan tentang keutamaanya kota Madinah, dan disyariatkannya cinta tanah air dan rindu kepadanya.”

Jadi seperti Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari nampak sering berbicara dengan ungkapan “Hubbul wathan minal iman”. Bukan berarti beliau berdalil dan mengatakan bahwa itu adalah hadits. Akan tetapi beliau mengajak rakyat untuk mencintai negeri ini. Beliau menggunakan motto itu karena benar adanya secara makna.

Seperti halnya kedudukan motto-motto yang lain seperti hadits-hadits maudhu’ yang lain tapi maknanya shahih seperti “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad”, walaupun maudhu’ tapi maknanya benar bahwa jika menuntut ilmu itu tak akan pernah terikat dengan waktu, usia dan keadaan. 

Kemudian dalam kitab Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin jilid 1 halaman 27 disebutkan: “Maka semestinya bagi orang yang sempurna imannya hendak membuat kemakmuran akan tanah airnya dengan amal shaleh.”

Yang dimaksudkan dengan cinta tanah air itu adalah memakmurkan tanah airnya, memakmurkan dengan amal-amal shaleh atau amal-amal yang baik. Sedangkan tanah air manusia itu ada dua macam: 1) Tanah air jasmani, yaitu bumi tempat kita lahir dan berpijak, dan 2) Tanah air ruhani, yaitu tanah air akhirat, tempat dimana ruh kita berasal dan akan kembali nantinya.
Kedua tanah air kita ini harus dimakmurkan, baik tanah air ruhani maupun jasmani. Dimakmurkan dengan perbuatan-perbuatan baik. Sehingga nantinya kita bisa menuai buahnya:

رَبَّنَا اَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلاَحِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Membela Tanah Air ?

عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم– فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَيُقَاتِلُ رِيَاءً ، فَأَىُّ ذَلِكَفِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِىَ الْعُلْيَا ، فَهْوَفِى سَبِيلِ اللَّهِ »

Dari Abu Musa, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas ia berkata, ada seseorang yang berperang (berjihad) untuk membela sukunya (tanah airnya); ada pula yang berperang supaya disebut pemberani (pahlawan); ada pula yang berperang dalam rangka riya’ (cari pujian), lalu manakah yang disebut jihad di jalan Allah? 

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Siapa yang berperang supaya kalimat Allah itu mulia (tinggi) itulah yang disebut jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari no. 7458 dan Muslim no. 1904).

“Bukan dari golongan kami orang yang berperang semata-mata atas dasar kebangsaan, dan bukan golongan kami yang matinya karena fanatik kebangsaannya.” (HR. Abu Dawud). 

Ada hadits lagi yang artinya: “Cinta tanah air itu sebagian dari iman.” Pertanyaannya, kedua hadits tadi bertentangan. Bagaimana penjelasannya dan bagaimana pula nilai keduanya?”

Sedangkan dalam kitab Asna al-Mathalib hadits ini memang masuk dalam kategori maudhu’. Tapi menurut pentahqiqnya Syaikh Mahmud al-Arnauthi dan Imam as-Sakhawi dalam kitab Maqashid al-Hasanah mengatakan “tidak mengenal hadits ini” (لماقف عليه), tapi makna haditsnya shahih.

KH. Ahmad Baso menuliskan bahwa dalam ilmu hadits dibedakan dua jenis penilaian periwayatan, riwayat bissanad dan riwayat bilmatan; ada yang shahih dua-duanya, ada yang salah satunya; misal riwayat bilmatan shahih meski tidak shahih bissanad. Hadits “Hubbul Wathan” ini masuk kategori terakhir itu. Dan ulama pendiri NU tidak mungkin mencomot ungkapan itu tanpa sadar akan perbedaan ini.

Rasulullah Saw. bersabda: “Hubbul wathan minal iman” (Cinta tanah air itu bagian dari iman). Cinta adalah sumber dari rasa tanah air adalah sumber dari materi. Iman adalah sumber dari semua agama. Hadits di atas termaktub setidaknya di 6 kitab, yaitu:
1)    Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin jilid 1 halaman 26.
2)    Ad-Durar al-Muntasyirah hadits nomor 189.
3)    Al-Maqashid al-Hasanah hadits nomor 391.
4)    Kasyf al-Khafa hadits nomor 2011.
5)    Al-Asrar al-Marfu’ah hadits nomor 168.
6)    Tadzkirat al-Maudhu’ah jilid 2 halaman 128.

Cinta tanah air dalam pandangan Islam ?

Tokoh-tokoh islam tidak kalah heboh ikut memperbincangkan tentang jiwa cinta tanah air ini. lalu bagaimana mereka memandang kecintaan akan tanah air dengan diselaraskan oleh ayat-ayat alQur’an dan Sunnah Nabi?
Secara umum, ada dua pendapat mengenai rasa cinta akan tanah air. Pendapat pertama, mengatakan bahwa rasa cinta tanah air dan perwujudannya tidak ada kaitannya sama sekali dengan islam. Namun, jika kita melihat bagaimana Nabi menyinggung sendiri tentang ‘hubbul wathan’, jelas sudah bahwa pendapat kedua, yang mengatakan bahwa islam dan kecintaan pada tanah air adalah sangat erat hubungannya.

Jauh sebelum kita mengenal istilah-istilah seputar jiwa cinta tanah air seperti patriotisme, nasionalisme, idealisme, dll, islam sudah lebih dahulu mengajarkan kepada umatnya untuk mencintai tanah air. Seperti yang dikisahkan dalam suatu hadits bahwa Nabi Muhammad saw apabila beliau pulang dari bepergian, ketika beliau mendekati kota Madinah dan melihat jalan yang menanjak yang menunjukkan bahwa kota Madinah semakin dekat, maka beliau mempergegas langkahnya. Dalam penjelasan hadits ini, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini jelas menunjukkan tentang keutamaan kota Madinah dan sebagai pensyariatan cinta dan rasa peduli terhadap tanah air.

Selain itu, alQuran juga ikut membicarakan tentang cinta terhadap tanah air, sebagai bukti bahwa Allah sangat menganjurkan hambanya untuk cinta terhadap bangsanya. Seperti kisah Nabi Ibrahim as dalam surat Al Baqarah ayat 126, Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَالثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

Artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim as berdoa, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizqi dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka, kepada Allah dan hari kemudian.”

Dalam ayat ini jelas menunjukkan bagaimana wujud cinta Nabi Ibrahim kepada tanah airnya dengan mendoakannya dalam tiga hal: menjadi negeri yang aman sentosa, penduduknya dilimpahi rizqi, dan penduduknya beriman kepada Allah dan hari akhir. Tidaklah Nabi Ibrahim as mendoakan seperti itu kecuali di hatinya telah tumbuh kecintaan terhadap negerinya.

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah ayat 148)

Islam adalah agama yang lengkap-komprehensif. Segala ajaran, arahan, dan larangannya merangkum segala aspek kehidupan manusia. Termasuk didalamnya terdapat konsep mengenai bela negara. Banyak orang mengira bahwa konsep bela negara bertentangan dengan Islam yang mengharuskan berukhuwah antar sesama muslim tanpa ada sekat negara.

Bela negara merupakan salah satu perwujudan berukhuwah dalam Islam, yakni ukhuwah wathoniyah yang berarti mencintai dan bersaudara dengan yang sebangsa dan setanah air. 

Nabi senantiasa mencintai negeri yang didiaminya. Sebab jika negerinya rusak, penduduknya juga yang akan menderita. Apa enaknya jika negeri kita sungainya tercemar hingga airnya tak bisa diminum dan udaranya kotor sehingga sulit bernafas dengan baik?

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أُخْرِجَ مِنْ مَكَّةَ : اِنِّي لَأُخْرَجُ مِنْكِ وَاِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكِ أَحَبُّ بِلَادِ اللهِ اِلَيْهِ وَأَكْرَمُهُ عَلَى اللهِ وَلَوْلَا أَنَّ أَهْلَكَ أَخْرَجُوْنِي مِنْكِ مَا خَرَجْتُ مِنْكِ (مسند الحارث – زوائد الهيثمي – ج 1 / ص 460)

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa saat Nabi diusir dari Makkah beliau berkata: Sungguh aku diusir dariMu (Makkah). Sungguh aku tahu bahwa engkau adalah Negara yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Andai pendudukmu (Kafir Quraisy) tidak mengusirku dari mu, maka aku takkan meninggalkanmu (Makkah)” (Musnad al-Haris, oleh al-Hafidz al-Haitsami 1/460)

Dan ketika Nabi pertama sampai di Madinah beliau berdoa lebih dahsyat:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (صحيح البخارى – ج 7 / ص 161)

“Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah” (HR al-Bukhari 7/161)

Dalam Islam diajarkan bahwa seseorang disebut melakukan jihad yang benar jika niatannya bukan disebut pemberani, bukan ingin disebut pahlawan, bukan ingin membela suku atau bangsa -dalam rangka cinta tanah air atau unsur nasionalisme yang dikedepankan-, tapi yang diperjuangkan adalah supaya kalimat Allah itu mulia, artinya supaya Islam itu jaya. Yang terakhir inilah yang disebut jihad yang shahih.

عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَيُقَاتِلُ رِيَاءً ، فَأَىُّ ذَلِكَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِىَ الْعُلْيَا ، فَهْوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ »

Dari Abu Musa, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam lantas ia berkata, ada seseorang yang berperang (berjihad) untuk membela sukunya (tanah airnya); ada pula yang berperang supaya disebut pemberani (pahlawan); ada pula yang berperang dalam rangka riya’ (cari pujian), lalu manakah yang disebut jihad di jalan Allah? Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Siapa yang berperang supaya kalimat Allah itu mulia (tinggi) itulah yang disebut jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari no. 7458 dan Muslim no. 1904).

Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam ingin menunjukkan niatan jihad yang benar apabila dilakukan ikhlas karena Allah, meraih ridho-Nya. Sedangkan jika seseorang berjihad untuk disebut pemberani atau pahlawan; untuk membela kaum, negeri atau tanah airnya; atau supaya ia tersohor di kalangan orang banyak, maka ini semua adalahniatan yang keliru. Karena setelah ditanya niatan seperti itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas beralih dengan mengatakan bahwa jihad itu untuk membela kalimat Allah, artinya untuk membela Islam.

Hadits di atas bermaksud menerangkan bahwa tidak ada beda antara kita dengan orang kafir jika maksud kita berjihad atau berperang hanyalah untuk membela tanah air. Karena niatan orang kafir pun demikian. Seorang muslim haruslah punya niatan untuk berperang untuk “membela Islam” dan bukan untuk membela tanah air. Karena kalau niatannya untuk membela tanah air, matinya tidaklah disebut mati syahid.

Islam mengajarkan pada kita bahwa setiap bumi yang dikuasai ummat islam dan diterapkan syari’at islam adalah negeri islam. Dimanapun dan kapanpun berada. Tidak dibatasi warna kulit dan suku. Atau juga dibatasi oleh petak-petak tanah yang ditentukan oleh manusia. Dan jika ada sebuah syari’at islam diterapkan di negeri Islam kemudian diserang oleh musuh-musuh islam, wajib bagi ummatnya untuk membelanya. Dimulai dari yang terdekat yaitu rakyatnya, dan jika tidak mampu kewajiban tersebut meluas pada seluruh ummat islam di dunia. Ibnu Taimiyah berkata :

فَالْعَدُوُّ الصَائِلُ الذِي يُفْسِدُ الدِيْنَ وَالدُّنْيَا لاَ شَيْءَ أَوْجَبُ بَعْدَ الْإِيْمَانِ مِنْ دَفْعِهِ

Musuh yang menyerang yang merusak din dan dunia (ummat islam) tidak ada yang lebih wajib setelah iman kecuali menolaknya.

Hari ini, ketika bumi-bumi Islam dirampas oleh orang-orang kafir karena menerapkan syari’at Islam, wajib bagi setiap muslim untuk membelanya dengan berbagai kemampuan yang dimiliki. Lihatlah, bagaimana orang-orang Israel telah menjajah Palestina, Amerika dan sekutunya memerangi Afganistan dan Iraq, serta yang terbaru adalah merampas kembali Lembah swat dari kaum muslimin, maka wajib bagi kaum muslimin untuk membantu mereka. Jika masalahnya ketidakmampuan kita untuk pergi kesana, maka dengan harta atau minimal dengan do’a-do’a kita.

إِذَا دَخَلَ العَدُوُّ بِلاَدَ الْإِسْلاَمِ فَلاَ رَيْبَ أَنَّهُ يَجِبُ دَفْعُهُ عَلَى الْأَقْرَبِ فَالْأَقْرَب، إِذْ بِلاَدُ الْإِسْلاَمِِ كُلُّهَا بِمَنْزِلَةِ البَلْدَةِ الْوَاحِدَةِ، وَأَنَّهُ يَجِبُ النَفِيْرُ اِلَيْهِ بِلاَ إِذْنِ وَالِدٌ وَلاَ غَرِيْمٌ

Jika musuh telah masuk negeri Islam, maka tidak diragukan lagi wajib untuk menolaknya dimulai dari yang dekat. Karena semua negeri Islam kedudukannya sebagaimana satu negeri. Dan bahwasanya wajib untuk pergi kemedan jihad tanpa izin orang tua,orang hutang pada yang dihutangi. 

Inilah yang disebut cinta tanah air Islam. Yaitu dengan membelanya jika diserang, membangun negerinya dengan amar ma’ruf dan nahyu munkar, serta selalu menasehati pemimpinnya jika menjauh dari syari’at islam. Jadi standartnya bukan sebuah isme tertentu, dengan menuduh orang yang tidak cocok dianggap tidak cinta tanah air, jelas ini adalah pemikiran picik. Akan tetapi standartnya adalah syari’at Islam.
Siapa yang cinta dan perusak tanah air

Kalau kita perhatikan di sekeliling kita justru yang merusak tanah air sebenarnya orang-orang yang menggembar – gemborkan paham nasionalis. Yaitu mereka yang menyatakan dirinya sebagai pembela tanah air, pembela persatuan dan kesatuan. Bukankah kesyirikan dan kemaksiatan, kasus korupsi, proyek pembabatan hutan, pencemaran lingkungan, penindasan, kesewenang-wenangan dan yang lainnya dilakukan oleh mahluk yang menamakan dirinya nasionalis?, yang tiap tanggal 17 agustus khidmat merayakan hari kemerdekaan. Politikus yang gigih membela paham cinta tanah air. Padahal cinta tanah air tanpa didasari ilmu yang benar hanya akan menimbulkan kerusakan. Allah Ta’ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [ QS. Ar Ruum : 41 ]

Imam At Tobari menjelaskan : Telah nampak kemaksiatan dimuka bumi dan lautnya disebabkan tangan manusia melanggar apa yang telah Allah larang darinya. [ Tafsir At Tobari pada ayat tersebut ].

Maka jelaslah, mereka bukan pencinta tanah air tetapi pecinta sistem yang berlaku pada tanah air tersebut.. Karena sistem yang mereka cintai memeberikan keleluasaan untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan dengan hukum yang berpihak pada kerakusan. Dengan penegak-penegak hukum yang bisa disogok. Mereka menyerukan pada rakyat untuk mencintai negeri ataupun negara dengan paham nasionalismenya, menyerukan persatuan, sampai menyebarkan hadis palsu. Tujuannya bukan kesejahteraan dan keadilan rakyat tapi keuntungan pribadi, kelompok atau golongan. Nasionalisme hanya dijadikan alat saja.

Sementara itu penegak-penegak syariat Islam dianggap sebagai perusak, pemecah persatuan, pengacau dll. Padahal menegakan syariat adalah refleksi dari cinta kepada Allah sekaligus refleksi rasa cinta pada manusia. Manusia sebagai mahluk yang bermartabat tidak boleh ditindas, dizahalimi. Manusia harus diselamatkan baik dalam kehidupan dunia dan akhirat. Juga refleksi dari cinta pada bumi tempat berpijak agar terpelihara dari kerusakan dan azab Allah. Allah sebutkan mereka itu dalam alqur’an

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (*) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [ QS. Al Baqarah : 11-12].

Yang dimaksud kerusakan disini, ditafsirkan oleh Ibnu katsir dengan kekufuran dan perbuatan maksiat. Maka alasan orang-orang nasionalis untuk menyejahterakan Indonesia dengan melanggengakan berbagai kekufuran, kesyririkan dan kemaksiatan melalui dinas pariwisata dan yang lainnya, jelas tidak akan menjadi baik. Bahkan sebaliknya akan bertambah sengsara karena mereka telah melanggar aturan-aturan Allah Ta’ala.

Manusia diturunkan ke muka bumi untuk menjadi Khalifah, ia wajib menjadi pengatur dan pengelola bumi. Setiap muslim di manapun tinggal di bumi ini harus menunjukkan cintanya pada bumi tempat mereka berpinjak. Cinta pada tanah air tidak identik dengan acara cium mencium bendera atau upacara bendera. Tetapi harus dibuktikan dengan kerja nyata. Dalam kehidupan sehari-hari muslim yang mencintai tanah air akan selalu menjaga lingkungannya baik di darat, di laut maupun udara dari keruksakan. Ajaran Islam melarang umatnya untuk merusak hidup dan kehidupan.

Cinta tanah air Indonesia bukan dengan selalu melantunkan nyanyian “padamu negeri” atau “indonesia raya” dan yang lainnya. Atau dengan memeriahkan peringatan 17 Agustus yang kadang bertentangan dengan syari’at Islam. Atau dengan menangis-nangis saat pengibaran bendera merah putih. Tetapi cinta tanah air hanya dengan mengembalikan aturan hidup pada aturan Allah Ta’ala saja. Dengannya perdamain, keadilan, kesejahteraan, dan kebahagiaan pasti akan terwujud. Tanpanya hanya akan terjadi kesengsaraan yang takpernah ada ujungnya. 

Nasionalisme Tidak Ada Dalilnya, Ataukah Anda Tidak Tahu Dalilnya?

Banyak beredar di FB pernyataan seorang ustadz muallaf dari sebuah harokah yang kami tidak ketahui dari mana dia belajar ilmunya, yang menyatakan bahwa nasionalisme atau cinta tanah air tidak ada dalilnya.

Kita baca dahulu sebuah riwayat:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أُخْرِجَ مِنْ مَكَّةَ : اِنِّي لَأُخْرَجُ مِنْكِ وَاِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكِ أَحَبُّ بِلَادِ اللهِ اِلَيْهِ وَأَكْرَمُهُ عَلَى اللهِ وَلَوْلَا أَنَّ أَهْلَكَ أَخْرَجُوْنِي مِنْكِ مَا خَرَجْتُ مِنْكِ (مسند الحارث – زوائد الهيثمي – ج 1 / ص 460)

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa saat Nabi diusir dari Makkah beliau berkata: Sungguh aku diusir dariMu (Makkah). Sungguh aku tahu bahwa engkau adalah Negara yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Andai pendudukmu (Kafir Quraisy) tidak mengusirku dari mu, maka aku takkan meninggalkanmu (Makkah)” (Musnad al-Haris, oleh al-Hafidz al-Haitsami 1/460)

Dan ketika Nabi pertama sampai di Madinah beliau berdoa lebih dahsyat:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (صحيح البخارى – ج 7 / ص 161)

“Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah” (HR al-Bukhari 7/161)

Semoga Bermanfaat 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...