Minggu, 29 November 2020

Penjelasan Tentang Jin Dan Tempatnya


Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِيْنَ

“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu akan pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri’. Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (Al-An’am: 130)

Manusia dari dulu hingga kini masih penasaran dengan identitas jin, dan ingin tahu siapa sih mahluk yang kebanyakan sering menggoda hati dan mencelakakan manusia itu? Sesuai dengan namanya, memang jin adalah suatu makhluk yang masih samar bagi manusia. Istilah jin (mestinya dengan dobel ‘n’) berasal dari kata janna-yajunnu-jannan, artinya,menutupi, menyembunyikan, menjadi gelap, merahasiakan atau melindungi.

Asal pembentukan kalimat "jin" dari huruf 'jim' dan 'nun' menunjukkan makna tertutup, sebagaimana firman Allah SWT:

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَـذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ

"Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Robbku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:"Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (QS.Al-An'am [6]: 76).

Bekata Syaikhul Islam Rahimahullah: "Ia dinamakan jin karena ketertutupannya dari pandangan manusia."

Para jin melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat mereka. Allah SWT berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS.Al-A-rof [7]: 27)

Maksud dari ayat ini adalah: Sesungguhnya manusia tidak dapat melihat jin sesuai dengan bentuk kejadiannya yang hakiki, tetapi terkadang mereka bisa dilihat dengan bentuk yang lain semisal hewan. (Lihat Fath al-Haq al-Mubin: 28 oleh Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thoyar)

JIN DICIPTAKAN SEBELUM MANUSIA


Jin diciptakan sebelum manusia berdasarkan nash al-Qur'an QS Al-Hijr [15]"27-28)

وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِوَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَراً مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah) , ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk."

ASAL PENCIPTAAN JIN


Allah menciptakan jin dari api. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Hijr [15]: 27;


وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ

"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." 


Dan juga dalam surat Ar-Rohman [55]: 15;

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ

"Dan Dia menciptakan jin dari nyala api."

Dan Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat diciptakan dari nur (cahaya). Jin diciptakan dari marij (api). Dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian. (yaitu dari tanah)" (HR Muslim: 2512)
KEBERADAAN JIN‎

Jin termasuk perkara ghaib yang wajib kita imani keberadaannya, karena dalil-dalil Al Qur`an dan As Sunnah telah menjelaskannya. Ini termasuk di antara asas akidah Islam, yaitu beriman kepada perkara ghaib. Bahwa beriman kepada yang ghaib merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertakwa, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2} الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ {3}

"Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka". [Al Baqarah : 1-3].

Perkara ghaib, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Mas‘ud, ialah seluruh perkara yang ghaib yang telah diberitakan Allah dan RasulNya kepada kita. Begitu pula dengan keberadaan jin, bahwa Allah dan RasulNya telah mengabarkan melalui Al Qur`an ataupun hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

1). Dari Al Qur`an, di antaranya:

وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ 

"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur`an". [Al Ahqaf : 29].

يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَذَا 

"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini". [Al An‘am : 130]

قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا 

"Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur`an), lalu mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur`an yang menakjubkan’" [Al Jin : 1].

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا 

"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan".[Al Jin : 6]

Tempat Tinggal Jin
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa di antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut:‎

1. Di tempat-tempat kotor seperti Toilet dan tempat sampah.
 
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »

Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad).
Kata muhtadhirah dalam hadits di atas maksudnya adalah dihadiri atau ditempati oleh jin (yahdiruhal jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti WC itu hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat bersih dan wangi.Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki toilet atau WC untuk berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits", karena dengan berdoa demikian, jin kafir itu tidak akan mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat aurat kita ketika mandi. 

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاءَ أَنْ يَقُولَ : بِسْمِ اللَّهِ

Artinya: "Dari Ali, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk WC kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim ", maka mata jin akan tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
 
2. Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir
 
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ - قَالَ - فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ - قَالَ - فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ « أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ ».

Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: "Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diculik dan disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: "Ya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan". Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda: "Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu Mas'ud kemudian berkata kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).
3. Di lobang-lobang.
 
عبد الله بن سرجس - رضي الله عنه - : «أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم- نهى أن يُبالَ في الجُحْرِ ، قالوا لقتادة : ما يُكرهُ من البول في الجُحْرِ ؟ قال : كان يُقال : إنها مَسَاكِنُ الجِنِّ».
 
Artinya: "Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka bertanya kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?" Qatadah menjawab: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan karena lobang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad)

4. Di rumah-rumah‎

Jin juga tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang tingal di atas atap rumah orang-orang beriman hanyalah jin muslim. Dalilnya adalah hadits berikut ini:

ما من أهل بيت من المسلمين إلا وفي سقف بيتهم من الجن من المسلمين إذا وضع غذائهم نزلوا فتغدوا معهم وإذا وضعوا عشاءهم نزلوا فتعشوا معهم يدفع الله بهم عنهم

Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari).

5. Di pasar-pasar (Mall)‎

Selain di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar atau Mall. Hal ini sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain:
 
عن سلمان قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * لا تكن أول من يدخل السوق ولا آخر من يخرج منها فإنها معركة أو قال مربض الشيطان وبها رايته

"Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya" (HR. Muslim).
6. Di kandang unta
لا تصلوا فى مبارك الإبل فإنها من الشياطين وصلوا فى مرابض الغنم فإنها بركة

Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Waktu berkeliarannya Jin ‎

Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:
 
إذا كان جُنْحُ الليلِ أو أمسيتم فَكُفُّوا صبيانَكم فإنَّ الشياطينَ تنتشرُ حِينَئِذٍ فإذا ذهبتْ ساعةٌ من الليلِ فَحُلُّوهُمْ وأغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم

Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba.
menyuruh masuk dan diam anak-anak,
menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya,
mengikat tempat air,
menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang tidur.
matikan lampu sebelum tidur karena dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api bisa menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur. 

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
 
عن بن عباس قال * جاءت فأرة فأخذت تجر الفتيلة فجاءت بها فألقتها بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم على الخمرة التي كان قاعدا عليها فأحرقت منها مثل موضع الدرهم فقال إذا نمتم فأطفئوا سرجكم فإن الشيطان يدل مثل هذه على هذا فتحرقكم

Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Kemudian bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).
Dalam hadits lain juga dikatakan:
 
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يُبْعَثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ

Artinya: "Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sehingga hitam legammnya sore hari (sunda=layung) betul- betul hilang, karena setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim).
Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu yang lebih fresh dan lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan". (lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).

Makanan dan Minuman Jin 

Jin sebagaimana manusia memiliki kebutuhan makan dan minum adapun makanannya adalah Tulang dan tinja (kotoran hewan/binatang) dengan tangan kiri, sebagaimana hadits berikut:

 لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع فى أيديكم أوفر ما يكون لحما وكل بعرة علف لدوابكم فلا تستنجوا بها فإنها طعام إخوانكم

Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim). 

عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

 Artinya: "Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum, maka minumlah dengan tangan kanannya, karena syaithan makan dan minum dengan tangan kirinya" (HR. Muslim).

 عن جابر أنه سمع النبي صلى الله عليه و سلم يقول : إذا دخل الرجل بيته فذكر الله عز و جل عند دخوله وعند طعامه قال الشيطان لا مبيت لكم ولا عشاء وإذا دخل فلم يذكر الله عند دخوله قال الشيطان أدركتم المبيت وان لم يذكر الله عند طعامه قال الشيطان أدركتم المبيت والعشاء

 Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR. Muslim). 

Dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَنَّهُ كَانَ يَحْمِلُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِدَاوَةً لِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَبَيْنَمَا هُوَ يَتْبَعُهُ بِهَا فَقَالَ « مَنْ هَذَا » . فَقَالَ أَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ . فَقَالَ « ابْغِنِى أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا ، وَلاَ تَأْتِنِى بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ » . فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمِلُهَا فِى طَرَفِ ثَوْبِى حَتَّى وَضَعْتُ إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ ، حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ ، فَقُلْتُ مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ قَالَ « هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ ، وَإِنَّهُ أَتَانِى وَفْدُ جِنِّ نَصِيبِينَ وَنِعْمَ الْجِنُّ ، فَسَأَلُونِى الزَّادَ ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا »

Bahwasanya ia pernah membawakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wadah berisi air wudhu dan hajat beliau. Ketika ia membawanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa ini?” “Saya, Abu Hurairah”, jawabnya. Beliau pun berkata, “Carilah beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci. Dan jangan bawakan padaku tulang dan kotoran (telek).” Abu Hurairah berkata, “Kemudian aku mendatangi beliau dengan membawa beberapa buah batu dengan ujung bajuku. Hingga aku meletakkannya di samping beliau dan aku berlalu pergi. Ketika beliau selesai buang hajat, aku pun berjalan menghampiri beliau dan bertanya, “Ada apa dengan tulang dan kotoran?” Beliau bersabda, “Tulang dan kotoran merupakan makanan jin. Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. Lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan”. (HR. Bukhari no. 3860)

Begitu pula dalam hadits lainnya, dari ‘Abdullah bin Mas’ud disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلاَ بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنَ الْجِنِّ

“Janganlah kalian beristinja’ (membersihkan kotoran pada dubur) dengan kotoran dan jangan pula dengan tulang karena keduanya merupakan bekal bagi saudara kalian dari kalangan jin.” (HR. Tirmidzi no. 18.)

Sebagaimana manusia terlarang memakan daging yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Maka sama halnya dengan jin beriman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan pada mereka makanan berupa tulang yang disebut nama Allah. Jin beriman tidak boleh meninggalkan penyebutan ‘bismillah’. Sedangkan setan jadi menghalalkan makanan yang tidak disebut nama Allah. Oleh karena itu, sebagian ulama berdalil bahwa bangkai merupakan makanan setan karena bangkai itu berasal dari hewan yang disembelih tanpa disebutkan bismillah.

Begitu pula sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim berdalil bahwa minuman yang memabukkan adalah minumannya setan. Di antara yang dijadikan dalil adalah ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 90). 

Karena yang meminum khomr adalah wali setan dan atas perintahnya. Mereka sama dengan setan dalam amalan tersebut. Jadi, peminum khomr pantas mendapatkan dosa dan siksa.

Jin menikah dan berketurunan 

Sebagaimana halnya manusia, jin pun melakukan pernikahan dan berketurunan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat dan hadits berikut;

 وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim " (QS. Al-Kahfi 18: 50). 

Dalam ayat ini Allah berfirman: "….Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya,…". Kata turunan-turunannya dalam ayat ini menunjukkan bahwa memang jin itu melahirkan dan berketurunan. Sekaligus juga menunjukkan bahwa jin itu juga menikah, karena tidak mungkin adanya keturunan kalau tidak menikah (jima) sebelumnya. 

Dalil lain yang mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini:

 لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ

 Artinya: "Tidak pernah "disentuh" oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin" (QS. Ar-Rahman 55:56). 

Kata thamts yang terdapat pada kata yathmitshunna dalam ayat di atas, dalam bahasa Arab artinya adalah jima'. Ini menunjukkan bahwa jin itu juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat dikatakan:

 عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : إن الله جزأ الإنس والجن عشرة أجزاء فتسعة منهم الجن والإنس جزء واحد فلا يولد من الإنس ولد إلا ولد من الجن تسعة

 Artinya: "Abdullah bin Umar berkata: "Sesungguhnya Allah membagi manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian: sembilan bagian adalah jin dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun manusia yang melahirkan seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak" (HR. Ibnu Abdil Barr, Ibnu Jarir, Hakim dan Ibn Abi Hatim). 

Dan khusus untuk Iblis setiap lahir anak Adam maka iblis berketurunan sepuluh anak iblis, sebagaimana hadits berikut;

 عن ثابت قال : ( بلغنا أن إبليس قال : يا رب إنك خلقت آدم وجعلت بيني وبينه عداوة فسلطني على أولاده ؟ فقال : صدورهم مساكن لك . قال : يا رب زدني ؟ قال : لا يولد لآدم ولد إلا ولد لك عشرة قال : يا رب زدني ؟ قال : ) وَأَجْلِبْ عَلَيْهِم بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِى الأٌّمْوَالِ وَ الأٌّوْلَادِ ( [ الإسراء : 64 ]

 Dari tsabit berkata, Telah sambai berita pada kami bahwa iblis bertanya kepada Allah, Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menciptakan Adam dan Engkau menjadikannya antara aku dengan dia sebagai musuh, maka berilah aku bagian untuk bisa menguasai keturunannya? Allah menjawab :” Dada-dada mereka tempat tinggal kamu, Iblis berkata: “ Tambahlah buatku ? Allah menjawab:” Tidaklah lahir seorang manusia kecuali bersamaan dengannya sepuluh anak kamu, Iblis berkata : Tambahlagi ya Tuhanku ? kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka (Al-Isra 17:64)

Hadits di atas di samping mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang melahirkan dan menikah, juga menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia. Karena setiap kali manusia melahirkan satu orang anak, maka jin dapat melahirkan sembilan anak. 

Kematian Jin 

Jin adalah mahluk yang berjiwa, maka sama saja halnya dengan manusia, jin pun akan mengalami kematian. Namun dari sebagian golongan jin hanya Iblis lah yang diberi tangguh kematiannya sampai hari manusia dibangkitkan. Sedangkan yang lainnya kematiannya sama dengan manusia tetapi usianya jauh lebih panjang dari umur manusia. 

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

 Artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (QS. Ar-Rahman 55: 26-27). 

Di samping ayat ini, ada hadits yang mengatakan bahwa jin atau syaithan juga akan mati. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut: 

عن بن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول أعوذ بعزتك الذي لا إله إلا أنت الذي لا يموت والجن والإنس يموتون

 Artinya: "Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Aku berlindung dengan kegagahanMu, yang tidak ada Tuhan selain Engkau, yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia semuanya akan mati" (HR. Bukhari). 

Kemampuan dan kelebihan Jin 

Allah memberikan kelebihan dan kemampuan khusus kepada jin yang tidak diberikan kepada manusia. Di antara kemampuan dan kelebihan jin tersebut adalah sebagai berikut: 

Dapat bergerak dan berpindah dengan cepat 

Artinya: "Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia" (QS.an-Naml: 39-40).‎

Jin Dapat mengetahui masalah-masalah yang belum terjadi sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. 

Sebelum Rasulullah diutus, jin seringkali naik ke atas langit untuk mendengarkan kabar-kabar yang akan terjadi di dunia. Begitu mendengar kabar tersebut, mereka langsung menginformasikannya kepada para dukun dan tukang ramal. Oleh karena itu, sebelum Rasulullah Saw diutus, tukang ramal dan dukun seringkali tepat dalam memberikan jawaban dan ramalannya. Akan tetapi begitu Rasulullah Saw diutus, penjagaan di langit diperketat sehingga jin tidak lagi dapat mendengar informasi dan berita apapun. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat al-Jin ayat 8-9:  

وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا.وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا

Artinya: "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (Yang dimaksud dengan "sekarang", ialah waktu sesudah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus menjadi rasul) barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)" (QS. Al-Jin ayat 8 dan 9). 

Oleh karena itu, sejak diutusnya Rasulullah sampai sekarang, jangankan dapat mendengar berita langit, mendekatinya saja tidak bisa. Untuk itu, apa yang dikatakan oleh para dukun dan tukang ramal, tidak pernah benar, tapi bohong belaka. Seandainya ada jin yang mengatakan bahwa akan terjadi nanti ini dan itu, maka ketahuilah bahwa dia telah berbohong. Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, haram hukumnya seseorang datang bertanya kepada dukun dan tukang ramal. 

Karena bukan saja apa yang dikatakan tukang ramal itu bohong, tapi juga hal demikian akan melemahkan keimanan seseorang bahkan termasuk perbuatan syirik. Bagaimana dengan kenyataan, bahwa terkadang ramalan dan ucapan tukang ramal tersebut betul dan nyata? Hal ini pernah disampaikan juga oleh Siti Aisyah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Perhatikan hadits berikut ini: 

قالت سأل رسول الله {صلى الله عليه وسلم} ناسٌ عن الكهان فقال ليس بشيء فقالوا يا رسول الله {صلى الله عليه وسلم} إنهم يحدثوننا أحياناً بشيء فيكون حقاً فقال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} تلك الكلمة من الحق يخطفها الجني فيقرها في أذن وليه فيخلطون معها مائة ً كذبة

 Artinya: "Aisyah berkata, sekelompok orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang para dukun. Rasulullah menajawab: "Mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun". Mereka bertanya kembali: "Tapi Rasulullah, terkadang apa yang mereka katakan adalah benar dan nyata?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kembali: "Ucapannya yang betul itu lantaran dibisikkan oleh jin. Ia membisikkannya ke telinga temannya (dukun) seperti berkoteknya ayam betina, dan mereka mencampuradukannya dengan seratus kebohongan (maksudnya, yang betulnya satu tapi bohongnya seratus bahkan lebih)" (HR. Bukhari). 

Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, seseorang dilarang untuk terlebih mempercayai perkataan dukun, datangnya saja sudah berdosa. Rasulullah bersabda : 

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال * من أتى عرافا فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة

 Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam " (HR. Muslim) 

 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Artinya: " Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, untuk bertanya tentang sesuatu, lalu membenarkan dan mempercayai apa yang dikatakannnya, maka sungguh ia telah keluar dari ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad" (HR. Ahmad). 

Bukti lain bahwa jin tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui perkara yang gaib sebagaimana terlukis dalam surat al-saba 34:14 

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ  

Artinya: "Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan" (QS. Saba 34: 14).

Jin lebih dahulu mengetahui teknologi 

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Allah menundukkan golongan jin kepada Nabi Sulaiman. Mereka taat dan patuh kepadanya termasuk bersedia untuk memindahkan singgasana kerajaan Ratu Bilqis. Karena kerja mereka yang berat dan banyak, tentu mereka memerlukan kemampuan- kemampuan dan kecerdasan dan kemahiran luar biasa. Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah surat Saba ayat 12-13: 

artinya: "Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring- piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih" (QS. Saba 34: 12-13). 

Berdasarkan dari ayat di Atas, Umar Sulaiman Abdullah bin al-Asyqar dalam bukunya Alamul Jinn was Syayathin, berpendapat bahwa sejak dahulu jin sudah mengenal tekhnologi canggih semisal radio dan televisi. Bahkan, Ibnu Taimiyyah sendiri dalam al-Majmu'nya mengatakan bahwa "Menurut sebagian ulama yang dapat berkomunikasi dengan jin menuturkan bahwa sejak dahulu jin sudah dapat membuat kawat dan kaca, kemudian mereka sampaikan kepada manusia dan manusia mengikutinya" (lihat dalam Majmu al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah: 11/309). 
Jin tidak dapat membuka pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah 

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: 

أغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم

Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kuit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian" (HR. Muslim).

Jin dapat berubah-rubah bentuk 

Di antara kemampuan jin (setan) lainnya adalah mereka dapat berubah wujud; terkadang berwujud manusia dan terkadang pula berwujud hewan. Hal ini telah terjadi pada masa perang Badar, dimana setan (jin kafir) berwujud dalam bentuk Suraqah bin Malik, dan ia menjanjikan kepada orang-orang musyrik bahwa mereka akan dapat memengkan pertempuran melawan orang Islam. Akan tetapi ketika pertempuran telah terjadi dan malaikat turun dari langit untuk membantu kaum muslimin, syaitan yang menjelma dalam wujud Suraqah bin Malik tadi lari tunggang langgang. 
Hal ini terekam dalam al-Qur'an surat al-Anfal ayat 48: 

Artinya: "Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Al-Anfal 8:48). 

Dalam hadits riwayat Imam Bukhari juga dikisahkan bahwa jin kafir (setan) pernah datang menghadap Abu Hurairah dalam wujud manusia. Berikut terjemahan hadits dimaksud: "Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menugaskan saya untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan.  
Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Saya lalu berkata: “Jangan dulu mengambil, sebelum saya sampaikan ihwal kamu kepada Rasulullah”. Laki-laki itu menjawab: ‘Saya orang yang sudah berkeluarga dan saat ini betul- betul sedang membutuhkan makanan untuk keluarga saya”. Mendengar itu saya pun akhirnya mengijinkan dia untuk mengambil makanan itu.Ketika pagi tiba, Rasulullah bersabda: “Wahai Abu Hurairah apa yang kamu lakukan kemarin?” Saya menjawab: “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat saat itu juga, lalu saya persilahkan dia mengambilnya”. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda kembali: “Dia telah mengelabui kamu wahai Abu Hurairah dan besok akan kembali lagi”.  Tahu dia akan kembali lagi, keesokan harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul apa yang disampaikan Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya. 
Melihat itu, saya berkata kembali: “Jangan dulu kamu mengambil harta itu sampai ada izin dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam”. Laki-laki itu menjawab: “Saya betul-betul sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu menahan lapar. Saya berjanji tidak akan kembali lagi esok hari”.  Mendengar itu, saya merasa kasihan dan akhirnya saya persilahkan kembali dia mengambil harta zakat.Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali: “Apa yang kamu lakukan kemarin wahai Abu Hurairah?” Saya menjawab: “Orang kemarin datang kembali dan meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya saya kembali mengijinkan dia mengambil harta zakat tersebut”. 
Mendengar itu, Rasul bersabda kembali: “Dia telah membohongi kamu dan esok hari akan kembali untuk yang ketiga kalinya”.  Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi dan seperti biasa dia mengambil harta zakat yang sudah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, saya berkata kembali: “Jangan mengambil dahulu, saya akan memohon ijin kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terlebih dahulu. 
Bukankah kamu kemarin berjanji tidak akan kembali lagi tapi mengapa kini kembali juga?” Laki-laki itu menjawab: “Ijinkanlah untuk yang terakhir kalinya saya mengambil harta zakat ini dan sebagai imbalannya saya akan ajarkan kepada kamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya Allah akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak akan disentuh dan didekati oleh Syaithan sehingga pagi hari".  Saya merasa tertarik dengan ucapannya lalu saya menanyakan kaliamat apa itu. Dia menjawab: “Apabila kamu hendak tidur, jangan lupa membaca ayat kursyi terlebih dahulu karena dengannya Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati oleh syaithan sehingga pagi tiba”. Kali ini saya pun mengijinkannya mengambil harta zakat.  
Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya lakukan kemarin dan saya katakan: “Ya Rasulullah, saya terpaksa membolehkannya kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkan saya kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaidah”. Rasul lalu bertanya kembali: “Kalimat apa yang diajarkannya?” Saya menjawab bahwa dia mengajarkan ayat Kursyi dari awal sampai akhir dan dia katakan bahwa kalau saya membacanya Allah akan menjaga saya sampai pagi hari.  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda: “Kini apa yang dia sampaikan betul namun tetap dia sudah berhasil mengelabui kamu dengan mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa laki-laki yang mendatangi kamu tiga kali itu?” Saya menjawab: “Tidak, saya tidak tahu”. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kembali bersabda: “Ketahuilah bahwasannya dia adalah syaithan”. (HR. Bukhari). 

Selain dalam wujud manusia, jin (setan) juga dapat berwujud dalam bentuk hewan dan binatang seperti unta, anjing, keledai, ular, sapi atau kucing. Akan tetapi dari sekian banyak binatang, yang paling sering dipakai oleh jin adalah dalam bentuk anjing dan kucing hitam. 

Dalam hal ini RasululullahShallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: 

فقال الكلب الأسود شيطان 

Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Anjing hitam adalah setan" (HR. Muslim). 

Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah juga bertutur: "Anjing hitam adalah setannya anjing. Dan jin seringkali berwujud dalam wujud anjing hitam ini. Demikian juga dengan kucing hitam. Hal ini dikarenakan warna hitam adalah warna yang paling disukai oleh setan karena mengandung kehangatan." Sedangkan wujud yang umum jin yang mendiami rumah adalah ular . Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw mengingatkan agar tidak sembarangan membunuh ular yang didapati di dalam rumah, karena boleh jadi ular tersebut bukan ular sesungguhnya akan tetapi ular jelmaan dari jin.  

Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa apabila mendapatkan ular di dalam rumah, maka biarkan selam tiga hari. Apabila dalam waktu tiga hari masih ada, maka bunuhlah karena dia ular biasa, bukan ular jelmaan jin. 

Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:

 قَالَ « إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ

Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya di Madinah ada seorang jin yang sudah masuk Islam. Apabila kalian melihat sesuatu (maksudnya binatang atau sejenisnya) maka biarkanlah (jangan dibunuh) selama tiga hari. Apabila setalah hari masih ada dan nampak, maka bunuhlah karena dia itu adalah syaithan" (HR. Muslim). 

Dalam riwayat yang lain; 

عن بن عباس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال الحيات مسخ الجن كما مسخت القردة والخنازير من بني اسرائيل 

Artinya: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Ular-ular itu adalah jin yang mengubah rupa dan bentuknya sebagaimana Bani Israil yang berubah bentuk menjadi rupa monyet dan babi" (HR. Thabrany dengan sanad yang sahih).‎

Takutnya Jin 

Jin dan manusia memiliki perbedaan derajat. Manusia lebih tinggi derajatnya dari pada jin. Karena itulah sebenarnya jin sangat takut pada manusia. Namun karena jin berhasil menakut-nakuti manusia maka manusia menjadi takut pada jin. Sebagai seorang muslim seharusnya kita tidak boleh takut sama jin, tetapi kita pun tidak menangtang jin, namun jika jin mengganggu manusia sudah sewajarnya manusia untuk melawannya, 

إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

  Artinya: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Ali Imran 3:175). 

عن مجاهد قال الشيطان أشد فرقا من أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تفرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب 

 Artinya: "Mujahid berkata: "Syaithan itu sebenarnya sangat takut oleh salah seorang dari kalian (manusia). Oleh karena itu, apabila kamu mendapatinya, janganlah takut karena kalau takut, ia akan menunggangi kalian (mengganggu), akan tetapi kerasi (kasarilah), pasti ia akan pergi". (Riwayat Ibn Abi Dunya) Artinya: "Mujahid berkata: "Sesungguhnya setan dan jin kafir itu takut oleh kalian sebagaimana kalian takut oleh mereka" (Riwayat Ibnu Abi Dunya) 

عن مجاهد قال بينا انا ذات ليلة أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال فشددت عليه لآخذه فقام فوثب فوقع خلف الحائط حتى سمعت وقعته فما عاد إلي بعد ذلك

  Artinya: "Imam Mujahid berkata: "Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba muncul makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk ditangkap. Akan tetapi ia bangun dan lompat ke belakang dinding sehingga saya mendengar jatuhnya. Setelah itu, ia tidak penah datang lagi" (Riwayat Ibnu Abi Dunya). 

Jin takluk dan taat kepada Nabi Sulaiman. 

Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan jin dan setan sehingga semuanya dapat bekerja atas perintahnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam ayat al-Qur'an berikut ini dalam surat Shad ayat 36-38: 

Artinya: "Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu" (QS. Shad ayat 36-38). 

Mukjijat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai pengabulan atas doanya yang mengatakan:

 Artinya: "Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seseorang setalahku" (QS Shad 38:35). 

Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah tidak jadi untuk mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka beliau. Dalam sebuah hadits Muslim dikatakan: 

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْنَاهُ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثُمَّ قَالَ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَة اللَّهِ ثَلَاثًا وَبَسَطَ يَدَهُ كَأَنَّهُ يَتَنَاوَلُ شَيْئًا فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ الصَّلَاةِ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ سَمِعْنَاكَ تَقُولُ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا لَمْ نَسْمَعْكَ تَقُولُهُ قَبْلَ ذَلِكَ وَرَأَيْنَاكَ بَسَطْتَ يَدَكَ قَالَ إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي فَقُلْتُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قُلْتُ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ التَّامَّةِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ وَاللَّهِ لَوْلَا دَعْوَةُ أَخِينَا سُلَيْمَانَ لَأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ

Dari Abu Darda berkata : “Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: "Aku berlindung kepada Allah darimu", kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga berkata: "Allah telah melaknatmu" sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai shalat, kami bertanya: "Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Kami juga melihat anda membukakan kedua tangan anda". Rasulullah menjawab: "Barusan Iblis, musuh Allah datang membawa anak panah api untuk ditancapkan di muka saya, lalu aku berkata: "Aku berlindung kepada Allah darimu" sebanyak tiga kali, kemudian saya juga berakata: "Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna" sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya. Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah" (HR. Muslim).‎

Setan takut dan lari oleh sebagian hamba Allah 

Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya dengan benar serta menancapkan keimanannya dengan tangguh, maka setan pun akan takut dan lari. Hal ini misalnya terdapat pada diri Umar bin Khatab. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Turmu-dzi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar: "Sesungguhnya setan sangat takut olehmu wahai Umar" (HR. Turmudzi). 

Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi setan (jin kafir) juga akan takut oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya. 

Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah hadits berikut ini:

 عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم?قال : إن المؤمن لينصي شيطانه كما ينصي أحدكم بعيره في السفر  

Artinya: "Sesungguhnyaorang mukminakan dapat mengendalikan (mengalahkan) syaithannya sebagaimana salah seorang dari kalian yang dapat mengendalikan untanya ketika bepergian" (HR. Ahmad). Bahkan, apabila seseorang betul-betul dan terus menerus taat dan shaleh, ia dapat membawa qarinnya (penyertanya, karena setiap manusia itu pasti disertai oleh setan (jin kafir) di sebelah kirinya dan malaikat di sebelah kanannya atau sering disebut dengan qarin) masuk Islam. 

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:

 عن عبد الله قال قال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} ما منكم من أحدٍ إلا وقد وكل به قرينه من الجن وقرينه من الملائكة قالوا وإياك يا رسول الله قال وإياي ولكن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمرني إلا بخير 

Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada seorangpun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat". Para sahabat bertanya: "Apakah termasuk Anda juga wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan" (HR. Muslim).‎

Tertawa dan Menangisnya Jin 

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa setan akan tertawa ketika seseorang menguap dengan mengeluarkan suara misalnya; "euuuay" atau "haaaa". Hadits bahwa setan tertawa adalah:

 عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : إن الله يحب العطاس ويكره التثاؤب فإذا عطس فحمد الله فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته وأما التثاؤب فانما هو من الشيطان فليرده ما استطاع فإذا قال هاه ضحك منه الشيطان 

 Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci nguap. Apabila seseorang bersin lalu mengucapkan al-hamdulillah, maka muslim yang mendengarnya harus mendoakannya. Adapun menguap datangnya dari setan, karenanya tahanlah sedapatmungkin. Apabila ia menguap terus keluar suara "haaa", maka setan akan tertawa" (HR. Bukhari dan lainnya). 

Sementara setan akan menangis ketika seseorang membaca surat as-Sajdah dan ketika sampai pada ayat sajdahnya yakni ayat yang ke-15, ia melaksanakan Sujud Sajdah. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ : يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ

Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila anak Adam membaca surat as-Sajdah kemudian ia sujud sajdah (ketika membaca ayat sajdahnya ayat ke-15), maka setan akan pergi menangis sambil berkata: "Aduh celaka dan sialnya nasibku" Bani Adam diperintah sujud, maka kemudian dia sujud maka baginya syurga, sedangkan aku ketika diperintah sujud aku menolak maka bagiku neraka (HR. Muslim)

Jin Bisa Bertindak Jahat Kepada Manusia

Terdapat beberapa riwayat shahih yang menunjukkan bahwa jin bisa bertindak jahat kepada manusia. Diantaranya, hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan,

إِنَّ عِفْرِيتًا مِنَ الجِنِّ تَفَلَّتَ البَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَيَّ صَلاَتِي، فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ فَأَخَذْتُهُ، فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبُطَهُ عَلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي المَسْجِدِ حَتَّى تَنْظُرُوا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ دَعْوَةَ أَخِي سُلَيْمَانَ رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي فَرَدَدْتُهُ خَاسِئًا

Sesungguhnya jin Ifrit tiba-tiba menggangguku untuk memutus shalatku tadi malam. Kemudian Allah memberi kemampuan kepadaku untuk mengalahkannya, lalu akupun memegangnya. Kemudian aku ingin mengikatnya di salah satu tiang masjid, sehingga kalian semua bisa melihatnya. Namun aku teringat doa saudaraku Nabi Sulaiman: Wahai Rabku, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku. Kemudian akupun melepaskannya sementara dia dalam kondisi terhina. (HR. Bukhari 3423).

Dalam riwayat lain, jin Ifrir ini membawa obor api, untuk menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadis ini menunjukkan bisa saja jin mengganggu manusia secara fisik, sehingga bisa dipegang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau shalat.

Kemudian, ketika jin berubah wujud menjadi benda lain yang bisa terlihat manusia, jin memungkinkan untuk menyakiti atau bahkan membunuh manusia.

Abu Said al-Khudri menceritakan,

Bahwa dulu ada seorang pemuda yang baru menikah. Ketika peristiwa Khandaq, siang hari, dia meminta izin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pulang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengizinkannya dan berpesan agar dia membawa senjata, karena khawatir akan dibunuh orang Yahudi Quraidzah.

Ketika sampai di rumah, dia melihat istrinya berdiri di pintu. Pemuda inipun cemburu, hingga hendak memukul istrinya.

Istrinya segera mengatakan, ’Tahan dulu, masuklah ke dalam rumah, dan lihat apa yang menyebabkan aku keluar.’

Diapun masuk, ternyata di dalam rumah terdapat ular basar yang melingkar di atas kasur.

Hingga terjadilah perkelahian antara pemuda dan ular, dan keduanya mati. Tidak diketahui, siapa yang lebih dulu mati, ular ataukah pemuda.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ

“Sesungguhnya di Madinah ini ada segolongan jin yang telah masuk Islam. Jika kalian melihat satu dari mereka, maka mintalah kepada mereka untuk keluar (dalam jangka waktu) tiga hari. Jika ia tetap menampakkan diri kepada kalian setelah itu, maka bunuhlah ia, karena sesungguhnya dia itu setan”. (HR. Muslim 2236)

Selalu Tawakkal dan Jangan Takut

Allah menegaskan dalam al-Quran bahwa tipu daya setan, sangatlah lemah.

فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

”Perangilah para pasukan setan, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS. An-Nisa: 76)

Karena itu, selama seseorang berusaha menjaga imannya, dan bersandar kepada Allah, setan tidak akan memiliki kesempatan untuk bisa mengganggu manusia.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ( ) إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. ( ) Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan untuk mengganggu orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.(QS. An-Nahl: 98 – 99) .

Karena itu, orang mukmin tidak perlu takut dengan jin, sebagaimana yang sering digambarkan di televisi. Jin sama sekali tidak memiliki kemampuan mencelakakan manusia selama dia menjaga imannya dan bertawakkal kepada Allah.

Sementara ketika ada orang yang dicelakakan oleh jin, itu bukan karena jin memiliki kekuatan yang hebat, namun karena orang ini membuka peluang bagi setan untuk mengendalikan dirinya. Sehingga jadilah dia budak setan, seperti yang terjadi pada dukun dan peramal.

Allah berfirman menceritakan keadaan orang munafik,

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan setan. ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (QS. Mujadilah: 19).

Kata As-Sudi – ahli tafsir zaman tabiin – (w. 127 H) menjelaskan ayat ini,

وهذا أيضًا تودد منهم إليهم، فإنهم كانوا يصانعون هؤلاء وهؤلاء؛ ليحظوا عندهم ويأمنوا كيدهم، وما ذاك إلا لضعف إيمانهم، وقلة إيقانهم

Ini karena mereka saling mencintai, karena satu sama lain melakukan hubungan saling menguntungkan, untuk saling mengambil manfaat dan menghindari tipu daya lawannya. Itu terjadi karena lemahnya iman mereka dan tipisnya keyakinan mereka. (Ibnu Katsir, 2/436)

Ternyata Jin Lebih Takut kepada Manusia

Imam Mujahid – ulama besar, ahli tafsir tabiin, muridnya Ibnu Abbas – (w. 104 H), beliau menceritakan,

بينا انا ذات ليلة أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال فشددت عليه لآخذه فقام فوثب فوقع خلف الحائط حتى سمعت وقعته فما عاد إلي بعد ذلك

“Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba muncul makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk menangkapnya. Tiba-tiba dia bangun dan lompat ke belakang dinding sehingga saya mendengar jatuhnya. Setelah itu, dia tidak penah datang lagi.” (Riwayat Ibnu Abi Dunya).

Dalam riwayat lain, Imam Mujahid menegaskan,

الشيطان أشد فرقا من أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تفرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب

“Setan itu sebenarnya sangat takut terhadap kalian (manusia), melebihi ketakutan kalian kepadanya. Oleh karena itu, setan menampakkan diri kepada kalian, janganlah kalian lari ketakutan. Karena jika kalian takut, ia akan menunggangi kalian (mengganggu), akan tetapi bersikaplah keras kepadanya, pasti dia akan pergi”. (Riwayat Ibn Abi Dunya)‎

DAPATKAH MANUSIA MENUNDUKKAN JIN?
 
Tidak seorangpun akan mampu menaklukkan dan menguasai jin setelah do'a dari Nabi Sulaiman AS, sebagaimana firman Allah SWT:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاء حَيْثُ أَصَابَوَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاء وَغَوَّاصٍوَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab." (QS Shod [38]:35-39)

Berkata Syaikh Ahmad bin Nashir bin Muhammad al-Hamd ra: "Tetapi didapatkan penguasaan dan penundukkan manusia terhadap jin tidaklah mungkin, karena adanya perbedaan bentuk keduanya. Manusia tidak bisa melihat jin dan dari sini (diketahui) bahwa manusia tidaklah dapat menguasai dan menundukkan jin. (Penundukkan dan penguasaan ini) didapatkan dari syaitan sebagai hasil dari penundukkan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Maka jin yang ditundukkan manusia, hakikatnya ia tertundukkan oleh syaitan yang memiliki kekuasaan dan kekuatan terhadap sang jin itu sendiri, dan hal ini adalah sebagai timbal balik dari pelaksanaan manusia itu terhadap apa yang dikehendaki oleh syaitan darinya, yang berupa kefasikan, maksiat dan keluar dari ajaran-ajaran agama. Dari sini diketahui, (pada hakekatnya) manusialah yang menjadi budak bagi syaitan (bukan syaitan atau jin ditundukkan olehnya)." (As-Sihr Baina Haqiqoh wal Khoyal:211)‎
Kejadian mengeluarkan jin dari tubuh seseorang juga pernah terjadi pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Antara lain ditunjukkan oleh hadits-hadits berikut ini:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ قَالَ لَمَّا اسْتَعْمَلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الطَّائِفِ جَعَلَ يَعْرِضُ لِي شَيْءٌ فِي صَلَاتِي حَتَّى مَا أَدْرِي مَا أُصَلِّي فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ رَحَلْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ابْنُ أَبِي الْعَاصِ قُلْتُ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا جَاءَ بِكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَرَضَ لِي شَيْءٌ فِي صَلَوَاتِي حَتَّى مَا أَدْرِي مَا أُصَلِّي قَالَ ذَاكَ الشَّيْطَانُ ادْنُهْ فَدَنَوْتُ مِنْهُ فَجَلَسْتُ عَلَى صُدُورِ قَدَمَيَّ قَالَ فَضَرَبَ صَدْرِي بِيَدِهِ وَتَفَلَ فِي فَمِي وَقَالَ اخْرُجْ عَدُوَّ اللَّهِ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ الْحَقْ بِعَمَلِكَ قَالَ فَقَالَ عُثْمَانُ فَلَعَمْرِي مَا أَحْسِبُهُ خَالَطَنِي بَعْدُ

Dari Utsman bin Abil ‘Ash, dia berkata: Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikanku gubernur di Thaif, ada sesuatu yang mendatangiku di dalam shalatku, sehingga aku tidak mengetahui shalatku. Ketika aku melihat hal itu, aku pergi kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bertanya,”(Itu) Ibnu Abil ‘Ash?” Aku menjawab,”Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya,”Apa yang menyebabkanmu datang?” Aku menjawab,”Wahai, Rasulullah. Ada sesuatu yang mendatangiku di dalam shalatku, sehingga aku tidak mengetahui shalatku. ” Beliau berkata,” Itu adalah setan, mendekatlah engkau!” Maka aku mendekati Beliau, lalu aku duduk di atas ujung-ujung telapak kakiku. Lalu Beliau memukul dadaku dengan tangannya dan meludahi mulutku, seraya berkata,”Keluarlah wahai musuh Allah!” Beliau melakukannya tiga kali, lalu bersabda, ”Kembalilah kepada tugasmu”.
Utsman mengatakan,”Sungguh aku tidak menyangkanya mengangguku setelah itu.” [HR Ibnu Majah, no. 3548)

Menghadirkan arwah, baik dengan cara merasukkan pada tubuh seseorang lalu arwah tersebut berbicara tentang segala sesuatu yang dikehendaki oleh orang yang mendatangkannya atau dengan cara menampakkannya dalam bentuk orang yang telah meninggal dunia dan kemudian berjalan di kamar atau berbicara dengan orang yang ada disekitarnya (penampakan).
Catatan: 
Arwah atau roh yang disangkakan datang kepada penghadir roh tersebut pada hakikatnya adalah jin yang bekerja sama dengannya. Bukan roh orang yang diminta kehadirannya (sebab sebagai Muslim kita tahu bila meninggal seorang manusia maka rohnya akan berpindah ke alam kubur dan terputus seluruh hubungannya dengan dunia, kecuali tiga hal.

Tentang ini Rasulullah SAW bersabda:

إذا مات العبد انقطع عنه عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له

"Jika seseorang telah meninggal, maka putuslah semua amalannya kecuali 3 hal: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya." (HR Bukhori)

MENGAMBIL SUMPAH DARI JIN‎

Tidaklah diperkenankan seorang muslim ketika melakukan ruqyah syar'iyyah mengambil janji dengan nama Allah kepada jin yang mengganggunya. Hal ini dikarenakan jin sering bersumpah dengan nama Allah, namun mereka banyak melanggarnya.

Demikianlah yang dapat kita kaji bersama pada topik kita kali ini, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Kami mohon maaf jika terdapat beberapa kesalahan dan hal-hal yang kurang berkenan dalam topik ini. Dan segala puji dan sanjungan teriring kecintaan dan pengagungan hanya milik Allah semata.‎

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan shahabatnya.

ماً الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”‎ (QS Al-Ahzab [33]:5)‎

Penjelasan Tentang Zina Hati


Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman ;
 خائنة الاعين وما تخفى الصدور‎

Artinya : Dan (Allah) mengetahui (pandangan) mata yg khianat dan apa yg di sembunyikan oleh hati. (QS. Ghaafir : 19)

Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata:

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن نظر الفجاءة فأمرنى ان اصرف بصرى
 
Aku bertanya kepada Rasulullah saw dari pandangan tiba2 (tdk sengaja) maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku. (HR. Muslim)

makna pandangan tiba2 adalah pandangan kpd wanita ajnabiyah tanpa sengaja, tidak  ada dosa baginya pada pandangan pertama dan wajib untuk memalingkan pada saat itu juga.

Apabila di palingkan pada saat itu juga maka tidak berdosa tapi apabila terus-menerus memandang, maka berdosa berdasarkan hadist ini.

Seorang penyair berkata:

كل الحودث مبدأها من النظر * ومعظم النار من مستصغر الشرر.

كم نظرة بلغت فى قلب صاحبها * كمبلغ السهم بين القوس والوتى.

والعبد ما دام ذا طرف يقلبه * فى اعين الناس موقوف على الخطر.

يسر مقلته ماضر مهجته * لا محر حبا بسر ورعاد بالضرر.

Seluruh malapetaka sumbernya berasal dari pandangan dan besarnya nyala api berasal dari bunga api yg kecil.

Betapa banyak pandangan yg jatuh menimpa hati yg memandang sebagaimana jatuhnya anak panah yg terlepaskan antara busur dan talinya.

Selama seorang hamba masih memiliki mata yang bisa ia bolak balik maka ia sedang berada di atas bahaya di antara pandangan manusia.
Menyenangkan mata apa yang menjadikan penderitaan jiwa sungguh tdk ada kelapangan dan keselamatan dengan  kegembiraan yang  mendatangkan penderitaan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi s‎hallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا العَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ المَنْطِقُ، والقلب تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ

“Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: Zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas menjelaskan kepada kita hakikat zina hati yang dilakukan manusia. Membayangkan melakukan sesuatu yang haram, yang membangkitkan syahwat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sejenis, itulah zina hati.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat yang lain bersabda:

الْعَيْنُ تَزْنِي، وَالْقَلْبُ يَزْنِي، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا الْقَلْبِ التَّمَنِّي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ مَا هُنَالِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata dengan melihat (yang diharamkan), zina hati dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad)

Syarah 'Uquudul lujain

(وَقَالَ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُتِبَ عَلَىَ ابْنِ آدَمَ) أي قضى عليه وأثبت في اللوح المحفوظ (نَصِيبُهُ مِنَ الزّنَا) أي مقدماته كما نقله العزيزي عن المناوي (مُدْرِكٌ) أي فهو مدرك (ذَلِكَ)  أي ما كتب عليه (لاَ مَحَالَةَ) بفتح الميم أي لا بد ولا شك (فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النّظَرُ) إلى ما لا يحل (وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ)  إلى ما لا ينبغى شرعا (وَاللّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ) بما لا ينفع دنيا ولا دينا (وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ) أي القهر والأخذ بالعنف (وَالرّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا) بضم الخاء المعجمة  أي نقل الأقدام إلى مل لا يحل (وَالْقَلْبُ يَهْوَى) بفتح الواو أي يحبّ (وَيَتَمَنَّى) مالايحل (وَيُصَدّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذّبُه) أي بالإتيان بما < ص 17 > هو المقصود من ذلك، أو بالترك. رواه مسلم عن أبي هريرة. 

Rosulullah SAW bersabda : Telah di tetapkan atas bani adam,jika tertulis di lauhil mahfudz ia berzina,maka itu akan terjadi,pasti !
Zina kedua mata adalah melihat pada hal yang tidak halal baginya,Zina kedua kuping adalah ketika diperdengarkan pada hal yang tak sepantasnya di dengar menurut syara' ,Zina lisan adalah digunakan untuk mengatakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya bagi dunia dan agamanya,Zina tangan adalah merebut paksa ,Zina kaki adalah digunakan untuk melangkah/berjalan menuju tempat yang tidak halal baginya,Dan hati ketika ditumpangi syahwat dan berharap sesuatu yang tak halal,adakalanya farjinya ikut membenarkan atau menganggap itu hanya dusta.

Jadi, “sesuatu” yang hendaknya kita hindari itu adalah yang mengarah pada hubungan kelamin. Inilah yang dimaksud dengan “sedangkan alat kelamin membenarkan atau mendustakan itu [semua]”.

Dengan demikian, melihat nonmuhrim tidak selalu merupakan zina mata. Yang tergolong “zina mata” (berzina dengan mata) adalah melihat dengan syahwat. Misalnya:memandangi foto porno, mengintip cewek mandi, dsb.

Secara demikian pula,menyampaikan kata-kata mesra kepada sang pacar bukanlah tergolong “zina lisan”. Yang tergolong “zina lisan” adalah yang disertai dengan nafsu birahi. Contohnya: ucapan mesum kepada sang kekasih, “Aku ingin sekali meletakkan mulutku ke mulutmu berpagutan dalam ciuman.”

Dengan demikian pula, merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika memikirkan si dia bukanlah tergolong “zina hati”. Pengertian “zina hati” (berzina dalam hati) adalah mengharap dan menginginkan pemenuhan nafsu birahi. Contohnya: berpikiran mesum, “Kapan-kapan aku akan ke tempat kostnya saat sepi tiada orang lain. Siapa tahu dia mau kuajak ‘begituan’.”

Demikian pula untuk “zina tangan”, “zina kaki”, dan berbagai aktivitas mendekati-zina lainnya.

Apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan zina hati? Adakah jatuh cinta kepada seseorang itu dianggap zina hati? Adakah teringatkan seseorang itu zina hati? Mungkin sebahagian daripada kita akan menjawab: “Ya, itulah zina hati”. Apabila ditanya lagi mengapa itu zina hati? Jawab mereka: “Kerana kita mengingati seseorang yang ajnabi (bukan mahram) yang tidak halal buat kita”!!!

Kalau anda meletakkan sebab pengharamannya adalah kerana dia ajnabi tidak halal bagi kita, bagaimana anda mahu menafsirkan firman Allah dalam Al-Qur’an tentang Sahabat Nabi yang teringatkan perempuan ajnabiyyah yang tidak halal buatnya? 

Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah, ayat ke-235:

عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِنْ لا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرّاً إِلَّا أَنْ تَقُولُوا قَوْلاً مَعْرُوفاً

Dalam ayat ini dan ayat sebelumnya, menceritakan tentang عدة / iddah (tempoh suci) perempuan yang bercerai dengan suaminya. Kemudian ada lelaki ajnabi yang mengintai-intai peluang untuk melamar perempuan ini. Lalu Allah berfirman ((Allah Maha Mengetahui bahawa kamu akan mengingati perempuan tersebut, tetapi jangan kamu berjumpa dengan perempuan itu secara rahsia kecuali dengan berkata-kata perkara yang baik.

Syed Qutb dalam tafsirnya berkata: “Dan Allah telah mengharuskannya kerana itu berkaitan dengan kecenderungan fitrah yang halal pada asalnya, harus pada zatnya … dan Islam itu tidak menghancurkan kecenderungan fitrah tetapi membajainya, dan tidak menekan naluri kemanusiaan tetapi mengawalnya. (Rujuk Fi zilali Qur’an oleh Syed Qutb, jilid 1, m/s 238).

Bukankah perempuan yang baru berpisah dengan suaminya merupakan perempuan ajnabiyyah kepada lelaki lain yang mahu melamarnya??? Tapi mengapa Allah langsung tidak mengatakan kepada lelaki ajnabi itu tak boleh mengingati perempuan tetapi hanya berpada dengan berkata (Allah Maha Mengetahui bahawa kamu akan mengingati perempuan tersebut tetapi jangan kamu berjumpa dengan dia secara rahsia).

Justeru apa yang dapat difahamai daripada ayat tersebut adalah: Tiada masalah dalam mengingati perempuan tersebut, tapi jangan fikir nak buat yang bukan-bukan yang bertentangan dengan syarak’. Itulah apa yang sepatutnya difahami daripada firman Allah tersebut. 

Kalau mengingati perempuan yang ajnabiyyah itu zina hati, tentunya Allah melarang para sahabat daripada mengingati perempuan, tetapi Allah sendiri tidak melarang bahkan memberi izin. 

Justeru, yang dimaksudkan dengan zina hati itu adalah hati yang menaruh niat untuk berzina, menikmati hubungan persetubuhan luar nikah. Itu yang dimaksudkan dengan zina hati. Rujuk kembali konteks hadith berkaitan zina hati secara keseluruhan. Tidakkah di pengakhiran hadith tersebut Nabi ada menyebut:

وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ وَيُكَذِّبُهُ

Maksudnya: (dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya). 
Bermakna semua perkara daripada tangan, kaki, telinga, mata, lidah, hati yang menuju ke arah persetubuhan haram barulah dipanggil dengan zina. Sebab itu disebut di pengakhiran hadith (Kemaluan itu yang akan menentukan berlaku atau tidak berlakunya zina). 

Sebab itu Ibnu Mas’ud menambah dengan katanya:

"فإن صدقه بفرجه كان زانيا وإلا فهو اللمم" أخرجه البيهقي في شعب الإيمان (5/393، رقم 7060

Maksudnya: “Jika dia mengiyakannya (kehendak berzina) dengan kemaluannya maka dia menjadi penzina, jika tidak maka itu adalah Al-Lamam (dosa kecil)”. Dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Shu’abul Iman (5/393, no 7060).

Jadi, zina kecil yang disebutkan itu adalah yang mengarah pada hubungan kelamin luar nikah. Oleh itu, melihat bukan mahram bukanlah serta-merta boleh digolongkan sebagai zina mata. Yang tergolong “zina mata” adalah pandangan yang menggoda dan penuh syahwat. 

Dengan itu juga, menyampaikan kata-kata mesra kepada bukan mahram bukanlah semestinya tergolong sebagai “zina lisan”. Yang tergolong sebagai “zina lisan” adalah kata-kata pujuk rayu dan godaan kepada nafsu berahi. 

Begitu juga halnya dalam masalah mengingati atau merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika memikirkan si dia, bukanlah serta merta boleh tergolong sebagai “zina hati”. Pengertian “zina hati” adalah mengharap dan menginginkan kepada persetubuhan luar nikah sebagai memenuhi syahwat. 

EKSTREMIS DI DALAM ISU ZINA HATI

“Melihat perempuan itu haram”

“Mendengar suara perempuan itu haram”

“Mengingati bayangan perempuan itu haram”

“Semua itu adalah zina”

Biasa mendengar klausa-klausa kata sebegitu?...hehe. Banyak kali dengar kan? Mungkin agaknya mereka mahu menjadikan perempuan itu sebagai makhluk haram di atas planet bumi ini, dan bagi perempuan pula mereka mahu menjadikan makhluk lelaki sebagai makhluk haram di atas planet bumi ini.

Sampai begitu sekalikah pandangan anda tentang pengharaman segala yang datang daripada perempuan atau segala yang datang daripada lelaki? Sedangkan khinzir pun tidak sampai ke tahap itu diharamkan dalam Al-Qur’an. Yang hanya diharamkan adalah makan dagingnya sahaja. 

Apakah sebenarnya pengharaman dalam masalah perhubungan antara lelaki dan perempuan? Adakah perempuan itu haram semata-mata kerana dirinya حرام لذاته / haram lizatihi, atau haram kerana perkara luaran lain حرام لغيره / haram lighairihi?

Melihat perempuan itu haram sebab apa? Adakah semata-mata pandangan kepada perempuan itu haram atau pandangan itu haram disebabkan unsur luaran lain? 

Tentunya pandangan yang diharamkan adalah pandangan yang disertai dengan syahwat, pandangan yang menggoda dan bernafsu. Itulah sebab kepada pengharaman pandangan bukan semata-mata kerana pandangan biasa.

Suara perempuan itu haram sebab apa? Adakah semata-mata suara kepada perempuan itu haram atau suara itu haram disebabkan unsur luaran lain? 

Tentunya suara yang diharamkan adalah suara yang dilunakkan untuk menarik perhatian, suara manja mendodoi, suara-suara gedik. Suara sebegitulah yang diharamkan bukan semata-mata suara biasa.

Mengingati perempuan itu? Adakah semata-mata ingat kepada perempuan itu haram atau ingatan itu haram disebabkan unsur luaran lain? 

Tentunya ingatan yang diharamkan adalah ingatan yang membayangkan keseksian susuk tubuh perempuan, membayangkan untuk bersetubuh dengan perempuan dan bayangan yang membangkitkan berahi. Ingatan dan bayangan sebegitulah yang diharamkan bukan semata-mata ingatan biasa.

Itulah hal-hal yang dipanggil zina kecil. Pengakhiran yang menentukannya adalah kemaluannya sama ada menjebakkannya ke kancah perzinaan hakiki atau tidak.

SEJAUH MANA DOSA ZINA TANGAN, KAKI, TELINGA, MATA, LIDAH, HATI?

Ibnu Mas’ud mengatakan bahawa:

"فإن صدقه بفرجه كان زانيا وإلا فهو اللمم" أخرجه البيهقي في شعب الإيمان (5/393، رقم 7060

Maksudnya: “Jika dia mengiyakannya (kehendak berzina) dengan kemaluannya maka dia menjadi penzina, jika tidak maka itu adalah Al-Lamam (dosa kecil)”. Dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Shu’abul Iman (5/393, no 7060).

Kata Ibnu Abbas pula: 

"مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَشْبَهَ بِاللَّمَمِ مِمَّا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنْ الزِّنَا أَدْرَكَهُ لَا مَحَالَةَ وَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ)". رواه البخاري (8/67، رقم 5774) ومسلم (8/52، رقم 4801).

“Aku tidak melihat sesuatu yang lebih menyerupai Al-Lamam itu kecuali daripada kata-kata Abu Hurairah daripada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam (Sesungguhnya Allah mencatatkan bahagian zina yang tidak dapat tidak berlaku ke atas anak-anak Adam. Zina mata itu adalah pandangan, zina lidah itu adalah ucapan, nafsu mengharap dan berkeinginan, dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya)”. Riwayat Imam Bukhari (8/67, no 5774), dan Imam Muslim (8/52, no 4801).

Apa yang dimaksudkan dengan Al-Lamam??? Al-Lamam bermaksud dosa kecil yang tidak akan selamat daripadanya kecuali mereka yang dilindungi dan dijaga oleh Allah. Ibnu Mas’ud, Abu Said, Huzaifah, dan Masruq berpendapat bahawa: Al-Lamam itu ialah selain daripada bersetubuh, sama ada ciuman, sentuhan, pandangan, dan baringan. (Rujuk Tafsir Al-Qurthubi, jilid 17, m/s 106, cetakan Dar Alamil kutub).

Perkataan Al-Lamam ini disebut dalam firman Allah dalam Al-Qur’an, Surah An-Najm , ayat ke-32 :

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
(31) الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ ...... 

Maksudnya: Dan bagi Allah segala yang di langit dan di bumi, supaya dia membalas mereka yang berbuat buruk dengan apa yang mereka kerjakan, dan membalas mereka yang baik dengan kebaikan. Mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perkara-perkara keji kecuali Al-lamam, Sesungguhnya Tuhan kamu Maha Luas keampunannya…

Contoh daripada hadith ini mungkin boleh membantu soal pengampunan dosa Al-Lamam:

نَّ رُجلا أصَابَ من امرأَةٍ قُبْلَة، فأتَى النبيَّ صلى الله عليه وسلم، فذكر ذلك له، فَنزلت ((وأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهارِ وَزُلَفا مِنَ اللَّيْلِ، إنَّ الْحَسَناتِ يُذْهِبْنَ السَيِّئاتِ ذلكَ ذِكْرى لِلذَّاكِرين)) [ هود : 116]. فقال الرجل : يا رسول اللّه، أَلِيَ هذه ؟ قال: «لمنْ عمل بها من أُمَّتي». أخرجه البخاري (1/140)، ومسلم (8/101). 

Maksudnya: Seorang lelaki telah mencium seorang perempuan, lalu dia datang bertemu Nabi dan menceritakan perkara itu kepada Nabi”. Lalu turunlah ayat ((Dan dirikanlah solat pada sebahagian hari dan hujung malam, sesungguhnya kebaikan itu akan menghapuskan keburukan, itu adalah ingatan kepada mereka yang mengingati)) [Surah Hud, ayat ke-116]. Lalu lelaki tersebut berkata: “Wahai Rasulullah, adakah bagiku (sahaja) hal ini? Sabda Nabi: (Bahkan bagi orang melakukannya daripada umatku). Riwayat Imam Bukhari (1/140) dan Imam Muslim (8/101).

Lelaki tersebut telah melakukan zina kecil, iaitu mencium seorang perempuan bukan mahram. Bagaimana untuknya menghapuskan dosa zina kecil tersebut? Jawabnya adalah dengan berbuat kebaikan, insyaAllah kebaikan yang dibuat itu akan menghapuskan dosa yang dilakukan.

APA HUKUM BERCINTA?

Pertamanya, apa maksud bercinta itu? Adakah maksudnya memiliki dan berkongsi perasaan cinta antara lelaki dan perempuan? Atau maksudnya keluar berdua-duaan dan bermesra dengan jalan berpimpin tangan dan segala aktiviti lain? 

Saya rasa semua bersetuju bahawa kalau maksudnya keluar berdua-duaan dan bermesra dengan jalan berpimpin tangan dan segala aktiviti lain maka saya kira semua daripada kita akan bersetuju tentang keharamannya.

Tetapi kalau maksudnya, memiliki dan berkongsi perasaan cinta antara lelaki dan perempuan, apakah juga termasuk dalam perkara yang haram? Apakah yang salahnya di situ? Mungkin ada yang akan menjawab, tak boleh, kerana bercinta sebelum kahwin itu akan mengundang dosa dengan melakukan perkara-perkara tak baik. 

Baik kalau begitu, bercinta itu tidak haram pada asalnya tetapi bertukar menjadi haram kerana tidak mematuhi batas-batas yang dibenarkan. Pendek kata, pengharaman itu berlaku bukan pada perasaan tersebut tetapi pada perkara luar. Atau dengan bahasa usul Fiqhnya cinta itu bukannya حرام لذاته / haram lizatihi, tetapi bertukar menjadi حرام لغيره / haram lighairihi kerana perkara lain.

Bermakna selagi mana batas-batas pergaulannya terjaga maka cinta itu tiada sebab dan alasan untuk diharamkan. 

Justeru, tidak sepatutnya wujud antara kita yang semudah-mudahnya mahu menghukum mereka yang menyimpan perasaan cinta antara satu sama lain itu sebagai haram kerana perasaan cinta itu adalah fitrah manusia yang suci. Hanya apabila batas-batas pergaulan dilanggar barulah hukumnya bertukar menjadi haram.

Makan daging lembu itu adalah halal, tetapi makan daging lembu yang dicuri adalah haram, bukan kerana daging itu, tetapi kerana masalah curi. Bagi menghalalkan kembali daging tersebut, bayar sahaja wang harga daging kepada tuan punyanya.

Begitu juga dengan cinta. Menyimpan dan berkongsi perasaan cinta dengan bukan mahram itu adalah satu perkara fitrah dan diharuskan dalam agama, tetapi apabila perasaan itu disertai dengan kehendak untuk persetubuhan haram (zina), maka diharamkan, bukan kerana perasaan tersebut tetapi kerana niat untuk persetubuhan haram tersebut. Justeru, bagi menghalalkan kembali hubungan cinta yang terjalin, perkara-perkara haram yang timbul perlu dibuang.

Memiliki dan berkongsi perasaan cinta ini yang halal ini diperakui oleh Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رجلاً قال: "يا رسول الله في حجري يتيمة قد خطبها رجل موسر ورجل معدم، فنحن نحب الموسر وهي تحب المعدم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (لم نر للمتحابين غير النكاح)". أخرجه ابن ماجه (1/593، رقم 1847)، والطبرانى (11/17، رقم 10895)، والحاكم (2/174، رقم 2677) وقال: صحيح على شرط مسلم، والبيهقى (7/78، رقم 13231).

Maksudnya: Daripada Ibnu Abbas, bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, aku ada memelihara seorang anak yatim perempuan. Dia dilamar oleh orang kaya dan orang miskin. Kami suka kalau dia memilih yang kaya, tetapi dia cinta kepada yang miskin. Maka berkata Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: (Kami tidak melihat perkara yang sesuai bagi orang yang saling menyintai itu kecuali kahwin)”. Hadith diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1/593, no 1874), At-Tabarani (11/17, no 10895), Al-Hakim (2/174, no 2677) dan berkata bahawa “hadith ini sahih mengikut syarat Imam Muslim”, dan Imam Baihaqi (7/78, no 13231).

Nabi langsung tidak mencela perasaan cinta yang dimiliki anak yatim perempuan tersebut sebelum berkahwin. Nabi hanya berkata bahawa perkara yang sesuai kepada orang yang saling menyintai itu adalah kahwin.

Hadith seterusnya berkenaan cinta Mughith kepada Barirah:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِي وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعبَّاسٍ: يَا عَبَّاسُ، أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا). فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (لَوْ رَاجَعْتِهِ). قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِي؟ قَالَ: (إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ) قَالَتْ: لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ. أخرجه البخارى (5/2023، رقم 4979)، وأبوداود (2/270، رقم 2231)، والنسائى (8/245، رقم 5417)، وابن ماجه (1/671، رقم 2075)، وأخرجه أيضًا ابن حبان (10/96، رقم 4273).

Maksudnya: Daripada Ibnu Abbas (dia berkata): “(Bekas) Suami Barirah adalah seorang hamba dipanggil Mughith. Seolah-olah aku melihatnya sekarang mengekori belakang Barirah dengan bercucuran air mata atas janggutnya. Nabi lalu berkata kepada Abbas: (Wahai Abbas, tidakkah engkau takjub dengan kecintaan Mughitgh kepada Barirah, dan kebencian Barirah kepada Mughith?. Kata Nabi kepada Barirah: (Kalaulah kamu dapat kembali kepadanya). Barirah lalu berkata: “Wahai Rasulullah, adakah kamu memerintahkan aku? Nabi berkata: (Aku hanya menjadi juru runding). Barirah berkata: “Aku tak punya hajat pada Mughith”. Hadith riwayat Imam Bukhari (5/2023, no 4979), Abu Daud (2/270, no 2231), Imam An-Nasa’I (8/245, no 5417), Ibnu Majah (1/671, no 2075), juga Ibnu Hibban (10/96, no 4273).

Apa yang dapat difahami daripada hadith ini adalah:

1) Nabi tidak pernah melarang Mughith daripada terus mencintai Barirah walaupun Barirah telah menjadi ajnabiyyah buatnya.

2) Nabi bahkan mengambil inisiatif bagi melihat cinta itu berjaya dengan memujuk Barirah supaya kembali kepada Mughith, tetapi apakan daya Barirah tetap menolak.

3)Nabi tidak memberikan sebarang komen terhadap Mughith yang setia mengekori Barirah untuk memujuknya. Bahkan Nabi bersabda kepada Abbas: (Tidakkah engkau takjub dengan kecintaan Mughitgh kepada Barirah, dan kebencian Barirah kepada Mughith?)

Lihat bagaimana ajaran Islam yang bersifat sesuai dengan realiti kehidupan berdepan dengan masalah manusia. Sayangnya ajaran Islam yang bersifat realistik dan meraikan fitrah manusia ini, dicemarkan oleh sebahagian daripada kita yang terlampau bersemangat dalam membasmi masalah gejala sosial, sehingga dalam sedar atau tidak sedar mereka turut membasmi fitrah manusia dan menjadikan ajaran Islam seolah-olah hanya merupakan fantasi kehidupan yang tidak pernah wujud.

Islam datang bukan untuk berkata: “Jangan menyintai dan buang perasaan cinta itu”, tetapi datang dengan mengajarkan kita bahawa andainya kamu jatuh cinta, maka barhati-hatilah agar cinta itu tidak membuatkan kamu terpesong daripada kebenaran. 

Islam juga datang bukan untuk mengatakan kepada kita: “Jangan kamu membenci sesama kamu”, tetapi datang untuk mengajarkan andainya kamu membenci seseorang maka biarlah berpada-pada jangan sampai membutakan kamu daripada kebenaran. 

Jatuh cinta adalah perkara yang tidak mampu dikawal, hal itu terletak pada kuasa Allah dan Allah tidak akan menzalimi hambaNya dengan membebankan mereka dengan perkara-perkara yang tidak mereka mampu melakukannya. Masalah yang diperbahaskan dalam ilmu usul fiqh sebagai التكليف بما لا يطاق / Attaklif bima la yutaq.

Sedangkan Nabi sendiri pun meminta pengecualian daripada Allah dalam urusan berlaku adil antara isterinya dalam perkara yang melibatkan hati dan perasaan. 

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْسِمُ بَيْنَ نِسَائِهِ فَيَعْدِلُ، وَيَقُولُ: (اللَّهُمَّ هَذِهِ قِسْمَتِي فِيمَا أَمْلِكُ فَلَا تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلَا أَمْلِكُ). قال الترمذي: إِنَّمَا يَعْنِي بِهِ الْحُبَّ وَالْمَوَدَّةَ كَذَا فَسَّرَهُ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ. أخرجه الترمذي (1140)، وأبو داود (2134)، والنسائي (7/63).

Maksudnya: “Daripada Aisyah bahawa Nabi membahagikan antara isteri-isterinya dengan adil dan dia berkata: (Ya Allah, ini adalah pembahagian aku daripada apa yang aku miliki, janganlah Engkau mencela aku pada perkara yang Engkau miliki tapi tidak aku miliki). Berkata Imam Tirmizi: Sesungguhnya yang dimaksudkan itu adalah perasaan cinta dan sayang sebagaimana tafsiran ahli ilmu. Hadith dikeluarkan oleh Imam Tirmizi (1140), Imam Abu Daud (2134), dan Imam Nasa’I (7/63).

Jelas melalui hadith tersebut bahawa perasaan cinta dan sayang tidak mampu dikawal oleh manusia. Mustahil bagi seorang lelaki yang beristeri empat contohnya mahu berlaku adil terhadap isteri-isterinya dalam soal hati dan perasaan. Sebab itu Nabi sendiri memohon kepada Allah supaya tidak mencelanya pada perkara yang tidak dimiliki olehnya dan tidak termampu baginya untuk melakukan.

Hal sebegini disedari dengan baik oleh para sahabat. Dalam suatu kisah yang melibatkan Sayyidina Umar sendiri diceritakan bahawa telah datang kepadanya seorang lelaki dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku telah melihat seorang perempuan lalu aku jatuh cinta kepadanya”. Lalu Sayyidina Umar Bin Khattab berkata: “Itu adalah perkara yang tidak mampu dikawal”. Rujuk Al-Jawab Al-Kafi oleh Ibnul Qayyim, m/s 164, cetakan Darul Kutubil Ilmiyyah.

Hal ini berlaku kerana sememangnya manusia itu akan mudah jatuh cinta kepada sesiapa yang berkongsi keserasian dengannya, bak sabda Nabi dalam sebuah hadith:

الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف. أخرجه البخارى (3/1213، رقم 3158). 

Maksudnya: (Roh-roh itu adalah ibarat tentera yang saling berpasangan, mana-mana roh yang secocok maka roh-roh itu akan bersatu, mana-mana roh yang tak secocok maka roh-roh itu akan berselisih). Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (3/1213, no 3158).

CONTOH-CONTOH KEKELIRUAN

1) "Astaghfirullahalazim! Apa yang telah aku lakukan? Bukankah berhubung dengan berlainan mahram sehingga membibitkan perasaan cinta itu HARAM berdosa"

Komen saya: Alangkah jahilnya. Bagaimana mungkin perasaan cinta yang timbul dalam hati itu dianggap haram dan berdosa??? 

2) Zinanya hati ini berlaku apabila hati kita menginginkan sesuatu yang haram bagi kita secara berlebih-lebihan. Sebagai contoh, keinginan itu seperti ingin dirindui, dicintai, dibelai, mengingati si dia lebih daripada kita mengingati Tuhan.

Komen saya: Masih gagal memahami maksud zina hati dengan baik. Yang pertama katanya zina hati adalah: Menginginkan perkara haram secara berlebihan. Kalau begitu, menginginkan perkara haram secara tak berlebihan tu kira oklah ya??? 

Yang kedua, contoh yang diberikan itu satu pun tidak termasuk dalam zina hati, hal-hal itu bukan termasuk dalam bab zina hati, tetapi termasuk dalam bab lagho dan melakukan perkara yang harus dengan berlebihan.

3) Seorang lelaki teringatkan perempuan, itu zina hati kan? Saya pun kurang jelas dgn konsep zina hati ni. Jadi maknanye kalau teringat saja kat bukan mahram kite tu dah kira zina ya? Satu lagi, lelaki tersebut sahaja yg berdosa atau pun keduanya?

Komen saya: Lelaki ingatkan perempuan itu zina hati? Perempuan ingatkan lelaki zina hati? Heheh… luasnya skop. Kalau macam tu, lelaki lepas ni janganlah ingat kepada ustazah kat sekolah, perempuan pula jangan ingatkan ustaz kat sekolah. Itu semua zina hati tu, berdosa tau tak…hehe. Come on lah, sudahlah maksud zina hati itu pun tak faham, mudah-mudah sahaja memberi pandangan. 

Adapun soal siapa yang berdosa dalam hal ini, jawabnya tiada sesiapa yang berdosa baik lelaki mahupun perempuan kerana itu bukan zina hati. 

4) Saya ada kemusykilan di sini. Seandainya pasangan ini sudah berniat untuk berkahwin, adakah rindu antara mreka juga dikatakan zina hati? 

Maka menjawablah seorang ustazah: “Yap!! selagi belum berkahwin”.

Komen saya: Soalannya bagus. Tetapi jawapan yang diberikan oleh ustazah itu cukup mengecewakan. Ustazah, tolonglah fahami maksud zina hati itu dengan baik sebelum memberikan jawapan. Boleh ustazah?

5) Dalam tak sedar, kita boleh melakukan zina. Benda yang kita tak nampak, tapi dosa besar. Dalam diam, kita dah lakukan zina. Bukan dari luaran, tapi dalaman. Astghfirullahala'zim. Kita sekarang terlalu terdedah dengan benda-benda yang lagho. Lupa mengingati Allah.

Komen saya: Dosa besar??? Sejak bila pula zina tangan, kaki, mata, mulut, hati itu tergolong dalam dosa besar??? Telah saya jelaskan bahawa itu semua termasuk dalam kategori dosa kecil yang disebut sebagai Al-Lamam. Dosa sebegini terampun hanya dengan melakukan perkara kebaikan biasa seperti berwudhuk, solat, zikir dan sebagainya lagi tanpa memerlukan taubat khusus.

Soal lagho dan lupa mengingati Allah itu soal lain. Kalau nak bercerita tentang lupa mengingati Allah ni, semua manusia tidak terlepas termasuklah para sahabat Nabi terdahulu kerana kita adalah manusia bukan malaikat. Cubalah menjadi manusia yang baik, jangan cuba menjadi malaikat. 

Seorang sahabat Nabi bernama Hanzalah mengadu kepada Nabi dengan berkata: “Wahai Nabi, sesungguhnya Hanzalah telah menjadi munafiq”. Nabi berkata: (Apa maksudmu?). Kata Hanzalah: “Apabila kami berada bersama Kamu, kami ingat kepada Akhirat, tetapi apabila kami pulang bersama keluarga, anak-anak, dan harta kami, kami banyak lupa”. Sabda Nabi: (Demi Allah yang diriku dalam kekuasaanNya, kalau kamu terus kekal seperti hal kamu ketika bersamaku, nescaya malaikat akan berjabat tangan dengan kamu di bilik kamu dan jalan-jalan. Tetapi Hanzalah, ada masa masanya). Riwayat Imam Muslim (8/95, no 4937) 

6) Jika kita rindu seseorang ajnabi kerana kita memang couple dengan dia, tak kiralah berjumpa atau tidak, itu dikira zina hati. Kalau tak couple, tapi mungkin minat, dan lama-lama jadi rindu jika tak berjumpa, pada mulanya fitrah, tetapi apabila tak dikawal, dielak, tak mujahadah, itu boleh menjadi zina hati.

Komen saya: Pulak dah, ada beza pula ya antara yang bercouple dengan tak bercouple. Jawapan yang langsung tiada asas ilmu, sekadar mengagak-agak.

7) Saya selalu digosip kawan-kawan dengan seseorang, bila nama orang tu disebut-sebut, saya akan teringat kepada dia dan ini menyebabkan saya terpalit dengan dosa zina hati kerana mengingati seseorang yang bukan mahram dengan saya. Astaghfirullah, moga-moga Allah mengampuni dosa saya.

Komen saya: Oh ya ke, kalau begitu lepas ni janganlah ingat langsung kepada sesiapa yang bukan mahram anda. Sepupu anda, cikgu anda, pak guard sekolah anda, perdana menteri Negara anda, kerana itu semua bukan mahram anda tu. Zina hati tu… Hai, mudah-mudah saja membuat hukum ya.

8) Nak tanya sekejap. Zina hati tu dikira apabila kita teringat seseorang yg berlainan jantina untuk seketika atau teringat selalu hingga termenung? 

Menjawablah seorang rakannya: “Teringat seketika atau selalu tetap salah. Sebab kita ni kena selalu ingat kepada ALLAH”.

Komen saya: Hohohoho…I’m speechless. Tak sangka, ada juga jawapan sebegini. Teringat seketika pun tak boleh ya, kena selalu ingat Allah sepanjang masa 100 peratus ya. Macam tu sahabat Nabi pun kalah dengan awak. Hebat betul awak ya, sama taraf dengan malaikat.

Dalam Al-Qur’an pun Allah tak suruh kita ingat kepadaNya sentiasa kerana itu adalah perkara yang mustahil dan ulama menyebut bahawa Allah tidak sekali-kali membebankan manusia dengan perkara yang mustahil untuk dilakukan.

Sebab itu, Allah hanya menyuruh kita supaya banyak ingat kepadaNya, bukan selalu ingat kepadaNya. Firman Allah dalam Surah Al-Ahzab, ayat ke-41:

((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً))

Maksudnya: ((Wahai orang-orang yang beriman, ingatilah Allah dengan ingatan yang banyak)). 

9) Sekarang ni saya tengah buntu. Saya sekarang bercinta dengan seseorang. Tapi kami mahukan perhubungan kami diredhai Allah. Tetapi baru-baru ni saya ada baca nota yang mengatakan bercinta adalah haram dalam Islam. Betul ke? bercinta juga mendekatkan diri kepada zina iaitu zina hati. merindui dan mengingati antara satu sama lain. Jadi, apakah yg perlu saya buat? 

Maka berfatwalah seorang rakannya: “Bercinta tu memang haram. Bila dah bercinta kita selalu rindu, kadang-kadang ingat kat dia dan macam-macam lagi. Itulah yang dinamakan zina hati. Sebab itu, bercintalah selepas kawin.

Komen saya: Sama juga masalah dengan mereka yang sebelum ni. Keliru dengan maksud bercinta, lepas tu tak memahami erti zina hati. 

Adapun soal bercinta sebelum atau selepas kahwin, kalau dimaksudkan dengan perasaan cinta, maka bagi saya perasaan cinta itu perlu ada sebelum kahwin bukan selepas kahwin, manakala aktiviti percintaan itulah yang dilakukan selepas kahwin. Sebab itu Nabi menyuruh sahabatnya kalau nak melamar perempuan tu tengok dulu, supaya timbul perasaan cinta dalam hati. Kalau setelah melihat tapi tidak timbul rasa cinta dan berkenan tu, maka cari yang lain.

9) Bagi saya memang zina hati susah utk dihindari terutama zaman sekarang. Lebih-lebih lagi zaman teknologi sekarang. Walaupun dengan bermesej, boleh diragukan kita buat zina tangan. Itu zina tangan, kalau dah zina luaran, macam mana pula dalaman? 

Komen saya: Astaghfirullah, pandangan yang penuh dengan ta’annut dan tasyaddud. Gagal dalam memahami maksud zina hati dan zina kecil yang lain. Bermesej di telefon itu zina tangan?? Kalau anda bermesej mengajak kepada persetubuhan, semestinya itu zina tangan, tapi kalau sekadar bertegur sapa pun nak dilabelkan sebagai zina, maka anda tersasar jauh.

Memang berhubung antara lelaki dan perempuan hanya perlu apabila ada keperluan. Tapi kalau tiada keperluan dan sekadar menggatal, tidak boleh sewenang-wenangnya dengan mudah mengkategorikan hal itu dalam bab zina tangan tetapi dikategorikan dalam bab buat perkara lagho tak berfaedah. 

Sudahlah gagal memahami maksud zina-zina kecil tu, gagal pula membezakan antara mereka yang melakukan zina kecil dengan mereka yang melakukan perkara-perkara lagho tak berfaedah.

10) Zina hati sebenarnya apabila kita mengingati seseorang secara berlebih-lebihan.

Komen saya: Fahaman yang juga tersasar. 

11) Macam mana kalau teringatkan lelaki yang kita hanya pernah berjumpa dengannya dalam mimpi, tapi kita tak kenal pun kat alam nyata ni, kira zina hati juga ke?

Komen saya: Lihat bagaimana kegagalan memahami maksud zina hati menyebabkan timbulnya soalan-soalan yang tak sepatutnya timbul. 

12) Saya pun ada juga zina hati ni kerana teringatkan kawan lelaki. Nak buat macam mana nobody's perfect except our prophet. Tapi macam yang dah dinasihatkan oleh rakan supaya bila teringatkan seseorang (si dia) kita hendaklah membaca Al-fatihah supaya kita ingat dia kerana Allah.

Komen saya: Gagal dalam memahami zina hati dan mengenal pasti penyakit sebenar, kemudian cuba mereka-reka ubat sendiri. Baca Al-fatihah supaya kita ingat dia kerana Allah??? Hehe…lucu juga dengan petua yang diberikan. 

13) Memang susah nak hindari zina hati. Susah sangat. Apabila teringatkan si dia, susah nak lupakan. Tapi nak tanya ni, apa dosanya kalau kita buat orang lain zina hati? Contohnya: Kita buat orang lain berkenan kat kita.

Komen saya: Masih juga tak faham-faham dengan maksud zina hati. 

14) Zina hati yang paling ketara dalam jiwa remaja zaman sekarang adalah kamu merindui si dia, kamu sentiasa terbayang si dia, kamu tak dating, tak jumpa dgn si dia, tak keluar makan-makan, tapi kamu masih terbayang pada si dia. Bukti yang paling ketara, inbox kamu penuh dgn mesej si dia. Bayangkan sahaja, seorang remaja yg cukup komited dgn dakwah tetapi mereka bercinta. Bayangkan presiden BADAR kat sekolah bercinta. Ya Allah! tak dating, tak keluar makan-makan, tak berutus surat, tapi saling berbalas mesej dengan beralasankan "Eh takpe, aku hantar mesej pasal hadis la kat dia. Saling nasihat menasihati". Astaghfirullah, itulah contoh-contoh zina hati. Nama pun hati, mesti la dalam hati. Betul tak? 

Komen saya: Tak betul langsung. Saudara, itu tidak termasuk dalam bab zina hati. Itu gedik dan mengada-ngada termasuk dalam bab buat perkara-perkara tak berfaedah atau lagha. Saya lebih suka mengistilahkan percintaan sebegitu sebagai percintaan yang “poyo”. Percintaan pra-matang remaja baru nak up. 

Sabda Nabi: (Antara keelokan Islam seseorang itu, dia meninggalkan apa yang tak patut baginya). Diriwayatkan oleh Imam Tirmizi (4/558, no 2317) dan dia berkata: Gharib. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2/1315, no 3976) dan Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya (1/466, no 229).

14) Sebenarnya, saya ada satu soalan. Begini, seorang lelaki amat menyayangi seorang perempuan bukan mahram ini, tetapi dia tidak merinduinya. Adakah ini tergolong dalam zina hati juga? Sebab saya masih tak berapa jelas dengan maksud zina hati.

Komen saya: Apabila gagal untuk memahami zina hati dengan baik, kemudian dimomokkan pula dengan fahaman-fahaman yang salah tentang zina hati, maka diri sendiri mencari jalan keluar dengan mereka-reka perkara yang tak masuk akal. Seorang kekasih menyintai kekasihnya, tetapi mereka tidak rindu, adakah ini juga termasuk dalam zina hati? Ahaha…

Tolonglah fahami maksud zina hati itu dengan baik, perasaan cinta antara kekasih dengan kekasihnya tidak dikira zina hati, juga perasaan rindu. Kalaupun perasaan cinta dan rindu itu melampaui batas, itu tidak termasuk dalam bab zina hati, itu termasuk dalam bab berlebih-lebih dalam perkara-perkara yang harus. Yang menjadi zina hati adalah perasaan atau keinginan hati untuk melakukan dosa zina iaitu bersetubuh dengan kekasih tersebut. Faham!!! 

15) Saya takut diri saya terjebak dengan “zina hati” apabila saya teringat pasal si dia. Biasanya, saya akan membayangkan saat-saat kami berjumpa, kata-kata dia dan kadang-kadang saya macam berangan-angan berumah tangga dengan dia. Selalu terbayang dalam fikiran saya, kehidupan kami sebagai suami isteri contohnya, saya masak untuk dia, bermesra dengan anak-anak dan sebagainya. Itu memang selalu saya fikirkan. Adakah itu salah satu dari “zina hati”? Saya juga tak boleh kawal perasaan rindu setelah kami berjauhan. Perasaan tu la yang buat saya lalai sedikit sebanyak. Saya cuba tenangkan fikiran saya dengan solat sunat, baca Al-Quran tapi tu tak kekal lama.

Komen saya: Amboi-amboi, jauhnya akak berkhayal. Itu bukan zina hati tu kak, itu angau namanya. A N G A U: Angau. Parah benar nampaknya tu. Walaupun bukan termasuk dalam zina hati, tetapi eloklah dielakkan perkara-perkara lagho sebegitu, sibukkan diri dengan perkara-perkara berfaedah, jangan sampai terbuang masa kerana berkhayal.

16) Saya telah mengambil keputusan meninggalkan pasangan saya kerana saya tahu ianya sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Dan alhamdulillah saya juga telah mengambil langkah dengan bernikah dengan seorang gadis melalui cara yang lebih baik iaitu melalui pernikahan secara Islamik.

Komen saya: Astaghfirullah, bercinta dengan seorang gadis, kemudian merasakan perkara itu sebagai salah lalu memutuskan hubungan. Kemudian mengambil langkah penyelesaian dengan berkahwin dengan gadis lain?

Mengapalah “terlampau cerdik” sampai ke tahap ini??? Kalaupun anda merasakan hubungan anda itu salah dan berdosa, apa yang anda perlu lakukan adalah bertaubat daripada dosa dan membaiki dosa tersebut. 

Firman Allah dalam Surah Al-Ma’idah, ayat ke-39. 

((فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ))

Maksudnya: ((Sesiapa yang bertaubat selepas kezaliman yang dilakukan dan membaiki kesilapannya maka sesungguhnya Allah akan mengampunkan dosa ke atasnya)).

Seorang pencuri, apabila sedar dan insaf atas dosa yang dibuat, maka dia perlu bertaubat daripada dosa mencuri tersebut, dan membaiki dosa tersebut dengan memulangkan kembali segala barang-barang yang dicuri.

Seorang lelaki yang bercinta dengan seorang perempuan sehingga terjebak ke dalam perkara-perkara dosa, apabila sedar dan insaf perlulah bertaubat daripada dosa yang dilakukan, dan membaiki dosa tersebut. Bagaimana untuk membaiki dosa tersebut? Iaitulah dengan mengahwini perempuan itu.

Bukannya dengan memutuskan hubungan dan kemudian berkahwin dengan perempuan lain. Mengapa mahu berkahwin dengan perempuan lain sedangkan si dia ada dan masih menyimpan cintanya terhadap kamu? 

Adakah pada pandangan anda perempuan itu tidak layak diperisterikan kerana sudah ternoda? Ooo, kiranya kamu bersihlah tiada noda? Siapa yang menodainya? Kamu juga. Kononnya nak mencari yang suci bersih walhal diri sendiri terpalit dengan kekotoran. Jenis manusia yang tak sedar diri.

17) Ana dulu pun couple gak. Sejak sekolah sampai dah masuk universiti, dekat nak gred. Tapi apabila ana sedar apa yang ana buat ni salah, ana terus tinggalkan walhal ana siap dah fikir, dialah bakal isteri ana, yang akan jadi ibu kepada anak-anak ana. 

Komen saya: Ke’tidak cerdikan’ yang sama berulang. Anda dah punya niat suci untuk memperisterikannya, kemudian memutuskan hubungan itu setelah merasakan hubungan itu salah pada pandangan anda. 

Sepatutnya, baikilah apa yang anda rasakan salah itu dan teruskan niat suci anda untuk memperisterikannya. Semudah itu pun masih tak faham? Mengapa masih juga mengambil tindakan yang tak cerdik?

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...