Jumat, 27 November 2020

Nubuwah Rosululloh SAW Tentang Matahari Terbit Dari Barat


Selama ini banyak kaum muslimin yg menganggap bahwa nubuwah rosulullah SAW tentang matahari terbit dari barat adalah benar2 matahari yg menyinari bumi itu akan terbit dari arah barat sebelum datangnya hari kiamat. Mereka banyak yg tidak tahu bahwa nubuwah ini bermakna luas, dan matahari yg dinubuwahkan hanyalah “sebuah perumpamaan” untuk zaman ini yg penuh dengan fitnah, menuju zaman keemasan, dan tidak menutup kemungkinan jika tanda matahari yg sebenarnya akan terbit dari barat, mungkin itu adalah tanda kiamat bagian kedua yg benar2 untuk tanda kiamat kubro. artinya nubuwah tanda matahari terbit dari barat itu ada dua. nubuwah yg pertama sudah terjadi di zaman ini (yg diartikan atau diperumpamakan sebagai fitnah yg sangat besar), sementara nubuwah kedua akan terjadi dizaman menuju kiamat kubro (yg benar2 matahari yg menyinari bumi itu terbit dari barat).wallahu’alam..

Dan Selama ini banyak kaum muslimin yg menganggap bahwa negeri Syam (negeri para nabi dan rosul) itu ada dibarat (timur tengah), padahal mereka yg menelan mentah2 klaim ini tidak menelitinya berdasarkan letak geografis, arkeologis, sejarah yg dimanipulasi, dalil qur’an dan sunnah yg diartikan secara luas.

Padahal kitab2 dan sunnah dariNya diturunkan bukan untuk main2, dan harus dipelajari dengan “serius”, artinya kita harus melakukan penelitian secara meluas demi ilmu2Nya yg diturunkan untuk kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ

“[Al-Qur’an adalah] sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh berkah, agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya…” (QS. Shad [38]: 29)

Allah Ta’ala juga berfirman:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an ataukah pada hati mereka terdapat gembok-gembok penghalangnya?” (QS. Muhammad [47]: 24)

Imam Muhammad Thahir bin ‘Asyur at-Tunisi (wafat tahun 1393 H) menulis:

وَحَرْفُ أَمْ لِلْإِضْرَابِ الِانْتِقَالِيِّ. وَالْمَعْنَى: بَلْ عَلَى قُلُوبِهِمْ أَقْفَالٌ وَهَذَا الَّذِي سَلَكَهُ جُمْهُورُ الْمُفَسِّرِينَ

“Huruf am [ataukah] dalam ayat tersebut berfungsi sebagai bentuk kebalikan pepindahan. Maknanya adalah [mereka tidak mentadaburi Al-Qur’an] justru [karena] pada hati mereka terdpat gembok-gembok penghalangnya. Inilah penafsiran yang ditempuh oleh mayoritas ulama tafsir.” (Muhammad Thahir at-Tunisi, At-Tahrir wa at-Tanwir fit Tafsir, 26/113)

Terbitnya matahari dari arah barat termasuk salah satu tanda hari kiamat besar yang telah tetap berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Beberapa Dalil yang Menjadi Dasar Terjadinya Peristiwa Tersebut

1.    Dalil dari Al-Qur’an.

Allah ta’ala berfirman :

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” [QS. Al-An’am : 158].
Beberapa hadits shahih menunjukkan bahwasannya yang dimaksudkan dengan ‘sebagian tanda-tanda (ayat)’ yang disebutkan dalam ayat di atas adalah terbitnya matahari dari arah barat. Hal itu merupakan perkataan kebanyakan ‎mufassiriin (ahli tafsir).

Telah berkata Ath-Thabariy – setelah menyebutkan perkataan mufassiriin tentang ayat ini - :

وأولى الأقوال بالصواب في ذلك ما تظاهرت به الأخبار عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : ذلك حين تطلع الشمس من مغربها

“Perkataan yang lebih mendekati kebenaran tentang perkara itu adalah apa yang datang dengannya khabar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda : ‘Hal itu terjadi ketika matahari terbit dari arah barat”.

Asy-Syaukaniy berkata :

فإذا ثبت رفع هذا التفسير النبوي من وجه صحيح لا قادح فيه، فهو واجب التقديم، محتَّم الأخذ به

“Apabila telah tetap akan marfu’-nya tafsir ‎nabawiy ini dari jalan yang shahih tanpa ada cacat di dalamnya, maka wajib untuk mendahulukan dan mengambil/menerimanya”.

2.    Dalil dari As-Sunnah Ash-Shahiihah
Hadits-hadits yang menunjukkan terbitnya matahari dari arah barat sangat banyak, diantaranya :
     
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ‎radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا

“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah barat. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”.Shahih Al-Bukhari, Kitaabul-Fitan (13/81-82 – bersama Al-Fath).
Dari hadits diatas dikatakan bahwa : “Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua”.kata2 ini bermaksud mengungkapkan bahwa jika kaum muslimin hanya melihat atau mengklaim bahwa negeri syam berada di barat berdasarkan banyak orang yg mengatakan negeri syam itu di timur tengah, dan langsung saja mereka semua mengimaninya (tanpa ditelusuri lagi sejarahnya dengan pandangan yg luas).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

لا تقوم الساعة حتى تقتتل فئتان...(فذكر الحديث، وفيه : ) حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا

“Tidaklah tegak hari kiamat hingga berperang dua kelompok besar kaum manusia….. (yang kemudian di dalamnya disebutkan : ) hingga terbitnya matahari dari arah barat. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”. 

Shahih Al-Bukhari, Kitaabur-Riqaaq (11/352 – bersama Al-Fath) dan Shahih Muslim, Kitaabul-Iimaan, Baab Az-Zamani Alladzii laa Yuqbalu fiihil-Iiman (2/194 – bersama Syarh An-Nawawiy).

Dari hadits diatas dikatakan bahwa : “Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”. kata2 ini bermaksud untuk mengungkapkan bahwa tidak bermanfaat iman seseorang jika dia tidak menelusuri sejarah yg sebenarnya bahwa negeri syam itu ada di Timur (Indonesia/sundaland) bukan di timur tengah seperti anggapan kaum muslim selama ini, dan dia tidak beriman kepada sejarah yg sebenarnya itu.

 Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سِتًّا الدَّجَّالَ، وَالدُّخَانَ، وَدَابَّةَ الأَرْضِ، وَطُلُوْعَ الشَمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَأَمْرَ العَامَّة، وَخُوَيِّصَةَ أَحَدِكُمْ.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bersegeralah berbuat baik sebelum datangnya enam perkara: Dajjal, dukhan, binatang bumi, terbitnya matahari dari barat, Kiamat dan kematian salah seorang dari kalian.” (HR. Muslim)

Hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحًى وَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيبًا. رواه مسلم في كبات الفتن وأشرط الساعة 18/27 بشرح النواوي

Sesungguhnya awal tanda-tanda terjadinya hari kiamat adalah terbitnya matahari dari arah tenggelamnya dan keluarnya ad-Dabbah di antara manusia pada waktu dluha. Yang mana pun keluar lebih dulu sebelum yang lainnya, maka yang lainnya muncul di belakangnya secara dekat. (HR. Muslim dalam kitab al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah, 18/27 dengan syarh Imam Na-wawi)

Imam   Muslim meriwayatkan dari Hudzafah bin Usaid radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

 لن تقوم حتى ترى عشر آيات الدخان والدجال والدابة وطلوع الشمس من مغربها ونزول عيسى ابن مريم ويأجوج ومأجوج وثلاثة خسوف خسف بالمشرق وخسف بالمغرب وخسفف بجزيرة العرب وآخر ذلك نار تخرج من قبل عدن تطرد الناس إلى محشرهم.(روه مسلم)

“kiamat itu tidak akan terjadi hingga kalian melihat sepuluh tanda: asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya’juuj dan Ma’juuj, tiga gempa (di timur, barat dan Jazirah arab), dan yang terakhir adalah api yang keluar dari ‘And yang menggiring manusia ke Makhsyar”.(HR. Muslim)

Imam Ahmad dan Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata :

حفظتُ من رسول الله صلى الله عليه وسلم حديثًا لم أنسه بعد، سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إن أول الآيات خروجًا طلوعُ الشمس من مغربها

“Aku menghapal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebuah hadits yang aku tidak lupa setelahnya. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :‘Sesungguhnya tanda-tanda (besar hari kiamat) pertama yang akan muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat”.

Hadits Riwayat Ibnu Majah
Kitab : Fitnah
Bab : Terbitnya matahari dari tempat terbenamnya
No. Hadist : 4059

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ " أَوَّلُ الآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحًى " . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَأَيَّتُهُمَا مَا خَرَجَتْ قَبْلَ الأُخْرَى فَالأُخْرَى مِنْهَا قَرِيبٌ . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَلاَ أَظُنُّهَا إِلاَّ طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا .

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah bin 'Amru bin Jarir dari Abdullah bin 'Amru dia berkata, "Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tanda-tanda yang pertama kali keluar adalah terbitnya matahari dari barat, keluarnya binatang melata kepada manusia pada waktu pagi." Abdullah berkata, "Tidaklah salah satu dari keduanya muncul lebih awal kecuali yang lain akan menyusul keluar secepatnya." Berkata Abdullah, "Aku tidak mengira kecuali terbitnya matahari dari barat." HR Ibnu Majah

Hadits Riwayat Musnad Ahmad
Kitab : Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits
Bab : Musnad Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash Radliyallahu ta'ala 'anhuma
No. Hadits : 6586

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ يَعْنِي ابْنَ عُلَيَّةَ أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ قَالَ
جَلَسَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إِلَى مَرْوَانَ بِالْمَدِينَةِ فَسَمِعُوهُ وَهُوَ يُحَدِّثُ فِي الْآيَاتِ أَنَّ أَوَّلَهَا خُرُوجُ الدَّجَّالِ قَالَ فَانْصَرَفَ النَّفَرُ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو فَحَدَّثُوهُ بِالَّذِي سَمِعُوهُ مِنْ مَرْوَانَ فِي الْآيَاتِ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ لَمْ يَقُلْ مَرْوَانُ شَيْئًا قَدْ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مِثْلِ ذَلِكَ حَدِيثًا لَمْ أَنْسَهُ بَعْدُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ الْآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ ضُحًى فَأَيَّتُهُمَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَالْأُخْرَى عَلَى أَثَرِهَا ثُمَّ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَكَانَ يَقْرَأُ الْكُتُبَ وَأَظُنُّ أُولَاهَا خُرُوجًا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَذَلِكَ أَنَّهَا كُلَّمَا غَرَبَتْ أَتَتْ تَحْتَ الْعَرْشِ فَسَجَدَتْ وَاسْتَأْذَنَتْ فِي الرُّجُوعِ فَأُذِنَ لَهَا فِي الرُّجُوعِ حَتَّى إِذَا بَدَا لِلَّهِ أَنْ تَطْلُعَ مِنْ مَغْرِبِهَا فَعَلَتْ كَمَا كَانَتْ تَفْعَلُ أَتَتْ تَحْتَ الْعَرْشِ فَسَجَدَتْ فَاسْتَأْذَنَتْ فِي الرُّجُوعِ فَلَمْ يُرَدَّ عَلَيْهَا شَيْءٌ ثُمَّ تَسْتَأْذِنُ فِي الرُّجُوعِ فَلَا يُرَدُّ عَلَيْهَا شَيْءٌ ثُمَّ تَسْتَأْذِنُ فَلَا يُرَدُّ عَلَيْهَا شَيْءٌ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَذْهَبَ وَعَرَفَتْ أَنَّهُ إِنْ أُذِنَ لَهَا فِي الرُّجُوعِ لَمْ تُدْرِكْ الْمَشْرِقَ قَالَتْ رَبِّ مَا أَبْعَدَ الْمَشْرِقَ مَنْ لِي بِالنَّاسِ حَتَّى إِذَا صَارَ الْأُفُقُ كَأَنَّهُ طَوْقٌ اسْتَأْذَنَتْ فِي الرُّجُوعِ فَيُقَالُ لَهَا مِنْ مَكَانِكِ فَاطْلُعِي فَطَلَعَتْ عَلَى النَّاسِ مِنْ مَغْرِبِهَا ثُمَّ تَلَا عَبْدُ اللَّهِ هَذِهِ الْآيَةَ
{ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا }

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim iaitu Ibnu Ulayyah berkata; telah mengkhabarkan kepada kami Abu Hayyan dari Abu Zur`ah bin 'Amru bin Jarir dia berkata; ada tiga orang laki-laki dari kaum muslimin duduk bermajlis di hadapan Marwan di kota Madinah, mereka bertiga mendengarkannya menceritakan tentang tanda-tanda (kiamat), bahwa yang pertama kali muncul adalah keluarnya Dajjal.

Dia berkata; maka mereka keluar menuju Abdullah bin 'Amru, dan menceritakan kepadanya tentang tanda-tanda kiamat tersebut yang telah mereka dengar dari Marwan.

Maka Abdullah berkata; Sesungguhnya Marwan belum mengatakan sesuatu yang pernah aku hafalkan dari Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa Salam tentang tanda-tanda kiamat. Iaitu sebuah hadits yang tidak pernah aku lupakan semenjak aku menghafalnya.

Aku mendengar Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya tanda pertama yang akan muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat, dan dajjal keluar diwaktu dhuha, maka manapun dari keduanya yang keluar sebelum yang lainnya maka ia pasti akan menyusul keluar setelahnya."

Kemudian Abdullah berkata; dan ketika itu ia sedang membaca kitab: aku menyangka bahwa pertama kali yang akan keluar adalah munculnya matahari dari sebelah barat, sebab setiap kali ia terbenam, ia datang di bawah `Arsy, kemudian sujud dan meminta izin untuk kembali lagi, kemudian ia diberi izin untuk kembali. Sehingga jika Allah telah memandang saatnya terbit dari arah terbenamnya, maka ia akan melakukan sebagaimana yang telah ia lakukan. Dia datang di bawah 'Arys kemudian sujud dan meminta izin untuk kembali, namun ia tidak mendapatkan jawaban apapun. Kemudian ia meminta izin lagi untuk kembali, namun tidak ada jawaban apapun. Kemudian ia meminta izin lagi dan tidak ada jawaban apapun. Maka ketika malam telah berlalu dan atas kehendak Allah malam berlalu, dan dia paham bahwa seandainya Allah memberinya izin untuk kembali, ia tidak akan mendapatkan. Dia berkata; Wahai Rabb.. maka dikatakan kepadanya: dari tempatmu itu maka terbitlah. Maka matahari pun terbit kepada manusia dari arah barat. Lalu Abdullah pun membaca ayat: "Pada hari datangnya tanda dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya." HR Ahmad


Dan diriwayatkan dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu, bahwasanya pada suatu hari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟ قَالُوا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً، فَلاَ تَزَالُ كَذَلِكَ، حَتَّى يُقَالُ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتْرجِعُ فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجِيءُ حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَـاجِدَةً، فَلاَ تَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّـى يُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ، اِرْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَرْجِعُ، فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُ النَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا، حَتَّـى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ الْعَرْشِِ، فَيُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ، أَصْبَحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : أَتَدْرُونَ مَتَى ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خيْرًا.

“Tahukah kalian ke mana perginya matahari (saat itu)?” Para Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu pertama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu pertama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan lagi sementara manusia tidak mengingkarinya sedikit pun hingga dia kembali ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Terbitlah dari tempamu terbenam.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbenamnya.’” Selanjutnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu kapan itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” 

Shahih Muslim, Kitaabul-Fitan, Baab Bayaaniz-Zamani Alladzii Laa Yuqbalu fiihil-Iimaan (2/195-196 – bersama Syarh An-Nawawiy). Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari secara ringkas dalam Shahih-nya, Kitaabut-Tafsiir, Baab : Wasy-Syamsu tajrii li-mustaqarril-lahaa (8/541 – bersama Al-Fath), dan Kitaabut-Tauhiid, Baab Wa Kaana ‘Arsyuhu ‘alal-Maa’, Wahuwa Rabbul-‘Arsyil-‘Adhiim (13/404 – bersama Al-Fath).

Dari hadits diatas dikatakan bahwa :“Sesungguhnya matahari terus berjalan hingga berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu tunduk bersujud (kepada Allah)”. Maka terus-menerus ia melakukan hal itu hingga dikatakan kepadanya : ‘Bangkitlah, dan kembalilah dari tempat kamu datang (yaitu arah timur)”. kata2 ini bermaksud untuk mengungkapkan bahwa matahari atau syam yg diklaim kaum muslimin ada diarah tempat terbitnya (timur) seiring perkembangan zaman, negeri syam diperumpamakan berjalan seperti berjalannya matahari seiring perkembangan zaman.

Sementara kata ” hingga berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy “ bermaksud untuk mengungkapkan Arsy borobudur, karena borobudur adalah bangunan perumpamaan untuk Matahari didalamnya ada ilmu tentang perumpamaan matahari dan karena borobudur juga adalah baitul maqdis atau masjidil aqsha yg asli, maka dari itu ada kata “hingga berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu tunduk bersujud (kepada Allah)” karena baitul maqdis juga merupakan kiblat.

Dan kelak diperhentian suatu zaman nanti (zaman ini) negeri syam (perumpamaan matahari) akan terbit dari arah timur dan tidak bermanfaat keimanan seseorang pada saat itu,kecuali dia belajar dan menelusuri sejarah yg sebenarnya dan beriman dengan itu. Karena ada kata2 ini ” Kemudian ia berjalan dimana manusia tidak mengingkarinya sedikitpun. Hingga ia berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy. Dikatakan kepadanya : ‘Bangunlah, dan terbitlah dari arah tenggelammu (arah barat)’. Maka ia pun muncul dari tempat tenggelamnya”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya : “Apakah kalian mengetahui kapan hal itu terjadi ? Hal itu terjadi ketika keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”.

“Akan terjadi beberapa fitnah. Aku bertanya, Apa jalan keluarnya?
Beliau menjawab: ‘Kitabullah. Kitabullah. Di dalamnya terdapat kisah kaum sebelum kalian, kabar kaum setelah kalian & ketentuan hukum di antara kalian. Ia adalah kitab yg jelas & pasti, bukan senda gurau. Ia adalah kitab yg jika ditinggalkan oleh orang-orang yg sombong, niscaya akan dibinasakan oleh Allah. Barangsiapa mencari petunjuk pada kitab selainnya, niscaya Allah akan menyesatkannya, sebab ia adalah tali Allah yg kuat. Ia adalah peringatan yg bijaksana. Ia adalah jalan yg lurus. Dengannya hawa nafsu tak akan menyimpang & lisan tak akan keliru. Para ulama tak pernah merasa kenyang & bosan karena banyak pengulangan serta keajaibannya tak pernah habis. Ia adalah kitab yg tak akan habis jika didengar oleh bangsa jin, hingga mereka berkata:

‘(Sesungguhnya kami telah mendengar Al Qur’an yg menakjubkan) ‘ (Qs, Al Jin: 1). Ia adalah kitab yg jika siapa saja berkata dengannya, pasti benar, siapa yg memutuskan perkara dengannya, pasti adil, siapa yg beramal dengannya, pasti diberi pahala & siapa yg menyeru kepadanya, pasti ditunjukkan ke jalan yg lurus.’ Ambillah ia untukmu, hai A’war.” [HR. Darimi No.3197].

Bantahan kepada Rasyiid Ridlaa atas Penolakannya terhadap Hadits Abu Dzarr tentang Sujudnya Matahari

Rasyiid Ridlaa membawakan hadits Abu Dzarr di atas, dan mengomentarinya bahwa matan hadits tersebut mengandung kemusykilan. Ia berkata ketika mengomentari sanadnya :

هذا الحديث رواه الشيخان من طرق عن إبراهيم بن يزيد بن شريك التيمي عن أبي ذر، وهو - على توثيق الجماعة له مدلِّس - ؛ قال الإمام أحمد : (لم يلق أبا ذر). كما قال الدارقطني : (لم يسمع من حفصة، ولا من عائشة، ولا أدرك زمانهما). وكما قال ابن المديني : (لم يسمع من علي، ولا ابن عباس). ذكر ذلك في تهذيب التهذيب.
وقد رُوِيَ غير هذا عن هؤلاء بالعنعنة، فيحتمل أن يكون مَن حدَّثه عنهم غير ثقة.
فإذا كان في بعض روايات الصحيحين والسنن مثل هذه العلل، وراء احتمال دخول الإسرائيليات، وخطأ النقل بالمعنى، فما القول فيما تركه الشيخان وما تركه أصحاب السنن ؟!.

“Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim melalui banyak jalan dari Ibrahim bin Yaziid bin Syariik At-Taimiy, dari Abu Dzarr. Dan ia (Ibrahim) adalah seorang yang ditetapkan oleh para ulama sebagai seorang mudallis. Al-Imam Ahmad berkata : “Ia tidak pernah bertemu dengan Abu Dzarr”. Sebagaimana dikatakan juga oleh Ad-Daaruquthni : “Ibrahim tidak mendengar hadits dari Hafshah dan ‘Aisyah. Ia tidak menemui jaman mereka berdua”. Ibnu Madini berkata : “Ibrahim tidak mendengar hadits dari ‘Aliy, dan tidak pula dari Ibnu ‘Abbas”. Ini semua tertera dalam Tahdziibut-Tahdziib.

Dan telah diriwayatkan selain hadits ini dari mereka dengan ‘an’anah. Oleh karena itu dimungkinkan orang yang menceritakan hadits kepadanya dari mereka adalah orang yang tidak tsiqah. Apabila dalam sebagian riwayatAsh-Shahihain dan Sunan keadaannya seperti ‎‘ilal (cacat) ini, maka dimungkinkan masuknya kisah Israailiyyaat dan salahnya penukilan yang dibawakan dengan makna. Lantas, bagaimana keadaannya dengan hadits-hadits yang tidak diriwayatkan oleh Asy-Syaikhain dan Ashhaabus-Sunan ?”.

Inilah yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Muhammad Rasyiid Ridla !!
Apa yang dikatakannya itu adalah perkataan yang sangat membahayakan, dan merupakan satu bentuk celaan terhadap hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam serta meragukan keshahihannya. Khususnya yang termuat dalam Shahihain dimana umat telah sepakat menerimanya.
Alangkah baiknya apabila beliau bersikap teliti terhadap sanad hadits ini dan menyelamatkan matannya dan isykaal yang beliau dakwakan. Juga, mengikuti apa yang telah dikatakan para ulama sebelum beliau yang mengimani apa-apa yang telah tetap (tsabit) dari Rasulullah ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dengan tidak memperberat diri dengan apa-apa yang mereka tidak punya pengetahuan tentangnya. Bahkan, menerima sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan makna shahih yang dapat dipahami dengan segera dari hadits tersebut.

Telah berkata Abu Sulaiman Al-Khaththaabiy ketika mengomentari sabda beliau: “di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy”:

لا ننكر أن يكون لها استقرار تحت عرش، من حيث لا ندركه، ولا نشاهده، وإنما أخبرنا عن غيب، فلا نكذب به، ولا نكيِّفه، لأن علمنا لا يحيط به

“Kami tidak mengingkari bahwasannya matahari mempunyai tempat menetap di bawah ‘Arsy, yang tidak kita temui dan saksikan. Beliau hanya mengkhabarkan kepada kita perkara ghaib. Kita tidak mendustakannya dan tidak pula menanyakan bagaimana, karena ilmu kita tidak dapat menggapainya”.

Kemudian Al-Khaththabiy berkata juga mengenai sujudnya matahari di bawah ‘Arsy:

وفي هذا إخبار عن سجود الشمس تحت العرش، فلا ينكر أن يكون ذلك عند محاذاتها العرش في مسيرها، والتصرف لما سخرت له، وأما قوله عز وجل : (حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَ تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍِ حَمِئَةٍِ) [الكهف : ٨٦]؛ فهو نهاية مدرك البصر إياها حالة الغروب، ومصيرها تحت العرش للسجود إنما هو بعد الغروب

“Dalam riwayat ini, beliau sollallaahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan sujudnya matahari di bawah ‘Arsy; maka hal ini tidak mustahil ketika dalam perjalanannya itu berada di tempat yang lurus dengan ‘Arsy, dan melaksanakan apa yang diciptakan untuknya.

 Adapun firman Allah ‘azza wa jalla: “Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam” (QS. Al-Kahfi : 86).

Maka ini hanyalah batas terakhir kemampuan pandangan mata terhadapnya pada waktu tenggelam. Sedangkan keberadaannya di bawah ‘Arsy untuk bersujud setelah ia terbenam”. [Sumber: Syarhus-Sunnah oleh Al-Baghawiy (15/95-96), tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth.]

An-Nawawiy berkata:

وأما سجود الشمس؛ فهو بتمييز وإدراك يخلقه الله تعالى فيها

“Adapun sujudnya matahari adalah menurut pengetahuan yang diciptakan Allah untuknya”. [Sumber: Syarhun-Nawawiy li-Shahih Muslim (2/197).]

Ibnu Katsir berkata:

يسجد لعظمته كل شيءٍ طوعًا وكرهًا، وسجود كل شيءٍ مما يختصُّ به

“Segala sesuatu sujud untuk mengagungkan Allah dalam keadaan taat dan benci/terpaksa. Dan sujudnya segala sesuatu termasuk satu kekhususan”. [Sumber: Tafsir Ibni Katsir (5/398).]

Ibnu Hajar berkata:

 وظاهر الحديث أن المراد بالاستقرار وقوعه في كل يوم وليلة عند سجودها، ومقابل الاستقرار المسير
الدائم. المعبر عنه بالجري، والله أعلم.

“Menurut dhahir hadits ini bahwasannya yang maksud menetap adalah terhentinya setiap hari dan setiap malam ketika bersujud.  Dan kebalikan dari menetap adalah berjalan terus-menerus. Wallaahu a’lam”. [Sumber: Fathul-Baariy (8/542).]

Pembicaraan kita di sini bukanlah mengenai menetapnya matahari dan tidak pula tentang sujudnya. Namun perlu dijelaskan Abu Dzarr radliyallaahu ‘anhu bahwasannya tidak ada isykal dalam matannya sebagaimana diduga oleh Rasyid Ridla rahimahullah. Para ulama telah menerima hadits ini dan sekaligus menerangkan maknanya.

Adapun anggapan adanya cacat dalam sanad hadits ini, maka beliau (Rasyid Ridla) telah keliru, karena hadits ini adalah muttashil (bersambung) sanadnya dengan riwayat dari perawi tsiqah. Perkataan beliau tentang tadlis Ibrahim bin Yaziid At-Taimiy yang dikatakan tidak bertemu dengan Abu Dzarr, Hafshah, dan ‘Aisyah, serta bahwasannya ia tidak mendapati jaman Hafshah dan ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhuma ; maka dijawab sebagai berikut:

1.      Bahwasannya sanad hadits itu bukan berasal dari riwayat Ibrahim bin Yaziid At-Taimiy dari Abu Dzarr, namun – sebagaimana dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim – dari riwayat Ibrahim bin Yaziid At-Taimiy, dari bapaknya, dari Abu Dzarr.

Bapaknya Ibrahim adalah Yaziid bin Syariik At-Taimiy. Ia meriwayatkan dari ‘Umar, ‘Aliy, Abu Dzarr, Ibnu Mas’ud, dan selainnya dari kalangan shahabat radliyallaahu ‘anhum. Dan yang meriwayatkan hadits dari adalah anaknya – Ibrahim - , Ibrahim An-Nakha’iy, dan yang selain keduanya. Ia di-tsiqah-kan oleh Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban, Ibnu Sa’d, dan Ibnu Hajar. Al-Jama’ah meriwayatkan hadits darinya. Berkata Abu Musa Al-Madiniy : “Dikatakan bahwa ia menemui masa Jahiliyyah”.

2.      Bahwasannya Ibrahim bin Yaziid telah menjelaskan sima’ (pendengaran)-nya dari bapaknya, Yazid, sebagaimana ada dalam riwayat Muslim. Ia (Muslim) berkata : “Telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Ibrahim bin Yaziid At-Taimiy, ia mendengar – sebatas yang aku ketahui – dari bapaknya, dari Abu Dzarr”.

Orang yang tsiqah apabila ia menjelaskan penyimakannya, maka diterima riwayatnya sebagaimana ditetapkan dalam ‎Mushthalahul-Hadiits.

Tidak Diterimanya Iman dan Taubat Setelah Matahari Terbit dari Arah Barat
Apabila matahari terbit dari arah barat, maka saat itu tidak diterima keimanan seseorang yang belum beriman sebelumnya, sebagaimana juga tidak diterima taubatnya orang-orang yang berbuat maksiat. Hal itu dikarenakan terbitnya matahari dari arah barat merupakan satu tanda (hari kiamat) yang sangat besar, yang dapat dilihat oleh seluruh manusia di waktu itu. Maka tersingkaplah semua hakekat bagi mereka, dan mereka menyaksikan berbagai hal mengerikan yang menjadikan leher mereka tunduk membenarkan ayat-ayat Allah. Hukum mereka pada waktu itu adalah seperti hukum orang yang tertimpa adzab Allahta’ala, sebagaimana firman-Nya ‘azza wa jalla :

فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ * فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ

“Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: "Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir”[QS. Al-Mukmin : 84-85].

Telah berkata Al-Qurthubi :

قال العلماء : وإنما لا ينفع نفسًا إيمانُها عند طلوع الشمس من مغربها لأنه خلص إلى قلوبهم من الفزع ما تخمد معه كل شهوة من شهوات النفس، وتفتر كل قوة من قوى البدن، فيصير الناس كلهم - لإيقانهم بذنو القيامة - في حال مَن حضره الموت؛ في انقطاع  الدواعي إلى أنواع المعاصي عنهم، وبطلانها من أبدانهم، فمن تاب في مثل هذه الحال؛ لم تقبل توبته؛ كما لا تقبل توبة مَن حضره الموت

“Para ulama berkata : Keimanan seseorang tidaklah bermanfaat ketika matahari telah terbit dari arah barat (bagi orang yang belum beriman sebelumnya), karena pada satu itu perasaan takut menghunjam sangat dalam pada hati sehingga mematikan segala syahwat jiwa, serta seluruh kekuataan tubuh menjadi lemah. Seluruh manusia saat itu menjadi – karena yakin kiamat telah dekat – seperti keadaan orang yang datang kematian (sakaratul-maut) padanya dalam hal terputusnya segala ajakan untuk berbuat maksiat dan sia-sianya apa yang ada pada tubuh/diri mereka. Barangsiapa yang bertaubat dalam keadaan seperti ini (ketika matahari terbit dari arah barat), maka tidak diterima taubatnya sebagaimana tidak diterimanya taubat orang yang sakaratul-maut”.

Ibnu Katsir berkata :

إذا أنشأ الكافر إيمانًا يومئذ لا يقبل منه، فأما مَن كان مؤمنًا قبل ذلك؛ فإن كان مصلحًا في عمله؛ فهو بخير عظيم، وإن كان مخلطًا فأحدث توبة؛ حينئذ لم تقبل منه توبة

“Apabila orang kafir baru mulai beriman pada hari itu, maka tidak diterima. Adapun orang-orang yang telah beriman sebelumnya, apabila ia melakukan amal shalih, maka ia berada dalam kebaikan yang sangat besar. Adapun jika ia seorang yang senang bergelimang dengan kemaksiatan, dan baru bertaubat setelah itu; maka taubatnya tidak diterima”.

Dan inilah penjelasan yang datang dari Al-Qur’an Al-Kariim dan hadits-hadits yang shahih. Allah ta’ala berfirman :

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”[QS. Al-An’am : 158].

Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تنقطع الهجرة ما تقبلت التوبة، ولا تزال التوبة مقبولة حتى تطلع الشمس من المغرب، فإذا طلعت؛ طُبِعَ على كل قلب بما فيه، وكفي الناس العمل

“Hijrah tidak terputus selama taubat masih diterima. Dan taubat akan senantiasa diterima hingga terbitnya matahari dari arah barat. Apabila telah terbit (dari arah barat), ditutuplah setiap hati dengan apa yang ada di dalamnya, dan cukuplah manusia amal (yang telah dilakukannya)”.

Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

إن الله عز وجل جعل المغرب بابًا عرضه مسيرة سبعين عامًا للتوبة، لا يغلق حتى تطلع الشمس من قبله، وذلك قول الله تبارك وتعَلى : (يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ)

“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menjadikan arah barat sebagai satu pintu yang luasnya seperti perjalanan tujuh puluh tahun untuk bertaubat. Ia tidak akan tertutup hingga matahari terbit dari arahnya. Dan itulah makna firman Allah tabaaraka wa ta’ala : ‘Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman”.

Sebagian ulama berpendapat bahwa yang tidak diterima taubatnya adalah orang-orang kafir yang hidup pada saat matahari terbit dari arah barat. Adapun ketika jaman telah berganti, dan lalailah/lupalah manusia akan hal itu, maka iman orang yang kafir dan taubat orang yang berbuat maksiat diterima.

Al-Qurthubi menjelaskan :

قال صلى الله عليه وسلم : (إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر)؛ أي : تبلغ روحه رأس حلقه، وذلك وقت المعاينة الذي يرى فيه مقعده من الجنة ومقعده من النار، فالمشاهد لطلوع الشمس من مغربها مثله، وعلى هذا ينبغي أن تكون توبة كل مَن شاهد ذلك أو كان كالشاهد له مردودةً ما عاش؛ لأن علمه بالله تعالى ونبيه صلى الله عليه وسلم وبوعده قد صار ضرورة، فإن امتدت أيام الدنيا إلى أن ينسى الناس من هذا الأمر العظيم ما كان، ولا يتحدثون عنه إلا قليلًا، فيصير الخبرعنه خاصّا، وينقطع التواتر عنه، فمن أسلم في ذلك الوقت أو تاب، قُبِلَ منه، والله أعلم.

“Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum ada di kerongkongannya”. ‎Yaitu pada waktu yang sangat menentukan ketika seseorang melihat tempat yang kelak akan dihuninya yang berupa surga atau neraka. Maka orang yang menyaksikan terbitnya matahari dari barat adalah seperti orang yang sedang menghadapi sakaratul-maut. Karena itu taubat orang yang menyaksikan matahari terbit dari barat atau orang yang keadaannya seperti itu adalah tertolak, kalau toh ia masih hidup. Karena pengetahuan akan Allah, Nabi-Nya, janji, serta ancaman-Nya pada waktu itu merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar lagi. Tetapi apabila hari-hari kehidupan masih terus berlangsung hingga manusia melupakan peristiwa besar itu dan sudah tidak membicarakan lagi melainkan hanya sedikit saja, dan berita mengenai masalah ini sudah menjadi berita khusus, tidak menjadi bahasan umum; maka pada waktu itu orang yang masuk Islam atau bertaubat masih diterima”. Wallohu A'lam

Hal itu dikuatkan lagi dengan riwayat :

إن الشمس والقمر يكسيان بعد ذلك الضوء والنور، ثم يطلعان على الناس ويغربان

“Sesungguhnya matahari dan bulan akan bersinar lagi setelah itu, dan kemudian terbit dan terbenam pada manusia seperti biasanya”.

Dan diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

يبقى الناس بعد طلوع الشمس من مغربها عشرين ومئة سنة

“Manusia tinggal di bumi setelah terbitnya matahari dari arah barat selama 120 tahun”.

Diriwayatkan dari ‘Imraan bin Hushain bahwa ia berkata :

إنما لم تقبل وقت الطلوع حتى تكون صيحة؛ فيهلك فيها كثير من الناس، فمَن أسلم أو تاب في ذلك الوقت ثم هلك، لم تقبل توبته، ومن تاب بعد ذلك، قبلت توبته

“Sesungguhnya tidaklah diterima taubat pada saat terbitnya matahari hingga ada suara yang keras. Lalu banyak orang yang mati. Barangsiapa yang masuk Islam atau bertaubat pada waktu tersebut kemudian ia mati; maka tidak diterima tobatnya darinya. Namun barangsiapa yang bertaubat setelah waktu itu, diterima taubatnya”.

Jawaban dari beberapa hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Sesungguhnya nash-nash menunjukkan bahwa taubat itu tidak diterima lagi setelah terbitnya matahari dari arah barat. Orang-orang kafir yang baru berikrar masuk Islam setelah itu juga tidak diterima ikrarnya. Nash-nash tersebut juga tidak membedakan antara orang yang menyaksikan tanda-tanda hari kiamat (terbitnya matahari dari barat) dan yang tidak menyaksikannya.

Pendapat ini diperkuat dengan dengan riwayat Ath-Thabariy dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa, ia berkata :

إذا خرج أول الآيات؛ طُرِحت الأقلام، وحُبِست الحفظة، وشهدت الأجسام على الأعمال


“Apabila telah keluar tanda-tanda hari kiamat yang pertama, maka pena-pena (pencatat amal) dilemparkan, para (malaikat) penjaga ditahan, dan jasad manusia dijadikan saksi atas segala amalnya”.

Dan yang dimaksud dengan tanda-tanda (hari kiamat) yang pertama di sini adalah terbitnya matahari dari arah barat. Adapun tanda-tanda yang muncul sebelum terbitnya matahari dari arah barat, maka hadits-hadits menunjukkan masih diterimanya taubat dan ikrar keislaman pada waktu itu.

Ibnu Jarir Ath-Thabariy juga meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

التوبة مبسوطةٌ ما لم تطلع الشمس من مغربها

“Taubat itu masih dibentangkan selama matahari belum terbit dari arah barat”.

Al-Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

إن الله يبسط يده بالليل ليتوب مسيء النهار، ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيء الليل، حتى تطلع الشمس من مغربها

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk mengampuni orang-orang yang bersalah di waktu siang, dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk mengampuni orang-orang yang bersalah di waktu malam; hingga terbitnya matahari dari arah barat”.

Menurut hadits tersebut Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menetapkan batas akhir diterimanya taubat itu adalah ketika matahari terbit dari arah barat.
Ibnu Hajar menyebutkan banyak atsar dan hadits yang menunjukkan terus ditutupnya pintu taubat (setelah terbitnya matahari dari arah barat) hingga hari kiamat, yang kemudian berkata :

فهذه آثار يشد بعضها بعضًا متفقة على أن الشمس إذا طلعت من المغرب؛ أغلق باب التوبة، ولم يفتح بعد ذلك، وأن ذلك لا يختص بيوم الطلوع، بل يمتدُّ إلى يوم القيامة

“Atsar-atsar ini saling menguatkan satu dengan yang lainnya yang secara kesepakatan menyatakan bahwa matahari apabila telah terbit dari arah barat, maka tertutup pintu taubat dan tidak akan terbuka setelah itu. Hal itu tidak dikhususkan dengan hanya pada hari terbitnya saja, melainkan terus berlanjut hingga hari kiamat”.

Adapun pendalilan Al-Qurthubiy dapat dijawab sebagai berikut :
Tentang hadits ‘Abdullah bin ‘Amr, Al-Haafidh Ibnu Hajar berkata : “Tidak tsabit riwayat ini secara marfu’”.

Sedangkan hadits ‘Imraan bin Hushain, tidak ada asalnya (laa ashla lahu).
Hadits : “Sesungguhnya matahari dan bulan akan bersinar lagi…” ; maka Al-Qurthubiy tidak menyebutkan sanadnya. Kalaupun tohdianggap shahih, maka kembalinya matahari dan bulan seperti semua tidak menunjukkan bahwa pintu taubat dibuka kembali untuk kali yang lain.

Al-Haafidh menyebutkan bahwa ia tetap berpegang pada nash yang jelas dalam perbedaan pendapat ini, yaitu hadits ‘Abdullah bin ‘Amr yang menyebutkan terbitnya matahari dari barat, yang di dalamnya terdapat ucapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

فمن يومئذ إلى يوم القيامة (لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ )....الآية.

“Maka sejak hari itu hingga hari kiamat : ‘tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu’”

 

Munculnya Dukhon Dan Dabbah Di Akhir Zaman


Bagi siapa pun yang mengaku sebagai Ahlussunnah wal Jamaah tentu tidak ragu dan segan sedikit pun untuk meyakini hal ini. Tidak ada alasan baginya menolak sesuatu yang dijelaskan dalam al-Qur`an dan as-Sunnah yang shahih.

وَنُؤْمِنُ بِأَشْرَاطِ السَّاعَةِ: مِنْ خُرُوجِ الدَّجَّال، ونُزُولِ عِيسَى ابنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلامُ مِنَ السَّماءِ، وَنُؤْمِنُ بِطُلُوعِ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَخُرُوجِ دَابَّةِ الأرْضِ مِنْ مَوْضِعِهَا
 
(110) Kami beriman kepada tanda-tanda hari Kiamat; seperti keluarnya Dajjal, turunnya ‘Isa putra Maryam ‘alayhissalam dari langit, terbitnya matahari dari arah tenggelamnya, dan keluarnya dabbah (binatang) bumi dari tempatnya.‎

Hal ini ditegaskan dalam Firman Allah Swt.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
 
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’”(Q.S. Al-A’raf [7]: 187)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سِتًّا الدَّجَّالَ، وَالدُّخَانَ، وَدَابَّةَ الأَرْضِ، وَطُلُوْعَ الشَمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَأَمْرَ العَامَّة، وَخُوَيِّصَةَ أَحَدِكُمْ.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bersegeralah berbuat baik sebelum datangnya enam perkara: Dajjal, dukhan, binatang bumi, terbitnya matahari dari barat, Kiamat dan kematian salah seorang dari kalian.” (HR. Muslim)

Rasulullah saw bersabda,

ثَلاَثٌ إِذَا خَـرَجْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِـي إِيْمَانِهَا خَيْرًا طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ اْلأَرْضِ
 
“Ada tiga perkara yang jika keluar maka tidak akan berguna lagi keimanan orang yang belum beriman sebelumnya; atau belum mengusahakan kebaikan yang dilakukan dalam keimannya. Ketiga perkara itu adalah: terbitnya matahari dari barat, Dajjal dan binatang bumi.” (HR. Muslim)‎

Beliau juga bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوْجًا طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوْجُ الدَّابَّةِ عَلَـى النَّاسِ ضُحًى فَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيْبًا
 
“Sesungguhnya tanda-tanda (Kiamat) yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan keluarnya binatang kepada manusia pada waktu Dhuha. Mana saja yang lebih dahulu muncul, maka yang satunya akan terjadi setelahnya dalam waktu yang dekat.” (HR. Muslim)‎

Di antara tanda-tanda hari kiamat kubra adalah terjadinya khasf, munculnya asap, dan keluarnya ad-Dabbah (binatang yang dapat berbicara).

Terjadi Khasf di timur, barat dan di negeri arab‎

Khasf yang dimaksudkan di sini, bukanlah terjadinya gerhana sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang. Akan tetapi khasf yang merupakan tanda hari kiamat adalah ditenggelamkannya manusia ke dalam bumi, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an ketika Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Qarun yang tidak bersyukur dengan kenikmatan yang telah diberikan kepadanya:

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلأَرْضَ … القصص: 81

Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi… (al-Qashash: 81)‎

Hudzaifah bin Usaid berkata bahwa Rasulullah SAW muncul ketika kami sedang berbincang-bincang tentang kiamat. Beliau bertanya “apa yang sedang kalian perbincangkan?”. Mereka pun menjawab,”kami sedang membicarakan kiamat”. Lalu Rasulullah bersabda:

انها لن تقوم حتى ترى عشر آيات الدخان والدجال والدابة وطلوع الشمس من مغربها ونزول عيسى ابن مريم ويأجوج ومأجوج وثلاثة خسوف خسف بالمشرق وخسف بالمغرب وخسفف بجزيرة العرب وآخر ذلك نار تخرج من قبل عدن تطرد الناس إلى محشرهم.(روه مسلم)

“kiamat itu tidak akan terjadi hingga kalian melihat sepuluh tanda: asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya’juuj dan Ma’juuj, tiga gempa (di timur, barat dan Jazirah arab), dan yang terakhir adalah api yang keluar dari ‘And yang menggiring manusia ke Makhsyar”.(HR. Muslim)

‎Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan bahwa terjadinya adzab tersebut adalah ketika manusia telah tenggelam dalam kemaksiatan dan dosa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Umu Salamah ‎radhiallahu ‘anha . Beliau mendengar Rasulullah ‎shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

سَيَكُوْنُ بَعْدِي خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُخْسَفُ اْلأَرْضُ وَفِيْهَا الصَّالِحُوْنَ؟ قَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِذَا أَكْثَرَ أَهْلُهَا الْخَبَثَ. (رواه الطبراني في معجم الأوسط)

“Akan terjadi setelahku khasf di timur, di barat dan di negeri arab”. Saya katakan: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apakah manusia akan ditenggelamkan, padahal di tengah-tengah mereka ada orang-orang yang shalih?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ya, jika mayoritas penduduknya telah banyak melakukan kemaksiatan (dosa).” (HR. Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath).

Ibnu Hajar al-Atsqalani rahimahullah berkata: “Telah didapati khasf di beberapa tempat, namun bisa jadi yang dimaksud dengan kejadian khasf tersebut adalah sesuatu yang luar biasa (lebih dari biasanya). Apakah lebih dahsyat kejadiannya, atau lebih luas daerah yang ditenggelamkannya atau ukurannya”. (Lihat Fathul Bari, juz 13 hal. 84)

Munculnya Asap (ad-Dukhan)‎

Tanda-tanda hari kiamat kubra yang berikutnya adalah munculnya asap. Allah subhanahu wa Ta’alaberfirman:

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ (10) يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ. الدخان: 10-11

Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (ad-Dukhan: 10-11)

Ayat ini merupakan ancaman kepada kaum musyrikin Quraisy khususnya dan orang-orang kafir umumnya bahwa Allah subhabahu wa Ta’ala akan menurunkan adzab kepada mereka berupa asap yang akan menutupi mereka seluruhnya.

Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang asap di dalam ayat tersebut, apakah yang akhirnya menimpa kaum Quraisy ketika itu berupa panas dan kemarau panjang serta kelaparan? atau asap yang akan datang sebagai tanda hari kiamat yang besar yang disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih?

Di antara mereka yang berpendapat dengan pendapat pertama adalah Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Ketika ada seorang dari negri Kindah menyatakan tentang asap yang akan datang pada hari kiamat yang akan memekakan telinga-telinga kaum munafiqin dan membutakan mata-mata mereka, beliau marah sambil berkata:

مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلْ: اللهُ أَعْلَمُ، فَإِنَّ مِنَ الْعِلْمِ أَنْ يَقُوْلَ لِمَا لاَ يَعْلَمُ لاَ يَعْلَمُ. فَإِنَّ اللهَ قاَلَ لِنَبِيِّهِ: قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ .

Barangsiapa yang memiliki ilmu maka katakanlah! Dan barangsiapa yang tidak memiliki ilmu maka katakanlah: ‘Allahu a’lam!” Karena sesungguhnya termasuk ilmu adalah ucapan orang pada apa yang dia tidak tahu: “aku tidak tahu”. Sesungguhnya Allah telah mengatakan kepada nabi-Nya: ((“Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri”)).

Kemudian Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya kaum Quraisy tidak mau menerima Islam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan atas mereka:

أَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسِنِيْنَ كَسِنِيْ يُوْسُفَ.

Ya Allah tolonglah aku untuk mengalahkan mereka dengan kelaparan seperti yang terjadi pada zaman nabi Yusuf. (HR. Bukhari dalam Kitab Tafsir dan Muslim dalam Shifatul Qiyaamah).

Maka terjadilah kemarau panjang dan kelaparan, hingga sebagian mereka binasa dan sebagian lainnya memakan bangkai-bangkai dan tulang-tulang. Ketika itu setiap orang melihat seakan-akan di antara langit dan bumi ada asap. (Atsar riwayat ad-Darimi juz 1/62; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayaanil Ilmi, juz 2/51; Baihaqi dalam al-Madkhal no. 797; al-Khathib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqih; melalui nukilan Hilyatul Alimi al-Mu’allim, hal. 59)

Pendapat ibnu mas’ud radhiallahu ‘anhu ini sesuai dengan konteks ayat di atas yang mengancam kaum Musyrikin Quraisy. Namun demikian, tidak menafikan ancaman umum kepada seluruh orang-orang kafir dan musyrikin dengan asap yang turun menjelang hari kiamat kelak. Karena dalil-dalil yang shahih tentang tanda-tanda kiamat kubra sebagaimana disebutkan dalam hadits Hudzaifah di antaranya adalah munculnya ad-dukhan (asap).

Kemarahan yang diucapkan oleh Ibnu Mas’udradhiallahu ‘anhu di atas bukanlah karena beliau menafikan munculnya asap menjelang hari kiamat, tetapi karena beliau mengerti orang tersebut berbicara tanpa ilmu dengan mengatakan bahwa asap tersebut dapat membutakan mata dan memekakan telinga. Karena dalam riwayat lain, Ibnu Mas-‘ud mengatakan ada dua asap, salah satunya telah terjadi dan yang lain akan datang menjelang hari kiamat.

Dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:

بَادِرُوا بِاْلأَعْمَالِ سِتًّا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا أَوِ الدُّخَانَ أَوِ الدَّجَّالَ أَوِ الدَّابَّةَ أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ . رواه مسلم في الفتن وأشرط الساعة

Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya enam perkara: terbitnya matahari dari arah barat, datangnya asap, munculnya Dajjal, keluarnya ad-Dabbah (binatang yang dapat berbicara), kematian atau datangnya hari kiamat yang merata. (HR. Muslim dalam al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah).

Keluarnya ad-Dabbah (binatang yang dapat berbicara)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
 
وَلِلّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَالْمَلآئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ) (سورة: النحل: 49)
Artinya:
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala makhluk melata yang berada di langit yang belapis-lapis dan semuamakhluk yang melata di bumi dan jugaPara malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri”  (QS An-Nahl 16 : 49).
Disebutkan oleh Syeikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir “Al-Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan” (1/442) :
 
{وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مِنْ دَابَّةٍ} من الحيوانات الناطقة والصامتة، {وَالْمَلائِكَةُ} الكرام خصهم بعد العموم لفضلهم وشرفهم وكثرة عبادتهم ولهذا قال: {وَهُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ} أي: عن عبادته على كثرتهم وعظمة أخلاقهم وقوتهم.
 
“(Dan kepada Allah sajalah bersujud segala makhluk melata yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi) dari Hewan-hewan yang dapat berbicara dan hewan-hewan yang tidak dapat berbicara, (Dan Malaikat) yang Mulia, (Allah) mengkhususkan mereka setelah menyebutkan yang umum, hal itu karena kelebihan mereka, kemuliaan mereka, banyaknya ibadah yang mereka lakukan. Maka dari situlah Allah berfirman : (dan Mereka, ya’ni: “Para Malaikat” tidak menyombongkan diri).(“Al-Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan” (1/442) ‎

Dalam ayat lain, Tentang keberadaan Dabbah di Langit yang berlapis-lapis (Samawat) dan Juga Pada Bumi. 


وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِن دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاء قَدِيرٌ)
 (الشورى:29)

Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS Asy-Syuura 42 : 29)

Syeikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir “Al-Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan”  (1/759) :
.
أي: ومن أدلة قدرته العظيمة، وأنه سيحيي الموتى بعد موتهم، و{خَلْقُ} هذه {السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ} على عظمهما وسعتهما، الدال على قدرته وسعة سلطانه، وما فيهما من الإتقان والإحكام دال على حكمته وما فيهما من المنافع والمصالح دال على رحمته، وذلك يدل على أنه المستحق لأنواع العبادة كلها، وأن إلهية ما سواه باطلة.
{وَمَا بَثَّ فِيهِمَا} أي: نشر في السماوات والأرض من أصناف الدواب التي جعلها الله مصالح ومنافع لعباده. {وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ} أي: جمع الخلق بعد موتهم لموقف القيامة {إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ} فقدرته ومشيئته صالحان لذلك، ويتوقف وقوعه على وجود الخبر الصادق، وقد علم أنه قد تواترت أخبار المرسلين وكتبهم بوقوعه.
 Artinya:
“Diantara dalil Qudrah  Allah yang besar adalah Bahwasanya Allah mampu menghidupkan orang yang telah mati, dan(Pencipta’an  langit yang berlapis lapis dan Bumi) ini  yang begitu besar (bentuk) nya dan begitu luas (ukuran) nya. hal itu menunjukkan adanya Qudrah dan Keluasan ilmu-Nya, dan Apa saja di dalamnya (ya’ni Qudrah dan keluasan ilmu) dari berbagai peraturan dan hukum-hukum yang menunjukkan atas hikmahnya.‎

Dan apa saja didalamnya dari manfa’at dan maslahat, hal itu menunjukkan atas rahmat-Nya, hal itu juga hal-hal yang berkaitan didalamnya dari berbagai ibadah semuanya, dan Sesungguhnya Tuhan-Tuhan (yang disembah) selain Allah adalah Bathil. (dan makhluk-makhluk yang melata (Dabbah) Yang Dia sebarkan pada keduanya.) ya’ni: yang di sebarkan di lapisan-lapisan langit

Dan Bumi dari berbagai jenis Dabbah yang Allah jadikan sebagai maslahat dan manfa’at untuk hamba-hambaNya, (Dan Dia mampu mengumpulkan mereka (Dabbah-Dabbah)  semuanya) : ya’ni [di bangkitkan, lalu] dikumpulkan setelah kematian mereka di saat hari Qiyamat(hal itu jika Allah menghendaki). Maka Qudrah (Kemampuan) dan Masyi’ah (Kehendak) sangat berkaitan erat atas hal tersebut…” (“Al-Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan”  (Tafsir “Al-Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan”))      

Ada Sejenis Dabbah Asing Dari Dalam Bumi, dan Akan Keluar Ke Permukaan Bumi (Sebelum Datang Hari Kiyamat), Binatang ini Akan Berbicara Pada Manusia.‎

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ اْلأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لاَ يُوقِنُونَ. النمل: 82

Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.(an-Naml: 82)

Dalam Tafsir Ibnu Jarir Ath-ThabariRahimahullah menukil dari Abdullah bin Umar dan Athiyah, beliau berdua berkata: “(Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka) ya’ni: ketika saat itu (di Bumi) tidak ada amar ma’ruf dan Nahi Munkar. (Jami’ul Bayan Fi Ta’wilil Qur’an: 19/496).‎

Imaam Ibnu Katsiir رحمه اللهmengatakan dalam tafsir ayat diatas bahwa Ad Dabbah ini akan keluar di akhir zaman ketika manusia sudah semakin rusak. Ketika manusia sudah meninggalkan apa yang Allah سبحانه وتعالى perintahkan kepada mereka. Dan ketika manusia sudah merubah (menukar) Dien Islam yang benar menjadi Dien yangbaathil. 

Kata beliau Imaam Ibnu Katsiir رحمه اللهdalam tafsirnya selanjutnya mengaatakan, bahwa “Allah سبحانه وتعالى mengeluarkan Ad Daabbahdari bumi, lalu binatang itu berbicara kepada mereka”.

Berkata para ulama tentang ayat di atas bahwa makna “telah jatuh atas mereka” adalah telah layak ancaman Allah untuk mereka. Hal itu karena kemaksiatan, kefasikan dan kekafiran mereka telah melampaui batasnya. Mereka telah berpaling dari ayat-ayat Allah, tidak mau membaca dan tunduk pada hukum-hukumnya, di mana tidak berguna lagi nasehat untuk mereka, dan tidak memalingkan mereka peringatan-peringatan.

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan bahwa maksud “telah jatuh ucapan atas mereka” adalah dengan matinya para ulama, hilangnya ilmu, dan terangkatnya al-Qur’an …. Kemudian beliau berkata:“Maka perbanyaklah membaca al-Qur’an sebelum diangkatnya”. (Tafsir Qurthubi juz 13 hal. 234; melalui nukilan Asyrathu as-Sa’ah, hal. 404).

Selain ayat di atas, dalil-dalil dari hadits tentang akan keluarnya ad-Dabbah ini sangat banyak, di antaranya:

Dalam hadits Hudzaifah bin usaid radhiallahu ‘anhu tentang 10 tanda-tanda hari kiamat yang diriwayatkan oleh Muslim.
 
انها لن تقوم حتى ترى عشر آيات الدخان والدجال والدابة وطلوع الشمس من مغربها ونزول عيسى ابن مريم ويأجوج ومأجوج وثلاثة خسوف خسف بالمشرق وخسف بالمغرب وخسفف بجزيرة العرب وآخر ذلك نار تخرج من قبل عدن تطرد الناس إلى محشرهم.(روه مسلم)

“kiamat itu tidak akan terjadi hingga kalian melihat sepuluh tanda: asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya’juuj dan Ma’juuj, tiga gempa (di timur, barat dan Jazirah arab), dan yang terakhir adalah api yang keluar dari ‘And yang menggiring manusia ke Makhsyar”.(HR. Muslim)‎
Hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu di atas yang diriwayatkan oleh Muslim tentang beramallah sebelum datang enam perkara.
Hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
 
ثَلاَثٌ إِذَا خَرَجْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ اْلأَرْضِ. رواه مسلم في كتاب الإيمان 2/195 بشرح النواوي

Tiga perkara jika telah keluar, maka tidak berguna lagi bagi seseorang keimanannya yang belum beriman sebelumnya atau belum beramal kebaikan sedikit pun sebelumnya: terbitnya matahari dari barat, munculnya Dajjal dan keluarnya ad-Dabbah. (HR. Muslim dalam kitab al-Iman juz 2/195 dengan syarh Imam Nawawi)

Hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحًى وَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَاْلأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيبًا. رواه مسلم في كبات الفتن وأشرط الساعة 18/27 بشرح النواوي

Sesungguhnya awal tanda-tanda terjadinya hari kiamat adalah terbitnya matahari dari arah tenggelamnya dan keluarnya ad-Dabbah di antara manusia pada waktu dluha. Yang mana pun keluar lebih dulu sebelum yang lainnya, maka yang lainnya muncul di belakangnya secara dekat. (HR. Muslim dalam kitab al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah, 18/27 dengan syarh Imam Nawawi)

Hadits Abu Umamah radhiallau ‘anhu dalam riwayat imam Ahmad:
تَخْرُجُ الدَّابَّةُ فَتَسِمُ النَّاسَ عَلَى خَرَاطِيمِهِمْ ثُمَّ يَغْمُرُونَ فِيكُمْ حَتَّى يَشْتَرِيَ الرَّجُلُ الْبَعِيرَ فَيَقُولُ مِمَّنِ اشْتَرَيْتَهُ فَيَقُولُ اشْتَرَيْتُهُ مِنْ أَحَدِ الْمُخَطَّمِينَ. رواه أحمد وصححه الألباني، انظر صحيح الجامع الصغير 3/37 وسلسلة الأحاديث الصحيحة 1/3/322

Akan keluar sejenis binatang kemudian menandai manusia di muka-muka mereka kemudian bertambah banyaklah di tengah-tengah kalian (orang-orang yang bertanda), hingga ketika seseorang membeli unta ditanya:“Dari siapa engkau membeli unta ini?” Maka dia menjawab : “Aku membeli dari salah seorang yang telah diberi tanda” (tanda kafir atau mukmin –pent). (HR. Ahmad; dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani; Lihat Shahih al-Jami’u ash-Shaghir 3/37 dan Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah 1/3/322)

Allah memberlakukan Ajaran Tauhid pada Seluruh Makhluk Yang Ada Di Lapisan Langit (Yaitu Malaikat) dan  Makhluk Bumi [Makhluk Bumi], Karena ketiga Makhluk ini berakal, berbeda dengan Dabbah.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (93)
Artinya:
Tidak ada sesiapapun di langit dan di bumi melainkan dia akan datang kepada (Allah) Ar-Rahman, sebagai hamba. (QS. Maryam: 93)
Dalam Tafsir Ibnu Jarir Ath-ThabariRahimahullah menafsirkan ayat :” Tidak ada sesiapapun di langit dan di bumi melainkan dia akan datang kepada ( Allah) Ar-Rahman, sebagai hamba.” Yaitu Seluruh Para MALAIKAT yang menjadi penghuni langit, dan Seluruh MANUSIA dan JIN Sebagai penduduk Bumi, melainkan mereka semua datang menemui Rabbnya dalam keadaan seorang hamba, yang hina, tunduk, patuh”. (Jami’ul Bayan Fi Ta’wilil Qur’an: 19/496).‎
Allah senantiasa memperlihatkan Tanda-tanda KekuasaanNya di segala penjuru Bumi, agar manusia tahu tentang kebenaran Al-Qur’an.

 Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (53)
Artinya:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda ayat (kekuasaan) kami di segala Ufuq dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?. (Surat Al-Fushshilat ayat 53)
Imam Al-Baghawi dan Imam Al-Qurtubi menukil dari perkata’an Ulama’ tabi’in Atha’ dan ibnu Zaid dalam menafsirkan ayat: “Kami akan memperlihatkan Tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala Ufuq, ya’ni : penjuru langit dan Bumi, baik dari Matahari, Bulan, Bintang-bintang, Tanaman-tanaman, Pepohonan, Dan pada diri mereka sendiri” ya’ni: sempurnanya cipta’an (pada mereka sendiri), dan  terangnya Hikmah, sehingga menjadi jelas bagi mereka bahwasanya Al-Qur’an itu benar.” (Tafsir Qurtubi (15/374-375), Tafsir Ma’alimut Tanzil lil Baghawi: 7/179) ‎

Yang telah terbukti dari Dalil Al-Qur’an Maupun As-Sunnah yang Shahih Tentang Adanya Binatang Dabbah.‎

Sebagian manusia menafsirkan ad-Dabbah dengan berbagai macam penafsiran. Bahkan sebagian mereka mengatakan bahwa ad-Dabbah adalah sejenis virus yang akan membikin cacat manusia dengan tidak membawakan dalil sama sekali kecuali dari akalnya.
Kita katakan bahwa tidak perlu kita menebak-nebak sesuatu tanpa ilmu. Apa yang telah diberitakan kita imani, sedangkan apa yang tidak diberitakan kita katakan ‎wallohu a’lam.‎

KESIMPULAN
            ‎
Hari kiamat merupakan Hari yang menadai berakhirnya kehidupan alam semesta. Namun hari kiamat tersebut tidak dijelaskan kepastian kapan datangnya di dalam Al-Qur an dan Hadits. Melainkan hanya dijelaskan mengenai beberapa tanda-tanda kiamat itu akan tiba.‎

Wallohu Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq

Penjelasan Tentang Yakjuj Makjuj



ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا . حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا . قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا .

Kemudian dia menempuh suatu jalan yang lain. Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” (QS. al-Kahfi: 92 – 94)
Sifat dan ciri-ciri bangsa Ya'juj dan Ma'juj bukanlah seperti mana yang di gempar-gempurkan oleh masyarakat barat. Sebagai orang Islam kita wajib mengkajinya berlandaskan Al-Quran dan Hadis. 

Ada seorang rakan meminta saya mencari info mengenai kisah kaum ini dan disiarkan di blog ini. Saya harap info2 di bawah dapat membantu dia,anda semua serta diri saya mendalami ilmu Islam dengan lebih bersungguh-sungguh dan istiqamah. 

Siapa ya'juj dan ma'juj?
Saya percaya, hampir kesemua pembaca blog ini telah acap kali mendengar mengenai perihal bangsa Ya'juj dan Ma'juj atau di dalam bahasa inggeris-nya disebut sebagai Gog and Magog. Ia merupakan salah satu daripada 10 tanda-tanda besar kiamat. Untuk entri kali ini saya akan menerangkan secara amat terperinci mengenai bangsa Ya'juj dan Ma'juj berlandaskan pelbagai sumber rujukan dan pandangan ulama’ tersohor. Di harap entri saya pada kali ini dapatlah dijadikan sebagai ilmu yang sangat bermanfaat buat anda semua. 

Ya'juj dan Ma'juj adalah dua bangsa manusia yang akan muncul ketika dunia hampir kiamat untuk melakukan kejahatan dan kerosakan dasyat di muka bumi ini. Bangsa-bangsa ini dikatakan telah wujud sejak ribuan tahun lalu tetapi mereka dikurung di suatu lokasi rahsia oleh seorang pemerintah silam iaitu Zulkarnain. Sejak dikurung di lokasi tersebut, mereka terus hidup dari satu keturunan hingga ke keturunan yang lain sehinggalah tibanya waktu pembebasan mereka iaitu menjelang hari kiamat. 

Sejak kewujudan bangsa-bangsa tersebut di ketahui umum, pengkaji terus-menerus mencari jawapan kepada pelbagai persoalan mengenai kehidupan mereka serta lokasi misteri yang mengurungi bangsa tersebut. Siapa sangka di sebalik kemajuan ketamadunan yang menghasilkan banyak bandar-bandar besar dibina di seluruh dunia, masih wujud bangsa misteri di satu lokasi yang menjadi ‘pusat tahanan’ Ya'juj dan Ma'juj dan lokasi itu telah pun berjaya dijumpai pada hari ini bersama benteng atau temboknya. 

Dalil Al Quran mengenai Ya'juj dan Ma'juj 
Berita tentang keluarnya Ya`juj dan Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97:


حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ. وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ.

Maksudnya: "Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah datangnya janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.”

Ibnu Katsir rahimahullahu menerangkan: mereka adalah dari keturunan Adam ‘alaihissalam dari keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan Yafits yakni nenek moyang bangsa Turki yang terkurung oleh benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.

Sedangkan makna “min kulli hadabin yansilun” diterangkan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu: yakni turun dari tempat-tempat yang tinggi dengan cepat dengan membuat kerosakan

Dalam Surat Al-Kahfi

ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا . حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا . قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا .

Kemudian dia menempuh suatu jalan yang lain. Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” (QS. al-Kahfi: 92 – 94)
Pada ayat di atas, Allah menceritakan seorang raja yang adil, Dzul Qarnain yang kekuasaannya membentang dari timur hingga barat. Dia pernah mendatangi ujung-ujung daerah kekuasaannya. Salah satu yang didatangi Dzul Qarnain adalah sebuah kaum yang mereka menetap di daerah antara dua gunung (baina saddain). Menurut tafsir Ibnu Abbas, dua gunung itu antara Armenia dan Azerbaijan. (Zadul Masir, 4/250).

Kaum inilah yang mengeluhkan keberadaan Yakjuj dan Makjuj karena mereka suka mengganggu. Sehingga mereka minta dibuatkan benteng besar yang bisa menghalangi mereka dari kehadiran Yakjuj dan Makjuj. Bakan mereka sanggup bayar harta, agar bisa dibuatkan benteng itu. Mereka mengatakan – seperti yang dikutip dalam ayat di atas –,

“Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”

Atas permintaan ini, Dzulqarnain membuatkan tembok sangat besar yang terbuat dari cor besi dan tembaga. Dia lelehkan besi dan tembaga dengan semburan api, yang dibantu masyarakat kaum tersebut.

Allah ceritakan,

قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ( )  آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا

Dzulkarnain berkata: “Kekuasaan yang diberikan Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka ( ) berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah api itu.” Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu (QS. al-Kahfi: 95 – 96)

Allah memberikan jaminan, mereka tidak akan mampu menaiki benteng itu untuk  keluar darinya dan tidak bisa mereka lubangi. Allah menegaskan di lanjutan ayat,

فَمَا اسْطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا

“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.” (QS. al-Kahfi: 97).

Mereka terus berusaha melubanginya untuk bisa keluar dari benteng itu. Setelah mereka berhasil membuat lubang sebesar satu jari, Allah menutupnya kembali. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن يأجوج ومأجوج يحفرون كل يوم ، حتى إذا كادوا يرون شعاع الشمس ، قال الذي عليهم : ارجعوا فسنحفره غداً ، فيعيده الله أشد ما كان

Yakjuj dan Makjuj selalu menggali (benteng itu) setiap hari, sampai ketika mereka hampir melihat cahaya matahari, pemimpin mereka mengatakan, “Mari kita pulang, kita lanjutkan besok.” Lalu Allah mengembalikan bekas lubang itu lebih kuat dari sebelumnya. (HR. Ahmad 10913, Ibnu Majah 4218)

Di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, Yakjuj Makjuj telah berhasil melubangi sebesar satu lingkaran jari telunjuk dan jempol. Dan beliau merasa sangat cemas dan ketakutan. Zainab Radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan ketakutan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di suatu malam. Beliau tiba-tiba terbangun dengan wajah pucat memerah,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِه

Laa ilaaha illallaah, sungguh, keburukan yang akan menimpa manusia telah dekat. Pada hari ini, benteng Yakjuj dan Makjuj telah terbuka selebar ini. Beliau berisyarat membuat lingkaran dengan jari telujuk dan jempol. (HR. Bukhari 3346, Muslim 7416 dan yang lainnya).

Akan Keluar Setelah Tiba Waktunya

Demikianlah pendapat yang kuat dan ini keyakinan ahlus sunah. Yakjuj Makjuj hanya akan keluar dari benteng itu, setelah Allah izinkan. Dan itu muncul di akhir zaman, sebagai deretan tanda kedatangan kiamat.

Di lanjutan ayat, setelah berhasil membangun tembok itu, Dzulqarnain mengatakan,

قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا

Dzulkarnain mengatakan, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.”

Ketika benteng itu terbuka, mereka langsung keluar secara bergelombang, layaknya ombak lautan. Allah menyatakan,

وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا

Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain. Kemudian ditiup sangkakala (kiamat), lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.

Allah juga menegaskan di surat al-Anbiya:

حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ – وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا

Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.

Mereka keluar setelah Nabi Isa turun dan berhasil membantai Dajjal. Dalam hadis yang panjang, dari Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan rentetan tanda kiamat,

“Ketika Dajjal sudah sangat banyak kerusakannya, lalu Allah mengirim ‘Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju (yang dicelup wars dan za’faran) seraya meletakkan kedua tangannya di atas sayap dua malaikat, bila ia menundukkan kepala, air pun menetas. Bila ia mengangkat kepala, air pun bercucuran seperti mutiara. Tidaklah orang kafir mencium bau dirinya melainkan ia akan mati. Sungguh bau nafasnya sejauh mata memandang. Isa mencari Dajjal hingga menemuinya di Bab Lud lalu membunuhnya. Setelah itu Isa bin Maryam mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia mengusap wajah-wajah mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka di surga. Kemudian Allah wahyukan kepada Isa bahwa Sungguh Aku (Allah) telah mengeluarkan hamba ciptaan-Ku yang tidak sanggup seorang pun memerangi mereka. Maka berlindunglah wahai hambaKu ke bukit Thur. Lalu Allah mengirim Ya’juj dan Ma’juj dalam keadaan berjalan cepat dari semua arah, lalu kelompok pertama mereka melewati danau Thobariyah lalu meminum semua isinya dan kelompok akhir mereka melewati danau tersebut lalu mengatakan: dahulu pernah ada air disini. Nabi Isa dan sahabat-sahabatnya terkepung sampai kepala sapi jantan lebih berharga bagi seorang dari mereka dari seratus dinar milik salah seorang dari kalian sekarang ini. Lalu Nabi Isa dan para sahabatnya memohon kepada Allah. Kemudian Allah kirim ulat (yang biasa ada pada onta yang berpenyakit) pada leher-leher mereka sehingga mereka menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan seperti kematian satu jiwa. Kemudian Nabi Isa dan para sahabatnya turun (dari bukit) ke daratan dan tidak mendapatkan satu jengkal pun di tanah kecuali dipenuhi oleh mayat dan bau busuk mereka.” (HR. Muslim 2937)

Mereka Manusia Biasa

Yakjuj Makjuj adalah nama dua suku. Mereka keturunan Adam, manusia biasa seperti kita. Menurut Ibnu Katsir, Yakjuj Makjuj keturunan Nabi Nuh dari jalur Yafits Abu Turk. (an-Nihayah, 1/201).

Diantara bukti bahwa Yakjuj dan Makjuj itu manusia adalah hadis dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis qudsi,

يقول الله تعالى: يا آدم, فيقول: لبيك وسعديك والخير فى يديك. فيقول تعالى: أخرج بعث النار. قال: وما بعث النار؟ قال: من كل ألف تسعمائة وتسعة وتسعين. فعنده يشيب الصغير( وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَاهُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ ) قالو: يارسول الله وأينا ذلك الواحد؟ قال: أبشروا فإن منكم رجلا ومن يأجوج ومأجوج ألف.

Allah berfirman, “Wahai Adam. Ia pun menjawab, “Ya, aku memenuhi panggilan-Mu, dan kebaikan ada di tangan-Mu.

Allah berfirman, “Keluarkanlah ba’tsun nar! (rombongan neraka)”

Ia bertanya, “Apakah ba’tsun nar itu?”

Allah berfirman, “Dari setiap 1000 orang, 999 orang sebagai ba’tsun nar. Saat itulah anak kecil menjadi tua. “Dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk. Akan tetapi azab Allah itu sangat keras“. (QS. al Hajj: 2)

Mereka bertanya, “Siapakah di antara kami yang termasuk orang yang satu itu?”

Beliau bersabda, “Bergembiralah! Sesungguhnya dari kalian satu orang dan dari Ya`juj dan Ma`juj seribu orang”. (HR. Bukhari 6530).

Masih banyak beberapa informasi tentang Yakjuj dan Makjuj. Kita cukupkan dulu, untuk mencoba menggali pelajaran darinya terkait dengan kasus yang ditanyakan,

Pertama, bahwa yakjuj dan makjuj hanya akan keluar di akhir zaman, setelah munculnya Dajjal.

Kedua, benteng itu Allah rahasiakan. Tidak ada satupun manusia yang tahu. Sehingga percuma orang melakukan penelitian untuk mencarinya.

Ketiga, Yakjuj dan Makjuj keluar sendiri. Setelah benteng itu rusak dengan izin Allah. Mereka tidak dibebaskan oleh masyarakat di sekitarnya.

Keempat, Yakjuj Makjuj itu manusia, anak keturunan Adam. Berbentuk manusia, bukan makhluk salamander.

Ya`juj wa Ma`juj dari keturunan Adam ‘alaihissalam

Ya’juj dan Ma’juj adalah dari jenis manusia keturunan Adam ‘alaihissalam. Tidak seperti yang digambarkan oleh sebahagian orang bahawa mereka bukanlah dari keturunan manusia. Hanya sahaja mereka adalah orang-orang yang merosak serta memiliki sifat dan perangai yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan kepada mereka tidak seperti manusia pada umumnya.

Dalil yang menunjukkan bahawa mereka dari jenis manusia keturunan Adam ‘alaihissalam adalah apa yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari dalam Kitabul Anbiya’ bab Qishah Ya’juj dan Ma’juj, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: يَا آدَمُ. فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ. فَيَقُولُ: أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ. قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ قَالَ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَعِنْدَهُ يَشِيبُ الصَّغِيرُ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ ﭼ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ؟ قَالَ: أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلًا وَمِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا …

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Adam: “Wahai Adam.” Maka Adam menjawab: “Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika (Aku sambut panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di tangan-Mu).” Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkan utusan (penghuni) neraka.” Maka Adam bertanya: “Apa itu utusan (penghuni) neraka?” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Mereka dari setiap seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang!” Maka ketika itu anak kecil menjadi beruban, setiap yang hamil melahirkan apa yang dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang seakan-akan mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi kerana azab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat keras. Kemudian para sahabat bertanya: “Siapa satu yang selamat dari kita itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bergembiralah, sesungguhnya penghuni neraka itu dari kamu satu dan dari Ya’juj dan Ma’juj seribu….” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari, juz 6 hal. 382)

Dari hadis di atas kita dapatkan beberapa faedah:

Pertama: Ya’juj dan Ma’juj adalah calon penghuni neraka.
Kedua: jumlah Ya’juj dan Ma’juj sangat besar.
Ketiga: bahawa Ya’juj dan Ma’juj dari jenis manusia keturunan Adam.

Sifat-sifat Ya`juj dan Ma`juj

Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang berbeza dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perosak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga ketika mereka turun dari gunung seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sepet), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan lain-lain sifat.

Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu Harmalah, dari makciknya, dia berkata:

خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَاصِبٌ إِصْبَعَهُ مِنْ لَدْغَةِ عَقْرَبٍ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تَقُولُونَ لاَ عَدُوَّ وَإِنَّكُمْ لاَ تَزَالُونَ تُقَاتِلُونَ عَدُوًّا حَتَّى يَأْتِيَ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْعُيُونِ شُهْبُ الشِّعَافِ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dalam keadaan jarinya dibalut kerana disengat kalajengking. Baginda bersabda: “Kamu mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kamu akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sepet) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai.” (HR. Ahmad)

Ya`juj dan Ma`juj Sudah Ada Sekarang

Ya`juj dan Ma`juj sudah ada dan terus dalam keadaan turun-temurun (beranak pinak), tidak meninggal satu orang dari mereka, kecuali lahir seribu orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan Al-Hakim rahimahullahu dalam Mustadrak-nya.

Namun alhamdulillah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bentengi mereka dari kita, iaitu dengan sebab menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan kemampuannya membuat benteng yang terbuat dari besi dan tembaga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا. حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لاَ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً. قَالُوا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا. قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا. آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ ءَاتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا. فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا. قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا

Maksudnya: “Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya, suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat kerosakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak dapat mendakinya dan mereka tidak dapat (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabb-ku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi: 92-98)

Kesombongan Ya`juj dan Ma`juj

Ya`juj dan Ma`juj ketika keluar tidaklah melalui sesuatu kecuali dirosaknya. Tidaklah melalui danau kecuali meminumnya hingga habis. Tidaklah mendapati manusia kecuali dibunuhnya sampai ketika mereka merasa menang membantai seluruh penduduk bumi, mereka menentang penduduk langit. Inilah kesombongan yang luar biasa dari Ya`juj wa Ma`juj.

ثُمَّ يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى جَبَلِ الْـخُمَرِ وَهُوَ جَبَلُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ فِي اْلأَرْضِ هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ فِي السَّمَاءِ. فَيَرْمُونَ بِنُشَّابِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرُدُّ اللهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ مَخْضُوبَةً دَمًا

“Kemudian mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar, iaitu salah satu gunung di Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata: “Kita telah membantai penduduk bumi, mari kita membantai penduduk langit.” Maka mereka melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah.” (HR. Muslim dalam kitab Al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah)

Yakni mereka mengira bahawa darah tersebut bukti kemenangan mereka melawan penduduk langit. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala binasakan seluruhnya pada ketika kemuncak kesombongan mereka dalam waktu yang hampir bersamaan.

Binasanya Ya'juj dan Ma'juj dengan doa Nabi Isa ‘alaihissalam

Diriwayatkan dari An-Nawwas Ibni Sam’an radhiyallahu ‘anhu dalam hadis yang panjang. Di antaranya sebagai berikut:

إِذْ أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيسَى إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لاَ يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ فَلاَ يَجِدُونَ فِي اْلأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ فَيُرْسِلُ اللهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ فَيَغْسِلُ اْلأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ يُقَالُ لِلْأَرْضِ أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ وَرُدِّي بَرَكَتَكِ…

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Isa ‘alaihissalam: Sesungguhnya aku mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada kemampuan bagi seorang pun untuk memeranginya. Maka biarkanlah mereka hamba-hamba-Ku menuju Thuur. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala keluarkan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi. Kemudian mereka melewati danau Thabariyah, dan meminum seluruh air yang ada padanya. Hingga ketika barisan paling belakang mereka sampai di danau tersebut mereka berkata: “Sungguh dahulu di sini masih ada airnya.” Ketika itu dikepunglah Nabiyullah Isa ‘alaihissalam dan para sahabatnya. Hingga kepala sapi ketika itu lebih berharga untuk mereka daripada seratus dinar kamu sekarang ini. Maka Isa dan para sahabatnya berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengirim sejenis ulat yang menyerang leher mereka. Maka pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi bangkai-bangkai dalam waktu yang hampir bersamaan. Kemudian turunlah (dari gunung Thuur) Nabiyullah Isa dan para sahabatnya, maka tidak didapati satu jengkal pun tempat kecuali dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk mereka. Maka Nabi Isa ‘alaihissalam pun berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan burung-burung yang lehernya seperti unta, membawa bangkai-bangkai mereka dan kemudian dilemparkan di tempat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki. Kemudian Allah kirimkan hujan yang tidak meninggalkan satu pun rumah mahupun kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian dikatakan kepada bumi itu: ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalilah berkatmu...” (HR. Muslim)
Media Liberal Sumber Dusta

Sebenarnya penemuan NASA tentang manusia bawa tanah, bukan sesuatu yang istimewa. Namun media di tempat kita terlalu berlebihan memberitakannya. Awalnya media liberal, lalu diikuti media islam yang kurang bertanggung jawab.

Sebenarnya mereka hanyalah geladangan yang menghabiskan puluhan tahun hidupnya di terowongan-terowongan kereta bawah tanah di New York.

Yang sangat ‘menyebalkan’, situs berita itu membuat ilustrasi makhuk menyeramkan, layaknya manusia berkepala kadal, yang ternyata itu diambil dari sebuah film science-fiction, yang dibuat pada tahun 1956.

Yang menyedihkan, media ‘islam’ mengutipnya dan menghubungkannya dengan Yakjuj dan Makjuj. Allahul musta’an. Kita layak prihatin dengan sikap ini.

Karena itu, penting kami ingatkan, agar kita kedepankan sikap suudzan (buruk sangka) terhadap media liberal atau yang kurang bertanggung jawab itu. Sehingga kita tidak mudah ditipu para penipu.

Takhtimah
Sebagai nasihat dan peringatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin, kami nukilkan beberapa ucapan para ulama dalam masalah ini:

Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu menyatakan: “Barangsiapa yang menolak hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi sa wallam, maka dia berada di pinggir jurang kehancuran.” (Thabaqat Al-Hanabilah, 2/11 dan Al-Ibanah, 1/269; lihat Ta’zhimus Sunnah hal. 29)

Al-Imam Al-Barbahari rahimahullahu menegaskan: “Jika engkau mendengar seseorang mencela riwayat-riwayat (yakni riwayat hadis yang sahih), menolaknya atau menginginkan selainnya, maka curigailah keislamannya dan jangan ragu kalau dia adalah pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah.” (Syarhus Sunnah hal. 51)

Abul Qashim Al-Ashbahani rahimahullahu menerangkan: Ahlus Sunnah dari kalangan salaf berkata: “Barangsiapa mencerca riwayat-riwayat hadis, maka selayaknya untuk dituduh keislamannya.” (Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah 2/248. Lihat Ta’zhimus Sunnah, hal. 29)

Al-Imam Az-Zuhri rahimahullahu –imamnya para imam pada zamannya- berkata: “Dari Allah Subhanahu wa Ta’ala keterangannya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyampaikannya, maka kewajiban kita adalah menerimanya.” (Aqidatus Salaf Ashhabil Hadits, hal. 249)

Beliau rahimahullahu berkata juga: “Diriwayatkan dari salaf bahawa kaki Islam tidak akan kokoh, kecuali di atas dasar at-taslim (yakni menerima dan tunduk pada seluruh ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, pent.).” (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits hal. 200).
Wallohu A'lam Bishshowab

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...