Rabu, 25 November 2020

Jejak Sembah Dalem Dipati Ukur Di Gunung Wayang


Beberapa tahun kebelakang, Sungai Citarum ramai diperbincangkan oleh media-media nasional karena termasuk predikat salah satu sungai paling tercemar di dunia! Sungai Citarum ini memang sering dijadikan pembuangan limbah oleh pabrik-pabrik yang ada di sekitarnya, regulasi dari pemerintah yang kurang dan kesadaran industri kepada lingkunganlah yang menyebabkan sungai ini menjadi sangat tercemar.

Tetapi siapa disangka, Sungai Citarum ini memiliki hulu yang sangat cantik dan sangat jernih airnya. Letak hulunya berada di Situ Cisanti yang berada di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan. Situ Cisanti ini juga terletak di kaki Gunung Wayang. Karena letaknya yang berada di ketinggian, Situ Cisanti ini mempunyai udara yang sejuk dan fresh, cocok untuk melakukan refreshing.

Tak hanya perannya yang sangat penting bagi sumber kehidupan warga Jawa Barat Situ Cisanti merupakan salah satu dari saksi sejarah dari masa kerajaan hingga zaman kolonialisme dulu. Situ Cisanti ini merupakan sebuah petilasan (tempat persinggahan) dari Dipatiukur, yang merupakan seorang wedana para bupati Priangan pada abad ke-17. Dipatiukur memimpin pasukan untuk menyerang Belanda di Batavia pada tahun 1628. Disebutkan bahwa kekalahan Dipatiukur disebabkan oleh adanya pengkhianatan dari pemimpin masyarakat Sunda lain, sehingga akhirnya Dipatiukur dan pengikutnya mudah dikalahkan. Menurut kabar, Bujangga Manik yang masih keturunan  Raja Padjajaran, pernah mengunjungi Situ Cisanti ini pada perjalanannya mengunjungi tempat-tempat suci di Pulau Jawa dan Bali dengan berjalan kaki seorang diri.

Selain berperan penting dalam sejarah dan kehidupan masyarakat Jawa Barat, Situ Cisanti ini juga mempunyai pemandangan dan fasilitas seperti jembatan yang bisa dijadikan tempat untuk hunting foto. Selain hunting foto, aktivitas lain yang bisa dilakukan di Situ Cisanti ini yaitu memancing dan keliling danau menggunakan perahu, bahkan bisa camping

Situ Cisanti yang terletak di Kampung Pejaten Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung ini merupakan salah satu danau yang wajib anda kunjungi. Berbeda dengan situ Patenggang dari Ciwidey, Situ Cisanti terletak berlokasi januh dengan kota dan juga berada di dalam hutan. Dan itulah yang menjadikan Situ Cisanti ini tetap terjaga serta membuatnya tetap eksotis.

Situ Cisanti ini terletak di kaki Gunung Wayang yang kini masuk dalam area Perum Perhutani. Tak hanya perannya yang sangat penting bagi sumber kehidupan warga Jawa Barat. Situ Cisanti merupakan salah satu dari saksi sejarah dari masa kerajaan hingga zaman kolonialisme dulu. ‎

Yang membuatnya unik adalah bahwa situ/danau ini merupakan hulu dari Sungai Citarum dan merupakan saksi sejarah karena situ ini adalah sebuah patilasan dari Dipatiukur. Nama situ itu adalah SITU CISANTI. Situ Cisanti adalah sebuah danau yang terletak di tengah hutan eucaliptus dan situ ini terletak cukup tinggi dari permukaan laut. Banyak yang bilang bahwa Situ Cisanti bagaikan sebuah “nadi Jawa Barat” karena Situ Cisanti inilah yang menjadi hulu dari Sungai Citarum, sungai terbesar dan terlebar di Jawa Barat yang memiliki panjang sekitar 269 Km dan membelah 12 Kabupaten dan kota. 

Di Situ Cisanti ini terdapat beberapa spot yang unik dan cocok buat foto-foto dan bernarsis ria dan keren. Lokasi/Alamat Situ Cisanti Situ Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang sekitar 60 kilometer sebelah selatan Kota Bandung dan dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua atau roda empat sekitar 2-3 jam. Untuk mencapai lokasi bisa diakses melalui dua cara. Pertama melalui kawasan Pangalengan dengan sebelumnya menyusuri perkebunan teh Malabar. Sebenarnya dengan melewati kawasan Pangalengan ini bisa terbilang lebih dekat dengan jalan yang tidak terlalu menanjak, namun jalanan dengan rute ini cukup sulit, sepi, rusak dan lebih mudah tersesat karena kurangnya plang jalan khusus. Rute kedua adalah melalui Bandung – Ciwastra – Ciparay – Pacet – Cibeureum dan selanjutnya Kertasari. 

Bisa dibilang melalui rute kedua ini jalanan akan sedikit menanjak dan berputar, namun jalanan pada rute kedua ini lebih baik dan mulus dibandingkan dengan rute pertama. Fasilitas Situ Cisanti Bisa dibilang Situ Cisanti ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap mulai dari toilet, mushola hingga penginapan/cottage kayu yang bisa dipakai untuk menginap dan menikmati malam di tengah hutan Situ Cisanti. Di kawasan Situ Cisanti ini juga kamu bisa berkemah dengan teman-teman yang menyukai alam terbuka. 

Situ Cisanti ini merupakan pertemuan dari 7 mata air yang ada disana. Diantaranya adalah 
mata air Cikahuripan (Pangsiraman), 
mata air Cihaniwung, 
mata air Mastaka Citarum, 
mata air Cisadane, 
mata air Cikoleberes, 
mata air Cikawedukan dan terakhir 
mata air Cisanti. 

Dari ketujuh mata air yang ada di Situ Cisanti, yang paling populer adalah mata air Pangsiraman. Mata air Pangsiraman ini dikelilingi oleh pagar besi dan terdapat bangunan bagi mereka yang ingin melakukan “ziarah” di kawasan ini. Untuk bisa masuk ke lokasi ini kamu tak bisa sendiri karena dijaga oleh seorang juru kunci yang sesekali ada disana. Di kawasan mata air Pangsiraman ini air kebiruan dan sangat jernih. Disini kamu tak bisa sembarang mandi di mata air ini karena ada sebuah tatakrama yang harus dilakukan sebelumnya.

Mitos Di Cisanti

Daerah sekitar hulu sungai citarum, ternyata memiliki cerita mitos tersendiri pula. Di sebelah atas danau cisanti ada 2 pohon tua yg batangnya berdekatan, kata orang itu adalah simbolik keris dan kujang dari raja siliwangi, yang bilamana kedua batang pohon tersebut sampai berjauhan itu adalah pertanda akan terjadi perang saudara di negeri ini ?.Daerah sekitar gunung wayang ternyata memiliki mitos sunda tentang kerajaan sunda jaman dulu ( siliwangi ), ada beberapa nama kampung yg cukup unik dan konon ada hubungan dengan cerita lama tsb, seperti pejaten (dari kata jati), sukaratu, tamansari,kertasari dll.Di sebelah gunung wayang ada bukit yg dinamakan gunung bedil, konon disanalah dulu terdapat meriam ( bedil) menuju istana kerajaan. Jalur celah bukit yg kita lewati tadi, dinamakan golodok, artinya semacam tangga naik menuju gapura istana, memang kondisi alamnya sangat unit celah tersebut diapit dua bukit yg simetris, kita memasuki sebuah lembah besar,bagaikan memasuki sebuah arena terbuka yg luas. Di dekat puncak gunung wayang, ada tempat yg sering dijadikan tempat bertapa para dalang yang ingin mencari kesaktian ilmu mendalang nya. Konon dulu di sekitar gunung wayang pada malam hari, orang sering mendengar suara2 seperti gamelan wayang, karena itu lah gunung tersebut dinamakan gunung wayang.

Semula, mata air Citarum yang berada di lereng Gunung Wayang, hanya
berupa aliran selebar satu meter lebih, dengan daerah rawa berumput
sebelum menuju hilir. Namun, sejak 2001, pemandangan tersebut berubah
menjadi sebuah situ (danau) yang indah seluas 6 hektare, lengkap
dengan keran pengatur air. Tepat di bawah pintu air utama bercat biru,
tertulis “Situ Cisanti”.

“Dinamian Cisanti, lantaran saluyu sareng salah sahiji cinyusu nu
paling ageung di dieu (Diberi nama Cisanti karena sesuai dengan salah
seorang mata air terbesar di sini),” ujar Aceng Sukma, lelaki
kelahiran 1927 yang menjadi salah satu juru kunci makam leluhur di
mata air Citarum.

Huluwotan Citarum
 
Wilayah Huluwotan Citarum sejak dulu memang dipercaya sebagai salah satu lokasi yang dianggap memiliki kekuatan spiritual yang sangat lekat. Maka tidak mengherankan, bagi sebagian masyarakat lokasi ini menjadi salah satu tujuan yang paling diminati oleh para peziarah, karena selain terdapat makam yang dianggap keramat, yaitu makam keramat Rangga Wulung Sari dan makam petilasan Eyang Dipati Ukur, juga terdapat sumber mata air yang dianggap sebagai cikahuripan.
Kedua makam ini letaknya cukup berjauhan, akan tetapi tidak memakan waktu lama.  Kedatangan mereka ke makam-makam tersebut, dimotivasi karena berbagai kebutuhan.
Makam Keramat Rangga Wulungsari terletak bersebelahan dengan dengan Mata air Cisanti. Makam ini terletak dalam sebuah bangunan berukuran 2 X 3 m. Para pengunjung, baik perorangan maupun kelompok melakukan beberapa kegiatan, seperti melakukan tahlil. Sebelumnya terlebih dahulu dibimbing oleh kuncen yang mengantarnya. Setelah melakukan tahlil dan berdo’a sesuai dengan kebutuhannya, para peziarah biasanya mereka langsung menuju lokasi Mata Air Cisanti dan melakukan ritual pemandian. Kegiatan ini dimulai dengan menaburkan bunga dan uang koin yang telah diberi do’a oleh kuncen. Jumlah uang koin disesuaikan dengan angka-angka naktu kelahiran orang yang akan melakukannya. Misalnya, orang yang lahirnya hari Jum’at, naktunya 6. Maka orang tersebut bisa melemparkan uang koin sebesar  Rp 600, Rp 6000 dan seterusnya sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan.
Selama melakukan ritual pemandian, para peziarah sengaja menenggelamkan diri sampai ke dasarnya sambil tangannya mencoba meraih sesuatu. Hasil yang diraihnya bisa bermacam-macam. Ada yang mendapatkan koin. Ada yang berupa dedaunan, atau biji-bijian. Konon, apa yang didapat merupakan isyarat atau simbol untuk dimaknai sebagai ‘bekal’apa yang harus dilakukan kemudian. Misalnya, bila mereka mendapatkan uang koin, sering mereka tafsirkan suatu kecocokan untuk  berdagang.  Biasanya, sepulangnya dari sana, mereka pun mencoba menjalankan usaha perdagangan. Dan, apabila mendapatkan biji-bijian, ini sebagai isyarat, bahwa mereka cocok untuk mengadakan usaha péertanian atau perkebunan.
Setelah melakukan ritual pemandian di sumur keramat Cisanti, kemudian mereka melakukan napak tilas sejarah dengan mengunjungi sebuah petilasan, yang disebut Makam Eyang Dipati Ukur.
Lokasi areal petilasan ini berukuran hanya beberapa tumbak saja. Meskipun cukup terbuka, tetapi tidak sembarang orang dapat memasuki areal ini. Biasanya para pengunjung dapat menggunakan jasa seorang kuncen untuk dapat memasuki areal yang telah memakai pembatas, berupa pagar hidup dari pepohonan. Di dalam areal pemakaman, selain terdapat makam, juga terdapat saung terbuat dari bahan bambu. Sedangkan makamnya sendiri telah dibangun secara permanen dari bahan keramik. Makam itu berukuran sekitar 2,5 X 1 m dan diberi pagar kawat setinggi orang dewasa.
Sebelum dibangun secara permanen oleh pengelola Situs Gunung Wayang, petilasan ini semula hanya terdiri dari bongkahan batu yang dihamparkan, terdiri dari batu persegian bercampur dengan batu alam. Dan terdapat batu lingga sebagai ciri.
Menurut salah seorang sumber yang mengaku turunan Dipati Ukur, yaitu keluarga dari Kawargian Bandung, Situs Petilasan Makam Eyang Dipati Ukur, sebenarnya bukan tempat penguburan jasad, melainkan hanya sebagai salah satu tempat yang pernah digunakan Dipati Ukur dalam masa-masa perjuangan menghadapi pasukan Mataram.
Disebutkan, pada masa itu, lokasi Gunung Wayang yang berada jauh dari pusat pemerintahan kadaleman, dipilih oleh Dipati Ukur sebagai salah satu lokasi untuk mengadakan kontemplasi atau perenungan terhadap kebijakan yang diambilnya. Disamping itu, juga digunakan sebagai tempat untuk meningkatkan dan menggali nilai-nilai spiritual dalam menghadapi berbagai cobaan, baik yang dierimaoleh rakyat maupun negaranya.
Bahkan, selama masa perjuangan secara gerilya, lokasi ini konon sempat dijadikan sebagai pengaturan strategi dan pelatihan perang dengan menggunakan taktik perang Pajajaran.
Sekarang, di tempat petilasan ini, pengunjung dengan dibimbing kuncen melakukan do’a. Setelah berdo’a, kemudian memotong sebuah batang dari dahan pohon. Batang dahan ini diukur  sepanjang dari ujung tangan kiri hingga ujung tangan kanan melewati dada. Batang dahan ini kemudian disimpan di atas makam dan diberi do’a oleh kuncen. Selesai diberi do’a, batang dahan tersebut dikembalikan lagi kepada pengunjung tadi. Dan kembali diukur dari ujung tangan kiri hingga ujung tangan kanan. Hasil pengukuran ini, ternyata batang dahan tadi ada yang menjadi berkurang dari ukuran semula, ada juga yang bersisa antara 2 hingga 5 cm. Sisa kelebihan potongan itulah yang harus dibawa oleh pengunjung, setelah dibungkus dengan kain putih. Tentu saja setelah diberi do’a oleh kuncen.
Bagi para pengunjung yang berminat ingin meneruskan napak tilas, bisa saja langsung menuju puncaknya. Tapi, sangat sedikit yang sampai di sana. Di puncak gunung wayang itulah terdapat beberapa arca dan makam kuno. Di sana, biasa para pengunjung melakukan tapa sampai berhari-hari. Tentu saja hal ini karena didorong rasa keinginannya untuk mencapai suatu maksud tertentu.
Kini, lokasi Situs Huluwotan Citarum yang terletak di wilayah Desa Tarumanagara, Kecamatan Kertasari, selain dikelola oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Barat, juga melibatkan lembaga lain, seperti Perhutani serta aparat pemerintah setempat dengan melibatkan masyarakat sekitarnya.
Pengelolaan secara bersama-sama ini, sebenarnya memiliki keuntungan tersendiri bagi pengembangan pelestarian dan pemanfaatan Situs Huluwotan Citarum. Terutama untuk memenuhi berbagai kepentingan pelestarian lingkungan alam maupun pelestarian budaya. Begitu juga dengan pemanfaatan sumber daya air di dalamnya, yang semata-mata tidak hanya untuk warga sekitar.‎
Melihat potensi pengunjung yang sangat besar, kemudian ada upaya dari kalangan pemerintah untuk pengembangan sebagai salah satu asset wisata ziarah dan wisata budaya.‎

 

Sholawat Dzatiyah


صَلَوَاتْ لِلشَّيخْ إِبْرَاهِيمْ الدَّسُوْقِيْ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى الذَّاتِ الْمُحَمَّدِيَّةِ، اَللَّطِيْفَةِ اْلاَحَدِيَّةِ، شَمْسِ سَمَاءِ اْلأَسْرَارِ، وَمَظْهَرِ اْلأَنْوَارِ، وَمَرْكَزِ مَدَارِ الْجَلاَلِ، وَقُطْبِ فَلَكِ الْجَمَالِ، اَللَّهُمَّ بِسِرِّهِ لَدَيْكَ، وَبِسَيْرِهِ اِلَيْكَ، آمِنْ خَوْفِيْ، وَأَقِلْ عَثْرَتِيْ، وَاَذْهِبْ حَزَنِيْ وَحِرْصِيْ، وَكُنْ لِيْ وَخُذْنِيْ اِلَيْكَ مِنِّيْ، وَارْزُقْنِيْ الْفَنَاءَ عَنِّيْ، وَلاَ تَجْعَلْنِيْ مَفْتُوْناً بِنَفْسِيْ مَحْجُوْباً بِحِسِّيْ وَاكْشِفْ لِيْ عَنْ كُلِّ سِرٍّ مَكْتُوْم ياَحَيُّ ياَقَيـُّوْمُ.
 
Allahumma sholli aladz dzatil Muhammadiyyah, allathifatil ahadiyyah, syamsi sama-il asror, wa mazharil anwar, wa markazi madaril Jalal, quthbi falakil jamal, Allumma bi sirrihi ladaik, wa bisairihi ilaik, amin khoufi, wa aqil atsroti, wa azhib hazani wa hirshi, wa kun li wa khudzni ilaka minni, warzuqnil fana-a anni, wa la taj'alni maftunan bi nafsi, mahjuban bihissi, waksyif li an kulli sirrin maktumin Ya Hayyu Ya qoyyum.

Artinya: Ya Allah berikan sholawat kepada Nabi Muhammad yang memiliki dzat terpuji, kelembutan yang tunggal, yang merupakan matahari langit segala rahasia tempat penampakan aneka cahaya, pusat peredaran keagungan, titik orbit keindahan, Ya Allah dengan rahasianya dan peredarannya menuju Engkau, berikan aku rasa aman dari ketakutan, sempurnakan kekuranganku, hilangkan kesedihan dan sifat rakusku, dampingi diriku dan temani aku. Anugrahi aku puncak kecintaan tertinggi, jangan Kau biarkan diriku tersiksa dengan nafsu sehingga terhalang dengan materi, bukakan diriku segala rahasia yang tersembunyi wahai yang maha berdiri sendiri dan maha hidup.

Shalawat di atas dinisbahkan kepada salah satu wali quthb yang berenang dalam lautan makrifah bernama Syekh Ibrahim bin abil majd bin qurays ad-Dasuqi al-Mishriy al-Husainiy. Beliau di lahirkan di kota Dasuq Mesir pada tahun 623 Hijriyah. Wafat pada tahun 676 Hijriyah dalam usia sekirar 43 tahun.

Di antara karamah beliau: Imam al-Munawiy mencatatkan dalam kitabnya al-Kawakibud Durriyyah : Suatu hari penduduk mesir dikejutksn dengan berita seekor buaya telah menelan seorang anak di sungai nil, maka ibu sang anak mendatangi Syeikh Ibrahim Dasuqi dengan menangis tersedu-sedu, maka Syeikh meyuruh muridnya untuk memanggil buaya yang memakan anak ibu tersebut, maka datang muridnya dan berseru di tepi sungai Nil : ” Wahai sekalian buaya , siapa diantara kalian yang memakan seorang anak maka hendaklah dia muncul dan menghadap Syeikh “. maka muncullah buaya dan berjalan beserta murid sehingga sampai kehadapan Syeikh Ibrahim Ad-Dusuqi, maka Syeikh menyuruh buaya itu untuk mengeluarkan anak itu, maka buaya itu mengeluarkan anak itu dalam keadaan hidup, kemudian Sheikh Ibrahim berkata : Matilah kamu dengan seizin Allah “, maka segara buaya itupun mati.

Shalawat ad-Dzayiyyah sangat populer di belahan dunia dan diamalkan oleh para pengikut tarekat khususnya tarekat Burhaniyah atau tarekat Dasuqiyah.

Shalawat ini mendapat perhatian khusus di sisi para ulama dengan bukti ditemukan beberapa syarh (komentar) bagi shalawat tersebut. Di antaranya; imam Muhammad Bin Ahmad al-Bahiy al-Malikiy wafat tahun 1238 Hijriyah memberikan penjelasan panjang bagi redaksi shalawat tersebut dalam kitab beliau "Syarh Shalawat Ad-Dasuqiyyah" terdiri dari 110 halaman.
Imam Muhammad bin Ahmad al-Bahiy seorang ahli sanad dari kota mesir mengatakan keutamaan shalawat Dzatiyyah atau shalawat Dasuqiyyah ini di antaranya mendatangkan futuh (terbuka hijab), meraih wushul dan mengqabulkan segala hajat para pembacanya.

 

Sholawat A'dhom LisSyaikh Taqiyyuddin Ad-Dimsyiqi Ra


Sholawat Ismu A'dzhomi  Syaikh Al Qutb Muhammad Taqiyudin Ad-Dimsyiqi ( Shahib Aqidatul Ghaib wa Thariq Rijalul Ghaib Qodasallahu Sirrohu wa Nafa`na bihi ) Tertulis dalam kitab Saadatud Dara`in karya Syekh Yusuf  bin Ismail An-Nabhani. Sholawat inilah yang sering digunakan sebagai wasilah untuk bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS.

Inilah redaksi Sholawat tersebut.

بسم الله الر حمن الرحيم
الفاتحة…. نية…. الى روح سيدى الوالد الحبيب علوى بن احمد باحسين والحبيب احمد بن حامد الكاف والامام الشيخ بوسف بن اسماعيل النبهانى ومشاءخيه والامام محمد تقي الدين الدمشقى ورجال الغيب وارواح المقدسة واصحاب النوبة والى رئسيهم والى حضرة نبي الله خضر عليه السلام والى ضرةالنبى سيدنا محمد صل الله عليه وسلم. الفاتحة……

Al-Fatihah…( niatkan )… kepada Sayyidul Walid Al-Habib Alwi bin Ahmad Bahsin, Al-Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff, dan Al-Imam Yusuf bin Ismail An-Nabhaani, dan semua guru-guru beliau, dan kepada Al-Imam Shohibus sholawat Syaikh Muhammad Taqyudien Ad-Damsiq, dan semua Rijal Ghoib, dan semua arwah dari golongan mereka yang suci, juga kepada semua para ahli Taubat, dan semua pemimpin mereka. Kepada Nabi Allah Sayyidina Khidhir AS, dan kepada kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW. Al-Fatihah …

بسم الله الر حمن الرحيم
اللهم انى اسالك باسمك الاعظم المكتوب من نوروجهك الاعلى الموبدالدائم الباقى المخلد فى قلب نبيك ورسولك محمد واسالك باسمك الاعظم الوحدبودةالاحد المتعالى عن وحدةالكم والعدد المقدس عن كل احد وبحق بسم الله الرحمن الرحيم قل هوالله احد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا احد ان تصلي وتسلم على سيدنا محمد سر حياةالوجود والسبب الاعظم لكل موجود صلاة تثبت فى قلبى الايمان وتحفظنى القران وتفهمنى منه الايات وتفتح لى بها نورالجنات ونورالنعيم ونورالنظر الى وجهك الكريم وعلى اله وصحبه وسلم

Sholawat A’dhoom lii Rijalil Ghoib :

Allohumma inni as-aluka bismikal A’dhoomil maktuubi min nuuri wajHikal a’laa al-mu-abbadid-daa-imil baqiil mukhollad. Fii Qolbi nabiyyika wa rosuulika Muhammad.
Wa as-aluka bismikal a’dhoomi waahidi biwahdatil ahadil muta’aalii ‘an wahdatil kammi wal’adad.Al-Muqoddasi ‘an kulli ahaad. Bihaqqi…( baca surah Al-Ikhlas dari Basmalah sampai akhir surat ). An tusholliya ‘alaa Sayyidina Muhammadin sirri hayatil wujuudi was-sababil a’dhoomi likulli maujuudi sholaatan tu-tsab-bitu fii Qolbil Iimaani wa tuhaffidhunil Qur-aan, wa tufah-himunii minhul ayaati wa taftahuli bihaa nuurol jannati wa nuuron na’iim wa nuuron nadhoori ilaa wajhikal kariimi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallim.

Terjemah dan ma’nanya :

`Ya Allah aku mohon kepadaMu dengan AsmaMu yang Agung, yang tertulis dari cahaya wajahMU yang maha Tinggi dan maha Besar, yang kekal dan abadi, di dalam kalbu Rasul dan NabiMU Muhammad SAW.Aku memohon dengan AsmaMU yang Agung dan Tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang Maha Agung dari kesatuan jumlah, dan maha Suci dari setiap sesuatu, dan dengan
 
 hak BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM. QULHUALLAHU AHAD. ALLAHUSSHOMAD. LAM YALID WALAM YULAD WALAM YAKUL LAHU KUFUWAN AHAD. 
 
Semoga Engkau limpahkan shalawat kepada junjungan kami Muhammad SAW, rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan shalawat yang menetapkan iman dalam dadaku, dan mendorongku agar menghapalkan Alquran, dan memberikan pemahaman padaku akan ayat-ayatnya, membukakan padaku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan kepada wajahMu yang Mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.Limpahkan pula salam sejahtera padanya.`

Catatan dan cara :

Ini shalawat As-syekh Al-Arif Al-Imam As-sayyidi Muhammad Taqiuddin Ad-Damsyiq ( Shahib Aqidatul Ghaib wa Thariq Rijalul Ghaib Qodasallahu Sirrohu wa Nafa`nabihi.Amin ) Tertulis dalam kitab Saadatud Dara`in karya Syekh Yusup bin Ismail An-Nabhani. Dalam satu risalahnya tentang Ismul A`dhom disebutkan faedah tasarruf dengan shalawat ini mengandung rahasia luar biasa, antara lain :

1. Jika dibaca 100x tiap hari akan mendapatkan kedudukan wali dari Auliya Allah.

2. Apabila dibaca 1000x tiap hari, engkau akan dapat memberi nafkah secara ghaib.Dengan kata lain bila ada keperluan masukkanlah tanganmu kedalam satu, maka akan engkau dapatkan yang engkau perlukan.
3. Untuk membinasakan orang zholim, dibaca pada malam sabtu 1000x maka engkau akan melihat keajaibannya, kebinasaannya.( hati-hati jangan sembarangan, bisa kena diri sendiri )
4. Untuk mencegah perampok dan musuh yang banyak, ambillah segenggam tanah dari bawah telapak kaki sebelah kiri, bacakan shalawat ini 7x, tiupkan pada tanah tersebut ( dijampikan ) dan lemparkan kearah dimana musuh/perampok berada, akan terjadi kebinasaan pada mereka seketika.
5. Untuk mengembalikan barang hilang dam melunasi hutang, bacalah tiap hari 7x.Tiap mulai satukali diniatkan pahala yang engkau baca dihadiahkan keHadratun Rasulullah, keluarganya, sahabatnya, serta pada Rijalul Ghaib dan Ashaabun Naubah dan kepada pemimpin mereka. Dan berniat bila hajatmu tercapai engkau bersedekah dengan makanan dan pahalanya untuk mereka. Atau kau dapat memberi makan orang miskin sebagai terima kasih kepada Allah karena barokah merekalah dan shalawat ini sehingga hajatmu tercapai.Insya Allah.
6. Untuk sakit kepala, demam, sakit mata, migran ( sakit kepala sebelah ) dibacakan pada air mawar 7x dan diminumkan pada sisakit.Insya Allah sembuh !

7. Untuk melancarkan air susu bagi manusia atau hewan ternak, ambil air dari mata air ( sumur ) baca shalawat ini 7x diusapkan pada teteknya dan diminum, maka air susunya akan banyak.Insya Allah.
8. Untuk kencing tersumbat ( kencing batu ) dan wanita yang akan melahirkan ( susah melahirkan ) dibacakan seperti diatas.
9. Untuk sesak nafas, medu, rasa takut, sering mimpi yang tidak enak/menakutkan, masuk angin, sakit dada, TBC, sulit tidur bikinlah air jampian seperti tadi dan dikerjakan / diminum MALAM HARI.
10. Dibaca untuk perempuan/laki-laki agar cepat menemukan jodohnya, dibikin air diminumkan pasti banyak yang menyukainya dan cepat menemukan jodohnya. Sudah dibuktikan !!
11. Bila didawamkan/rutin dibaca 100x setiap hari selama 40 hari, engkau akan menjadi seorang Arif mungkin Kasyaf.
12. Untuk wanita yang menginginkan anak/mandul dibaca diair seperti diatas pada MALAM JUM`AT dan diminumkan kemudian dicampur oleh suaminya pada malam itu juga, dia akan hamil, Insya Allah yang telah dicoba pada air untuk diminumkan dan dimandikan.

Wallohu A'lam‎

 

Sayyidul Istighfar Doa Yang Sangat Penting Bagi Manusia


Sayyidul istighfar adalah bacaan atau doa yang mengrajai atau ketua dari semua istighfar. banyak istighfar tapi sayyidul istighfar inilah raja nya atau paling bagus nya bacaan istighfar. di bawah ini adalah doa sayyidul istighfar :

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya ”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu dan akan menjalankannya dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau”.

Keutamaan:
Do’a Sayidul Istighfar ini mempunyai keutamaan yang sangat besar sekali, yaitu orang yang selalu membacanya dengan yakin akan dimasukkan ke dalam surga. 

Hal ini dinyatakan sendiri oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam dalam hadist berikutnya :

ومن قالها من النهار موقنًا بها فمات من يومه قبل أن يمسي فهو من أهل الجنة ، ومن قالها من الليل وهو موقن بها فمات قبل أن يصبح فهو من أهل الجنة 
 
” Siapa saja yang mengucapkan sayidul istihgfar pada siang hari dengan yakin, kemudian meninggal dunia sebelum datang waktu sore, niscaya dia termasuk ahli syurga. Dan Siapa saja yang membacanya di waktu malam dengan yakin, kemudian dia meninggal dunia sebelum datangnya pagi, niscaya dia termasuk ahli syurga ” ( HR Bukhari, no : 6306 )

Lalu bagaimana manfaat, dan kutamaan membaca sayyidul istighfar? hadits nabi mengatakan : 

صحيح البخاري ٥٨٣١: حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ الْعَدَوِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ 

Shahih Bukhari 5831: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Al Husain telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dia berkata; telah menceritakan kepadaku Busyair bin Ka’b Al ‘Adawi dia berkata; telah menceritakan kepadaku Syaddad bin Aus radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; kamu mengucapkan:
 
 ‘ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU ABUU`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABUU`U LAKA BIDZANBI FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRU DZDZUNUUBA ILLA ANTA ‎
 
(Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu dan keyakinanku terhadap apa yang Engkau janjikan, sekuat kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.) ‘.” Beliau bersabda: ‘Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga.’
Sayyid Fadhl Bin Alawiy Maula al-Dawilah (Wafat 1319 H) mengatakan dalam kitabnya Syarh al-Wird al-Lathif:
وسمي سيد الاستغفار لانه جامع للاعتراف والاعتذار وطلب المغفرة والتوبة والتوحيد .

Artinya: Dzikir tersebut dinamai Sayyidul istighfar (Rajanya istighfar) karena di dalamnya mencakup pengakuan dan pernyataan terhadap kesalahan serta permohonan ampunan, taubat dan bukti pengesaan terhadap Allah.

Maksudnya adalah: Dzikir tersebut kepangku naman Rajanya Istighfar karena  melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.

Dari sini dapat dipahami bahwa siapa saja yang membaca Sayyidul istighfar dengan yakin, maka Allah Taala akan memasukkannya ke surga.

 PENJELASAN TENTANG BACAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR

Setelah kita mengetahui bacaan sayyidul istighfar, alangkah baiknya, jika kita tidak hanya sekedar menghafal doa-doa tersebut, namun harus dipahami dan direnungi makna setiap lafadhnya, sekaligus mengetahui juga akan kandungan dan keutamaan dari doa tersebut.

Berikut penjelasan dari doa tersebut :

1)     Allohumma annta robbii  (Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku) 
Maksudnya kita mengakui bahwa Allah adalah pencipta dan pemelihara kita. Karena Rabb berarti : pencipta ,pemilik dan pemelihara. Pengakuan seperti ini disebut dengan ” Tauhid Rububiyah ” . Maka, doa itu kalau kita panjangkan, kira-kira berbunyi begini : ” Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-Ku, Dzat Yang menciptakanku…dulu saya tidak ada, hanya dengan izin-Mu aku menjadi ada dan masih hidup di dunia ini… Engkau adalah Rabb-ku, Dzat Yang memeliharaku…dulu aku kecil, tidak bisa apa-apa dan tidak tahu apa-apa, hanya dengan Inayah dan Perhatian-Mu, sehingga aku menjadi besar dan tahu banyak hal…Engkaulah Yang memberikan-ku rizki sehingga sampai sekarang aku bisa makan dan minum….

2)    Laaaaaa ilaaha illaaaaaa annth (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau), Maksudnya kita mengakui dan menyatakan bahwa di alam ini tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Karena ” ilah ” berarti : sesuatu yang disembah , sesuatu yang dijadikan gantungan dan sandaran, sesuatu yang dituju dan dicari ketika terjadi kesulitan. Pengakuan seperti ini disebut dengan ”Tauhid Uluhiyah”. Jadi doa ini kalau dipanjangkan kira-kira berbunyi : ” Tiada yang berhak disembah dan dimintai kecuali Engkau ya Allah…Aku tidak akan meminta hajat kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada akan meminta bantuan kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada minta kesembuhan kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada memohon ampun kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada memohon jalan keluar dalam seluruh masalah kecuali kepadaMu ya Allah…

Inilah inti dari seluruh ibadat kita. Kita sholat, kita berpuasa, kita membayar zakat dan kita melakukan ibadat haji…semuanya berisi ketundukan kepada Allah SWT. Maka, tiada artinya kita sholat tiap hari, tapi kita masih memohon perlindungan kepada selain Allah, kita masih memberikan sesajen di pojok-pojok jalan, di bawah-bawah pohon beringin , di tepi-tepi pantai selatan, di lereng-lereng gunung …yang tujuannya untuk kita persembahkan kepada jin penunggu tempat-tempat tersebut.Tiada artinya kita haji sepuluh atau dua puluh kali, tetapi kita masih datang ke dukun-dukun untuk meminta jodoh, meminta keturunan, meminta pelaris dan meminta jabatan.

3)    Kholaqtanii wa ana ‘abduk 
    (Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu)

    Engkau adalah Dzat Yang menciptakan seluruh alam ini, aku hanyalah seorang hamba yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa, kecuali dengan bantuan-Mu..hamba yang tidak mempunyai apa-apa kecuali dengan pemberian-Mu ya Allah.

4)    Wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’th (aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu dan membenarkan janji-janji-Mu sekuat tenagaku)

Al ‘Ahdu ( Janji kita kepada Allah ) adalah kita mengakui bahwa Allah adalah Rabb kita, kita telah berjanji kepada Allah, bahwa kita akan melaksanakan seluruh perintah dan larangan-Nya. Janji ini pernah kita sampaikan kepada Allah sewaktu kita berada di sulbi Adam, sebagaimana yang pernah disampaikan Allah swt dalam friman-Nya :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabb-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” ( Qs Al A’raf : 172 )
Maka do’a tersebut kalau kita panjangkan maka berbunyi : ” Ya Allah, aku dulu pernah berjanji kepada-Mu sewaktu masih di sulbi Adam, untuk mentaati segala perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-Mu. Maka akan aku penuhi janjiku tersebut menurut kemampuan dan kekuatanku ya Allah….

Adapun ” al Wa’du “ ( Janji Allah kepada kita ) adalah bahwa Allah akan memberikan pahala bagi yang taat dan memberikan hukuman bagi yang bermaksiat. Maka doa itu kalau kita panjangkan, maka bunyinya ” Ya Allah aku juga membenarkan janji-Mu, bahwa Engkau akan memberikan pahala bagi yang taat dan memberikan hukuman bagi yang bermaksiat, oleh karena itu aku akan mentaatimu ya Allah dan meninggalkan larangan-larang-Mu menurut kekuatan dan kemampuanku. ”

5)    A’uudzubika minn syarri maa shona’th (aku berlindung kepada-Mu dari apa perbuatan jelekku)

Kita harus selalu berlindung kepada Allah dari perbuatan jelek kita. Rosulullah saw sendiri selalu mengajarkan kepada kita agar selalu berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kita dan kejelekan amalan kita. Ini sangat terlihat secara jelas di dalam setiap khutbahnya ketika beliau berdo’a :

” Dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amalan kami ”

Jiwa manusia selalu membisikan kejelekan, makanya kita dianjurkan untuk selalu berlindung kepada Allah dari bisikannya, sebagaimana firman Allah swt melaui lisan istri pejabat yang pernah merayu nabi Yusuf as :
وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

” Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang Sesungguhnya jiwa ini selalu menyuruh kejelekan ” ( Qs Yusuf : 53 )

6)    Abuuuuuu-u laka bini’matika ‘alayy (aku mengakui akan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku)

Nikmat yang diberikan Allah kepada kita sangat banyak sekali, karena banyaknya sehingga kita tidak bisa menghitungnya, sebagaimana firman Allah swt :
 
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah )”
( Qs Ibrahim : 34 )

Seorang hamba yang merasa dan mengakui adanya nikmat tersebut, tentunya akan terus bersyukur …Kalau do’a tersebut dipanjangkan , maka akan berbunyi : ” Ya Allah , aku mengakui bahwa nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku sangat banyak sekali, nikmat kehidupan, tanpa ijin-Mu tidak mungkin aku bisa hidup di dunia ini…nikmat anggota badan yang lengkap, seandainya saja salah satu anggota badan ini engkau cabut …ya Allah , tentunya aku akan mendapatkan kesusahan, terimakasih ya Allah atas nikmat ini…apa yang harus aku balas ya Allah demi mensyukuri nikmat ini….begitu juga nikmat kesehatan yang Engkau berikan kepadaku, sehingga aku bisa mengerjakan aktivitas sehari-hari dan bisa bekerja dengan baik, jika kesehatan ini Engkau cabut ya Allah, tentunya aku akan mendapatkan kesusahan…terimaksih ya Allah atas nikmat ini.”

7)    Wa abuuuuuu-u   bidzamm-bii (dan aku mengakui juga atas dosa yang pernah aku perbuat)

Mengakui dosa merupakan syarat diterimanya sebuah istighfar dan taubat. Oleh karenanya, orang yang berdoa harus merasa rendah dan hina di hadapan Allah…harus merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang berlumuran dosa dan maksiat…makhluk yang kecil yang tidak mempunyai daya apa-apa. Sebaliknya dia harus mengakui bahwa Allah adalah Maha Suci, Maha Perkasa, Dzat Yang Mampu melakukan apa saja…

Makanya, orang yang takabbur dan sombong jarang mau bertaubat, karena merasa dirinya adalah makhluk yang suci dan tidak pernah salah. Orang seperti ini biasanya hatinya keras dan kasar terhadap sesama. Berbeda dengan orang yang selalu mengucapkan dan merenungi doa sayidul istighfar ini …hatinya selalu lembut… mudah menerima nasehat..mudah terharu..mudah menangis…karena selalu ingat akan dosa-dosanya, dan yang paling penting selalu beristighfar dan banyak bertaubat.

8)    Faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaaaaaa annth (maka ampunilah diriku, sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah)

Ini adalah lafadh istighfar yang sebenarnya, adapun lafadh-lafdah sebelumnya adalah muqaddimah atau pembuka lafadh istighfar ini.

Jadi, kalau kita perhatikan do’a sayidul istighfar ini, akan kita dapatkan bahwa muqaddimah atau pembukanya jauh lebih panjang dari pada do’a istigfhar itu sendiri, kenapa harus begitu ?

Pertama : Salah satu adab berdo’a adalah sebelum kita berdo’a atau memohon sesuatu kepada Allah swt, hendaknya kita dahului dengan amal sholeh atau perbuatan baik, salah satu dari amal sholeh adalah mengucapkan kalimat tauhid, atau menyatakan bahwa tiada Robb dan Ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Diantara amal sholeh juga adalah mengaku nikmat Allah yang diberikan kepada kita dan mengaku dosa yang kita perbuat. Bahkan dalam beberapa hadist disebutkan bahwa sebelum do’a, hendaknya didahului dengan mengucapkan sholawat kepada nabi Muhammad saw….

Keutamaan Do’a Sayidul Istighfar

“Barangsiapa yang membaca doa ini di sore hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka dia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang membaca doa ini di pagi hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada siang harinya, maka dia termasuk penghuni surga.” (Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6306 dan 6323), at-Tirmidzi (no. 3393), an-Nasa’i (no. 5522) dan lain-lain.)

Hadist di atas menjelaskan secara gamblang bahwa barang siapa yang mengucapkan atau membaca doa sayidul istighfar dengan menyakini isinya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga. Kenapa bisa begitu ?

Pertama : Karena dia sudah menyatakan ke –Esaan Allah ( bertauhid ) dari hatinya yang paling dalam serta menyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah Taala.

Kedua : Karena dia sudah beristighfar dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya.

Ketiga : Setelah hatinya kosong dari dosa dan diisi dengan tauhid, tiba-tiba dia mati pada hari itu juga, maksudnya dia belum sempat mengerjakan dosa-dosa lagi, maka tentunya orang seperti ini termasuk ahli surga. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah sallahu alaihi wa sallam :

من لقي الله تعالى لا يشرك به شيئاً دخل الجنة

” Siapa saja yang bertemu dengan Allah (meninggal dunia) dalam keadaan tidak menyekutukannya dengan sesuatu, niscaya ia akan masuk syurga ” ( HR Ahmad )
Ini dikuatkan juga dengan hadist lain bahwasanya Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

” ٍSiapa saja yang akhir dari perkataannya ketika meninggal dunia: La ilaha illallohu , niscaya ia akan masuk surga . ” ‎
Demikian seluruh penjelasan tentang bacaan sayyidul istighfar, semoga kelak kita bisa reunian lagi di surga-Nya. Aamiin

اللّهم صلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى الأوَّلين وصلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى الآخِرين وصلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى كلٍ وقتٍ وكلٍ حين وصلِّ وسلِّم وبارك على سَيِّدِنا مُحمَّدٍ فى المَلأِ الأَعلى إلى يومِ الدِّين . اللهم نَسأَلُكَ يا رَحمنُ أَنْ تَرْزُقَنا شَفَاعَتَهُ وَأَورِدْنا حَوْضَهُ وَاسْقِنا مِن يَدَيْهِ الشَّريفَتينِ شَرْبَةً هَنيئَةً مَريئَةً لا نَظْمَأُ بَعدَها أَبَداً اللَّهم كما آمَنَّا بِهِ وَلم نَرَه.. فَلا تُفَرِّق بَيْنَنا وَبَينَهُ حتى تُدخِلَنا مُدخَلَه بِرحمَتِكَ يا أَرحَمَ الرَّاحِمين ‎

 

Keutamaan Baca Sholawat dan Paradigma Lafazh Sayyidina Dalam Sholawat


Ada banyak keutamaan dalam membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan beberapa di antaranya akan membantu kita nanti setelah terompet sangkakala, yang akan mengakhiri dunia berbunyi dan kita kembali dibangkitkan.

Beberapa dari manfaat membaca Sholawat Nabi juga, akan memiliki efek kepada hidup kita di dunia yang hanya sementara ini. Karena itulah, kali ini kita akan membahas kebaikannya dan semoga bisa diterapkan di kehidupan kita sehari-hari.

Membaca Sholawat Nabi memberi beberapa manfaat, dan manfaat tersebut adalah salah satu alasan mengapa beberapa orang gemar membaca Sholawat berkali-kali, kapanpun mereka mendapatkan kesempatan.

Terus apakah ada dalil yang memerintahkan untuk membaca shalawat? adapun dalil yang memerintahkan untuk membaca shalawat, anda bisa membaca dalil tersebut dibawah ini

Dalil Perintah Membaca Shalawat
Dalil Qur'an

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

Dalil Hadist:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : لا تجعلوا بيوتكم ولا تجعلوا قبري عيدا و صلوا عليّ فإنّ صلاتكم تبلغني حيث كنتم

Dari Abu Hurairah  bahwa Rosulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, bersholawatlah kepadaku karena sesungguhnya ucapan sholawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun kalian berada.” [HR.Abu Daud no.2044 dengan sanad hasan]


Sebelum Allah memerintah umat Rasulullah Saw untuk bersalawat, Allah terlebih dahulu bersalawat secara terus-menerus kepada Rasulullah Saw dan para malaikat, sebagaimana dalam firman Allah yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (al-Ahzab: 56)

Makna salawat ini memiliki beragam makna. Sahabat Abdullah bin Abbas menafsiri salawat dari Allah dan Malaikat bermakna mendoakan keberkahan kepada Rasulullah. Sementara Abu al-Aliyah menafsiri: "Salawat dari Allah artinya Allah memuji Rasulullah di hadapan malaikatnya. Dan salawat dari malaikat artinya adalah doa" (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Sahih-nya)

Dan ada penafsiran dari ulama yang lain, bahwa: "Salawat dari Allah adalah rahmat, dari Malaikat adalah permintaan ampunan, dan dari umatnya adalah bermakna sebagai doa" (Syaikh al-Baghawi dalam Syarah as-Sunnah 3/189)

Malaikat Mencari Orang yang Bersalawat

Rasulullah Saw bersabda:
إن لله ملائكة سياحين يبلغون عن أمتي السلام
 
"Inna lillahi malaaikatan sayyaahiina fil ardli yuballighuunii min ummatii as-salaama", yang artinya: "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di bumi, menyampaikan salam dari ummatku", (HR Ahmad, an-Nasai dan Ibnu Hibban dengan sanad yang sahih)

Disamping itu ada pula malaikat di dekat makam Nabi yang menyampaikannya. Rasulullah Saw bersabda:

 أكثروا الصلاة علي فإن الله وكل بي ملكا عند قبري فإذا صلى علي رجل من أمتي قال : ذلك الملك يا محمد إن فلان بن فلان صلى عليك الساعة

"Aktsiruu ash-shalaata 'alayya, fa inna Allaha wakkala bii malakan 'inda qabrii fa idza shallaa 'alayya rajulun min ummatii qaala lii dzaalika al-malaku: Yaa Muhammad inna fulaan ibna fulaan shalla 'alaika as-saa'ata",  artinya: "Perbanyaklah membaca salawat kepadaku. Sebab Allah telah mewakilkan malaikat kepada ku di dekat kuburku. Jika ada seseorang dari umatku yang bersalawat, maka malaikat itu berkata kepada ku: Wahai Muhammad, sesungguhnya fulan bin fulan telah bersalawat kepadamu saat ini" (HR ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus, bahkan hadis ini dinilai hasan dalam as-Silsilah ash-Shahihat)

Rasulullah Saw Menjawab Salam

Rasulullah Saw bersabda:
 ما من أحد يسلم على إلا رد الله على روحى
"Maa min ahadin yusallimu 'alayya illa radda Allahu 'alayya ruuhii hattaa arudda 'alaihi as-salaama", artinya: "Tidak seorangpun yang mengucap salam kepadaku kecuali Allah mengembalikah ruh kepadaku hingga aku menjawab salamm kepadanya" (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Disahihkan oleh Ibnu Hajar)
Berdasarkan hadis ini, Ruh Rasulullah Saw tidak pernah keluar dari jasadnya, karena setiap saat pasti ada seorang umat beliau yang bersalawat. Bahkan dalam 4 Madzhab kesemuanya menyebut bacaan salawat kepada Rasulullah Saw di Tasyahhud yang terakhir. Hidupnya Rasulullah di alam Barzakh ini dijelaskan dalam hadis lain: "al-anbiyaau ahyaaun fi qubuurihim yushalluna", artinya: "Para Nabi hidup di dalam kuburnya, seraya melakukan salat" (HR al-Baihaqi dan Abu Ya'la. Syaikh Albani tidak mampu menilainya dlaif dan berkata: Hadis ini sahih)

Rasulullah Mendoakan Umatnya

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling (di bumi), menyampaikan salam dari ummatku. Rasulullah juga bersabda: Hidupku lebih baik bagi kalian. Wafatku juga lebih baik bagi kalian. Amal-amal kalian diperlihatkan kepadaku. Jika saya melihatnya amal baik, maka saya memuji kepada Allah. Dan jika saya melihatnya amal yang buruk, maka saya memintakan ampunan kepada Allah untuk kalian" (HR Al-Bazzar dari Abdullah bin Mas'ud, dengan sanad yang sahih)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhubeliau berkata bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ

“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”

Makna shalawat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah meminta kepada Allah Ta’ala agar Dia memuji dan mengagungkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamdi dunia dan akhirat, di dunia dengan memuliakan penyebutan (nama) beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memenangkan agama dan mengokohkan syariat Islam yang beliau bawa. Dan di akhirat dengan melipatgandakan pahala kebaikan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memudahkan syafa’at beliau kepada umatnya dan menampakkan keutamaan beliau pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk

Makna shalawat dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemualian dan keberkahan dari-Nya. ‎Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Ta’ala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firman-Nya,
{هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}

“Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS al-Ahzaab:43).‎‎

Sabda Nabi Muhammad Saw:

أربع من الجَفَاءِ أن يبول الرجل وهو قائم، وأن يمسح جبهته قبل أن يفرغ من الصلاة، وأن يسمع النداء فلا يشهد مثل ما يشهد المؤذّن، وأن أذكر عنده فلا يصلي عليّ. (رواه البزار والطبراني)
Artinya: 
“Empat perbuatan termasuk perbuatan yang tidak terpuji, yaitu (1) bila seseorang buang air kecil sambil berdiri, (2) seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, (3). Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti yang diucapkan muadzin, (4) seseorang yang apabila mendengar namaku disebut, tetapi ia tidak membacakan shalawat atasku. (HR. Bazzar dan Tabhrani)
    
Dalam ibadah sehari-hari, sebenarnya ada sebuah perbuatan ringan yang apabila kita lakukan mendatangkan akibat yang maha dahsyat, dan apabila kita tinggalkan maka kita termasuk golongan orang yang tidak berbalas budi. 
    
Pada saat kita telah diberi bantuan oleh orang lain, sudahlah pasti akan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atau mungkin mengucapkan doa untuk kebaikannya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw yang telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan menuju alam terang benderang, maka sudahlah pantas bagi kita untuk selalu mengucapkan sholawat dan salam atas beliau, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kecintaan kita atas segala jasa dan perjuangan yang tak tertandingi di alam jagad ini.
    
Dalam ibadah-ibadah lain, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah Swt menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasanya melakukan shalawat atas Nabi muhammad saw, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ia juga menjadi ibadah yang utama. 
    
Bila kita ingin mengetahui bahwa sholawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran: 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

 Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya.
سيرة المرء تنبأ عن سريرته
    
Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw.
Nabi Saw bersabda: 

ما منكم من أحدٍ سلّم علي إذا متُّ إلا جاءني جبريل فقال جبريل يا محمد هذا فلان ابن فلان يُقرئك السلام، فأقول وعليه السلام ورحمة الله وبركاته. (رواه أبو داود).
Artinya: 
“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan malaikat jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: ‘wahai Muhammad, ini Fulan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. (HR. Abu Daud)


عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا رواه مسلم ،

Sesungguhnya Abdillah bin Amr bin Al Ash RA mendengar Rosulullah SAW bersabda “Barang siapa yang membaca sholawat sekali saja, Allah SWT akan memberi rahmat padanya sebanyak sepuluh kali”

Dalam kitab Al Fawaid Al Mukhtaroh, Syaikh Abdul Wahhab Asy Sya’roni meriwayatkan bahwa Abul Mawahib Asy Syadzily berkata

رَأَيْتُ سَيِّدَ الْعَالَمِيْنَ صَلَّى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ صَلاَةُ اللهِ عَشْرًا لِمَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مَرَّةً وَاحِدَةً هَلْ ذَلِكَ لِمَنْ حَاضَرَ الْقَلْبَ ؟

Aku pernah bermimpi bertemu Baginda Nabi Muhammad SAW, aku bertanya “Ada hadis yang menjelaskan sepuluh rahmat Allah diberikan bagi orang yang berkenan membaca sholawat, apakah dengan syarat saat membaca harus dengan hati hadir dan memahami artinya?”

قَالَ لاَ، بَلْ هُوَ لِكُلِّ مُصَلٍّ عَلَيَّ وَلَوْ غَافِلاً

Kemudian Nabi menjawab “Bukan, bahkan itu diberikan bagi siapa saja yang membaca shalawat meski tidak faham arti shalawat yang ia baca”

Allah Ta’ala memerintahkan malaikat untuk selalu memohonkan do’a kebaikan dan memintakan ampun bagi orang tersebut. Terlebih jika ia membaca dengan hati hadir, pasti pahalanya sangat besar, hanya Allah yang mengetahuinya.

Bahkan, ada sebuah keterangan apabila kita berdo’a tidak dimulai dengan memuja Allah Ta’ala, tanpa membaca shalawat, kita disebut sebagai orang yang terburu-buru.

عن فَصَالَةَ بن عُبَيدْ رضى الله عنهما قَالَ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَجُلاً يَدْعُوْ فِىْ صَلاَتِهِ لَمْ يَحْمَدِ اللهَ تَعَالَى وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم عَجَّلَ هَذَا،

Baginda Nabi mendengar ada seseorang yang sedang berdo’a tapi tidak dibuka dengan memuja Allah ta’ala dan tanpa membaca shalawat, Nabi berkata “orang ini terburu-buru”

ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ اَوْ لِغَيْرِهِ اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيْدِ رَبِّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُوْ بَعْدُ بِمَا شَاءَ، رواه ابو داود والترمذى وقال حديث صحيح.

Kemudian Baginda Nabi mengundang orang itu, lalu ia atau orang lainnya dinasehati “jika diantara kalian berdo’a, maka harus diberi pujian kepada Allah SWT, membaca shalawat, lalu berdoalah sesuai dengan apa yang dikehendaki”

Apalagi jika bertepatan pada hari Jum’at, maka perbanyaklah membaca shalawat di dalamnya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ اَفْضَلِ اَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَاَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ رواه ابو داود.

Sabda Rasulullah SAW “Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu, karena shalawat kalian dihaturkan kepangkuanku”.

Ulama’ sepakat bahwa shalawat pasti diterima, karena dalam rangka memuliakan Rasulullah SAW. Ada penyair yang berkata

أَدِمِ الصَّلاَةَ عَلَى مُحَمَّدٍ    فَقَبُوْلُهَا حَتْمًا بِغَيْرِ تَرَدُّدٍ
أَعْمَالُنَا بَيْنَ الْقَبُوْلِ وَرَدِّهَا  اِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ

Bacalah shalawat selalu, sebab shalawat pasti diterima.
Adapun amal yang lain mungkin saja diterima dan mungkin ditolak, kecuali shalawat. Shalawat pasti diterima. 

Supaya doa berhasil dan terkabul maka saat berdoa kita harus dengan adab dan tata cara yang tepat yaitu dimulai dengan memuji Allah SWT dan membaca shalawat. 
Lalu apa fadhilah mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw? 


Barangsiapa bersholawat kepada Nabi Muhammad, berarti ia telah melaksanakan perintah Allah ta’ala di dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)

Makna sholawat Allah kepada Nabi dan hamba-Nya ialah pujian dan sanjungan Allah kepadanya di hadapan para malaikat yang mulia yang berada di sisi-Nya. Sedangkan makna sholawat Para malaikat kepada Nabi dan orang-orang yang beriman ialah Doa. Maksudnya para malaikat mendoakan kebaikan dan memohonkan ampunan kepada Allah bagi Nabi shallallahu alai wasallam dan kaum mukminin.‎

Ada beberapa riwayat dari hadist Rasulullah Saw, Atsar sahabat Radiallahu anhum dan pengalaman beberapa ulama yang mengisyaratkan imbalan bagi mereka yang mau bershalawat.

1). Shalawat membersihkan dosa
Sabda Nabi Saw:

صلّو عليّ فإن الصلاة علي زكاةٌ لكم واسألوا الله لي الوسيلة، قالوا وما الوسيلة يا رسول الله؟ قال: أعلى درجةٍ في الجنة لا ينالها إلا رجلٌ واحدٌ وأنا ارجو أن يكون أنا هو. (رواه أحمد في مسنده)
 
“bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya shalawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah”. Para sahabat bertanya: “apakah wasilah itu?” beliau menjawab: “derajat yang paling tinggi di sorga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.

2). Shalawat berpahala sepuluh rahmat Allah dan menghapus sepuluh kesalahan
Sabda Nabi Saw:
من صلّى علي صلاةً واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطّ عنه عشر خطيآت (رواه النسائي)
 
“barangsiapa yang membaca shalawat atasku satu shalawat maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus sepuluh kesalahannya” (HR. Nasai)

3). Dikabulkan hajat di dunia dan akhirat
Sabda beliau Saw:
من صلى علي في اليوم مائةَ مرّةٍ قضى الله له مائةَ حاجةٍ، سبعين منها في الآخرة وثلاثين في الدنيا

“barangsiapa yang membacakan shalawat untukku pada suatu hari seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di antaranya nanti di akhirat dan 30 di dunia. (Kitab Jam’ul Jawami’, Hal: 796)

4). Terangkatnya derajat manusia
Sabda beliau Saw:

من صلى عليّ من أمتي مخلصاًَ من قَلبِه صلاةً واحدةً صلّى اللهُ عليه عشر صلواتٍ ورفع عشر درجاتٍ ومحا عنه عشر سيئاتٍ. (رواه النسائ)

“barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan”. (HR. Nasai)

5). Menjadikan doa cepat terkabul


عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوْفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Bahwasanya Umar bin Khattab Ra berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas nabi Muhammad Saw”. (Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi)   

Dan keterangan dalam hadits lain

وَصَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِيْ حَيْثُ كُنْتُمْ

“Bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian berada." (HR. Abu Dawud)

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيْهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ يَقُوْلُوْنَ بَلِيْتَ قَالَ إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

"Sesungguhnya Hari Jum'at adalah di antara hari-hari kalian yang terbaik, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku." Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami disampaikan kepadamu, sementara engkau telah meninggal dunia?” Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala telah mengharamkan bumi atas jasad para Nabi" (HR. Abu Dawud)

أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً

"Orang yang paling dekat denganku pada hari Kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku." (HR. Tirmidzi)

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصَلِّيْ عَلَيَّ إِلَّا صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ مَا صَلَّى عَلَيَّ فَلْيُقِلَّ الْعَبْدُ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ

"Tidaklah seorang muslim bershalawat kepadaku kecuali para malaikat akan bershalawat kepadanya sebagaimana ia bershalawat kepadaku, maka ucapkanlah shalawat baik sedikit maupun banyak. " (HR. Ibnu Majah)

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطِئَ طَرِيْقَ الْجَنَّةِ

"Barangsiapa lupa bershalawat kepadaku, maka ia akan keliru menempuh jalan ke surga." (HR. Ibnu Majah)

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

"Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim)

قَالُوْا صَلَاةُ الرَّبِّ اَلرَّحْمَةُ وَصَلَاةُ الْمَلَائِكَةِ اَلْأِسْتِغْفَارُ

“Para sahabat Nabi berkata; (maksud dari) shalawatnya Rabb (Allah) adalah rahmat, dan shalawatnya para malaikat adalah istighfar (memohon ampunan)”. (HR. Tirmidzi)

الْبَخِيْلُ الَّذِيْ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

"Orang yang kikir adalah orang yang apabila namaku disebut di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku." (HR. Tirmidzi)

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ

"Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, bulan Ramadhan menemuinya kemudian pergi sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam surga (karena kebaikannya)." (HR. Tirmidzi)

إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلَاةَ عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُوْنَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ

"Jika kalian membaca shalawat kepada Rasulullah saw. maka baguskanlah, sebab kalian tidak tahu, bisa jadi shalawat itu dihadirkan di hadapannya (Rasulullah saw.).” (HR. Ibnu Majah)

أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِنَّهُ مَشْهُوْدٌ تَشْهَدُهُ الْمَلَائِكَةُ وَإِنَّ أَحَدًا لَنْ يُصَلِّيَ عَلَيَّ إِلَّا عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلَاتُهُ حَتَّى يَفْرُغَ

"Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jum'at, sesungguhnya ia disaksikan, para Malaikat juga menyaksikannya. Sungguh, sekali-kali tidaklah salah seorang dari kalian bershalawat kepadaku kecuali shalawatnya akan diperlihatkan kepadaku hingga dia selesai membaca shalawatnya." (HR. Ibnu Majah)

Dari Abu Ad-Darda Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. ath-Thabrani dan dinyatakan Basan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’).

Paradigma kalimah Sayyidina 

Dalam mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad ditambah dengan lafaz ”sayyidina”. Dalam membaca tambahan ini sebenarnya dari dulu sudah ada, tapi sekarang muncul fatwa-fatwa yang mengatakan bahwa membaca “sayyidina” dalam mengucapkan shalawat kepada Nabi, tidak baik, bahkan ada yang membid`ahkan orang yang melakukannya.

Pengertian dan Hakekat ”Sayyidina”

Kata ”Sayyidina” berasal dari bahasa Arab, merupakan gabungan kata ”Sayyid” (penghulu) dan ”na” dari ”nahnu” berupa kepemilikan (kami/ kita). Bila ada orang yang diberi predikat ”Penghulu”, maka orang tersebut adalah dimuliakan dalam suatu kelompok manusia dan orang yang dijadikan ikutan dan pemimpin dalam segala urusan.

Nabi Muhammad SAW yang diberi sanjungan dengan lafaz ”Sayyidina” berkonotasi pada martabat dan kedudukan dari ”Penghulu” bagi orang mengucapkannya. Lafaz ”sayyidina” itu merupakan maksud bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang kita muliakan, yang kita hormati, yang kita junjung tinggi, dan yang kita jadikan pimpinan dan ikutan lahir bathin, dunia akhirat.

Hakekat dari lafaz ”Sayyidina” pada ungkapan “sayyidina Muhammad”, baik ditambah pada shalawat ataupun saat menyebut namanya adalah bukti dari kita memuliakan beliau sebaik-baiknya dan mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya, sesuai dengan kedudukan beliau yang sebenarnya.

Paradigma hukum ”Sayyidina” 
Lafaz ”Sayyidina” sebelum mengucapkan nama Nabi Muhammad SAW terdapat perbedaan ulama dalam membolehkannya dan menidaknya, sehingga terdapat minimal dua pendapat.Pertama: Membaca “sayyidina” sebelum nama Nabi Muhammad SAW dalam shalawat adalah afdhal, yakni lebih baik karena itu berarti memuliakan dan menghormati Nabi SAW. Menambahkan “sayyidina” itu dalam shalawat, merupakan suatu perbuatan yang bernilai melaksanakan perintah Nabi dan pula telah mengucapkan yang benar, yaitu berbicara secara sopan dan beradab. Menambahkan “sayyidina” dan “maulana”, dan lain-lain perkataan yang menyatakan menghormati, memuliakan serta membesarkan Nabi dalam mengucapkan shalawat untuk penghulu kita Nabi Muhammad Saw. Mengucapkan lebih baik dari pada meninggalkan. Ungkapan seperti ini banyak terdapat dalam mazhab Syafi`i. Kedua: Membaca ”Sayyidina” sebelum nama Nabi MuhammadSAW dalam segala hal, baik shalawat atau tidak, adalah dilarang dan termasuk dalam perbuatan bid`ah, sebab Nabi Muhammad SAWmelarang memanggilnya dengan kata ”sayyid”.

Paradigma yang kita hadapi dalam ini lafaz ”Sayyidina” sebelum nama Nabi Muhammad adalah pemahaman-pemahaman yang berkaitan dari maksud dan tujuan dalam mengucapkannya. Pendapat yang membid`ahkannya berdalil pada tidak adanya anjuran Rasulullah dan hadits yang menyatakan setiap perbuatan yang belum ada contoh dari Nabi SAW adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat.Sedangkan pendapat yang membolehkannya, bahkan dalam mazhab Syafi`i dikatakan afdhal, berkutat pada pemahaman dalil-dalil yang bersifat umum, diantaranya dalam surat Al- A’raf: 157 yang artinya: ”Maka mereka yang beriman pada Nabi, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti Qur’an yang diturunkan kepadanya, mereka itulah yang beruntung mendapat kemenangan”. (Surat al-A`raf : 157).

Dasar kesimpulan pemahaman adalah Orang yang memuliakan NabiSAW merupakan orang yang akan dapat kemenangan dan keberuntungan. Membaca “sayyidina” adalah dalam rangka memuliakan Nabi Muhammad yang mulia. ”Janganlah kamu memanggil Rasul dengan sebagaimana panggilan sesama kamu”. (Surat al-Nur ayat 63: ).

Dasar pemahaman adalah Ayat ini menyatakan bahwa memanggil Nabi Muhammad SAW haruslah secara terhormat dan sopan, misalnya dengan: ya Rasulullah! Jangan dengan: ya Muhammad saja.

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAWbersabda: ”Saya penghulu anak Adam pada hari kiamat. Orang yang paling dahulu muncul dari kubur, orang yang paling dahulu memberi syafa’at dan orang yang paling dahulu dibenarkan memberi syafa’at”. (HR. Imam Muslim dan Abu Daud). Dasar pemahaman dari hadits ini adalah Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa beliau adalah penghulu anak Adam, dan ini menunjukkan bahwa membaca sayyidina dalam mengucapkan shalawat adalah justru dalam rangka mengamalkan apa yang dikatakannya. 

Dalam hal ini, Imam al-Nawawi mengemukakan pemahaman hadits ini dengan ketentuan: 

(1). Nabi Muhammad itu adalah “sayyid”, yakni penghulu anak adam seluruhnya didunia dan akhirat. Kepenghuluan beliau sangat tampak pada alam akhirat dengan tunduk dan menghormatnya seluruh makhluk kepada beliau. 

(2). Nabi Muhammad menyatakan dirinya sebagai penghulu anak Adam, mengandung maksud dan tujuan yaitu: Mengabarkan yang benar yang mesti dikabarkan kepada ummat supaya mereka mengetahui, mengi’tiqadkan, menyesuaikan amal pekerjaan dengan hal itu, dan menghormati beliau. Juga menjalankan perintah Allah.

Bila kita lihat dengan kaca mata yang dinamis tentang persoalan membaca lafaz ”Sayyidina” sudah terjadi perbedaan itu semenjak dulu. Namun terjadi pada masa sekarang saling salah menyalahkan atau membenarkan pendapatnya dan yang lain tidak benar merupakan sebuah kepicikan.

Padahal dari segi kedalaman ilmu, nyaris hari ini tidak ada lagi sosok seperti mereka. Kalau pun kita tidak setuju dengan salah satu pendapat mereka, bukan berarti kita harus mencaci maki orang yang mengikuti pendapat itu sekarang ini. Sebab mereka hanya mengikuti fatwa para ulama yang mereka yakini kebenarannya. Dan selama fatwa itu lahir dari ijtihad para ulama sekaliber fuqaha mazhab, kita tidak mungkin menghinanya begitu saja.

Adab yang baik adalah kita menghargai dan mengormati hasil ijtihad itu. Dan tentunya juga menghargai mereka yang menggunakan fatwa itu di masa sekarang ini. Lagi pula, perbedaan ini bukan perbedaan dari segi aqidah yang merusak iman, melainkan hanya masalah kecil, atau hanya berupa cabang-cabang agama. 

Tidak perlu kita sampai meneriakkan pendapat yang berbeda dengan pendapat kita sebagai tukang bid’ah.‎

Wallahu A’lamu bi Muradih

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...