Rabu, 25 November 2020

Keutamaan Baca Sholawat dan Paradigma Lafazh Sayyidina Dalam Sholawat


Ada banyak keutamaan dalam membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan beberapa di antaranya akan membantu kita nanti setelah terompet sangkakala, yang akan mengakhiri dunia berbunyi dan kita kembali dibangkitkan.

Beberapa dari manfaat membaca Sholawat Nabi juga, akan memiliki efek kepada hidup kita di dunia yang hanya sementara ini. Karena itulah, kali ini kita akan membahas kebaikannya dan semoga bisa diterapkan di kehidupan kita sehari-hari.

Membaca Sholawat Nabi memberi beberapa manfaat, dan manfaat tersebut adalah salah satu alasan mengapa beberapa orang gemar membaca Sholawat berkali-kali, kapanpun mereka mendapatkan kesempatan.

Terus apakah ada dalil yang memerintahkan untuk membaca shalawat? adapun dalil yang memerintahkan untuk membaca shalawat, anda bisa membaca dalil tersebut dibawah ini

Dalil Perintah Membaca Shalawat
Dalil Qur'an

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

Dalil Hadist:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : لا تجعلوا بيوتكم ولا تجعلوا قبري عيدا و صلوا عليّ فإنّ صلاتكم تبلغني حيث كنتم

Dari Abu Hurairah  bahwa Rosulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, bersholawatlah kepadaku karena sesungguhnya ucapan sholawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun kalian berada.” [HR.Abu Daud no.2044 dengan sanad hasan]


Sebelum Allah memerintah umat Rasulullah Saw untuk bersalawat, Allah terlebih dahulu bersalawat secara terus-menerus kepada Rasulullah Saw dan para malaikat, sebagaimana dalam firman Allah yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (al-Ahzab: 56)

Makna salawat ini memiliki beragam makna. Sahabat Abdullah bin Abbas menafsiri salawat dari Allah dan Malaikat bermakna mendoakan keberkahan kepada Rasulullah. Sementara Abu al-Aliyah menafsiri: "Salawat dari Allah artinya Allah memuji Rasulullah di hadapan malaikatnya. Dan salawat dari malaikat artinya adalah doa" (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Sahih-nya)

Dan ada penafsiran dari ulama yang lain, bahwa: "Salawat dari Allah adalah rahmat, dari Malaikat adalah permintaan ampunan, dan dari umatnya adalah bermakna sebagai doa" (Syaikh al-Baghawi dalam Syarah as-Sunnah 3/189)

Malaikat Mencari Orang yang Bersalawat

Rasulullah Saw bersabda:
إن لله ملائكة سياحين يبلغون عن أمتي السلام
 
"Inna lillahi malaaikatan sayyaahiina fil ardli yuballighuunii min ummatii as-salaama", yang artinya: "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di bumi, menyampaikan salam dari ummatku", (HR Ahmad, an-Nasai dan Ibnu Hibban dengan sanad yang sahih)

Disamping itu ada pula malaikat di dekat makam Nabi yang menyampaikannya. Rasulullah Saw bersabda:

 أكثروا الصلاة علي فإن الله وكل بي ملكا عند قبري فإذا صلى علي رجل من أمتي قال : ذلك الملك يا محمد إن فلان بن فلان صلى عليك الساعة

"Aktsiruu ash-shalaata 'alayya, fa inna Allaha wakkala bii malakan 'inda qabrii fa idza shallaa 'alayya rajulun min ummatii qaala lii dzaalika al-malaku: Yaa Muhammad inna fulaan ibna fulaan shalla 'alaika as-saa'ata",  artinya: "Perbanyaklah membaca salawat kepadaku. Sebab Allah telah mewakilkan malaikat kepada ku di dekat kuburku. Jika ada seseorang dari umatku yang bersalawat, maka malaikat itu berkata kepada ku: Wahai Muhammad, sesungguhnya fulan bin fulan telah bersalawat kepadamu saat ini" (HR ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus, bahkan hadis ini dinilai hasan dalam as-Silsilah ash-Shahihat)

Rasulullah Saw Menjawab Salam

Rasulullah Saw bersabda:
 ما من أحد يسلم على إلا رد الله على روحى
"Maa min ahadin yusallimu 'alayya illa radda Allahu 'alayya ruuhii hattaa arudda 'alaihi as-salaama", artinya: "Tidak seorangpun yang mengucap salam kepadaku kecuali Allah mengembalikah ruh kepadaku hingga aku menjawab salamm kepadanya" (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Disahihkan oleh Ibnu Hajar)
Berdasarkan hadis ini, Ruh Rasulullah Saw tidak pernah keluar dari jasadnya, karena setiap saat pasti ada seorang umat beliau yang bersalawat. Bahkan dalam 4 Madzhab kesemuanya menyebut bacaan salawat kepada Rasulullah Saw di Tasyahhud yang terakhir. Hidupnya Rasulullah di alam Barzakh ini dijelaskan dalam hadis lain: "al-anbiyaau ahyaaun fi qubuurihim yushalluna", artinya: "Para Nabi hidup di dalam kuburnya, seraya melakukan salat" (HR al-Baihaqi dan Abu Ya'la. Syaikh Albani tidak mampu menilainya dlaif dan berkata: Hadis ini sahih)

Rasulullah Mendoakan Umatnya

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling (di bumi), menyampaikan salam dari ummatku. Rasulullah juga bersabda: Hidupku lebih baik bagi kalian. Wafatku juga lebih baik bagi kalian. Amal-amal kalian diperlihatkan kepadaku. Jika saya melihatnya amal baik, maka saya memuji kepada Allah. Dan jika saya melihatnya amal yang buruk, maka saya memintakan ampunan kepada Allah untuk kalian" (HR Al-Bazzar dari Abdullah bin Mas'ud, dengan sanad yang sahih)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhubeliau berkata bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ

“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”

Makna shalawat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah meminta kepada Allah Ta’ala agar Dia memuji dan mengagungkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamdi dunia dan akhirat, di dunia dengan memuliakan penyebutan (nama) beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memenangkan agama dan mengokohkan syariat Islam yang beliau bawa. Dan di akhirat dengan melipatgandakan pahala kebaikan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memudahkan syafa’at beliau kepada umatnya dan menampakkan keutamaan beliau pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk

Makna shalawat dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemualian dan keberkahan dari-Nya. ‎Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Ta’ala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firman-Nya,
{هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}

“Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS al-Ahzaab:43).‎‎

Sabda Nabi Muhammad Saw:

أربع من الجَفَاءِ أن يبول الرجل وهو قائم، وأن يمسح جبهته قبل أن يفرغ من الصلاة، وأن يسمع النداء فلا يشهد مثل ما يشهد المؤذّن، وأن أذكر عنده فلا يصلي عليّ. (رواه البزار والطبراني)
Artinya: 
“Empat perbuatan termasuk perbuatan yang tidak terpuji, yaitu (1) bila seseorang buang air kecil sambil berdiri, (2) seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, (3). Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti yang diucapkan muadzin, (4) seseorang yang apabila mendengar namaku disebut, tetapi ia tidak membacakan shalawat atasku. (HR. Bazzar dan Tabhrani)
    
Dalam ibadah sehari-hari, sebenarnya ada sebuah perbuatan ringan yang apabila kita lakukan mendatangkan akibat yang maha dahsyat, dan apabila kita tinggalkan maka kita termasuk golongan orang yang tidak berbalas budi. 
    
Pada saat kita telah diberi bantuan oleh orang lain, sudahlah pasti akan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atau mungkin mengucapkan doa untuk kebaikannya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw yang telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan menuju alam terang benderang, maka sudahlah pantas bagi kita untuk selalu mengucapkan sholawat dan salam atas beliau, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kecintaan kita atas segala jasa dan perjuangan yang tak tertandingi di alam jagad ini.
    
Dalam ibadah-ibadah lain, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah Swt menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasanya melakukan shalawat atas Nabi muhammad saw, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ia juga menjadi ibadah yang utama. 
    
Bila kita ingin mengetahui bahwa sholawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran: 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

 Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya.
سيرة المرء تنبأ عن سريرته
    
Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw.
Nabi Saw bersabda: 

ما منكم من أحدٍ سلّم علي إذا متُّ إلا جاءني جبريل فقال جبريل يا محمد هذا فلان ابن فلان يُقرئك السلام، فأقول وعليه السلام ورحمة الله وبركاته. (رواه أبو داود).
Artinya: 
“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan malaikat jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: ‘wahai Muhammad, ini Fulan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. (HR. Abu Daud)


عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا رواه مسلم ،

Sesungguhnya Abdillah bin Amr bin Al Ash RA mendengar Rosulullah SAW bersabda “Barang siapa yang membaca sholawat sekali saja, Allah SWT akan memberi rahmat padanya sebanyak sepuluh kali”

Dalam kitab Al Fawaid Al Mukhtaroh, Syaikh Abdul Wahhab Asy Sya’roni meriwayatkan bahwa Abul Mawahib Asy Syadzily berkata

رَأَيْتُ سَيِّدَ الْعَالَمِيْنَ صَلَّى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ صَلاَةُ اللهِ عَشْرًا لِمَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مَرَّةً وَاحِدَةً هَلْ ذَلِكَ لِمَنْ حَاضَرَ الْقَلْبَ ؟

Aku pernah bermimpi bertemu Baginda Nabi Muhammad SAW, aku bertanya “Ada hadis yang menjelaskan sepuluh rahmat Allah diberikan bagi orang yang berkenan membaca sholawat, apakah dengan syarat saat membaca harus dengan hati hadir dan memahami artinya?”

قَالَ لاَ، بَلْ هُوَ لِكُلِّ مُصَلٍّ عَلَيَّ وَلَوْ غَافِلاً

Kemudian Nabi menjawab “Bukan, bahkan itu diberikan bagi siapa saja yang membaca shalawat meski tidak faham arti shalawat yang ia baca”

Allah Ta’ala memerintahkan malaikat untuk selalu memohonkan do’a kebaikan dan memintakan ampun bagi orang tersebut. Terlebih jika ia membaca dengan hati hadir, pasti pahalanya sangat besar, hanya Allah yang mengetahuinya.

Bahkan, ada sebuah keterangan apabila kita berdo’a tidak dimulai dengan memuja Allah Ta’ala, tanpa membaca shalawat, kita disebut sebagai orang yang terburu-buru.

عن فَصَالَةَ بن عُبَيدْ رضى الله عنهما قَالَ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَجُلاً يَدْعُوْ فِىْ صَلاَتِهِ لَمْ يَحْمَدِ اللهَ تَعَالَى وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم عَجَّلَ هَذَا،

Baginda Nabi mendengar ada seseorang yang sedang berdo’a tapi tidak dibuka dengan memuja Allah ta’ala dan tanpa membaca shalawat, Nabi berkata “orang ini terburu-buru”

ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ اَوْ لِغَيْرِهِ اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيْدِ رَبِّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُوْ بَعْدُ بِمَا شَاءَ، رواه ابو داود والترمذى وقال حديث صحيح.

Kemudian Baginda Nabi mengundang orang itu, lalu ia atau orang lainnya dinasehati “jika diantara kalian berdo’a, maka harus diberi pujian kepada Allah SWT, membaca shalawat, lalu berdoalah sesuai dengan apa yang dikehendaki”

Apalagi jika bertepatan pada hari Jum’at, maka perbanyaklah membaca shalawat di dalamnya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ اَفْضَلِ اَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَاَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ رواه ابو داود.

Sabda Rasulullah SAW “Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu, karena shalawat kalian dihaturkan kepangkuanku”.

Ulama’ sepakat bahwa shalawat pasti diterima, karena dalam rangka memuliakan Rasulullah SAW. Ada penyair yang berkata

أَدِمِ الصَّلاَةَ عَلَى مُحَمَّدٍ    فَقَبُوْلُهَا حَتْمًا بِغَيْرِ تَرَدُّدٍ
أَعْمَالُنَا بَيْنَ الْقَبُوْلِ وَرَدِّهَا  اِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ

Bacalah shalawat selalu, sebab shalawat pasti diterima.
Adapun amal yang lain mungkin saja diterima dan mungkin ditolak, kecuali shalawat. Shalawat pasti diterima. 

Supaya doa berhasil dan terkabul maka saat berdoa kita harus dengan adab dan tata cara yang tepat yaitu dimulai dengan memuji Allah SWT dan membaca shalawat. 
Lalu apa fadhilah mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw? 


Barangsiapa bersholawat kepada Nabi Muhammad, berarti ia telah melaksanakan perintah Allah ta’ala di dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)

Makna sholawat Allah kepada Nabi dan hamba-Nya ialah pujian dan sanjungan Allah kepadanya di hadapan para malaikat yang mulia yang berada di sisi-Nya. Sedangkan makna sholawat Para malaikat kepada Nabi dan orang-orang yang beriman ialah Doa. Maksudnya para malaikat mendoakan kebaikan dan memohonkan ampunan kepada Allah bagi Nabi shallallahu alai wasallam dan kaum mukminin.‎

Ada beberapa riwayat dari hadist Rasulullah Saw, Atsar sahabat Radiallahu anhum dan pengalaman beberapa ulama yang mengisyaratkan imbalan bagi mereka yang mau bershalawat.

1). Shalawat membersihkan dosa
Sabda Nabi Saw:

صلّو عليّ فإن الصلاة علي زكاةٌ لكم واسألوا الله لي الوسيلة، قالوا وما الوسيلة يا رسول الله؟ قال: أعلى درجةٍ في الجنة لا ينالها إلا رجلٌ واحدٌ وأنا ارجو أن يكون أنا هو. (رواه أحمد في مسنده)
 
“bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya shalawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah”. Para sahabat bertanya: “apakah wasilah itu?” beliau menjawab: “derajat yang paling tinggi di sorga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.

2). Shalawat berpahala sepuluh rahmat Allah dan menghapus sepuluh kesalahan
Sabda Nabi Saw:
من صلّى علي صلاةً واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطّ عنه عشر خطيآت (رواه النسائي)
 
“barangsiapa yang membaca shalawat atasku satu shalawat maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus sepuluh kesalahannya” (HR. Nasai)

3). Dikabulkan hajat di dunia dan akhirat
Sabda beliau Saw:
من صلى علي في اليوم مائةَ مرّةٍ قضى الله له مائةَ حاجةٍ، سبعين منها في الآخرة وثلاثين في الدنيا

“barangsiapa yang membacakan shalawat untukku pada suatu hari seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di antaranya nanti di akhirat dan 30 di dunia. (Kitab Jam’ul Jawami’, Hal: 796)

4). Terangkatnya derajat manusia
Sabda beliau Saw:

من صلى عليّ من أمتي مخلصاًَ من قَلبِه صلاةً واحدةً صلّى اللهُ عليه عشر صلواتٍ ورفع عشر درجاتٍ ومحا عنه عشر سيئاتٍ. (رواه النسائ)

“barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan”. (HR. Nasai)

5). Menjadikan doa cepat terkabul


عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوْفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Bahwasanya Umar bin Khattab Ra berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas nabi Muhammad Saw”. (Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi)   

Dan keterangan dalam hadits lain

وَصَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِيْ حَيْثُ كُنْتُمْ

“Bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian berada." (HR. Abu Dawud)

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيْهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ يَقُوْلُوْنَ بَلِيْتَ قَالَ إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

"Sesungguhnya Hari Jum'at adalah di antara hari-hari kalian yang terbaik, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku." Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami disampaikan kepadamu, sementara engkau telah meninggal dunia?” Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala telah mengharamkan bumi atas jasad para Nabi" (HR. Abu Dawud)

أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً

"Orang yang paling dekat denganku pada hari Kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku." (HR. Tirmidzi)

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصَلِّيْ عَلَيَّ إِلَّا صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ مَا صَلَّى عَلَيَّ فَلْيُقِلَّ الْعَبْدُ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ

"Tidaklah seorang muslim bershalawat kepadaku kecuali para malaikat akan bershalawat kepadanya sebagaimana ia bershalawat kepadaku, maka ucapkanlah shalawat baik sedikit maupun banyak. " (HR. Ibnu Majah)

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطِئَ طَرِيْقَ الْجَنَّةِ

"Barangsiapa lupa bershalawat kepadaku, maka ia akan keliru menempuh jalan ke surga." (HR. Ibnu Majah)

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

"Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim)

قَالُوْا صَلَاةُ الرَّبِّ اَلرَّحْمَةُ وَصَلَاةُ الْمَلَائِكَةِ اَلْأِسْتِغْفَارُ

“Para sahabat Nabi berkata; (maksud dari) shalawatnya Rabb (Allah) adalah rahmat, dan shalawatnya para malaikat adalah istighfar (memohon ampunan)”. (HR. Tirmidzi)

الْبَخِيْلُ الَّذِيْ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

"Orang yang kikir adalah orang yang apabila namaku disebut di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku." (HR. Tirmidzi)

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ

"Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, bulan Ramadhan menemuinya kemudian pergi sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam surga (karena kebaikannya)." (HR. Tirmidzi)

إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلَاةَ عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُوْنَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ

"Jika kalian membaca shalawat kepada Rasulullah saw. maka baguskanlah, sebab kalian tidak tahu, bisa jadi shalawat itu dihadirkan di hadapannya (Rasulullah saw.).” (HR. Ibnu Majah)

أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِنَّهُ مَشْهُوْدٌ تَشْهَدُهُ الْمَلَائِكَةُ وَإِنَّ أَحَدًا لَنْ يُصَلِّيَ عَلَيَّ إِلَّا عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلَاتُهُ حَتَّى يَفْرُغَ

"Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jum'at, sesungguhnya ia disaksikan, para Malaikat juga menyaksikannya. Sungguh, sekali-kali tidaklah salah seorang dari kalian bershalawat kepadaku kecuali shalawatnya akan diperlihatkan kepadaku hingga dia selesai membaca shalawatnya." (HR. Ibnu Majah)

Dari Abu Ad-Darda Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. ath-Thabrani dan dinyatakan Basan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’).

Paradigma kalimah Sayyidina 

Dalam mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad ditambah dengan lafaz ”sayyidina”. Dalam membaca tambahan ini sebenarnya dari dulu sudah ada, tapi sekarang muncul fatwa-fatwa yang mengatakan bahwa membaca “sayyidina” dalam mengucapkan shalawat kepada Nabi, tidak baik, bahkan ada yang membid`ahkan orang yang melakukannya.

Pengertian dan Hakekat ”Sayyidina”

Kata ”Sayyidina” berasal dari bahasa Arab, merupakan gabungan kata ”Sayyid” (penghulu) dan ”na” dari ”nahnu” berupa kepemilikan (kami/ kita). Bila ada orang yang diberi predikat ”Penghulu”, maka orang tersebut adalah dimuliakan dalam suatu kelompok manusia dan orang yang dijadikan ikutan dan pemimpin dalam segala urusan.

Nabi Muhammad SAW yang diberi sanjungan dengan lafaz ”Sayyidina” berkonotasi pada martabat dan kedudukan dari ”Penghulu” bagi orang mengucapkannya. Lafaz ”sayyidina” itu merupakan maksud bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang kita muliakan, yang kita hormati, yang kita junjung tinggi, dan yang kita jadikan pimpinan dan ikutan lahir bathin, dunia akhirat.

Hakekat dari lafaz ”Sayyidina” pada ungkapan “sayyidina Muhammad”, baik ditambah pada shalawat ataupun saat menyebut namanya adalah bukti dari kita memuliakan beliau sebaik-baiknya dan mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya, sesuai dengan kedudukan beliau yang sebenarnya.

Paradigma hukum ”Sayyidina” 
Lafaz ”Sayyidina” sebelum mengucapkan nama Nabi Muhammad SAW terdapat perbedaan ulama dalam membolehkannya dan menidaknya, sehingga terdapat minimal dua pendapat.Pertama: Membaca “sayyidina” sebelum nama Nabi Muhammad SAW dalam shalawat adalah afdhal, yakni lebih baik karena itu berarti memuliakan dan menghormati Nabi SAW. Menambahkan “sayyidina” itu dalam shalawat, merupakan suatu perbuatan yang bernilai melaksanakan perintah Nabi dan pula telah mengucapkan yang benar, yaitu berbicara secara sopan dan beradab. Menambahkan “sayyidina” dan “maulana”, dan lain-lain perkataan yang menyatakan menghormati, memuliakan serta membesarkan Nabi dalam mengucapkan shalawat untuk penghulu kita Nabi Muhammad Saw. Mengucapkan lebih baik dari pada meninggalkan. Ungkapan seperti ini banyak terdapat dalam mazhab Syafi`i. Kedua: Membaca ”Sayyidina” sebelum nama Nabi MuhammadSAW dalam segala hal, baik shalawat atau tidak, adalah dilarang dan termasuk dalam perbuatan bid`ah, sebab Nabi Muhammad SAWmelarang memanggilnya dengan kata ”sayyid”.

Paradigma yang kita hadapi dalam ini lafaz ”Sayyidina” sebelum nama Nabi Muhammad adalah pemahaman-pemahaman yang berkaitan dari maksud dan tujuan dalam mengucapkannya. Pendapat yang membid`ahkannya berdalil pada tidak adanya anjuran Rasulullah dan hadits yang menyatakan setiap perbuatan yang belum ada contoh dari Nabi SAW adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat.Sedangkan pendapat yang membolehkannya, bahkan dalam mazhab Syafi`i dikatakan afdhal, berkutat pada pemahaman dalil-dalil yang bersifat umum, diantaranya dalam surat Al- A’raf: 157 yang artinya: ”Maka mereka yang beriman pada Nabi, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti Qur’an yang diturunkan kepadanya, mereka itulah yang beruntung mendapat kemenangan”. (Surat al-A`raf : 157).

Dasar kesimpulan pemahaman adalah Orang yang memuliakan NabiSAW merupakan orang yang akan dapat kemenangan dan keberuntungan. Membaca “sayyidina” adalah dalam rangka memuliakan Nabi Muhammad yang mulia. ”Janganlah kamu memanggil Rasul dengan sebagaimana panggilan sesama kamu”. (Surat al-Nur ayat 63: ).

Dasar pemahaman adalah Ayat ini menyatakan bahwa memanggil Nabi Muhammad SAW haruslah secara terhormat dan sopan, misalnya dengan: ya Rasulullah! Jangan dengan: ya Muhammad saja.

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAWbersabda: ”Saya penghulu anak Adam pada hari kiamat. Orang yang paling dahulu muncul dari kubur, orang yang paling dahulu memberi syafa’at dan orang yang paling dahulu dibenarkan memberi syafa’at”. (HR. Imam Muslim dan Abu Daud). Dasar pemahaman dari hadits ini adalah Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa beliau adalah penghulu anak Adam, dan ini menunjukkan bahwa membaca sayyidina dalam mengucapkan shalawat adalah justru dalam rangka mengamalkan apa yang dikatakannya. 

Dalam hal ini, Imam al-Nawawi mengemukakan pemahaman hadits ini dengan ketentuan: 

(1). Nabi Muhammad itu adalah “sayyid”, yakni penghulu anak adam seluruhnya didunia dan akhirat. Kepenghuluan beliau sangat tampak pada alam akhirat dengan tunduk dan menghormatnya seluruh makhluk kepada beliau. 

(2). Nabi Muhammad menyatakan dirinya sebagai penghulu anak Adam, mengandung maksud dan tujuan yaitu: Mengabarkan yang benar yang mesti dikabarkan kepada ummat supaya mereka mengetahui, mengi’tiqadkan, menyesuaikan amal pekerjaan dengan hal itu, dan menghormati beliau. Juga menjalankan perintah Allah.

Bila kita lihat dengan kaca mata yang dinamis tentang persoalan membaca lafaz ”Sayyidina” sudah terjadi perbedaan itu semenjak dulu. Namun terjadi pada masa sekarang saling salah menyalahkan atau membenarkan pendapatnya dan yang lain tidak benar merupakan sebuah kepicikan.

Padahal dari segi kedalaman ilmu, nyaris hari ini tidak ada lagi sosok seperti mereka. Kalau pun kita tidak setuju dengan salah satu pendapat mereka, bukan berarti kita harus mencaci maki orang yang mengikuti pendapat itu sekarang ini. Sebab mereka hanya mengikuti fatwa para ulama yang mereka yakini kebenarannya. Dan selama fatwa itu lahir dari ijtihad para ulama sekaliber fuqaha mazhab, kita tidak mungkin menghinanya begitu saja.

Adab yang baik adalah kita menghargai dan mengormati hasil ijtihad itu. Dan tentunya juga menghargai mereka yang menggunakan fatwa itu di masa sekarang ini. Lagi pula, perbedaan ini bukan perbedaan dari segi aqidah yang merusak iman, melainkan hanya masalah kecil, atau hanya berupa cabang-cabang agama. 

Tidak perlu kita sampai meneriakkan pendapat yang berbeda dengan pendapat kita sebagai tukang bid’ah.‎

Wallahu A’lamu bi Muradih

 

Doa Akasyah


Asal-Usul Doa Akasyah.

Do'a Akasyah adalah Do'a yang diijazahkan langsung oleh malaikat jibril kepada Rasulullah SAW. Do'a ini dinamakan do'a akasyah dikarenakan untuk mengenang jasa perjuangan sahabat Akasyah dalam meninggikan risalah kebesaran islam. Sahabat Rasulullah SAW yang satu ini dikenal sangat gigih dalam berjuang melawan musuh-musuh islam. Dia terjun mengikuti seluruh medan pertempuran pada masa Rasulullah SAW, bahkan tampil sebagai panglima dibeberapa pertempuran.

Nama lengkap pahlawan dari bani Ghanam ini adalah Akasyah bin Mihshan bin Khurasan Al- Asadi. Sebelum dikenal sebagai tokoh penting dalam perjuangan islam, Akasyah adalah pemimpin Bani Ghanam Al-Asadi, sebuah suku yang cukup berpengaruh di wilayah Madinah.

Sahabat Akasyah gugur sebagai Syuhada (12 H / 633 M) saat memimpin pasukan berkuda Harbur Riddah ( Pertempuran melawan orang-orang murtad) di Bazakhah., sebuah tempat di wilayah Najd. Dan ketika gugur, pedang itu terselip di pinggangnya. Rasulullah SAW mengenang jasa-jasa kepahlawanan Akasyah dengan mengabadikan namanya pada Doa Rasulullah SAW.

Hayati Doa istimewa ini & baca fadhilatnya,,sangat-sangat hebat

Syaidina Abu Bakar telah berkata : Pada suatu hari aku duduk di hadapan Rasulullah SAW di dalam masjid Madinah Al Munawarah, kemudian datanglah Malaikat Jibril dengan membawa Doa Akasahyang diberikan kepada Rasulullah SAW seraya berkata : "Wahai Rasulullah, yang aku bawa ini adalah doa Akasah : sejak zaman Nabi Adam AS dan nabi-nabi lain belum pernah ku turunkan doa ini kecuali kamu ya Rasulullah.

Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq ra juga telah berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda padaku; "jangan kau tinggalkan membaca Doa Akasyah ini, kerana dengan membaca doa ini engkau akan memperoleh keamanan dan anugerah dari Allah sehingga dapat menghafal al-Quran dan kitab."

Sayyidina Umar Bin Khatab berkata : Rasulullah SAW telah bersabda Wahai Umar bacalah doa ini,karena membaca doa ini akan memperoleh pahala yang sangat besar, tujuh puluh ribu Malaikat berbuat kebajikan karena membaca doa ini, satu Malaikat mempunyai mulut,tujuh puluh dan mempunyai kepala tujuh puluh. Tiap satu memuji kepada Allah SWT dan semua itu diberikan kepada orang yang mau membaca doa ini, ‎Allah memberi rahmat kepadanya.

Sayyidina Uthman bin Affan ra berkata: "sesungguhnya aku dapat menghafal al-Quran berkat doa ini."

 Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib berkata: "aku menjadi kuat berkat doa ini."

Hassan Basri ra berkata: "aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "sesungguhnya seseorang tidak akan memperoleh pahala sepertimana banyak pahalanya orang yang membaca doa ini."

Syeikh Sya'ba ra berkata: "aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "barangsiapa yang berdoa dengan doa ini, jika ia meninggal dunia, maka ia akan sentiasa mendapat anugerah dari Allah, 70,000 malaikat menghantar jenazahnya ke kubur, setiap seorang malaikat membawa panji cahaya; para malaikat berkata; "jangan engkau takut, sesungguhnya Allah telah memberi anugerah kepadamu, nanti di hari kiamat akan dibukakan pintu syurga untukmu" dan Allah berfirman: "wahai fulan, sesungguhnya Aku malu menyiksa kamu kerana kamu telah mengamalkan Doa Akasyah ini."

Banyak lagi kebaikan yang diperolehi dengan mengamalkan Doa Akasyah ini. Sangat banyak fadilatnya, di segi zahir mahu pun batin, dunia mahu pun akhirat.

Doa Akasyah 


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi  Maha Penyayang.

اَللَّهُمَّ صَلىِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ

Alloohumma sholli ‘alaa sayyidinaa muhammadiw wa ‘alaa aalihii washohbihii 

Ya Allah, tetapkanlah shalawat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad,
Keluarga dan shahabat-shahabat beliau.

بِسْمِ اللهِ النُّوْرِ نُوْرٌعَلَى نُوْرٍ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ خَلَقَ النُّوْرَ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ عَلَى جَبَلِ الِطُّوْرِفِى كِتَابٍ مَسْطُوْرٍ

Bismillaahin nuuri nuurun ‘alaa nuur. Alhamdulillaahil ladzii kholaqon nuuro wa angzalat tauroota ‘alaa jabalith thuuri fii kitaabi masthuur. 

Dengan Asma' Allah yang menyinari sinar diatas sinar, Segala puji bagi Allah Pencipta nur dan menurunkan kitab Taurat diatas gunung Thurdi dalam kitab yang tertulis

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذَيْ بِالْغِنَآءِ مَذْكُوْرٌ وَبِالْعِزَّةِ وَالْجَلاَلِ مَشْهُوْرٌ وَعَلَى السَّرَّآءِ وَلضَّرَّآءِ مَشْكُورٌ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضِ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْابِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ

Alhamdulillaahil ladzii bil ghinaa i madzkuur wabil ‘izzati waljalaali masyhuur. Wa ‘alas sarroo i wadl dlorroo i masykuur walhamdu lillaahilladzii kholaqos samaawaati wal ardlo waja’alazh zhulumaati wannuur tsummalladziina kafaruu birobbihim ya’diluun. 

Segala Puji bagi Allah Yang Disebut kaya dengan kemulyaan dan keagungan yang dikenal dan atas senang dan susah yang disyukuri dan segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjadikan gelap dan terang, kemudian orang-orang kafir kepada Tuhannya dan berpaling.

گهيعۤص حمَ عۤسۤق اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ يَاحَيُّ يَا قَيُّوْمُ اَللهُ الَّطِيْفُ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَآءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيْزُ

Kaaf. Yaa. Aiin. Shood. Haa. Miim. Aiin. Siin. Qoof. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin. Yaa hayyu yaa qoyyuum. Alloohu lathiifum bi’ibaadihii yarzuqu Mayyasyaa u wahuwal qowiyyul ‘aziiz. 

Kaf Ha Ya 'Ain Shaad, Ha Mim 'Ain Sin Qaf, hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan memohon pertolongan, hai Dzat Yang Hidup Tegak Kokoh, Allah Yang sangat belas kasihan kepada hamba-Nya memberi rizki kepada siapa saja yang dia kehendaki, Dia sangat kuat dan mulia

يَاكَافِيْ كُلِّ شَىْءٍاِكْفِنِيْ وَاصْرِفْ عَنِّىْ كُلىَّ شَىْءٍ بِيَدِكَ الْخَيْرُ اِ نَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .

Yaa kaafii kulli syaiin ikfinii washrif  ‘annii kulla syaiim biyadikal khoiru innaka ‘alaa syaiing qodiir. 

Hai Dzat Yang mencukupi segala sesuatu, cukupilah aku dan palingkanlah dariku segala sesuatu dengan kekuasaanMu yang baik, bahwasanya Engkau berkuasa atas segala-galanya.

اَللَّهُمَّ يَاكَثِيْرَ النَّوَالِ وَيَادَائِمُ الْوَصَالِ وَيَاحَسَنَ الْفِعَالِ وَيَارَازِقَ الْعِبَادِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَيَابَدِيْعًا بِلاَمِثاَلٍ وَيَابَاقٍ بِلاَزَوَالٍ نَجِّنَامِنَ الْكُفْرِوَالضَّلاَلِ بِحَقِّ لاَاِلهَ اِلاَّالله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى لله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Alloohumma yaa katsiron nawwaali wayaa daa imul washooli wayaa hasanal fi’aali wayaa rooziqol ‘ibaadi ‘alaa kulli haaliw wayaa badii’am bilaa mitsaaliw wayaa baaqim bilaa zawaalin najjinaa minal kufri wadldlolaali bihaqqi laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, Dzat Yang banyak pemberiannya dan Yang selalu bertemu, Yang bagus perbuatannya, Pemberi rizki hamba-hambaNya pada setiap keadaan, hai Dzat Pencipta pertama kali dengan tidak melalui contoh, hai Dzat yang langgeng, yang tidak akan binasa, selamatkanlah kami dari kufur dan tersesat dengan : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اِنَ دَخَلَ الشَّكُّ فِي اِيْمَانِىْ بِكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ.

Alloohumma ingdakholasy syakku fii iimaanii bika walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu waaquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, seandainya kufur/rasa bimbang dan ragu masuk dalam keimananku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اِنْ دَخَلَ الْكُفْرُفِيْ اِسْلاَمِيْ بِكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ ُتبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma ingdakholal kufru fii islaamii bika walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, seandainya kufur masuk kedalam keislamanku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اِنْ دَخَلَ الشَّكُّ فِى تَوْحِيْدِىَ اِيَّاكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ الاَّ الله مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma ingdakholasy syakku fii tauhiidii iyyaaka walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam 

Ya Allah, seandainya rasa bimbang dan ragu masuk ke dalam ketauhidanku terhadap Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اِنْ دَخَلَ الْغَيْبُ وَالْكِبْرُ وَالرِّيَاءُ واَلسُّمْعَةُ وَالنُّقْصَانُ فِىْ عَمَلِيْ لَكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma ingdakholal ‘ujbu wal kibru warriyaa u wassum’atu wannuqshoonu fii ‘amalii  laka walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam 

Ya Allah, seandainya rasa sombong, takabur,riya' dan sum'ah / menonjolkan diri dan kekurangan di dalam amal perbuatanku bagi Engkau masuk ke dalam hatiku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اِنْ جَرَى الْكَذِبُ وَالْغِيْبَةُ وَالْنَّمِيْمَةُ وَالْبُهْتَانُ عَلَى لِسَانَيْ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma ingdakholal kadzibu wal ghiibatu wan namiimatu wal buhtaanu ‘alaa lisaanii walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, seandainya sifat dusta, pengumpat, mengadu domba dan pembohong berjalan pada mulutku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اللّهَمُ َّاِنْ دَخَلَ الْخَطْرَةُ وَالْوسْوَسَةُفِيْ صَدْرِيْ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma ingdakholal khothrotu wal was wasatu fii shodrii walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, seandainya di dalam hatiku terlintas rasa was-was sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اللَّهُمَّ اِنْ دَخَلَ التَّشْبِيْهُ َوالتَّقْصِيْرُ فِيْ مَعْرِفَتِىْ اِيَّاكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma ingdakholat tasybiihu wattaqshiiru fii ma’riifatii iyyaaka walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.  ‎

Ya Allah, seandainya rasa penyerupaan dan lalai masuk ke dalam ma'rifatku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اِنْ دَخَلَ النِّفَاقُ فِيْ قَلْبِيْ مِنَ الذُّنُوْبِ الْكَبَآئِرِ وَالصَّغَآئِرِ كُلِّهَا وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma ingdakholan nifaaqu fii qolbii minadz dzunuubil kabaa iri wash shoghoo iri kullihaa walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, seandainya rasa nifak, dosa-dosa besar dan kecil masuk ke dalam hatiku dan aku tidak mengetahui ataupun mengetahui, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اِنْ دَخَلَ الرِّيآءُ فِيْ اَعْمَالِىْ وَاَقُوَلِيْ وَلَمْ اَعْلَمْ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma ingdakholar riyaa u fii a’maalii wa aqwaalii walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, seandainya sifat riya' masuk ke dalam amal perbuatanku dan perkataanku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ سُوْءٍ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma maa ‘amiltu ming suui walam 'alam bihi au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu l aa ilaaha illalloohu muhammadurrosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, kejahatan-kejahatan yang telah aku perbuat sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ مَااََرَدْتَ لِيْ مِنْ خَيْرٍ فَلَمْ اَشْكُرْهُ وَلَمْ اَعْلَمُ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma maa arodtalii min khoiring falam asykurhu walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.

Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang Engkau kehendaki bagiku, lalu aku tidak dapat mensyukuri sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ مَاقَدَّرْتَ عَلَيَّ مِنْ اَمْرٍفَلَمْ اَرْضَهُ وَلَمْ اَعْلَمُ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma maa qoddarta ‘alayya min amring falam ardlohu walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, hal-hal yang telah Engkau takdirkan kepadaku, lalu aku tidak bergembira atau tidak menerimakannya sedang aku tidak tahu atau tahu, maka bertaubatlah aku dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW. 

اَللَّهُمَّ مَااَنْعَمْتَ عَلَيَّ مِنْ نِعْمَةٍ فَعَصَيْتُكَ فِيْهِ وَلَمْ ْاَعْلَمُ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma maa an’amta ‘alayya minni’mating fa’ashoituka fiihi walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.

Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku, lalu aku salah gunakan, durhaka kepadamu sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ اَوْلَيْتَنِيْ مِنْ نَعْمَآئِكَ فَغَفَلْتُ عَنْ شُكْرِكَ وَلَمْ اَعْلَمُ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma maa aulaitanii min na’maaika faghofaltu ‘ang syukrika walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu aaquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau kuasakan kepadaku, lalu aku tidak bersyukur kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW

اَللَّهُمَّ مَآاَوْلَيْتَنِيْ مِنْ الآئكَ فَلَمْ اُءَدِّحَقَّهُ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma maa aulaitanii min aalaaika falam iaddi haqqohu walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, hal-hal yang telah Engkau takdirkan kepadaku, lalu aku tidak bergembira atau tidak menerimakannya sedang aku tidak tahu atau tahu, maka bertaubatlah aku dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهْمَّ مَا مَنَنْتَ عَلَيَّ مِنَ الْحُسْنَى فَلَمْ اَحْمَدْكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma maa manangta ‘alayya minal husnaa falam ahmadzka walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan aku tidak memujiMu, sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW

اَللَّهْمَّ مَااَحْبَبْتَ لِيْ بِهِ عَلَيَّ مِنَ النَّظَرفِيْكَ فَغَمَضْتُ عَنْهُ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma maa ahbabta lii bihii ‘alayya minan nazhori fiika faghomadltu ‘anhu walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadurrosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, berfikir dalam kekuasaanMu yang Engkau ciptakan terhadapku, lalu aku menutup mata, sedang aku mengetahui atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ مَاصَنَعْتُ فِى عُمْرِىْ بِمَالَمْ تَرْضَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma maa shona’tu fii ‘umrii bimaa lam tardlo walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, perbuatan-perbuatan yang aku lakukan sepanjang umurku, lalu Engkau tidak ridha, sedang aku mengerti atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ مَا قَصَرْتُ مِنْ عَمَلِيْ فِيْ رَجَآئِكَ وَلَم اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma maa qoshortu min ‘amalii fii rojaaika walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa laaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.

 Ya Allah, amal perbuatanku yang Engkau perpendek di dalam mengharap-harap rahmatMu, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : Laa ilaa ha illallah Muhammadur Rasuulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.

اَللَّهُمَّ اِنِ اعْتَمَدْتُ عَلَى اَحَدٍ سِوَاكَ فِى الشَّدَآئِدِ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma ini’tamadtu ‘alaa hading siwaaka fisy syadaaidi walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, jika aku bergantung kepada selain Engkau di dalam menghadapi kepayahan-kepayahan, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : Laa ilaa ha illallah Muhammadur Rasuulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.

اَللَّهُمَّ اِنِ السْتَعَنْتُ غَيْوَكَ فِى النَّوَآئِبِ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ .

Alloohumma ini sta’angtu ghoiroka finnawaaibi walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 

Ya Allah, jika aku memohon pertolongan kepada selain Engkau, dalam kecelakaan dan bahaya, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.

اَللَّهُمَّ مَااَصْلَحَ فِيْ شَأْنِيْ بِفَضْلِكَ وَرَأَيْتُهُ مِنْ غَيْرِكَ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ

Alloohumma maa ashlaha fiisyanii bifadllika waroaituhu min ghoirika walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam.

Ya Allah, urusan-urusanku yang telah Engkau baguskan dengan anugerah Engkau dan pandanganku salah, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW
 
َاللَّهُمَّ اِنِ زَلَّتْ قَدَمِيْ عَنِ الصِّرَاطِ بِالسُّؤاَلِ مِنْ غَيْرِكَ يُثَبِّتْنِيْ وَلَمْ اَعْلَمْ بِهِ اَوْعَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَاَسْلَمْتُ وَاَقُوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُمُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ
 
Alloohumma ingzallat qodomii ‘anish shiroothi bissuali min ghoirika yutsabbitnii walam a’lam bihii au’alimtu tubtu anhu wa aslamtu wa aquulu laa ilaaha illalloohu muhammadur rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam. 
Ya Allah, jika aku tegelincir menyimpang dari jalan lurus (shirat), karena memohon kepada selain Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 
اَللَّهُمَّ يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ يَامَنَّانُ ياَدَيَّانُ يَاسُلْطَانُ يَالآاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ فَاسْتَجَبْنَالَهُ وَنَجَّيْنهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِى الْمُؤْ مِنِيْنَ وَزَكَرِيَّآ اِذْنَادَى َربَّهُ رَبِّ لاَتَذَرْنِيْ فَرْداً وَاَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ
 
Alloohumma yaa hayyu yaa qoyyuumu yaa hannaanu yaa mannaanu yaa dayyaanu yaa shulthoonu yaa laa ilaaha illaa angta subhaanaka innii kungtu minazh zhoolimiin. Fastajabnaa lahuu wanaj jainaahu minal ghommi wakadzaalika nungjil muminiin wazakariyya idznaa daarobbahuu robbi laa tadzarnii fardaw wa angta khoirul waaritsiin. 
Ya Allah, Yang Hidup tegak kokoh, Yang memiliki rahmat dan banyak anugerahNya, banyak memberi dan Pemilik kerajaan, Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, maha suci Engkau, bahwasanya aku menganiaya diri sendiri, (firman Allah) : "Lalu Kami kabulkan dan Kami selamatkan dia dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang beriman" Zakariya ketika menyeru tuhannya, ya Tuhanku: "Janganlah Engkau tinggalkan aku sendiri, Engkaulah waris yang paling baik".
 
اَللَّهُمَّ بِحَقِّ لاَاِ ٰلهَ اِلاَّ اللهُ وَبِعِزَّتِهٍِ
Alloohumma bihaqqi laa ilaaha illalloohu wabi’izzatihii 
Ya Allah, dengan hak La ila ha illallah dan kemuliaannya
وَبِحَقِّ الْكُرْسِيِّ وَسَعَتِهٍِ
Wabihaqqil kursiyyi wasa’atihii 
Dan dengan hak kursi dan keluasannya
وَبِحَقِّ الْعَرْشِ وَعَظَمَتِهٍَِ
Wabihaqqil ‘arsyi wa’azhomatihii 
Dan dengan hak 'Arsy dan keagungannya
وَبِحَقِّ الْقَلَمِ وَجَرَيَانِهٍِ
Wabihaqqil qolami wajaroyaanihii 

Dan dengan hak kalam dan berjalannya

وَبِحَقِّ اللَّوْحِ وَحَفَظَتِهٍِ

Wabihaqqil lauhi wahafazhotihii 

Dan dengan hak Lauh Mahfudh dan penjaga-penjaganya

وَبِحَقِّ الْمِيْزَانِ وَخِفَّتِهٍِ

Wabihaqqil miizaani wakhiffatihii ‎

Dan dengan hak Timbangan (Mizan) dan dua matanya

وَبِحَقِّ الْصِّرَاطِ وَرِقَّتِهٍِ

Wabihaqqish shiroothi wariqqotihii 

Dan dengan hak Shirat dan kelembutannya

وَبِحَقِّ جِبْرَآئِيْلَ وَاَمَانَتِهٍِ

Wabihaqqi jibrooiila Waamaanatihii 

Dan dengan hak Jibril dan kejujurannya

وَبِحَقِّ مِيْكَآئِيْلَ وَشَفَقَتِهٍِ

Wabihaqqi miikaaiila wasyafaqotihii 

Dan dengan hak Mikail dan belas kasihnya

وَبِحَقِّ اِسْرَافِيْلَ وَنَفْخَتِهٍِ

Wabihaqqi isroofiila wanafkhotihii 

Dan dengan hak Israfil dan terompetnya,

وَبِحَقِّ عِزْرَائِيْلَ وَقَبْضَتِهٍِ

Wabihaqqi izrooiila waqobdhotihii

Dan dengan hak Izrail dan terpilihnya

وَبِحَقِّ رِضْوَانَ وَجَنَّتِهٍِ


Wabihaqqi ridhwaana wajannatihii

Dan dengan hak Ridlwan dan surganya

وَبِحَقِّ مَالِكٍِ وَجَهَنَّمِهٍِ

Wabihaqqi maalikiw wajahannamihii

Dan dengan hak Malik dan nerakanya

وَبِحَقِّ اٰدَمَ وَصَفْوَتِهٍِ

Wabihaqqi aadama washofwatihii

Dan dengan hak Adam dan terpilihnya

وَبِحَقِّ شِيْثٍ وَنُبُوَّتِهٍِ

Wabihaqqa syiisyiw wanubuwatihii

Dan dengan Syits dan kenabiannya

وَبِحَقِّ نُوْحٍ وَسَفِيْنَتِهٍِ

Wabihaqqi nuuhiw wasifiinatihii

Dan dengan Nuh dan perahunya

وَبِحَقِّ اِبْرَاهِيْمَ وَخُلَّتِهٍِ

  Wabihaqqi ibroohiima wakhullatihii
Dan dengan hak Ibrahim dan terpilihnya sebagai khalilullah
وَبِحَقِّ اِسْحٰقَ وَدِيَانَتِهٍِ

  Wabihaqqi Ishaaqo wadiyaanatihii
Dan dengan hak Ishak dan keagamaannya
وَبِحَقِّ اِسْمَاعِيْلَ وَذَبِيْحَتِهٍِ

Wabihaqqi Ismaa'iila wadzubiihatihii
 Dan dengan hak Isma'il dan disembelihnya,
وَبِحَقِّ يَعْقُوْبَ وَحَسْرَتِهٍِ

Wabihaqqi ya'quuba wahasarotihii
 Dan dengan hak Ya'kub dan kedukaannya
وَبِحَقِّ يُوْسُفَ وَغُرْبَتِهٍِ

Wabihaqqi yuusufa waghurbatihii
 Dan dengan hak Yusuf dan terasingnya
وَبِحَقِّ مُوْسىٰ وَاٰيَاتِهٍِ

Wabihaqqi muusaa wa aayaatihii
 Dan dengan hak Musa dan ayat-ayatnya
وَبِحَقِّ هَارُوْنَ وَحُرْمَتِهٍِ

Wabihaqqi haaruuna wahurmatihii
 Dan dengan hak Harun dan kehormatannya
وَبِحَقِّ هُوْدٍ وَهَيْبَتِهٍِ

Wabihaqqi huudiw wahaibatihii
Dan dengan hak Hud dan kewibawaannya,
وَبِحَقِّ صَالِحٍ وَنَاقَتِهٍِ

Wabihaqqi shoolihiw wanaa qotihii
Dan dengan hak Shaleh dan untanya
وَبِحَقِّ لُوْطٍ وَجِيْرَتِهٍِ

Wabihaqqi luuthiw wajiirotih

Dan dengan hak Luth dan pemikirannya

وَبِحَقِّ يُوْنُسَ وَدَعْوَتِهٍِْ

Waibhaqqi yuunuusa sada'atihi

Dan dengan hak Yunus dan ajakannya

وَبِحَقِّ دَانِيَالَ وَكَرَامَتِهٍِ

Wabihaqqi daaniyaala wakaroomatihii

Dan dengan hak Danial dan kerahmatnya

وَبِحَقِّ زَكَرِيَّاوَطَهَارَتِهٍِ

Wabihaqqi zakariyya wathohaarotihii

Dan dengan hak Zakariya dan kesuciannya

وَبِحَقِّ عِيْسىٰ وَرُوْحَانِيَّتِهٍِ

Wabihaqqi 'iisaa wa ruu haaniyyatiihii

Dan dengan hak Isa dan kejiwaannya

وَبِحَقِّ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍنِ الْمُصْطَفىٰ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَفَاعَتِهٍِ

Wabihaqqi sayyidinaa muhammadil musthofaa shollalloohu ‘alaihi wasallama watsafaa’atihii. 

Dan dengan hak pemimpin kami Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang terpilih menjadi kekasihNya dan syafa'atnya

اَللَّهُمَّ يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ يَالاَاِ ٰلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ فَاسْتَجَبْنَالَه‘وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذٰلِكَ نُنْجِى الْمُؤْمِنِيْنَ َلآاِ ٰٰلهَ اِلاَّهُوَعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ

Alloohumma yaa hayyu yaa qoyyuumu yaa laa ilaaha illaa angta subhaanaka innii kungtu minazhoolimiin. Fastajabnaa lahuu wanaj jainaahu minal ghommi wakadzaalika nungjil muminiin. Laa ilaaha illaa huwa ‘aalaihi tawakkaltu wahuwa robbul ‘arsyil ‘azhiim.
 
Ya Allah, Yang Hidup, tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, bahwasanya aku termasuk orang-orang yang menganiaya diri, (Firman Allah); Lalu kami mengabulkannya dan menyelamatkannya dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Allah, kepadaNya aku bertawakkal, Dia pengurus 'Arsy yang Agung.

حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلىٰ وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
Hasbiyalloohu wani'mal wakiil, Ni'mal maulaa wani'man nashiir

Allah-lah yang mencukupi aku, sebaik-baik Pelindung, Pengurus dan Penolong

وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَاِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Walaa haulaa walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil 'azhiim

Tidak ada daya kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung.

رَبَّنَااٰتِنَافِى الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِى اْلاٰخِرَةِحَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَ النَّارِ

Robbanaa aatinaa fiddun nyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanataw waqinaa 'adzaa bannaar

Ya Tuhan kami, berilah kebaikan kepada kami di dunia dan akherat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.

وَصَلَّى اللهُ عَلىٰ خَيْرِخَلْقِهٍِ وَنُوْرِعَرِْشِهٍِ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَشَفِيْعِنَامُحَمَّدٍوَعَلۤىٰ آلِهٍِ وَاَصْحَابِهٍِۤ اَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Washollalloohu 'alaa khoiri kholqihii wanuuri 'arsyihii sayyidinaa wanabiyyina wasyafii'inaa muhammadiw wa'alaa aalihii washaabihii ajma'iin, birohmatika yaa arhamarroohimiin

Shalawat Allah tetapkanlah kepada sebaik-baik makhlukNya, cahaya 'ArsyNya yaitu junjungan kami , Nabi dan pemberi syafaat bagi kami Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, keluarga dan para sahabat beliau semua dengan rahmatMu hai Dzat Yang paling belas kasihan.

اٰمِيْنَ اٰمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Aamiin ..aamiin..yaa robbal'aalamiin‎

Amin Amin (Semoga Allah mengabulkan permohonan kami ini, hai Dzat yang mengurus alam semesta).

Semoga bermanfaat. ‎

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...