Senin, 23 November 2020

Kerajaan di Bhumi Nusantara


Tulisan ini adalah kronologi singkat, dari sebagian kerajaan dan kesultanan, besar dan kecil, di Nusantara. Bukan uraian sejarah, riwayat, hikayat, cerita, legenda, dan atau mitos. Dibuat berdasarkan pada prasasti, bila ada, dan catatan historik, bila ada, dan tutur leluhur dapat dipertanggungjawabkan, asli bukan sekedar kutipan apalagi bajakan. Penulis mengutamakan angka-angka tahun peristiwa secara kronologik daripada kandungan historik, berlandaskan pada pola pemikiran sains eksakta dan kajian informatika, bukan kepercayaan, dugaan, sangkaan dan spekulasi non-eksakta. Beberapa angka yang tak diketahui, diperoleh dari intrapolasi dan ekstrapolasi dan aproksimasi matematik dan analisa logik, berdasarkan pada kecocokan data dan informasi, dan statistik paling mungkin.

Sementara sejarah sejatinya tak pernah dan tak akan berubah, pemaparan singkat disini mungkin akan mengubah pandangan dan atau penafsiran sebagian orang tentang sejarah beberapa kerajaan di Nusantara. Sebagaimana diketahui, sejarah, dan juga arkeologi dan palaentologi adalah berada dalam kelompok disiplin ilmu humaniora, sebagian penuh dengan ketakpastian, sangkaan atau dugaan, dimana para pakar sejarah berbeda bisa memiliki interpretasi dan spekulasi berbeda tentang satu obyek sama.

Sedangkan pemaparan penulis disini menggunakan pendekatan kelompok disiplin ilmu eksakta, mencakup matematika, fisika, dan geofisika, yang mengakumulasi dan mengkombinasikan semua versi spekulasi, untuk memperoleh yang paling mungkin (the most probable) dengan pendekatan nalar (logical reasoning approximation) menggunakan komputer dan teknologi informasi, berdasarkan pada data tersedia atau bisa diperoleh.

Sehingga makin akurat dan lengkap data, makin mendekati realitas perisitiwa informasi dihasilkan. Jadi tulisan ini bukan penafsiran sejarah versi penulis, tapi penafsiran pembaca adalah implikasi dan konsekuensi dari pemprosesan data tersedia menjadi informasi. Dengan demikian penulis tak memiliki liabilitas atas interpretasi berbeda dari pembaca, dan atau berbeda dengan interpretasi diyakini selama ini.



DAFTAR KRONOLOGIK KERAJAAN DAN KESULTANAN DI NUSANTARA

Dalam catatan basisdata penulis, ada sekitar ±1.000 nama kerajaan dan kesultanan, besar dan kecil, di seluruh Nusantara, antara 200an SM s/d 2000an M.

Beberapa kerajaan dan atau kesultanan sezaman biasanya memiliki hubungan satu terhadap yang lain; Satu kerajaan besar biasanya membawahi satu atau lebih kerajaan kecil; Keruntuhan suatu kerajaan biasanya digantikan atau diteruskan oleh kebangkitan suatu kerajaan lain yang memiliki hubungan dengan kerajaan tersebut, atau pewarisnya, seperti hubungan keluarga para raja, atau bekas kerajaan bawahan.

Bila suatu kerajaan atau kesultan tak menentukan suatu nama tertentu untuk negaranya, kebanyakan dinamakan berdasarkan pada nama ibukota pemerintahnnya, atau lokasi kawasannya. Bila kemudian ibukota atau pusat pemerintahan dipindahkan ke kawasan lain, sebagian tetap mempertahankan nama asalnya, tapi sebagian ada juga yang menyesuaikan dengan nama tempat barunya, sehingga terjadi perubahan nama kerajaan atau kesultanan.

Berikut adalah sebagian kecil dari nama kerajaan dan kesultanan tersebut; Berbagai kerajaan dan kesultanan lain belum dicantumkan namanya disini, berarti belum penulis konfirmasi atau verifikasi rangkum tahun keberadaannya, dan atau banyak raja dan atau sultan yang pernah memerintah disana; Karena nama saja, waktu dan tempat, tanpa angka-angka dapat diverifikasi, berarti baru awal dari data, dan belum dapat dijadikan suatu informasi dapat diukur dan dinilai, dilacak dan ditelusuri keberadaannya. Presentasi ini berorientasi numerik ketimbang historik, dan bukan ulasan sejarah.

Di bumi Nusantara ini‎ pernah berdiri kerajaan kerajaan yang membawa peradaban dan sejarah masing-masing. Dan berikut Daftar  Kerajaan-Kerajaan di Nusantara

Amarasi: kerajaan di Timor Barat.
Ambawang: kerajaan bawahan dari kerajaan Kubu di Kalimantan Barat. Ambawang berusaha menjadi negara merdeka dari Kubu pada tahun sekitar 1800, tetapi tak diperbolehkan oleh Hindia Belanda yg mengumumkannya pada tahun 1830.
Ambeno, Ambenu, Ambeno Mosu Talip: kerajaan di Timor Barat.
Ambeno Kolabe: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu], didirikan oleh orang-orang yg melarikan diri dari Oecussi Ambeno
Amfoan, Amfoang, Amfoan Naikliu, Amfoan Timau: kerajaan di Timor Barat, awalnya disebut hanya Amfoan, tetapi kemudian pecah menjadi 2 cabang; Amfoan Naikliu & Amfoan Timau. Raja dari Amfoan Naikliu memerintah hanya pada kota Naikliu & beberapa desa.
Ampibabo: kerajaan yg berada di tengah Sulawesi
Anakalang: kerajaan yg berada di barat dari pulau Sumba
Andeue & Lala: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, berada di wilayah Sumatra.
Arai: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, berada di wilayah Sumatra. Merupakan bagian dari Federasi Hulubalang XII.
Areë
Aru atau Haru: kerajaan suku Karo di muara sungai Wampu, Sumatera Utara.
Aceh: berada di wilayah utara dari pulau Sumatra, kesultanan Achin atau Atjeh didirikan pada akhir abad ke-15.
Adonara: kerajaan yg berada di pulau pegunungan berapi yg bernama pulau Adonara di Kepulauan Sunda Kecil.
Aga Nonsin
Agang Nionjo
Agrabinta: berada di Daerah Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Sekarang wilayah Selatan Jawa Barat pulau Jawa, Kerajaan didirikan pada abad ke-2 Masehi.
Aitoon: kerajaan di pulau Timor Barat.
Ajer Lebu: kerajaan yg lebih kurang merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, berada di wilayah Sumatra.
Alita: kerajaan yg berada di wilayah Bugis, Sulawesi Selatan.
Allah: kerajaan yg berada di wilayah Bugis, Sulawesi Selatan.
Amaabi Oefeto: kerajaan di pulau Timor Barat yg terbentuk pada tahun 1917 menjadi kerajaan Kupang yg lebih besar.
Amabi:kerajaan di pulau Timor Barat yg terbentuk pada tahun 1917 menjadi kerajaan Kupang yg lebih besar.
Amahei: kerajaan setengah merdeka di barat daya dari Seram di Maluku. Pemimpinnya digelari Raja pada tahun 1960-an.
Amakono
Amanatun: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Kedaulatan kerajaan diganti pada tahun 1962. Istana Raja dipindahkan dari Nunkolo ke SoE pada tahun 1952.
Amanuban: Kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Istana Raja disebut Sonaf Naik [Istana Besar].
Arun: kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh, di daerah Meureudu, Sumatra. Merupakan bagian dari Federasi Hulubalang XII.
Asahan: berada di Sumatra bagian timur, didirikan menjadi sebuah kerajaan pada akhir abad ke-17 oleh anak dari Sultan Aceh.
Ati Ati: Kerajaan yg berada di bagian timur pulau Irian.
Atingola: kerajaan di Sulawesi Utara. didirikan tahun 1667 & ditundukkan pada tahun 1889.
Baa: satu dari 19 kerajaan yg berada di kepulauan Rote, Barat Daya Pulau Timor, dibentuk tahun 1691.
Bacan: kerajaan seluas 1. 600 km² di Kepulauan Maluku yg didirikan pada tahun 1322 oleh orang-orang dari Djailolo [sekarang Jailolo] & diperintah oleh pemimpin Islam sejak abad ke-16, yg kemudian bergelar Sultan.
Bada: kerajaan di Sulawesi Tengah
Badung: kerajaan yg dibentuk karena kejatuhan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, penguasa Bali & Lombok membagi kerajaannya untuk ke-9 anak-anaknya. Wilayahnya saat ini menjadi Kabupaten Badung.
Bagoh
Bait: kerajaan kecil di Timor Barat
Baju: kerajaan yg merupaken bagian dari Kesultanan Aceh di daerah Sumatra.
Balangnipa: kerajaan di daerah Mandar, Sulawesi Selatan, dibentuk tahun 1667.
Balatu: kerajaan di Sulawesi Selatan, dibentuk tahun 1667.
Balepe: kerajaan di daerah Toraja, Sulawesi Selatan.
Bali & Lombok
Bambel: kerajaan yg merupaken bagian dari Kesultanan Aceh di daerah Sumatra.
Bambi & Oenoë, Bambi & Unu: kerajaan yg merupaken bagian dari Kesultanan Aceh di Sigli. Merupakan bagian dari Federasi Hulubalang VI.
Banasu: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Banawa: kerajaan di Sulawesi Tengah, yg dibentuk pada 1667.
Bancea & Puumbolo: kerajaan di Sulawesi Tengah, bagian dari Poso.
Bandahara
Banga: kerajaan di daerah Toraja, Sulawesi Selatan.
Banggai: kerajaan di Pulau Banggai di tenggara Sulawesi.
Bangkala: kerajaan di daerah Makassar, Sulawesi Selatan, ditundukkan pada tahun 1863.
Bangkalaan: kerajaan di Kalimantan Selatan, disebut juga kerajaan Tanah Bumbu.
Bangkalan: kerajaan seluas 354 km² di Pulau Madura yg menurut legenda didirikan oleh Raja Majapahit terakhir. Penguasa pertama pada tahun 1530 ialah anak dari Pangeran Palakaran, awal abad ke-16.
Bangli: kerajaan yg didirikan sesudah kejatuhan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, Penguasa Bali & Lombok membagi kerajaannya.
Banjar: kerajaan di Kalimantan Selatan yg mungkin didirikan akhir abad ke-14 oleh Pangeran Samudro.
Bantam
Banten: didirikan awal abad ke-16 saat kejatuhan Majapahit.
Bantjea & Puumbolo
Banua Kuran
Barang Barang: kerajaan di Sulawesi Selatan, didirikan pada 1667.
Barnusa: kerajaan di bagian barat dari Pulau Pantar, sebelah barat Pulau Alor. Kekuasaan terpisah menjadi dua marga yaitu Baso & Blegar.
Batulolong: adalah Kerajaan yang Pernah Ada Di pulau Alor Sebagai Kerajaan Mandiri Pada Zaman nya.
Bolaang Mongondow: kerajaan di Sulawesi Utara yg bergabung dengan Indonesia tahun 1568 dengan Ternate & menjadi bagian pada tahun 1677. Tonsawang, Pasan, Ratahan, Povosakon, & Somoit [Bantik] sebagai Panglima tentara kerajaan Bolaang Mongondow pada 1697.
Bolaang Uki: negara kota di Sulawesi Utara.
Bolano: kerajaan di tengah daerah Moutong, Sulawesi Tengah.
Bone: di daerah Bugis, Sulawesi Selatan. didirikan pada 1634, ditundukkan Belanda pada 1905 & dikembalikan pada 1931.
Bonea: kerajaan di Sulawesi Selatan, dibentuk pada 1667.
Bonerate: kerajaan di Pulau Bonerate, Sulawesi Selatan, dibentuk pada 1667.
Bontobiraeng: Kerajaan di Sulawesi Selatan, yg didirikan dibawah pemerintahan Karaeng Bontobiraeng,yang namanya diganti menjadi nama sebuah Desa yaitu Desa Ara Kec. Bontobahari, yg berada didaerah Sulawesi Selatan Kab. Bulukumba yg masuk dlm wilayah Kerajaan Bone.
Bontobangun: kerajaan di Sulawesi Selatan, dibentuk pada 1667.
Bontobatu
Buakaju: kerajaan di daerah Toraja, Sulawesi Selatan.
Bubon: kerajaan di Sumatera.
Buging & Bagoh: kerajaan di bawah Kesultanan Aceh.
Buket
Bulalong
Buleleng: kerajaan yg dibangun sebagai akibat dari kejatuhan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, penguasa Bali & Lombok membagi kerajaannya.
Bulo Bulo: kerajaan di Sulawesi Selatan.
Bulungan, Boelongan: kerajaan di Kalimantan Timur, Bagian dari Berau pada abad ke-19.
Bungku: kerajaan di Sulawesi Tengah, merdeka dari Ternate pada 1900.
Buntubatu: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Bunut: kerajaan di Kalimantan Barat.
Bunyut
Buol: negara kota di Sulawesi Tengah, didirikan pada 1660.
Buton: kerajaan yg didirikan sebelum 1550 di Pulau Buton, di tenggara Sulawesi. Sejak 1886, memiliki 3 keturunan sultan yaitu: Kaum Tanailandutak, Kaum Tapitapitak & Kaum Kumbewahatak.
Campa: kerajaan di Vietnam bagian selatan.
Cantung: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Cenrana: kerajaan di daerah Mandar, Sulawesi Barat.
Ceranti
Cirebon: kerajaan yg didirikan pada tahun 1478
Cumbok
Cunda
Dafalu: kerajaan di Timor Barat.
Daha: kerajaan Hindu yg pernah berdiri di Kalimantan Selatan.
Dehla: satu dari 19 kerajaan di kepulauan Rote, Barat daya Pulau Timor. Dehla melepaskan diri dari Oenale & didirikan pada tahun 1800-an.
Deli: kerajaan seluas 1,820 km² di timur Sumatera & didirikan pada tahun 1630. Kerajaan antara tahun 1630 sampai 1814, berubah menjadi kesultanan tahun 1814 ketika memperoleh kemerdekaan dari Kerajaan Siak.
Demak: kerajaan Islam pertama di Jawa, didirikan di Demak pada tahun 1478 oleh Raden Patah.
Denai: kerajaan kota seluas 46 km² di timur Sumatra.
Dengka: kerajaan terbesar dari 19 kerajaan yg berada di Pulau Rote.
Denpasar
Dharmasraya: kerajaan yg terletak di selatan Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, & di utara Jambi. Memiliki persahabatan erat dengan Majapahit dengan perkawinan kedua putrinya, Dara Jingga & Dara Petak dengan Raja & bangsawan Majapahit.
Dimu
Dirma: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Kadang merupaken bagian dari Federai Belu.
Diu: satu dari 19 kerajaan di Pulau Rote, kadang berada di bawah kekuasaan Korbafo, didirikan pada 1691.
Djailolo
Djambi
Djongkong
Dolago: kerajaan di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
Dolo: kerajaan di Sulawesi Tengah. Dolo pernah bergabung dengan Rindau & Kaleke dari tahun 1650 sampai 1890, dengan Birumaru dari 1908 menjadi Dolo Birumaru sampai Birumaru memisahkan diri.
Dolok Silau: kerajaan di Sumatera Timur.
Dompu: kerajaan di Pulau Sumbawa
Donggala
Federasi Duri
Edi Besar [keakuratan dipertanyakan]
Edi Tjoet [keakuratan dipertanyakan]
Mukims Sama Indra VIII & Lhok Kaju [keakuratan dipertanyakan]
Ende: kerajaan kepulauan di kepuluan Flores
Enjung: kurang lebih ialah kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh, di daerah Sumatera. Kerajaan ini ialah bagian dari federasi Hulubalangs XII dari Pedir.
Enrekang: kerajaan di wilayah Bugi di Celebes Selatan.
Faan: kerajaan di pulau Kei Kecil, kepulauan Kei di Maluku. [keakuratan dipertanyakan]
Fatagar: kerajaan yg berada di timur Papua.
Fatu Leu: kerajaan di Timor Barat, dibentuk tahun 1912
Fialarang: kerajaan merdeka atau setengah merdeka di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Kadang-kadang dianggap menjadi bagian dari federasi Belu.
Foenay: kerajaan di Timor Barat yg terbentuk tahun 1917
Gajo Lues
Galesong: kerajaan di wilayah Makassar di Sulawesi Selatan.
Gaura: kerajaan di pulau Sumba.
Gebang: kerajaan bawahan dari Kesultanan Cirebon, di Jawa.
Gedong, Geudong: kerajaan yg dibentuk abad ke-16, bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Gelgel: kerajaan di pulau Bali yg terbentuk sesudah runtuhnya Majapahit. Kerajaan ini menganggap dirinya sebagai penerus sejati Majapahit.
Geumpang: kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Gianyar: kerajaan yg dibentuk sesudah keruntuhan kerajaan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, pemimpin Bali & Lombok membagi kerajaan besarnya menjadi beberapa kerajaan di antara 9 miliknya.
Gighen: kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sigli Sumatra. Kerajaan ini ialah bagian dari Federasi Hulubalang VI dari Gighen.
Gigiëng
Glumpangduwa
Glumpang Pajong: kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sigli Sumatra.
Goa atau Gowa: kerajaan yg berada di wilayah Makassar di barat daya Sulawesi, sebelum tahun 1300.
Gorontalo: Kerajaan di Sulawesi Utara, didirikan tahun 1667.
Gresik
Gunung Sahilan: kerajaan yg mempunyai luas 359. 12 km² di Sumatra timur.
Gunung Mutis: kerajaan yg ada di Timor Barat [Timor Loro Manu], bawahan kerajaan Mollo.
Gunungtabur: kerajaan di Kalimantan Timur, dibentuk dari kerajaan Berau yg dibagi menjadi 2 kerajaan.
Harneno: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Keturunan dari kerajaan Beboki
Haruku: kerajaan kepulauan di Ambon timur, Maluku Tengah
Heba
Helong
Henda Heti
Herlang: kerajaan di Kabupaten Bulukumba, Raja yg terkenal Karaeng Kilong dg Mangalle [Karaeng Lange-lange]
Holontalo
Hitu: kerajaan yg terletak di Pulau Ambon, Maluku, masa kejayaannya berkisar antara tahun 1470 sampai dengan 1682 dengan rajanya yg bergelar Upu Latu Sitania.
Himbar Buana oleh Prabu Tajimalela
Iboih: kerajaan yg kurang lebih bawahan dari kesultanan Aceh, di pulau Weh, daerah Sigli, Sumatra.
Idi Besar: kerajaan yg kurang lebih bawahan dari kesultanan Aceh, di pulau Weh, Sumatra.
Idi Cut
Idi Ketjil
Idi Rajeu, Idi Rajut
Idi Tjut: kerajaan yg kurang lebih bawahan dari kesultanan Aceh, di pulau Weh, Sumatra.
Iha: kerajaan di Pulau Saparua, Maluku.
Ilot: kerajaan yg kurang lebih bawahan dari kesultanan Aceh, di pulau Weh, Sumatra.
Indamar: kerajaan kecil di Sumatra barat.
Inderapura [Sri]
Indragiri: kerajaan di Sumatera Timur, didirikan 1639, merdeka dari Johor tahun 1745
Inderapura: kerajaan dengan luas 62 km² di Sumatera Timur, dibentuk oleh kerajaan-kerajaan seperti Tanjung, Tanjung Kassau, Si Pare Pare & Pagurawan, di bawah jabatan raja Tanjung.
Insana: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]
Jailolo: kesultanan di Pulau Halmahera di Maluku Utara. Kerajaan utama sebelumnya ialah Jailolo pada 1322, tetapi pada 1380, Ternate memegang kekuasaan atas pulau tersebut.
Jambi: kerajaan seluas 53,206 km² di selatan Sumatera, didirikan pada 1690 & dikuasai Belanda pada 1901.
Janggala: salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan tahun 1049 [satu lainnya ialah Kadiri], yg dipecah oleh Airlangga untuk dua puteranya.
Jangka Buda
Jarewea
Jenilu: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu].
Jodjakarta
Jolok Ketjil: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Jongkong: kerajaan di Kalimantan Barat
Julo Cut, Julo Tjut: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Julo Rajeu: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Juluk Tjut
Kota V di Mudik [keakuratan dipertanyakan]
Kota V di Tengah [keakuratan dipertanyakan]
Kuta V [keakuratan dipertanyakan]
Kota IV di Ilir [keakuratan dipertanyakan]
Kota IV di Mudik [keakuratan dipertanyakan]
Kota IV Rokan Kiri [keakuratan dipertanyakan]
Kadiri, Kediri: kerajaan yg bercorak Hindu di Jawa Timur, berdiri sekitar tahun 1045-1221. Disebut juga dengan nama Panjalu atau Dhaha.
Kahuripan: kerajaan di Jawa Timur yg didirikan oleh Airlangga pada tahun 1019. Kerajaan ini dibangun dari sisa-sisa istana Kerajaan Medang yg telah dihancurkan oleh Sriwijaya pada tahun 1019.
Kaidipang Besar: kerajaan kota di Sulawesi Utara, dibentuk tahun 1912 sebagai hasil dari penggabungan kerajaan Kaidipang & Bolaäng Itang.
Kajang:terletak di kabupaten Bulukumba, terdapat suku Kajang dengan pemangku adatnya bergelar Ammatowa, Raja terkenal Karaeng Dea dg Lita.
Kalao: kerajaan dari kepulauan Kalao, terletak di Sulawesi Selatan, dibentuk tahun 1667.
Kalaota: kerajaan di pulau Kalaota, di Sulawesi Selatan, dibentuk tahun 1667.
Kale
Kaleke
Kalibawang: Kerajaan merdeka yg dibentuk tahun 1831 oleh Sultan Yogyakarta untuk cucu dari Sultan Abdul Rahman Hamengku Buwono II [keakuratan dipertanyakan].
Kalingga: kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yg pusatnya berada di daerah Kabupaten Dieng sekarang.
Kalungkung
Kambera: kerajaan di pulau Sumba.
Kampong Raja: kerajaan di Sumatera, didirikan tahun 1630 oleh anak dari Raja Bila.
Kanatang: kerajaan di pulau Sumba.
Kandhar
KangaE: kerajaan di pulau Flores.
Kanjuruhan: kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yg pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang
Kapunduk: kerajaan yg berada di timur dari pulau Sumba.
Karang: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di daerah Tamiang, Sumatra.
Karangasem: kerajaan yg dibentuk sesudah keruntuhan kerajaan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, penguasa Bali & Lombok membagi kerajaannya menjadi beberapa kerajaan di antara 9 miliknya.
Kasa: kerajaan di wilayah Bugis, Sulawesi Selatan.
Kasiman
Kasimbar: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Kassa
Kassiman
Kawai XVI: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Kawali
Kayaudi: kerajaan di Sulawesi Selatan, dibentuk tahun 1667
Kejuruan Muda: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di daerah Tamiang, Sumatra.
Kajuara: kerajaan di Sulawesi Selatan merupaken bagian dari Kerajaan Bone.
Keka: satu dari 19 kerajaan di kelompok Pulau Rote, barat daya dari Timor. Keka melepaskan diri dari Termanu tahun 1772.
Kendahe: kerajaan di Sulawesi Utara, dibentuk tahun 1521 di pulau Sangir & menjadi kabupaten dari Kendahe Tahuna dari tahun 1896 sampai 1950.
Keo
Kepanuhan: kerajaan di Sumatera Timur.
Kerambitan
Kesiman, atau Kessiman
Keumala: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh. kerajaan ini merupaken bagian dari federasi Hulubalangs VI.
Keumangan: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh. kerajaan ini merupaken bagian dari federasi Hulubalangs VI.
Keureutu: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh.
Kewar: kerajaan setengah merdeka di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Sejarah Kewar nampaknya berhubungan dengan Lamaknen.
Kilang: dinasti turunan dari raja-raja Majapahit di Jawa. 3 bersaudara masing-masing membentuk kerajaan Soya, di puncak gunung Sirimau, kerajaan Nusaniwe, & kerajaan Kilang.
Kisar: kerajaan pulau di utara dari Timor Timur, nama lokalnya Yotowawa & kadang disebut juga Kisser.
Klein Sonbait
Kluang: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh.
Klumpang Duwa: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra
Klumpang Pajong: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh. kerajaan ini merupaken bagian dari Federasi Hulubalangs VI.
Klungkung: kerajaan utama yg lahir sesudah keruntuhan kerajaan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, pemimpin Bali & Lombok membagi kerajaannya menjadi beberapa kerajaan di antara 9 miliknya.
Kobi
Kodi Belagar: kerajaan di pulau Sumba
Kodi Bengado: kerajaan di pulau Sumba
Kodi Besar: kerajaan di pulau Sumba
Kolaka: kerajaan di Sulawesi Selatan. Kerajaan ini ialah bawahan dari Luwu, yg juga memelihara hubungan yg kuat dengan Laiwui.
Kolana: kerajaan di pulau Alor. Kolana bergabung dengan Pureman & Erana pada tahun 1932.
Konaweha: kerajaan di Sulawesi Tenggara.
Kondeha: kerajaan di Sulawesi Selatan.
Korbafo: satu dari 19 kerajaan di kelompok kepulauan Rote, barat daya dari Timor.
Kota Besar: kerajaan di Sumatera Barat.
Kota Intan
Kota Lama
Kota Pinang: kerajaan yg mempunyai luas 1,859 km² di Sumatera Timur, didirikan tahun 1630 oleh anak dari Raja Bila.
Koying: kerajaan tertua di pulau Sumatera abad ke-3 sampai ke-5, berpusat di Jerangkang Tinggi, pinggir Danau Kerinci di Jambi
Kotawaringin: kerajaan yg didirikan pada tahun 1679 di Kalimantan Tengah.
Kruengpase: kerajaan yg merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Krueng Sabe, atau Krung Sabil: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Krueng Seumideuen: kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sigli, Sumatera. kerajaan ini merupaken bagian dari Federasi Hulubalangs VI.
Kuala Bateo: kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatera.
Kualuh & Leidong: kerajaan yg didirikan pada tahun 1868 untuk Tuanku Namatu’llah, cucu dari Raja Musa Shah, Sultan Asahan
Kuantan: kerajaan di Riau, Sumatra, merupaken tempat asal muasal raja-raja Pagaruyung. Setiap terjadi pergolakan di Pagaruyung maka Kuantan merupaken tempat perlindungan yg paling aman bagi raja-raja Pagaruyung untuk menyelamatkan diri sambil mengatur siasat. Salah seorang rajanya ialah tTuanku Pandak Yang Dipertuani Kuaantan memerintah pada abad ke-16. p Dia mempunyai seorang anak perempuan bernama Puti Cahaya Korong yg menikah dengan Yang Dipertuan Bukit Tarok.
Kubu: kerajaan yg dibentuk tahun 1772 di Kalimantan Barat & memiliki kaitan erat dengan Kesultanan Pontianak.
Kuet: kerajaan bawahan dari kesultanan Aceh.
Kui: kerajaan di pulau Alor.
Kulawi: kerajaan kota di Sulawesi Tengah, dibentuk tahun 1915
Kuntodaressalam: kerajaan dengan luas 2. 450 km² di Sumatera Timur, dibentuk dari kerajaan Kota Intan & Kota Lama.
Kupang: suatu federasi yg dibentuk tahun 1917 yg disusun oleh kerajaan Amabi, Amaabi OEfeto, Foenay, Kupang Helong, Sonbai Kecil & TaEbenu dengan seorang raja terpilih.
Kupang Helong: kerajaan di Timor Barat yg dibentuk tahun 1917 menjadi kerajaan Kupang yg lebih besar dengan Amaabi OEfetto, Amabi, Foenay, Sonbai Kecil & TaEbenu.
Kuripan: kerajaan kuno yg beribukota di kecamatan Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Kusa: kerajaan di Timor Barat.
Kusan: kerajaan di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Kutabuluh: kerajaan di Sumatera Timur.
Kutai Kartanegara ing Martadipura: kesultanan di Kalimantan Timur yg awalnya berpusat di Kutai Lama, kemudian menguasai Kutai Martadipura.
Kutai Martadipura: kerajaan hindu di Kalimantan Timur, dengan rajanya yg terkenal Mulawarman, pusat kerajaan terletak di Muara Kaman.
Kuwala Batu
Kuwalu & Ledong: kerajaan di Sumatera Timur
Luwu: kerajaan yg didirikan sebelum tahun 1600 di wilayah Bugis, Sulawesi Selatan merupaken asal mula dari semua kerajaan yg ada di tanah sulawesi selatan serta merupaken kerajaan pertama & tertua yg menguasai sulawesi selatan bahkan kekuasaannya sampai daerah sulawesi tengah,gorontalo bahkan mernyebar sampai ke tanah buton.
Labakkang: kerajaan & kota di wilayah Makassar di Sulawesi Selatan. Kerajaan ini dibentuk abad ke-16 & ditindas pada tahun 1892 sewaktu menjadi bagian dari Pangkajene.
Labala: kerajaan di selatan pulau Lomblem atau Lembata.
Labuhanhaji: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra. Tanah jajahannya ialah Kota Tring, Pelokkan, Kamumu [atau Kenumu], & Pelumat.
Lage: kerajaan di Sulawesi Tengah, bawahan dari Posso.
Lageuen: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Laikang: kerajaan di wilayah Makassar, Sulawesi Selatan.
Laisolat: kerajaan di Timor Barat.
Laiwui: kerajaan tertua & terbesar di Sulawesi Tenggara.
Lakatang: kerajaan & kota di wilayah Makassar di Sulawesi Selatan.
Lakekun: kerajaan di Timor Barat
Lakoka: kerajaan di pulau Sumba
Lakoon
Lala
Lamahala: kerajaan di pulau Adonara. Lamahala digabung ke Larantuka pada tahun 1932.
Lamakera: kerajaan di pulau Solor, dibentuk sesudah pemisahan kerajaan Solor menjadi dua, Lohayong & Lamakera.
Lamaknen
Lamaksenulu: kerajaan merdeka atau setengah merdeka di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Kadang-kadang menjadi bagian dari ferasi Belu.
Lambeusu: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra
Lambu
Lamuri, di Kabupaten Aceh Besar, Aceh.
Lamuru: kerajaan bawahan dari Bone, wilayah Bugis, Sulawesi Selatan. Didirikan tahun 1609.
Landak: kerajaan di Kalimantan Barat yg merdeka tahun 1478 sesudah keruntuhan kerajaan Majapahit.
Landu: kerajaan yg paling tua dari 19 kerajaan kelompok pulau Rote, terletak di barat-day Timor.
Langkat: kerajaan dengan luas 3. 336 km² di Sumatera Timur. Didiriikan tahun 1721.
Langsa, Langsar: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Lapai: kerajaan di Sulawesi Selatan.
Larantuka: kerajaan dengan luas 3. 330 km² di kepulauan Flores, ditemukan tahun 1400.
Lati
Lauli: kerajaan di pulau Sumba.
Laura: kerajaan di pulau Sumba.
Lawajong
Laweueng
Lawonda: kerajaan di pulau Sumba.
Ledong, Leidong
Lelain: satu dari 19 kerajaan di kelompok pulau Rote, barat-day Timor. Sebelum Lelain menjadi kerajaan terpisah sendiri tahun 1690, Lelain melepaskan diri dari Bokai.
Lelenuk: satu dari 19 kerajaan di kelompok pulau Rote, barat-day Timor. Kerajaan melepaskan diri dari Termanu & dibentuk tahun 1772
Lengkese: kerajaan kota di wilayah Makassar di Sulawesi Selatan.
Lepan: kerajaan di Sumatera Timur dengan luas 31 km²
Leukon, Leukuen: kerajaan di pulau Simeulue, di wilayah Sumatra, tunduk kepada Belanda pada tahun 1880.
Lewa: kerajaan di pulau Sumba.
Lhokbubon: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Lhok Kaju
Lhokkruet: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Lhokpawoh Utara: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Lhokpawoh Selatan: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Lhok Rigaih
Lhokseumawe: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
LiaE: kerajaan yg berada di wilayah pulau Sawu.
Lidak: kerajaan di bagian timur dari Timor Barat.
Lilinta: kerajaan di barat dari Papua.
Lima Laras: kerajaan dengan luas 202 km² di Sumatera Timur. Lima Laras membentuk federasi Batu Bahara Urung.
Lima Puloh: kerajaan dengan luas 148 km²di Sumatera Timur. Lima Puloh membentuk federasi Batu Bahara Urung.
Limboto: kerajaan kota di Sulawesi Utara, ditemukan tahun 1667 & ditekan tahun 1895.
Lindai: kerajaan di Sumatera Timur.
Lingga-Riau: kerajaan Riau di Sumatera Timur yg didirikan tahun 1720 sebagai jajahan dari kesultanan Johor. tahun 1824, kesultanan Lingga dibentuk.
Lingga: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh.
Lio: kerajaan di pulau Flores.
Lise: kerajaan di pulau Flores.
Logas
Lohayong: kerajaan di pulau Solor, dibentuk dari pemisahan kerajaan Solor menjadi 2 kerajaan.
Lok Semawe
Loleh: satu dari 19 kerajaan di kelompok pulau Rote, barat-daya Timor. Dikuasai oleh Termanu tahun 1730.
Lombok: kerajaan pulau di Bali yg menjadi merdeka sesudah keruntuhan kerajaan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, pemimpin Bali & Lombok membagi kerajaannya menjadi beberapa.
Lore
Lubuk Ambacang: kerajaan di Sumatera Timur, dibentuk dari pemisahan kerajaan Kuantan menjadi 5 kerajaan.
Lubuk Bendaharo: Kerajaan di Daerah Aliran Sungai Rokan bagian hulu Riau, yg merupaken daerah asal suku sakai rokan.
Lubuk Jambi: kerajaan di Sumatera Timur, dibentuk dari pemisahan kerajaan Kuantan menjadi 5 kerajaan.
Lubuk Ramo: kerajaan di Sumatera Timur, dibentuk dari pemisahan kerajaan Kuantan menjadi 5 kerajaan.
Madura: kerajaan di daerah Madura, Jawa Timur, dengan tokoh terkenalnya Joko Tole da Trunojoyo
Maiwa: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan, didirikan pada 1685.
Majapahit: kerajaan terbesar pada masanya yg menguasai nusantara, berpusat di Jawa Timur.
Majene: kerajaan di daerah Mandar, Sulawesi Barat.
Makale: satu dari 3 kepangeranan utama di luar 14 di daerah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Makassar
Makier: kerajaan merdeka atau semi-merdeka di Timor Barat.
Malaka
Malimbong: kerajaan di derah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Malua
Malusetasi: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Maluwa: kerajaan kota di derah Bugis, Sulawesi Selatan. Pernah menjadi anggota Federasi Duri.
Mambulu: kerajaan di Sulawesi Selatan.
Mampawa
Mamuju: kerajaan di daerah Mandar, Sulawesi Barat.
Manbait
Mananga: kesultanan di Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur.
Mandalle: kerajaan kota di daerah Makassar, Sulawesi Selatan.
Mandeo: kerajaan merdeka atau semi-merdeka di Timor Barat.
Manganitu: kerajaan di Sulawesi Utara, didirikan pada 1521 & menjadi regenschap [”kabupaten”] dari 1911 sampai 1950 dengan Manganitu sebagai ibukota.
Manggarai: kerajaan di Pulau Flores, berdiri dari 1759. Dari 1762 s. d. 1815 & dari 1851 s. d. 1907, Manggarai merupaken bagian dari Kesultanan Bima.
Manggeng: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Mangkunagaran: kerajaan seluas 2. 579,98 km² yg didirikan pada 17 Maret 1757 di Kasunanan Surakarta.
Manjuto atau Pamuncak Tigo Kaum: kerajaan di daerah ulu, dengan raja bernama Tuanku Magek Bagonjong, pusat kerajaan di Jerangkang Tinggi-Pulau Sangkar, Kerinci Jambi
Manoletten: kerajaan di Timor Barat.
Manubait: kerajaan di Timor Barat.
Mapia: kerajaan di utara Papua, di pulau Mapia.
Mappa: kerajaan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Marang: kerajaan kota di daerah Makassar, Sulawesi Selatan.
Marioriawa: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Marioriwawo: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan. Jajahan dari Soppeng.
Maros: kerajaan di barat daya Sulawesi, bawahan dari Gowa.
Massu Karera: kerajaan di pulau Sumba.
Matan: kerajaan di Kalimantan Barat.
Matangkuli: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Mataram Kuno:sebuah kerajaan Hindu-Budha di Yogyakarta.
Mataru: kerajaan di pulau Alor, yg kemudian digabungkan oleh Belanda pada 1932 menjadi kerajaan yg lebih besar.
Maukatar: kerajaan merdeka atau semi-merdeka di Timor Barat.
Maumutin: kerajaan di Timor Barat.
Mbuli: kerajaan di pulau Flores.
Medang:
Mehara
Melabuh
Melayu Jambi
Melayu Tua-Jambi
Meliau: kerajaan di Kalimantan Barat.
Melolo: kerajaan di pulau Sumba.
Membawang
Membora: kerajaan di pulau Sumba.
Mempawah: kerajaan di Kalimantan Barat.
Mengkendek: satu dari 3 kepangeranan utama di luar 14 di daerah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Mengwi: kerajaan di Bali
Menia: kerajaan di pulau Sawu.
Menjili: kerajaan di pulau Sumba.
Menungul: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Merdu
Mesara: kerajaan di pulau Sawu.
Me Tareuen: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Meuke: kerajaan seluas 353 km² yg merupaken bawahan kesultanan Aceh.
Meulaboh
Meureubok
Meureudu: kerajaan bawahan kesultanan Aceh, di daerah Meureudu, Sumatera.
Minanga: merupaken salah satu nama Kerajaan Melayu yg telah muncul pada tahun 645.
Minangkabau: kesultanan terkuat di Sumatera abad ke-12 sampai abad ke-17.
Miomaffo: kerajaan di Timor Barat.
Misool: kerajaan di pulau Misool, bawahan dari Tidore.
Modang
Moko Moko: kerajaan di Sumatera Barat.
Mollo: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu], pembentukan dari negara Netpala, Nunbena & Besiana.
Mori: kerajaan di Sulawesi Barat yg merdeka dari Ternate pada 1900.
Mori: sebuah kerajaan di Sulawesi Tengah.
Moutong: kerajaan di Sulawesi Utara.
Mukih
Muna: Kerajaan di Sulawesi Tenggara
Musa: kerajaan bawahan kesultanan Aceh. Sebelumnya merupaken Federasi Hulubalang XII.
Nage: kerajaan di kepulauan Flores, dibentuk tahun 1919 oleh penggabungan kerajaan Nage & Keo.
Naitemu: kerajaan di Timor Barat.
Nanggulan: kerajaan yg dibentuk oleh Sultan Yogyakarta tahun 1831.
Napu [Sulawesi]: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Napu [Sumba]: kerajaan di pulau Sumba.
Ndao: satu dari 19 kerajaan di kelompok kerajaan di pulau Rote, Barat-daya dari Timor.
Ndjohor
Ndjong
Ndona: kerajaan di kepulauan Flores.
Nduri: kerajaan di kepulauan Flores.
Negara Daha: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Negara Dipa: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Nenometa, Nenomatan: Kerajaan di Timor Barat.
Netpala: Kerajaan di Timor Barat.
Ngada: kerajaan di kepulauan Flores.
Nggela: kerajaan di kepulauan Flores.
Nieuw Brussel
Koto IX: Kerajaan di Timor Barat.
Mukims Keumangan IX
Nisam: kerajaan yg kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Nita: kerajaan di kepulauan Flores.
Njong
Noimuti: Kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]
Nokas
Nunbena: Kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]
Nunusaku: kerajaan pertama di Maluku, Seram Selatan.
Nusaniwe: dinasti turunan dari raja-raja Majapahit dari Jawa.
OEnale: satu dari 19 kerajaan di Kepulauan Rote, barat daya Timor.
Oenoe
OEpao: satu dari 19 kerajaan di Kepulauan Rote, barat daya Timor. Didirikan tahun 1691.
OndaE & Pebato: kerajaan di Sulawesi Tengah. Bawahan dari kerajaan Posso.
Ossipaka, atau Ossipoko
Padang: sebuah kerajaan kota di Sumatera Barat, rajanya ialah Tuanku Rajo Bujang yg memerintah pada tahun 1778, ia berasal dari Suku [sub-klan] Jambak, Padang.
Padang Lawas: kerajaan di Sumatera Barat.
Padang Tarab: kerajaan di Sumatera Barat.
Paha: kerajaan yg berlokasi di sekitar Pahu, Kalimantan Timur.
Pagaruyung: kerajaan yg lebih besar di Sumatera Barat.
Pagatan: kerajaan kecil yg berdiri pada tahun 1775 sampai 1908 & didirikan oleh imigran suku Bugis atas seijin Raja Banjar ke-8, Panembahan Batu yg menjadi koloni suku Bugis di Kalimantan Selatan.
Pagurauan: kerajaan seluas 78 km² di Sumatera Timur.
Pakualaman: kerajaan seluas 417. 62 km² yg didirikan pada 22 Juni 1812 atau 17 Maret 1813 di Yogyakarta, Jawa Tengah.
Pajajaran: kerajaan di Jawa Barat.
Pajang:
Palalawan
Palande: kerajaan di Sulawesi Tengah, bagian dari Posso.
Palembang: kerajaan di tenggara Sumatera, didirikan oleh Aryo Damar, anak dari raja terakhir Majapahit. atau oleh Kiai Geding Surah.
Palesang: kerajaan di dearah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Palu: kerajaan kota di Sulawesi Tengah, didirikan pada 1650.
Pamecutan
Pameue: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Panai: kerajaan seluas 561 km² di Sumatera Timur.
Pandai: kerajaan di bagian barat laut pulau Pantar.
Panei: kerajaan di Sumatera Timur, didirikan pada tahun 1700-an.
Pangkajene: kerajaan kota di Makassar, Sulawesi Selatan.
Panjalu: Kerajaan dibawah Kemaharajaan Sunda, sekarang menjadi Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
Pante Raja: kerajaan bawahan kesultanan Aceh, di daerah Meureudu, Sumatera. Sebelumnya merupaken bagian dari Federasi Hulubalang XII.
Pantun: kerajaan di pedalaman Sungai Kedang Kepala, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Papekat: kerajaan merdeka di pulau Sumbawa sejak 1676, Papekat hancur oleh letusan Gunung Tambora tahun 1815.
Pappa: kerajaan kota di Makassar, Sulawesi Selatan.
Pariangang: kerajaan di Sulawesi Selatan, dibentuk pada 1667.
Parigi: kerajaan di Sulawesi Selatan.
Partangang
Pasaman Kehasilan Kalam: kerajaan di Pasaman, Sumatera Barat, pusat kerajaan terletak di Parit Batu.
Pasangan: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Pasir: kerajaan di Kalimantan Timur, negara sudah terbentuk sejak lama sampai pemerintahan jatuh pada satu Panembahan yg kemudian mengambil gelar Sultan.
Pasisir
Pasir Mayang: kerajaan di Paser, Kalimantan Timur.
Passi: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu].
Pate, Patih: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Patipi: kerajaan di timur Papua.
Pebato
Pedada
Pedawa Rajut, Pedawa Besar: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Pedir
Pelalawan atau Palalawan: kerajaan seluas 12. 168 km² di Sumatera Timur, didirikan pada 1811, awalnya bergantung pada kesultanan Johor kemudian kesultanan Siak.
Peliatan: kerajaan bagian dari Bali.
Pembuang: kerajaan di daerah Mandar, Sulawesi Barat.
Perbaungan: kerajaan seluas 83 km² di Sumatera Timur.
Percut, Pertjut: kerajaan seluas 103,83 km² di Sumatera Timur.
Perlak: kerajaan yg terletak di Peureulak, Aceh Timur.
Pesisir: kerajaan seluas 14,25 km² di Sumatera Timur.
Petiambang: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Peudawa Rajeu
Peuduek
Peukan Baro-Peukan Shot
Peurala: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Peusangan
Peutu, Peutue: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Pidie: kerajaan bawahan kesultanan Aceh, di daerah Sigli, Sumatera.
Pinangawan
Pinatih
Pineueng & Peukan Baro-Beukan Shot: kerajaan bawahan kesultanan Aceh, di daerah Sigli, Sumatera.
Pontianak: kerajaan yg dibentuk di Kalimantan Barat pada tahun 1771.
Pucu Rantau Indragiri: kerajaan di Sumatera Barat.
Puengga: kerajaan di Sulawesi Selatan, yg dibentuk pada 1667.
Pulau Kaju: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Pulaunas: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Pulau Punjung: kerajaan di Sumatera Barat.
Pulo Kajee: kerajaan bawahan kesultanan Aceh
Pulau Laut: kerajaan di Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Purba: kerajaan di Sumatera Timur.
Pureman: kerajaan di pulau Alor yg kemudian oleh Belanda pada tahun 1917 digabung lagi ke Erana & tahun 1932 ke Kolana.
Puumbolo
Raijua: kerajaan di pulau Raijua di daerah kepulauan Sawu.
Raja: kerajaan di Sumatera Timur.
Rambah: kerajaan kota di Sumatera Timur.
Randjoea
Rano: kerajaan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Konfederasi Rantau Kwantan, Federasi Rantau
Sabamban: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Sadurangas
Salakanagara: kerajaan kota yg disebut Argyre oleh Ptolemeus pada tahun 150 M, terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang.
Salang: kerajaan di Pulau Simeulue, daerah Sumatera.
Salaparang
Salawati: kerajaan di Barat Laut Irian Jaya di Pulau Salawati.
Salimbouw/Selimbau
Samadua, Samaduwa: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Sama Indra & Lhok Kaju: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh, di daerah Sigli. kerajaan ini sebelumnya bagian dari Federasi Hulubalang VI.
Samakuro, Samakurok, Samakuru: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Samalanga: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Sambaliung: kerajaan di Kalimantan Timur, dibentuk dari Kesultanan Berau, berpisah tahun 1830 menjadi dua kerajaan.
Sambas: kerajaan di Kalimantan Barat, yg berdiri pada akhir abad ke-16.
Sampanahan: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Samprangan: kerajaan di Bali yg ditaklukkan Majapahit.
Samudera Pasai: kerajaan Islam yg terletak di pesisir pantai utara Sumatera, berdiri tahun 1267 & dikuasai oleh Portugis pada tahun 1521.
Sangalla: satu dari tiga kerajaan utama di daerah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Sanggar: kerajaan di Pulau Sumbawa. Sanggar kehilangan sebagian besar penduduknya pada saat meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815.
Sanggau: kerajaan di Kalimantan Barat.
Sanrabone, Sanra Boni: kerajaan di daerah Makassar, Sulawesi Selatan.
Sarinembah: kerajaan di Sumatera Timur.
Sasak
Sausu: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Sawakung: di Berau
Sawang: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Sawiti: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Sawu
Seba: kerajaan di Pulau Sawu.
‘Sebakung kerajaan di sekitar sungai Telake, Kalimantan Timur
Segaluh: Kerajaan di Kediri Jawa Timur.
Segeri: kerajaan di daerah Makassar, Sulawesi Selatan, yg dibentuk pada tahun 1776.
Sekadau: kerajaan di Kalimantan Barat.
Sekala Brak: kerajaan di kaki Gunung Pesagi, Lampung. merupaken cikal-bakal suku Lampung saat ini.
Sekar: kerajaan di timur Papua.
Selesse: kerajaan seluas 70. 48 km² di Sumatera Timur.
Selimbau: kerajaan di Pegunungan Kapuas, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, didirikan tahun 800-an oleh Guntur Badju Binduh yg menurut legenda berasal dari surga.
Senaam
Senagan
Senembah: kerajaan seluas 114. 42 km² di Sumatera Timur.
Serang: kerajaan seluas 4,584 km², dengan penduduk kurang lebih 80. 000 jiwa di Pulau Sumbawa yg berdiri tahun 1650. kerajaan didirikan kembali pada tahun 1837 sesudah meletusnya Gunung Tambora tahun 1815.
Serbeujadi Aboq, Serbojadi Aboq: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Serdang: kerajaan di Sumatera Timur, merdeka dari Siak pada 16 Agustus 1862.
Serebo Jadi
Seunagan: kerajaan di daerah Sumatera. Jajahan dari kerajaan Kawai XVI atau Meulaboh.
Seuneuam: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Siah Utama: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Siak Sri Inderapura: kerajaan seluas 16. 224 km² & berpenduduk kurang lebih 25. 000 jiwa di Sumatera Timur, didirikan pada 1716.
Siantar: kerajaan di Sumatera Timur.
Siang: kerajaan di Pangkep Sulawesi Selatan. Bekas pusat wilayah Kerajaan Siang, SengkaE—sekarang ini terletak di Desa Bori Appaka, Kecamatan Bungoro-Kabupaten Pangkep—Di tempat itu awalnya terdapat sungai [Sungai Siang] dengan pelabuhan yg menghubungkannya dengan wilayah pesisir yg jauh di pantai barat semenanjung Sulawesi dimana telah ramai dikunjungi para pedagang lokal, membuka hubungan ekonomi & politik dengan beberapa kerajaan lokal serta menerima kedatangan para pedagang dari Semenanjung Melayu & kapal-kapal Portugis dari sebelah barat kepulauan Nusantara antara Tahun 1542 & 1548. Kedatangan para pelaut Portugis di Pelabuhan Siang pada Abad 15 itu, sebagaimana dicatat oleh Antonio de Paiva & Manuel Pinto, justru pada saat Siang sedang menurun pengaruhnya sebagai Kerajaan terbesar di semenanjung barat Sulawesi Selatan sebelum menaiknya pamor politik Kerajaan Gowa disebelah selatannya. [Makkulau, 2005, 2007].
Siau: kerajaan pulau di Sulawesi Utara, didirikan pada 1521.
Sidenreng: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Sigenti: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Sigi, Sigi Birumaru, Sigi Dolo: kerajaan di Sulawesi Tengah, didirikan pada 1650.
Sigulai: kerajaan di Pulau Simeulue, daerah Sumatera.
Si Guntur: kerajaan di Sumatera Barat.
Sikijang: kerajaan kota di Sumatera Timur.
Sikka: kerajaan seluas 4. 377 km² dengan penduduk 120. 000 orang di Pulau Flores.
Silat: kerajaan di Kalimantan Barat.
Silawang: kerajaan di Kalimantan Barat.
Silebar: kerajaan di Sumatera Barat.
Si Lima Kuta: kerajaan di Sumatera Timur.
Simaloer, Simalur: kerajaan di Pulau Simeulue, di daerah Sumatera.
Simbuang: kerajaan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Simeulue: kerajaan di Pulau Simeulue.
Simpang: kerajaan di Kalimantan Barat, berpisah dengan Sukadana pada pertengahan abad ke-18.
Simpang Olim, Simpangulim: kerajaan yg ditemukan tahun 1836, kurang lebih merupaken bawahan dari kesultanan Aceh, di wilayah Sumatra.
Singgere: kerajaan di Sulawesi Selatan.
Singhasari: kerajaan yg dibentuk oleh Ken Arok, di Jawa Timur pada tahun 1222.
Singingi & Loras: kerajaan seluas 135 km² di Sumatera Timur.
Singkawang: kerajaan di Kalimantan Barat.
Sintang: kerajaan di Kalimantan Barat.
Si Pare Pare, Si Pari Pari: kerajaan seluas 51 km² di Sumatera Timur.
Sirimau
Soasiu
Soengai Ijoe
Soetrana
Solor: kerajaan di Pulau Solor, kemudian berpisan menjadi 2 kerajaan yaitu Lamakera & Lohayong atau Lawajong.
Sonbai Kecil: kerajaan di Timor Barat.
Soppeng: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan, didirikan pada 1609.
Soya: Dinasti keturuan dari Raja Majapahit. Tiga bersaudara mendirikan kerajaan Soya, di puncak Gunung Sirimau di Nusaniwe.
Sri Bangun: kerajaan yg berlokasi di sekitar Kota Bangun, Kalimantan Timur.
Sri Indrapura
Sri Muntai: kerajaan yg berlokasi di sekitar Muara Muntai, Kalimantan Timur.
Sriwijaya: kerajaan Buddha yg berpusat di Palembang, berkuasa dari abad ke-7 sampai ke-9.
Stabat: kerajaan seluas 5. 18 km² di Sumatera Timur.
Suhaid: kerajaan di Kalimantan Barat.
Suka: kerajaan di Sumatera Timur.
Sukadana: kerajaan di Kalimantan Barat, didirikan pada akhir abad ke-15 oleh utusan Majapahit.
Sukudua: kerajaan seluas 51 km² di Sumatera Timur, kemudian bergabung dengan Boga untuk membentuk kerajaan Boga Sukudua.
Suli: kerajaan di selatan daerah Hitu, Pulau Ambon, Maluku.
Sulu: kerajaan yg pernah ada di Kalimantan bagian utara, menguasai daerah Sabah & sekitarnya, saat ini sebagian wilayah kerajaan tersebut menjadi Provinsi Sulu, Filipina.
Sumbawa: kerajaan seluas 4. 584 km² dengan penduduk 80,000 orang di Pulau Sumbawa yg didirikan pada 1650. kerajaan dibangun kembali pada tahun 1837 setelal letusan Gunung Tambora tahun 1815.
Sumedang Larang di Sumedang Abad ke 16.
Rapang: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Rebeh: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh, di daerah Sigli, Sumatera. kerajaan ini merupaken bagian dari Federasi Hulubalang XII.
Rende, Rendi: kerajaan di Pulau Sumba.
Reubeë
Riau: kesultanan di Riau, yg rajanya berasal dari keturunan penguasa Luwu.
Rigaih, Rigas: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Rindau
Ringgouw: satu dari 19 kerajaan di Kepulauan Rote, barat daya Pulau Timor, didirikan pada 1691.
Riung: kerajaan kota di Pulau Flores.
Rokan Kiri: kerajaan di Sumatera Timur.
Tembong Agung di Darmaraja yang Didirikan oleh Prabu Guru Haji Putih.
Tanjongseumanto & Meureubok: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Tanjung [Kalimantan]
Tanjung [Sumatera]: kerajaan di Sumatera Timur.
Tanjung Kassau: kerajaan di Sumatera Timur.
Sungei Tras
Sunggal: kerajaan seluas 3. 98 km² di Sumatera Timur.
Sungu Raja: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Supiori: kerajaan di Pulau Biak, Irian Jaya. Stephen Wanda menyatakan dirinya sendiri sebagai Raja Supiori.
Suppa: kerajaan seluas 225 km² dengan penduduk 5. 500 orang [1917] di Sulawesi Tengah.
Surakarta: kerajaan seluas 3. 635 km² di Jawa Tengah, didirikan pada 1755 sesudah kesultanan Mataram berpisah menjadi dua kerajaan.
Suroaso: kerajaan di Sumatera Barat, dekat dengan Pagaruyung. Raja terakhir Suroaso ialah Sutan Kerayahan Alam yg terlibat dlm Persekutuan dengan Belanda & Kerajaan Inggris pada tahun 1824.
Susoh, Susuh: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Sutan Muda: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh, di daerah Tamiang.
Sutrana: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu], daerah selatan dari Oecussi Ambeno dengan sejarah yg saling berkaitan.
Tabanan: kerajaan yg didirikan sesudah keruntuhan Majapahit, sesudah Dewa Agung Ketut, penguasa Bali & Lombok membagi kerajaannya menjadi beberapa kerajaan.
Tabukan: kerajaan di Pulau Sangir di Sulawesi Utara, didirikan pada 1521.
Tabundung: kerajaan di Pulau Sumba.
Turing: kerajaan di Pulau Flores.
Ub ohoi faak: Salah satu kerajaan yg terluas wilayahnya di kepulauan Kei Besar dengan pusat pemerintahan di daerah yg dikenal dengan nama endralang [El Raan],Kei besar, Maluku Tenggara mencapai puncak kejayaan di masa pemerintahan Panglima Kesyiang [pemegang kekuasaan/raja dipegang turun temurun melalui kesepakatan bersama oleh salah seorang dari marga Rahawarin].
Ubud: suatu keluarga raja dari Gianyar, di tenggara Bali.
Ulu Tesso: kerajaan di Sumatera Timur. Kemudian menjadi Federasi Rantau.
Umaclaran: kerajaan di [[Timor Barat]
Umbu Ratu Nggay: kerajaan di Pulau Sumba.
Una Una: kerajaan di Pulau Togian di Sulawesi Tengah, didirikan abad ke-17.
Unga: kerajaan bawahan [[Kesultanan Aceh]
Waai: kerajaan di Barat daya Ambon, Maluku.
Waigama: kerajaan di Pulau Misool, barat Papua.
Waigeo: kerajaan di barat Papua.
Waihale
Tado: kerajaan di Pulau Flores.
Taebenu: kerajan di Timor Barat [Timor Loro Manu].
Tafnai: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu].
Tagulandang: kerajaan yg didirikan pada 1521 di Pulau Sangir di Sulawesi Utara.
Tahuna: kerajaan di Pulau Sangir, Sulawesi Utara, yg didirikan pada 1521 & menjadi kabupaten dari Kendahe Tahuna.
Takaip Ebbenoni: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Bergabung dengan kerajaan Fatu Leu.
Takaip Thaiboko: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu]. Bergabung dengan kerajaan Fatu Leu.
TalaE: satu dari 19 kerajaan di Kepulauan Roate, barat daya Timor.
Talaud: kerajaan yg didirikan pada 1521 di Pulau Talaud, Sulawesi Utara.
Taleong, Taliang: kerajaan di daerah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Taliwang
Tallo: kesultanan di Sulawesi Selatan, yg merupaken sekutu terdekat Gowa.
Talo: kerajaan di Sumatera Barat.
Tambora: kesultanan di Pulau Sumbawa yg hancur pada tahun 1815 akibat letusan Gunung Tambora.
Tambusei: kerajaan di Sumatera Timur.
Tampat Tuan
Tanjungpura: kerajaan di Kalimantan Barat.
Termanu: satu dari 19 kerajaan di kepulauan Rote, barat daya Timor.
Ternate: kerajaan seluas 65 km² di Maluku, yg didirikan pada abad ke-13 oleh orang-orang dari Djaïlolo [sekarang Jailolo]. Ternate menjadi kerajaan utama di Maluku pada tahun 1380 melebihi Djailolo.
Terong: kerajaan di selatan Pulau Adonara.
Teunom: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Teupah: kerajaan di Pulau Simeulue, barat Sumatera.
Thie: satu dari 19 kerajaan di kepulauan Rote, barat daya Timor. Dari 1730 sampai 1756, Manek dari Thie pergi bersama Maneks dari OEpao, Loleh, Baa & Lelain ke Jawa untuk mempelajari lebih lanjut agama kristen.
Tidore: kerajaan seluas 78 km² di Maluku Utara yg didirikan oleh orang-orang dari Djaïlolo [sekarang Jailolo] di Pulau Tidore.
Tidung: Kalimantan Timur yg didirikan oleh orang-orang dari Dynasti Tengara [Tarakan].
Tiga Mukims Gighen
Tiga Mukims Klumpang Pajong
Rote: kepulauan di barat daya Pulau Timor, sebuah federasi bentukan Belanda yg terdiri dari 19 kerajaan. Federasi terbentuk dari 1928 sampai 1948.
Rumbati: kerajaan kota di timur Papua.
Sabak: kerajaan kuno di Jambi.
Sumedang Larang: kerajaan Islam yg diperkirakan berdiri sejak abad ke-15 di Jawa Barat.
Sumedang Kamulyan : Kerajaan di Malang Selatan, Kepanjen Kidul Jawa Timur.
Sunda & Galuh: dua kerajaan yg merupaken pecahan dari Kerajaan Tarumanagara.
Sugaluh: kerajaan kecil yg masih berhubungan dengan kerajaan Sunda-Galuh, didirikan pada 1672 oleh keturunan ke-3 Prabu Niskala Wastu Kancana yaitu Yan Amarta Dwija. Kerajaan ini berdiri di daerah gunung Sangkur sampai ke daerah pedalaman Banjar-Pataruman Jawa Barat.
Sungai Kunit: kerajaan di Sumatera Barat.
Sungai Lemau: kerajaan di Bengkulu merupaken lanjutan kerajaan Sungai Serut yg porak poranda akibat perang dengan kerajaan Aceh. Baginda Maharaja Sakti dari Kerajaan Pagarruyung menikah dengan Putri Gading Cempaka anak dari Ratu Agung & diangkat menjadi Raja Sungai Serut..
Sungai Serut: kerajaan pertama di Bengkulu dengan raja Ratu Agung.
Sungairaya
Sungei Iju: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh, di daerah Tamiang, Sumatera.
Tanah Datar: kerajaan seluas 79. 5 km² di Sumatera Timur.
Tanah Jawa: kerajaan di Sumatera Timur.
Tanah Kunu V: kerajaan di Pulau Flores.
Tanahputih: kerajaan kota seluas 633 km² di Sumatera Timur.
Tanah Rea: kerajaan di Pulau Flores.
Tanah Riung: kerajaan di Pulau Sumba.
Tanette: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Tangse: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Timu: kerajaan di daerah Pulau Sawu.
Titeue: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh, sebelumnya merupaken bagian dari Federasi Hulubalang XII.
Tiro: di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Salah satu kerajaan pertama pemeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan, tempat makam Dato ri Tiro, Karaeng Tonang & Karaeng Samparaja ialah karaeng yg dikenal dari kerajaan ini.
Tjeranti: kerajaan di Sumatera Timur, dibentuk dari pemisahan Kuantan menjadi 5 negara.
Tjereweh
Tjingal: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Tjinta Raja: kerajaan seluas 11. 95 km² di Sumatera Timur.
Tjumbok
Tjunda: kerajaan bawahan kesultanan Aceh.
Tobaku: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Tohe: kerajaan di Timor Barat.
Tojo: kerajaan di Pulau Togian, Sulawesi Tengah.
Toli Toli: kerajaan di Sulawesi Utara. Dinasti Toli Toli tersambung juga dengan dinasti Buol.
Tomini: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Topejawa: kerajaan kota di daerah Makassar, Sulawesi Selatan.
Toribulu: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Trienggadeng: kerajaan bawahan kesultanan Aceh, di daerah Meureudu, Sumatera.
Tripa, Tripah: kerajaan di Sumatera, jajahan dari Kawai XVI.
Trong
Trumon atau Tarumon: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh yg dibentuk pada 1795.
Truseb: kerajaan bawahan kesultanan Aceh, yg sebelumnya merupaken bagian dari Federasi Hulubalang XII.
Tulang Bawang: kerajaan hindu di daerah Tulang Bawang, Lampung.
Tungkob: kerajaan bawahan Kesultanan Aceh.
Tunjung: kerajaan yg berada di dataran tinggi Tunjung, Kalimantan Timur.
Turateya
Waijelu: kerajaan di Pulau Sumba.
Waijewa: kerajaan di Pulau Sumba.
Waila
Waiwiku Waihale: negara independen atau semi-independen di Timor Barat [Timor Loro Manu].
Wajo: kerajaan yg didirikan pada 1450 oleh pengungsi dari Luwu di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Wanokaka: kerajaan di Pulau Sumba.
Watlaar: kerajaan di Maluku.
Wertuar: kerajaan di timur Papua.
Wengker: kerajaan di antara gunung Lawu & gunung Wilis [sekarang Ponorogo].
Watu Galuh” kerajaan di hulu kali brantas semasa Bandar Ujung Galuh [Sekarang Surabaya]
Wojila: kerajaan di daerah Sumatra.
Wolijita: kerajaan di Pulau Flores.
Yogyakarta: tahun 1755, Kesultanan Mataram di Jawa Tengah terpisah menjadi dua kerajaan, yaitu Yogyakarta & Surakarta.
Yotowawa
Barru: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Baruija: kerajaan di Sulawesi Selatan, dibentuk pada 1667.
Barus: kesultanan yg didirikan oleh Dinasti Pardosi. Wilayahnya memanjang dari Mandailing Natal sampai Tarumon di Singkil.
Barusjahe: kerajaan di Sumatera Timur.
Battoise
Batu Baharang Urung [Federasi]
Batu Kankung: kerajaan di Sumatera Barat.
Batulapa: kerajaan di daerah Bugis, Sulawesi Selatan.
Batoe Litjin: kerajaan di Kalimantan Selatan.
Batulolong: kerajaan di Pulau Pantar, sebelah barat Pulau Alor.
Batu Mbulan
Batuputih
Bau: kerajaan di daerah Toraja, Sulawesi Selatan.
Beboki: kerajaan di Timor Barat.
Bedagei: kerajaan seluas 337. 52 km² Sumatera Timur, bagian dari Kesultanan Deli.
Bedahulu atau Bedulu: kerajaan kuno di Gianyar, Bali, sekitar abad ke-8 sampai ke-14.
Belu: federasi kerajaan di Timor Barat.
Bendjoar
Bengalon: kerajaan di daerah Sepaso, Kutai Timur.
Benu: kerajaan di Timor Barat [Timor Loro Manu].
Berau, Berouw: kerajaan di Kalimantan Timur.
Berutas
Besiana: kerajaan di Timor Barat.
Besitan: kerajaan seluas 165 km² Sumatera Timur.
Besoa: kerajaan di Sulawesi Tengah.
Beubasan
Beutong: kerajaan bawahan dari Kesultanan Aceh.
Biboki
Bila: kerajaan di Sumatera Timur.
Bilba: satu dari 19 kerajaan di kepulauan Rote.
Bima: kerajaan yg eksis pada abad ke-17 di Pulau Sumbawa.
Binamo, Binamu: kerajaan di daerah Makassar, Sulawesi Selatan, dibangun pada tahun 1864 sebagai pengganti Turatea & dikuasai oleh Belanda pada 1906.
Bingei: kerajaan seluas 94. 53 km² di Sumatera Timur.
Bintamo: kerajaan di daerah Makassar, Sulawesi Selatan.
Bintauna: kerajaan di Barat laut Sulawesi.
Binuang: kerajaan di daerah Mandar, Sulawesi Selatan.
Birumaru: kerajaan di Sulawesi Tengah, bersatu dengan Dolo dari 1908 menjadi Dolo Birumaru, kemudian terpisah & bergabung dengan Sigi dari 1915 sampai 1929 menjadi Sigi Birumaru.
Blagar: kerajaan di sebelah tenggara Pulau Pantar, arah barat Pulau Alor.
Blambangan: kerajaan yg ada pada akhir era Majapahit di daerah Blambangan, selatan Banyuwangi.
Blahbatuh : Sebuah kerajaan yg merupaken salah satu kerajaan yg berada di desa Blahbatuh, Gianyar yg dipimpin oleh I Gusti Ngurah Jelantik dari kerajaan Gelgel
Blangmangat: kerajaan di bawah Kesultanan Aceh.
Blangme, Blang Meh: kerajaan di bawah Kesultanan Aceh.
Blang Pedir, Blangpidie: kerajaan di bawah Kesultanan Aceh.
Blayu: kerajaan di Bali yg terletak di kecamatan Marga, Tabanan.
Bluek: kerajaan di bawah Kesultanan Aceh.
Boalemo: kerajaan di Sulawesi Utara, ditundukkan Belanda pada 1889.
Bobasan: kerajaan di bawah Kesultanan Aceh.
Boga Sukudua: kerajaan di daerah Sumatera Timur.
Bohorok: kerajaan seluas 19. 92 km² Sumatera Timur.
Bokai: satu dari 19 kerajaan di kepulauan Rote. Didirikan 1756.
Bolaang Itang: negara kota di Sulawesi Utara, bersatu dengan Kaidipang tahun 1912 menjadi Kaidipang Besar.

 

Sejarah Kerajaan Singasari


Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.    
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialahKerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.

Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagarasebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.

Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.

Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Kerajaan ini beribu kota di Tumapel yang terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada awalnya, Tumapel hanyalah sebuah wilayah kabupaten yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Kediri dengan bupati/akuwu bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang merupakan pengawalnya karena terpikat oleh kecantikan istri akuwu Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes, dan Ken Arok ingin memperistri Ken Dedes. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring, dimana keris ini sebetulnya belumlah sempurna, akan tetapi karena Ken Arok sudah tidak sabar untuk meminang Ken Dedes maka direbutlah keris itu dari tangan Mpu Gandring, dan sang Mpu pun akhirnya dibunuh menggunakan keris tersebut. Sebelum meninggal Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa keris itu akan membunuhmu sampai tujuh turunan.
Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di Jawa Timur dari daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kediri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kediri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. 
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan ‎Kertajaya raja Kerajaan Kadiri.

Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

Sekilas Sejarah Ken Arok
Kitab Pararaton adalah manuskrip jawa kuno yang ditulis dalam bentuk dongeng yang berbeda dengan bentuk tulisan sejarah. Oleh karena itu beberapa ahli sejarah menolak kebenaran naskah tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa cerita itu tidak diperuntukkan bagi para ahli sejarah, melainkan bagi masyarakat Jawa Kuno yang pada saat itu banyak mendapat pengaruh dari kepercayaan Hindu. Maka dengan sendirinya, manuskrip tersebut dikisahkan sesuai dengan alam pikiran masyarakat yang membacanya. Ajaran hinduisme, meliputi diantaranya dewa-dewa, titisan, karma dan yoga. Ajaran itu mempengaruhi alam pikiran masyarakat Jawa dan kesusasteraannya. Pararaton adalah hasil sastra dari zaman itu, maka dengan sendirinya sastra Pararaton juga bersudut pandang ajaran Hinduisme. 
Berikut ini adalah ringkasan cerita tentang Ken Arok sebagaimana tertulis di dalam naskah Pararaton. 

Bhatara Brahma berjinak-jinak dengan Ken Ndok di lading Lalateng, kemudian berpesan agar Ken Ndok jangan lagi berkumpul dengan suaminya. Larangan Dewa Brahma itu mengakibatkan perceraian dengan suaminya Ken Ndok, Gajah Para. Ken Ndok pulang ke Desa Pangkur, diseberang utara sungai; Gajah Para kembali ke Desa Campara, di seberang selatan. Lima hari kemudian, Gajah Para meninggal, konon karena ia melanggar larangan Dewa Brahma dan karena anak yang masih di dalam kandungan. Setelah sampai bulannya, Ken Ndok melahirkan bayi laki-laki, yang segera dibuang di kuburan akibat menanggung malu. Pada malam harinya, seorang pencuri bernama Lembong tercengang melihat sinar berpancaran di kuburan tersebut. Saat sinar itu didekatinya nampaklah seorang bayi sedang menangis. Karena kasihan maka bayi tersebut dibawanya pulang. Segera tersiar kabar bahwa Lembong mempunyai anak pungut berasal dari kuburan. Mendengar kabar itu, Ken Ndok dating mengunjungi Lembong dan mengaku bayi itu anaknya, lahir dari kekuasaan Bhatara Brahma. Anak itu diberi nama Ken Arok. 

Ken Arok tinggal di desa Pangkur sampai dapat menggembalakan kerbau, namun ia suka berjudi. Harta kekayaan Ayah pungutnya habis diperjudikan. Ketika ia disuruh menggembalakan kerbau kepala desa Lebak, kerbau itupun diperjudikannya juga. Akibatnya ayah pungutnya harus membayar uang ganti rugi. Karena kesal, Ken Arok pun diusir dari rumah. Ditengah jalan ia bertemu dengan Bango Samparan, penjudi dari Desa Karuman. Ken Arok dibawa ke tempat perjudian. Pada waktu itu Bango Samparan menang; menurut anggapannya berkat kehadiran Ken Arok. Oleh karena itu Ken Arok diajaknya pulang dan dijadikan anak pungut istri tua Bango Samparan yang kebetulan mandul.  Di Karuman, Ken Arok merasa kesepian, karena ia tidak dapat bergaul dengan anak-anak Tirtaja, istri muda Bango Samparan. Kemudian ia pergi dan bertemu dengan Tita, anak Sahaja, kepala desa Siganggeng dan belajar bersama pada seorang guru bernama Janggan. Di rumah Janggan, ia menunjukkan kenakalannya. Buah jambu milik Janggan yang masih mentah diambil dan diruntuhkan. Melihat perbuatan itu, Janggan marah. Ken Arok tidak berani masuk rumah, lalu tidur di luar di atas timbunan jerami kering. Ketika Janggan keluar di malam hari, ia terkejut melihat sinar berpancaran dari timbunan jerami. Ketika didekatinya, ternyata sinar itu berasal dari Ken Arok. Sejak saat itu Janggan sangat menyayangi Ken Arok. 

Ken Arok dan Tita tinggal di sebuah pondok di sebelah timur Siganggeng untuk menghadang para pedangang yang lewat, namun kenakalannya tidak sampai disitu saja. Ia berani pula merampok dan merogol gadis penyadap di Desa Kapundungan. Ken Arok menjadi perusuh yang mengganggu keamanan wilayah Tumapel dan menjadi buruan Akuwu (Penguasa daerah). Ken Arok lari dari satu tempat ke tempat lain. Tiap tempat yang didatanginya menjadi tidak aman, namun ia selalu dapat lolos dari bahaya berkat perlindungan Bhatara Brahma. 

Ketika Ken Arok berguru kepada Mpu Palot di Turnyatapada, ia diutus untuk mengambil emas pada kepala desa Kabalon. Orang-orang Kabalon tidak percaya bahwa ia adalah utusan Mpu Palot. Karena marah, salah seorang diantara mereka ditikamnya, lalu ia lari ke rumah kepala desa. Segenap penduduk Desa Kabalon mengejarnya, masing-masing bersenjatakan golok atau palu. Sekonyong-konyong terdengar suara dari langit yang berkata: “Jangan kau bunuh orang itu. Ia adalah puteraku. Belum selesai tugasnya di dunia!”. Mendengar suara itu para pengejarnya berhenti, lalu bubar. 

Sementara itu, diketahui oleh orang-orang Daha (Kediri) bahwa Ken Arok bersembunyi di Turnyatapada. Dalam kejaran orang-orang Daha, Ken Arok lari ke Desa Tugaran, dari Tugaran ke Gunung Pustaka dan dari situ mengungsi ke Desa Limbahan; dari Desa Limbahan ke Desa Rabut, akhirnya sampai Panitikan. Atas nasihat seorang nenek ia bersembunyi di Gunung Lejar. Dalam persembunyiannya di Gunung Lejar, ia mendengar keputusan para Dewa bahwa ia telah ditakdirkan menjadi raja yang akan menguasai Pulau Jawa. 

Brahmana Lohgawe datang dari India ke Pulau Jawa menumpang di atas tiga helai daun kakatang, diutus oleh Bhatara Brahma untuk mencari orang yang bernama Ken Arok. Ciri-cirinya: tanganya panjang melebihi lutut; rajah telapak tangan kanannya ialah cakra, rajah telapak tangan kirinya bertanda cangkang kerang. Kata Bhatara Brahma, ia adalah titisan Dewa Wisnu di suatu candi. Dengan jelas diberitahukan kepadanya, Dewa Wisnu tidak ada lagi di candi pemujaan, karena telah menitis pada orang yang bernama Ken Arok di Pulau Jawa. Ia diperintahkan mencarinya di perjudian. Oleh karena itu, sesampainya Brahmana Lohgawe di Pulau Jawa, ia segera menuju Desa Taloka bertemu dengan Ken Arok.

Ken Arok dibawanya menghadap Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah mendengar uraian pendeta Lohgawe bahwa ia baru saja dating dari Jambudwipa dan maksud kedatangannya ialah untuk menitipkan anak angkatnya, Ken Arok diterima oleh Tunggul Ametung sebagai pembantu. 

Istri Tunggul Ametung sangat cantik bernama Ken Dedes, anak tunggal seorang pendeta Budha di Panawijen bernama Mpu Purwa. Konon ketika Tunggul Ametung datang di Panawijen untuk meminang Ken Dedes, kebetulan Mpu Purwa sedang bertapa di tegal. Karena tidak dapat menahan nafsunya, Ken Dedes dilarikan ke Tumapel dan dikawininya. Ketika Mpu Purwa pulang dari pertapaan, mendapatkan rumahnya kosong, lalu menjatuhkan kutuk: “Semoga yang melarikan anak saya tidak akan selamat hidupnya; semoga ia mati kena tikaman keris. Semoga sumur dan sumber air di Panawijen semuanya kering sebagai hukuman kepada para penduduknya, karena mereka itu segan memberitahukan penculikan anak saya. Semoga anak saya yang sudah mendapat wejangan karma amamadangi  tetap selamat dan mendapat bahagia!”. 

Ketika Ken Arok datang di Tumapel, Ken Dedes telah hamil. Bersama suaminya, ia naik kereta berpesiar ke taman Baboji. Pada waktu Ken Dedes turun dari kereta, tersingkap kain dari betis sampai pahanya. Ken Arok terpesona melihatnya karena rahasia Ken Dedes berpancaran sinar. Sepulangnya dari taman, peristiwa itu diceritakan oleh Ken Arok kepada pendeta Lohgawe. Jawab Lohgawe: “Wanita yang rahasianya menyala, adalah wanita nareswari. Betapapun nestapanya lelaki yang menikahinya, ia akan menjadi raja besar.” Mendengar ujaran itu, Ken Arok terdiam. Timbul niatnya untuk membunuh Tunggul Ametung, namun Lohgawe tidak setuju. 

Ken Arok meminta izin untuk mengunjungi ayah angkatnya Bango Samparan di Desa Karuman. Sesampainya disana, ia menceritakan pengalamannya di taman Baboji kepada Bango Samparan dan menegaskan niatnya untuk membunuh Tunggul Ametung serta kemudian mengawini Ken Dedes. Bango Samparan member nasihat agar Ken Arok sebelum melaksanakan niatnya supaya pergi dulu ke Lulumbang menemui pandai keris bernama Mpu Gandring, ia adalah kawan karib Bango Samparan. Konon barang siapa kena tikam keris buatannya pasti mati. Nasihatnya, supaya Ken Arok memesan keris kepadanya. Hanya setelah keris pesanan itu selesai ia baru boleh melaksanakan niatnya. Ken Arok berangkat ke Lulumbang dan memesan keris kepada Mpu Gandring. Dalam waktu lima bulan, keris itu supaya sudah selesai. Namun jawab Mpu Gandring, supaya ia diberi waktu setahun agar matang pembuatannya. Ken Arok tetap pada permintaannya, lalu ia pergi. Lima bulan kemudian, Ken Arok kembali ke Lulumbang untuk mengambil keris pesanannya, namun keris itu sedang digerinda. Karena marahnya, keris itu direbut dan ditikamkan pada Mpu Gandring, kemudian dilemparkan ke lumpang pembebekan gerinda. Lumpang pun pecah terbelah. Dilemparkan lagi ke landasan, namun landasan pun pecah berantakan. Ken Arok yakin bahwa keris itu benar-benar ampuh. Sementara itu, Mpu Gandring yang sedang berlelaku, mengumpat: “Hei Arok! Kamu dan anak cucumu sampai tujuh keturunan akan mati karena keris itu juga!” setelah menjatuhkan umpat itu, ia pun mati. Pikir Ken Arok: “Kalau kelak saya benar jadi orang besar, anak cucu Gandring akan mendapat balas jasa,” lalu, Ken Arok pun pulang tergesa-gesa ke Tumapel. 

Di Tumapel, Ken Arok memiliki seorang sahabat karib bernama Kebo Hijo. Kebo Hijo sangat dipercaya oleh Tunggul Ametung, tetapi wataknya suka pamer. Ketika ia melihat keris Ken Arok yang berukiran kayu cangkring, ia meminta Ken Arok untuk meminjamkan kepadanya. Memang itulah maksud Ken Arok, keris kemudian dipinjamkan lalu dipamer-pamerkan Kebo Hijo kepada orang banyak, sehingga segenap orang Tumapel tahu bahwa Kebo Hijo mempunyai keris baru. Ken Arok menduga bahwa saat yang dinanti-nantikannya telah tiba. Keris diambil oleh Ken Arok tanpa sepengetahuan Kebo Hijo. Pada malam hari waktu telah sepi, Ken Arok masuk ke rumah Tunggul Ametung, ia langsung menuju tempat tidur Tunggu Ametung yang sedang tidur nyenyak, segera ditikamnya dengan keris Gandring. Baru keesokan harinya diketahui bahwa Tunggul Ametung telah mati ditusuk dengan keris milik Kebo Hijo yang masih tertancap di dadanya. Dengan serta merta, Kebo Hijo disergap oleh sanak saudara Tunggul Ametung, dikeroyok dan ditusuki dengan keris Gandring. Anaknya Kebo Randi menangisi kematian ayahnya. Melihat peristiwa itu, iba hati Ken Arok dan berjanji akan mengambilnya sebagai pekatik (abdi). 

Sepeninggal Tunggul Ametung, Ken Arok menjadi akuwu di Tumapel dan mengawini Ken Dedes. Di antara warga Tumapel, tidak ada seorangpun yang berani menentang. Pada waktu itu Tumapel adalah daerah bawahan Daha (Kediri), yang diperintah oleh Raja Kertajaya. Konon Raja Kertajaya juga disebut sebagai Dandang Gendis. Ia sedang berselisih dengan para pendeta Siwa-Budha, karena keinginannya untuk disembah sebagai Dewa. Keinginan itu ditolak, karena belum pernah terjadi pendeta menyembah raja. Untuk memperlihatkan kemampuannya, Kertajaya menancapkan tombaknya di tanah dan duduk diatas ujungnya. Namun, para pendeta tetap pada pendiriannya. Beberapa pendeta meninggalkan Daha dan pergi mencari perlindungan di Tumapel. Hal ini menambah jumlah pengikut Ken Arok yang sudah agak besar. Keturunan dan kerabat yang pernah berbuat baik kepada Ken Arok dipanggil ke Tumapel untuk menerima balas jasa dan diminta untuk menetap disana. Oleh para pengikutnya, Ken Arok diangkat sebagai raja dan mengambil nama abhiseka sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. 

Sejak saat itu, Ken Arok tidak lagi menghadap Raja Kertajaya di Daha. Hal itu menimbulkan rasa curiga pada Kertajaya. Ken Arok diduga akan memberontak. Kertajaya bersumbar bahwa Daha tidak akan dapat ditundukkan oleh siapa pun, kecuali oleh Bhatara Guru (Dewa Siwa). Mendengar sesumbar itu, Ken Arok memanggil para pendeta dan rakyatnya untuk menyaksikan bahwa ia mengambil nama sebagai Bhatara Guru dan memerintahkan tentara Tumapel untuk bergerak menyerbu Daha. Pertempuran sengit antara tentara Tumapel dan Daha berkobar di sebelah utara Desa Ganter. Dalam pertempuran itu, Mahisa Walungan dan Gubar Baleman, hulubalang Daha, tewas. Sehingga bala tentara Daha terpukul mundur dan lari mencari perlindungan. Raja Kertajaya pun melarikan diri mencari perlindungan di dalam candi. Daha pun jauh dalam kekuasaan Tumapel pada tahun 1222 Masehi. 

Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok memperoleh tiga orang putera dan seorang puteri, yaitu Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agnibaya dan Dewi Rimbu. Dan perkawinan keduanya dengan Ken Umang, Ken Arok juga mempunyai tiga putera dan seorang puteri yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola dan Dewi Rambi. Putera sulung Ken Dedes keturunan Tunggul Ametung bernama Anusapati. 

Bertahun-tahun lamanya kisah pembunuhan Tunggul Ametung dirahasiakan oleh Ken Dedes terhadap Anusapati. Namun, ketika Anusapati telah remaja dan ia merasa diperlakukan lain daripada saudara-saudaranya oleh Sang Amurwabhumi, muncullah rasa curiga di dalam hati Anusapati. Atas desakan pengasuhnya, Anusapati bertanya kepada Ken Dedes, mengapa Sang Amurwabhumi bersikap demikian. Jawab Ken Dedes, “Jika engkau ingin tahu, ayahmu yang sebenarnya ialah mendiang Tunggul Ametung. Ayahmu telah mati, ketika engkau masih di dalam kandungan. Pada waktu itu aku dikawini oleh Sang Amurwabhumi.” Anusapati bertanya lagi, “Apa sebabnya ayah meninggal?” Jawab Ken Dedes, “Dibunuh oleh Sang Amurwabhumi”. Pada saat itu Ken Dedes terdiam, merasa telah membocorkan rahasia. Anusapati bertanya lagi:”Ibunda, bolehkan saya melihat keris Gandring pusaka Sang Amurwabhumi?” Keris pun diperlihatkan Ken Dedes kepada Anusapati. 

Anusapati mempunyai seorang pengalasan berasal dari Desa Batil. Pengalasan itu segera dipanggil dan diberi perintah untuk membunuh Sang Amurwabhumi dengan keris Gandring. Tanpa membantah, pengalasan itu pun pergi untuk membunuh Ken Arok. Dengan serta merta, Sang Amurwabhumi yang sedang bersantap ditikam dari belakang, mati seketika itu juga. Ketika itu hari Kamis Pon, wuku Landep, waktu senja  matahari baru saja tenggelam, tahun Saka 1169 (1297 Masehi). Setelah menikam, pengalasan itu pun lari untuk member laporan kepada Anusapati. Anusapati kemudian memberinya hadiah imbalan. Katanya:”Telah mati terbunuh, oleh hamba, ayah paduka!” Dengan serta merta pula, pengalasan itu dihabisi hidupnya oleh Anusapati. Karenanya tersiar kabar: “Sang Prabu mati kena amuk orang dari Desa Batil. Anusapati telah membalaskan dendam dengan membunuh pengalasan itu:. Rajasa Sang Amurwabhumi pun dicandikan di Kagenengan. 
Raja Raja Singhasari

Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakertagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1. Ken Arok (1222–1227 M)

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok), sebagai terusan kutukan dari Mpu Gandring. Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

2. Anusapati (1227–1248 M)

Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Mpu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.

3. Tohjoyo (1248 M)

Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (1248–1268 M)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardana meninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa. 
5. Kertanegara (1268-1292 M)

Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiraraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang dipimpin oleh Adityawarman dan berhasil menguasai Kerajaan Melayu. 
Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.
Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja Campa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Meng Chi. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk Ekspedisi Pamalayu dan untuk menghadapi serangan Mongol maka atas usulan dari Aria Wiraraja(Adipati Sumenep) yang merupakan penentang politik Kertanegara, Jayakatwang (Kediri) segera menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Singasari. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti. 
Pasukan Kediri dari arah utara dipimpin oleh Jaran Guyang, Kertanegara mengutus Raden Wijaya dan Ardharaja untuk melawan pasukan Jaran Guyang. Pasukan Jaran Guyang pun berhasil dikalahkan. Sementara pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin Patih Mahisa Mundarang dan berhasil masuk istana dan menemukan Kertanegara berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanegara beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja(menantu Kertanegara, anak dari Jayakatwang) berbalik memihak kepada ayahnya, sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman Simpang,Surabaya. 

Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.

Politik Dalam Negeri:
Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh Aragani, dll.
Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
Memperkuat angkatan perang.

Politik Luar Negeri:
Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
Menguasai Bali.
Menguasai Jawa Barat.
Menguasai Malaka dan Kalimantan.‎
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amogaphasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (kedua patung Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).

Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang(Kediri), yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel Singhasari pun berakhir.‎

 

Sejarah Kerajaan Banggai


Wilayah Kerajaan Bang­gai saat ini mencakup Kabupaten Banggai Kepulauan dan atau Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Menurut buku Babad Banggai Sepin­tas Kilas, kerajaan ini di­perkirakan berdiri pada 1525. Jika merujuk kepada Nagarakretagamakarangan Mpu Prapanca yang bertarikh 1278 Saka (1365 M), Prapanca menyebut sebuah tempat bernama Banggawi.

“Ikang Saka Nusa-Nusa Mangkasara, Buntun Benggawi, Kuni, Galiayo, Murang Ling Salayah, Sumba, Solor, Munar, Muah, Tikang, I Wandleha, Athawa Maloko, Wiwawunri Serani Timur Mukadi Ningagaku Nusantara”.

Untuk saat ini, masih cukup sulit menulisan sejarah Kerajaan Banggai sebelum abad ke-14. Apakah Banggawi yang dibicarakan Prapanca itu Banggai, atau lebih jauh lagi apakah Prapanca itu menyebut Banggawi sebagai sebuah kerajaan atau hanya nama tempat?

Banggai dipercaya telah menjadi kerajaan sebelum abad ke-14, informasi tersebut oleh beberapa pihak —selain dihubungkan dengan pernyataan Prapanca dalamNagarakrtagama—  juga kerap dihubungkan dengan kronik Cina karya Chu Ku fei (1178 M)  yang dalam bukunya berjudul  Ling-wai, menulis bahwa kerajaan Banggai merupakan kerajaan kecil yang masuk dalam sebelas wilayah Kerajaan Kediri (Panjalu, 1041 M), dengan nama Ping ye = Banggai, meliputi kerajaan kecil pertama,  Pai Hua yuan = Pacitan, kedua Me tung = Medang, ketiga Ta pen = Tumapel, keempat Jung ya lu = Hujung Galu, kelima Ta kang = Sumba, keenam Huang ma chu = Irian Barat daya, ketujuh Ma li = Bali, kedelapan Khu lun = Gurun Lombok, kesembilan Ti wu = Timor, kesepuluh Ping ye = Banggai dan kesebelas Wa nu ku = Maluku.

Dalam khasanah masyarakat Banggai sendiri, sumber untuk mengungkap cerita ini bisa ditemukan dari tradisi lisan mereka atau dari balelee, yakni cerita yang disampaikan dengan cara bernyanyi oleh seseorang yang dinilai “kemasukan” roh halus.

Bagaimanapun hasil temuan kita sekarang, penulisan sejarah untuk kerajaan Banggai —dan umumnya untuk penulisan sejarah kuna Indonesia— seharusnya tidak  berada dalam posisi final, masih banyak data dan fakta yang bisa berkembang seiring bukti baru yang kelak ditemukan.

Sejarah Kerajaan Banggai

Konon, nama Banggai dahulu bernama “Tano Bolukan”. Tano Bolukan merupakan suatu kerajaan tertua di daerah Banggai Kepulauan yang merupakan hasil penggabungan kerajaan-kerajaan kecil. Syarif (2008) yang menulis tentang sejarah kerajaan Banggai dalam bukunya “Sekilas Tentang Kerajaan Banggai” memberi gambaran tentang empat kerajaan ini. Bahwa di wilayah kekuasaan kerajaan Banggai berdiri empat kerajaan yang memiliki wilayah yang berdaulat atas wilayahnya; Babulau + 5 km dari desa Tolise Tubuno, Kokini berkedudukan di desa Lambako, Katapean berkedudukan di desa Sasaba + 5 km. Monsongan dan Singgolok berkedudukan di Bungkuko Tatandak+ 7 km dari desa Gonggong.

Keempat kerajaan tersebut dipimpin oleh sekumpulan pemimpin yang di sebut dengan “Basalo Sangkap” (Empat Besar) yang pada masa Kerajaan Banggai mereka selanjutnya berfungsi sebagai Dewan Kerajaan. Basalo Sangkap inilah orang-orang Tano Bolukan, atau orang-orang Banggai menamakan dan menganggap mereka itu “Tano Bukuno” atau “Tano Tumbuno” artinya yang mempunyai tanah atau orang Banggai asli.

Pada awalnya daerah yang sekarang dikenal sebagai kabupaten daerah tingkat II tingkat Banggai banyak berdiri kerajaan. Satu dari sekian kerajaan itu, yang tertua bernama kerajaan bersaudara Buko-Bulagi. Letak kerajaan itu di Pulau Peling (Peleng) belahan barat. Belakangan muncul pula kerajaan-kerajaan baru seperti, kerajaan Sisipan, kerajaan Liputomundo, Kadupang. Kesemuanya ada di pulau Peling tengah. Masa itupun telah berdiri kerajaan yang cukup besar yakni Bongganan di sebelah timur Peling. Upaya memekarkan kerajaan Bongganan dilakukan salah seorang pangeran dan beberapa bangsawan kerajaan Banggai. Kala itu kerajaan Banggai wilayahnya hanya meliputi pulau Banggai.

Di Banggai Darat pada masa itu berdiri pula kerajaan Bualemo di sebelah utara. Di bagian selatan, ada kerajaan tiga bersaudara Motiandok, Balalowa, di tambah satu kerajaan lagi bernama Gori-Gori di bagian paling selatan. Perkembangan kerajaan Banggai yang terpusat di pulau Banggai, mulai pesat dan menjadi Primus Inter Peres atau yang utama dari beberapa kerajaan yang ada. Ketika pemerintahan kerajaan Banggai masih berada di bawah pimpinan kesultanan Ternate akhir abad 16.

Di Banggai kepulauan terdapat beberapa kerajaan kecil yaitu kerajaan Buko (di kecamatan Buko sekarang), Bulagi, Peling, dan Saluap (di kecamatan Bulagi sekrang), Lipotomundo, Kadupang dan Sisipan (di kecamatan Liang sekarang), Bonggananan (di kecamtan Tinakung dan kecamatan Totikum sekarang) dan Banggai (kecamatan Banggai, kecamatan Bangkurung dan kecamatan Labobo sekarang).

Semua yang berada di kerajaan-kerajaan tersebut adalah penduduk asli yang mengunakan bahasa Aki (bahasa Banggai, artinya: Tidak). Kerajaan yang terkenal dari semua kerajaan itu, termasuk kerajaan Tompotikka di Banggai Darat dan kerajaan Bongganan di Banggai kepulauan, ialah kerajaan Banggai di Banggai kepulauan. Bahkan, sampai saat ini nama “Banggai“ masih tetap di pakai sebagai nama dan kabupaten yaitu kabupaten Banggai dan kabupaten kepulauan.

Sistem pemerintahan Kerajaan Banggai

Pengaruh Islam ke kerajaan-kerajaan di Sulawesi sangat terasa pada abad ke 16. Penyebaran Islam di Sulawesi khususnya di Sulawesi Tengah ini merupakan hasil dari ekspansi kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan. Pengaruh yang mula-mula datang adalah dari Kerajaan Bone dan Kerajaan Wajo. Dengan meluasnya pengaruh Sulawesi Selatan, menyebar pula agama Islam. Daerah-daerah yang diwarnai Islam pertama kali adalah daerah pesisir.

Tome Pires dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental mengatakan bahwa di zamannya itu sebagian besar raja-raja yang ada Nusantara sudah beragama Islam, akan tetapi masih tetap ada daerah-daerah atau negeri yang belum menganut agama Isalam di Nusantara. Penyebaran agama Islam di lakukan di daerah-daerah pesisir pantai para pedangang- pedangang muslim dari Gujarat (Persia) dan para pedangang tersebut menikah dengan masyarakat setempat dan terjadilah percampuran kepercayaan. Selanjutnya di Indonesia bagian timur agama Islam tiba dan berkembang di “kepulaun rempah-rempah” Maluku Indonesia Timur. Para pedangang muslim dari Jawa dan Melayu menetap di pesisir Banda, tetapi tidak ada seorang raja pun disana, dan daerah pedalaman masih di huni oleh penduduk nonmuslim. Ternate, Tidore, dan Bacan mempunyai raja-raja muslim. Penguasa-penguasa Tidore dan Bacan memekai gelar “Raja”, tetapi penguasa Ternate telah menggunakan gelar “Sultan”, dan raja Tidore bernama Arab, al-Mansur.

Pengaruh Sulawesi Selatan begitu kuat terhadap Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi Tengah, bahkan sampai pada tata pemerintahan. Struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah akhirnya terbagi dua, yaitu, yang berbentuk Pitunggota dan lainnya berbentuk Patanggota.

Pitunggota adalah suatu lembaga legislatif yang terdiri dari tujuh anggota dan diketuai oleh seorang Baligau. Struktur pemerintahan ini mengikuti susunan pemerintahan ala Bone dan terdapat di Kerajaan Banawa dan Kerajaan Sigi. Struktur lainnya, yaitu, Patanggota, merupakan pemerintahan ala Wajo dan dianut oleh Kerajaan Palu dan Kerajaan Tawaeli. Patanggota Tawaeli terdiri dari Mupabomba, Lambara, Mpanau, dan Baiya.

Pangaruh lainnya adalah datang dari Mandar. Kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini adalah cikal bakalnya berasal dari Mandar. Pengaruh Mandar lainnya adalah dengan dipakainya istilah raja. Sebelum pengaruh ini masuk, di Teluk Tomini hanya dikenal gelar Olongian atau tuan-tuan tanah yang secara otonom menguasai wilayahnya masing-masing.  Selain pengaruh Mandar, kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini juga dipengaruhi  Gorontalo dan Ternate. Hal ini terlihat dalam struktur pemerintahannya yang sedikit banyak mengikuti struktur pemerintahan di Gorontalo dan Ternate tersebut. Struktur pemerintahan tersebut terdiri dari Olongian (kepala negara), Jogugu (perdana menteri), Kapitan Laut (Menteri Pertahanan), Walaapulu (menteri keuangan), Ukum (menteri perhubungan), dan Madinu (menteri penerangan).

Untuk urusan pemerintahan di Kerajaan Banggai, di pegang langsung oleh seorang Raja atau Tomundo atau Tuutuu. Raja di pilih dan di angkat oleh Basalo Sangkap (Dewan Kerajaan) langsung dari keturunan atau sekurang-kurangnya ada ikatan hubungan keluarga dengan raja. Selain itu, Basalo Sangkap juga memperhatikan kecakapan dan kesanggupan untuk memimpin. Basalo Sangkap menjadi seperti lembaga legislatif yang kemudian bertugas memilih, melantik, dan memberhentikan raja Banggai. Basalo Sangkap dengan kedudukan sebagai lembaga tinggi sejajar dengan Tomundo (Raja). Basalo Sangkap membidangi urusan Legislatif dan penasihat Tomundo. Sedangkan Tomundomembidangi urusan Eksekutif / pemerintahan kerajaan.

Adapun Dewan Kerajaan (Basalo Sangkap) yaitu terdiri dari:

Raja Singgolok atau Basalo Gong-gong.
Raja Katapean atau Basalo Monsongan.
Raja Boobulau atau Raja Dodung.
Raja Kokini atau Basalo Tano Bonunungan.
Ketika empat raja yang men­jadi Basalo Sangkap itu mangkat, posisi mereka digantikan oleh keturunannya atau setidak-ti­daknya oleh orang yang memi­liki hubungan keluarga dengan mereka. Sampai saat ini ketu­runan dari Basalo Sangkap itu masih dapat kita temui.

Selain Basalo Sangkep, Raja juga dibantu oleh “komisi empat” yang diangkat secara langsung oleh raja yang sedang berkuasa dengan persetujuan Basalo Sangkap, yang terdiri dari:

Mayor Ngopa atau Raja Muda
Kapitan Laut Kepala Angkatan Perang
Jogugu atau Mentri Dalam Negeri
Hukum Tua atau Pengadilan

Komisi empat juga mempunyai wilayah kekuasaan yang dipegang mereka dan masing-masing mempunyai staf inti yang dipilih dan diangkat langsung oleh raja de­ngan persetujuan Basalo Sang­kap seperti : Jogugu yang memegang kekuasaan di Banggai dan Labobo Bangkurung dan sekitarnya, mempunyai staf Kapitan, Kapitan Lonas, Kapitan Kota. Mayor Ngopa yang berwenang di Teluk Tomini memiliki staf seperti Letnan Ngofa, Kaputan Prang, dan Letnan Dua. Kapitan laut mempunyai wilayah kekuasaan Dari Batui sampai ke Balantak mempunyai Staf Syah Bandar, Bea Cukai. Hukum Tua yang memiliki cakupan kekuasaan di Seluruh Peling mempunyai Staf Mahkamah dan Pengadilan.

Selain dari komisi empat tersebut, raja juga mempunyai staf pribadi untuk urusan pemerintah­an dan rumah tangga istana, seperti untuk bagian pemerintahan raja dibantu oleh Gimlaha Sadeha-Saseba, Panebela Bayu, Mian Tu Liang, Mian Tu Baasaan, Panebela Tololak, Mian Tu Palabatu. Untuk urusan Rumah Tangga dibantu oleh Genti dan Jeufana.

Sehubungan dengan struktur pemerintahan tersebut di atas, di bidang agama Islam pun giat di pelajari dan disebarluaskan. Pada masa Maulana Prins Mandapar memerintah di kerajaan Banggai ia di dampingi oleh seorang ulama sekretarisnya yang bernama “Tengku Hasan Alam” yang biasanya orang-orang kerajaan Banggai menamakan beliau “Tanduwalang”.  Oleh sekretarisnya “Tengku Hasan Alam” sehingga agama tersebut dianut oleh masyarakat, teristimewa masyarakat pantai sehingga pemerintahan pun bersemboyan “Adat bersendi syara, Syara Bersendi Adat” yang menandakan budaya rakyat Banggai yang sopan santun, berbudi luhur, ramah tamah, dan bersahaja.

Adapun yang mengepalai urusan agama Islam disebut “kale” atau “gadhi”. kale atau Gandi ini dibantu oleh beberapa iman diantaranya: Iman Sohi, Iman Tano Bonunungan, Iman Dodung, Iman Gong-gong dan Imam Monsongan. Iman dibantu oleh beberapa Hatibi atau Khatib. Dan Khatib-khatib ini juga dibantu oleh bebrapa Mojim Muazzim.

 Silsilah raja raja Banggai

Pada awal abad ke-16 empat kerajaan (Babolau, Singgolok, Kookini, dan Katapean) diku­asai Kesultanan Ternate. Adi Cokro (Mbumbu Doi Jawa), seorang Pangeran dari kerajaan Demak yang juga merupakan panglima Perang Kesultanan Ternate, pada tahun 1530 M kemu­dian menyatukan empat kerajaan itu menjadi satu kerajaan, yaitu Kerajaan Banggai yang beribukota di Pu­lau Banggai. Adi Cokro inilah yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Banggai dan tokoh yang menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Masyarakat Banggai juga mengenal seorang tokoh bernama Adi Soko, apakah tokoh ini sama dengan Adi Cokro? Dari fonologi dan atau juga fonetik memang cukup mirip.

Tokoh Adi Cokro ini sebagai Raden Cokro yang merupakan keponakan Dipati Unus. Raden Cokro mendapat perintah ke Ternate untuk tujuan membantu Sultan ternate mengembangkan Islam serta memperkuat pasukan armada Ternate dari serangan Portugis. Sedangkan Albert C. Kruyt dalam bukunya De Vorsten Van Banggai ( Raja-raja Banggai) secara terang-terangan mengatakan bahwa Adi Cokro adalah orang yang menaklukan Pulau Banggai, Peling dan Daratan Timur Sulawesi. Adi Cokro kemudian mempersunting seorang wanita asal Ternate berdarah Portugis bernama Kastellia (Kastella). Perkawinan Adi dengan Kastellia melahirkan putra bernama Mandapar yang kemudian menjadi Raja Banggai. Istilah ” Adi” merupakan gelar bangsawan bagi raja-raja Banggai, hal tersebut sama dengan gelar RM (Raden Mas) untuk bangsawan Jawa atau Andi bagi bangsawan bugis.

Dalam Babad Banggai Sepintas Kilas dikatakan, sebe­lum Kerajaan Banggai berdiri, empat kerajaan ini selalu ber­selisih. Masing-masing ingin menguasai yang lain, saling bersitegang. Namun, persaingan tersebut tidak sampai pa­da peperangan, melainkan hanya adu kesaktian raja masing-ma­sing. Mungkin karena selalu ber­selisih, maka empat kerajaan ter­sebut jatuh ke dalam kekuasaan Kesultanan Temate, seki­tar abad ke-16. Setelah Adi Cokro menyatu­kan keempat kerajaan itu, ia kembali ke Jawa. Basalo Sangkap lalu memilih Abu Ka­sim, putra Adi Cokro hasil per­kawinan dengan Nurussa­pa, putri Raja Singgolok, men­jadi Raja Banggai. Namun, se­belum dilantik, Abu Kasim dibunuh bajak laut. Basalo Sangkap pun memilih Maulana Prins Manda­par.

Maulana Prins Manda­par, anak Adi Cokro yang lain, hasil perkawinannya dengan seorang putri Portugis. Basalo Sangkap ini pula yang melantik Mandapar menjadi raja pertama Banggai yang berkuasa mulai ta­hun 1600 sampai 1625. Menurut Machmud, Raja Mandapar berkuasa sejak tahun 1571 sampai tahun 1601.

Pelantikan Mandapar dan ra­ja-raja setelahnya konon dilakukan di atas sebuah batu yang dipahat menyerupai tempat duduk. Sampai saat ini batu tersebut masih ada di Kota Tua Banggai Lalongo, sekitar 5 km dari Kota Banggai.

Setelah masa kekuasaan Raja Mandapar berakhir, raja-raja Banggai berikutnya berusaha melepaskan diri dari Kesultanan Ternate. Mereka menolak bekerja sama dengan Belanda, yang pada 1602 sudah menginjakkan kaki di Bang­gai. Upaya melepaskan diri dari kekuasaan Ternate ini mengakibatkan sejumlah ra­ja Banggai ditangkap lalu dibuang ke Maluku Utara.

Perlawan­an paling gigih terjadi pada masa pemerintahan raja Banggai ke-10 yang bergelar Mumbu Doi Bugis. Pada masanya meletuslah Perang Tobelo.

Raja- raja yang Memerintah di Kerajaan Banggai dapat diuraikan sebagai berikut :

Maulana Prins Mandapar/Mumbu doi Godong (1571-1601 M)
Mumbu doi Kintom (1602-1630 M)
Mumbu doi Benteng (1630-1650M)
Mumbu doi Balantak Mulang (1650-1689 M)
Mumbu doi Kota (1690-1705 M)
Mumbu doi Bacan / Abu Kasim (1705-    1749M)
Mumbu doi Mendono (1749-1753 M)
Mumbu doi Pedongko (1754-1763 M)
Mumbu doi Dinadat Raja Mandaria (1763-1808 M)
Mumbu doi Galela Raja Atondeng (1808-1815 M)
Mumbu Tenebak Raja Laota (1815-1831 M)
Mumbu doi Pawu Raja Taja (1831-1847 M)
Mumbu doi Bugis Raja Agama (1847-1852 M)
Mumbu doi Jere Raja Tatu Tanga (1852-1858 M)
Raja Saok (1858-1870 M)
Raja Nurdin (1872-1880)
Raja H. Abdul Azis (1880-1900)
Raja H. Abdurracman (1901-1922 M)
Haji Awaludin (1925-1940 M)
Raja Nurdin Daud (1940-1949 M))
Raja H. Syukuran Aminuddin Amir (1941-1957 M)
Hingga 1957 raja-raja Banggai berjumlah 21 orang. Jika dinilai tidak mampu me­mimpin, raja-rajanya dapat diberhentikan oleh Basalo sangkap. Pada waktu raja Awaludin wafat pada akhir tahun 1940, sudah menjadi aturan atau adat, bahwa sebelum raja di makamkan, sudah harus ada penggantinya maka Basalo Sangkap mengangkat Nuridun Daud yang waktu itu masih anak-anak dan masih berumur 10 tahun. Pengangkatan dan pelantikan tersebut disaksikan oleh tuan Asisten Residen Posso yang kebetulan ada di Banggai untuk menghadiri rapat kerja kerajaan Banggai. Pada tanggal 1 Maret 1941 ditunjuklah  Syukuran Aminuddin Amir  yang saat itu menjadi Mayor Ngofa menjadi “Raja”.

Abdul Bary dalam artikelnya yang berjudul ”Meluruskan Sejarah Banggai”mengulas  mengenai status dan posisi Syukuran Aminudin Amir dalam sejarah Kerajaan Banggai yang menurutnya bukanlahTomundo yang “terlegitimasi” secara sah oleh tata aturan hukum kerajaan Banggai, melainkan hanya sekedar sebagai pelaksana tugas harian dari Tomundo Banggai Nurdin Daud yang masih muda.  Syukuran Aminudin Amir ini tercatat sebagai Tomundo karena ia kemudian mengukuhkan diri sebagai Tomundo meskipun tanpa restu dan tidak melalui pengukuhan oleh Basalo Sangkap sebagaimana “ketentuan adat” kerajaan Banggai.

Berakhirnya Kerajaan Banggai.

Kerajaan Banggai berada dibawah kekuasaan Bangsa Portugis setelah Ternate jatuh ke tangan Portugis. Bukti adanya pengaruh Portugis di kerajaan Banggai setidaknya dapat dilihat dengan ditemukannya sisa-sisa peninggalan Bangsa Portugis di daerah ini di antaranya meriam kuno atau benda peninggalan lainnya.

Nuansa Portugis yang ditularkan oleh Kesultanan Ternate dan selama ini cukup kental di Kerajaan Banggai pun mulai melemah seiring pengaruh Belanda yang kian kuat. Menurut kesaksian seorang pelaut berkebangsaan Inggris bernama David Niddeleton yang pernah dua kali datang ke Banggai, pengaruh VOC di Banggai sudah ada sejak masa pemerintahan raja pertama kerajaan Banggai Maulana Prins Mandapar.

Bangsa Belanda datang ke Banggai pada tahun 1630 pada saat itu di kerajaan Banggai raja yang berkuasa yaitu raja Doi Benteng, dan rakyat mengira kedatangan Belanda merupakan niat baik dan punya tujuan untuk membantu rakyat Banggai yang pada saat itu masih di kuasai oleh kesultanan Ternate. Nyatanya Belanda pula menjajah Banggai dan mengambil semua hak dagang yang di peroleh oleh masyarakat Banggai. Lama-lama kelamaan Belanda juga menjadi penguasa di kerajaan Banggai serta membagi-membagi daerah kekuasaan di tanah Banggai menjadi Banggai Darat dan Banggai Kepulauan.

Setelah Kerajaan Ternate dapat ditaklukan dan direbut oleh Sultan Alaudin dari Kerajaan Gowa (Sulawesi Selatan) maka Banggai ikut menjadi bagian dari Kerajaan Gowa. Dalam sejarah tercatat Kerajaan Gowa sempat berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan kuat di Indonesia Timur.

Kerajaan Banggai berada di bawah pemerintahan Kerajaan Gowa berlangsung sejak tahun 1625-1667. Pada tahun 1667 dilakukan perjanjian Bongaya yang sangat terkenal antara Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa melepaskan semua wilayah yang tadinya masuka dalam kekuasaan Kerajaan Ternate seperti Selayar, Muna, Manado, Banggai, Gapi (Pulau Peling), Kaidipan, Buol Toli-Toli, Dampelas, Balaesang, Silensak dan kaili.

Pada saat Sultan Hasanuddin dikenal sebagai raja yang sengit melawan Belanda. Bentuk perjuangan yang dilakukan Hasanuddin ternyata memberikan pengaruh tersendiri bagi Raja Banggai ke-4, yakni Raja Mbulang dengan gelar Mumbu Doi Balantak ( 1681-1689 ) hingga Mbulang memberontak terhadap Belanda. Sebenarnya Mbulang Doi Balantak menolak untuk berkongsi dengan VOC lantaran monopoli dagang yang terapkan Belanda hanya menguntungkan Belanda, sementara rakyatnya di posisi merugi. Tapi apa hendak dikata, karena desakan Sultan Ternate yang menjadikan Kerajaan Banggai sebagai bagian dari taklukannya, dengan terpaksa Mbulang Doi Balantak tidak dapat menghindar dari perjanjian yang dibuat VOC (Belanda).

Tahun 1741 tepatnya tangga l 9 November perjanjian antara VOC dengan Mbulang Doi Balantak diperbarui oleh Raja Abu Kasim yang bergelar Mumbu Doi Bacan. Meski perjanjian telah diperbaharui oleh Abu Kasim, tetapi secara sembunyi-sembunyi Abu Kasim menjalin perjanjian kerjasama baru dengan Raja Bungku. Itu dilakukan Abu Kasim dengan target ingin melepaskan diri dari Kerajaan Ternate. Langkah yang ditempuh Abu Kasim ini dilakukan karena melihat beban yang dipikul oleh rakyat Banggai sudah sangat berat karena selalu dirugikan oleh VOC. Tahu raja Abu Kasim menjalin kerjasama dengan Raja Bungku, akhirnya VOC jadi berang (marah). Abu Kasim lantas ditagkap dan dibuang ke Pulau Bacan (Maluku Utara), hingga akhirnya meninggal disana.

Usaha Raja-raja Banggai untuk melepaskan diri dari belenggu Kerajaan Ternate berulang kali dilakukan dan kejadian serupa dilakukan Raja Banggai ke-9 bernama Antondeng yang bergelar Mumbu Doi Galela (1808 – 1829). Serupa dengan Raja-raja Banggai sebelumnya, Antondeng juga melakukan perlawanan kepada Kesultanan Ternate. Sebenarnya perlawanan Anondeng ditujukan kepada VOC (Belanda). Karena Antondeng menilai perjanjian yang disebut selama ini hanya menguntungkan Hindia Belanda dan menjepit rakyatnya. Karena itulah Antondeng berontak. Karena perlawanan kurang seimbang, Antondeng kemudian ditangkap dan dibuang ke Galela (Pulau Halmahera).

Setelah Antondeng dibuang ke Halmahera, Kerajaan Banggai kemudian dipimpin Raja Agama, bergelar Mumbu Doi Bugis. Memerintah tahun 1829 – 1847. Raja Agama sempat melakukan perlawanan yang sangat heroik dalam perang Tobelo yang sangat terkenal. Tetapi Kerajaan ternate didukung armada laut yang modern, akhirnya mereka berhasil mematahkan perlawanan Raja Agama. Pusat perlawanan Raja Agama dilakukan dari Kota Tua – Banggai (Lalongo). Dalam perang Tobelo, Raja Agama sempat dikepung secara rapat oleh musuh. Berkat bantuan rakyat yang sangat mencintainya, Raja Agama dapat diloloskan dan diungsikan ke wilayah Bone Sulawesi Selatan, sampai akhirnya wafat di sana tahun 1874.

Setelah Raja Agama hijrah ke Bone, munculah dua bersaudara Lauta dan Taja. Kepemimpinan Raja Lauta dan Raja Taja tidak berlangsung lama. Meski hanya sebentar memimpin tetapi keduanya sempat melakukan perlawanan, hingga akhirnya Raja Lauta dibuang ke Halmahera sedang Raja Taja diasingkan ke Pulau Bacan, Maluku Utara.

Mulai abad ke 17, wilayah Sulawesi Tengah mulai masuk dalam kekuasaan kolonial Belanda. Dengan dalih untuk mengamankan armada kapalnya dari serangan bajak laut, VOC membangun benteng di Parigi dan Lambunu. Pada abad ke 18, meningkatkan tekanannya pada raja-raja di Sulawesi Tengah. Mereka memanggil raja-raja Sulawesi Tengah untuk datang ke Manado dan Gorontalo untuk mengucapkan sumpah setia kepada VOC. Dengan begitu, VOC berarti telah menguasai kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah tersebut.

Permulaan abad ke 20, dengan diikat suatu perjanjian bernama lang contract dan korte verklaring, Belanda telah sepenuhnya menguasai Sulawesi Tengah, terhadap kerajaan yang membangkang, Belanda menumpasnya dengan kekerasan senjata.

Meskipun telah melakukan gempuran, Belanda tidak sempat berkuasa kembali di Sulawesi Tengah karena pada waktu itu, Jepang mendarat di wilayah itu, tepatnya di Luwuk tanggal 15 Mei 1942. dalam waktu singkat Jepang berhasil menguasai wilayah Sulawesi Tengah. Keadaan ini berlangsung sampai Jepang menyerah kepada Sekutu dan disusul dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Secara De Jure kerajaan Banggai berakhir pada tahun 1952 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1952, tanggal 12 Agustus 1952 Tentang Penghapusan Daerah Otonom Federasi Kerajaan Banggai. Pada tanggal 4 Juli 1959, wilayah kekuasaan Ke­rajaan Banggai resmi menjadi Daerah Swantara (setingkat ka­bupaten) berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi, wilayah onderafdeling Banggai yang meliputi seluruh bekas wilayah Swapraja Banggai sebagai bagian dari daerah afdeling Poso, dinyatakan berdiri sendiri sebagai daerah swatantra tingkat II, dengan nama “Daerah Tingkat II Banggai” dengan kedudukan pemerintahan berada di Luwuk. Adapun sisa peninggalan Kerajaan Banggai masih dapat ditemui hingga saat ini yaitu Keraton Kerajaan Banggai yang ada di Kota Banggai dan beberapa peninggalan lainnya yang tersebar di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.‎

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...