Nabiyullah Sulaiman 'alaihissalam (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimiliki manusia di muka bumi. Beliau memiliki mukjizat besar bisa menguasai dan memerintah hewan dan bangsa jin.
MENAPAK JEJAK SEJARAH
Senin, 15 November 2021
Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin
Rabu, 10 November 2021
Sejarah Imam Kholid Al-Baghdadi Al-Nasabandi
صلاة الشيخ مجدد خالد البغدادي قدس الله سره
Shalawat Syaikh Khalid al-Baghdadi Qodasallohu sirroh
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ كُلِّ دَاءٍ وَدَوَاءٍ . وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ كَثِيْرًا .
Ya Allah, berikan rahmat yang disertai Ta’zhim kepada Junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebanyak segala macam penyakit dan seluruh obat. Dan limpahkanlah keberkahan dan kesejahteraan kepada Beliau dan kepada mereka (keluarga Nabi). Sebanyak banyaknya”
Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Maulana Syaikh Khalid al-Naqsyabandiy, pembaharu Thariqah Naqsyabandiyah. Para ulama menyebutkan bahwa shalawat ini merupakan perisai yang sangat ampuh untuk mencegah datangnya Tha’un (wabah). Syaikh Khalid al-Naqsyabandiy memerintahkan, apabila tha’un mewabah, maka bacalah shalawat ini setiap selesai mengerjakan shalat fardhu sebanyak 3 kali. Dan pada bacaan yang ke-3 ulangi lafaz (كثيرا) sebanyak 2 kali dan ditutup dengan tambahan shalawat:
وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى جَمِيْعِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَ آلِ كُلٍّ وَصَحْبِ كُلٍّ أَجْمَعِيْنَ . وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Biografi Imam Khalid al-Naqsyabandiy
Syaikh Khalid al-Baghdadi adalah Mursyid tariqat Naqsyabandi ke-31, penerus rahasia tariqat Naqsyabandi dari Syaikh Abdullah ad-Dahlawi. Beliau menyebarkan ilmu-ilmu Syariat dan Tashawuf. Beliau adalah seorang mujtahid (penguasa) dalam Hukum Ilahi (syari`at) dan Realitas Ilahi (Haqiqat). Beliau merupakan cendikiawan dari para cendikiawan dan Wali dari para Wali dan yang orang paling banyak pengetahuannya, pada masanya beliau adalah cahaya bulan purnama dalam aliran thariqat Naqsyabandi. Beliau adalah pusat dari lingkaran Quthub di masanya.
Beliau lahir pada tahun 1193 H/1779 M di desa Karada, kota Sulaymaniyyah, Iraq. Beliau mempunyai gelar Utsmaniy karena beliau adalah keturunan Sayyidina Utsman bin Affan, khalifah ketiga dari Rasulullah. Beliau tumbuh dan belajar di sekolah dan masjid yang tersebar di kota itu. Pada saat itu kota Sulaymaniyyah dianggap sebagai kota pendidikan utama. Beliau juga terkenal di bidang puisi. Ketika berumur 15 tahun beliau menetapkan asceticism (doktrin keagamaan yang menyatakan bahwa seseorang bisa mencapai posisi spiritual yang tinggi melalui disiplin diri dan penyangkalan diri yang ketat) sebagai falsafah hidupnya, kelaparan sebagai kudanya, tetap terjaga (tidak tidur) sebagai jalannya, khalwat sebagai sahabatnya, dan energi sebagai cahayanya.
Beliau berkelana di dunia Allah dan menguasai segala macam pengetahuan yang tersedia di jamannya. Belajar berguru pada dua cendikiawan besar di masanya, yaitu Syaikh `Abdul Karam al-Barzinjiy dan Syaikh Abdur Rahim al-Barzinjiy, beliau juga membaca bersama Mullah Muhammad `Ali. Kemudian beliau kembali ke Sulaymaniyyah dan di sana mempelajari ilmu matematika, filsafat, dan logika. Lalu beliau kembali ke Baghdad dan mempelajari Mukhtasar al-Muntaha fil-Usul, sebuah ensiklopedia tentang jurisprudensi. Selanjutnya beliau mempelajari karya-karya Imam Ibnu Hajar, Imam Suyuthiy, dan Imam Haytamiy. Beliau dapat menghafal tafsir Al-Qur'an dari tafsir al-Baydawi. Beliau juga mampu menemukan pemecahan atas segala pertanyaan pelik mengenai jurisprudensi. Beliau juga hafal Al-Qur'an dengan 14 cara membaca yang berbeda, dan menjadi sangat terkenal karena hal ini. Pangeran Ihsan Ibrahim Pasya, gubernur daerah Baban, berusaha membujuknya untuk mengasuh sekolah di kerajaannya. Namun beliau menolak dan malah pergi ke kota Sanandaj, untuk mempelajari ilmu matematika, teknik, astronomi dan kimia. Guru beliau di bidang ini adalah Muhammad al-Qasim as-Sanandajiy. Setelah menyelesaikan pelajaran ilmu-ilmu sekuler, beliau kembali ke kota Sulaymaniyyah. Menyusul wabah penyakit di kota itu pada tahun 1213 H/1798 M, beliau mengambil alih sekolah Syaikh-nya `Abdul Karam Barzinjiy. Beliau mengajar ilmu-ilmu modern, meneliti dan menelaah persamaan-persamaan yang sulit di bidang astronomi dan kimia.
Kemudian beliau berkhalwat, meninggalkan segala yang telah dipelajarinya, dan datang ke pintu Allah dengan segala perbuatan yang soleh dan memperbanyak dzikir baik keras maupun dalam hati. Beliau tidak lagi mengunjungi Sultan, tetapi tetap menjalin hubungan dengan murid-muridnya hingga tahun 1220 H/1806 M, ketika beliau memutuskan untuk naik haji dan berziarah kepada Rasulullah. Beliau meninggalkan segalanya dan pergi ke Hijaz melewati kota-kota Mosul, Yarbikir, ar-Raha, Aleppo dan Damaskus, di sana beliau menemui para cendikiawan dan mengikuti Syaikhnya, yang merupakan ahli ilmu-ilmu kuno dan modern dan juga pengajar hadits, Syaikh Muhammad al-Kuzbary. Beliau menerima otorisasi terhadap Tariqat Qadiriah dari Syaikh al-Kuzbariy dan deputinya, Syaikh Mustafa al-Kurdiy, yang kemudian melanjutkan perjalanan bersamanya sampai tiba di kota Rasulullah.
Beliau memberi penghormatan kepada Rasulullah dengan puisi Persia yang dibaca dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat orang-orang menjadi terpesona akan keelokannya. Beliau menghabiskan cukup banyak waktu di sana. Beliau menceritakan pengalamannya, "Aku sedang mencari orang shaleh yang sangat langka untuk dimintai nasihat ketika Aku melihat seorang Syaikh di sebelah kanan Makam yang Diberkati (Rawdah al-Syarifah). Aku lalu meminta nasihat kepadanya, dan berkonsultasi dengannya. Beliau menasihatiku agar tidak berkeluh-kesah terhadap segala masalah yang mungkin bertentangan dengan Syari’at ketika memasuki kota Makkah, Aku dianjurkan agar tetap tenang dan diam. Akhirnya Aku pun tiba di Makkah, dan nasihat tadi benar-benar kupegang dalam hati. Aku pergi ke Masjid Suci pada pagi hari di hari Jumat. Aku duduk dekat Ka’bah dan membaca Dala'il al-Khairat, ketika Aku melihat seseorang dengan janggut hitam bersandar pada sebuah pilar dan matanya menatapku. Terlintas dalam hatiku bahwa orang ini tidak memberikan penghormatan yang layak kepada Ka’bah, tetapi aku tidak berbicara apa pun mengenai hal itu.”
"Dia melihatku dan menegurku dengan berkata, 'Hai orang bodoh, apakah kamu tidak tahu bahwa kemuliaan hati seorang mukmin jauh lebih berarti dari pada keistimewaan Ka`bah? Mengapa kamu mengkritik Aku dalam hatimu mengenai cara berbaringku ini, dengan membelakangi Ka’bah dan mengarahkan wajahku padamu. Apakah kamu tidak mendengar nasihat Syaikhku di Madinah yang berkata kepadamu agar tidak mengkritik sesuatu?' Aku berlari kepadanya dan memohon maaf, mencium tangan dan kakinya dan meminta bimbingannya kepada Allah. Dia lalu berkata, ‘Wahai anakku, harta kekayaanmu dan kunci hatimu tidak berada di sini, melainkan di India. Syaikhmu berada di sana. Pergilah ke sana dan beliau akan menunjukkan apa yang harus kamu lakukan.’ Aku tidak menemukan orang lain yang lebih baik darinya di semua sudut Masjidil Haram. Namun, dia juga tidak mengatakan kepadaku ke mana aku harus pergi di India, jadi aku pulang kembali ke Syam dan berasosiasi dengan cendikiawan di sana.”
Beliau lalu kembali ke Sulaymaniyyah dan kembali mengajar tentang penyangkalan terhadap diri. Beliau selalu mencari orang yang dapat menunjukkan jalan baginya. Akhirnya, seseorang datang ke Sulaymaniyyah, dia adalah Syaikh Maulana Mirza Rahimullah Bik al-M`aruf yang dikenal juga dengan nama Muhammad al-Darwish `Abdul `Azim al-Abadiy, salah seorang khalifah dari kutub spiritual, Quthb al-A`zam, `Abdullah al-Dahlawi. beliau bertemu dengannya, memberinya hormat dan meminta petunjuk yang benar yang dapat menerangi jalannya. Dia berkata kepadanya, “Ada seorang Syaikh yang sempurna, seorang cendikiawan dan orang yang mengetahui banyak hal, yang menunjukkan para pencari jalan kepada Raja dari Raja, ahli dalam segala hal, menganut tariqat Naqsyabandi, dan mempunyai karakter Rasulullah, seorang pembimbing dalam ilmu tentang spiritualitas. Ikutlah bersamaku ke Jehanabad. Beliau telah berpesan kepadaku sebelum aku pergi, ‘kamu akan bertemu seseorang, bawa dia bersamamu.’”
Syaikh Khalid pindah ke India pada tahun 1224 H/1809 M melalui kota Ray, lalu Teheran, dan beberapa propinsi di Iran di mana beliau bertemu dengan cendikiawan besar Isma`il al-Kashi. Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya ke Kharqan, Samnan, dan Nisapar. Beliau juga mengunjungi Guru dari induk segala tariqat di Bistham, Syaikh Abu Yazid al-Busthamiy, dan beliau memberikan penghormatan di makamnya dengan puisi Persia yang sangat elok. Kemudian beliau bergerak ke Tus, mengunjungi Sayyid al-Jalal al-Ma'nas al-Imam `Ali Rida, dan beliau memujinya dengan puisi Persia yang lain yang membuat semua penyair di Tus menerimanya. Kemudian beliau memasuki kota Jam dan mengunjungi Syaikh Ahmad an-Namiqi al-Jami dan memberikan penghormatan dengan puisi Persia yang lain lagi. Beliau lalu memasuki kota Herat di Afghanistan, lalu Kandahar, Kabul, dan Peshawar. Di semua kota ini cendikiawan besar yang ditemuinya selalu menguji pengetahuannya tentang hukum syariat dan kesadaran Ilahi (ma`rifat), ilmu-ilmu logika, matematika, dan astronomi. Mereka menyebutnya seperti sungai yang luas, mengalir dengan ilmu, atau seperti samudra tanpa pantai.
Kemudian beliau pindah lagi ke Lahore, di mana beliau bertemu dengan Syaikh Thana'ullah al-Naqsyabandiy dan meminta do’a darinya. Beliau mengatakan, “Malam itu Aku bermalam di Lahore dan Aku bermimpi bahwa Syaikh Thana'ullah al-Naqshbandi menarikku dengan giginya. Ketika Aku terbangun Aku ingin mengatakan mimpiku itu kepadanya, tetapi dia mengatakan, ‘Jangan ceritakan mimpi itu kepadaku, Kami telah mengetahuinya. Itu adalah tanda untuk bergerak dan segera menemui saudara dan Syaikhku, Sayyidina `Abdullah al-Dahlawi. Hatimu akan dibuka olehnya. Kamu akan melakukan bai’at dalam thariqat Naqsyabandi. Lalu Aku mulai merasakan daya tarik spiritual dari Syaikh. Aku meninggalkan Lahore, menyebrangi pegunungan dan lembah, hutan dan padang pasir sampai tiba di Kesultanan Delhi yang dikenal dengan Jehanabad. Perjalanan itu memakan waktu 1 tahun. 40 hari sebelum Aku tiba, dia berkata kepada para pengikutnya, ‘Penerusku akan datang”
Malam saat beliau memasuki kota Jehanabad beliau menuliskan puisi dalam bahasa Arab, merenungkan kembali perjalanannya dan memuji Syaikhnya. Lalu beliau memberi penghormatan kepadanya dengan puisi Persia yang mengejutkan semua orang karena keelokannya. Beliau menyerahkan semua barang yang dibawanya dan segala yang ada di kantongnya kepada fakir miskin. Kemudian beliau melakukan bay’at dengan Syaikhnya, `Abdullah al-Dahlawi. Beliau menjadi pelayan di zawiyah (korner) Syaikhnya dan mencapai perkembangan yang pesat dalam berperang melawan egonya. 5 bulan belum lewat ketika beliau menjadi salah seorang dalam Kehadirat Ilahi dan mempunyai Visi Ilahi.
Beliau diizinkan oleh Syaikh `Abdullah untuk kembali ke Iraq. Syaikh memberinya otoritas tertulis dalam lima tariqat: Yang pertama adalah Thariqat Naqsyabandi, atau Rantai Emas. Yang kedua adalah thariqat Qadiri melalui Sayyidina Ahmad al-Faruqi' Syaikh Syah al-Sakandariy, dari sana kepada Sayyidina `Abdul Qadir Jilani, al-Junaid, Sirri al-Saqatiy, Musa al-Kazim, Ja`far al-Sadiq, Imam al-Baqir, Zain al-`Abidin, al-Husayn, al-Hasan, `Ali ibn Abi Talib, dan Sayyidina Muhammad. Tariqat ketiga adalah al-Suhrawardiyyah, yang mempunyai silsilah (rantai) serupa dengan tariqat Qadiriyyah sampai al-Junaid, yang mengembalikan kembali ke Imam Hasan al-Basriy dari sana ke Sayyidina Ali dan Rasulullah.
Syaikh ‘Abdullah juga memberinya otoritas untuk thariqat Kubrawiyyah, yang mempunyai jalur sama dengan thariqat Qadiriyyah tetapi melalui Syaikh Najmuddin al-Kubra. Akhirnya, beliau diberi otoritas untuk thariqat Chishti melalui garis yang dapat ditelusuri kembali dari `Abdullah al-Dahlawi dan Jan Janan kepada Sayyidina Ahmad al-Faruqi lalu melalui banyak Syaikh kepada Syaikh Mawrad Chishti, Nasir Chishti, Muhammad Chishti, dan Ahmad Chishti kepada Ibrahim ibn Adham, Fudayl ibn al-`Iyad, Hasan al-Basri, Sayyidina `Ali, dan Rasulullah.
Syaikh juga memberi otoritas untuk mengajarkan semua ilmu-ilmu Hadis, Tafsir, Sufisme, dan Amalan Harian (awrad). Beliau hafal isi buku Itsna `Asyar (Dua Belas Imam), buku pegangan tentang ilmu pengetahuan dari para penerus Sayyidina `Ali.
Beliau pindah ke Baghdad pada tahun 1228 H/1813 M untuk kedua kalinya dan tinggal di sana di sekolah Ahsa'iyyah Isfahaniyyah. Beliau mengisinya dengan pengetahuan tentang Allah dan Jalan untuk Mengingat-Nya. Tetapi sekelompok orang yang iri menulis sebuah surat tentang hal yang bertentangan mengenai beliau dan dikirimkan kepada Sultan Sa`ad Pasya, gubernur Baghdad. Mereka mengkritiknya, mengecapnya sebagai orang yang sesat dan banyak lagi hal lain yang tidak bisa diulangi. Ketika gubernur membaca surat itu, dia berkata, “Jika Syaikh Khalid al-Baghdadi bukan seorang mukmin, lalu siapa yang mukmin?” Gubernur lalu mengusir mereka dan memenjarakannya.
Syaikh meninggalkan Baghdad selama beberapa waktu lalu kembali lagi untuk ketiga kalinya. Beliau kembali ke sekolah yang sama yang telah dipugar untuk menyambut kedatangannya. Beliau mulai menyebarkan segala macam ilmu spiritual dan ilmu surgawi. Beliau membuka rahasia kehadirat Ilahi, menerangi hati orang-orang dengan cahaya Allah yang diberikan ke dalam hatinya, hingga gubernur, para cendikiawan, guru-guru, pekerja, dan orang-orang dari segala bidang pekerjaan menjadi pengikutnya. Pada masanya Bagdad sangat terkenal dengan pengetahuannya, sehingga kota itu dinamakan, “Tempat dari Dua Ilmu Pengetahuan” dan “Tempat dari Dua Matahari.” Serupa dengan itu, beliau juga dikenal dengan sebutan, “Orang dengan Dua Sayap” (dzu al-janahain), sebuah perumpamaan karena penguasaannya di bidang ilmu eksternal dan internal. Beliau mengirimkan khalifahnya ke mana saja, mulai dari Hijaz ke Iraq, dari Syam (Syria) ke Turki, dari Iran ke India dan Transoxania, untuk menyebarkan jalan leluhurnya dalam tariqat Naqsyabandiy.
Kemana pun beliau pergi, orang akan mengundang ke rumahnya, dan rumah seperti apa pun yang dia kunjungi, akan mendapat berkah dan menjadi makmur. Suatu hari beliau mengunjungi Kubah Batu di Jerusalem dengan para pengikutnya. Beliau sampai di tempat itu dan khalifahnya, `Abdullah al-Fardi, datang menemuinya dengan kerumunan orang. Beberapa orang Kristen memintanya untuk masuk ke Gereja Kumama agar mendapat berkah dengan kehadirannya. Lalu beliau melanjutkan perjalanannya ke al-Khalil (Hebron), kota Nabi Ibrahim, Ayah dari semua Nabi dan Rasul, di sana disambut oleh semua orang. Beliau memasuki Masjid Ibrahim al-Khalil dan mengambil berkah dari temboknya.
Beliau pergi lagi ke Hijaz untuk mengunjungi Baitullah (Ka`bah yang Suci) pada tahun 1241 H/1826 M. Banyak sekali murid dan khalifahnya yang menemani. Warga kota dengan para cendikiawan dan wali juga mendatangi beliau dan semuanya melakukan bai’at dengannya. Mereka memberinya kunci untuk memasuki dua Kota Suci dan mereka mengangkatnya sebagai syaikh spiritual untuk kedua kota tersebut. Beliau lalu mengitari Ka’bah, tetapi yang sesungguhnya Ka’bah yang mengitari beliau.
Setelah haji dan kunjungannya kepada Rasulullah, beliau kembali ke Syam al-Syarif (Syria yang diberkati). Beliau sangat dihormati oleh Sultan Ottoman, Mahmud Khan, ketika beliau memasuki Syam, penyambutan yang meriah diadakan dan sebanyak 250.000 orang menyambutnya di pintu masuk kota. Semua cendikiawan, Menteri, Syaikh, fakir miskin dan orang-orang kaya datang untuk mendapatkan berkah dan meminta do’a darinya. Benar-benar merupakan suatu perayaan. Para penyair melantunkan syair mereka, sementara itu orang kaya memberi makan yang miskin. Semua orang adalah sama di hadapan beliau. Beliau membangkitkan pengetahuan spiritual dan pengetahuan eksternal dan menyebarkan cahaya kepada semua orang, baik Arab maupun non-Arab yang datang dan menerima thariqat Naqsyabandiy dari tangannya.
Dalam 10 hari terakhir di bulan Ramadhan 1242 H/1827 M beliau memutuskan untuk mengunjungi Quds (Yerusalem) dari Damaskus. Para pengikutnya sangat bergembira dan berkata, “Alhamdulillah, kami akan melakukannya bila Allah memanjangkan umur kami, setelah Ramadhan, awal bulan Syawwal.” Mungkin itu adalah suatu tanda bahwa beliau akan meninggalkan dunia ini. Pada hari pertama di bulan Syawwal, wabah penyakit mulai menyebar dengan cepat di kota Syam (Damaskus). Salah satu pengikutnya meminta beliau untuk mendo’akan dia agar diselamatkan dari wabah tersebut, dan menambahkan, “dan untukmu juga, Syaikh.” Beliau berkata, “Aku merasa malu kepada Allah, karena niatku memasuki Syam adalah untuk meninggal di Tanah Suci ini.”
Orang pertama yang meninggal karena wabah ini adalah putra beliau, Bahauddin, pada Jumat malam dan beliau berkata, “Alhamdulillah, ini adalah jalan kita,” lalu beliau menguburkannya di Gunung Qasiyun. Dia baru berusia lima tahun lewat beberapa hari. Anak itu sangat fasih dalam 3 bahasa, Persia, Arab, dan Kurdi, dan dia juga pandai membaca Al-Qur’an.
Lalu pada tanggal 9 Dzul-Qa`dah, anak lainnya, Abdur Rahman, meninggal dunia. Dia lebih tua dari saudaranya satu tahun. Maulana Khalid memerintahkan murid-muridnya untuk menggali makam kembali untuk menguburkan anak keduanya. Beliau berkata, Dari pengikutku akan banyak yang meninggal dunia.”
Beliau memerintahkan untuk menggali banyak lubang untuk para pengikutnya yang jumlahnya banyak, termasuk istri dan anak perempuannya, dan beliau memerintahkan untuk menyirami daerah itu dengan air. Lalu beliau berkata, “Aku memberi otoritas kepada Syaikh Isma`il al-Syirwaniy untuk menggantikan Aku di Thariqat Naqsyabandi.
”Beliau mengucapkan hal ini pada tahun terakhirnya, 1242 H/1827 M. Suatu hari beliau berkata, “Aku mendapat sebuah visi yang luar biasa kemarin, Aku melihat Sayyidina `Utsman Zhun-Nurain seolah-olah dia telah meninggal dan aku melakukan shalat untuknya. Dia lalu membuka matanya dan berkata, Ini dari anak-anakku.‘ Dia menarikku dengan tangannya, membawaku kepada Rasulullah, dan mengatakan kepadaku untuk membawa seluruh pengikut Naqsyabandiy di masa sekarang dan yang akan datang sampai masa Imam Mahdi, lalu dia memberi berkah untuk mereka semua. Setelah keluar dari visi itu, aku melakukan shalat Maghrib dengan para pengikut dan anak-anakku.
“Apa pun rahasia yang kumiliki, telah kuberikan kepada deputiku Isma`il al-Syirwaniy. Siapa saja yang tidak menerimanya berarti bukan golonganku. Jangan berargumen tetapi satukanlah pikiranmu dan ikuti pendapat Syaikh Isma`il al-Syirwaniy. Aku menjamin siapa pun yang mengikutinya akan bersamaku dan bersama Rasulullah.
Beliau memerintahkan mereka untuk tidak menangisinya, dan meminta mereka untuk mengorbankan hewan dan memberi makan orang miskin demi kecintaan Allah dan kemuliaan Syaikh. Beliau juga meminta mereka untuk mengirimkan hadiah berupa pembacaan al-Qur’an dan bacaan dalam shalat. Beliau memerintahkan mereka untuk tidak menuliskan apapun di makamnya kecuali, Ini adalah makam orang asing, Khalid.” Setelah shalat ‘Isya Syaikh Khalid memasuki rumahnya, memanggil seluruh anggota keluarganya dan berkata kepada mereka, “Aku akan meninggal dunia pada hari Jumat.” Mereka tinggal bersamanya sepanjang malam. Sebelum Subuh beliau bangun, berwudhu dan melakukan shalat. Lalu beliau memasuki kamarnya dan berkata, Tidak ada yang boleh memasuki kamarku kecuali orang yang telah kuperintahkan.” Beliau berbaring di sisi kanannya, menghadap kiblat dan berkata, “Aku telah terkena wabah penyakit. Aku membawa semua wabah yang menyerang Damaskus.” Beliau mengangkat tangannya dan berdo’a, “Siapa pun yang terkena wabah itu, biarkan wabah itu mengenaiku dan bebaskan orang-orang di Syam.”
Kamis tiba dan seluruh khalifahnya memasuki kamarnya. Sayyidina Isma`il al-Syirwani bertanya kepadanya, Bagaimana keadaanmu?" Beliau berkata, "Allah telah menjawab doaku. Aku akan membawa semua wabah yang melanda orang-orang di Syam dan Aku sendiri akan meninggal dunia pada hari Jumat.” Mereka menawarkan air, namun beliau menolak dan berkata, Aku meninggalkan dunia ini untuk bertemu Allah. Aku telah bersedia menanggung wabah dan membebaskan orang-orang di Syam yang telah terkena wabah itu. Aku akan meninggal dunia pada hari Jumat.” Beliau membuka matanya dan berkata, "Allahu haqq, Allahu haqq, Allahu haqq," yang merupakan sumpah dalam bai’at thariqat Naqsyabandiy, lalu beliau membaca ayat 27-30 dari al-Qur’an surat al-Fajr: "Wahai jiwa yang tenang dan tentram. Kembalilah kepada Tuhanmu merasa senang dan disenangi. Masuklah dalam hamba-hamba-Ku! Masuklah ke dalam Surga-Ku!" Kemudian beliau menyerahkan nyawanya kepada Allah dan meninggal dunia, seperti yang telah diprediksi sebelumnya, pada hari Jumat 13 Dzul Qa’dah 1242 H/1827 M.
Mereka membawanya ke zawiyah dan membasuhnya dengan air penuh cahaya. Mereka mengkafaninya sementara yang lain berdzikir, khususnya Syaikh Isma`il al-Syirwaniy, Syaikh Muhammad, dan Syaikh Aman. Mereka membaca al-Qur’an dan pagi harinya mereka membawa jenazahnya ke masjid di Yulbagha. Syaikh Isma`il al-Syirwaniy meminta Syaikh Aman `Abdin untuk melakukan shalat jenazah baginya. Masjid itu tidak cukup untuk menampung seluruh orang yang hadir. Lebih dari 30.000 orang shalat di belakangnya. Syaikh Isma`il al-Syirwaniy berjanji kepada mereka yang tidak dapat melakukan shalat jenazah di masjid itu, bahwa dia akan melakukan shalat jenazah yang kedua kalinya di makam. Mereka yang memandikannya ikut pula mengantarkan ke makamnya. Hari berikutnya, Sabtu, seakan-akan terjadi keajaiban di Syam, wabah penyakit tiba-tiba menghilang dan tidak ada lagi orang yang meninggal dunia. Mawlana Khalid menyerahkan Rahasianya kepada penerusnya, Syaikh Isma’il al-Syirwani.
Adapun sanad muttashil kepada Imam Khalid al-baghdadi al-Naqsyabandiy Radhiyallahu Anhu:
احمد الحسني عن الشيخ العلامة ماجد بن حامد الحسيني العراقي عن الشيخ الدكتور خليل جدوع عطية الشيحاوي وهو عن شيخه عبد الكريم حمادي الدبان وهو عن شيخه العلامة السيد داود التكريتي وهو عن شيخه عبد السلام الشواف البغدادي وهو عن شيخه العلامة عيسى صفاء الدين البندنيجي وهو عن الولي الصالح سيدي ومولانا خالد النقشبندي رحمه الله تعالى .
Kriteria Hamba Alloh
Banyak orang mengaku sebagai hamba Allah tetapi hatinya tidak seperti hati Allah.
Kata "hamba" dalam bahasa Yunani 'DOULOS', adalah budak = slave, artinya adalah hamba yang terikat. Dahulu kala hamba itu diperjualbelikan, maka hidup seorang hamba ditentukan oleh tuannya. Bahkan, ketika seseorang mendaftarakan kekayaannya, seperti lembu, domba juga didaftarakan jumlah budak yang dia miliki. Hamba, adalah orang yang sepenuhnya taat kepada tuannya, karena hidupnya sudah dibeli dan dirinya sepenuhnya bukan lagi haknya. Maka, jika ingin lepas dari perhambaan harus ada penebusan.
Menurut Perjanjian Lama, seorang hamba yang telah bebas dari perbudakan, bisa menjadi hamba bagi tuannya seumur hidupnya atas keinginan dirinya sendiri oleh karena kasih (Ulangan 15:16-17).
Menjadi hamba Tuhan itu tidaklah mudah. Apa itu ciri-ciri seorang hamba? Dalam Filipi 2, Yesus menjadi contoh kerendahan hati yang harus dimiliki oleh seorang hamba. Yesus, yang walupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu menjadi milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Atribut-atribut apakah yang kita miliki yang harus kita lepaskan untuk bisa menjadi hamba Allah yang taat?
Manusia yang hakikatnya adalah manusia paling mulya di hadapan Alloh S.W.T karena derajat ketaqawaanya itu mempunyai nilai dan tugas-tugas tertentu dalam memaknai hidup dan kehdiupannya. Sehingga status sebagai seorang hamba Alloh memang layak dan pantas untuk diraih oleh seorang manusia.
Untuk itu mengetahui dan memaknai siapa sesungguhnya yang di maksud dengan hamba Alloh tersebut? Apakah tertuju pada seorang manusia pilihan saja seperti para rasul, nabi, aulia dan yang lainnya, ataukah bisa diterjemahkan dan dikategorikan pada siapa saja yang berhak meraih predikat seorang hamba alloh.
Nah, mungkin untuk lebih memberikan penjelasan secara detail sesuai dengan pemaknaan dari maksud hamba alloh sebagaimana yang tersiratkan dalam ayat-ayat alquran, itu kiranya sangat dibutuhkan pengertian yang jelas sebagaimana yang diterangkan dalam ayat-ayat tersebut.
Demikian halnya dengan pencapaian seorang hamba ketika ingin meraih dari yang namanya hakikat hidup ini perlu sekali mengetahui secara umum diantara sifat-sifat manusia yang tergolongkan pada seorang hamba Alloh S.W.T. Dalam hal ini kita kembali pada penjelasan ayat yang ada dalam surat alfurqon mulai ayat 63 dan ayat2 berikutnya.
(63). وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
(64). وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
(65). وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖإِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.
(66). إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
(67). وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
(68). وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚوَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya),
Pengertian dari penafsiran ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa yang di maksud dengan hamba Alloh itu adalah salah satunya dari mereka yang memiliki sifat-sifat dan kepribadian sesuai yang dijelaskan pada ayat tadi, dan tidak pula tertuju pada seorang manusia saja.
Karena yang di namakan dengan ‘Ibad itu adalah bersifat umum tidak bersifat khusus, jadi siapa saja bisa meraih titel seorang hamba Alloh tersebut. Tidak hanya di tentukan pada satu manusia saja, akan tetapi siapapun saja itu bisa masuk pada kategori seorang hamba Alloh.
Diantara penjelasan lain yang menerangkan arti daripada ‘Ibaadurohman” atau hamba-hamba Alloh yang tidak hanya tertuju pada Nabi Muhammad saja seperti berikut keterangan dari ayat-ayatnya, dalam surat maryam ayat 30 disebutkan bahwa Nabi Isa alaihis salam juga hamba Allah :
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Artinya: ” berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.”
Bahkan dalam tafsir al jalalain ketika menyebutkan suratnya Nabi Sulaiman bin dawud alaihimas salam, dalam surat tersebut Nabi Sulaiman juga menamakan dirinya sbg hamba Allah :
ثُمَّ كَتَبَ سُلَيْمَان كِتَابًا صُورَته {مِنْ عَبْد اللَّه سُلَيْمَان بْن دَاوُد إلَى بِلْقِيس مَلِكَة سَبَأ بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم السَّلَام عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْد فَلَا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ} ثُمَّ طَبَعَهُ بِالْمِسْكِ وَخَتَمَهُ بِخَاتَمِهِ
Artinya: “kemudian Nabi sulaiman menulis surat yg isinya :” Dari Hamba Allah sulaiman bin dawud kepada bilqis ratu saba’.bismillahirrohmanirrohiim keselamatan bagi orang yg mengikuti petunjuk, amma ba’du.janganlah kalian mengungguliku dan datanglah kepadaku sebagai orang2 yg muslim, kemudian Nabi Sulaiman memberikan cap dengan minyak misik dan mensetempelnya dengan cincinya.
Dalam surat al isro’ ayat 1, yg di maksud dengan kalimat “hamba-Nya ” disitu memang Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam.
Imam Qurtuby dalam kitab tafsirnya berkata :” barang siapa ta’at kepada Allah, menyembah-Nya, menyibukkan pendengaran, penglihatan, lisan dan hatinya dengan apa yg diperintah Allah maka dialah yg berhak menyandang gelar kehambaan. Dan barang siapa bersifat sebaliknya maka dia termasuk dalam firman Allah surat al a’rof ayat 179 :
أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
Artinya: “Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.”
Walhasil yang di maksud dengan I’baadurroham atau hamba-hamba Alloh itu adalah mereka manusia yang senantiasa takut kepada alloh s.w.t dalam setiap langkahnya. Ssalah satunya dengan memiliki sifat-sifat dan kepribadian yang tercerminkan sebagai yang dijelaskan pada surat al furqon dari ayat 63 sampai 68 tadi.
Semua manusia adalah hamba Allah. Harus menghamba, menyembah, mengabdi, beribadah, atau tunduk pada aturan Allah SWT (Syariat Islam).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَ الَّذِيْنَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Wahai manusia ! Sembahlah olehmu akan Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu terpelihara (bertakwa)" (QS Al-Baqarah:21).
Penghambaan diri kepada Allah SWT (‘Ubudiyyah) adalah kedudukan manusia yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Dalam kedudukan ini, seorang manusia benar-benar menempatkan dirinya sebagai hamba Allah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai manusia, kamulah yang bergantung dan butuh kepada Allah; sedangkan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (QS Faathir: 15).
Islam mengajarkan agar jika kita bersedekah atau berbuat baik, hendaknya ikhlas karena Allah semata, tidak muncul hasrat ingin dipuji atau disanjung manusia dengan memamerkannya.
Seorang Wali Murid Harus Berada Pada Seorang Guru
Perlu kerja sama yang baik antara orang tua dan guru saat mendidik seorang anak. Ketika menyekolahkan anak, maka orang tua harus mempercayai sekolah dan guru yang diamanahi. Sedangkan guru harus bisa menerimanya dan berusaha memberikan ilmu sebaik-baiknya kepada anak tersebut agar orang tua murid bangga.
Namun, dewasa ini tak jarang kita jumpai kasus perseteruan antara orang tua murid dan guru. Hal ini jelas tidak dibenarkan karena bagaimana pun keduanya harus berjalan beriringan.
Sebuah kisah antara guru dan orang tua murid pernah dialami Syekh Abdul Qadir Jaelani. Kala itu, beliau memiliki seorang murid yang dididik dengan penuh kesabaran. Bahkan, mereka kerap makan bersama layaknya sebuah keluarga.
Suatu ketika, ada seseorang yang tidak suka dengan Syekh Abdul Qadir Jaelani dan berniat untuk memfitnahnya. Pada suatu malam, seorang yang tidak baik itu membuat sebuah lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir Jaelani. Lubang itu digunakannya untuk mengintip aktivitas Syekh Abdul Qadir dengan muridnya di dalam rumah.
Ketika mengintip, didapatilah Syekh Abdul Qadir bersama muridnya sedang makan bersama. Syekh Abdul Qadir Jaelani yang senang dengan lauk ayam kemudian menyisihkan separuh ayamnya untuk dibagikan kepada muridnya.
Namun, apa yang dilakukannya itu justru menjadi celah bagi orang yang berniat jahat itu untuk bisa memfitnahnya. Orang itu kemudian menemui ayah dari si murid dan mengadu dengan penyampaian yang keliru.
Benarkah engkau yang memiliki anak yang sedang berguru kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani? tanya orang jahat itu.
Iya benar, jawab singkat sang ayah.
Tahukah engkau, Syekh Abdul Qadir Jaelani memperlakukan anakmu seperti seekor kucing, kata si orang jahat.
Ayah murid yang terpancing emosi lantas bergegas menuju Syekh Abdul Qadir Jaelani untuk meminta kembali anaknya. Dalam perjalanan pulang, sang ayah mencoba menanyakan ilmu apa saja yang telah didapatkan dari Syekh Abdul Qadir. Tak disangka, sang anak justru menjawab pertanyaan ayahnya dengan cermat dan tepat.
Atas hal itu, sang ayah lalu menyesal dan mencoba menyerahkannya kembali kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani. Namun sayang, Syekh Abdul Qadir enggan menerima kembali muridnya tersebut.
Bukannya aku tak mau menerimanya lagi, tetapi Allah telah menutup pintu hatinya untuk menerima ilmu. Allah sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu karena ayahnya tak memiliki adab kepada guru. Oleh sebab itu, anak lah yang menjadi korban, jawab Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Para ulama dalam hal mencari ilmu bersepakat bahwa orang tua juga harus menghormati guru karena merekalah sumur suatu ilmu pengetahuan.
Banyak ulama berwasiat, Satu prasangka buruk saja kepada gurumu, maka Allah haramkan seluruh keberkatan yang ada pada gurumu kepadamu.
Wallohu a'lam
Kisah Syaikh Shon'ani Yang Membangkang Pada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jailany
Pada waktu Syekh Abdul Qodir menerima sabda Rosululloh saw, bahwa telapak kaki beliau bakal memijak pundak-pundak para waliyulloh, sabda Rosululloh itu diumumkan dan disebarkan kepada seluru para wali, baik yang hadir maupun yang tidak hadir/raib.
Mendengar pengumuman itu, mereka para waliyulloh menghadap syekh, dan mereka meletakkan kaki beliau di atas pundaknya masing-masing karena menghormati dan mengagungkannya, kecuali sorang wali namanya Syekh Son'ani, ia berkata: "Saya juga cinta mahabbah kepada Syekh, tetapi untuk diinjak pundakku nanti dahulu, dan rasanya tidak perlu." Ucapan Syekh Son'ani itu terdengar oleh Syekh, dan beliau berkata: "Telapak kakiku akan menginjak pundaknya si penggembala babi".
Tidak berapa lama kemudian, Syekh Son'ani berangkat berziarah menuju kota Mekkah diiringi sampai ratusan santri-santrinya. Takdir tidak bisa ditolak, demikianlah ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa berlaku bagi hambanya. Pada waktu Syekh Son'ani berjalan melewati sebuah kampung yang penduduknya mayoritas menganut agama nasroni, kebetulan ia melihat sebuah kedai, penjual warung itu seorang perempuan beragama nasroni penjual minuman keras.
Keistimewaan perempuan itu pandai menarik para pembeli karena wajahnya cantik tiada bandingnya, badannya mulus dan mantap, mendebarkan hati para pemuda. Konon tiada seorang lelakipun yang tidak terpikat olehnya. Demikian pula Syekh Son'ani, melihat kecantikan perempuan itu terpesona sehingga luluh hatinya, hilang rasa malu pada dirinya, wibawanya jatuh di hadapan santri-santri pengiringnya, sehingga dengan senang hati ia rela menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan perempuan itu.
Dengan suka rela serta sungguh-sungguh ia mau bekerja, dan pekerjaan apapun ia kerjakan demi untuk menyenangkan perempuan cantik itu.
Pada suatu hari perempuan itu menyuruh Syekh Son'ani menggembalakan babi piaraannya, memangku anak babi yang masih kecil agar jangan sampai terinjak induknya. Ia tidak merasa hina disuruh menggembala babi itu, malah merasa bangga dan gembira diperintah kekasihnya itu.
Melihat kejadian itu, seluruh santri-santri pengiringnya itu mereka pulang meninggalkan gurunya, karena secara menyolok Syekh Son'ani gurunya itu telah mencemarkan dan menodai agama. Yang masih tinggal dua orang, yaitu Syekh Fariduddin dan Syekh Mahmud Maghribi. Kedua santri itu berunding mencari jalan pemecahan musibah yang menimpa pada gurunya. Hasil perumusannya mereka berpendapat bahwa: "Musibah ini harus diperbaiki dari sumbernya dan ditelusuri sebab akibatnya, kemungkinan karena tidak adanya loyalitas murid terhadap gurunya dan kata bertuah yang dikatakan Syekh Abdul Qodir kepada Syekh Son'ani, maka untuk hal ini saya akan menghadap yang mulia Syekh". Kata Syekh Fariduddn: "Kamu Syekh Mahmud tinggal di sini." Kemudian Syekh Fariduddin berangkat menuju kota Baghdad, setibanya di kota itu lalu ia mencari pekerjaan berat dan hina, akhirnya terpaksa pekerjaan itu diterima dan dikerjakan, yaitu membuang kotoran dari kakus.
Pada suatu hari Syekh mengetahui dan menyaksikan Syekh Fariduddin sedang bekerja berat yaitu sedang menjunjung wadah yang penuh dengan kotoran dan pada saat itu turunlah hujan dengan derasnya sehingga wadah kotoran itu penuh dengan air hujan melimpah dan membasahi badan Syekh Fariduddin. Memperhatikan beban berat yang dipikul Syekh Fariduddin, Syekh merasa iba hatinya, lalu beliau memanggil Syekh Fariduddin dan menanyakan namanya.
Setelah Syekh Fariduddin memperkenalkan diri, dan ia juga teman Syekh Son'ani, Syekh bertanya lagi: "Kamu sebenarnya mau apa? Dan silahkan mau minta apa?". Dijawab oleh Syekh Fariduddin: "Kiranya yang bertanya lebih arif bijaksana, lebih mengetahui maksud saya sebenarnya". Syekh berkata: "Kamu mendapat maqom, yakni kedudukan yang lebih tinggi, dan juga gurumu kuampuni". Kata Syekh Fariduddin: "Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi selain diampuni dosa guruku". Kata Syekh: "Memang benar, gurumu telah kuampuni karena kedudukanmu itu".
Bertepatan dengan saat memberi ampun, detik itu pula Syekh Son'ani siuman sadar kembali dari kelalaiannya, lalu ia membaca istighfar, dan ketika itu juga hatinya menjadi berubah tertanam dan berkembang perasaan cinta, rindu mahabbah pada Syekh, dan segera ia berangkat menuju kota Baghdad dengan kebulatan tekad yang kuat akan bertobat kepada Syekh.
Demikian pula tidak kurang pentingnya perempuan cantik yang beragama nasroni itu dan juga kekasih Syekh Son'ani ikut terbawa bersama Syekh Son'ani berziarah dengan keyakinan yang kuat akan masuk agama islam berikrar di hadapan Syekh.
اللهم انشر عليه رحمة ورضوانا وءمدنا باسرره فى كل وقت ومكان
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
Wallohu a'lam
201 Nama Nama Kanjeng Nabi Muhammad saw
Imam Nawawi dalam kitab Tadzhibul Asma berkata:
واعلم أن كثرة الأسماء تدل على عظم المسمى كما في أسماء الله تعالى وأسماء رسوله صلى الله عليه وسلم
Sebagaimana maklum, bahwa Allah SWT memiliki banyak nama. Di antaranya adalah nama-nama Allah yang baik yang kita kenal dengan Asmaul Husna, yang jumlahnya ada 99.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW dikenal memiliki banyak julukan. Yakni nama-nama yang disandarkan kepada baginda Nabi dari kalangan arab di masa itu, maupun nama-nama yang Allah serukan untuk memanggil Nabi Muhammad SAW.
Imam al-Jazuli al-Hasani dalam kitabnya Dalailul Khairat wa Syawariqul Anwar menyebut ada 201 nama baginda Nabi Muhammad SAW.
Berikut ini adalah 201 nama baginda Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam Kitab Dalailul Khairat karangan Imam al-Jazuli al-Hasani lengkap tulisan arab dan artinya:
اَسْمَاءُ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِائَتَانِ وَ وَاحِدٌ وَّهِىَ هَذِه
اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مَنْ أَشْرَفُ أَسْمَائِهِ:
Ya Allah, curahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada yang bernama paling mulia:
1- Sayyiduna Muhammadun (محمد) -shollalloohu alayhi wa sallama
2- Sayyiduna Ahmadun (أحمد) - shollallahu alayhi sallama
3- Sayyiduna Haamidun (حامد) - shollalloohu alayhi wa sallama
4- Sayyiduna Mahmuudun (مَحْمُوْدٌ) - Yang Terpuji Sekali
5- Sayyiduna Ahiidun (اَحِيْدٌ) - Nama Nabi dalam Taurat
6- Sayyiduna Wahiidun (وَحِيْدٌ) - Khas
7- Sayyiduna Maahin (مَاحٍ) - Penghapus
8- Sayyiduna Haasyirun (حَاشِرٌ) - Penghimpun
9- Sayyiduna Aaqibun (عَاقِبٌ) - Yang Terakhir dari Semua Ciptaan
10- Sayyiduna Thoohaa (طه) - Thooha
11- Sayyiduna Yaa Siin (يس) - Yaa siin
12- Sayyiduna Thoohirun (طَاهِرٌ) - Yang Murni
13- Sayyiduna Muthohharun (مُطَهَّرٌ) - Pemurni
14- Sayyiduna Thoyyibun (طَيِّبٌ) - Yang Baik
15- Sayyiduna Sayyidun (سَيِّدٌ) - Tuan Guru
16- Sayyiduna Rosuulun (رَسُوْلٌ) - Sang Utusan
17- Sayyiduna Nabiiyyun (نَبِىٌّ) - Sang Nabi
18- Sayyiduna Rosuulur Rohmahti (رَسُوْلُ الرَّحْمَةِ) -Rasul yg Penuh Rahmat
19- Sayyiduna Qoyyimun (قَيِّمٌ) - Yang Lurus
20- Sayyiduna Jaami‘un (جَامِعٌ) - Pengumpul
21- Sayyiduna Muqtafin (مُقْتَفٍ) - Yang Terpilih
22- Sayyiduna Muqoffi (مُقَفِّىْ ) - Teladan Terbaik
23- Sayyiduna Rosuulul Malaahimi (رَسُوْلُ الْمَلاَحِمِ) - Rasul dari Pertempuran yang Hebat
24- Sayyiduna Rosuulur Rohati (رَسُوْلُ الرَّاحَةِ) -Rasul Pembawa Ketenangan
25- Sayyiduna Kaamilun (كَامِلٌ) - Yang Sempurna
26- Sayyiduna Ikliilun (اِكْلِيْلٌ) - Mahkota
27- Sayyiduna Muddatsyirun (مُدَثِّرٌ) - Orang Yang Terselubung
28- Sayyiduna Muzzammilun (مُزَّمِّلٌ) - Orang Yang Berselimut
29- Sayyiduna Abdulloohi (عَبْدُ اللهِ) - Hamba Allah
30- Sayyiduna Habibulloohi (حَبِيْبُ اللهِ) - Kekasih Allah
31- Sayyiduna Shofiyulloohi (صَفِىُّ اللهِ) - Sahabat Karib Allah
32- Sayyiduna Najiyyulloohi (نَجِىُّ اللهِ) - Kepercayaan Allah
33- Sayyiduna Kalimulloohi (كَلِيْمُ اللهِ) - Juru Bicara Allah
34- Sayyiduna Khootimul Anbiyai (خَاتِمُ الْاَنْبِيَاءِ) - Penutup Para Nabi
35- Sayyiduna Khootimur Rusuuli (خَاتِمُ الرُّسُلِ) - Penutup Para Rasul
36- Sayyiduna Muhyin (مُحْيِىْ) - Hidup Kembali
37- Sayyiduna Munjin (مُنْجٍ) - Sang Penyelamat
38- Sayyiduna Muzakkirun (مُذَكِّرٌ) - Yang Mengingatkan
39- Sayyiduna Naashirun (نَاصِرٌ) - Penolong
40- Sayyiduna Manshuurun (مَنْصُوْرٌ) - Yang Berjaya
41- Sayyiduna Nabiyyur Rohmati (نَبِىُّ الرَّحْمَةِ)- Nabi Sumber Rahmat
42- Sayyiduna Nabiyyut Tobati (نَبِىُّ التَّوْبَةِ) - Nabi Pemohon Ampunan
43- Sayyiduna Hariishun ‘Alaykum (حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ) - Yang Mengawasimu
44- Sayyiduna Ma’luumun (مَعْلُوْمٌ) - Yang Dikenal
45- Sayyiduna Syahiirun (شَهِيْرٌ) - Yang Terkenal
46- Sayyiduna Syaahidun (شَاهِدٌ) - Kesaksian
47- Sayyiduna Syahiidun (شَهِيْدٌ) - Saksi
48- Sayyiduna Masyhuudun (مَشْهُوْدٌ) - Yang Terbukti Kebenarannya
49- Sayyiduna Basyiirun (بَشِيْرٌ) - Sang Pembawa Pesan
50- Sayyiduna Mubasyirun (مُبَشِّرٌ) - Menyebarkan Kabar Gembira
51- Sayyiduna Nadziirun (نَذِيْرٌ) - Yang Memberi Peringatan
52- Sayyiduna Mundziirun (مُنْذِرٌ) - Penegur
53- Sayyiduna Nuurun (نُوْرٌ) - Cahaya
54- Sayyiduna Siroojun (هُدًى ) - Lampu Penerang
55- Sayyiduna Mishbaahun (مِصْبَاحٌ) - Lentera
56- Sayyiduna Hudan (هُدًى) - Pembimbing
57- Sayyiduna Mahdiyyun (مَهْدِىٌّ) - Pembimbing Terbaik
58- Sayyiduna Muniirun (مُنِيْرٌ) - Pemberi Cahaya
59- Sayyiduna Daa’in (دَاعٍ) - Penyeru
60- Sayyiduna Mad’uwwun (مَدْعُوٌّ) - Yang Dipanggil
61- Sayyiduna Mujiibun (مُجِيْبٌ) - Perespons Yang Baik
62- Sayyiduna Mujaabun (مُجَابٌ) - Yang Memberi Respons dan Tanggapan
63- Sayyiduna Hafiyyun (حَفِىٌّ) - Penyambut
64- Sayyiduna Aafuwwun (عَفُوٌّ) - Pemaaf Dosa-Dosa
65- Sayyiduna Waaliyyun (وَلِىٌّ) - Sahabat
66- Sayyiduna Haqqun (حَقٌّ) - Kebenaran
67- Sayyiduna Qowiyyun (قَوِىٌّ) - Yang Kuat
68- Sayyiduna Amiinun (اَمِيْنٌ) - Yang Terpercaya
69- Sayyiduna Ma'muunun (مَاْمُوْنٌ) - Yang Dipercaya
70- Sayyiduna Kariimun (كَرِيْمٌ) - Yang Mulia
71- Sayyiduna Mukarromun (مُكَرَّمٌ) - Yang Terhormat
72- Sayyiduna Makiinun (مَكِيْنٌ) - Yang Teguh
73- Sayyiduna Matiinun (مَتِيْنٌ) - Yang Kukuh
74- Sayyiduna Mubiinun (مُبِيْنٌ) - Bukti Yang Jelas
75- Sayyiduna Mu'ammilun (مُؤَمِّلٌ) - Yang Diharapkan
76- Sayyiduna Washuulun (وَصُوْلٌ) - Penghubung
77- Sayyiduna Dzuu Quwwatin (ذُوْقُوَّةٍ) - Pemilik Kekuatan
78- Sayyiduna Dzuu Hurmatin (ذُوْحُرْمَةٍ) - Pemilik Kehormatan
79- Sayyiduna Dzuu Makaanatin (ذُوْمَكَانَةٍ) - Pemilik Keteguhan
80- Sayyiduna Dzuu Izzin (ذُوْعِزٍّ) - Pemilik Kemegahan
81- Sayyiduna Dzuu Fadlin (ذُوْفَضْلٍ) - Sumber Kebaikan
82- Sayyiduna Muthoo’un (مُطَاعٌ) - Yang Dipatuhi
83- Sayyiduna Muthii-’un (مُطِيْعٌ) - Penurut
84- Sayyiduna Qodamu Sidqin (قَدَمُ صِدْقٍ) - Pondasi Ketulusan
85- Sayyiduna Rohmatun (رَحْمَةٌ) - Rahmat, Kasih Sayang
86- Sayyiduna Busyroo (بُشْرى) - Kabar Gembira
87- Sayyiduna Ghawtsun (غَوْثٌ) - Penebus
88- Sayyiduna Ghaytsun (غَيْثٌ) - Bantuan
89- Sayyiduna Ghiyyaatsun (غِيَاثٌ) - Pertolongan
90- Sayyiduna Ni'matulloohi (نِعْمَةُ اللهِ) - Nikmat Allah
91- Sayyiduna Hadiyatulloohi (هَدِيَّةُ اللهِ) - Pemberian Allah
92- Sayyiduna Urwatuw Wusqoo(عُرْوَةٌ وُّثْقى)-Tambatan Yang Terpercaya
93- Sayyiduna Shirootulloohi (صِرَاطُ الله) - Jalan Allah
94- Sayyiduna Shirootum Mustaqiimun (صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ) - Jalan Yang Lurus
95- Sayyiduna Dzikrulloohi (ذِكْرُ اللهِ) - Ingat akan Allah
96- Sayyiduna Sayfulloohi (سَيْفُ اللهِ) - Pedang Allah
97- Sayyiduna Hizbulloohi (حِزْبُ اللهِ) - Pasukan Allah
98- Sayyiduna Najmus Saaqibu (النَّجْمُ الثَّاقِبُ) - Bintang yang Cemerlang
99- Sayyiduna Musthofaa (مُصْطَفًى) - Yang Terpilih
100- Sayyiduna Mujtabaa (مُجْتَبًى) - Pemilih
101- Sayyiduna Muntaqoo (مُنْتَقًى) - Yang Fasih Berbicara
102- Sayyiduna Ummiyyun (اُمِّىٌّ) - Buta Huruf
103- Sayyiduna Muhtaarun (مُخْتَارٌ) - Yang Terpilih
104- Sayyiduna Ajiirun (اَجِيْرٌ) - Pekerja Allah
105- Sayyiduna Jabbaarun (جَبَّارٌ) - Yang Perkasa
106- Sayyiduna Abul Qoosimi (اَبُو الْقَاسِمِ) - Ayahnya Qosim
107- Sayyiduna Abut Thoohiri (اَبُو الطَّاهِرِ) - Ayah Yang Murni
108- Sayyiduna Abut Thoyyibi (اَبُو الطَّيِّبِ) - Ayah Yang Baik
109- Sayyiduna Abuu Ibroohiima (اَبُوْ اِبْرَاهِيْمَ) - Ayahnya Ibrohim
110- Sayyiduna Musyaffaun (مُشَفَّعٌ) - Perantara Yang Diterima
111- Sayyiduna Syafii’un (شَفِيْعٌ) - Pemberi Syafaat
112- Sayyiduna Shoolihun (صَالِحٌ) - Saleh
113- Sayyiduna Musliihun (مُصْلِحٌ) - Pendamai
114- Sayyiduna Muhayminun (مُهَيْمِنٌ) - Pelindung
115- Sayyiduna Shoodiqun (صَادِقٌ) - Yang Jujur
116- Sayyiduna Mushoddiqun (مُصَدِّقٌ) - Penegas
117- Sayyiduna Sidqun (صِدْقٌ) - Ketulusan
118- Sayyiduna Sayyidul Mursaliina (سَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ) - Guru Para Rasul
119- Sayyiduna Imamul Muttaqiina (اِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ) - Pemimpin Orang Yang Bertaqwa
120- Sayyiduna Qo‘idul Gurril Muhajjalina (قَائِدُ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ) - Pembimbing Kharismatik Yang ersinar
121- Sayyiduna Kholiilur Rohmaani (خَلِيْلُ الرَّحْمنِ) - Sahabat dari yang Maha Penyayang
122- Sayyiduna Barrun (بَرٌّ) - Yang Saleh
123- Sayyiduna Mabarrun (مُبَرٌّ) - Yang Terhomat
124- Sayyiduna Wajiihun (وَجِيْهٌ) - Terkemuka
125- Sayyiduna Nasiihun (نَصِيْحٌ) - Sang Penasihat
126- Sayyiduna Naasihun (نَاصِحٌ) - Penasihat
127- Sayyiduna Waqiilun (وَكِيْلٌ) - Pemelihara
128- Sayyiduna Mutawakkilun (مُتَوَكِّلٌ) - Yang Berserah Diri pada Allah
129- Sayyiduna Kafiilun (كَفِيْلٌ) - Sang Penjamin
130- Sayyiduna Syafiiqun (شَفِيْقٌ) - Yang Lembut
131- Sayyiduna Muqiimus Sunnati (مُقِيْمُ السُّنَّةِ)- Penegak Sunnah
132- Sayyiduna Muqoddasun (مُقَدَّسٌ) - Yang Suci
133- Sayyiduna Ruuhul Qudusi (رُوْحُ الْقُدُسِ) - Ruh Yang Suci
134- Sayyiduna Ruuhul Haqqi (رُوْحُ الْحَقِّ) - Ruh Kebenaran
135- Sayyiduna Ruuhul Qisti (رُوْحُ الْقِسْطِ) - Ruh Keadilan
136- Sayyiduna Kaafin (كَافٍ) - Yang Layak
137- Sayyiduna Muktafin (مُكْتَفٍ) - Yang Berdada Bidang
138- Sayyiduna Baalighun (بَالِغٌ) - Proklamator
139- Sayyiduna Muballighun (مُبَلِّغٌ) - Pemberi Kabar
140- Sayyiduna Syaafiin (شَافٍ) - Penyembuh
141- Sayyiduna Waasilun (وَاصِلٌ) - Sahabat yang Tak Terpisahkan
142- Sayyiduna Mawsuulun (مَوْصُوْلٌ)- Selalu Terhubung dengan Allah
143- Sayyiduna Saabiqun (سَابِقٌ) - Terkemuka
144- Sayyiduna Saa'iqun (سَائِقٌ) - Pengarah
145- Sayyiduna Haadin (هَادٍ) - Petunjuk
146- Sayyiduna Muhdin (مُهْدٍ) - Yang Terbimbing
147- Sayyiduna Muqoddamun (مُقَدَّمٌ) - Pengawas
148- Sayyiduna Aziizun (عَزِيْزٌ) - Yang Mulia
149- Sayyiduna Faadilun (فَاضِلٌ) - Yang Hebat
150- Sayyiduna Mufaddolun (مُفَضَّلٌ) - Pemurah Hati
151- Sayyiduna Faatihun (فَاتِحٌ) - Pembuka
152- Sayyiduna Miftaahun (مِفْتَاحٌ) - Kunci
153- Sayyiduna Miftaahur Rohmati (مِفْتَاحُ الرَّحْمَةِ) -Kuncinya Rahmat
154- Sayyiduna Miftaahul Jannati (مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ) - Kunci Surga
155- Sayyiduna Alamul Iimaani (عَلَمُ الْاِيْمَانِ) - Pengajar Keimanan
156- Sayyiduna Alamul Yakiini (عَلَمُ الْيَقِيْنِ) - Pengajar Keyakinan
157- Sayyiduna Daliilul Khoyrooti (دَلِيْلُ الْخَيْرَاتِ)- Petunjuk kepada yg Baik
158- Sayyiduna Musahihul Hasanaati (مُصَحِّحُ الْحَسَنَاتِ)- Pemeriksa Amal Baik
159- Sayyiduna Mukiilul Asarooti (مُقِيْلُ الْعَثَرَاتِ) - Pemberi Peringatan Dini terhadap Jalan Yang Salah
160- Sayyiduna Sufuhun Anizzallati (صَفُوْحٌ عَنِالزَّلاَّتِ) - Pemaaf Para Penindas
161- Sayyiduna Shoohibus Syafaa'ati (صَاحِبُ الشَّفَاعَةِ) - Pemilik Syafaat
162- Sayyiduna Shoohibul Maqoomi (صَاحِبُ الْمَقَامِ)- Pemilik Maqam yg Mulia
163- Sayyiduna Shoohibul Qodami (صَاحِبُ الْقَدَمِ) - Pemilik Pijakan Kaki
164- Sayyiduna Mahsusum Bil Izzi (مَخْصُوْصٌ بِالْعِزِّ) - Masyhur dengan Kebesaran
165- Sayyiduna Mahsusum Bil Majid (مَخْصُوْصٌ بِالْمَجْدِ) - Yang Masyhur dengan Kejayaan
166- Sayyiduna Mahsusum Bisyarofi (مَخْصُوْصٌ بِالشَّرَفِ) - Masyhur dengan Kemuliaan
167- Sayyiduna Shoohibul Wasiilati (صَاحِبُ الْوَسِيْلَةِ) - Pemilik Jalan Masuk yang Terdekat
168- Sayyiduna Shoohibus Sayfi (صَاحِبُ السَّيْفِ) - Pemilik Pedang
169- Sayyiduna Shoohibul Fadiilati(صَاحِبُ الفَضِيْلَةِ)-Pemilik Awal Kemuliaan
170- Sayyiduna Shoohibul Izaari (صَاحِبُ الْاِزَارِ) - Pemilik Kain
171- Sayyiduna Shoohibul Hujjati (صَاحِبُ الْحُجَّةِ) - Pemilik Bukti
172- Sayyiduna Shoohibus Sultooni (صَاحِبُ السُّلْطَانِ) - Pemilik Kesultanan
173- Sayyiduna Shoohibur Ridhooi (صَاحِبُ الرِّدَاءِ) - Pemilik Jubah
174- Sayyiduna Shoohibud Darojatir Rofii'ati (صَاحِبُ الدَّرَجَةِ الرَّفِيْعَةِ) - Pemilik Derajat Yang Agung
175- Sayyiduna Shoohibut Taaji (صَاحِبُ التَّاجِ) - Pemilik Mahkota
176- Sayyiduna Shoohibul Migfari (صَاحِبُ الْمِغْفَرِ) - Pemilik Pengampunan
177- Sayyiduna Shoohibul Liwaa'i (صَاحِبُ اللِّوَاءِ) - Pemilik Bendera
178- Sayyiduna Shoohibul Mi'rooji (صَاحِبُ الْمِعْرَاجِ) Pemilik Perjalanan Malam
179- Sayyiduna Shoohibul Qodiibi (صَاحِبُ الْقَضِيْبِ) - Pemilik Pengikut
180- Sayyiduna Shoohibul Burooqi (صَاحِبُ الْبُرَاقِ) - Pemilik Buraq
181- Sayyiduna Shoohibul Khootami (صَاحِبُ الْخَاتَمِ) - Pemilik Cincin
182- Sayyiduna Shoohibul Alaamati (صَاحِبُ الْعَلاَمَةِ) - Pemilik Tanda
183- Sayyiduna Shoohibul Burhaani (صَاحِبُ الْبُرْهَانِ) - Pemilik Bukti
184- Sayyiduna Shoohibul Bayaani (صَاحِبُ الْبَيَانِ)- Pemilik Bukti Yang Jelas
185- Sayyiduna Fashiihul Lisaani (فَصِيْحُ اللِّسَانِ) - Penyampai Yang Fasih
186- Sayyiduna Muthohharul Janaani (مُطَهَّرُ الْجَنَانِ) - Pemurni Jiwa
187- Sayyiduna Ro-uufun (رَءُوْفٌ) - Ramah
188- Sayyiduna Rohiimun (رَحِيْمٌ) - Penyayang
189- Sayyiduna Udzunu Khoyrin (اُذُنُ خَيْرٍ) - Pendengar Yang Baik
190- Sayyiduna Shohiihul Islaami (صَحِيْحُ الْاِسْلاَمِ) - Penyempurna Islam
191- Sayyiduna Sayyidul Kawnayni (سَيِّدُ الْكَوْنَيْنِ) - Pemimpin Dua Alam
192- Sayyiduna Aynun Na‘iimi (عَيْنُ النَّعِيْمِ) - Sumber Kebahagiaan
193- Sayyiduna Aynul Ghurri (عَيْنُ الْغُرِّ) - Sumber Keindahan
194- Sayyiduna Sa’dulloohi (سَعْدُ اللهِ) - Kegembiraan atas Allah
195- Sayyiduna Sa’dul Kholqi (سَعْدُالْخَلْقِ) - Kegembiraan atas Sang Pencipta
196- Sayyiduna Khotiibul Umaami (خَطِيْبُ الْاُمَمِ) - Penceramah Ummat Manusia
197- Sayyiduna Alamul Hudaa (عَلَمُ الْهُدى) - Guru dari Para Pembimbing
198- Sayyiduna Kaasyiful Kurobi (كَاشِفُ الْكُرَبِ) - Penghilang Keresahan
199- Sayyiduna Roofi‘ur Rutabi (رَافِعُ الرُّتَبِ) - Pengangkat Derajat
200- Sayyiduna Izzul ‘Arobi (عِزُّالْعَرَبِ) - Kebanggaan Bangsa Arab
201- Sayyiduna Shoohibul Faroji (صَاحِبُ الْفَرَجِ) - Pemilik Kegembiraan
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ. اللهُمَّ يَا رَبّ بِجَاهِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى وَ رَسُوْلِكَ الْمُرْتَضَى. طَهِّرْ قُلُوْبَنَا عَنْ كُلِّ وَصْفٍ يُبَاعِدُنَا عَنْ مُشَاهَدَتِكَ وَ مَحَبَّتِكَ وَ أَمِتْنَا عَلَى السُّنَّةِ وَ الْجَمَاعَةِ وَ الشَّوْقِ إِلَى لِقَائِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ النَّبِيِّيْنَ وَ إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَ سَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Semoga Allah mencurahkan rahmat kepadanya beserta keluarganya. Ya Allah, ya Tuhanku, dengan keagungan nabi-Mu yang terpilih dan berkat rasūl-Mu yang Engkau ridhai, sucikanlah hati kami dari segala sifat yang dapat menjauhkan kami dari menyaksikan dan mencintai-Mu. Wafatkanlah kami sebagai ahli sunnah wal-jamā‘ah dan dalam keadaan rindu berjumpa dengan-Mu, wahai Dzāt yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada tuan kami Muḥammad, penutup para nabi dan pemimpin para rasūl, beserta keluarganya. Salam sejahtera semoga tetap dicurahkan kepada para rasūl. Segala puji hanya milik Allah, Tuhan seluruh alam.
Demikianlah 201 Nama Nabi Muhammad dalam kitab Dalailul Khoirat karangan Imam al-Jazuli al-Hasani.
Wallohu a'lam
Penjelasan Mitos Keris Pembawa Sial
Keris adalah benda pusaka yang sering dipuja tapi juga ditakuti. Dua ilustrasi tersebut adalah realita yang dari jaman dulu hingga sekarang banyak terjadi di masyarakat.
Keris memang identik dengan hal-hal yang berbau mistis. Bagi orang yang merasa beruntung setelah memiliki Keris, maka Keris akan di agung-agungkan, di anggap keramat, di hormati, bahkan bisa sampai dipuja-puja. Tapi bagi mereka yang merasa nasibnya sial setelah memiliki Keris, maka Keris di anggap sebagai benda yang ditakuti, dibenci dan harus disingkirkan.
Minimnya apresiasi dan pengetahuan masyarakat terhadap Keris sebagai salah satu benda cagar budaya yang harus dilindungi keberadaannya membuat masyarakat mengikuti begitu saja anjuran dari orang-orang yang dianggap "Paham" agar membuang Keris yang dimilikinya ke sungai atau ke laut agar tidak membawa pengaruh buruk atau kesialan bagi dirinya dan keluarganya.
Padahal ada cara lain yang lebih baik jika memang sudah tidak mau merawat Keris miliknya daripada membuangnya ke sungai atau ke laut, karena hal itu akan menghilangkan bukti-bukti sejarah Bangsa ini. Jika sudah tidak mau menyimpan atau merawat Keris miliknya lebih baik diberikan kepada orang yang mau merawatnya atau dihibahkan ke museum-museum terdekat agar generasi berikutnya dapat melihat dan mengenal benda-benda sejarah warisan leluhur.
Keris seringkali di anggap membawa kesialan bagi pemiliknya ketika kondisi keluarga pemilik Keris tersebut berantakan, anggota keluarganya sering sakit-sakitan, rejekinya seret dan selalu saja terjadi masalah setelah memiliki Keris.
Keris seringkali di anggap didiami makhluk ghaib jahat yang selalu mengganggu pemilik dan keluarganya sehingga selalu ditimpa kesialan. Padahal hal-hal negatif yang tersebut bisa saja terjadi karena sebab lain atau karena ketidak cocokan antara Keris dengan pemiliknya sehingga tidak bisa selaras dan pada akhirnya justru membawa pengaruh buruk.
Pada dasarnya semua Keris dibuat dengan tujuan yang baik, tapi kenyataannya tidak semua Keris dapat membawa pengaruh positif bagi pemiliknya karena ada juga yang membawa pengaruh negatif bagi pemiliknya atau orang yang ketempatan.
Cerita tentang Keris pembawa sial memang sudah ada sejak jaman dahulu, misalnya saja cerita Keris yang membawa kesialan bagi Dinasti Rajasa, yaitu Keris Empu Gandring yang menewaskan Ken Arok beserta tujuh keturunannya.
Keris tersebut di anggap membawa kesialan akibat kutukan Empu Gandring yang harus meregang nyawa akibat Keris buatannya sendiri karena Ken Arok tidak sabar menunggu Keris pesanannya selesai dikerjakan.
Kemudian sejarah juga mencatat Keris Kyai Margopati milik Sultan Amangkurat I (1645 - 1677 M) Raja dinasti Mataram Islam. Keris Kyai Margopati di anggap sebagai salah satu Keris pembawa malapetaka.
Sejak awal Empu Madrim (pembuatnya) telah menolak untuk membabar Keris tersebut karena batu meteor yang akan digunakan sebagai bahan pamornya adalah batu meteor yang jatuh menimpa rumah dan menewaskan tujuh penghuninya.
Batu meteor tersebut memiliki kandungan besi berjenis Besi Kumbayana yang berhawa panas, mudah marah dan brangasan. Tapi pada akhirnya Empu Madrim tidak bisa menolak perintah untuk membabar Keris tersebut karena Sultan Amangkurat memberikan pilihan yang sulit, yaitu bersedia membabar Keris tersebut atau dihukum pancung karena menolak perintah Raja.
Akhirnya ketakutan Empu Madrim terbukti, Keris Kyai Margopati dipergunakan untuk mengeksekusi 50 ulama yang dituduh membantu pemberontakan Trunojoyo di Jawa Timur dan juga 40 selirnya yang dituduh berkhianat. Tragisnya, eksekusi tersebut dilakukan sendiri oleh sang Sultan dengan tangannya sendiri.
Tapi selain cerita-cerita negatif tentang Keris, banyak juga cerita-cerita positif tentang Keris. Misalnya saja cerita tentang Keris Nogososro pada masa-masa akhir Kerajaan Majapahit.
Wabah penyakit, kerusuhan, bencana alam, perang saudara, serta berbagai kekacauan di akhir masa Kerajaan Majapahit yang begitu parah sampai menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat saat itu. Saking parahnya, bahkan seolah tidak ada lagi cara untuk menyelesaikan kemelut di bumi Majapahit saat itu.
Masyarakat seolah sudah memahami bahwa itu adalah Sandyakalaning Majapahit atau saat-saat menjelang kejatuhan Majapahit. Terlepas dari aspek sosiopolitis yang terjadi saat itu, tapi lahirnya Keris Nogososro yang dibabar oleh Empu Supo yang dibantu Kanjeng Sunan Kalijogo bergelar Kyai Segoro Wedang yang sejak awal memang dibuat sebagai tumbal Nagari agar terhindar dari seribu malapetaka (pagebluk) ini atas izin Yang Maha Kuasa ternyata mampu memancarkan tuahnya secara maksimal sehingga beberapa waktu kemudian Majapahit sempat mengalami masa-masa indah kembali sebelum akhirnya runtuh total akibat perang saudara yang berkelanjutan dan serangan Raden Patah dari Demak yang merupakan pewaris sah tahta Majapahit yang saat itu dipimpin Prabu Girindra wardhana.
Di jaman sekarang, cerita tentang Keris pembawa keberuntungan dan pembawa kesialan masih sering kita dengar. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Keris akhirnya menyebabkan banyak Keris-Keris yang dianggap bertuah buruk berakhir mengenaskan karena dibuang atau dilarung ke ungai atau ke laut, padahal Keris adalah salah satu maha karya warisan leluhur yang seharusnya dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Sejatinya Keris adalah barang yang bersifat sangat pribadi (sinengker) bahkan tidak boleh dipinjamkan meski hanya untuk dilihat saja, sebab pada dasarnya Keris adalah benda paling pribadi bagi seorang laki-laki pada jaman dahulu, khususnya masyarakat Jawa. Berdasarkan sejarahnya, Keris memang dibuat sebagai barang yang bersifat personal karena pada jaman dahulu seorang Empu hanya membuat Keris berdasarkan pesanan saja.
Proses pembuatan sebilah Keris juga tidak sembarangan, harus diperhitungkan dan disesuaikan berdasarkan hal-hal pribadi pemesannya termasuk di antaranya wuku, weton, karakteristik, tujuan serta profesi calon pemilik Keris tersebut.
Setelah semua hal tentang pemesan Keris diketahui, kemudian sang Empu melakukan laku tirakat dan semedi untuk mencari petunjuk tentang Keris yang akan dibabar, mulai dari dhapur, pamor, bahan besi sampai do'a atau sugesti apa yang akan dimasukkan pada Keris tersebut. Setelah mendapat ilham/petunjuk baru Keris akan mulai dibabar.
Pemilihan bahan dan pengerjaan Keris akan dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh ketelitian agar nantinya Keris tersebut tidak membawa efek negatif bagi pemiliknya karena sebuah kesalahan kecil dapat berakibat fatal seperti kisah Empu Banyu Aji saat membabar Keris Kyai Setan Kober yang di kemudian hari menjadi pusaka andalan Arya Penangsang.
Konon, ketika membaca mantra sang Empu salah ucap dari yang seharusnya "Aywa Kudu Wani" yang artinya "barang siapa yang memegang keris ini, jadilah orang sabar", tetapi salah ucap menjadi "Aywa Tan Wani" yang artinya "siapa yang memegang Keris ini jadilah berani". Sejarah mencatat keberanian Arya Penangsang yang memang luar biasa.
Secara esoteri, tuah Keris memang dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersifat sangat pribadi dan disesuaikan dengan karakter serta profesi calon pemiliknya.
Contohnya saja tuah Keris yang dipesan para pedagang rata-rata selalu untuk kerejekian dan kejayaan berdagang, tuah Keris seorang Raja dan para pemimpin selalu untuk kewibawaan dan kepemimpinan, Keris seorang guru, ulama, dan dalang selalu berkaitan dengan kemampuan dalam berbicara.
Sesudah proses pembuatan Keris selesai, si pemesan kemudian akan mengambil Keris pesanannya dengan membawa sejumlah barang sebagai mahar untuk melunasi biaya pembuatan Keris tersebut.
Pada jaman dahulu, biaya atau mahar untuk pembuatan Keris termasuk sangat mahal. Mahar sebilah Keris bisa setara dengan beberapa ekor kerbau. Jika dinilai dengan mata uang sekarang bisa sampai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bahkan tidak hanya itu saja, jika si pemesan merasa puas dengan Kerisnya, kadang tidak segan-segan memberi sang Empu hadiah berupa tanah, perhiasan/emas, kedudukan/jabatan hingga diberikan wanita untuk dinikahkan dengan sang Empu.
Bagi orang Jawa, Keris memang sangat dihargai karena setelah sebilah Keris selesai dibuat, maka Keris itu akan menjadi bagian penting dari kehidupan pribadi pemiliknya sehingga hal-hal yang bersifat pribadi seorang laki-laki Jawa saat itu seperti contohnya acara perkawinan, kehadiran pengantin laki-laki dapat diwakilkan dengan Keris miliknya.
Bahkan saking penting dan personalnya sebilah Keris bagi orang Jawa, Rafless dalam karyanya yang terkenal, "History of Java", menulis: "Javanesse man fell nude without krises" artinya: "Lelaki Jawa akan merasa telanjang tanpa menyandang Keris sebagai kelengkapan berbusana".
Sebagai benda pribadi, berbagai upaya kemudian dilakukan untuk menjaga kerahasiaan dari sebilah Keris, salah satunya dengan mengganti gonjo Keris dengan gonjo wulung, karena tuah dari sebilah Keris, oleh orang-orang tertentu dapat dilihat/diketahui hanya dengan melihat bagian bawah gonjo Keris yang terlihat ketika Keris disarungkan dalam warangkanya.
Orang-orang jaman dulu umumnya masih begitu memahami berbagai ajaran-ajaran Kejawen termasuk di dalamnya Kawruh Padhuwungan atau ilmu pengetahuan mengenai seluk beluk perkerisan yang antara lain berisi pengetahuan tentang jenis besi, nama dhapur dan pamor hingga masalah tanjeg atau kecocokan tuah Keris terhadap pemiliknya.
Dengan pengetahuan tersebut, ketika seseorang sudah tua dan merasa sudah saatnya memberikan Keris miliknya kepada anak-anaknya, mereka terlebih dahulu akan melakukan usaha pencocokan untuk mengetahui siapa di antara anak-anaknya yang cocok "ngagem" pusakanya dan kemudian memberi penjelasan kepada anak-anaknya yang lain yang kebetulan tidak mendapatkan warisan pusakanya bahwa putra yang dipercaya "ngagem" pusaka hanyalah putra yang "kuat" membawa pusaka tersebut.
Penggunaan istilah "kuat" sebenarnya hanyalah alasan yang lebih mudah diterima daripada menjelaskan secara panjang lebar bahwa tidak semua anak-anaknya dapat cocok dengan tuah dan karakter Keris pusaka tersebut.
Keris pusaka yang di wariskan dari orang tua kepada anaknya yang terlebih dulu melalui proses tayuh, hampir pasti tidak akan membawa pengaruh negatif bagi pemiliknya karena pada jaman dulu orang tua memahami dua hal sekaligus, yaitu ilmu perkerisan dan memahami karakter serta pribadi calon pewaris dari Keris-Kerisnya, sehingga ketika Keris tersebut sudah berganti pemilik, Keris itu masih tetap bertuah sebagaimana mestinya dan tidak membawa pengaruh negatif.
Seiring perkembangan jaman, nilai-nilai Kejawen yang didalamnya termasuk Kawruh Padhuwungan kini mulai ditinggalkan, akibatnya sangat sedikit masyarakat yang tahu dan memahami masalah perkerisan dengan baik, sementara proses pewarisan Keris dari generasi ke generasi masih terus berlangsung tanpa melalui tata cara sebagaimana mestinya. Akibatnya, mulai timbul berbagai masalah antara Keris dan pemiliknya.
Keris dibuat secara khusus agar memiliki tuah yang sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan pemiliknya sehingga tuah Keris dapat secara maksimal mendukung upaya pemiliknya untuk mencapai cita-cita atau keinginannya.
Keris yang mampu memberi pengaruh positif kepada pemiliknya adalah Keris-Keris yang tuah dan karakternya secara keseluruhan sesuai dengan karakter dan kebutuhan pemiliknya.
Demikian pula sebaliknya, pengaruh negatif dari sebilah Keris timbul karena karakter dan tuah Keris tidak sesuai dengan pemiliknya. Dugaan masyarakat selama ini yang menganggap bahwa pengaruh-pengaruh negatif Keris muncul karena ulah makhluk halus (khodam) yang mendiami Keris tidak dapat sepenuhnya dibenarkan karena pada dasarnya kekuatan tuah dari sebilah Keris bukan berasal dari kekuatan makhluk halus (khodam), tapi merupakan manivestasi dari do'a-do'a yang dipanjatkan Empu pembuatnya kepada SANG PENCIPTA.
Sebagai contoh, melalui pendekatan auratis dan sugesti posipnotis mengenai tuah Keris dapat diketahui bahwa Keris-Keris yang dianggap membawa pengaruh negatif penyebab terjadinya berbagai masalah yang menimpa pemiliknya seperti perpecahan dan pertengkaran dalam rumah tangga bisa jadi disebabkan karena Keris tersebut dulunya diciptakan sebagai piandel untuk berperang, sehingga auranya panas penuh keberanian dan tidak kenal rasa takut bagi pemiliknya.
Jika Keris tersebut disimpan oleh orang atau keluarga biasa (bukan dari kalangan militer) dengan karakter masing-masing pribadinya adalah pendiam, flamboyan dan romantis tentu saja tidak akan cocok karena energi panas dari Keris tersebut akan mempengaruhi karakter pemiliknya menjadi pribadi yang tegas, temperamental, berani dan tidak kenal rasa takut sehingga ketika ada masalah kecil yang muncul dalam keluarga bisa menjadi masalah besar yang berujung pertengkaran, bahkan bisa sampai terjadi perceraian karena masing-masing memiliki ego yang besar dan tidak ada yang mau mengalah.
Demikian juga Keris-Keris yang di anggap dapat membawa pengaruh negatif seperti sering sakit-sakitan hingga kematian secara ilmiah bisa disebabkan karena aura negatif yang dipancarkan Keris akan merusak sistem bio-elektrik seseorang sehingga mempengaruhi kinerja sel, jaringan hingga organ tubuh pemilik Keris dan keluarganya hingga menyebabkan sering sakit-sakitan bahkan berujung pada kematian yang dalam bahasa kedokteran disebut disfungsi sub-organ and organ.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tudingan yang menyatakan bahwa Keris dapat membuat seseorang menjadi sakit-sakitan dan rumah tangganya berantakan akibat makhluk halus (khodam) penghuninya mengganggu Manusia ternyata kurang beralasan, sebab pengalaman dan sejarah menunjukkan bahwa efek buruk dari sebilah Keris baru akan muncul ketika Keris tersebut tidak cocok dengan pemiliknya. Dan jika Keris cocok dengan pemiliknya, maka Keris justru dapat mendatangkan manfaat bagi pemiliknya.
Bukti-Bukti sejarah perjalanan bangsa kita mencatat bahwa para pemimpin, pejuang, dan orang-orang besar terdahulu yang dalam kehidupannya akrab dengan pusaka, maka kesuksesan yang diraihnya selalu didukung oleh pusaka-pusaka ageman yang tepat.
Contohnya saja Keris Kyai Brongot Setan Kober milik Arya Penangsang adalah pusaka yang tepat sehingga keberaniannya tidak tertandingi oleh siapapun, bahkan dalam kondisi terluka parah dengan usus terburai pun tidak mengikis keberaniannya sehingga Arya Penangsang gugur sebagai seorang ksatria gagah berani.
Kemudian Pangeran Diponegoro, beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan yang dikenal memiliki ageman Keris Kyai Nogo Siluman sehingga berkali-kali bisa lolos dari kepungan pasukan Belanda karena tuah dari pusakanya.
Panglima Besar Jenderal Sudirman juga dikenal memiliki ageman Keris Nogo Siluman yang sesuai dengan kebutuhannya dalam berperang. Beliau juga berkali-kali diselamatkan TUHAN dari serangan Belanda meski kondisi fisiknya sangat lemah dan harus ditandu ketika memimpin perang gerilya melawan Belanda.
Presiden Soekarno juga memiliki pusaka-puska yang luar biasa sehingga selama hidupnya, bahkan hingga beliau wafat tetap menjadi pusat kekaguman bukan hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga bagi masyarakat Dunia.
Dengan pusaka yang tepat pula, yaitu Keris Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat pusaka yang mensugestikan keabadian dan kelanggengan kekuasaan Presiden Soeharto yang mendampingi beliau sukses memimpin bangsa ini dalam jangka waktu yang sangat panjang hingga 32 tahun.
Dari bukti-bukti sejarah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa agar tuah Keris pusaka yang kita miliki dapat berfungsi, maka hal yang paling penting yang harus dilakukan adalah menyelaraskan dan mencocokkan Keris yang kita miliki dengan karakter dan kebutuhan kita agar Keris tersebut menjadi pusaka pembawa keberuntungan, bukan malah sebaliknya menjadi Keris pembawa kesialan.
Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin
Nabiyullah Sulaiman 'alaihissalam (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...
-
Asal-usul Kerajaan Sintang bermula dari kedatangan seorang tokoh penyebar agama Hindu bernama Aji Melayu yang datang ke Nanga Sepauk ...
-
Sejarah peradaban di ujung pulau Andalas dimulai sejak ditemukannya prasasti Lobu Tua Barus (Tapanuli Tengah) yang berangka tahun 108...
-
Waduk Wadaslintang, merupakan objek wisata yang cukup unik. Karena letaknya diperbatasan Kabupaten Kebumen dan Wonosobo,Jawa Tengah. ...